Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT Recurrent aphthous stomatitis (RAS) is a type of lesion of the oral mucous
consisting of sudden acute, painful, being recurrent, non-infectious, non-
vesicular, and immunologically mediated. Chronic iron deficiency will result
in iron deficiency anemia which is one of RAS predisposing factors. To
ilustrate the complexity of RAS in iron deficiency anemia following the
treatment strategies. Case Report: Outpatient woman, thirty years old, not
married yet; came with painful aphthous on her tongue causing stiff tongue
sensation and difficult to speak. She has frequent aphthous since last two
months. Case Management: Diagnosis of RAS was derived from history and
clinical presentation whereas iron deficiency anemia condition was derived
from hematology examination. Patient has been instructed to increase iron
source diet and limit tea consumption. Chlorhexidine gluconate and bee
propolis were used as RAS medication. Ferro gluconate, ferrazone, and
ascorbic acid were delivered as iron deficiency therapy. RAS treatment in
iron deficiency anemia has to be considered both of RAS and iron deficiency
condition related to their correlation.
kontrol (Koybasi dkk, 2006; Porter dkk, kumur povidon iodin, dan konsumsi
1988), dimana pemeriksaan feritin suplemen makanan yang mengandung
merupakan pemeriksaan yang zinc dan vitamin B12. Perbaikan dirasakan
mencerminkan cadangan besi (Sacher setelahnya dengan kemunculan sariawan
dan McPherson, 2004). Bila berlanjut, hanya 1-2 buah setiap akan menstruasi.
keadaan defisiensi besi akan disertai Satu tahun yang lalu pasien merasakan
anemia yang disebut anemia defisiensi telah terbebas dari serangan sariawan,
besi (Abdulsalam dan Daniel, 2002). namun 2 bulan yang lalu sariawan muncul
National Health and Nutrition kembali setiap sebelum dan setelah
Examination Survey (NHANES) III menstruasi. Sariawan yang muncul
(1988-1994) di Amerika Serikat langsung berukuran besar dan butuh waktu
memperlihatkan pada usia di 12 tahun ke 1 minggu untuk sembuh. Pasien merasa
atas 14% wanita non-hamil dan kurang lemas saat sebelum kemunculan sariawan
dari 6% pria menderita anemia defisiensi dan saat akan sembuh.
besi (Broome dkk, 1998). Studi yang Saat ini pasien mengeluhkan
dilakukan oleh Aliyah (1993) pada 31 adanya sariawan yang muncul 1 minggu
pasien dengan diagnosis SAR yang lalu berjumlah 3 buah. Sariawan
memperlihatkan kadar besi serum (serum telah berusaha diobati dengan obat kumur
iron) yang rendah terdapat pada 6 pasien klorheksidin glukonat, multivitamin
yang kesemuanya wanita. Dari 6 pasien neurotropik, dan vitamin C. Riwayat
predisposisi yang berhasil diketahui ialah
tersebut, 3 diantaranya menderita anemia
adanya riwayat sariawan dari ibu pasien.
(Aliyah, 1993). Menstruasi dirasa cenderung terlambat
(mundur 1 minggu). Pasien berkerja di
bagian keuangan pada pagi hari dan
METODOLOGI mengajar les pada sore hingga malam
hari. Sayuran dan buah tidak dikonsumsi
Laporan kasus ini merupakan rutin setiap hari. Pasien tidak merokok
observasional terhadap sebuah kasus dan sering mengkonsumsi teh. Pasien
yang bertujuan memaparkan kompleksitas merasa memiliki riwayat sakit maag.
kasus SAR yang terjadi pada penderita Serangan sariawan yang kembali rutin ini
anemia defisiensi besi, berikut strategi menjadikan pasien khawatir.
terapi yang dilakukan dan latar Pada pemeriksaan terlihat ulser
belakangnya. pada mukosa bukal dan lateral lidah
(Gambar 1). Kebersihan rongga mulut
baik, tidak terlihat kalkulus gigi dan debri
ISI oral. Pasien didiagnosis stomatitis aftosa
rekuren (SAR) tipe minor. Terapi yang
diberikan pada kunjungan tersebut ialah
Pasien rawat jalan, wanita 30 instruksi untuk menghindari makanan
tahun, karyawati swasta, belum menikah; berbumbu tajam dan minuman bersoda,
datang ke poli Gigi dan Mulut RS Cipto mengupayakan makan secara teratur dan
Mangunkusumo (RSCM) divisi Penyakit seimbang, serta berupaya mengendalikan
Mulut dengan keluhan sariawan yang stres. Pasien juga diinstruksikan untuk
sangat sakit di lidah hingga lidah terasa melakukan pencatatan riwayat sariawan
kaku dan sulit berbicara. Pasien secara mandiri yang berupa tanggal dan
mengatakan bahwa dahulu sering lokasi kemunculan sariawan, intensitas
mengalami sariawan dan bahkan 6 tahun nyeri, tanggal perbaikan, obat atau
yang lalu muncul berjumlah 13 buah vitamin yang dikonsumsi, serta periode
secara bersamaan. Dahulu berbagai terapi menstruasi. Medikasi yang diberikan
telah dicoba, seperti minum susu, obat
STRATEGI PENATALAKSANAAN STOMATITIS AFTOSA REKUREN PADA ANEMIA 035
DEFISIENSI BESI (LAPORAN KASUS)
Gambar 1. Ulser dangkal pada lateral lidah kanan berukuran 7x7 mm (kiri) dan 4x6 mm pada
mukosa bukal kanan (kanan) dengan tepi eritema.
(Alton, 2005). Studi mengenai kadar pada defisiensi besi pada pasien.
feritin pada SAR menunjukkan hasil yang Kebiasaan konsumsi teh secara
beragam. Sebuah studi memperlihatkan berlebihan yang dimiliki pasien akan
96% pasien dengan riwayat SAR menghambat absorbsi besi non-heme
menderita defesiensi feritin. Studi yang (dari sumber non hewani), namun tidak
lain melaporkan 53% pasien dengan mempengaruhi absorbsi besi heme
anemia feritin moderat dan 47% pasien (sumber hewani). Hal ini terjadi akibat
dengan anemia feritin berat. Terdapat reaksi besi dengan tannin yang terdapat
juga hasil studi yang paradoks, dimana dalam teh, sehingga terjadi pembentukan
dari 10,5% pasien dengan riwayat SAR kompleks besi-tannin yang tidak larut
dan 31,5% subjek kontrol memiliki kadar (Gabrielli dan Sandre, 1995).
feritin yang rendah (Ghafoor dan Khan, Predisposisi SAR lainnya yang
2012). Hubungan antara SAR dan dapat diidentifikasi pada pasien ialah
defisiensi besi, mungkin dapat dijelaskan stres berupa stres fisik yang mungkin
sebagai berikut, bahwa mikronutrien timbul dari kegiatan sehari-hari pasien
seperti tembaga, besi, dan zinc diperlukan yang bekerja dari pagi hingga malam dan
oleh sistem imun untuk dapat berfungsi juga stres psikologis yang mungkin
dengan baik. Mikronutrien berperan pada timbul dari lamanya pasien menderita
pertahanan tubuh melalui fungsinya pada SAR yang belum kunjung sembuh.
barier fisik kulit/mukosa, imunitas Terapi SAR ialah simptomatik
selular, dan produksi antibodi. Sehingga dan umumnya berdasarkan empiris. Hal
defisiensi mikronutrien, misalnya besi, ini terutama bertujuan untuk mengurangi
akan menyebabkan disregulasi rasa sakit dan menghilangkan disabilitas
keseimbangan respon imunitas yang fungsional, menghambat reaksi
berujung pada terjadinya SAR (Shruthi peradangan akut, dan juga mengurangi
dkk, 2013). frekuensi dan derajat keparahan rekurensi
Setiap kondisi dimana asupan besi (Altenburg dkk, 2007). Namun demikian,
tidak memenuhi kebutuhan tubuh penting untuk mempertimbangkan
terhadap besi, akan menyebabkan adanya kemungkinan peranan faktor
defisiensi besi. Kondisi yang dapat sistemik (Scully dan Porter, 2008),
menyebabkan defisiensi besi antara lain seperti pada kasus diatas yakni defisiensi
masa pertumbuhan pada anak-anak, besi dan kondisi yang
kehilangan darah secara reguler akibat melatarbelakanginya. Pada kasus, edukasi
menstruasi, parasitosis kronik, gangguan pasien ditujukan pada keadaan SAR dan
gastrointestinal, diet atau kondisi lainnya keadaan defisiensi besi. Pasien
yang berhubungan dengan kehilangan diinstruksikan menghindari makanan
darah, seperti tumor, inflamasi, infeksi, berbumbu tajam dan minuman bersoda,
dan malformasi kongenital; juga dapat mengupayakan makan secara teratur dan
menyebabkan defisiensi besi (Shruthi seimbang, serta berupaya mengendalikan
dkk, 2013; Andrews, 2000). Pada kasus, stres. Pada pasien SAR, makanan yang
gangguan gastrointestinal diduga dicurigai oleh pasien berulangkali dapat
berperan pada defisiensi besi yang menyebabkan dan memperparah aftosa
terjadi. Dugaan ini terlihat dari harus dihindari. Secara umum, pasien
pengakuan pasien yang memiliki riwayat diinstruksikan untuk menghindari
sakit maag dan juga respon intoleransi makanan keras (misalnya roti kering),
terhadap kapsul fero glukonat yang kacang-kacangan (walnut, hazelnut, dan
diberikan, berupa mual dan sendawa lain-lain) termasuk juga coklat yang
selama 5 jam setelah mengkonsumsinya. mengandung kacang, makanan dan
Selain itu, diet juga mungkin berperan minuman asam (jus buah-buahan, jeruk,
038 AHMAD RONAL, SITI ALIYAH
tomat), makanan yang asin, makanan pasien atas keadaan yang dideritanya
berbumbu tajam (lada, cabai, kari), serta mengevaluasi efektivitas terapi yang
alkohol, dan minuman bersoda. Sebagai diberikan setelahnya. Terhadap keadaan
tambahan, pasien juga diinstruksikan defisiensi besi, pasien diinstruksikan
untuk menghindari produk pembersih untuk meningkatkan konsumsi makanan
mulut dan pasta gigi yang mengandung sumber zat besi. Diet kaya besi meliputi
sodium lauril sulfat, seperti yang juga daging, ikan, unggas, kacang lentil,
diinstruksikan kepada pasien pada kasus kacang kering, sayur-sayuran, buah
(Altenburg dkk, 2007). kering, dan molasses. Sumber besi heme
Edukasi SAR terhadap pasien dari hemoglobin dan mioglobin yang
juga dilakukan dengan mengamati hasil ditemukan pada daging, ikan, dan unggas
pencatatan riwayat sariawan yang dapat diabsorbsi dengan efektif oleh
dilakukan oleh pasien (Grafik 1). Hal ini reseptor di usus. Sedangkan
juga dapat mengkonfirmasi keterangan bioavailabilitas besi non-heme dari
yang diberikan oleh pasien saat tumbuh-tumbuhan, ditentukan oleh faktor
anamnesis. Pada grafik 1, terlihat bahwa diet yang dapat meningkatkan atau
pasien mengalami rekurensi SAR yang menghambat absorpsi besi. Disarankan
tinggi dan nyaris tidak pernah memiliki juga untuk membatasi konsumsi kopi,
hari bebas sariawan. Berbeda dengan teh, minuman berkarbonasi, makanan
keterangan yang diberikan pasien, terlihat rendah gizi, dan konsumsi susu yang
periode menstruasi tidak berhubungan berlebihan (lebih dari 4 cangkir per hari);
dengan SAR. Kisaran periode karena akan menghambat penyerapan
kesembuhan SAR ialah 3-9 hari dengan besi (Alton, 2005).
rata-rata 5,2 hari. Evaluasi ini dapat
dipergunakan untuk menginformasikan
A
Intensitas Nyeri
B
C
D
E
Grafik 1. Terlihat lama kemunculan SAR beserta intensitas nyeri yang dirasakan pasien pada 5 lokasi SAR
yang berbeda (A, B, C, D, E) selama 24 hari. Intensitas nyeri dicatat menggunakan numerical pain
rating scale dengan skala 0-10 (0= tidak ada nyeri, 10=nyeri sangat hebat).21 Periode menstruasi
terjadi pada hari 1-7.
STRATEGI PENATALAKSANAAN STOMATITIS AFTOSA REKUREN PADA ANEMIA 039
DEFISIENSI BESI (LAPORAN KASUS)
dilakukan penghentian konsumsi teh, 500 mg propolis lebah per hari dapat
barulah terapi menunjukkan perbaikan mengurangi rekurensi SAR dan juga
yang signifikan dan nilai Hb normal meningkatkan kualitas hidup pasien. Hasil
tercapai dalam 5 bulan (Gabrielli dan tersebut secara statistik signifikan, namun
Sandre, 1995). Pada laporan kasus ini, demikian besar sampel yang digunakan
kebiasaan konsumsi teh diketahui pada kecil (10 subjek penelitian dengan
kunjungan ke dua, dengan konsumsi teh perlakuan) (Samet dkk, 2007).
minimal 3 gelas per hari. Bila diasumsikan
1 gelas setara 250 mL, maka pasien PENUTUP
tersebut diperkirakan minimal
mengkonsumsi 750 mL teh per hari. Penatalaksanaan SAR pada penderita
Terdapat dua langkah utama anemia defisiensi besi perlu
penyerapan besi ke dalam darah: (1) mempertimbangkan kondisi SAR itu
penyerapan besi dari lumen ke dalam sel sendiri beserta kondisi defisiensi besi yang
epitel usus, dan (2) penyerapan besi dari terjadi disebabkan korelasi atas kedua
sel epitel usus ke dalam darah. Pemberian kondisi tersebut. Identifikasi atas
vitamin C pada kasus, ditujukan prediposisi SAR beserta kondisi yang
meningkatkan penyerapan besi pada sel dapat menyebabkan defisiensi besi perlu
epitel usus. Vitamin C berfungsi dilakukan dengan cermat. Edukasi pasien
mereduksi besi feri (Fe3+) menjadi besi
dilakukan untuk menghindari predisposisi
fero (Fe2+), yang mana besi fero akan lebih
mudah diserap daripada besi feri SAR, menginformasikan keadaan yang
(Sherwood, 1996). dialami pasien, dan pengaturan diet
Pada kunjungan terakhir pasien penderita defisiensi besi. Terapi lokal
diberikan propolis lebah. Terapi ini ditujukan untuk mengurangi durasi dan
diberikan dengan tujuan mengurangi keparahan SAR. Terapi sistemik diberikan
rekurensi SAR yang tidak dapat dicapai berupa terapi suplemen besi yang dapat
dengan terapi topikal. Terapi sistemik disertai terapi rekurensi SAR.
lainnya, seperti kolkisin, kortikosteroid
sistemik, diaminodifenilsulfon, talidomid, DAFTAR PUSTAKA
azathioprin, metrotreksat, siklosporin A,
dan interferon alfa; terbukti dapat Rodrıguez M, Rubio JA, Sanchez R.
mengurangi rekurensi SAR, namun efek Effectiveness of Two Oral Pastes
samping obat yang mungkin terjadi for the Treatment of Recurrent
menjadikan pemakaiannya terbatas Aphthous Stomatitis. Oral
(Alterburg dkk, 2007). Propolis Diseases 2007;13:490-94.
merupakan terapi tradisional dan memiliki
Boras VV, Savage N. Recurrent Aphthous
flavonoid sebagai zat aktif. Flavonoid
sendiri secara in vitro terbukti memiliki Ulcerative Disease: Presentation
sifat antimikroba, anti radikal bebas, dapat and Management. Australian
meningkatkan sistem imun, dan juga Dental Journal 2007;52(1):10-15.
sebagai antioksidan. Flavonoid juga Shruthi L, Pushparaja S, Bhavna P. Role
memiliki efek positif terhadap ulser of Copper and Iron Deficiencies in
gastrointestinal dan hal ini juga menjadi Pathogenesis of Recurrent
pertimbangan dalam penggunaan propolis Aphthous Ulcer. Int Res J Pharm
pada kasus, karena adanya dugaan 2013;4(5):219-21.
gangguan gastrointestinal yang terjadi Ghafoor F, Khan AA. Association of
pada pasien. Studi yang dilakukan oleh Vitamin B12, Serum Ferritin and
Samet, Laurent, Susarla, dan Samet- Folate Levels with Recurrent Oral
Rubinsteen (2007) menunjukkan bahwa Ulceration. Pak J Med Res
2012;51(4):132-35.
STRATEGI PENATALAKSANAAN STOMATITIS AFTOSA REKUREN PADA ANEMIA 041
DEFISIENSI BESI (LAPORAN KASUS)