You are on page 1of 6

ISSN: 2655-1586

Kajian Antropometri Posisi Duduk


di Ruang Baca Perempuan UPT Perpustakaan Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh

Nur Azzah Hasyyati1, Elysa Wulandari2, Zahriah2, Bustari2


1
Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
²Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitekturdan Perencanaa Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Email: aja.neqo@gmail.com

Abstract
Technical Implementation Unit (UPT) Syiah Kuala University Library (Unsyiah) is a State University’s library
in Banda Aceh which provides a wide choices of reading rooms based on visitors' needs. One of them includes a
gender-separated reading room, which is a reading room for men and a reading room for women. This difference
raises the question why the need for a separate reading room on a gender basis. Therefore, this study focuses on
women's reading room that located on the second floor of the Unsyiah Library. Sitting position on the floor is different
from sitting on a bench where has no space restrictions between men and women. Therefore, the policies enforced by
the Head of the Unsyiah Library was by creating two rooms which differentiated between genders. This application is
only found in Unsyiah Banda Aceh from the basis of Islamic Shari’a and women's privacy. Unfortunately, currently the
women’s reading room has not facilitated the needs of female student sitting positions yet. Therefore it's important to
know the special anthropometry of female students study body size which includes linear dimensions, body size regions,
and other aspects of students body position. The results of anthropometric studies of female student’s sitting position is
useful to prevent the wrong sitting position with improvement of furnitures design and arranging the interior layout of
the right space organization, so that an appropriate reading room atmosphere can be created with academic needs. The
method in this study uses the qualitative method with descriptive approach. The research aims to find out the various
activities and students’s seating positions in women’s reading room. Data collection techniques carried out by
interview, observational data (observations and measurements) on anthropometry female students, existing rooms and
the furnitures in women's reading rooms.

Keywords: Library, Reading Room, Anthropometry, Women

Abstrak
Unit pelaksanaan teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) merupakan Perpustakaan
Perguruan Tinggi Negeri di Banda Aceh yang menyediakan pilihan macam ruang baca berdasarkan kebutuhan
pengunjung. Salah satunya termasuk ruang baca yang dipisahkan secara gender, yaitu ruang baca khusus laki-laki dan
ruang baca khusus perempuan. Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan mengapa diperlukannya ruang baca yang
dipisahkan secara gender. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada ruang baca perempuan lesehan yang terletak
di lantai dua Perpustakaan Unsyiah. Posisi duduk lesehan berbeda dengan duduk di atas bangku dimana lesehan tidak
terdapat batasan space antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, kebijakan yang diberlakukan oleh Kepala
Perpustakaan Unsyiah, yaitu dengan menciptakan dua ruangan yang dibedakan antar gender. Penerapan ini hanya
terdapat di Unsyiah Banda Aceh atas dasar Syari’at Islam dan privasi perempuan. Sayangnya, saat ini ruang baca
perempuan, belum menfasilitasi kebutuhan posisi duduk mahasiswi. Maka dari itu penting untuk mengetahui
antropometri mahasiswi yang secara khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, daerah ukuran
tubuh, dan aspek lain dari posisi tubuh mahasiswi. Hasil kajian antropometri posisi duduk mahasiswi, bermanfaat
untuk mencegah posisi duduk yang salah dengan memperbaiki desain perabot serta mengarahkan susunan interior
pada organisasi ruang yang tepat sehingga dapat terciptanya suasana ruang baca yang sesuai dengan kebutuhan
akademik. Metode pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui ragam kegiatan dan posisi duduk mahasiswa saat berada di ruang baca perempuan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara, wawancara (interview), data observasi (pengamatan dan
pengukuran) terhadap antropometri mahasiswi, eksisting ruangan serta perabot di ruang baca perempuan.

Kata Kunci: Perpustakaan, Ruang baca, Antropometri, Perempuan

1. Pendahuluan lebih besar. Seperti sebuah ruang baca di suatu gedung


Ruang adalah tempat yang lebih intim dari sebuah perpustakaan.
bangunan dan sebagian waktu manusia pada zaman Lokasi penelitian yang di tentukan yaitu ruang
sekarang banyak yang dihabiskan di dalam ruangan. Hal baca yang terletak di Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
yang berkaitan dengan penghuninya adalah bagaimana Perpustakaan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda
uangan tersebut difungsikan[1]. Dalam banyak kasus, Aceh. Perpustakaan Unsyiah menyediakan berbagai
fungsi ruang ditentukan oleh fungsi dan sistem yang macam ruang baca, termasuk ruang baca yang
69
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 69 -74
ISSN: 2655-1586

dipisahkan secara gender, yaitu ruang baca khusus laki- c. Punggung tetap tegak dengan bantalan kursi
laki dan ruang baca khusus perempuan. Kedua ruang ini menopang punggung bawah
merupakan ruang baca duduk lesehan. Fokus objek d. Posisi punggung santai dan tidak membungkuk
penelitian ini adalah ruang baca khusus perempuan. (Lumbal tetap lordosis)
Perhatian terhadap perempuan di masyarakat e. Tibia (betis) tegak lurus dengan lantai
Aceh merupakan hal penting [2]. Perempuan dianggap f. Posisi paha horizontal, sejajar dengan lantai (85o-
mulia dengan terpenuhinya kebutuhannya [2]. 100º)
Berdasarkan pencaharian peneliti, ruang baca terpisah
secara gender pada sebuah perpustakaan belum pernah
diterapkan sebelumnya di Universitas lainnya di
Indonesia. Oleh karena itu, hal ini juga menimbulkan
pertanyaan mengapa diciptakaannya ruang baca
perempuan dan kegunaan ruang baca perempuan sendiri.
Dari hasil observasi awal, saat ini ruang baca lesehan
perempuan yang terletak di lantai dua di Perpustakaan
Unsyiah belum menfasilitasi kebutuhan mahasiswi dari
segi ergonomi maupun dari segi perabot dan interior
ruangan. Kegiatan mahasiswi adalah; membaca koleksi
di perpustakaan, mengerjakan tugas dari kampus,
beristirahat dan berdiskusi. Maka dari itu penting untuk
mengetahui Antropometri mahasiswi yang secara khusus
mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi, daerah
ukuran, dan aspek lainnya.
Dalam kajian pada posisi duduk ini, dapat
melahirkan sebuah desain yang dapat menfasilitasi
kebutuhan antropometri yang akan dikaitkan dengan
kebutuhan fasilitas di ruang baca perempuan sendiri. Gambar 1 (a) Luas meja kerja per-seorangan (b) jarak
Sebab postur kerja yang tidak baik seringkali disebabkan minimum antar meja, (c) ruang gerak minimum
oleh desain fasilitas yang kurang memperhatikan dalam jangkauan ruang baca, (d) lalu lintas
pergerakan antara posisi duduk dan berdiri. Sumber:
kesesuaian dengan penggunanya [3].
Data Arsitek
2. Tinjauan Pustaka
g. Posisi telapak kaki menapak ke tanah. Bila tidak,
2.1 Perpustakaan
berarti posisi duduk terlalu tinggi
Perpustakaan adalah sebuah ruangan atau bangunan
yang isinya berupa koleksi, seperti buku, jurnal yang Dalam merancang program ruang suatu
digunakan oleh masyarakat sewaktu waktu dan mudah perpustakaan perguruan tinggi, maka 10-15% dari
dicari dan dipergunakan [4]. seluruh luas ruangan, masing-masing akan diperlukan
untuk menampung kegiatan yang berhubungan dengan
2.2 Antropometri posisi duduk kelengkapan sarana membaca dan kepustakaan ilmu
Antropometri adalah salah satu bagian dari pengetahuan yang memadai [8].
ergonomi yang secara lebih spesifik membahas
mengenai ukuran tubuh manusia, termasuk dimensi 2.4 Teori fungsi menurut Geofrey Broadbent
tubuh, serta daerah ukuran tubuh dan aspek lain dari Geofrey Broadbent, melontarkan enam fungsi yang
berbagai gerakan tubuh manusia [5]. Menurut kamus dapat dilaksanakan oleh arsitektur untuk menjawab hal
besar bahasa Indonesia (KBBI), sikap adalah bentuk yang dituntut oleh bangunan, yaitu [9]:
tubuh. Duduk adalah meletakkan tubuh atau terletak a. Environmental Filter (penangkal faktor lingkungan)
tubuhnya dengan bertumpu pada bagian bawah badan. b. Container of Activities (wadah kegiatan)
Jadi, sikap duduk adalah bagaimana atas tubuh bertumpu c. Capital Investment (investasi atau penanaman
pada bagian bawah tubuh. Sedangkan posisi duduk modal)
adalah letak atau kedudukan sebuah tubuh manusia [6] d. Symbolic Function (fungsi simbolik)
Macam-macam posisi duduk menurut Parjoto (2007), e. Behavior Modifier (pengaruh perilaku)
beberapa macam posisi duduk adalah sebagai berikut f. Aesthetic Function (bertujuan untuk kesenangan).
[7]:
a. Duduk tegak 2.4.1 Container of activities (wadah kegiatan)
b. Duduk condong kedepan a. Pola aktivitas pelaku
c. Duduk menyandar Berdasarkan buku Disain Interior oleh
Menurut penelitian Khumaerah (2011) menjelaskan Suprandar (1999), menjelaskan bahwa pola
bahwa standar posisi duduk yang ergonomi adalah aktivitas pelaku disesuaikan dengan kegiatan
sebagai berikut [7]: dan tingkah laku individu. Untuk itu,
a. Dagu ditarik ke dalam diperlukannya seorang arsitek untuk mencoba
b. Kepala tidak membungkuk ke depan (fleksi 5o-10º) membahas berbagai kebiasaan orang yang ada
kaitannya dengan ruang di dalam sebuah

70
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 69 -74
ISSN: 2655-1586

bangunan berdasarkan dari segi kegunaan 3.4.3 Wawancara (interview)


ruang, waktu dan kebiasaan penggunanya. [10] Wawancara ini akan dilakukan pada pihak
pemustaka yang mengetahui seluk beluk pembangunan
b. Volume ruang ruang baca perempuan dan pihak yang berpengalaman
Ruang berhubungan erat dengan ukuran-ukuran maupun berkepentingan di UPT Perpustakaan Unsyiah.
manusia, kegiatan kegiatan dilakukan dengan Data yang digunakan setelah wawancara diharapkan
kebutuhan mental. Batas ruang sangat berbeda kelak dapat membantu penelitian untuk memberikan
dari satu dengan yang lain [10]. saran rekomendasi desain terhadap kebutuhan mahasiswi
di ruang baca perempuan.
keadaan
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Ruang baca perempuan
Berikut adalah bagan tata letak ruang baca
ruang
perempuan di lantai dua perpustakaan Unsyiah.
karya akibat

Gambar 2 skema hubungan matrik volume


ruang
Sumber: Disain Interior (1999)
c. Organisasi ruang
Macam macam organisasi ruang; organisasi
terpusat, organisasi linier, organisasi radial, Gambar 3 Denah Ruang Baca Khusus Lantai 2
organisasi cluster, organisasi grid [10]. Sumber: Hasil Pengamatan Perpustakaan
Unsyiah
2.4.2 Behavior modifier (pengaruh perilaku)
Pada fungsi behavior modifier, bangunan dapat
mengubah perilaku dan kebiasaan, sesuai dengan
suasana ruang. Dalam kajian perilaku ini arsitektur atau
bangunan harus berfungsi sebagai pembentuk perilaku.
Dalam tautan ini diyakini, bahwa setiap olahan dalam
setiap bentukan arsitektur pada gilirannya akan mampu
memodifikasi, membentuk bahkan memanipulasi
tingkah seseorang yang secara aktif berinteraksi dengan
bentukan arsitektur tersebut. [10]
Gambar 4 Bagan Sirkulasi Ruang Baca Khusus
Perempuan Sumber: hasil pengamatan lantai dua
3. Metodologi Penelitian perpustakaan unsyiah
3.1 Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Berikut adalah kegiatan mahasiswi di ruang baca
dengan pendekatan deskriptif, penelitian kualitatif perempuan.
ditujukan untuk memahami fenomena sosial dari sudut a. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak
atau perspektif partisipan. Partisipan yaitu orang-orang kampus, dan berbagai jenis kegiatan lainnya yang
yang diwawancarai, diobservasi, diminta memberikan menggunakan laptop.
data, pendapat, pemikiran, persepsinya. b. Membawa buku dari ruangan koleksi dan membaca
nya di ruang baca perempuan.
3.4 Teknik pengumpulan data c. Melakukan diskusi grup.
3.4.1 Observasi d. Beristirahat.
Observasi merupakan salah satu metode
pengumpulan data dimana peneliti melihat mengamati Hasil Observasi Mahasiswi di Ruang Baca Permpuan
secara visual sehingga validitas data sangat tergantung a. Posisi duduk yang paling lama diterapkan oleh
pada kemampuan observer. [11] mahasiswi adalah posisi bersila.
b. Mahasiwi merenggangkan kaki sementara untuk
3.4.2 Pengukuran menghilangkan rasa pegal kaki saat posisi bersila
Pengukuran yang digunakan untuk mengetahui dan bersimpuh.
antropometri mahasiswi di ruang baca perempuan. c. Posisi duduk lesehan mahasiswi berpindah-pindah
Selanjutnya, berdasarkan data hasil lapangan ini, peneliti sebab tubuh bagian menekan tubuh bagian bawah
dapat menyimpulkan hipotesis berkenaan dengan dengan lantai, sehingga tidak nyaman dalam jangka
kebiasaan duduk mahasiswi saat berada di ruang baca waktu 1 sampai 2 jam.
perempuan. d. Mahasiswi yang duduk bersandar di tembok tidak
dapat bertahan lebih lama, dibanding mahasiswi
yang bersandar di sofa atau duduk di atas sofa.
71
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 69 -74
ISSN: 2655-1586

e. Meja lesehan yang digunakan mahasiswi terlalu 5. Rekomendasi Desain


tinggi (45 cm) sehingga posisi tangan terangkat dan 5.1 Desain perabot ruang baca perempuan
kerja menjadi tidak efesien karena menyebabkan Meja kerja di ruang baca perempuan adalah meja
tegang otot. kerja yang digunakan untuk duduk lesehan (meja osin),
f. Mahasiswi membungkuk 30o-50o saat membaca, berbentuk persegi agar lebih mudah digunakan untuk
dimana posisi membungkuk tidak sesuai dengan keperluan diskusi dan kerja kelompok. Pada eksisting,
ergonomi yang dianjurkan. panjang kaki meja adalah 45 cm, dan dari eksisting
g. Ruang baca digunakan tidak hanya untuk kerja menjadi 37cm termasuk tinggi permukaan.
kelompok, membaca, dan belajar, tetapi mahasiwi
juga menggunakan ruang baca untuk tidur. Posisi
tidur tidak direkomendasikan karena tidak termasuk
salah satu tujuan pembangunan dan fungsi ruang
baca.

Meja yang digunakan mahasiswi seluas 75 cm x


100cm. Sedangkan sofa yang digunakan di ruang baca
perempuan adalah sofa panjang yang digunakan oleh
beberapa pengunjung.

Gambar 6 Desain luas permukaan dan tinggi


meja kerja ruang baca perempuan
(Sumber: peneliti, 2019)

Sesuai dengan kebiasaan mahasiswi di ruang baca


perempuan yang menggunakan koleksi dari
Perpustakaan Unsyiah, perencanaan desain meja belajar
lesehan ruang baca perempuan akan disediakan rak
minimalis khusus untuk meletakaan koleksi
perpustakaan di sebelah meja

Gambar 7 Tampak depan dan samping rak buku di


atas meja (Sumber: peneliti, 2019)

Desain sofa di ruang baca perempuan UPT


Perpustakaan Unsyiah yaitu:
123
a. Sofa tidak menfasilitasi panjang tubuh mahasiswi,
cm
Gambar 5 (a) Tembok bata dengan lapisan wallpaper sehingga tidak digunakan untuk tiduran.
(b) kaca tebal kedap suara (Sumber: peneliti, 2019) b. Sofa digunakan maksimal untuk per satu orang (sofa
pendek) dan terdapat tumpuan pada tagan untuk
meletakkan buku bacaan.
Berikut adalah eksisting fasad yang digunakan
pada ruang baca perempuan. Kaca kedap suara pada
ruang baca perempuan terdapat pada 2 sisi. Yaitu, sisi
depan dan sisi pembatas ruang baca khusus laki-laki
dengan perempuan. Karena ruang baca ini dominan
menjadi ruang diskusi, kaca tebal ini merupakan salah
satu material pokok yang digunakan agar suara saat
berdiskusi tidak terdengar keluar.
Gambar 8 Desain sofa di ruang baca
perempuan (Sumber: peneliti, 2019)

72
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 69 -74
ISSN: 2655-1586

Bantal duduk dipertimbangkan sebagai salah satu


fasilitas yang memberikan kenyamanan dan
menghindari efek buruk posisi duduk lesehan saat
badan bertumpu pada tubuh bagian bawah.

Gambar 11 Perencanaan desain fasad ruang baca


perempuan dan laki-laki (Sumber: peneliti, 2019)
Gambar 9 Desain bantal duduk di ruang baca
perempuan (Sumber: peneliti, 2019)

Gambar 12 (a) Tampak depan ruang baca perempuan


terlihat dari luar, (b) tampak ruang baca perempuan dari
ruang baca laki-laki (Sumber: peneliti, 2019)
Gambar 10 Desain bantal duduk di ruang baca
perempuan (Sumber: peneliti, 2019) 5.3 Organisasi ruang
Organisasi ruang pada ruang baca perempuan
Fasilitas yang dibutuhkan untuk menempatkan buku merupakan salah satu komponen utama yang dapat
yang sudah dibaca yaitu rak buku sementara di ruang disesuaikan dengan kebutuhan jumlah penggunanya
baca perempuan, setelah buku selesai dibaca, petugas dan pengaturan posisi duduk dengan ruang kerja dan
akan dengan mudah mengumpulkan buku ke rak perangkat yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dengan
semula dan buku-buku juga tersusun lebih teratur. berbagai perabot yang sudah di desain, ruang baca
Berikut adalah desain rak buku sementara untuk ruang perempuan memerlukan organisasi ruang yang
baca perempuan. disesuaikan dengan luas antropometri mahasiswi.
Berdasarkan kebutuhan mahasiswi, organisasi
5.2 Desain fasad di ruang baca perempuan ruang yang cocok dengan posisi mahasiswi adalah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, organisasi cluster, sebab ruang baca perempuan dengan
eksisting fasad pembatas antar ruang baca laki-laki dan organisasi cluser, kapasitas meja digunakan untuk kerja
perempuan yang menggunakan kaca, kurang efektif kelompok dan diskusi dan mandiri.
Berdasarkan buku Disain Interior oleh J.Pramudji
diberlakukan, sebab kurangnya rasa percaya diri
Suptandar (1999) [10], ditulisakan bahwa terdapat
mahasiswi dan terbatasnya ruang gerak mahasiswi di
daerah-daerah dalam suatu ruang dapat dibagi dalam
ruang baca perempua. Oleh sebab itu, selubung pada beberapa kelompok utama, yaitu:
a. Public area
b. Semi private area
c. Private area
d. Most private area
Ruang baca perempuan Perpustakaan Unsyiah
merupakan ruangan semi privat. Dalam kasusnya, zona
pada ruang baca perempuan dapat terbagi menjadi dua,
yaitu zona publik dan zona privat, yang dapat
diterjemahkan melalui perbedaan pada tingkat
konsentrasi membaca di ruang baca.

73
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 69 -74
ISSN: 2655-1586

Gambar 13 Zona di ruang baca perempuan


(Sumber: peneliti, 2019) Gambar 16 perspektif ruang baca perempuan
(Sumber: peneliti, 2019)

Pustaka
[1] Fitria, Ainunnisa Tika. (2018). Pengaruh Seting
Ruang Terhadap Perilaku Pengguna Dengan
Pendekatan Behavioral Mapping. Tersedia pada
https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.ph
Gambar 14. Simulasi kegiatan zona publik dan p/JUARA/index
privat di ruang baca perempuan (Sumber: peneliti, [2] Wulandari, Elysa. (2010). Jurnal Etika. Fakultas
2019) Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia.
(ISSN) 2086-0145.
Dikarenakan dalam organisasi ruang cluster terdapat
[3] Purwaningsih, Ratna. (2017). Sebab postur kerja
mahasiswi yang belajar mandiri maupun mahasiswi yang tidak baik seringkali disebabkan oleh desain
yang berdiskusi kelompok. Maka perlu fasilitas yang kurang memperhatikan kesesuaian
dipertimbangkan personal distance dan social distance, dengan penggunanya. Tersedia pada
dimana terdapat jarak antar interaksi publik dan https://www.researchgate.net/
seorang individu berada dalam satu ruangan. Jarak [4] Sutarno, NS. (2006). Manajemen perpustakaan:
social distance mencapai 150 cm dampai 3 meter. suatu pendekatan praktik. Tersedia pada
Sedangkan jarak personal distance dari 60 cm sampai http://digilib.unila.ac.id/10140/131/BAB%20II.pdf
100 cm. [5] Numiarto, Eko (1991). Ergonomi Konsep Dasar
dan Aplikasinya. Prima Printing: Surabaya
[6] Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Tersedia
pada https://kbbi.web.id/.
[7] Wijayanti, Fitri. (2017). Hubungan Posisi Duduk
Dan Lama Duduk Terhadap Kejadian Low Back
Pain (Lbp) Pada Penjahit Konveksi Di Kelurahan
Way Halim Bandar Lampung. Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
[8] Neufert, Ernst. (2002). Data Arsitek. Erlangga:
Jakarta.
[9] Towoliu, Richard Marvel. (2015) Teori Fungsi
Menurut Geofrey Broadbent. Skripsi Universitas
Sam Ratulangi, Manado.
[10] Pramudji, Suptandar. (1999). Disain Interior.
Djambatan: Jakarta.
[11] Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami
Gambar 15 Jarak area antar mahasiswi di ruang baca Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
perempuan (Sumber: peneliti, 2019)

74
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 69 -74

You might also like