Professional Documents
Culture Documents
Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sisa Jamur Merang
Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sisa Jamur Merang
70
Widiastuti & Tri-Panji
dilakukan di rumah kaca menggunakan tanah Pada saat ini TKKS digunakan sebagai
bereaksi masam. TKKS sisa medium jamur bahan organik bagi pertanaman kelapa sawit
merang (TKSJ) sesuai dosis perlakuan dicampur secara langsung maupun tidak langsung.
dengan tanah dan selanjutnya bibit kelapa sawit Pemanfaatan secara langsung ialah dengan
ditanam di polibag berukuran 60 x 50 cm.
Percobaan dilakukan untuk menguji 20 perlakuan
menjadikan TKKS sebagai mulsa sedangkan
yang merupakan kombinasi empat tingkat TKSJ secara tidak langsung dengan mengom-
(0, 25%, 50% dan 75% b/b) dan lima dosis pupuk poskan terlebih dahulu sebelum digunakan
konvensional (0, 25%, 50%, 75% dan 100%) sebagai pupuk organik. Bagaimanapun juga,
dosis rekomendasi. Percobaan dilakukan meng- pengembalian bahan organik kelapa sawit ke
gunakan rancangan acak lengkap dengan pola tanah akan menjaga kelestarian kandungan
faktorial. Hasil percobaan menunjukkan bahwa bahan organik lahan kelapa sawit demikian
pemberian TKSJ pada tingkat 25% dapat pula hara tanah. Selain itu, pengembalian
meningkatkan tinggi bibit, bobot basah akar, bahan organik ke tanah akan mempengaruhi
batang, dan bibit serta bobot kering batang
kelapa sawit. Namun, untuk peubah bobot kering
populasi mikroba tanah yang secara lang-
daun diperlukan pemberian TKSJ yang lebih sung dan tidak langsung akan mempenga-
tinggi yaitu 50%. Pemupukan pada dosis 25% ruhi kesehatan dan kualitas tanah. Aktivitas
rekomendasi meningkatkan tinggi, bobot basah mikroba akan berperan dalam menjaga stabi-
batang dan daun sedangkan untuk jumlah daun litas dan produktivitas ekosistem alami,
dan bobot basah bibit diperlukan dosis pupuk demikian pula ekosistem pertanian (Barea
50%. Serapan hara K dan Mg nyata lebih tinggi et al., 2005).
pada pemberian 75% TKSJ. Pemberian TKSJ Komponen utama limbah pada kelapa
pada jumlah yang tinggi (hingga 75% b/b) tidak sawit ialah selulosa dan lignin, sehingga
menyebabkan penurunan berbagai peubah per-
tumbuhan dan serapan hara, namun pemberian
limbah ini disebut sebagai limbah ligno-
pupuk 100% rekomendasi cenderung menurun- selulosa (Darnoko, 1993). Selulosa adalah
kan berbagai peubah pertumbuhan dan serapan senyawa karbon yang terdiri lebih dari 1000
hara N, P, K, dan Mg bibit kelapa sawit. unit glukosa yang terikat oleh ikatan beta 1,4
glikosida dan dapat didekomposisi oleh
berbagai organisme selulolitik menjadi
Pendahuluan senyawa C sederhana. Sedangkan lignin
merupakan komponen limbah TKKS yang
Perkembangan areal penanaman kelapa relatif sulit didegradasi. Senyawa ini me-
sawit sangat pesat, dan diperkirakan luas rupakan polimer struktural yang berasosiasi
areal perkebunan sawit pada tahun 2006 dengan selulosa dan hemiselulosa. Lignin
mencapai lebih dari enam juta ha merupakan struktur aromatik yang dibentuk
(Witjaksana, 2006). Semakin luasnya per- oleh sub unit fenil propanoid yang saling
kebunan kelapa sawit akan diikuti dengan terikat dengan C-C atau C-O-C membentuk
peningkatan produksi dan jumlah limbah struktur 3D yang kompleks. Hasil degradasi
kelapa sawit. Dalam proses produksi minyak senyawa lignin (fenol asam aromatik,
sawit, TKKS merupakan limbah terbesar aromatik alkohol) oleh enzim ligninolitik
yaitu sekitar 23% tandan buah segar (TBS). dan mineralisasi menghasilkan CO2 dan H2O
71
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sisa jamur merang....
dan degradasi fenol menghasilkan senyawa mengetahui potensi TKSJ sebagai bahan
humat. organik dalam kombinasinya dengan pupuk
Jamur pelapuk putih (JPP) merupakan anorganik pada pembibitan kelapa sawit.
kelompok jamur yang dikenal menghasil-
kan enzim ligninolitik secara ekstra seluler
sehingga mampu mendegradasi lignin untuk Bahan dan Metode
mendapatkan hara yang diperlukan untuk
pertumbuhannya. Salah satu JPP yang dapat Penelitian dilakukan di Laboratorium
dikonsumsi adalah jamur merang (Volva- Mikroba dan Bioproses, Balai Penelitian
riella volvacea). Seperti jamur lainnya, Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Tanah
jamur merang bersifat saprofitik sehingga sebagai medium tanam ialah tanah Latosol
memerlukan sumber karbon untuk pertum- dari Ciomas yang bereaksi masam (pH 4,1).
buhannya. Untuk mencukupi kebutuhan TKSJ merupakan medium sisa tanam jamur
karbon, jamur merang melakukan dekom- merang yang mengandung tambahan nutrisi
posisi bahan organik menghasilkan senyawa tertentu dan berumur lebih kurang tiga
karbon sederhana di samping hara yang bulan. TKSJ kering selanjutnya dicampur
tersedia yang digunakan untuk pertum- dengan tanah (kering angin) dan campuran
buhannya. Basuki (1991) mengemukakan ini dimasukkan ke dalam polibag berukuran
bahwa pertumbuhan jamur merang sangat 50 x 60 cm sebagai medium tanam bibit
erat kaitannya dengan penurunan hemi- kelapa sawit (berumur tiga bulan setelah
selulosa dibandingkan dengan penurunan kecambah). Lima komposisi medium disam-
selulosa. paikan dalam Tabel 1. Pemupukan dilaku-
Selain itu, dalam proses pembentukan kan setelah bibit berumur dua minggu
tubuh buah berbagai mikroba secara suksesi dengan cara membenamkan pupuk di sekitar
hidup dan berkembang dalam medium tepi polibag. Selain itu, untuk pemeliharaan
tanam jamur merang. Hasil penelitian dilakukan penyiraman menggunakan air
Basuki (1991) menunjukkan bahwa mikroba PDAM. Setiap bulan dilakukan pengamatan
yang hidup dalam medium tanam jamur tinggi bibit dan jumlah daun.
merang dapat menghasilkan antibiotik.
Bagaimanapun juga, komposisi senyawa Tabel 1. Komposisi medium yang diuji dalam
pada tandan kosong kelapa sawit bekas penelitian.
medium jamur merang (TKSJ) sangat Table 1. Composition of medium tested in the
dipengaruhi oleh proses produksi tubuh buah experiment.
jamur merang dan diduga TKSJ mengan-
Medium tanam TKSJ Tanah
dung senyawa karbon sederhana, hara Planting medium SMEB Soil (kg)
tersedia, enzim lignoselulolitik serta anti- (kg)
biotik. Dari pustaka ini diduga TKSJ dapat 0% 0 13
digunakan sebagai sumber bahan organik 25% 3,25 9,75
dan hara untuk menunjang pertumbuhan 50% 6,50 6,50
bibit kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan 75% 9,75 3,25
72
Widiastuti & Tri-Panji
Contoh diambil setelah tanaman ber- mikroba yang bersifat heterotrof yang
umur enam bulan dengan memotong bagian sebagian berperan dalam siklus hara. Diduga
pangkal batang terlebih dahulu dan me- hal yang sama juga terjadi pada TKKS
misahkan daun untuk selanjutnya ditim- walaupun telah digunakan sebagai medium
bang bobot basah. Kemudian batang dan jamur merang. Pemberian bahan organik
daun ditimbang bobot kering setelah dilaku- akan meningkatkan populasi mikroba dan
kan pengeringan dengan oven pada suhu laju mineralisasi karbon dan nitrogen.
105 0C. Selanjutnya dilakukan penggilingan Bagaimanapun juga, menurut Flavel &
contoh batang dan daun untuk analisis hara Murphy (2006) laju mineralisasi dan hasil
N (Kjedahl), P (Spektrofotometer), K mineralisasi sangat dipengaruhi oleh
(AAS), dan Mg ( AAS) dalam jaringan. kandungan total karbon, nitrogen serta jenis
Dua puluh perlakuan yang diuji meru- senyawa karbon yang terkandung dalam
pakan kombinasi jumlah TKSJ (0, 25%, bahan organik yang ditambahkan. Morgan
50%, 75% b/b) dan dosis pupuk konven- et al. (2005) mengemukakan bahwa pem-
sional (0, 25%, 50%, 75%, dan 100% dosis berian bahan organik akan memperbaiki
rekomendasi) (Lubis, 1992). Masing-masing rhizosfer yang dapat menjaga siklus hara
perlakuan diulang dua kali. Data hasil melalui produksi hormon, membantu
pengamatan dianalisis statistik dan diuji meningkatkan resistensi tanaman terhadap
beda nyata berdasarkan uji jarak berganda penyakit dan membantu toleransi tanaman
Duncan. terhadap senyawa toksik. Selain itu, dikemu-
kakan bahwa perbaikan rhizosfer akan dapat
Hasil dan Pembahasan memperbaiki eksudasi oleh akar tanaman
yang dapat meningkatkan degradasi bahan
Analisis statistik menunjukkan tidak organik tanah dan mineralisasi N, mening-
terdapat interaksi yang nyata antara dosis katkan populasi predator dan meningkatkan
TKSJ dan pupuk. Pemberian TKSJ nyata mineralisasi N.
meningkatkan tinggi bibit (Tabel 2). Dosis Pemupukan merupakan pemberian hara
TKSJ 75% menghasilkan tinggi bibit yang secara langsung digunakan oleh akar
tertinggi namun tidak berbeda nyata jika tanaman. Dengan mekanisme ini maka
dibandingkan dengan pemberian TSJ 25%. pemberian pupuk khususnya pada dosis
Pemupukan pada dosis 25% hingga 75% tinggi tidak dapat memperbaiki rhizosfer.
nyata meningkatkan pertumbuhan tinggi Bahkan dilaporkan bahwa pemberian pupuk
bibit. Dalam peubah ini ditunjukkan bahwa pada dosis tinggi kemungkinan dapat me-
pemberian TKSJ hingga 75% tidak menu- rugikan kehidupan mikroba yang terdapat
runkan tinggi tanaman sedangkan pemberian pada rhizosfer yang berperan dalam penye-
pupuk 100% dosis rekomendasi justru me- diaan hara. Morgan et al. (2005) menun-
nurunkan tinggi bibit. jukkan bahwa pemberian pupuk kimia pada
Bahan organik yang dibenamkan dalam dosis tinggi dapat menurunkan populasi di
tanah berfungsi sebagai sumber karbon bagi samping keragaman mikroba. Pada pem-
73
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sisa jamur merang...
*) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang diikuti
huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan
(DMRT ) P < 0,05.
*) Figure (s) in each column followed by the same letter (s) is not significantly
different according to Duncan multiple range test ( P < 0.05).
berian pupuk dengan dosis tinggi, hara katkan jumlah daun dibandingkan dengan
sangat tersedia bagi tanaman dan kondisi ini kontrol. Namun, dosis pupuk yang lebih
akan menghambat aktivitas dan kehidupan tinggi cenderung menurunkan jumlah daun.
mikroba, sehingga mikroba yang berperan Pengamatan bobot basah bibit me-
dalam mineralisasi senyawa organik akan nunjukkan pemberian TKSJ 25% nyata
berkurang populasinya (Morgan et al., meningkatkan bobot basah akar, batang, dan
2005). Kurangnya efisiensi pemupukan pada bibit sedangkan bobot basah daun tertinggi
pemberian pupuk dosis tinggi, khususnya P, ialah pada pemberian TKSJ 75% (Tabel 3).
akan menyebabkan pengikatan hara P Bagaimanapun, pemberian TKSJ pada
sehingga tidak dapat diserap tanaman jumlah yang tinggi tidak menurunkan
Walaupun demikian pemberian TKSJ tidak berbagai peubah bobot basah bibit yang
mempengaruhi jumlah daun sedangkan diamati. Pemberian bahan organik pada
pemupukan pada dosis 50% nyata mening- jumlah yang sangat tinggi akan me-
74
Widiastuti & Tri-Panji
Tabel 3. Pengaruh dosis TKSJ dan pupuk konvensional terhadap bobot basah bibit
kelapa sawit umur enam bulan.
Table 3. Effect of SMEB and fertilizer dose on fresh weight of six- month-old oil palm
seedlings.
*) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang diikuti huruf
yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT)
P < 0,05.
*) Figure (s) in each column followed by the same letter (s) is not significantly different
according to Duncan multiple range test (P<0.05).
nyebabkan terjadinya kehilangan hara misal- rungan pemberian pupuk yang tinggi me-
nya yang disebabkan pelindian (leaching) nurunkan berbagai peubah bobot basah bibit.
yang selanjutnya dapat mempengaruhi Pengamatan bobot kering menunjukkan
kualitas air tanah (Flavel & Murphy, 2006). bahwa pemberian TKSJ dari dosis 25
Pemupukan tidak berpengaruh terhadap sampai 75% tidak mempengaruhi bobot
bobot basah akar, namun berpengaruh nyata kering akar dan bibit demikian pula pemu-
terhadap bobot basah batang dan daun pukan (Tabel 4). Hasil ini berbeda dengan
khususnya pada dosis 25% dan 50%. Hasil yang dilaporkan Widiastuti & Darmono
ini menunjukkan bahwa pemupukan cen- (2000) yang melakukan pemberian kompos
derung tidak merangsang pertumbuhan akar. TKKS sebagai bahan organik pada
Bobot basah bibit yang dipupuk pada dosis pembibitan kelapa sawit. Dalam penelitian-
50 dan 75% nyata lebih tinggi dibandingkan nya ditunjukkan bahwa pemberian kompos
dengan kontrol. Namun, terdapat kecende- TKKS pada dosis 20%(v/v) dapat
75
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sisa jamur merang...
meningkatkan bobot basah dan kering bibit dosis 50% setara dengan pemberian pupuk
kelapa sawit pada umur yang sama. Diduga 50%, khususnya untuk bobot kering daun.
dalam pertumbuhannya jamur merang Hasil ini nampaknya sejalan dengan hasil
menggunakan hara yang tersedia dan penelitian Michitsch et al (2007) yang
terdapat pada medium tanam di samping menunjukkan bahwa pertumbuhan beberapa
senyawa karbon. Pengaruh TKSJ terhadap tanaman yang diuji yang diberi ekstrak
batang mulai terlihat pada pemberian TKSJ kompos bekas jamur konsumsi menghasil-
25%. Semakin tinggi dosis TKSJ, semakin kan pertumbuhan terbaik atau setidaknya
tinggi pula bobot kering batang. Hasil yang sama dengan tanaman yang diberi dengan
sama juga terjadi pada bobot kering daun. setengah dosis larutan hara Hoaghlan.
Dosis TKSJ 50% dan pupuk 50% nyata Secara umum kadar N, P, K, dan Mg
meningkatkan bobot kering daun. Hasil ini daun kelapa sawit berada pada batas normal.
menunjukkan bahwa pemberian TKSJ pada Pemberian TKSJ tidak mempengaruhi kadar
Tabel 4. Pengaruh dosis TKSJ dan pupuk konvensional terhadap bobot kering bibit
kelapa sawit umur enam bulan.
Table 4. Effect of SMEB and fertilizer doses on dry weight of six-month-old oil palm
seedlings.
Pengaruh Bobot kering (Dry weight) (g)
Effect
Akar Batang Daun Bibit
Root Stem Leaf Seedling
TKSJ (SMEB)
(%b/b, w/w)
0 4,46 a*) 4,95 b 8,01 b 17,42 a
25 5,90 a 7,3 a 10,16 ab 23,36 a
50 5,84 a 6,24 ab 11,04 a 23,12 a
75 5,85 a 8,13 a 11,16 a 25,14 a
Pupuk (Fertilizer)
(%) rekomendasi
recommendation
0 4,98 ab 5,73 ab 8,8 b 19,51 ab
25 6,15 a 7,31 ab 10,97 ab 24,43 ab
50 6,11 a 7,72 a 13,14 a 26,97 a
75 6,04 a 7,42 ab 9,31 b 22,77 ab
100 4,29 b 5,1 b 8,24 b 17,63 b
*) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang diikuti huruf
yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT )
P < 0,05.
*) Figure (s) in each column followed by the same letter (s) is not significantly different
according to Duncan multiple range test(P<0.05).
76
Widiastuti & Tri-Panji
Tabel 5. Pengaruh dosis TKSJ dan pupuk konvensional terhadap kadar hara daun bibit
kelapa sawit umur enam bulan.
Table 5. Effect of SMEB and fertilizer doses on nutrient concentration of six-month-
old oil palm seedlings.
Pengaruh Kadar hara (Nutrient concentration)
Effect
N (%) P (%) K (%) Mg (%)
TKSJ (SMEB)
(% b/b, w/w)
0 2,29 a*) 0,2 a 13,24 a 1,27 a
25 2,15 b 0,23 a 14,59 a 1,29 a
50 2,41 a 0,19 ab 14,98 a 1,57 a
75 2,29 a 0,18 b 15,11 a 1,57 a
Pupuk (Fertilizer)
(%) rekomendasi
recommendation
0 1,92 c 0,19 b 12,45 b 1,39 a
25 2,18 b 0,21 a 15,28 a 1,57 a
50 2,40 a 0,19 b 14,60 a 1,45 a
75 2,45 a 0,21 a 15,15 a 1,32 a
100 2,48 a 0,18 b 14,95 a 1,43 a
*) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang diikuti
huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan
(DMRT ) P < 0,05.
*) Figure (s) in each column followed by the same letter (s) is not significantly
different according to Duncan multiple range test (P<0.05).
77
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sisa jamur merang...
dari pupuk. Jamur merang dalam pertum- an serapan hara namun berpengaruh ter-
buhannya di samping melakukan dekom- hadap pertumbuhan tanaman. Terdapatnya
posisi TKKS juga menggunakan sebagian beberapa senyawa dalam TKSJ seperti asam
senyawa karbon dan hara yang tersedia. humat, antibiotik serta hormon diduga
Keadaan ini kemungkinan mengurangi berperan dalam peningkatan pertumbuhan
ketersediaan hara pada TKKS. tanaman.
Widiastuti & Darmono (2000) melapor- Pemupukan pada dosis 25% sampai
kan bahwa pemberian kompos TKKS dapat 75% mempengaruhi serapan N dan K daun
meningkatkan secara nyata serapan hara N sedangkan serapan P dan Mg dipengaruhi
baik pada daun maupun batang bibit kelapa pemupukan pada dosis 25%. Terdapat
sawit pada umur yang sama. Bagaimanapun kecenderungan pemberian TKSJ pada dosis
juga pengaruh pemberian TKSJ terlihat tinggi tidak menurunkan serapan N, P, K
nyata pada peubah tinggi bibit, dan bobot dan Mg sedangkan pemberian pupuk pada
basah bibit. Hasil ini menunjukkan bahwa dosis tinggi cenderung menurunkan serapan
TKSJ tidak berpengaruh terhadap peningkat- N, P, K dan Mg daun.
Tabel 6. Pengaruh dosis TKSJ dan pupuk konvensional terhadap serapan hara bibit kelapa
sawit umur enam bulan.
Table 6. Effect of SMEB and fertilizer doses on leave nutrient uptake of six –month-old
oil palm seedlings.
Pengaruh Serapan hara daun (Leaf nutrient uptake)
Effect
N (mg) P (mg) K (mg) Mg (mg)
TKSJ (SMEB)
(% b/b)
0 19,04 a*) 1,84 a 126,11 b 13,34 b
25 20,93 a 2,22 a 158,82 ab 15,70 b
50 23,06 a 1,92 a 151,69 ab 18,36 ab
75 25,28 a 2,15 a 181,73 a 22,60 a
Pupuk (Fertilizer)
(%) rekomendasi recommendation
0
25 14,65 c 1,83 b 70,52 c 15,28 b
50 23,02 b 2,68 a 178,94 ab 23,54 a
75 30,53 a 2,22 ab 200,47 a 17,84 ab
100 22,41 b 1,88 b 156,85 ab 16,31 b
19,77 bc 1,56 b 132,24 bc 14,53 b
*) Angka dalam kolom yang sama pada masing-masing kelompok yang diikuti huruf yang
sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT ) P < 0,05.
*) Figure (s) in each column followed by the same letter (s) is not significantly different
according to Duncan multiple range test(P<0.05).
78
Widiastuti & Tri-Panji
79