You are on page 1of 9

PERAN TENAGA KESEHATAN SEBAGAI PELAKSANA PELAYANAN

KESEHATAN PUSKESMAS

Lestari Handayani, N.A. Ma’ruf , Evie Sopacua1

ABSTRACT
Background: 0DQ\ KHDOWK SUREOHPV HPHUJHG GXULQJ WKH GHFHQWUDOL]DWLRQ HUD WKDW ZDV PDUNHG E\ WKH ORZ SHUIRUPDQFH
RI +HDOWK &HQWUH 3+& 7KLV 3+&¶V SHUIRUPDQFH LV FORVHO\ LQWHUWZLQHG ZLWK KHDOWK PDQSRZHU 7KH REMHFWLYH RI WKLV VWXG\
LV WR LGHQWLI\ WKH UROH RI KHDOWK PDQSRZHU LQ 3+&¶V Methods: 7KH VWXG\ ZDV GRQH LQ SURYLQFHV UHJHQFLHV L H (DVW
-DYD -RPEDQJ DQG %RMRQHJRUR UHJHQFLHV :HVW -DYD &LDQMXU UHJHQF\ DQG (DVW 1XVD 7HQJJDUD 6LNND UHJHQF\ %\
SXUSRVLYH VDPSOLQJ PHWKRG 3+&V ZHUH WDNHQ IURP HDFK UHJHQF\ WKXV 3+&V UHSUHVHQWLQJ UHJHQFLHV Results: 7KH
UHVXOW VKRZHG WKDW QXPEHU RI KHDOWK PDQSRZHU LQ WKH 3+& ZHUH EHWZHHQ ± SHUVRQV EXW RQO\ 3+&V KDV GH¿QLWH
PHGLFDO GRFWRUV 7KH PDMRULW\ RI WKH KHDOWK PDQSRZHU LQ +&V ZHUH PLGZLYHV DQG QXUVHV ZKLOH SKDUPDFLVW¶V DVVLVWDQW
ODERUDWRU\ SHUVRQQHO DQG QXWULWLRQLVW ZHUH ODFNLQJ 7KLV VWXG\ LGHQWLI\ WKDW KHDOWK PDQSRZHU PDLQ WDVNV IXQFWLRQV DQG
DGGLWLRQDO MREV ZHUH ¿WWLQJ ZLWK WKHLU HGXFDWLRQ DQG VNLOO EXW 3+& IDFLOLWLHV ZHUH XQEH¿WWLQJ WR VXSSRUW WKHLU ZRUN 0RVW RI
3+& KHDOWK PDQSRZHU ZHUH VDWLVI\ ZLWK WKHLU UROH UHQGHULQJ KHDOWK VHUYLFHV $FFRUGLQJ WR 3+& KHDOWK PDQSRZHU WKH IDFWRU
WR LPSURYH LQGLYLGXDO SHUIRUPDQFH ZDV VWUHQJKWHQLQJ HGXFDWLRQ DQG VNLOO DQG WKH IDFWRU WR LPSURYH 3+&¶V SHUIRUPDQFH ZDV
SODQQLQJ EDVHG RQ GHPDQG 7KLV VWXG\ VXJJHVWHG 3+&V DQG 5HJHQF\ +HDOWK 2I¿FHV KDV WR FKDQJH WKHLU SDUDGLJP IURP
FRQYHQWLRQDO FDUHHU V\VWHP LQWR SURWHDQ FDUHHU SHUWDLQLQJ WR KHDOWK PDQSRZHU 7KLV VWXG\ LV D OHVVRQ OHDUQHG GXH WR WKH
LPSRUWDQFH RI 3+&¶V UROH DV WKH WHFKQLFDO LPSOHPHQWLQJ XQLW RI KHDOWK VHUYLFHV

Key words: KHDOWK PDQSRZHU KHDOWK VHUYLFHV SXEOLF KHDOWK FHQWHUV

ABSTRAK
0DVDODK NHVHKDWDQ PXQFXO NHPEDOL VHODPD HUD GHVHQWUDOLVDVL \DQJ GLWDQGDL GHQJDQ UHQGDKQ\D NLQHUMD SXVNHVPDV
.LQHUMD SXVNHVPDV WLGDN GDSDW GLOHSDVNDQ GHQJDQ NHEHUDGDDQ WHQDJD NHVHKDWDQ 7XMXDQ SHQHOLWLDQ LQL DGDODK XQWXN
PHQJLGHQWL¿NDVL WHQDJD NHVHKDWDQ GL SXVNHVPDV 3HQHOLWLDQ GLODNVDQDNDQ GL SURYLQVL WHUGLUL GDUL NDEXSDWHQ \DLWX
-DZD 7LPXU NDEXSDWHQ -RPEDQJ GDQ %RMRQHJRUR SURYLQVL -DZD %DUDW NDEXSDWHQ &LDQMXU GDQ SURYLQVL 1XVD 7HQJJDUD
7LPXU NDEXSDWHQ 6LNND 'XD SXVNHVPDV GL VHWLDS NDEXSDWHQ GLDPELO VHFDUD SXUSRVLI VHEDJDL VDPSHO VHKLQJJD
GLSHUROHK SXVNHVPDV VHEDJDL UHSUHVHQWDVL NDEXSDWHQ +DVLO SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ EDKZD GL VHWLDS SXVNHVPDV
WHUGDSDW ± RUDQJ WHQDJD QDPXQ KDQ\D SXVNHVPDV \DQJ PHPLOLNL GRNWHU WHWDS -HQLV WHQDJD NHVHKDWDQ WHUEDQ\DN
GL PDVLQJ PDVLQJ SXVNHVPDV DGDODK ELGDQ GDQ WHQDJD SHUDZDW NHVHKDWDQ VHGDQJNDQ DVLVWHQ DSRWHNHU ODERUDW GDQ DKOL
JL]L PDVLK NXUDQJ MXPODKQ\D 3HQHOLWLDQ LQL PHQXQMXNNDQ EDKZD WXJDV XWDPD IXQJVL GDQ WXJDV WDPEDKDQ \DQJ PHQMDGL
EHEDQ PHUHND VXGDK VHVXDL GHQJDQ SHQGLGLNDQ GDQ NHWHUDPSLODQ \DQJ PHUHND PLOLNL WHWDSL PHUHND PHUDVD WLGDN GLGXNXQJ
ROHK IDVLOLWDV \DQJ VHPDGDL 3DGD XPXPQ\D WHQDJD NHVHKDWDQ VXGDK SXDV GHQJDQ WXJDV GDODP PHODNVDQDNDQ SHOD\DQDQ
NHVHKDWDQ 0HUHND PHQ\DUDQNDQ SHQLQJNDWDQ SHQGLGLNDQ GDQ SHODWLKDQ XQWXN SHQLQJNDWDQ NLQHUMD LQGLYLGX VHGDQJ XQWXN
SHQLQJNDWDQ NLQHUMD LQVWLWXVL GLODNXNDQ GHQJDQ SHUHQFDQDDQ \DQJ VHVXDL GHQJDQ WXQWXWDQ WHQDJD SXVNHVPDV 3HQHOLWLDQ LQL
PHQ\DUDQNDQ DGDQ\D SHUXEDKDQ SDUDGLJPD GL SXVNHVPDV GDQ GLQDV NHVHKDWDQ EHUJHVHU GDUL VLVWHP NDULU NRQYHQVLRQDO
\DQJ NDNX NH DUDK SHQJHPEDQJDQ NDULU \DQJ OHQWXU 3HQHOLWLDQ LQL PHUXSDNDQ VXDWX SHPEHODMDUDQ PHQJLQJDW SHQWLQJQ\D
SHUDQ SXVNHVPDV VHEDJDL XQLW WHKQLV GDODP SHOD\DQDQ NHVHKDWDQ

Kata kunci:

Naskah masuk: 4 Januari 2009, Review 1: 6 Januari 2009, Review 2: 7 Januari 2009, Naskah layak terbit: 15 Januari 2009

1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan – Departemen
Kesehatan RI. Jl Indrapura 17 Surabaya 60176.
Korespondensi: Lestari Handayani
E-mail: lestari@yahoo.com.sg

12
Peran Tenaga Kesehatan (Lestari Handayani, NA Ma'ruf, Evie Sopacua)

PENDAHULUAN perubahan dalam era otonomi daerah. Menurut


Stokes (2007), desentralisasi kesehatan adalah
Pusat kesehatan masyarakat dalam (puskesmas)
reformasi atau perubahan, tetapi hasil survei
menurut kepmenkes 128 tahun 2004 adalah unit
menunjukkan kesiapan SDM masih berkisar 40%
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/
sehingga dianjurkan melakukan FDSDFLW\ EXLOGLQJ
kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
untuk pengembangan SDM.
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
SDM atau tenaga kesehatan di Puskesmas
(Depkes RI, 2004). Puskesmas memiliki fungsi
berperan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan.
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
Dalam peran tersebut diharapkan agar tugas pokok
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
dan fungsi (tupoksi) tenaga kesehatan sesuai dengan
pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi
pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki.
pelayanan kesehatan perorangan (SULYDWH JRRGV) dan
Dijelaskan oleh Notoatmojo (2003) bahwa pendidikan
pelayanan kesehatan masyarakat (SXEOLF JRRGV).
dan keterampilan merupakan investasi dari tenaga
Sejak tahun 2001, desentralisasi kesehatan
kesehatan dalam menjalankan peran sesuai dengan
dilaksanakan dalam penyelenggaraan otonomi
tupoksi yang diemban. Selain itu, dalam peran sebagai
daerah. Kondisi ini menggambarkan peran dan fungsi
pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas,
lembaga-lembaga pelayanan kesehatan pada dua
menurut Setyawan (2002) tenaga kesehatan
kutub yang saling menjauhi, yaitu kutub birokrasi dan
merupakan sumber daya strategis. Sebagai sumber
kutub lembaga usaha (Trisnantoro, 2004). Menurut
daya strategis, tenaga kesehatan mampu secara
Mills, dkk. (1991 dalam Trisnantoro, 2004), Puskesmas
RSWLPDO PHQJJXQDNDQ VXPEHU GD\D ¿VLN ¿QDQVLDO GDQ
akan cenderung menuju kearah kutub lembaga usaha
PDQXVLD GDODP WLP NHUMD 6XPEHU GD\D ¿VLN PHUXSDNDQ
dan tantangan untuk sebagai lembaga usaha adalah
saran pendukung kerja sehingga tenaga kesehatan
kesiapan sumber daya manusia (SDM).
dapat menjalankan perannya sebagai pelaksana
Pelaksanaan desentralisasi kesehatan di era
pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan optimal.
otonomi daerah juga menyebabkan perubahan yang
Menurut Soetjipto BW (2002), dalam peran sebagai
mendasar dalam pelayanan kesehatan termasuk di
pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas,
Puskesmas. Perubahan tersebut disebabkan karena
tenaga kesehatan memperoleh kepuasan kerja.
dalam penyelenggaraan otonomi, pemerintah daerah
Kepuasan kerja mempunyai ciri: 1) memiliki
mendapat kewenangan dalam pengelolaan keuangan,
keahlian atau keterampilan yang bervariasi,
fungsi-fungsi pemerintahan dan pelayanan. Beberapa
2) mempunyai identitas diri, 3) menentukan
daerah mengalami efek kurang menguntungkan
keberhasilan di unit kerjanya, 4) otonom dalam memilih
dari kebijakan otonomi daerah, antara lain terjadi
cara menyelesaikan tugasnya, dan 5) memperoleh
penurunan kinerja Puskesmas. Penurunan kinerja
umpan balik untuk apa yang sudah dilaksanakan.
Puskesmas ini diasumsikan merupakan akibat aspek
Kepuasan kerja dengan ciri memiliki keahlian atau
kemampuan SDM yang belum siap mengantisipasi
keterampilan yang bervariasi adalah sesuai tupoksi.

Kepala Puskesmas

Urusan Tata Usaha

Unit I–II Puskesmas Pembantu Polindes Unit III–IV

Sumber: Kepmenkes No.128 tahun 2004

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Puskesmas

13
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 12–20

Sedangkan ciri mempunyai identitas diri antara lain dalam rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan
diekspresikan tenaga kesehatan sebagai pelaksana Kesehatan (Handayani L, Sopacua E, Siswanto,
pelayanan kesehatan di Puskesmas melalui aspirasi Ma’ruf NA, Widjiartini, 2006) yang menggambarkan
dalam mengemukakan pendapat. peran tenaga kesehatan sebagai pelaksana pelayanan
Dalam peran sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas. Penelitian ini merupakan
kesehatan di Puskesmas, tenaga kesehatan penelitian deskriptif evaluatif non intervensi dan
mempunyai tugas pokok dan fungsi berdasarkan dilaksanakan tahun 2006 di provinsi Jawa Timur, Jawa
organisasi Puskesmas. Sesuai Kepmenkes No.128 Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
tahun 2004 susunan organisasi Puskesmas terdiri Populasi penelitian adalah puskesmas dan
dari unsur pimpinan yaitu kepala puskesmas, unsur jaringannya yaitu puskesmas pembantu (Pustu)
pembantu pimpinan yaitu urusan tata usaha dan unsur dan pondok bersalin desa (Polindes). Sampling
pelaksana berupa unit-unit yang terdiri dari petugas diambil secara purposif, dimaksudkan
imaksudkan agar sampel
dalam jabatan fungsional. Jumlah unit tergantung dapat memberikan informasi tentang proses yang
kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas sehingga bila terjadi ketika tenaga kesehatan menjalankan
jumlah tenaga terbatas sedangkan tugas harus dibagi perannya sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di
habis, maka akan menimbulkan tugas tambahan Puskesmas (Murti, 2006). Di setiap provinsi ditetapkan
yang terintegrasi ke dalam tupoksi masing-masing 1 kabupaten -kecuali Jawa Timur 2 kabupaten- dan di
petugas. setiap kabupaten diambil 2 puskesmas baik dengan
Uraian tersebut di atas menyebabkan timbul perawatan maupun non perawatan. Keseluruhan
pertanyaan bagaimana sesungguhnya peran tenaga sampel berjumlah 8 (delapan) puskesmas. Sampel
kesehatan dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas di provinsi Jawa Timur dipilih puskesmas Kapas dan
dalam era otonomi daerah? Berdasar pertanyaan Kanor di kabupaten Bojonegoro serta puskesmas
penelitian tersebut, secara umum tujuan penelitian Bareng dan Cukir di Kabupaten Jombang. Di
adalah mengetahui peran tenaga kesehatan dalam provinsi Jawa Barat dipilih kabupaten Cianjur dengan
pelayanan kesehatan di Puskesmas dalam era puskesmas Sukanagara dan Cibeber. Provinsi NTT, 2
otonomi daerah. Tujuan khusus penelitian adalah: Puskesmas dipilih yaitu puskesmas Nita dan Nanga
1. Mengkaji kesesuaian tugas pokok dan fungsi di kabupaten Sikka.
(tupoksi) dengan pendidikan dan keterampilan serta 9DULDEHO \DQJ GLLGHQWL¿NDVL GDUL WHQDJD NHVHKDWDQ
sarana pendukung kerja; 2. Mengkaji kesesuaian sebagai bagian dari input yang diidentifikasi di
tugas tambahan tenaga kesehatan dengan pendidikan Puskesmas adalah kesesuaian tugas pokok dan
dan keterampilan serta sarana pendukung kerja; fungsi (tupoksi) maupun tugas tambahan yang
3. Mengkaji kepuasan kerja sesuai tupoksi; 4. Mengkaji diemban dengan pendidikan dan keterampilan serta
pendapat SDM puskesmas tentang faktor-faktor untuk sarana pendukung kerja, kepuasan kerja sesuai
peningkatan kinerja individu dan Puskesmas. WXSRNVL 6HGDQJNDQ LGHQWL¿NDVL SDQGDQJDQ PHUHND
Diharapkan agar pembelajaran ini menjadi tentang upaya revitalisasi puskesmas dan jaringannya
masukan kebijakan yang diformulasi di pusat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
dan atau di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kesehatan adalah pendapat tentang faktor-faktor
kecamatan yang tujuannya meningkatkan peran untuk peningkatan kinerja individu dan puskesmas
tenaga kesehatan sebagai pelaksana pelayanan (Gambar 2).
kesehatan di Puskesmas. Data dikumpul dengan wawancara menggunakan
kuesioner dan FGD ()RFXV *URXS 'LVFXVVLRQ) untuk
METODE memperoleh pendalaman tentang pendapat petugas
kesehatan tentang perannya sebagai pelaksana
Studi ini dikaji dari penelitian “Upaya Revitalisasi pelayanan kesehatan di Puskesmas. Data yang
Pelayanan Kesehatan Puskesmas dan Jaringannya diperoleh dianalisis secara deskriptif.

14
Peran Tenaga Kesehatan (Lestari Handayani, NA Ma'ruf, Evie Sopacua)

Kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Kesesuaian Tugas Pokok dan Fungsi (tupoksi) dengan:


- Pendidikan dan keterampilan
- Sarana Pendukung Kerja
Peran tenaga
kesehatan
sebagai Kesesuaian Tugas Tambahan dengan:
pelaksana - Pendidikan dan keterampilan
pelayanan - Sarana Pendukung Kerja
kesehatan di
Puskesmas
berdasarkan: Memperoleh kepuasan kerja sesuai tupoksi

Berpendapat tentang faktor-faktor untuk peningkatan


kinerja individu dan Puskesmas

Gambar 2. Peran Tenaga Kesehatan sebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

HASIL Tabel 1. Gambaran kesesuaian tugas pokok dan


fungsi (tupoksi) tenaga kesehatan dengan
Hasil penelitian dibagi sesuai dengan tujuan
pendidikan, keterampilan dan sarana
penelitian. Secara keseluruhan tenaga kesehatan
pendukung kerja di 8 puskesmas penelitian
di Puskesmas yang di wawancarai berjumlah 154
di provinsi Jawa Timur, Jawa Barat dan
orang.
NTT, tahun 2006
Kesesuaian tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
dengan pendidikan dan keterampilan serta Kesesuaian tupoksi tenaga Sesuai Kurang
kesehatan di Puskesmas (%) Sesuai
sarana pendukung kerja
dengan: (%)
Tupoksi masing-masing tenaga kesehatan di
Pendidikan mereka 91,56 8,44
puskesmas pada umumnya ditetapkan sesuai dengan Keterampilan yang mereka 93,51 6,49
pendidikan dan keterampilan. Tabel 1 menunjukkan miliki
bahwa 91,56% tenaga kesehatan menyatakan Sarana pendukung kerja di 53,25 46,75
kesesuaian tupoksi dengan pendidikan mereka dan Puskesmas
93,51% tenaga kesehatan menyebutkan kesesuaian
Sumber: Handayani, Sopacua, Siswanto, Ma’ruf & Widjiartini
tupoksi dengan keterampilan yang mereka miliki. (2006)
Sebanyak 46,75% tenaga kesehatan menjelaskan
kurang sesuainya tupoksi dengan sarana pendukung Kesesuaian tugas tambahan dengan pendidikan
kerja di Puskesmas dan melalui FGD dijelaskan bahwa dan keterampilan serta sarana pendukung kerja.
keadaan ini disebabkan karena sarana pendukung
Di samping tugas pokok dan fungsi dalam
kerja yang ada belum mencukupi dan atau belum
pelaksanaan pelayanan di puskesmas, sebagian besar
sesuai standar pelayanan.
tenaga kesehatan mempunyai satu atau lebih tugas
Temuan penelitian juga menjelaskan tentang beban
tambahan. Pernyataan melalui FGD menjelaskan
tupoksi dibanding dengan kemampuan yang dimiliki.
terjadinya keadaan ini:
Sebanyak 77,27% tenaga kesehatan menyebutkan
beban tupoksi ringan, 19,49% menyebutkan beban VHSHUWL VD\D SHPHJDQJ SURJUDP LQWLQ\D
tupoksi sedang dan hanya 3,24 % menyatakan DGDODK SURPNHV WDSL MXJD GLLQWHJUDVLNDQ
beban tupoksi berat dalam pelaksanaan pelayanan NHSDGD LPXQLVDVL NDGDQJ NDGDQJ 8.6 MDGL
kesehatan di Puskesmas. WHUJDQWXQJ VLWXDVL GDQ NRQGLVL XQWXN PHQJNRYHU

15
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 12–20

SHUPDVDODKDQ NXUDQJQ\D WHQDJD NDUHQD WHPDQ puskesmas yang memiliki tugas tambahan (n = 83)
WHPDQ DGD \DQJ SHQGLGLNDQ SHQ\HWDUDDQ NH tentang kesesuaian tugas tambahan tersebut dengan
DNSHU DWDX NH DNELG 0HQJLVL NHNRVRQJDQ pendidikan dan keterampilan mereka dalam perannya
WHUVHEXW PDND OLQWDV SURJUDP LWX GLNRQGLVLNDQ sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas
-DGL KDPSLU VHPXD WHPDQ NHUMD UDQJNDS DGD tergambar dalam tabel 2. Terlihat bahwa 60,2% tenaga
\DQJ SHPHJDQJ NHVOLQJ GLLQWHJUDVLNDQ NH kesehatan menyatakan kesesuaian tugas tambahan
EHQGDKDUD JLJL GLLQWHJUDVLNDQ NH XNV GDQ ODLQ dengan pendidikan dan atau keterampilan yang
VHEDJDLQ\D mereka miliki. Mengenai kesesuaian tugas tambahan
dengan sarana pendukung kerja di Puskesmas oleh
Keadaan ini disebabkan tenaga kesehatan di
53% tenaga kesehatan dinyatakan masih kurang.
puskesmas terbatas jumlahnya dibandingkan dengan
jenis program yang dikerjakan. Selain jumlah yang Tabel 2. Kesesuaian tugas tambahan tenaga
terbatas, sering kali juga terdapat keterbatasan kesehatan dengan pendidikan, keterampilan
keterampilan berdasarkan jenis pendidikan. Sebagai dan sarana pendukung kerja di 8 puskesmas
akibatnya ada tenaga yang melakukan pekerjaan penelitian di provinsi Jawa Timur, Jawa
tidak sesuai dengan keterampilannya. Berikut adalah Barat dan NTT (n = 83), tahun 2006
pernyataan dalam FGD yang menunjukkan terjadinya
kondisi seperti ini: Kesesuaian tugas tambahan
Kurang
tenaga kesehatan sebagai Sesuai
Sesuai
%DJDLPDQD ODJL NDUHQD SXVNHVPDV WLGDN pelaksana pelayanan kesehatan (%)
(%)
PHPSXQ\DL SHWXJDV DQDOLV XQWXN ODERUDWRULXP dengan:
PDND WHQDJD OXOXVDQ 60$ GLSHNHUMDNDQ GL Pendidikan dan atau keterampilan 60,2 37,8
Sarana pendukung kerja di
ODERUDWRULXP GHQJDQ EHUEHNDO NHWHUDPSLODQ
Puskesmas 47,0 53,0
\DQJ GLSHUROHK PHODOXL SHODWLKDQ WHQWDQJ
Sumber: Handayani, Sopacua, Siswanto, Ma’ruf & Widjiartini
SHPHULNVDDQ ODERUDWRULXP VHGHUKDQD
(2006)
Akibatnya, tenaga kesehatan di puskesmas
sering kali harus melakukan tugas tambahan selain Temuan penelitian juga mengemukakan bahwa
tugas pokoknya. Gambaran ini dijelaskan melalui menurut 56,6% tenaga kesehatan tugas tambahan
pernyataan berikut ini yang disampaikan dalam ini kadang mengganggu tupoksi dalam pelaksanaan
FGD: pelayanan kesehatan di Puskesmas. Sedangkan
37,4% menyatakan tugas tambahan tidak mengganggu
PXQJNLQ VHPXD ELGDQ DGD WXJDV SRNRN tupoksi dan hanya 6% menyebutkan tugas tambahan
GDQ WXJDV LQWHJUDVL 7XJDV LQWHJUDVL \DLWX mengganggu dalam menjalankan peran sebagai
SLNHW 6HWLDS ELGDQ SHPELQD GHVD \DQJ pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas.
EDQ\DN WXJDV LQWHJUDVL PLVDOQ\D SHOD\DQDQ
LPPXQLVDVL SHQ\XOXKDQ XNV MXJD GLOLEDWNDQ Kepuasan kerja sesuai tugas pokok dan fungsi
-DGL VHPXD WHUOLEDW GDODP WXSRN GDQ WXJDV (tupoksi)
LQWHJUDVL %DQ\DN \DQJ EHJLWX .DUHQD XQWXN Kepuasan kerja diperoleh tenaga kesehatan dalam
SHOD\DQDQ LPPXQLVDVL VDMD VHWLDS ELGDQ GL GHVD pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas
PHOD\DQL SRV\DQGX GDQ LPPXQLVDVL GDQ JL]L sesuai tupoksi.
NDUHQD SHWXJDV JL]L GL SXVNHVPDV FXPD VDWX Tabel 3 menunjukkan kepuasan kerja sesuai
LPXQLVDVL MXJD FXPD VDWX tupoksi yang diperoleh tenaga kesehatan di
Puskesmas. Menurut 88,89% tenaga kesehatan,
Tugas tambahan dalam pernyataan di atas
mereka mendapatkan kepuasan kerja dalam
disebutkan sebagai tugas integrasi dan dari seluruh
pelaksanaan pelayanan upaya kesehatan masyarakat
tenaga kesehatan di puskesmas penelitian (n =
(UKM) sesuai tugas pokok dan fungsi, disusul
154 orang), ada 83 orang (53,9%) mendapatkan
dengan 81,63% tenaga kesehatan di pelayanan
tugas tambahan. Pendapat tenaga kesehatan di
pengobatan.

16
Peran Tenaga Kesehatan (Lestari Handayani, NA Ma'ruf, Evie Sopacua)

Tabel 3. Kepuasan kerja tenaga kesehatan sesuai pelayanan kesehatan di Puskesmas


tugas pokok dan fungsi di 8 puskesmas berdasarkan pendapat tentang faktor-
penelitian di provinsi Jawa Timur, Jawa faktor untuk meningkatkan kinerja individu
Barat dan NTT, tahun 2006 di 8 puskesmas penelitian di provinsi Jawa
Timur, Jawa Barat, dan NTT, tahun 2006
Kepuasan kerja tenaga Kepuasan Kerja
kesehatan sesuai tugas (n = 154)
Kurang
pokok dan fungsi dalam Puas
Puas Faktor-faktor untuk meningkatkan kinerja individu:
pelayanan: %
%
Pengobatan
engobatan (UKP) 81,63 18,37 Ya % Tidak %
Obat dan alat kesehatan 75 25,00 1. Peningkatan pendidikan 78,6 21,4
Administrasi 75 25,00 & keterampilan melalui
Upaya kesehatan masyarakat 88,89 11,11 pelatihan
(UKM) 2. Peningkatan bentuk 20,1 79,9
Sumber: Handayani, Sopacua, Siswanto, Ma’ruf & Widjiartini penghargaan (reward)
(2006) 3. Pengurangan beban kerja 8,4 91,6
4. Penambahan sarana 52,6 47,4
Tetapi masih ada 25% tenaga kesehatan di prasarana
pelayanan obat dan alat kesehatan serta di pelayanan 5. Lain-lain 5,2 94,8
administrasi yang merasa kurang puas dalam
Sumber: Handayani, Sopacua, Siswanto, Ma’ruf & Widjiartini
menjalankan perannya. Hal ini sejalan dengan yang
diutarakan dalam FGD:
.HWHUEDWDVDQ SHWXJDV PHQ\HEDENDQ KDPSLU Tabel 5. Peran tenaga kesehatan sebagai pelaksana
VHWLDS SHWXJDV GLEHEDQL WXJDV DGPLQLVWUDVL pelayanan kesehatan di Puskesmas
7XJDV DGPLQLVWUDVL LQL VDQJDW EDQ\DN PHQ\LWD berdasarkan pendapat tentang faktor-faktor
ZDNWX VD\D «« untuk meningkatkan kinerja puskesmas di
8 puskesmas penelitian di provinsi Jawa
Pendapat tenaga kesehatan di Puskesmas
Timur, Jawa Barat, dan NTT, tahun 2006
tentang faktor-faktor untuk peningkatan kinerja
(N = 154)
individu dan Puskesmas
Pendapat tenaga kesehatan tentang faktor-faktor Faktor-faktor untuk meningkatkan kinerja
puskesmas:
untuk peningkatan kinerja individu dan Puskesmas
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa dalam Ya % Tidak %
pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas, 1. Manajemen lebih terbuka 68,2 31,8
tenaga kesehatan diharapkan mampu mengemukakan 2. Perencanaan sesuai 69,5 30,5
aspirasinya. Kondisi ini menunjukkan bahwa tenaga kebutuhan
kesehatan memiliki identitas diri dan merupakan 3. Penataan ulang 46,1 53,9
sumber daya strategis. penempatan petugas
Menurut tenaga kesehatan, faktor-faktor yang kesehatan
dapat meningkatkan kinerja individu adalah seperti 4. Penataan ulang ruangan 44,2 55,8
yang terlihat pada tabel 4 di bawah ini. Sebanyak 78,6% 5. Mengembangkan 24,0 76,0
tenaga kesehatan berpendapat bahwa peningkatan pelayanan baru
pendidikan dan keterampilan melalui pelatihan akan 6. Menambah jam kerja 1,9 98,1
meningkatkan kinerja mereka secara individu dalam 7. Penyesuaian jam kerja 4,5 95,5
peran sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di puskesmas dengan
Puskesmas. Sedangkan 52,6% tenaga kesehatan permintaan masyarakat
menyebutkan tambahan sarana dan prasarana untuk 8. Penyesuaian tarif 10,4 89,6
kelengkapan bekerja dapat meningkatkan kinerja 9. Lain-lain 4,55 95,45
individu. Sumber: Handayani, Sopacua, Siswanto, Ma’ruf & Widjiartini
(2006)
Tabel 4. Peran tenaga kesehatan sebagai pelaksana
17
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 12–20

Sebagai contoh dari pendapat di atas adalah PEMBAHASAN


pernyataan bidan di desa. Mereka menyatakan
Hasil penelitian (tabel 1), bagian terbesar tenaga
perlunya kelengkapan bidan kit dan alat kesehatan
kesehatan menyatakan kesesuaian tupoksi dengan
lainnya mengingat mereka juga harus memberikan
pendidikan dan keterampilan dalam perannya
pelayanan pengobatan. Hal ini sebagaimana
sebagai pelaksana pelayanan di Puskesmas. Ada
dikemukakan seorang bidan dalam FGD:
sekitar 43,5% tenaga kesehatan menjelaskan kurang
7XJDV ELGDQ \DQJ EHUWXJDV GL GHVD EHEDQ sesuainya tupoksi dengan sarana pendukung kerja
SHNHUMDDQQ\D FXNXS WLQJJL VD\D PHQJKDUDSNDQ dalam peran mereka sebagai pelaksana pelayanan
DGDQ\D EDQWXDQ DODW WUDQVSRUWDVL EHUXSD kesehatan di Puskesmas (Tabel 2). Walau tugas
VHSHGD PRWRU DJDU OHELK PXGDK PHQGDWDQJL tambahan terjadi karena keterbatasan jumlah tenaga,
PDV\DUDNDW \DQJ PHPEXWXKNDQ 'L VDPSLQJ tetapi 60% menyatakan kesesuaian tugas tambahan
LWX SHUDODWDQ \DQJ DGD GL SRQGRN EHUVDOLQ tersebut dengan pendidikan dan keterampilan dalam
VHEDJLDQ KDUXV VD\D EHOL VHQGLUL menjalankan peran mereka sebagai pelaksana
pelayanan kesehatan di Puskesmas (Tabel 3).
Sekitar 20,1% tenaga kesehatan menyebutkan
Meskipun 56,6% tenaga kesehatan menyebutkan
penghargaan (UHZDUG berupa uang tunai merupakan
tugas tambahan kadang mengganggu tupoksi dalam
faktor yang dapat meningkatkan kinerja individu. Hal
perannya sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di
ini didukung hasil wawancara yang menggambarkan
Puskesmas, namun hanya 8,4% yang mengusulkan
bahwa petugas di rawat inap mengharapkan adanya
pengurangan beban kerja sebagai faktor untuk
tambahan honor dengan pembagian yang adil. Jasa
peningkatan kinerja individu (Tabel 5).
yang diterima bidan dalam pertolongan persalinan
Hasil di atas menunjukkan bahwa cukup banyak
dikeluhkan terlalu kecil. Meskipun sedikit, ada usulan
petugas kesehatan di puskesmas melakukan tugas
dari 8,4% tenaga kesehatan bahwa pengurangan
tambahan di samping tugas pokok. Hal ini dapat
beban kerja adalah faktor yang dapat meningkatkan
dibenarkan apabila dikaitkan dengan struktur
kinerja individu. Masih ada 5,2% tenaga kesehatan
organisasi puskesmas karena sesuai dengan struktur
yang menyebutkan faktor lain selain keempat faktor
organisasi puskesmas bahwa penempatan tenaga
yang sudah dijelaskan di atas.
GDSDW GLODNXNDQ VHFDUD ÀHNVLEHO EHUJDQWXQJ NHSDGD
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja
puskesmas menurut tenaga kesehatan dalam jumlah dan jenis tenaga, kegiatan dan fasilitas di
perannya sebagai pelaksana pelayanan kesehatan masing-masing puskesmas. Tugas pada setiap unit
di Puskesmas di 8 puskesmas penelitian ditunjukkan MXJD GDSDW GLPRGL¿NDVL VHVXDL NHPXGDKDQ NRRUGLQDVL
dalam tabel 5. dan integrasi personal maupun program dan akses
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja OD\DQDQ 3HUOX GLSHUKDWLNDQ EDKZD VHWLDS PRGL¿NDVL
puskesmas menurut 69,5% tenaga kesehatan harus disertai narasi sebagai penjelasan.
adalah perencanaan sesuai kebutuhan dan 68,2% Berdasarkan gambaran ini, sangat penting bahwa
tenaga kesehatan menyebutkan manajemen Puskesmas mempunyai uraian tugas (MRE GHVFULSWLRQ)
lebih terbuka sebagai faktornya. Selain itu 46,1% pada setiap jabatan yang diemban tenaga kesehatan.
menyatakan bahwa faktor tersebut adalah penataan Uraian tugas ini akan menyebabkan tenaga kesehatan
ulang penempatan tenaga kesehatan dan 44,2% memahami perannya dalam pelaksanaan pelayanan
menyebutkan penataan ulang ruangan. Meskipun di puskesmas sesuai dengan visi dan misi puskesmas.
sedikit, 4,5% tenaga kesehatan di puskesmas Penelitian Handayani, Sopacua, Siswanto, Ma’ruf &
berpendapat bahwa faktor untuk meningkatkan kinerja Widjiartini (2006) menyebutkan uraian tugas sebagai
puskesmas adalah penyesuaian jam kerja puskesmas salah satu item dalam kegiatan pembagian tugas
dengan permintaan masyarakat. Sedangkan 10,4% di puskesmas selain jadwal kegiatan per petugas
menyebutkan penyesuaian tarif sebagai faktor yang dan penanggung jawab per kegiatan. Sedangkan
dapat meningkatkan kinerja puskesmas. Hal ini pembagian tugas adalah salah satu kegiatan dalam
menarik karena ada beberapa puskesmas penelitian pelaksanaan dan pengendalian (P2) manajemen
menggratiskan karcis pelayanan sesuai dengan puskesmas. Berdasarkan penelitian tersebut, ada
peraturan daerah (Perda) yang berlaku seperti yang 5 dari 8 puskesmas yang diteliti secara lengkap
terjadi di kabupaten Sikka - NTT. memenuhi item dari pembagian tugas termasuk uraian
18
Peran Tenaga Kesehatan (Lestari Handayani, NA Ma'ruf, Evie Sopacua)

tugas. Artinya masih ada 3 puskesmas penelitian yang Object of Learning


belum mempunyai uraian tugas. Task Self
Dalam peran sebagai pelaksana pelayanan Short term ,PSURYLQJ &KDQJLQJ
kesehatan di Puskesmas, 75– 88% tenaga kesehatan Time 3HUIRUPDQFH $WWLWXGH
mendapatkan kepuasan kerja sesuai tupoksinya (tabel Span Long term ,PSURYLQJ 'HYHORSLQJ
3). Hal ini menarik, karena pada umumnya kepuasan DGDSWLELOLW\ DQG H[WHQGLQJ
LGHQWLW\
kerja sejalan dengan pengembangan karir dan
sangat disadari bahwa sistem pengembangan karir Sumber: Erkaningrum IF, 2002.

tenaga kesehatan di puskesmas belum jelas (www. Gambar 3. Proses pembelajaran yang berkelanjutan dalam
tenaga-kesehatan.or.id, 2007). Kepuasan kerja yang karir protean
diungkapkan tenaga kesehatan dalam menjalankan
Tenaga kesehatan di puskesmas yang melakukan
perannya menurut Erkaningrum (2002) karena tanpa
pembelajaran jangka pendek terhadap tupoksi maupun
disadari mereka telah menjalani apa yang disebut
tugas tambahan akan merubah SHUIRUPDQFH atau
ERXQGDU\OHVV FDUHHU atau karir tanpa batas. Dijelaskan
VNLOO OHDUQLQJ sedangkan pembelajaran diri sendiri
oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2000 dalam
akan merubah sikapnya. Pembelajaran jangka
Erkaningrum, 2002) bahwa ERXQGDU\OHVV FDUHHU atau
panjang terhadap tupoksi dan tugas tambahan akan
karir tanpa batas sering dihubungkan dengan protean
meningkatkan kinerja melalui adaptasi terhadap
FDUHHU (karir protean) yaitu karir yang sering mengalami
kondisi pekerjaan yang berubah terus-menerus
perubahan seiring dengan dua perubahan yang terjadi
sedangkan pembelajaran pada diri sendiri akan
yaitu (1) perubahan kepentingan, kemampuan dan
mengembangkan identitas. Hal ini merupakan ciri
nilai seseorang dan (2) perubahan lingkungan kerja.
kepuasan kerja yang dikemukakan Soetjipto BW
Menurut Hall (1996 dalam Erkaningrum, 2002), karir
(2002) yaitu identitas diri. Proses dalam pembelajaran
protean adalah karir yang didorong oleh individu itu
jangka panjang ini dicapai melalui interaksi dengan
sendiri (bukan oleh organisasi) dan akan disesuaikan
orang lain atau disebut sebagai UHODWLRQDO OHDUQLQJ
oleh individu itu sendiri dari waktu ke waktu sesuai
(Erkaningrum, 2002).
dengan perubahan lingkungan. Karir protean
Puncak karir dalam karir protean dicapai dengan
bertujuan utama memperoleh kesuksesan psikologis,
menggunakan talenta yang paling dihargai oleh diri
perasaan bangga dan keberhasilan dalam mencapai
sendiri. Talenta yang berpotensi melakukan sesuatu
tujuan-tujuan hidup yang paling penting, cita-cita,
dengan sangat baik dan memberikan kepuasan
kebahagiaan keluarga, kedamaian dalam diri sendiri
ketika melaksanakannya. Begitu puas sehingga
atau sesuatu yang lain. Oleh karena itu, karir protean
jika mendapatkan bayaranpun tidak terasa sebagai
tidak diukur dengan usia kronologis (FKURQRORJLFDO
kompensasi tetapi seperti hadiah yang sebenarnya
DJH) dan tingkat kehidupan (OLIH VWDJHV) tetapi dari
tidak diharapkan. Gambaran ini menjelaskan mengapa
proses pembelajaran yang berkelanjutan (FRQWLQRXV
hanya 20,1% petugas kesehatan di puskesmas
OHDUQLQJ) dan perubahan identitas. Kepuasan kerja
menyebutkan bentuk penghargaan (UHZDUG sebagai
ini menurut Harrington (2007) merupakan salah satu
faktor untuk peningkatan kinerja individu (tabel 4)
dari NH\ DWWLWXGHV dalam karir protean.
karena rata-rata sekitar 70% petugas kesehatan puas
Proses pembelajaran berkelanjutan pada petugas
dengan apa yang sudah dicapai melalui perannya
kesehatan di puskesmas didukung oleh kombinasi
dalam pelaksanaan pelayanan di Puskesmas (tabel
individu, tantangan pekerjaan, relasi individu dengan
3). Kepuasan kerja petugas kesehatan dalam
lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, bawahan,
menjalankan perannya sesuai tupoksi ini menunjukkan
pelanggan/pasien) maupun dengan anggota dari
bahwa proses pembelajaran yang berkelanjutan
berbagai jaringan formal dan informal sebagai contoh
terlaksana dan mencapai adaptasi kerja dengan
dengan petugas kantor kecamatan, tokoh masyarakat.
identitas diri yang jelas.
Gambaran proses pembelajaran yang berkelanjutan
Hal ini diperjelas lagi dengan memahami hirarki
menurut Hall, (1996 dalam Erkaningrum, 2002) adalah
kebutuhan manusia menurut Maslow yang oleh
seperti pada gambar 3.
Notoatmojo (2003) disebut merupakan urgensi

19
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 12–20

dalam pengembangan sumber daya manusia. Hirarki paradigma dalam pembinaan pengembangan karir
kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, tenaga kesehatan dari sistem karir yang lama ke
kebutuhan jaminan keamanan, kebutuhan yang karir protean. Studi ini merupakan pembelajaran,
bersifat sosial, kebutuhan yang bersifat pengakuan dan karena dalam era desentralisasi ini Puskesmas
penghargaan dan kebutuhan untuk mengembangkan sebagai unit pelaksana teknis cenderung menuju
diri. Notoatmojo menegaskan bahwa kelima hirarki kearah kutub lembaga usaha. Untuk itu Puskesmas
tersebut tidak sekuensial dalam arti kebutuhan dituntut memiliki kemampuan manajerial untuk
pertama terpenuhi dulu baru kebutuhan kedua tetapi membina tenaga kesehatan dalam peran sebagai
dapat terjadi secara simultan. Maka kebutuhan pelaksana pelayanan kesehatan di puskesmas melalui
untuk mengembangkan diri (VHOI DFWXDOL]DWLRQ) pada sistem karir yang berwawasan jauh ke depan untuk
dasarnya merupakan bentuk dari adaptasi kerja dan meningkatkan kualitas pelayanan dan mencapai
identitas yang jelas melalui proses pembelajaran kinerja yang optimal.
yang berkelanjutan dalam karir protean (Erkaningrum,
2002). Hal ini menjelaskan pendapat bagian terbesar DAFTAR PUSTAKA
tenaga kesehatan tentang faktor untuk peningkatan
Erkaningrum IF. 2002. 7KH ERXQGDU\ HVV FDUHHU pada abad
kinerja individu adalah meningkatkan pendidikan ke-21. Artikel dalam Paradigma Baru Manajemen
dan keterampilan (tabel 4). Sedangkan faktor untuk Sumberdaya Manusia. Yogyakarta. Penerbit Amara
peningkatan kinerja puskesmas menurut petugas Books.
kesehatan adalah perencanaan sesuai kebutuhan Handayani L, Sopacua E, Siswanto, Ma'ruf NA &
(tabel 5). Pendapat ini merupakan akumulasi positif Widjiartini. 2006. 8SD\D UHYLWDOLVDVL SHOD\DQDQ
dari proses pembelajaran yang berkelanjutan, baik NHVHKDWDQ 3XVNHVPDV GDQ MDULQJDQQ\D GDODP
UDQJND SHQLQJNDWDQ NXDOLWDV SHOD\DQDQ NHVHKDWDQ
jangka pendek maupun jangka panjang.
/DSRUDQ 3HQHOLWLDQ Puslitbang Sistem dan Kebijakan
Kesehatan, Surabaya.
SIMPULAN DAN SARAN Harrington B. 2007. 7KH SURWHDQ FDUHHU. Center for work
and family, Boston.
Simpulan Indonesia Departemen Kesehatan. 2004. 6XUDW .HSXWXVDQ
Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 0HQWHUL .HVHKDWDQ 1R WDKXQ WHQWDQJ
1. Peran tenaga kesehatan sebagai pelaksana .HELMDNDQ 'DVDU 3XVDW .HVHKDWDQ 0DV\DUDNDW
pelayanan kesehatan di puskesmas berdasarkan Depkes, Jakarta.
Notoatmojo S. 2003. 3HQJHPEDQJDQ VXPEHU GD\D PDQXVLD.
tupoksi dan tugas tambahan sesuai dengan
Rineka Cipta, Jakarta.
pendidikan dan keterampilan. Murti B. 2006. 'HVDLQ GDQ XNXUDQ VDPSHO XQWXN SHQHOLWLDQ
2. Ada ketidak sesuaian tupoksi dan tugas tambahan NXDQWLWDWLI GDQ NXDOLWDWLI GL ELGDQJ NHVHKDWDQ
dengan sarana pendukung kerja. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
3. Tenaga kesehatan puskesmas pada umumnya Setyawan IR. 2002. Manajemen sumber daya manusia
mendapatkan kepuasan kerja sesuai tupoksi dalam strategis: repositioning peran, perilaku plus
peran sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di kompetensi serta peran SDM strategi. Artikel dalam
puskesmas. 3DUDGLJPD %DUX 0DQDMHPHQ 6XPEHU 'D\D 0DQXVLD.
Amara Books, Yogyakarta.
4. Faktor-faktor yang dianggap dapat meningkatkan
Soetjipto BW. 2002. Manajemen sumber daya manusia :
kinerja individu dan puskesmas menunjukkan sebuah tinjanuan komprehensif (bagian 1). Artikel
adanya pemahaman berdasarkan VNLOOV maupun dalam 3DUDGLJPD %DUX 0DQDMHPHQ 6XPEHU 'D\D
UHODWLRQDO OHDUQLQJ hasil proses pembelajaran 0DQXVLD, Amara Books, Yogyakarta.
berkelanjutan dalam perannya sebagai pelaksana Stokes P. 2007. ,PSOHPHQWLQJ GHFHQWUDOL]DWLRQ LQ KHDOWK
pelayanan kesehatan di puskesmas 6NLOOV maupun VKDULQJ H[SHULHQFHV DQG ZD\V IRUZDUG :KHUH
UHODWLRQDO OHDUQLQJ ini merupakan akumulasi proses DUH ZH QRZ" 3SW GDODP WK DQQXDO IRUXP RQ KHDOWK
FDUH GHFHQWUDOL]DWLRQ GL %DOL. Available at:: www.
pembelajaran berkelanjutan dalam sistem karir
desentralisasi-kesehatan.net.
protean atau karir tanpa batas.
5DQJNXPDQ GDQ .HVHSDNDWDQ 3HUWHPXDQ .RRUGLQDVL
Saran SHUHQFDQDDQ GDQ SHQGD\DJXQDDQ 6'0 NHVHKDWDQ.
2007. Diakses 26 Agustus 2007, Available at: www.
Puskesmas dengan dukungan Dinas Kesehatan
tenaga-kesehatan.or.id Buletin Peneiitian Sistem
Kabupaten/Kota sebaiknya mengantisipasi perubahan Kesehatan-Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 21–31
20

You might also like