You are on page 1of 13

Jurnal Psikologi Teori dan Terapan

2017, Vol.8, No. 1, 11-23, p-ISSN: 2087-1708; e-ISSN: 2597-9035

Mengembangkan Psikologi Konservasi Melalui Model Perilaku


Ekologis Mangrove
Promoting Conservation Psychology Through The Mangrove
Ecological Behavior Model

Akhmad Fauzie
Mahasiswa Program Studi Doktor Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya
Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah, Surabaya

Abstract: This study was aimed to examine the mangrove ecological behavior model
and the influences of self-concept, environmental ethics, environmental attitude and
behavior intention on mangrove ecological behavior. The mangrove ecological
behavior model can be useful to promote conservation psychology. The mangrove
ecological behavior is constructed based on the theory of planned behavior that is
combined with norm activation theory. Sample used in this study was 235 students in
Hang Tuah University. Data were analyzed using path analysis to determine the
direct and indirect effect of exogenous variables on endogenous variable. There are
two structural equations that is direct and indirect effect of self-concept,
environmental ethics, environmental attitude toward mangrove ecological behavior
with behavior intention as a mediator variable. The results show that all structural
equations fulfill egilibility. The effect of self-concept, environmental ethics and
environmental attitudes on behavior intention amounted to 47.2%, while
environmental attitudes give the most effect on behavior intention of 55%. The
combined effect of self-concept, environmental ethics, environmental attitudes and
behavioral intentions toward mangrove ecological behavior is 27.2% and ecological
behavior intention contributed 46.2% toward mangrove ecological behavior. The
direct effect of the environmental ethics toward mangrove ecological behavior is
0126, while the indirect effect of environmental ethics towards mangrove ecological
behavior through behavioral intention is 0.0549. It can be seen from the result that
the effect of the environmental ethics on mangrove ecological behavior is minor.
Thus, based on these results, to encourage mangrove ecological behavior, the
environmental ethics teaching model needs to be applied. The focus of this teaching
model should be given on environmental attitudes that includes the incease of
knowledge and value to the mangrove environment.
Key Words: Conservation psychology, mangrove ecological behavior, theory of
planned behavior, norm activation theory

Abstrak: Penelitian ini menguji model perilaku ekologis mangrove dengan mengukur
pengaruh konsep diri, etika lingkungan, sikap lingkungan dan intensi perilaku
terhadap perilaku ekologis mangrove. Model perilaku mangrove ini dapat berguna
untuk mengembangkan psikologi konservasi. Rancangan model ini didasarkan pada
teori perilaku terencana yang dikombinasikan dengan teori aktivasi norma. Sampel

Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Akhmad Fauzie melalui email:
akhfa14@gmail.com.

11
Akhmad Fauzie: Mengembangkan Psikologi Konservasi…(11-23)

penelitian ini berjumlah 235 orang. Analisis data menggunakan analisis jalur (path
analysis) karena bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung
variabel-variabel exogenous terhadap variabel endogenous. Berdasar analisis data
diperoleh hasil bahwa semua model persamaan struktur memenuhi kelayakan.
Pengaruh konsep diri, etika lingkungan dan sikap lingkungan secara gabungan
terhadap intensi perilaku sebesar 47.2% sedangkan pada besaran pengaruh parsial,
sikap lingkungan memberi pengaruh paling besar terhadap intensi perilaku sebesar
55%. Pengaruh konsep diri, etika lingkungan, sikap lingkungan dan niatan perilaku
terhadap perilaku ekologis secara gabungan sebesar 27.2% dan intensi perilaku
ekologis memberi sumbangan terbesar yaitu 46.2%. Pengaruh langsung etika
lingkungan terhadap perilaku ekologis adalah -0.126, sedangkan pengaruh tidak
langsung etika lingkungan terhadap perilaku ekologis melalui niatan perilaku adalah
0.0549. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh etika lingkungan terhadap perilaku
ekologis adalah kecil. Maka, berdasar hasil tersebut, untuk mendorong perilaku
ekologis mangrove perlu diterapkan model pembelajaran etika lingkungan hidup
difokuskan pada sikap lingkungan yang meliputi peningkatan pengetahuan dan nilai
terhadap lingkungan.
Kata Kunci: Psikologi konservasi, perilaku ekologis mangrove, teori perilaku
terencana, teori aktivasi norma

Secara global persoalan lingkungan manusia (Feldman, 2015); perilaku dan


dihadapkan pada permasalahan utama pikiran manusia (Gross, 1996); perilaku
yaitu degradasi terhadap sumber daya dan pengalaman manusia (Glassman &
alam, pencemaran, dan pemanasan global Hadad, 2009), memiliki potensi dan
(Mangunjaya, 2014). Berdasar pada peluang dalam mengkaji serta berkontri-
komitmen Konvensi Keanekaragaman busi untuk solusi atas permasalahan
Hayati (CBD), pemerintah di seluruh dunia lingkungan (Saunders, Brook & Myers,
dinilai gagal memenuhi ratget penurunan 2006). Sebagai disiplin ilmiah, psikologi
dan pencegahan kepubahan keanekara- memiliki keunikan karena tidak diatur oleh
gaman hayati pada tahun 2010 (Butchart et prinsip dan keyakinan tunggal (Glassman
al, 2010). Sementara itu, kasus pence- & Hadad, 2009) sehingga psikologi
maran lingkungan, baik yang disebabkan mampu memberi sejumlah pendekatan
oleh eksploitasi mauipun limbah, semakin untuk memahami kognisi, sikap, motif,
menjadi beban bagi lingkungan. Pema- keyakinan, nilai dan jenis perilaku terkait
nasan global (global warming) yang dengan isu-isu konservasi (Cvetkovich &
menjadi penyebab terjadinya perubahan Werner 1994; Gardner & Stern 2002;
iklim, berdasar laporan Intergovermental Bechtel & Churchman 2002; Winter &
Panel on Climate Change (IPCC) tahun Koger 2003; Nickerson 2003). Ironisnya,
2007, bahwa pemanasan global merupakan ketertarikan psikologi dalam mengkaji
dampak dari perilaku manusia (human keterkaitan antara perilaku dengan
behavior). Globalisasi dan faktor-faktor lingkungan, baru dimulai pasa tahun 1970-
lain yang menyebabkan permasalahan an (Pires et al, 2014). Terbitnya buku
lingkungan, baik saat ini maupun masa Environmental Psychology: Man and His
depan, membutuhkan respon dari berbagai Physical Setting oleh Proshansky, Ittelson
ilmu pengetahuan (Kates et al, 2001; & Rivlin (1970) menandai lahirnya
Capra, 2002). psikologi lingkungan sebagai bidang dari
Psikologi sebagai disiplin ilmiah psikologi yang berfokus pada penyelidikan
yang mengkaji perilaku dan proses mental hubungan antara lingkungan fisik dengan

12
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.8, No.1, Agustus 2017

perilaku dan pengalaman manusia individu terhadap lingkungan alam


(Holahan, 1982). Definisi psikologi sebagaimana tersirat dari definisinya:
lingkungan diperluas oleh Paul Bell (1978
dalam Iskandar, 2001) sebagai ilmu yang Conservation psychology is the scientific
study of the reciprocal relationships
mempelajari hubungan interelasi antara between humans and the rest of nature,
perilaku dan lingkungan buatan dan alam. with a particular focus on how to
Iskandar (2001) mendefinisikan psikologi encourage conservation of the natural
lingkungan sebagai ilmu yang mempelajari world. Conservation psychology is an
interelasi antara tingkah laku manusia applied field that uses psychological
dengan lingkungan fisik (alam maupun principles, theories, or methods to
buatan) dan lingkungan sosial (manusia) understand and solve issues related to
sebagai suatu lingkungan yang utuh dan human aspects of conservation. It has a
tidak dipisahkan antara satu dengan strong mission focus in that it is
lainnya. motivated by the need to encourage
Berdasar fokus kajiannya, yaitu people to care about and take care of the
natural world. (Saunders, 2003).
pengaruh timbal balik perilaku dengan
lingkungan, baik alam, fisik dan buatan, Sebagaimana tersirat dalam misi
psikologi lingkungan dipandang kurang psikologi konservasi, bidang kajian baru
mampu menjelaskan kompleksitas perma- ini memiliki peluang untuk dikembangkan
salahan lingkungan, khususnya terkait di Indonesia karena sebagai negara
dengan kepunahan keanekaragaman hayati, kepulauan dengan keragaman dan kekaya-
pencemaran dan perubahan iklim. Lebih an sumber daya hayati terbesar di dunia,
lanjut, psikologi lingkungan juga dipan- Indonesia mengalami permasalahan
dang kurang memiliki fokus terhadap lingkungan alam yang kompleks, salah
upaya penerapan prinsip, metode dan teori satunya adalah kerusakan ekosistem hutan
psikologi untuk memahami dan mening- mangrove. Menurut Giri et al (2011), luas
katkan kepedulian individu terhadap hutan mangrove Indonesia saat ini sekitar
konservasi dan pelestarian lingkungan, tiga juta hektar yang tumbuh di sepanjang
khususnya lingkungan alam (natural 95.000 kilometer pesisir Indonesia. Jumlah
environment). Sebagai jawaban atas kele- ini mewakili hampir 23% dari keseluruhan
mahan psikologi lingkungan, pada akhir luas hutan mangrove di dunia dan 75%
tahun 1990-an muncul kajian yang diberi luas hutan mangrove di wilayah Asia
nama psikologi konservasi (conservation Tenggara.
psychology). Awal kemunculan psikologi Ekosistem hutan memiliki dua
konservasi adalah diskusi oleh sekelompok potensi utama, yaitu potensi ekologis dan
kecil ahli psikologi yang menilai bahwa potensi ekonomis (Purnobasuki, 2005;
psikologi telah jauh ketinggalan dalam Kordi, 2012). Potensi ekologis hutan
pembahasan tentang isu-isu lingkungan, mangrove Indonesia ditunjukkan oleh
baik secara akademis maupun publik. berbagai fakta, bahwa hutan mangrove
Simpulan dari diskusi tersebut, merujuk merupakan hutan dengan kandungan
pada Clayton dan Saunders (2012) adalah karbon terpadat di wilayah tropis dengan
hasrat untuk memfokuskan kembali upaya menyimpan lebih dari tiga kali rata-rata
untuk menggunakan insight dan piranti karbon per hektar hutan tropis daratan
dalam psikologi untuk memahami dan (Donato dkk., 2011). Hutan mangrove
meningkatkan kepedulian manusia terha- Indonesia menyimpan lima kali karbon
dap lingkungan alam. Penamaan sebagai lebih banyak per hektare dibandingkan
psikologi konservasi merujuk pada misi dengan hutan tropis dataran tinggi
utama yaitu kontribusi psikologi dalam (Murdiyarso dkk., 2015). Mangroves
memahami dan meningkatkan kepedulian berkontribusi terhadap 10-15% sedimen

13
Akhmad Fauzie: Mengembangkan Psikologi Konservasi…(11-23)

simpanan karbon pesisir sementara mangrove (FAO, 2007). Artinya, Indonesia


di wilayah pesisir global hanya menyum- memiliki kecepatan kerusakan mangrove
bang 0,5% (Alongi, 2014). Mangrove terbesar di dunia (Campbell & Brown,
Indonesia menyimpan 3,14 miliar metrik 2015). Data Kementerian Kelautan dan
ton karbon (PgC) (Donato dkk.., 2015) dan Perikanan menyatakan bahwa luas
jumlah ini mencakup sepertiga stok karbon ekosistem mangrove di Indonesia telah
pesisir global (Pendleton dkk.., 2012). berkurang 2.15 juta hektar dan hanya
Permukaan bawah ekosistem mangrove tersisa 2.1 juta hektar. Data Harian
Indonesia menyimpan sejumlah besar Kompas, 30 September 2008, menye-
karbon, yaitu 78% karbon disimpan di butkan bahwa luas ekosistem mangrove di
dalam tanah, 20% karbon disimpan di Indonesia hanya tersisa 1.2 juta hektar.
pohon hidup, akar atau biomassa, dan 2% Hutan mangrove di Pulau Jawa yang
disimpan di pohon mati atau tumbang paling banyak mengalami penurunan
(Donato dkk., 2015). karena pembukaan lahan pertambakan dan
Di samping fakta-fakta tersebut, perumahan. Hilangnya hutan mangrove di
potensi ekologis hutan mangrove Indonesia menyumbang 42% emisi gas
khususnya bagi wilayah pesisir adalah rumah kaca akibat rusaknya ekosistem
sebagai penahan alami abrasi dan ombak. pesisir, termasuk rawa, mangrove dan
Adapun potensi ekonomi hutan mangrove rumput laut (Donato dkk., 2015; Pendleton
Indonesia dibuktikan dari keragaman dkk., 2012). Penyebab utama hilangnya
ekosistem yang dapat diman-faatkan untuk mangrove di Indonesia termasuk akibat
kepentingan ekonomi. Masyarakat lokal konversi tambak udang yang dikenal
memanen udang, belut, kerang, kepiting, sebagai “revolusi biru” di wilayah
siput laut dan beragam spesies ikan dari Sumatera, Sulawesi dan Jawa Timur,
ekosistem mangrove, memberikan penebangan dan konversi lahan untuk
penghasilan maupun pangan bagi keluarga pertanian atau tambak garam di wilayah
(Armitage, 2002). Masyarakat lokal Jawa dan Sulawesi serta degradasi akibat
memanfaatkan hutan mangrove untuk kayu tumpahan minyak dan polusi, khususnya di
bakar, material bangunan, termasuk pilar wilayah Kalimantan Timur (FAO, 2007).
rumah dan furnitur (Armitage, 2002). Secara umum, dari berbagai kasus
Nelayan memanfaatkan produk hutan kerusakan lingkungan hidup, termasuk
mangrove untuk membuat jangkar, sendi kerusakan hutan mangrove, dapat disim-
penyeimbang perahu, dan pewarna jaring pulkan sebagai permasalahan ekologi,
ikan (Armitage, 2002). Kayu mangrove yaitu hubungan timbal balik antara
dijual untuk bisnis bubur kertas, selain manusia dan lingkungannya (Iskandar,
produksi arang, keping kayu dan kayu 2001). Menurut konsep The Actor-Based
bakar. Produk-produk tersebut dipanen Model of Human Ecology, permasalahan
pada skala kecil dan besar, berkontribusi ekologi merupakan permasalahan perilaku
bagi penghidupan lokal dan ekspor manusia terhadap lingkungannya. Manusia
nasional (Evans, 2013). Manfaat nyata adalah aktor aktif bagi lingkungannya.
ekosistem hutan mangrove termasuk juga Sikap dan perilaku manusia terhadap
fungsi sosial dan budaya yaitu menyokong lingkungannya dipandang sebagai keja-
nilai religi dan spiritual, selain nilai estetis dian, bukan hasil dari seleksi alam pada
dan rekreasi untuk ekowisata (UNEP, tingkatan sistem sosial. Sikap dan perilaku
2014). manusia terhadap lingkungan merupakan
Namun, kekayaan ekosistem hutan hasil dari kolektivitas keputusan individu
mangrove Indonesia dalam kondisi yang bagaimana berinteraksi yang baik dengan
mengkhawatirkan. Dalam tiga dekade lingkungannya (Iskandar, 2001). Selaras
terakhir, Indonesia kehilangan 40% dengan The Actor-Based Model of Human

14
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.8, No.1, Agustus 2017

Ecology dan paradigma ekosentrime, perilaku terencana (theory of planned


Kaiser (1998) mengembangkan kajian dan behavior) dari Ajzen (1985). Teori aktivasi
penelitian tentang perilaku ekologis norma berfokus pada penjelasan tentang
(ecological behavior). mekanisme yang mengarahkan idnividu
Definisi utama perilaku ekologis untuk bertindak dengan cara altruis.
merujuk pada pendapat Axelrod dan Menurut teori aktivasi norma, perilaku
Lehman (1993 dalam Kaiser 1998) yaitu dipengaruhi oleh aktivasi norma personal
tindakan yang berkontribusi terhadap (tanggungjawab moral) dan aktivitas ini
pelestarian lingkungan dan/atau konser- tergantung pada nilai-nilai individual.
vasi. Menurut Coelho, Gouveia dan Namun, menurut Coelho, et al (2006
Milfont (2006 dalam Pires, et al 2014) dalam Pires, et al, 2014), teori pilihan
penelitian-penelitian yang bertujuan rasional gagal dalam memprediksi perilaku
mengembangkan perilaku lingkungan, terkait moral dalam kajian lingkungan
termasuk perilaku ekologis (Kaiser, sedangkan teori aktivasi norma memberi
Wolfing & Fuhrer, 1999; Kaiser Hartig & prediksi yang lebih adekuat untuk perilaku
Bowler, 1999; Kaiser & Shimoda, 1999; tersebut.
Kaiser & Scheuthle, 2003; Kaiser, 2006) Merujuk pada tulisan Azjen (2010),
didasarkan pada dua teori utama, yaitu: Environment Protection and the Theory of
teori pilihan rasional dan teori aktivasi Planned Behavior, dalam perilaku teori
norma. perilaku terencana, intensi dan perilaku
Teori pilihan rasional memiliki ramah lingkungan merupakan fungsi dari
asumsi bahwa perilaku ditentukan melalui keyakinan tentang konsekuensi dari
intensi untuk menunjukkan perilaku pro- perilaku tersebut sebagaimana keyakinan
lingkungan. Intensi sendiri ditentukan oleh normatif dan kontrol. Berdasar hasil
sikap yang terkait dengan perilaku atau penelitian empiris, teori perilaku terencana
komponen pensikapan, oleh norma dapat digunakan untuk menjelaskan,
subjektif dan oleh kontrol perilaku yang memprediksi dan memodifikasi perilaku
dipersepsi terhadap perilaku. Berdasarkan ramah lingkungan sebagaimana hasil studi
pemahaman tersebut, teori pilihan rasional metaanalisis dari Schwenk & Mosser
yang dimaksud oleh Coelho, et al (2006 (2009 seperti tertera pada tabel 1.
dalam Pires, et al 2014) adalah teori

Tabel 1.
Hasil Meta Analisis Hubungan antara Intensi Lingkungan dengan Perilaku

Literatur Moderator Tahun Sampel r z


Bamberg dkk. (2007) Moda Transportasi 2003 437 0.48 0.52
Bamberg dkk. (2007) Moda Transportasi 2003 796 0.71 0.89
Head & Gifford (2002) Moda Transportasi 2002 175 0.72 0.91
Joeireman dkk. (2001) Tidak ada 2001 191 0.57 0.65
Kaiser & Shimoda (1999) Perilaku Ekologis Umum 1999 443 0.31 0.32
Kaiser dkk. (1999) Perilaku Ekologis Umum 1999 441 0.52 0.58
Knussen dkk. (2004) Daur Ulang 2004 241 0.67 0.81
Kaiser & Gutscher (2003) Perilaku Ekologis Umum 2003 891 0.56 0.63
Davies dkk. (2002) Daur Ulang 2002 317 0.06 0.06
Rise dkk. (2003) Daur Ulang 2003 112 0.78 1.04
Terry dkk. (1999) Daur Ulang 1999 114 0.64 0.76
Staats dkk. (2004) Daur Ulang 2004 95 0.07 0.07
Mean r = 0.54, tanpa Staats dkk. (2004) mean r = 0.62

15
Akhmad Fauzie: Mengembangkan Psikologi Konservasi…(11-23)

Berdasar uraian di atas, dan sebagai mendeskripsikan tentang dasar filosofis,


implementasi pengembangan psikologi teori, metode dan peluang pengembangan
konservasi untuk permasalahan ekosistem psikologi konservasi di Indonesia, dan
hutan mangrove di Indonesia, khususnya metode survai korelasional untuk
memahami perilaku kepedulian terhadap mengetahui pengaruh konsep diri, etika
ekosistem mangrove, akan diuji pengaruh lingkungan hidup dan sikap lingkungan
konsep diri, etika lingkungan hidup dan mangrove terhadap perilaku ekologis
sikap lingkungan mangrove terhadap mangrove melalui intensi perilaku sebagai
perilaku ekologis mangrove melalui intensi mediator. Rujukan utama untuk studi
perilaku sebagai mediator. Selaras dengan pustaka tentang psikologi konservasi
rujukan teori, penelitian ini bertujuan adalah The Oxford Handbook of
menguji adanya pengaruh konsep diri, Environmental and Conservation
etika lingkungan hidup dan sikap Psychology (2012) dan Conservation
lingkungan mangrove terhadap perilaku Psychology: Understanding and
ekologis mangrove melalui intensi perilaku Promoting Human Care for Nature
sebagai mediator. Hasil penelitian ini akan (Clayton & Myers, 2009) dan tulisan-
memberi kontribusi dalam pengembangan tulisan ilmiah di berbagai jurnal yang
psikologi konservasi di Indonesia, mengandung kata kunci conservation
khususnya untuk kajian perilaku kepedu- psychology. Merujuk pada pendapat
lian dan pelestarian mangrove yang secara Cooper (1988) bahwa taksonomi studi
praktis dapat dijadikan rujukan ilmiah pustaka memiliki enam karakteristik, yaitu:
dalam pengembangan program pendidikan (1) fokus; (2) tujuan; (3) perspektif; (4)
lingkungan kelautan. Tujuan ini memiliki cakupan; (5) organisasi; dan (6) audien,
keselarasan dengan visi Indonesia sebagai dalam penelitian ini menekankan pada
poros maritim dunia, bahwa pembangunan fokus karena bertujuan mendeskripsikan:
maritime harus tetap menegakkan prinsip (1) hasil penelitian; (2) metode penelitian;
keberlanjutan (sustainable development), (3) teori dan (4) praktek atau aplikasi dari
yaitu pembangunan ramah lingkungan. penelitian-penelitian psikologi konservasi.
Adapun langkah-langkah studi pustaka
Metode merujuk pada Cooper (1984) yaitu: (1)
formulasi masalah; (2) pengumpulan data;
Berdasar tujuan penelitian, maka (3) evaluasi data; (4) analisis dan
metode penelitian yang dilakukan adalah: intepretasi; dan (5) presentasi publik.
studi pustaka (literature review) untuk Metode survai yang digunakan adalah

Tabel 2. Variabel Penelitian dan Alat Ukur

No Variabel Alat Ukur


1 Konsep Diri Skala Konsep Diri dari William H. Fitt
(1971) untuk konsep diri sosial dan konsep
diri moral-etika.
2 Etika Lingkungan Skala Paradigma Ekologis Baru (Dunlap,
2000) yang telah dialihbahasakan ke
Bahasa Indonesia.
3 Pengetahuan Lingkungan Mangrove Fauzie dkk. (2015)

4 Nilai Lingkungan Mangrove


5 Niatan Perilaku Ekologis-Mangrove
6 Perilaku Ekologis Mangrove

16
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.8, No.1, Agustus 2017

Konsep Diri

Intensi Perilaku Ekologis


Etika Lingkungan Mangrove
Perilaku

Sikap Lingkungan
Mangrove

Gambar 1. Model Penelitian

penelitian asosiasi kausal karena bertujuan konstruk dalam psikologi, penelitian


untuk mengetahui besaran pengaruh antar psikologi konservasi memiliki potensi
variabel. Terdapat 6 variabel dalam dalam: (1) memotivasi individu untuk
penelitian dengan rincian dan alat ukur bertindak secara lebih ramah lingkungan,
yang digunakan seperti tercantum dalam dan (2) mendorong individu uuntuk peduli
tabel 2. Berdasar identifikasi variabel- terhadap lingkungan alam serta berperan
variabel di atas, maka, model penelitian dalam pelestarian. Berdasar pada definisi
yang akan diuji dalam penelitian adalah psikologi konservasi yaitu studi ilmiah
seperti terlihat dalam Gambar 1. tentang hubungan timbal balik antara
Subjek penelitian ini adalah remaja manusia dengan alam yang berfokus pada
usia 15–20 tahun. Teknik analisis data bagaimana mendorong konservasi terhadap
yang digunakan adalah Analisis Jalur (Path lingkungan alamiah; bidang terapan yang
Analysis) karena untuk menganalisis menggunakan prinsip, teori atau metode
hubungan sebab-akibat yang terjadi pada psikologis untuk memahami dan
regresi berganda jika variabel bebasnya memecahkan permasalahan terkait aspek
mempengaruhi variabel tergantung tidak manusia dalam konservasi.
hanya secara langsung, tetapi juga secara Saunders (2003) menjelaskan bahwa
tidak langsung. kata konservasi memiliki keterkaitan
dengan kekayaan sejarah ilmiah dan
Hasil Penelitian filosofis. Kata konservasi menyatakan
adanya manajemen aktif atas interaksi
Penelitian 1 manusia-alam, sebagai-mana dibandingkan
dengan “penjagaan” (preservation) yang
Saunders (2003) dalam tulisannya umumnya melibatkan latar lingkungan
The Emerging Field of Conservation yang indah atau rentan untuk memini-
Psychology menjelaskan bahwa tujuan malkan dampak dari manusia atau untuk
lahirnya psikologi konservasi adalah untuk perilaku ramah atau adanya keberadaan
menciptakan hubungan yang lebih kuat nilai. Implikasi dari penggu-naan kata
antara sains ilmu alam dengan sosial, konservasi, bahwa psikologi konservasi
antara penelitian dengan praktek, antara memiliki keterkaitan dengan beberapa
psikologi dengan sains sosial lainnya. disiplin ilmiah lainnya, yaitu biologi
Tujuan dari jejaring kerjasama tersebut konservasi (conservation biology), psi-
adalah untuk melakukan penelitian psi- kologi lingkungan dan sosiologi lingkung-
kologi yang secara langsung berorientasi an dengan psikologi konservasi.
terhadap tujuan keberlanjutan lingkungan. Terutama yang penting untuk di-
Melalui penerapan teori, model, prinsip, elaborasi adalah perbedaan dan hubungan

17
Akhmad Fauzie: Mengembangkan Psikologi Konservasi…(11-23)

antara biologi konservasi dan psikologi konservasi memiliki misi melakukan


konservasi. Biologi konservasi, pada penelitian psikologis yang berorientasi
awalnya dikonseptualiasai sebagai suatu terhadap keberlanjutan lingkungan
disiplin “krisis” yang bertujuan untuk (environmental sustainability). Adapun
memberikan prinsip dan piranti menjaga perbandingan antara psikologi konservasi
serta melestarikan keanekaragaman hayati dengan psikologi lingkungan, bahwa: (1)
(biodiversity) (Soule, 1985). Misi menjaga psikologi konservasi menekankan pada
dan melestarikan keanekaragaman hayati dunia alami (natural world), sedangkan
dengan jelas didorong oleh nilai dan psikologi lingkungan menekankan pada
menunjukkan keadaan mendesak. Namun, lingkungan alami dan buatan; (2) psikologi
para ahli biologi konservasi menyadari konservasi diharapkan menjadi bidang
bahwa pengetahuan biologis saja tidak utama (superfield) ketimbang sub-disiplin;
cukup untuk memberi solusi atas (3) Psikologi konservasi secara aktif
permasalahan konservasi (Marcia et al, melibatkan sejumlah ahli psikologi khusus
2003). Mensikapi kelemahan tersebut, untuk menerapkan kecakapannya pada
Lidicker (1998) menyimpulkan bahwa permasalahan konservasi; (4) Psikologi
konservasi membutuhkan, tentu saja ahli konservasi mendorong kontribusi dari
biologi konservasi, tetapi juga sains sosial lain dengan berorientasi lebih
membutuhkan sosiolog konservasi, kuat terhadap misi konservasi. Sebagai
ilmuwan politik konservasi, ahli kimia kekhususan khususnya terkait area
konservasi, ahli ekonomi konservasi, ahli penelitian yang dikembangkan dalam
psikologi konservasi dan ahli dalam psikologi konservasi, diilustrasikan dalam
bidang ilmu manusia konservasi. Gambar 2.
Sebagaimana biologi kosnervasi, psikologi

Gambar 2. Area penelitian psikologi konservasi

Berdasar gambar tersebut, dapat yaitu tindakan kolektif. Pada level


dipahami bahwa perilaku konservasi individual bentuk perilaku konservasi
(conservation behavior) sebagai bidang berupa keterkaitan personal dengan alam,
kajian utama dalam psikologi konservasi baik pada binatang, tempat, ekosistem dan
berfokus pada kepedulian dan pelestarian lainnya, sedangkan pada level kelompok
alam yang terbagi dalam level individual, bentuk perilaku konservasi terkait dengan
yaitu perilaku individu dan level kelompok norma sosial. Adapun jenis penelitian, baik

12
Akhmad Fauzie: Mengembangkan Psikologi Konservasi…(11-23)

untuk level individual maupun kelompok, (taboo) dan kontrol perilaku yang
dapat berupa teoritis yang bertujuan dipersepsi dapat digunakan sebagai
mengembangkan model konseptual, prediktor untuk intensi perilaku yang akan
terapan (applied) yang bertujuan mempengaruhi secara signifikan perilaku
mengidentifikasi strategi-strategi afektif konservasi.
dan evaluasi yang bertujuan mengukur Berdasar identifikasi di atas, maka,
keberhasilan. dapat dipahami bahwa: (1) psikologi
Lebih lanjut, merujuk pada artikel konservasi bukan disiplin ilmu yang benar-
Clayton & Brook (2005), Can Psychology benar baru karena, menurut Clayton dan
Help Save the World? A Model for Saunders (2012) dalam kata pengantar The
Conservation, model psikologi konservasi Oxford Handbook of Environmental and
berdasar psikologi sosial berfokus pada Conservation Psychology, psikologi kon-
konteks situasional, skema yang servasi melanjutkan kajian dan penelitian
dimilikidan motif personal. Premis yang sebelumnya, khususnya dalam psikologi
mendasar model psikologi konservasi lingkungan, tetapi memiliki misi berbeda
adalah, bahwa perilaku merupakan fungsi yaitu memahami dan meningkatkan kepe-
dari konteks saat ini dari individu, dulian manusia terhadap alam (Clayton &
pengalaman dan pengetahuan masa lalu Myers, 2009); (2) area penelitian psikologi
dan motivasi mendasar, seperti control dan konservasi dapat berada pada level
rasa memiliki. Perspektif psikologi sosial individual dan level kelompok dengan
berfokus pada dampak konteks situasional. menggunakan jenis penelitian teoritis,
Pengalaman, pengetahuan masa lalu dan terapan atau evaluasi; (3) perspektif
motivasi mempengaruhi perilaku dengan psikologi sosial, khususnya teori tindakan
mengubah intepretasi individu terhadap beralasan, teori perilaku terencana dan juga
konteks. Hal tersebut didasarkan pada model person dan konteks dapat digunakan
model teoritis sebelumnya, khususnya dari sebagai dasar model psikologi konservasi,
Ross dan Nisbett (1991) tentang person khususnya untuk menjelaskan perilaku
dan situasi. Berdasar model tersebut, konservasi; (4) sebagai bidang terapan,
mengembangkan area kajian dan penelitian psikologi konservasi menggunakan prinsip,
dalam psikologi konservasi (Saunders, teori atau metode psikologis untuk
2003), penerapan model dapat dilakukan memahami dan memberi solusi terhadap
pada: (1) konflik lingkungan (environ- permasalahan terkait aspek manusia dalam
mental conflict); (2) pilihan kendaraan konservasi; dan (5) psikologi konservasi
bermotor (automobile choice); (3) memiliki peran strategis dalam mendukung
perawatan berkebun dan halaman rumput. pembangunan berkelanjutan (sustanaible
Ketiga permasalahan tersebut dapat development) yaitu pembangunan yang
dipengaruhi oleh konteks, pengaruh skema tetap berfokus pada konservasi sumber
yang dimiliki, motif-motif personal, solusi. daya alam.
Freya A. V. St John, Gareth Edwards-
Jones dan Julia P. G. Jones (2010) dalam Penelitian 2
tulisan Conservation and human
behaviour: lessons from social psychology Jumlah sampel penelitian dalam
mengidentifikasi bahwa teori tindakan penelitian ini adalah 235 mahasiswa
beralasan (theory of reasoned action) dan Universitas Hang Tuah. Berdasar model
teori perilaku terencana (theory of planned penelitian yang akan diuji, maka, variabel-
behavior) adalah model yang relevan untuk varibel dalam penelitian ini adalah sebagai
memahami perilaku sosial, bahwa sikap berikut:
(attitude), norma subjektif, khususnya  X1 sebagai variabel independen
norma sosial dan hal-hal yang ditabukan exogenous konsep diri

20
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.8, No.1, Agustus 2017

 X2 sebagai variabel independen sikap lingkungan.


exogenous sikap lingkungan
 X3 sebagai variabel independen Analisis Regresi Ganda Sub Struktur II
exogenous etika lingkungan
Besaran pengaruh variabel konsep diri,
 Y1 sebagai variabel dependen
etika lingkungan, sikap lingkungan dan
endogenous perantara niatan perilaku
niatan perilaku ekologis secara bersama-
ekologis
sama terhadap perilaku ekologis
 Y2 sebagai variabel dependen
ditunjukkan pada tabel 4. Berdasar nilai R
endogenous perilaku ekologis.
Square, yaitu 0.272, maka besaran
Diagram jalur sebagai model dalam pengaruh variabel konsep diri, etika
penelitian ini, memiliki 2 persamaan lingkungan, sikap lingkungan dan niatan
struktural, yaitu: perilaku ekologis secara bersama-sama
Y1 = PY1 + PY1X2 + PY1X3 + e1 terhadap perilaku ekologis adalah 27.2%
Y2 = PY2X1 + PY2Y1 + PY2X3 + e1 yang berarti 72.8% dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain yang tidak dikontrol
Analisis Regresi Linier Berganda Sub dalam penelitian ini. Lebih lanjut, dengan
Struktur 1 nilai signifikasi 0.096 > 0.05, maka
variabel konsep diri tidak signifikan
Pengaruh konsep diri, sikap berpengaruh secara langsung terhadap
lingkungan dan etika lingkungan secara perilaku ekologis. Sedangkan 3 variabel
gabungan terhadap niatan perilaku lainnya, etika lingkungan (sig. 0.044),
ekologis ditunjukkan dari hasil olahan pada sikap lingkungan (sig. 0.023) dan niatan
tabel 3. Data pada tabel 3 menunjukkan perilaku (sig. 0.000) memiliki pengaruh
bahwa nilai R Square adalah 0.472 atau yang signifikan terhadap perilaku ekologis.
47.2% yang memiliki makna besarnya Besaran pengaruh sikap lingkungan adalah
pengaruh konsep diri, sikap lingkungan 0.182 atau 18.2%, niatan perilaku 0.462
dan etika lingkungan terhadap niatan atau 46.2% dan etika lingkungan 0.126
perilaku ekologis secara gabungan. atau 12.6% dengan tanda minus. Hal ini
Sedangkan pengaruh variabel lain yang berarti etika lingkungan berpengaruh
tidak dikontrol dalam penelitian ini secara negative terhadap perilaku ekologis,
terhadap niatan perilaku ekologis adalah artinya tidak ada hubungan timbal balik
sebesar 52.8%. Adapun besaran pengaruh antara etika lingkungan dengan perilaku
konsep diri, etika lingkungan dan sikap ekologis. Secara khusus, hal ini dapat
lingkungan terhadap niatan perilaku menjadi pertimbangan, bahwa dalam
ekologis, dilihan dari nilai Standardized rancangan model pembelajaran etika
Coefficients Beta, yaitu 0.154 atau 15.4% lingkungan hidup tidak akan efektif kalau
untuk konsep diri, 0.119 atau 11.9% untuk dikaitkan secara langsung dengan perilaku
etika lingkungan dan 0.550 atau 55% untuk ekologis.

Tabel 3. Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-


Square the Estimate Watson
1 .687a .472 .465 5.68732 1.731
a. Predictors: (Constant), sikap lingkungan, etika lingkungan, konsep diri
b. Dependent Variable: niatan perilaku

21
Tabel 4. Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-


Square the Estimate Watson
1 .521a .272 .259 2.52634 1.962

a. Predictors: (Constant), niatan perilaku, etika lingkungan, konsep diri, sikap


lingkungan
b. Dependent Variable: perilaku ekologis

Pembahasan Lebih lanjut bahwa etika lingkungan


memberi pengaruh yang signifikan
Penelitian ini merupakan bagian dari terhadap perilaku ekologis, namun tidak
pengembangan psikologi konservasi pada bersifat kausal atau hubungan timbal balik.
level individual dengan menggunakan tipe Hubungan yang kuat adalah antara sikap
penelitian teoritis karena bertujuan untuk lingkungan, niatan perilaku ekologis
mengembangkan model. Berdasar hasil dengan perilaku ekologis. Berdasar hal
pada persamaan I, diketahui bahwa sikap tersebut, maka untuk penyusunan model
lingkungan memberi pengaruh terbesar pembelajaran etika lingkungan hidup perlu
terhadap niatan perilaku ekologis. Berdasar ditekankan pada tujuan pembelajaran, baha
hasil uji korelasi tersebut juga diketahui etika lingkungan diajarkan untuk memben-
bahwa niatan perilaku ekologis memiliki tuk sikap positif terhadap lingkungan.
hubungan yang kuat dengan sikap Sikap positif lingkungan memiliki 2
lingkungan (0.664), memiliki hubungan komponen yaitu, pengetahuan dan nilai
yang cukup kuat dengan konsep diri yang positif.
(0.409) dan etika lingkungan (0.370). Hasil
tersebut memberi dasar bahwa dalam Simpulan
model pembelajaran etika lingkungan lebih
ditekankan pada pembentukan sikap Berdasar pada hasil penelitian yang
lingkungan yang lebih positif dengan menguji pengaruh konsep diri, etika
meminimalkan penekanan pada konsep lingkungan dan sikap lingkungan terhadap
diri. Pembelajaran etika lingkungan yang perilaku ekologis dengan niatan perilaku
berfokus pada penguatan sikap lingkungan ekologis sebagai variabel mediator di-
akan memperkuat pula niatan perilaku simpulkan bahwa etika lingkungan hidup
ekologis karena terdapat hubungan yang kurang memiliki pengaruh langsung yang
kuat antara sikap lingkungan dengan niatan kuat terhadap perilaku ekologis. Pengaruh
perilaku ekologis. langsung yang kuat terhadap perilaku
Berdasar hasil pada persamaan II, ekologis diberikan oleh sikap lingkungan
secara umum, etika lingkungan hidup yang meliputi pengetahuan tentang ling-
kurang memiliki pengaruh langsung kungan dan nilai terhadap lingkungan.
terhadap perilaku ekologis, baik secara Etika lingkungan hidup memiliki hubu-
langsung maupun melalui niatan perilaku. ngan yang cukup kuat dengan sikap ling-
Hal ini ditunjukkan dari pengaruh langsung kungan. Hasil tersebut selanjutnya akan
etika lingkungan terhadap niatan perilaku digunakan sebagai dasar rancangan model
ekologis X2 ke Y1 = 0.119. Demikian juga pembelajaran etika lingkungan hidup
dengan pengaruh tidak langsung etika sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian
lingkungan terhadap perilaku ekologis sebelumnya. Adapun tujuan utama model
melalui niatan perilaku ekologis, yaitu pembelajaran etika lingkungan hidup ada-
PY1X2 x PY2Y1 = (0.119 x 0.462) = 0.0549. lah untuk meningkatkan sikap positif

21
Akhmad Fauzie: Mengembangkan Psikologi Konservasi…(11-23)

terhadap lingkungan, yang berarti model penelitian tersebut mendukung misi


pembelajaran etika lingkungan hidup difo- psikologi konservasi yaitu memahami dan
kuskan pada peningkatan pengetahuan mendorong perilaku konservasi, khususnya
lingkungan, khususnya ekosistem mang- terkait dengan ekosistem mangrove.
rove dan peningkatan nilai terhadap ling-
kungan mangrove. Secara khusus, penge- Saran
tahuan lingkungan mangrove dan sikap
terhadap lingkungan sebagai bagian dari Berdasar pada hasil kajian di atas,
model pembelajaran etika lingkungan maka, saran-saran yang dapat diberikan
hidup difokuskan pada pengetahuan yang adalah: (1) perlu adanya pengembangan
bersifat reflektif inqury, yaitu metode melalui penelitian psikologi konservasi
pembelajaran yang berfokus pada pengem- untuk masalah-masalah lingkungan dalam
bangan kemampuan pembuatan dan pe- konteks Indonesia, salah satunya
ngambilan keputusan dan memecahkan konservasi ekosistem mangrove; (2) perlu
masalah sosial dan lingkungan sebagai adanya pendidikan konservasi untuk
bagian dari tanggungjawab sebagai anggo- pelestarian lingkungan pada jenjang
ta masyarakat dengan menggunakan lang- pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
kah-langkah berpikir reflektif. Hasil

Daftar Pustaka

Alongi, D. M. (2014). Carbon cycling and Capra, F. (2002). The hidden connections:
storage in mangrove forests. Annual Integrating the biological, cognitive,
review of marine science, 6, 195-219. and social dimensions of life into a
Armitage, D. (2002). Socio-institutional science of sustainability. New York:
dynamics and the political ecology of Doubleday.
mangrove forest conservation in Cvetkovich, G.T. & Werner, R. (1994).
Central Sulawesi, Indonesia. Global How can psychology help save the
Environmental Change, 12 (3), 203- planet?: A research agenda on
217. environmental problems. Statement
Bechtel, R.B., & Churchman, A. (2002). distributed by the APA Taskforce on
Handbook of environmental Psychology and Environmental
psychology. New York: John Wiley Problems. Washington, DC:
and Sons. American Psychological Association.
Butchart, S., Walpole M., Collen, B., van Donato, D.C., Kauffman, J.B., Murdiyarso,
Strien, A., & Schalermann, J.P.W. D., Kurnianto, S., Stidham, M., &
(2010). Global biodiversity: Kanniem, M. (2011). Mangroves
Indicators of recent declines.” amon the most carbon-rich forest in
Science, 328 (5982), 1164-1168. the tropics. Nature Geoscience, 4 (5),
293-297.
Campbell, A., & Brown, B. (2015).
Indonesia’s vast mangroves are a Evans, K. (2013). Could sustainable
treasure worth saving. The logging save Indonesia’s mangrove?
Conversation. Diunduh dari http://the Forest News: A blog by Centre for
conversation.com/indonesias-vast- International Forestry Research.
mangroves-are-a-treasure-worth- Diunduh dari
saving-39367. http://blog.cifor.org/14229/could-

22
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.8, No.1, Agustus 2017

sustanaible-logging-save-indonesias- Kaiser, F.G & Shimoda, T.A. (1999).


mangroves#.VZIkIlxTDhI Responsibility As A Predictor of
FAO. (2007). The world’s mangroves Ecological Behaviour. Journal of
1980-2005. Rome. Food and Environmental Psychology, 19, 243-
Agriculture Organization of the 253.
United Nations. Kates, R.W.,. Clark, W.C., Corell, R.,
Fauzie, A., Aquarisnawati, P., & Widagdo, Hall, J.M., Jaeger, C., & Lowe, I.,
S. (2015). Pengaruh Konsep Diri, et. al (2001). Sustainability science.
Etika Lingkungan dan Pengetahuan Science, 292, 641-642.
Lingkungan terhadap Perilaku Kordi, M.G.H. (2012). Ekosistem
Ekologis dengan Intensi Perilaku mangrove: Potensi, fungsi dan
sebagai Variabel Mediasi. Laporan pengelolaan. Jakarta. Penerbit
Tahun Pertama Penelitian Hibah Rineka Cipta.
Bersaing. LPPM Universitas Hang Nickerson, R.S. (2003). Psychology and
Tuah Surabaya. environmental change. Mahwah, NJ:
Feldman, R.S. (2015). Essentials Lawrence Erlbaum Associates.
understanding of psychology. New Mangunjaya, F. (2014). Ekopesantren:
Jersey. McGraw Hill. Bagaimana merancang pesantren
Gardner, G.T., & Stern, P. C. (1996). ramah lingkungan?. Jakarta:
Environmental problems and human Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
behavior. Boston, MA: Allyn and Pires, P., Junior, R.C.R., Lemos, D.C.L. &
Bacon. Filgueiras, A. (2014). Ecocentrism
Glassman, W. E., & Hadad, M. (2009). and Behavior: A Bibliographic on
Approaches to psychology. London. Environmental Values. Psicologia em
McGrawHill Education. Estudo, 19 (4), 611-620.
Iskandar, J. (2001). Manusia, Budaya dan Doi:http/dxdoi.org/ 10.1590/1413-
Lingkungan: Ekologi Manusia. 73722201204.
Bandung: Humaniora Utama Press. Purnobasuki, H. (2005). Tinjauan
Kaiser, F.G. (1998). A General Measure of perspektif mangrove. Surabaya:
Ecological Behavior. Journal of Airlangga University Press
Applied Social Psychology, 1998, 28, Saunders, C.D. (2003). The emerging field
5, pp. 395-422. of conservation psychology. Human
Kaiser, F. G., Wolfing, S., & Fuhrer.,U. Ecology Review, 10 (2), 137-149.
(1999). Environmental Attitute and Saunders, C.D., Brook, A.T., & Myers,
Ecological Behavior. Journal of En- O.E. (2006). Using psychology to
vironmental Psychology, 19 (1),1-19. save biodiversity and human well-
Kaiser, F.G., Ranney, M., Hartig, T., & being. Conservation Biology, 20
Bowler, P.A. (1999). Ecological (30), 702–705.
Behavior, Environmental Attitude Winter, D.D., & Koger, S. (2003).
and Feellings of Responsibility for Psychology of environmental
the Environment. European problems. Hillsdale, NJ: Lawrence
Psychologist, 4 (2), 59-74. Erlbaum.

23

You might also like