You are on page 1of 8

TUGAS REVIEW ARTIKEL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA AGRIBISNIS

COVER

Oleh:
Kelompok 2

Fairuz Alifah 2346000065


Alda Rizkino Wega Intan Nasa 2346000068
Evina Nahdiya Sani 2346000097
Fajri Dhaniar Mohammad Jihad 2346000108

Kelas: B

Dosen Pengampu: Dr. Riyanti Isaskar, SP., M.Si

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
Literature Review: Analysis of the Relationship Between Training and Employee
Performance in the Health Sector

Literature Review: Analisis Hubungan Antara Pelatihan dan Kinerja Karyawan di


Bidang Kesehatan

Fairuz Alifah, Alda Rizkino Wega Intan Nasa, Evina Nahdiya Sani, Fajri Dhaniar
Mohammad Jihad
Universitas Brawijaya

ABSTRACT
Employee training in the health sector has a big impact on performance and the quality
of the workforce which can improve the quality of service. The purpose of this research
is to determine the relationship between the training given to employees and employee
performance in the health sector. In this review of some of the literature presented, we
will discuss the influence of employee training on their performance in the health sector
through the National Clinician Scholarship Program (NCSP), the International Public
Health Management Development Program (IPHMDP), and the Advanced Care
Planning Program (ACP). Further, the literature review will discuss in more depth each
of the programs mentioned. From the results of a review of several literatures in the
health sector, it can be seen that these three employee training programs in the health
sector, namely the NCSP, IPHMDP, and ACP programs can improve clinical skills,
knowledge in financial management, health information, management systems,
communication skills, as well as the level of self-confidence of employees, which
influences the level of employee performance and the quality of services in the health
sector.
Keywords: Training, Performance, Health, Employees

ABSTRAK
Pelatihan karyawan di bidang kesehatan sangat berdampak pada performa kinerja serta
kualitas dari tenaga kerja yang dapat meningkatkan kualitas dalam pelayanan. Tujuan
dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pelatihan
yang diberikan kepada karyawan terhadap kinerja karyawan berada di ruang lingkup
bidang kesehatan. Pada ulasan terhadap beberapa literatur yang disajikan ini, akan
dibahas mengenai pengaruh pelatihan karyawan terhadap kinerjanya di bidang
kesehatan dengan melalui Program Beasiswa Dokter Nasional (NCSP), Program
Pengembangan Manajemen Kesehatan Masyarakat Internasional (IPHMDP), dan
Program Perencanaan Perawatan Tingkat Lanjut (ACP). Lebih lanjut tinjauan pustaka
akan membahas lebih mendalam dari masing-masing program yang telah disebutkan.
Dari hasil ulasan pada beberapa literatur di bidang kesehatan ini, dapat diketahui bahwa
ketiga program pelatihan karyawan di bidang kesehatan ini, yaitu program NCSP,
IPHMDP, dan ACP dapat meningkatkan keterampilan klinis, pengetahuan dalam
manajemen keuangan, informasi kesehatan, sistem manajemen, keterampilan
komunikasi, serta tingkat percaya diri dari karyawan, yang mana hal tersebut
mempengaruhi tingkat kinerja karyawan dan kualitas pelayanan di bidang kesehatan.
Kata kunci: Pelatihan, Kinerja, Kesehatan, Karyawan
1. Pendahuluan
Dalam era dinamis dan kompleks di dunia kesehatan, peran karyawan memiliki
dampak yang signifikan terhadap kualitas layanan dan keberhasilan organisasi.
Keberhasilan suatu organisasi kesehatan tidak hanya tergantung pada infrastruktur dan
teknologi medis terkini, tetapi juga pada sumber daya manusia yang berkualitas (Kurniati
& Effendi, 2012). Salah satu faktor krusial yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan
adalah pelatihan. Pelatihan tidak hanya memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga
meningkatkan keterampilan interpersonal, pemecahan masalah, dan kecakapan lainnya
yang mendukung keberhasilan individu dalam lingkungan kerja yang beragam (Darsana
& Sukaarnawa, 2023).
Pelatihan karyawan di bidang kesehatan telah menjadi fokus perhatian utama
dalam upaya meningkatkan standar kualitas pelayanan. Dengan kecepatan perubahan
ilmiah, teknologi medis, dan tuntutan regulasi yang terus berkembang, diperlukan
strategi yang tepat untuk menghasilkan karyawan yang kompeten dan siap menghadapi
tantangan masa depan. Salah satu contohnya terdapat pelatihan untuk perawat yang
ingin menjadi ilmuwan independen. Dengan melalui Program Beasiswa Dokter Nasional
(NCSP). Beasiswa pasca doktoral memungkinkan perawat yang telah dipersiapkan
secara doktoral untuk menerima pelatihan tersebut ketika mereka menjadi ilmuwan
independen (Mahat et al., 2020).
Terdapat berbagai bentuk pelatihan dan pengembangan yang diperlukan oleh
karyawan dalam dunia medis selain program beasiswa NCSP. Seperti pada kebutuhan
pelatihan manajer di bidang kesehatan terutama pada negara dengan tingkat
penghasilan rendah dan menengah. Hal tersebut menjadi suatu hal yang penting
mengingat program pelatihan karyawan biasanya didasarkan pada program yang
terselenggara di negara maju. Hal tersebut menyebabkan sulitnya pengaplikasian
program pelatihan karyawan pada negara dengan penghasilan rendah dan menengah.
Terdapat juga bentuk pelatihan perencanaan terhadap pengetahuan,
kepercayaan diri, dan persepsi mahasiswa perawat praktik tingkat lanjut (APN)
mengenai perawatan di akhir kehidupan. Dalam hal ini perawat dituntut untuk memiliki
keterampilan komunikasi yang kuat dan menggunakannya dalam perawatan di akhir
hayat (EOL) (Davies & Merillat, 2024). Namun banyak perawat yang belum percaya diri,
terampil dalam komunikasi yang efektif serta pelatihan dan Pendidikan komunikasi EOL
tidak memadai sehingga perlu dilakukan pelatihan atau program untuk memberikan
perubahan pada perawat praktik tingkat lanjut tersebut. Salah satu program pelatihan
tersebut disebut sebagai Advance Care Planning (ACP) yang ditujukan untuk
mahasiswa perawat praktik tingkat lanjut (APN) di Korea Selatan.
Oleh karena itu, melalui review dari berbagai artikel ini dapat menyajikan
berbagai tantangan dan permasalahan yang terjadi dalam pelatihan dan pengembangan
karyawan serta beragam program yang telah diaplikasikan pada beberapa negara.

2. Tinjauan Pustaka
Pelatihan Karyawan di Bidang Kesehatan
Pelatihan karyawan di bidang kesehatan telah diakui sebagai elemen kritis dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan meningkatkan keterampilan para
profesional di sektor ini. Penelitian oleh Musthofa (2023) menyoroti pentingnya pelatihan
dalam meningkatkan kompetensi karyawan, khususnya dalam konteks yang terus
berkembang dan dinamis dalam dunia kesehatan. Mereka menekankan perlunya
integrasi teknologi terbaru dan pengetahuan medis terkini dalam program pelatihan
untuk memastikan bahwa para profesional kesehatan tetap relevan dan efektif dalam
praktik mereka. Selain itu, beberapa literatur juga menyoroti bahwa pelatihan di bidang

2
kesehatan bukan hanya tentang pengembangan keterampilan klinis, tetapi juga
memperhatikan aspek komunikasi, etika, dan manajemen stres yang mana hal tersebut
dapat diraih melalui inisiasi program pelatihan karyawan yang salah satunya merupakan
pelatihan melalui program pendidikan. Penjelasan tersebut menegaskan bahwa
program pelatihan yang holistik dan terkini dapat membantu meningkatkan kualitas
layanan kesehatan, meningkatkan kepuasan pasien, dan membantu organisasi
kesehatan dalam mencapai tujuan strategis mereka.

Program Beasiswa Dokter Nasional (NCSP)


Program Beasiswa Dokter Nasional (NCSP) adalah beasiswa pasca doktoral
antar-profesional untuk dokter dan perawat dengan gelar PhD atau DNP yang berfokus
pada layanan kesehatan dan penelitian kebijakan. NCSP bertujuan untuk
mengembangkan pemimpin dokter dan perawat yang akan bertindak bersama sebagai
agen perubahan untuk meningkatkan kesehatan, layanan kesehatan, dan kesetaraan
kesehatan (Bromley et al., 2015). Misi NCSP adalah untuk mempersiapkan rekan-rekan
untuk “bermitra dengan masyarakat dan sistem kesehatan, melibatkan dan memimpin
tim yang beragam untuk mempengaruhi kebijakan kesehatan, dan menghasilkan serta
menggunakan bukti yang akan menginformasikan strategi dan model layanan baru yang
meningkatkan kesehatan dan layanan kesehatan serta mengurangi rasisme struktural
dan hambatan lain terhadap kesetaraan kesehatan (Choi et al., 2023).

Program Pelatihan ACP


Program ini merupakan modifikasi program pelatihan fasilitator yang
dikembangkan untuk program ACP berbasis komunikasi pada penelitian sebelumnya.
Pada program ini APN (perawat layanan kesehatan tingkat lanjut) berperan sebagai
fasilitator untuk menyelesaikan program pelatihan dan menerapkanya dengan
memfasilitasi komunikasi ACP antara pasien dengan anggota keluarga di rumah (Park
et al., 2021). Program ini terdiri dari tiga komponen yaitu kelas online, simulasi tatap
muka, dan diskusi terkait ACP dan masalah etika. Komponen tersebut berperan untuk
meningkatkan pengetahuan keterampilan komunikasi serta mengungkap persepsi
peserta mengenai peran perawat dalam ACP, serta bagaimana beretika yang baik dalam
melaksanakan ACP (Jo et al., 2023).

3. Metode Penelitian
Pada pelatihan NCSP mempertahankan banyak elemen sukses dari program CSP
RWJF, termasuk mengintegrasikan keahlian klinis para sarjana dengan pelatihan
kepemimpinan dan metode penelitian kebijakan/layanan kesehatan tingkat lanjut,
pelatihan kepemimpinan, kemitraan kelembagaan yang kuat dengan universitas yang
berpartisipasi, dan pusat kesehatan afiliasi VA yang dipandu oleh misinya, program ini
mendorong kemitraan masyarakat, kesetaraan kesehatan, dan anti- rasisme dalam
penelitian. Program ini memiliki dewan nasional yang mencakup dekan keperawatan
dan kedokteran dari lokasi yang berpartisipasi dan beberapa anggota umum serta
peraturan formal proyek penelitian yang dibimbing antar-profesional dan pelatihan
penelitian layanan kesehatan, yang diperoleh melalui kursus kebijakan kesehatan,
penelitian layanan kesehatan, kepemimpinan, dan bidang pendukung yang dapat
mengarah ke gelar master. Program gelar formal bersifat opsional bagi para sarjana di
sebagian besar lokasi, dan mereka yang memilih untuk tidak mengikuti gelar formal
dapat merancang rencana pelatihan individual dalam penelitian layanan kesehatan.
Para sarjana berpartisipasi dalam tim penelitian interprofessional dengan mentor dan
mengembangkan proyek penelitian mereka sendiri. Dalam pelatihan dan penelitian yang

3
dibimbing ini, para sarjana juga berpartisipasi dalam seminar kepemimpinan dan
komunikasi; advokasi kebijakan opsional atau pengalaman magang; dan menerima
pelatihan anti-rasisme dan kesetaraan kesehatan dalam penelitian serta kemitraan
pemangku kepentingan dan komunitas dalam penelitian.
Berbeda dengan program NCSP, program pengembangan manajemen
kesehatan masyarakat pada negara berpenghasilan rendah dan menengah (IPHMDP)
dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan kerangka enam langkah yang
digagas oleh Kern. Pendekatan ini meliputi proses identifikasi masalah, penilaian
kebutuhan yang ditargetkan, sasaran dan tujuan, strategi pendidikan, implementasi,
serta evaluasi dan umpan balik. Pada proses pengembangan ini, ditunjuk 20 anggota
konsensus yang terdiri dari 5 akademisi senior, 5 manajer kesehatan publik, 5 dokter,
serta 5 organisasi non pemerintah. Konsensus ini dilakukan selama 4 kali putaran
dimana pada putaran pertama dilakukan identifikasi masalah dan analisis kompetensi
yang dibutuhkan oleh manajer kesehatan. Pada putaran kedua dilakukan peninjauan
kembali pada kompetensi dan putaran ketiga dilakukan pembahasan tujuan dan sasaran
program. Sementara itu, pada konsensus terakhir, fakultas dan kebijakan diseminasi
diselesaikan. Program pelatihan ini didasarkan pada evaluasi Kirkpatrick dengan 4 level
evaluasi yaitu reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. Selain itu, disusun alat penelitian
berupa kuesioner terkait kompetensi utama, umpan balik program, serta rencana
tindakan dan dianalisis menggunakan SPSS.
Sementara metode program ACP yang digunakan adalah mix method yaitu
secara kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan yaitu
dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang disebarkan pada awal dan
akhir program pelatihan ACP. Data kualitatif diperoleh dari tanggapan peserta setelah
program selesai. Sampel dari penelitian ini adalah 65 mahasiswi APN yang terdaftar
pada program master praktik keperawatan tingkat lanjut di sebuah universitas Korea
Selatan. Peserta tersbut gabungan dari tahun 2020 (N=34) dan tahun 2021 (N=31).
Data dianalisis menggunakan SPSS. Data dianalisis secara statistik deskriptif, termasuk
rata-rata, standar deviasi dan persentase, dihitung untuk meringkas karakteristik sampel
dan skor kuesioner.

4. Hasil dan Pembahasan


Untuk memahami dampak awal NCSP terhadap ilmu keperawatan, melaporkan
hasil 5 tahun (dampak akademis, posisi pasca-penyelesaian) dari rekan dan lulusan
perawat saat ini di enam lokasi NCSP. Kami menggambarkan latar belakang
keperawatan dari para perawat dan lulusan saat ini untuk mengidentifikasi target
pertumbuhan program dan mendiskusikan implikasi program, termasuk keberlanjutan
program. Pengukuran hasil dari NCSP adalah posisi pasca-program, jumlah total
publikasi yang ditinjau oleh rekan sejawat, kutipan, dan indeks-h untuk alumni perawat
individu dan sarjana saat ini (Puspitaningrum & Hartiti, 2017). Statistik deskriptif dan
frekuensi digunakan untuk mengkarakterisasi hasil dari peserta program. Penilaian rata-
rata, deviasi standar, median, dan rentang setiap metrik, tetapi terutama mengandalkan
median karena ukuran lain mungkin sensitif terhadap outlier dilakukan. Selain itu juga
memeriksa latar belakang keperawatan (jenis gelar doktor, tingkat praktik keperawatan)
dan latar belakang demografi sarjana perawat (gender, ras/etnis). Evaluasi yang lebih
sistematis terhadap hasil alumni dokter dan perawat NCSP mungkin diperlukan di masa
depan untuk memahami karakteristik program dan keilmuan yang berkontribusi terhadap
pencapaian akademis dan dunia nyata yang selaras dengan misi program. Mengingat
kebutuhan untuk meningkatkan keragaman tenaga kerja ilmiah keperawatan (Mirzaei et
al., 2019).

4
Program lain yang telah dikembangkan yaitu program dengan sasaran pada
negara berpenghasilan rendah dan menengah (IPHMDP). Pada kegiatan ini, terdapat
enam program pengembangan yang telah dijalankan dengan melibatkan 178 peserta
dari 42 negara antara tahun 2016 dan 2019. Beberapa kendala utama yang muncul
termasuk kurangnya kapasitas dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
atau inisiatif persediaan serta logistik. Selain itu, terdapat keterbatasan pengetahuan
dalam manajemen keuangan, informasi kesehatan yang kurang memadai, sistem
manajemen yang perlu diperbaiki, keterampilan komunikasi yang terbatas, dan
kekurangan sumber daya manusia. Masalah lainnya mencakup kekurangan
kepemimpinan yang efektif, kurangnya pelatihan manajemen formal, serta kurangnya
kurikulum teoritis dan elaboratif yang memadai. Melalui identifikasi permasalahan
tersebut, diusulkan 8 modul yaitu modul kepemimpinan dan tata kelola, perencanaan
proyek, manajemen keuangan, manajemen rantai pasok, manajemen kualitas,
manajemen sumber daya manusia, pemantauan dan evaluasi, serta komunikasi. Melalui
program ini, secara bersama-sama ahli sepakat untuk mengadopsi pendekatan
pengajaran yang mencakup metode campuran, yang terdiri dari metode kapur dan
bicara, pembelajaran berbasis inkuiri, partisipasi siswa dalam pembelajaran, instruksi
kelompok kecil, penggunaan gamifikasi, penerapan pembelajaran berbasis proyek, dan
pelaksanaan pembelajaran berbasis lapangan. Dalam proses implementasi program,
para ahli sepakat untuk menyertakan partisipan yang telah bekerja di bidang kesehatan
dengan narasumber terpilih dari organisasi layanan kesehatan publik dan swasta
terkemuka. Program ini kemudian dievaluasi dengan menggunakan empat tahapan
model Kirkpatrick yaitu reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. Pada evaluasi tahap
reaksi diperoleh hasil bahwa sebagian besar peserta merasa puas dengan kondisi
seperti informasi logistik program, akomodasi, metodologi yang digunakan serta
relevansi program. Pada tahap evaluasi pembelajaran, sejumlah 167 (96,1%) peserta
berpendapat bahwa program ini dapat memperkuat pengetahuan dan kompetensi di
bidang manajemen kesehatan masyarakat yang dipilih. Tahap ini juga mengevaluasi
kemampuan peserta berdasarkan ujian yang dilakukan pada awal dan akhir program
dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil ujiannya. Pada tingkat perilaku,
diamati bahwa banyak peserta yang menerapkan materi yang dipelajari di tingkat
organisasinya. Sehingga, sebanyak 165 orang menilai program ini telah dilakukan
dengan baik (Mirzaei et al., 2019).
Sedangkan pada program ACP yang dilakukan di Korea Selatan menunjukkan
bahwa pelatihan yang diberikan positif dan bermanfaat dalam hal meningkatkan
pengetahuan ACP mereka, memberikan kesempatan untuk mempraktikkan
keterampilan komunikasi ACP, merefleksikan peran keperawatan dan nilai-nilai mereka
sendiri dalam konteks diskusi EOL dan mengidentifikasi masalah etika terkait EOL peduli.
Hasil ini menunjukkan bahwa program pelatihan ACP dapat membantu siswa APN
mencapai hasil belajar EOL. Peneliti di Jepang (Okumura et al., 2020) menemukan
peningkatan pengetahuan dan sikap tentang perawatan EOL di antara perawat yang
berpartisipasi dalam program pendidikan komunikasi interaktif dibandingkan dengan
mereka yang tidak; perbedaannya signifikan hingga tiga bulan setelah program. Data
umpan balik dari para peserta mencerminkan perspektif mereka mengenai peran
perawat dalam diskusi EOL dengan pasien dan keluarga di Korea Selatan. Mereka
melaporkan bahwa mereka sangat menyadari kebutuhan pasien dan keluarga mereka
tetapi enggan untuk berkomunikasi tentang perawatan EOL. Adanya pelatihan terkait
ACP membantu meringankan kesulitan yang mereka hadapi dalam memulai komunikasi
ACP dengan pasien dan keluarga. Hasil ini serupa dengan penelitian di mana perawat
mengakui tanggung jawab mereka sebagai penyedia layanan kesehatan untuk memulai

5
diskusi EOL, termasuk ACP, setelah simulasi pengalaman pembelajaran (Smith, 2017).
Dengan demikian, pelatihan ACP dalam pendidikan pascasarjana untuk praktik
keperawatan tingkat lanjut akan membantu APN Korea menyadari peran mereka dalam
perawatan EOL.

5. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diterangkan, dapat diketahui bahwa
pengaplikasian pelatihan dan pengembangan karyawan di bidang kesehatan seperti
menggunakan program NCSP, IPHMDP, dan ACP dapat meningkatkan keterampilan
klinis, pengetahuan dalam manajemen keuangan, informasi kesehatan, sistem
manajemen, keterampilan komunikasi karyawan, serta tingkat percaya diri. Peningkatan
kualitas pelayanan dari karyawan tersebut kedepannya dapat berdampak kepada
peningkatan kinerja dari karyawan itu sendiri yang dapat menjadi lebih efektif dan efisien.
Selain itu, pengaplikasian program tersebut NCSP, PHMDP, dan ACP juga dapat
meningkatkan ilmu karyawan di bidang kesehatan khususnya pada keperawatan dan
manajemen kesehatan masyarakat, dengan fokus utama ada pada evaluasi hasil dan
keberlanjutan program di masa depan.

Saran
Dalam penelitian yang telah disajikan pastinya terdapat berbagai keterbatasan
yang belum bisa dilakukan oleh peneliti. Oleh sebab itu pada penelitian selanjutnya
diharapkan dapat memenuhi kekurangan-kekurangan yang ada. Pada penelitian terkait
program pelatihan ACP diharapkan selanjutnya melibatkan beberapa simulasi yang
diperlukan untuk mengkonfirmasi aspek tersebut karena saat mahasiswa perawat
melakukan simulasi satu kali peneliti belum bisa mengevaluasi dampak pelatihan
terhadap kompetensi secara keseluruhan.

Daftar Pustaka
Jo, M., Park, M., & Yun, K. (2023). Effects of Advance Care Planning Training on
Advanced Practice Nurse Students’ Knowledge, Confidence, and Perception of
End-of-Life Care: A Mixed-Method Study. Nurse Education in Practice, 67,
103555.
Smith, SL. (2017). Komunikasi Perencanaan Perawatan Lanjutan Untuk Dewasa Muda:
Peran Simulasi Pembelajaran. J.Hosp. Palliat. Perawat. 19 (5), 460–467
Okumura-Hiroshige, A., Fukahori, H., Yoshioka, S., Nishiyama, M., Takamichi, K.,
Kuwata, M. (2020). Pengaruh Program Pendidikan Keperawatan Gerontologis di
Akhir Hayat Terhadap Sikap dan Pengetahuan Perawat Klinis: Uji Coba
Terkontrol Non-Acak. Int. J. Orang Tua Nurs. 15 (3), e12309
Park, M., Park, EJ, Jo, M., Ahn, J., 2021. Kelayakan Program Perencanaan Perawatan
Lanjutan (ACP) Untuk Lansia yang Tinggal di Komunitas Korea dan Pelatihan
ACP Untuk Perawat Praktik Lanjutan. J. Perawat Kesehatan Masyarakat. 38 (3),
179–192.
Kurniati, A., & Efendi, F. (2022). Kajian sumber daya manusia kesehatan di Indonesia.
Ferry Efendi.
Darsana, I. M., & Sukaarnawa, I. G. M. (2023). Manajemen Sumber Daya Manusia. Mafy
Media Literasi Indonesia.
Mahat, A., Zimmerman, M., Shakya, R., & Gerzoff, R. B. (2020). Medical Scholarships
Linked to Mandatory Service: the Nepal experience. Frontiers in Public Health, 8,
546382.

6
Davies, T., & Merillat, L. (2024). Evaluating Use of Practice Interview Simulations in an
Online Psychiatric Mental Health Advanced Practice Nursing Course. Clinical
Simulation in Nursing, 87, 101479.
Musthofa, S. (2023). Strategi Pemasaran Untuk Mencapai Target Pasien Rumah Sakit
Umum Dr. Moedjito Dwijosiswojo Jombang.
Choi, K. R., Brush, B. L., Chapman, S. A., Costa, D. K., Feder, S. L., Gutierrez, J. I., ...
& Sochalski, J. (2023). Preparing Nurse Scientists for Health Services and Policy
Research: Five-Year Outcomes of Interprofessional Postdoctoral Training in the
National Clinician Scholars Program. Nursing Outlook, 71(4), 102024.
Bromley, E., Jones, L., Rosenthal, M. S., Heisler, M., Sochalski, J., Koniak-Griffin, D., ...
& Wells, K. B. (2015). The National Clinician Scholars Program: Teaching
Transformational Leadership and Promoting Health Justice Through Community-
Engaged Research Ethics. AMA journal of ethics, 17(12), 1127.
Puspitaningrum, I., & Hartiti, T. (2017). Peningkatan Kualitas Personal dan Profesional
Perawat Melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Deepublish.
Mirzaei, S., Eftekhari, A., reza Sadeghian, M., Kazemi, S., & Nadjarzadeh, A. (2019).
The Effect of Disaster Management Training Program on Knowledge, Attitude,
And Practice of Hospital Staffs in Natural Disasters. Journal of Disaster and
Emergency Research.

You might also like