You are on page 1of 9

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 239-247, 2016 ISSN CETAK.

2443-115X
ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FORMULASI GEL UNTUK


SARIAWAN DARI EKSTRAK DAUN SAGA ( Abrus precatorius
Linn. ) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
Submitted : 14 November 2016
Edited : 18 November 2016
Accepted : 30 November 2016

Ratih Dyah Pertiwi1,2, Joni Kristanto2, Graha Ayu Praptiwi2


1
Jurusan Kesehatan Masyarakat , Fakultas Imu ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Jakarta
2
Akademi Farmasi Hang Tuah, Jakarta
Email : rpertiwy@yahoo.com

ABSTRACT
One of plants used by Indonesian people as a traditional medicine is saga plant (Abrus
precatorius L.). This plant has medicinal properties as medication for thrush, cough and
laryngitis. Chemical constituents contained in sage leaves which work as antibacterial are
flavonoid and saponin. This study aims to determine the optimal concentration of saga leaves
extract which can be formulated in a gel dosage form with qualified physical evaluation and
has antibacterial activity against Staphylococcus aureus. Saga leaves extract is prepared by
maceration method using ethanol 70% as solvent, and then the extract obtained is
preliminarily tested to see its antibacterial activity against Staphylococcus aureus with agar
diffusion method. Gel formulation for thrush is made with dispersion method in three formulas
with variants of active substance concentration that is FI (1%), FII (3%) and FIII (5%). Gel
preparation antibacterial activity test is conducted with agar diffusion method as a plate
cylinder. Based on this research, it was found that the extract of saga leaves which is positively
made is efficacious as antibacterial and can be formulated into a gel preparation for thrush
with optimal concentration in F III (5%), this is indicated by widest diameter of the inhibition
area against Staphylococus aureus bacteria.

Keywords : saga leaves, gel, antibacterial activity

PENDAHULUAN sariawan, obat batuk dan obat radang


Sediaan obat bahan alam sebagai tenggorokan(2).
warisan budaya nasional bangsa Indonesia Menurut penelitian Wahyuningsih
dirasa semakin berperan dalam pola (2006), kandungan daun saga yang berupa
kehidupan masyarakat dari sisi kehidupan glikosida (Abrusosida A-D dan Abrusgenin),
maupun perekonomian. Gaya hidup kembali saponin dan flavonoid mempunyai fungsi
ke alam (back to nature) menjadi tren saat sebagai antibakteri. Nilai kadar bunuh
ini sehingga masyarakat kembali minimum (KBM) dari ekstrak etanol daun
memanfaatkan berbagai bahan alam, saga untuk bakteri S.aureus sebesar 0,63%
termasuk pengobatan dengan tumbuhan dan E.coli sebesar 2,50%(3).
obat(1). Salah satu tanaman yang Hal ini membuktikan bahwa ekstrak
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia etanol daun saga mempunyai kandungan
yaitu tanaman saga (Abrus precatorius L.). kimia yang aktivitasnya lebih baik pada
Tanaman ini berkhasiat sebagai obat bakteri gram positif yaitu S.aureus daripada
gram negatif yaitu E.coli(4).

239 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 239-247, 2016 RATIH DYAH PERTIWI

Staphylococcus aureus yang dalam Gel daun saga (Abrus precatorius L.)
keadaan penurunan imunitas dimana semula merupakan sediaan gel untuk pemakaian
komensal dapat berubah menjadi patogen oral dalam mukosa mulut dengan bahan
sehingga menyebabkan bakteremia dan dasar gel yang bersifat hidrofilik dengan
infeksi sistemik pada rongga mulut. Infeksi bahan baku utamanya yaitu ekstrak daun
Staphylococcus aureus diasosiasikan dengan saga. Dalam membuat sediaan, masalah
beberapa kondisi patologi pada saat stabilitas serta kekentalan sediaan
menginfeksi selaput mukosa dalam tubuh merupakan masalah yang harus diatasi
yaitu dengan adanya keadaan khas seperti pertama kali dan kemudian formulasinya
nekrosis, peradangan dan pembentukan sebagai sediaan gel yang mudah
abses(5). Sedangkan sariawan merupakan diaplikasikan. Pada penelitian dilakukan
salah satu bentuk peradangan yang terjadi di formulasi sediaan gel dari ekstrak dari daun
dalam mulut, sehingga daun saga dapat saga dan untuk uji efektifitas gel dan
menjadi alternatif pada pengobatan ekstraknya dilakukan uji aktivitas anti
sariawan. bakteri formulasi gel untuk sariawan dari
Sariawan merupakan salah satu ekstrak daun Saga (Abrus Precatorius Linn.)
penyakit mukosa mulut yang paling umum terhadap bakteri Staphylococcus Aureus.
terjadi di masyarakat(6). Pemanfaatan daun Tujuan Penelitian adalah untuk
saga dalam masyarakat untuk pengobatan mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak
sariawan dengan cara dikunyah sampai halus daun saga (Abrus precatorius L.) dapat
atau ditumbuk sampai lumat dan kemudian dijadikan sebagai sediaan gel sariawan yang
ditambah air matang untuk di kumur atau memiliki efektivitas daya antibakteri
bahkan diminum(2). Cara pemakaian secara terhadap Staphylococcus aureus.
tradisional tersebut dirasa kurang efisien dan
efektif, sehingga diperlukan upaya METODE
mengoptimalkan khasiatnya, menutupi rasa Alat
yang kurang enak sekaligus menciptakan Homogenizer, Penangas Air, Rotavapor, pH
inovasi baru dalam formulasi sediaan yang Meter Cyberscan, Viscometer (Brook Field),
dapat memberikan kenyamanan dan Rotator, Autoclave, Inkubator, Jarum Ose,
kemudahan dalam pemakaian terutama Cawan Petri, Accu jet pro
digunakan untuk anak-anak ataupun balita
yaitu dengan dibuat sediaan gel sariawan. Bahan
Gel merupakan sediaan sistem semi Daun saga, Etanol 70%, Sorbitol cair,
padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari Gliserin, Xanthan Gum (brataco) , Karbopol
partikel anorganik yang kecil atau molekul 934 P (brataco), TEA (Triethanolamine),
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu Nipagin, Potassium Sorbat, Esens Stroberi,
cairan(7). Gel adalah pembawa yang Aqua destilata, Suspensi Staphylococcus
digunakan dengan tujuan pemberian obat aureus, Media NA (Nutrient Agar), Media
pada bagian mukosa, salah satunya adalah TSB (Trypticasein Soy Broth)
mukosa mulut. Gel mengandung basis gel
baik yang bersifat hidrofilik maupun Tahapan Penelitian
hidrofobik. Basis gel hidrofilik Pembuatan Ekstrak Kental Daun Saga
menimbulkan efek pendinginan pada kulit Ekstrak dibuat dengan cara maserasi
saat digunakan, mempunyai daya lekat yang menggunakan etanol 70%.
tinggi, mudah dicuci dengan air dan
pelepasan obatnya baik(8).

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 240


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 239-247, 2016 RATIH DYAH PERTIWI

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak aduk ad homogen dan mengembang.


Daun Saga (Abrus precatorius L.) Tambahkan trietanolamin dan gliserin, aduk
Identifikasi Kualitatif Flavonoid (9), 1 ad homogen (Massa II). Masukkan massa II
gram ekstrak kental daun saga tambah 1 ml ke dalam massa I, aduk ad homogen.
sampai 2 ml etanol 96% P, kemudian aduk Tambahkan Sorbitol cair, aduk ad homogen.
hingga larut. Saring filtrat menggunakan (Massa III). Larutkan ekstrak kental daun
kertas saring. Ukur filtrat sebanyak 1 ml, saga dengan aqua destilata secukupnya,
kemudian masukkan ke dalam cawan uap. aduk ad larut dan homogen. Masukkan ke
Tambahkan 0,05 gram serbuk seng p.a dan dalam massa III sedikit demi sedikit, aduk
tambahkan 10 tetes HCl pekat P, kemudian ad homogen. Tambahkan esens stroberi,
diamkan selama beberapa menit. Terjadi aduk ad homogen. Tambahkan sisa aqua
warna jingga sampai warna merah intensif, destilata aduk ad homogen. Masker gel
menunjukkan adanya flavonoid. dibuat dengan perbedaan kandungan ekstrak
Identifikasi Kualitatif Saponin, 0,5 g dalam formula (tabel 1)
ekstrak kental daun saga masukkan ke dalam
tabung reaksi. Tambahkan 10 ml air panas, Evaluasi Sediaan Gel
dinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat Evaluasi sediaan gel meliputi
selama 10 detik. Indikasi adanya saponin organoleptis, homogenitas, uji daya sebar,
adalah terbentuk buih yang mantap selama viskositas, dan penetapan derajat keasaman
tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm dan kebasaan (pH).
sampai 10 cm.
Identifikasi Kualitatif Alkohol, 0,5 Uji Waktu Kontak Ekstrak Daun Saga
gram ekstrak kental daun saga masukkan ke Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes Pembuatan Media TSB (Tryticasein Soy
H2SO4 pekat P dan 1 ml K2CrO7. Hasil Broth)
positif ditunjukkan dengan terbentuk warna Timbang media TSB sebanyak 1,5
hijau kebiruan pada larutan ekstrak. gram. Panaskan aqua destilata dalam beaker
Identifikasi Kuantitatif Saponin, glass sebanyak 50 ml di atas penangas air.
pengujian ini dilakukan di BALITRO Masukkan media TSB ke dalam aqua
(Badan Penelitian Tanaman Obat Dan destilata tersebut, aduk sampai larut dan
Rempah), Bogor dengan TLC Scanner (Thin homogen. Isi tabung reaksi masing-masing
Layer Chromatograph) atau Densitometer. dengan media TSB @ 5 cc. dan tutup tabung
dengan sumbat, lalu sterilkan dalam
Pembuatan Gel autoclave dengan suhu 121ºC selama 15
Larutkan nipagin dengan aqua menit.
destilata panas sebanyak 20x nya bobot
nipagin, aduk ad larut dan homogen. Uji Waktu Kontak Terhadap Bakteri
Tambahkan potassium sorbat, aduk ad larut Staphylococcus aureus
dan homogen (larutan pengawet). Siapkan 3 tabung reaksi kosong, isi
Kembangkan xanthan gum dalam aqua masing-masing dengan aqua destilata @ 9
destilata panas sebanyak ± 20x nya, aduk ad cc, tandai 10-1, 10-2 dan 10-3. Siapkan bakteri
mengembang dan homogen, lakukan di atas Staphylococcus aureus, pipet 1 cc masukkan
penangas air pada suhu 50ºC. Tambahkan ke dalam tabung dengan pengenceran 10-1,
larutan pengawet, aduk ad homogen. (Massa kemudian dikocok di rotator (lanjutkan
I). Kembangkan karbopol dalam aqua sampai dengan pengenceran 10-3). Pipet 0,5
destilata hangat ± 20x nya bobot karbopol, cc pengenceran bakteri 10-3, lalu masukkan

241 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 239-247, 2016 RATIH DYAH PERTIWI

ke dalam 3 tabung reaksi berisi sediaan gel cawan timbang. Masukkan ke dalam labu
dari ekstrak daun saga. Kemudian ambil 1 ukur 25 ml dan larutkan dengan HCl 0,1 N
mata ose dan pindahkan ke dalam tabung sehingga didapat konsentrasi 1000µg/ml.
reaksi yang berisikan media TSB, lakukan
sampai 3 tabung reaksi dari masing-masing Pelaksanaan Uji Daya Hambat Sediaan Gel
sediaan dengan waktu kontak 5 detik, 10 dari Ekstrak Daun Saga
detik dan 15 detik. Inkubasi selama 1 x 24 Pipet 0,050 ml bakteri Staphylococcus
jam di dalam incubator. aureus yang telah diencerkan, kemudian
masukkan ke dalam media NA yang
Tahapan Uji Aktivitas Antibakteri sebelumnya sudah disterilkan dalam
Sampel Gel Ekstrak Daun Saga Terhadap autoclave dalam waktu 15 menit dengan
Bakteri Staphylococcus aureus suhu 121ºC dan telah didinginkan dengan
Pembiakkan Staphylococcus aureus suhu ± 50º-60ºC. Kemudian kocok perlahan
(ATCC 29737) sampai bakteri tercampur sempurna dalam
Timbang media Na sebanyak 2 gram, media. Masukkan sebanyak @ 17 ml media
masukkan ke dalam beaker glass yang berisi tersebut dalam 3 cawan petri. Diamkan
aqua destilata sebanyak 100 ml. Panaskan di sampai membeku. Setelah media padat
atas penangas air kemudian sterilkan dengan dengan menggunakan alat bantu pencadang ,
autoclave selama 15 menit, 121ºC, tekanan 1 letakkan pencadang logam ke dalam 2 buah
atm. Persiapkan agar miring steril, ambil 1 cawan petri kecil yang sudah berisi media
mata ose bakteri Staphylococcus aureus NA dan bakteri yang sudah padat. Masukkan
tanam pada media Na. Inkubasi selama 1x24 sampel gel daun saga dengan konsentrasi
jam di dalam incubator pada suhu yang sudah ditentukan dan tetrasiklin hasil
37ºC.Lihat dan baca hasil dari pengenceran ke dalam masing-masing
pencadang logam sesuai dengan kode pada
Pembuatan Media Nutrient Agar cawan petri sebanyak 2 – 3 tetes. Diamkan
Panaskan 51 ml aqua destilata di atas selama ± 15 menit supaya terdifusi
penangas air. Timbang 1,02 gram media sempurna. Inkubasikan selama 1 x 24 jam di
NA. Larutkan media NA di atas penangas dalam inkubator dengan suhu 37ºC. Setelah
air ad larut. Sterilkan dengan menggunakan 1 x 24 jam lihat dan baca hasil.
autoclave dengan suhu 121ºC selama 15
menit. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi
Pengenceran bakteri Staphylococcus Penelitian ini dilakukan untuk
aureus (ATCC 29737) mengetahui konsentrasi optimal dari ekstrak
Pipet 1 ml aquabidest, masukkan ke daun saga yang diformulasikan dalam
dalam biakan bakteri Staphylococcus aureus bentuk sediaan gel yang berkhasiat sebagai
yang berumur 1x24 jam kemudian kocok di antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
rotator. Pipet 1 ml bakteri tersebut, secara in vitro dengan menghitung
masukkan ke dalam erlenmeyer yang telah Konsentrasi Hambat Minimum (KHM).
berisi 19 ml aquabidest sehingga didapatkan Metode yang digunakan dalam pengujian ini
konsentrasi 10-2 (1:20), lalu kocok di rotator. menggunakan metode difusi padat yaitu
menanam sediaan gel dalam media Nutrient
Pengenceran Tetrasiklin Agar yang telah diberi bakteri
Timbang baku sekunder tetrasiklin Staphylococcus aureus dengan
sebanyak 30 mg dengan menggunakan menggunakan metode lempeng silinder.

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 242


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 239-247, 2016 RATIH DYAH PERTIWI

Pada proses ekstraksi ini simplisia antibakteri. Penelitian sebelumnya, saponin


yang digunakan yaitu sebanyak 500 gram berkhasiat sebagai antibakteri pada kadar
dengan menggunakan pelarut etanol 70% 0,09% dan hasil pengujian pada ekstrak
sebanyak 5 L. Penggunaan metode maserasi daun saga yang didapat adalah sebesar
dipilih untuk menghindari rusaknya zat aktif 1,19% yang berarti positif sebagai
karena faktor suhu. Cairan penyari yang antibakteri karena telah melewati batas
digunakan adalah etanol 70% yang minimum pengujian sebelumnya(3).
merupakan campuran etanol 70 % dan air
30%/ Pemilihan etanol sebagai penyari Tabel 2. Hasil Pengujian saponin
karena senyawa yang akan disari cenderung
tertarik pada pelarut etanol. Setelah Jenis Hasil Metode
dimaserasi dan dikentalkan diperoleh Bahan Pengujian Pengujian
ekstrak sebanyak 75,20 gram dengan
rendemen 15,04%. Hal ini sesuai dengan Ekstrak
persyaratan ekstrak kental daun saga yaitu
Etanol TLC
rendemen tidak kurang dari 10,3% (10). 1,19%
Daun Scanner
Saga
Organoleptis Ektrak Daun Saga
Berdasarkan hasil pengamatan Formulasi dan Evaluasi Fisik Gel dari
organoleptis ekstrak menunjukkan bahwa Ektrak Daun Saga
ekstrak kental yang didapat telah memenuhi
Formula sediaan gel untuk sariawan
persyaratan yang ditetapkan, yaitu ekstrak
ini dibuat dalam 3 formula dengan variasi
memiliki warna coklat kehijauan, dengan
konsentrasi ekstrak daun saga sebagai zat
bau khas agak aromatis dan mempunyai rasa
aktif (tabel 3). Hal ini bertujuan untuk
manis agak pahit(10).
mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak
daun saga terhadap sediaan gel yang dibuat
Hasil Identifikasi Senyawa Kimia dan mengetahui konsentrasi optimal ekstrak
Kualitatif Ekstrak Daun Saga daun saga dalam sediaan gel yang berkhasiat
sebagai antibakteri terhadap bakteri
Tabel 1. Hasil Identifikasi
Staphylococcus aureus.
Senyawa Literatur Hasil Ket Tabel 3. Formula Gel
Flavonoid Jingga - Jingga-
(+) Formula
merah merah No. Nama Bahan
I II III
Saponin Timbul Timbul (+)
1 Ekstrak Kental 1% 3% 5%
buih buih
2 Sorbitol cair 10% 10% 10%

3 Gliserin 10% 10% 10%

4 Xanthan Gum 0,5% 0,5% 0,5%


Hijau
Alkohol Coklat (-) 5 Karbopol 934 P 0,5% 0,5% 0,5%
kebiruan
Trietanolamin
6 0,75% 0,75% 0,75%
(TEA)
Pada hasil uji identifikasi zat didapat
bahwa ekstrak daun saga mengandung 7 Nipagin 0,1% 0,1% 0,1%
flavonoid dan saponin (tabel 1). Data hasil 8 Potassium Sorbat 0,1% 0,1% 0,1%
pengujian kadar saponin dilakukan di Balai
9 Esens Stroberi qs qs qs
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
(BALITRO), Bogor, Jawa Barat (tabel 2). 10
Aqua dest
300 ml 300 ml 300 ml
Uji kuantitatif untuk kadar saponin yang sampai
terdapat dalam ekstrak daun saga dilakukan
karena saponin juga berkhasiat sebagai

243 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 239-247, 2016 RATIH DYAH PERTIWI

Pemilihan kosentrasi ekstrak dengan warna jernih atau transparan. Pada


didasarkan pada penelitian sebelumnya. proses pembuatan, xanthan gum dapat
Penelitian sebelumnya menyebutkan MIC mengurangi kejernihan dari warna sediaan
dari ekstrak petroleum akar daun saga gel tersebut karena xathan gum sebagai
terhadap Staphylococcus aureus juga yaitu gelling agent menghasilkan suatu gel yang
0.44 mg/ml (440 μg/ml) dan pada ekstrak keruh. Namun hal tersebut dapat diatasi
Metanol yaitu 0.40 mg/ml (400 μg/ml). dengan cara menaburkan xathan gum diatas
Ekstrak dari batang dan minyak biji saga air panas 20x nya kemudian diaduk perlahan
ampuh melawan beberapa bakteri gram di atas penangas air dengan suhu tidak lebih
positif dan Candida albicans, tetapi tidak dari 50ºC.
terhadap S. anginosus, E. faecalis dan Hasil uji homogenitas
beberapa bakteri gram negatif (kishor) . memperlihatkan bahwa sediaan gel yang
Xanthan gum dan karbopol 934P yang dibuat dari ketiga formula memiliki
digunakan sebagai gelling agent dipilih homogenitas sediaan yang baik, hal tersebut
karena penggabungan dari kedua jenis ditunjukkan dengan tidak adanya butiran
gelling agent tersebut memberikan efek kasar (tabel 4).
mucoadhesif sebab gel ini difungsikan Hasil uji viskositas yang diperoleh
dengan cara ditempelkan pada mucosa luka telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
sehingga kombinasi keduanya dapat standar tentang nilai viskositas gel yaitu
bertujuan untuk memperlama waktu kontak 3.000- 50.000 cps. Pengukuran viskositas
sediaan dengan lokasi target, gel bertujuan untuk mengetahui seberapa
memperpanjang waktu absorpsi dan besar kekentalan sediaan gel yang akan
meningkatkan kinerja terapi obat(11). mempengaruhi daya sebar dan daya lekat gel
Xanthan gum merupakan gelling agent yang ketika diaplikasikan pada kulit atau
berasal dari alam yaitu terbentuk dari membran mukosa (tabel 4 ) Menurut Badan
fermentasi mikroba Xanthomonas Standar Nasional Indonesia
campestris, sedangkan karbopol 934P (BSNI/BSN/SNI) yaitu pada SNI 16-4380-
merupakan gelling agent sintetik atau buatan 1996 nilai viskositas sediaan gel pembersih
dari polimer sintetik BM tinggi dari asam kulit yaitu 3.000- 50.000 cps maka dari itu
karboksilat sehingga karbopol 934P ini ke tiga gel tersebut memiliki nilai viskositas
bersifat asam(12). Penggunaan karbopol 934P yang memenuhi syarat.
ini akan menghasilkan suatu sediaan gel

Tabel 4. Hasil evaluasi fisik gel

Formula
Evaluasi Fisik
I (1%) II(3%) III(5%)
Organoleptis
a. Tekstur Kental Kental Kental
b. Bau Khas Khas Khas
c. Warna Hijau muda Hijau tua Hijau coklatan
Homogenitas Homogen Homogen Homogen
Viskostas 32.862,50 cps 26.408,33 cps 24.333,33 cps
pH 6,72 6,64 6,47
Daya Sebar 5,1 cm 5,3 cm 5,7 cm

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 244


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 239-247, 2016 RATIH DYAH PERTIWI

Uji pH bertujuan untuk melihat saat kontak dengan sediaan setelah


apakah sediaan yang dibuat mempunyai nilai diaplikasikan pada daerah target yang
pH yang sesuai dan bisa diterima oleh kulit terserang sariawan. Pengujian waktu kontak
ataupun membran mukosa pada mulut yaitu ini mengacu pada standar pengujian
5,5 – 7,9. Pengukuran pH dilakukan desinfektan dengan koefisien fenol yang
menggunakan alat pH meter Cyberscan terdapat dalam Farmakope Indonesia Edisi
Eutech. Menurut Badan Standar Nasional IV. Hasil pengujian diperoleh bahwa pada
Indonesia (BSNI/BSN/SNI) yaitu pada SNI formula III dengan konsentrasi ekstrak 5%
16-4380-1196 untuk pH kulit manusia yaitu memiliki daya antibakteri yang optimal
pH 4,5-6,5. Sedangkan menurut Rooban pH terhadap bakteri Staphylococcus aureus
mulut berkisar antara 5,5-7,9 (13) (13). Maka (tabel 5).
dari itu ketiga sediaan gel tersebut memiliki
pH yang memenuhi syarat (tabel 4). Tabel 5. Hasil Evaluasi Uji Waktu kontak
Untuk hasil uji pH diperoleh hasil Sediaan Gel dari Ekstrak Daun
yang masih memenuhi persyaratan pH pada Saga
mulut yaitu 5,5 - 7,9(13). Dan untuk uji daya
sebar diperoleh hasil bahwa gel yang dibuat Formula
Waktu
memiliki daya sebar antara 5 – 7 cm yang No.
(detik) I II III
menunjukkan bahwa gel yang dibuat
(1%) (3%) (5%)
memiliki konsistensi semisolid yang sangat
nyaman dalam penggunaannya (tabel 4). 1. 5 - - +
Pengukuran daya sebar bertujuan untuk
melihat kemampuan sediaan gel menyebar
2. 10 + + -
pada permukaan kulit ataupun membran
mukosa sehingga dapat mengetahui
penyebaran zat aktif yang dikandung dalam 3. 15 - + -
gel di kulit ataupun membran mukosa. Hal
ini berkaitan dengan distribusi zat aktif yang
terkandung dalam sediaan. Daya sebar Keterangan
terbesar ditunjukkan oleh sediaan gel pada ( + ) : Bakteri S.aureus hidup ditandai
formula III, hal ini berkaitan dengan dengan larutan keruh
viskositas, dimana penurunan viskositas ( - ) : Bakteri S.aureus mati ditandai
menyebabkan daya sebar meningkat karena dengan larutan bening
sediaan lebih mudah mengalir.
Mikroba penguji yang digunakan
Hasil Uji Waktu Kontak Sediaan Gel dari dalam evaluasi mikrobiologi ini adalah
bakteri Staphylococcus aureus (ATCC
Ekstrak Daun Saga
29737). Bakteri ini di inkubasi selama 1 x 24
Uji waktu kontak yang dilakukan jam sebelum uji aktivitas antibakteri
digunakan untuk mengetahui pasangan dilakukan. Sebagai pembanding dalam uji
waktu dan konsentrasi optimal dari ketiga aktivitas antibakteri ini digunakan antibiotik
formula sediaan gel ekstrak daun saga Tetrasiklin HCl. Pemilihan Tetrasiklin HCl
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Uji sebagai pembanding karena Tetrasiklin HCl
waktu kontak yang dilakukan pada sediaan merupakan antibiotik yang dapat mematikan
bakteri gram positif. Dalam uji aktivitas
gel dari ekstrak daun saga bertujuan untuk
antibakteri ini, tetrasiklin hanya digunakan
mengetahui pada detik keberapa bakteri untuk membandingkan diameter daerah
Staphylococcus aureus tersebut dapat mati hambatan yang dihasilkan tetrasiklin

245 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 239-247, 2016 RATIH DYAH PERTIWI

tersebut dengan diameter daerah hambatan


gel dari ekstrak daun saga (Abrus 40.00

Diameter Daya
Hambat (mm)
F 1 (1%)
precatorius L.).
Hasil uji waktu kontak diperoleh data 20.00
bahwa pada formula I bakteri F 2 (3%)
Staphylococcus aureus masih hidup di 0.00
waktu 10 detik dan mati di waktu 5 dan 15 I II F 3 (5%)
detik, formula II bakteri Staphylococcus
aureus mati di waktu 5 detik dan hidup di Cawan Petri
waktu 10 dan 15 detik, dan formula III
bakteri Staphylococcus aureus masih hidup Gambar 1. Grafik Pengukuran Diameter
di waktu 5 detik dan mati di waktu 10 dan Daya Hambat Sediaan
15 detik. Dari hasil pengamatan di atas maka
formula III merupakan sediaan gel yang
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
paling baik membunuh bakteri
Staphylococcus aureus, hal ini dilihat dari formula I memberikan zona hambat yang
waktu bakteri tersebut masih dapat hidup di lebih kecil dibandingkan dengan formula II
5 detik dan tidak dapat lagi tumbuh di waktu dan III (gambar 1). Hal ini dikarenakan
10 dan 15 detik. formula I mengandung ekstrak daun saga
yang lebih kecil yaitu 1%. Semakin besar
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan konsentrasi ekstrak daun saga maka semakin
Gel dari Ekstrak Daun Saga besar zona hambat yang dihasilkan, seperti
Uji aktivitas antibakteri sediaan gel hasil pada formula III dengan konsentrasi
dari ekstrak daun saga dilakukan secara in ekstrak daun saga sebesar 5%.
vitro dengan metode difusi padat yaitu
menanam sediaan gel dalam media Nutrient SIMPULAN
Agar yang telah diberi bakteri Ekstrak daun saga dapat berfungsi sebagai
Staphylococcus aureus. Hasil yang diperoleh zat aktif pada sediaan gel sariawan dengan
menunjukkan bahwa ketiga formula sediaan konsentrasi 5%., hal ini ditunjukkan dengan
gel dari ekstrak daun saga memiliki aktivitas adanya diameter daerah hambat terbesar
antibakteri. Hal ini dapat dilihat dari terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
besarnya pengukuran pada zona hambat
yang dihasilkan (tabel 6). Hasil yang DAFTAR PUSTAKA
diperoleh secara umum menunjukkan bahwa 1. Prapti L. Buku Pintar Tanaman Obat
semakin besar konsentrasi ekstrak daun saga Reduksi. Jakarta: Agromedia; 2008.
yang digunakan maka aktivitas antibakteri 2. Syamsulhidayat, Hutapea. Inventaris
sediaan gel semakin besar pula. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik
Tabel 6. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Indonesia; 1991.
Sediaan Gel dari Ekstrak Daun 3. Wahyuningsih I. Uji Aktivitas
Saga Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Saga
(Abrus precatorius L.) terhadap
Diameter Daya Hambat (mm)
Cawa Staphylococcus aureus dan E. coli Serta
No. n Profil KLT. 2006.
Petri Tetras
I II III 4. Nurwaini, Setyo. Wikantyasning,
iklin
(1%) (3%) (5%)
HCl Erindah Retno. Pengaruh Kadar Bahan
1. I 26,00 28,30 29,40 35,00 Pengikat Terhadap Sifat Fisik Tablet
2. II 29,50 30,20 30,50 36,75 Dan Uji Aktivitas Antibakteri.

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 246


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 239-247, 2016 RATIH DYAH PERTIWI

Universitas Muhammadiyah Surakarta; 9. Depkes RI. Farmakope Indonesia. III.


2010. Jakarta: Departemen Kesehatan
5. Megasari D. Uji Hambat Air Perak Republik Indonesia; 1979.
Terhadap Pertumbuhan Bakteri 10. Depkes RI. Monografi Ekstrak
Staphylococcus aureus [Skripsi]. Tumbuhan Obat Indonesia. Vol.
[Universitas Hasanudin]; 2012. Volume 2. Jakarta: Badan Pengawas
6. ATHANI N, Ravikumar HR, Obat Dan Makanan Republik Indonesia;
KALLALLI B, Chopra SS. 2006.
MANAGEMENT OF RECURRENT 11. Gilhotra RM, Mishra DN. Alginate-
APHTHOUS STOMATITIS WITH chitosan film for ocular drug delivery:
CHLORHEXIDINE GLUCONATE effect of surface cross-linking on film
MOUTHWASH AND VITAMIN B- properties and characterization. Pharm-
COMPLEX. Pak Oral Dent J [Internet]. Int J Pharm Sci. 2008;63(8):576–579.
2012 [cited 2016 Nov 9];32(2). 12. Rowe RC, Sheskey PJ, and Quinn ME.
Available from: Handbook of Pharmaceutical Exipients.
http://search.proquest.com/openview/d1 Sixth Edition. Washington USA:
f3c5e8e4e391682ea6a080f326a07d/1?p Pharmaceutical Press and American
q-origsite=gscholar Pharmaceutical Association; 2009.
7. Departemen Kesehatan Republik 13. Rooban T, Mishra G, Elizabeth J,
Indonesia. Farmakope Indonesia. IV. Ranganathan K, Saraswathi TR, others.
Jakarta: Depkes RI; 1995. Effect of habitual arecanut chewing on
8. Ansel, H.C. Pengantar Bentuk Sediaan resting whole mouth salivary flow rate
Farmasi. IV. Jakarta: Universitas and pH. Indian J Med Sci.
Indonesia Press; 1989. 2006;60(3):95.

247 AKADEMI FARMASI SAMARINDA

You might also like