You are on page 1of 13

PENGEMBANGAN SOAL KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA

PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA

Dyah Kesuma Ramadhani


Alumni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya
Rahmi Susanti, Djunaidah Zen
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya

Abstract: Research about the development of Science Process Skills (SPS) has been carried out
as SPS measuring instrument study materials in Biology subject at 11th grade of senior high
school. The study is aimed to produce a valid and practical test instrument of SPS. The method
used in this research is Development Research (DR) method which refers to the instrument
development model from Djaali and Mulyono (2008). The steps of the research and
development consist of several phases: synthesis theory and requirements analysis, design
stage (variable construction, development of indicators, the preparation of the lattice matter,
writing of instruments, scoring) and the evaluation phase. Evaluation phase is divided into
three: validity test, reliability test and analysis of grain items. The analysis of grain items is
done by analyzing the degrees of difficulty, different power and distracters function. The
validation of Science Process Skills (SPS) is done in three stages, namely validation theoretical
(content experts, constructs experts and linguists) and empirical validation (test participants'
answers). Based on the theoretical validation of the results obtained an average value of 4.2
which indicates that the questions of SPS is valid. Practicality of SPS can be detected through
the result analysis of the test participants questionnaires in the trial test. The average of the
questionnaire practicality while testing is 3.64 which indicate that the question of SPS is a
practical category. The results of the analysis from the expert validation test and learner
questionnaire showed the SPS that produced is valid and practical.

Keywords: Questions development, science process skill, biology learning material

Abstrak: Penelitian pengembangan soal Keterampilan Proses Sains (KPS) telah dilakukan
untuk bahan kajian alat ukur KPS pada mata pelajaran Biologi kelas XI di SMA. Penelitian
bertujuan untuk menghasilkan produk instrumen tes KPS yang valid dan praktis. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Development Research (DR) yang mengacu
pada model pengembangan instrumen Djaali dan Mulyono (2008). Langkah-langkah penelitian
dan pengembangan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap sintesa teori dan analisis kebutuhan,
tahap perancangan (konstruksi variabel, pengembangan indikator, penyusunan kisi-kisi soal,
penulisan instrumen, penskoran) dan tahap evaluasi. Tahap evaluasi terbagi menjadi tiga yaitu
uji validitas, uji reliabilitas dan analisis butir item. Analisis butir item dilakukan dengan
menganalisis derajat kesukaran, daya beda dan fungsi distraktor. Validasi soal KPS dilakukan
melalui dua tahap, yaitu validasi teoritik (ahli isi, ahli konstruk dan ahli bahasa) serta validasi
empiris (jawaban peserta tes). Berdasarkan validasi teoritik didapat hasil nilai rata-rata yaitu
4,2 yang menunjukkan bahwa soal KPS valid. Kepraktisan soal KPS dapat diketahui melalui
hasil analisis angket peserta tes pada tahap uji coba. Nilai rata-rata hasil angket kepraktisan
pada saat uji coba adalah 3,64 yang menunjukkan bahwa soal KPS termasuk kategori sangat
praktis. Hasil analisis uji validasi ahli dan analisis angket peserta didik menunjukkan bahwa
soal KPS yang dihasilkan valid dan praktis.

96
Dyah Kesuma R., Rahmi S., Djunaidah Zen, Pengembangan Soal Keterampilan Proses Sains .97

Kata kunci: Pengembangan soal, keterampilan proses sains, pembelajaran biologi.

PENDAHULUAN pengembangan keterampilan tertentu pada diri


Era globalisasi memberikan dampak peserta didik. Peserta didik diharapkan mampu
yang besar dalam perkembangan Ilmu memproses sejumlah informasi sehingga
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). ditemukan hal-hal baru yang bermanfaat baik
Munculnya berbagai macam teknologi hasil berupa fakta, konsep maupun pengembangan
karya manusia menandakan persaingan global sikap dan nilai. Melalui KPS konsep yang
semakin ketat. Pada era persaingan global ini, diperoleh peserta didik akan lebih bermakna
Indonesia memerlukan Sumber Daya Manusia karena keterampilan berfikir mereka akan lebih
(SDM) berkualitas. Pendidikan dalam hal ini berkembang (Wardani, 2008).
mempunyai posisi sentral dalam Menurut Hidayati, dkk., (2013) KPS
pembangunan, karena dalam perlu dilatihkan atau dikembangkan dalam
pendidikan sasarannya adalah pengajaran sains karena keterampilan proses
peningkatan kualitas SDM (Tirtaraharja & mempunyai peran sebagai berikut:
Sulo, 2005). a) membantu peserta didik belajar
Biologi sebagai bagian dari sains juga mengembangkan pikirannya; b) memberi
harus mengikuti perkembangan diera kesempatan kepada peserta didik untuk
globalisasi tanpa meninggalkan hakikat sains melakukan penemuan; c) meningkatkan daya
yang meliputi: pengembangan kemampuan ingat; d) memberikan kepuasan intrinsik bila
berpikir, keterampilan serta sikap ilmiah. Salah peserta didik telah berhasil melakukan sesuatu,
satu hal yang dapat dilakukan untuk e) membantu peserta didik mempelajari
mengembangkan ketiga poin diatas adalah konsep-konsep sains.
dengan menerapkan pendekatan Rustaman (2005) menjelaskan ada
Keterampilan Proses Sains (KPS). berbagai keterampilan dalam KPS.
Pembelajaran dengan pendekatan KPS dapat Keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari
merangsang dan mengembangkan keterampilan dasar (basic skills) dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta keterampilan terintegrasi (integrated skills).
didik sehingga diharapkan dapat meningkatkan Keterampilan dasar antara lain:
kualitas peserta didik itu sendiri (Hidayati, mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,
dkk., 2013). Keterampilan berfikir yang menafsirkan data, membuat hipotesis,
muncul pada saat proses pembelajaran mengkomunikasikan, dan merencanakan
merupakan salah satu ciri keterampilan berfikir percobaan/penelitian. Keterampilan
tingkat tinggi. Pembelajaran yang terintegrasi antara lain: membuat model,
membiasakan peserta didik menjalankan pola mendefinisikan secara operasional,
pikirnya dengan baik dapat membantu mengumpulkan data, menginterpretasikan data,
menghasilkan SDM yang berkualitas. mengidentifikasi dan mengontrol variabel,
KPS adalah keterampilan kognitif, fisik, merumuskan hipotesis dan melakukan
dan sosial yang digunakan untuk percobaan.
mengembangkan keterampilan-keterampilan Penilaian proses dan hasil belajar IPA
dasar sains, sikap ilmiah dan sikap kritis menuntut teknik dan cara-cara penilaian yang
peserta didik (Rustaman, 2005). KPS lebih kompleks (Ariyati, 2009 dikutip
merupakan suatu pendekatan belajar mengajar Fatmawati, 2013). Selain aspek hasil belajar
yang mengarah pada pertumbuhan dan yang dinilai harus menyeluruh, teknik
98. JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 2, NOMOR 1, MEI 2015.

penilaian dan instrumen penilaian sebaiknya tertulis namun belum melakukan validasi dan
lebih bervariasi. Salah satu penilaian yang uji coba produk dalam soal KPS yang
dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran digunakan.Oleh sebab itu, perlu dilakukan
IPA/Sains adalah penilaian KPS. Penilaian pengembangan soal KPS dalam pembelajaran
KPS ini sesuai dengan Permen No. 22 tahun Biologi SMA. Mengembangkan soal-soal KPS
2006 tentang Standar Isi dan Permen No. 23 yang valid dan praktis diharapkan dapat
tahun 2006 tentang Standar Kompetensi memperkaya kumpulan soal KPS Biologi.
Lulusan. Peraturan menteri ini menyebutkan Rumusan masalah dalam penelitian ini
bahwa Biologi sebagai bagian dari ilmu adalah bagaimana mengembangkan soal-soal
pengetahuan alam merupakan ilmu yang lahir KPS yang valid dan praktis pada pembelajaran
dan berkembang berdasarkan observasi dan Biologi di SMA? Batasan masalah dalam
eksperimen. Belajar biologi tidak cukup hanya penelitian ini adalah produk yang akan
dengan menghapalkan fakta dan konsep yang dikembangkan berupa soal KPS untuk mata
sudah jadi, tetapi dituntut pula menemukan pelajaran Biologi SMA. Teknik yang
fakta dan konsep tersebut melalui observasi digunakan adalah teknik tes tertulis bentuk
dan eksperimen. obyektif pilihan ganda (multiple choice) dan
Penilaian KPS dapat dilakukan dengan aspek KPS yang diukur mencakup
tes tertulis, lisan dan observasi (Ariyati, 2009 keterampilan dasar yaitu keterampilan
dikutip Fatmawati, 2013). Menilai KPS mengobservasi, mengklasifikasi, interpretasi,
melalui tes tertulis dapat dilakukan karena memprediksi, membuat hipotesis,
beberapa alasan, diantaranya agar tidak mengkomunikasikan, dan merencanakan
memberatkan guru dalam melakukan percobaan/penelitian. Tujuan penelitian ini
penilaian, menghemat waktu serta adalah menghasilkan soal-soal KPS yang valid
meminimalkan penggunaan alat dan bahan. dan praktis pada pembelajaran Biologi SMA.
Penilaian dengan tes tertulis memang tidak
akan mampu menjangkau semua kemampuan, METODOLOGI PENELITIAN
karena menggunakan indera pendengaran dan Metode penelitian yang digunakan
perabaan tidak mungkin dinilai dengan tes dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tertulis. Soal tes tertulis dapat digunakan untuk pengembangan (Development Research/DR)
melatih kemampuan berpikir peserta didik. yang mengacu kepada alur desain
Guru dapat melihat dan menilai kemampuan pengembangan instrumen menurut Djaali dan
berpikir layaknya seorang ilmuwan yang Mulyono (2008). Teknik pengumpulan data
diharapkan muncul pada diri peserta didik yang dilakukan adalah dengan melakukan
melalui soal tes tertulis. Hal ini dapat analisis dokumen, walkthrough/catatan pakar,
dibenarkan, apabila soal KPS yang digunakan tes dan angket sebagai data penunjang.
tersebut merupakan soal yang berkualitas baik. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12
Instrumen tes dikatakan berkualitas baik bila Februari 2015 yaitu pada semester genap tahun
memenuhi syarat validitas, reliabilitas, ajaran 2014/2015, bertempat di SMA Negeri 3
obyektif dan praktis (Sudijono, 2013). Prabumulih. Subjek penelitian adalah seluruh
Data yang berhasil dikumpulkan, soal siswa kelas XI IPA yang berjumlah 63 peserta
KPS banyak digunakan oleh guru namun didik.
penggunaan soal ini belum melewati prosedur Prosedur penelitian pengembangan
ilmiah, hal ini didukung oleh penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap sintesa
Darmayanti, dkk., (2013), bahwa dalam teori dan analisis kebutuhan, tahap
menganalisis dan menilai KPS guru telah perancangan (konstruksi variabel,
menggunakan instrumen tes KPS berupa soal pengembangan indikator, penyusunan kisi-kisi
Dyah Kesuma R., Rahmi S., Djunaidah Zen, Pengembangan Soal Keterampilan Proses Sains. 99

soal, penulisan instrumen, penskoran) dan Interval Skor Kualitas Keterangan


tahap evaluasi. Tahap evaluasi terbagi menjadi 4.21-5.00 Sangat Baik Sangat Valid
tiga yaitu uji validitas (teoritik dan empiris), 3.41-4.20 Baik Valid
uji reliabilitas dan analisis butir item. Analisis 2.61-3.40 Cukup CukupValid
butir item dilakukan dengan menganalisis 1.81-2.60 Tidak Baik Tidak Valid
derajat kesukaran, daya beda dan fungsi 1.00-1.80 Sangat Tidak Sangat Tidak
Baik Valid
distraktor. Menentukan validitas rasional
(Sugiyono, 2012)
dilakukan dengan melakukan penelusuran dari
Selanjutnya dilakukan pengujian
segi isi (konten), bentuk (konstruk), dan
validitas empiris dengan menghitung korelasi
bahasa. Validitas empiris bersumber dari
antara skor butir item instrumen dengan skor
pengamatan di lapangan. Berdasarkan hasil
total. Rumus yang digunakan untuk korelasi
validasi dilakukanlah revisi dan analisis butir
item tes adalah rumus korelasi point biserial.
item.
Analisis deskriptif digunakan untuk
Mp − Mt p
menganalisis data yang dikumpulkan dari rbis = √q
SDt
dokumentasi, yaitu pengumpulan berbagai
literatur dan laporan penelitian yang Keterangan:
mendukung pengembangan soal KPS. rbis = Nilai korelasi point biserial
Data walkthrough diperoleh dengan MP = Skor rata-rata hitung yang dimiliki
memeriksa lembar validasi yang telah diisi oleh peserta tes untuk butir item
oleh pakar, kemudian dianalisis untuk melihat yang dijawab benar
keabsahan (valid atau tidaknya) perangkat soal Mt = Skor rata-rata dari skor total
yang dikembangkan. Menurut Sugiyono p = Proporsi peserta tes yang menjawab
(2012) kategori skor lembar validasi yang benar butir yang sedang diuji
sesuai dengan skala likert yaitu sangat baik validitasnya.
(SB) = 5, baik (B) = 4, cukup (C) = 3, kurang q = Proporsi peserta tes yang menjawab
baik (KB) = 2 dan tidak baik (TB) = 1. Rata- salah butir yang sedang diuji
rata nilai validasi dihitung dengan validitasnya.
menggunakan rumus: SDt = Standar deviasi skor total

∑x Untuk mengetahui apakah butir item itu


X= valid atau tidak, maka harga r hitung tersebut
N
Keterangan: perlu dibandingkan dengan harga r tabel.
X = rata-rata hasil penilaian dari Data penilaian peserta didik terhadap
validator l kepraktisan soal KPS dalam angket dianalisis
= total skor hasil penilaian menggunakan skala Likert yang terdiri dari
∑x lima item, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
validator
n = jumlah validator ragu-ragu (RG), tidak setuju (TS) dan sangat
tidak setuju (STS).
Makna terhadap nilai validasi diperoleh Penentuan reliabilitas tes dilakukan
berdasarkan Tabel 1 berikut. dengan menggunakan single test-single trial
method dengan formula Spearman-Brown
Tabel 1. Konversi Nilai Validasi model gasal-genap. Koefisien korelasi “r”
product moment dihitung dengan
menggunakan rumus:
100. JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 2, NOMOR 1, MEI 2015.

Tabel 2. Interpretasi Angka Indeks


N ∑ XY−(∑ X) (∑ Y)
rxy = Kesukaran Item
√{N ∑ X2 −(∑ X)2 } {N ∑ Y2 − (∑ Y)2
Besarnya P Interpretasi
(Sudijono, 2013) < 0,25 Terlalu sukar
Keterangan: 0,25 – 0,75 Cukup (sedang)
rxy = Koefisien korelasi product moment > 0,75 Terlalu mudah
antara item nomor gasal dengan item (Sudijono, 2013)
nomor genap
N = Jumlah subyek (sampel/ peserta tes) Untuk mengetahui besar kecilnya
X = Skor hasil tes pada butir item bernomor angka indeks diskriminasi item digunakan
gasal rumus korelasi phi ( ) berikut:
Y = Skor hasil tes pada butir item bernomor
genap. PH− PL
∅= (Sudijono, 2013)
2 √(p)(q)

Selanjutnya koefisien reliabilitas tes (r 11)


Keterangan :
dengan menggunakan rumus:
= Angka indeks diskriminasi item
2 rxy PH = Jumlah peserta tes kelompok atas yang
r11 = (Sudijono, 2013)
1+ rxy
dapat menjawab benar butir item yang
bersangkutan
Keterangan : PL = Jumlah peserta tes kelompok bawah
r11 = Koefisien reliabilitas tes secara yang dapat menjawab benar butir item
keseluruhan yang bersangkutan
rxy = Koefisien korelasi product moment 2 = Bilangan konstan
antara item nomor gasal dengan item p = Jumlah seluruh peserta tes yang
nomor genap. jawabannya benar
q = Jumlah seluruh peserta tes yang
Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang jawabannya salah
tinggi apabila nilai koefisien reliabilitasnya
(r11) lebih dari 0,70 (Sudijono, 2013). Nilai PH dan PL diperoleh dengan rumus:
Angka indeks kesukaran item dapat BA BB
PH = PL =
diperoleh dengan menggunakan rumus yang JA JB
dikemukakan oleh Du Bois, yaitu: Keterangan :
BA = Banyaknya peserta tes kelompok atas
yang menjawab benar
(Sudijono, 2013) JA = Jumlah seluruh peserta tes yang
Keterangan: termasuk kelompok atas
P = Angka indeks kesukaran item BB = Banyaknya peserta tes kelompok bawah
Np = Banyaknya peserta tes yang dapat yang menjawab benar
menjawab benar butir item yang JB = Jumlah seluruh peserta tes yang
bersangkutan termasuk kelompok bawah
N = Jumlah peserta tes Interpretasi terhadap angka indeks
kesukaran item dapat dilihat dengan
Interpretasi terhadap angka indeks kesukaran menggunakan Tabel 3 berikut.
item dapat dilihat dengan menggunakan Tabel
2 berikut. Tabel 3. Interpretasi Angka Indeks
Diskriminasi Item
Dyah Kesuma R., Rahmi S., Djunaidah Zen, Pengembangan Soal Keterampilan Proses Sains. 101

persentasenya, kemudian diinterpretasikan ke


Besarnya dalam kategori yaitu: kurang, cukup, baik, atau
Angka Indeks
Klasifikasi Interpretasi sangat baik. Setiap butir soal yang dijawab
Diskriminasi
Item benar diberikan skor satu. Penilaian KPS siswa
Butir item yang dianalisis dengan menggunakan rumus berikut:
bersangkutan daya
< 0,20 Sangat jelek bedanya lemah sekali,
dianggap tidak Skor perolehan
Nilai = × 100%
memiliki daya beda Skor maksimal
Butir item yang
bersangkutan telah
0,20 – 0,40 Memuaskan (Sudijono, 2013)
memiliki daya beda
yang cukup (sedang). Persentase rata-rata penguasaan KPS per-aspek
Butir item yang dicari dengan menggunakan rumus berikut:
bersangkutan telah
0,40 – 0,70 Baik
memiliki daya
pembeda yang baik
Butir item yang
bersangkutan telah
0,70 – 1,00 Sangat baik memiliki daya (Sudjana, 2005)
pembeda yang baik
sekali
Untuk menentukan kategori persentase
Butir item yang
Bertanda bersangkutan tidak penguasaan KPS siswa digunakan kriteria
-
negatif memiliki daya seperti terlihat pada Tabel 4 berikut.
pembeda
Tabel 4. Kategori Penguasaan
(Sudijono, 2013)
Keterampilan
Proses Sains
Distraktor dinyatakan telah dapat
Persentase Penguasaan Kategori Penguasaan
menjalankan fungsinya dengan baik apabila
KPS KPS
distractor tersebut sekurang-kurangnya sudah
86 – 100 Sangat Baik
dipilih oleh 5% dari seluruh peserta tes. Untuk 73 – 85 Baik
mengetahui persentase yang telah dicapai oleh 58 -72 Cukup
fungsi distraktor digunakan rumus sebagai 45 - 57 Kurang
berikut. 0 - 44 Sangat Kurang

𝑥 (Modifikasi Arikunto, 2010)


𝑑= 𝑥 100% (Sudijono, 2013)
𝑁
Instumen tes KPS yang telah dinyatakan baik
Keterangan: akan dimasukkan ke dalam kartu soal. Format
d = Opsi jawaban pengecoh/ distraktor penulisan kartu soal mengacu pada
x = Jumlah peserta tes yang memilih opsi Sumardyono dan Wiworo (2011) dan Wasiati
pengecoh (2015).
N = Jumlah seluruh peserta tes
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan ujicoba dan Hasil Tahap Sintesa Teori dan Analisis
penganalisisan butir item maka diberikanlah Langkah pertama tahap analisis yaitu
interpretasi terhadap nilai yang diperoleh melakukan studi literatur untuk menemukan
peserta didik. Interpretasi dilakukan untuk landasan teoritis yang mendukung perlunya
mengetahui sejauh mana kemampuan peserta pengembangan soal Keterampilan Proses Sains
didik dalam mengerjakan soal tes KPS. Data (KPS). Hasil sintesa teori dan analisis
yang telah dianalisis dan diperoleh kebutuhan ini digunakan untuk mendukung
102. JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 2, NOMOR 1, MEI 2015.

latar belakang peneliti dalam mengembangkan Tabel 5 memperlihatkan bahwa soal


soal KPS. Soal KPS ini diharapkan dapat KPS yang telah dikembangkan dikategorikan
digunakan oleh guru untuk menilai KPS valid dari aspek isi, konstruk dan bahasa.
peserta didik. Prototipe 1 yang telah berhasil melewati tahap
Hasil Tahap Perancangan penilaian pakar selanjutnya diujicobakan
1. Konstruksi Variabel dan kepada 63 siswa kelas XI IA SMA Negeri 3
Pengembangan Indikator Prabumulih.
Konstruksi variabel dilakukan dengan 2. Validasi Empiris
menentukan indikator KPS yang akan dicapai. Validasi empiris dilakukan setelah uji
Indikator KPS dipilih berdasarkan aspek KPS coba instrumen soal KPS dilaksanakan.
yang telah ditentukan (Rustaman, 2005). Instrumen dalam bentuk prototipe I setelah
Aspek KPS yang akan digunakan merupakan melalui validasi teoritik oleh ahli dan
aspek di dalam keterampilan dasar, yaitu dilakukan revisi disebut sebagai prototipe II.
keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, Prototipe II inilah yang digunakan dalam
interpretasi, memprediksi, membuat hipotesis, validasi empiris. Validasi empiris dilakukan
mengkomunikasikan, dan merencanakan untuk mengetahui validitas item tes soal KPS
percobaan/penelitian. yang dikembangkan. Lembar jawaban peserta
2. Penyusunan Kisi-kisi Soal didik diperiksa dan dianalisis. Tabel 6 berikut
Kisi-kisi soal disusun berdasarkan memperlihatkan hasil validasi empiris yang
indikator. Kisi-kisi digunakan sebagai panduan meliputi validitas item butir soal KPS.
penulisan soal.
3. Penyusunan Instrumen dan Penskoran Tabel 6. Hasil Pengukuran Validasi Empiris
Penyusunan instrumen diawali dengan Inter- Inter-
No (rpbi) No (rpbi)
pretasi pretasi
pembuatan kisi-kisi soal KPS. Selain 19
1 0.142 Invalid 0.117 Invalid
merancang kisi-kisi ditentukan pula skor untuk 20 0.324 Valid
2 0.330 Valid
masing-masing butir soal. Jawaban benar 3 0.276 21 0.265 Valid
Valid
diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. 4 0.312 Valid
22 0.255 Valid
Hasil Tahap Evaluasi 5 0.268 Valid 23 -0.136 Invalid
6 0.264 24 -0.035 Invalid
1. Penilaian Pakar (Validasi Teoritik) Valid
7 0.260 25 0.106 Invalid
Kegiatan tahap penilaian pakar yaitu Valid
8 0.255 Valid 26 0.279 Valid
uji validitas. Pakar atau validator yang 27 0.302 Valid
9 0.037 Invalid
melakukan validasi terhadap rancangan soal 10 0.327 Valid
28 0.316 Valid
KPS terdiri dari validator isi, validator 11 0.378 Valid 29 0.274 Valid
konstruk dan validator bahasa. Validator 12 0.364 Valid 30 0.298 Valid
13 0.331 31 0.478 Valid
melakukan penilaian terhadap prototipe awal Valid
14 0.397 Valid 32 0.331 Valid
dengan cara mengisi lembar validasi. Hasil 33
15 0.367 Valid -0.115 Invalid
penilaian kevalidan prototipe I dapat dilihat 16 0.471 34 0.117 Invalid
Valid
pada Tabel 5. 17 0.362 Valid 35 0.413 Valid
Tabel 5. Hasil Validasi 18 0.174 Invalid
Nilai
No. Validasi Kategori
Validasi Tahap uji coba juga dilakukan untuk
1. Validasi Isi 3,5 Valid mengetahui penilaian peserta didik terhadap
Validasi Sangat kepraktisan soal KPS dengan cara mengisi
2. 5
konstruk Valid angket lembar kepraktisan. Praktis artinya
3. Validasi bahasa 4 Valid suatu produk mudah digunakan peserta didik.
Rata-rata 4,2 Valid Hasil penilaian peserta didik terhadap
(Sudjana, 2005)
Dyah Kesuma R., Rahmi S., Djunaidah Zen, Pengembangan Soal Keterampilan Proses Sains. 103

kepraktisan soal KPS yang telah Tabel 8. Hasil Analisis Butir Item Soal KPS
dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 7. No. Aspek Analisis
Hasil Analisis
Butir Item
Tabel 7. Penilaian Peserta Didik terhadap 1. Derajat  Terlalu mudah (2 item)
Kepraktisan Soal KPS Kesukaran  Mudah (5 item)
Nilai Tanggapan  Sedang (23 item)
No. Indikator Peserta Didik  Sukar (2 item)
(N=63)  Terlalu sukar (3 item)
1. Petunjuk Soal 3,83 2. Daya Pembeda  Lemah (17 item)
Kata atau Kalimat di dalam  Sedang (12 item)
2. 3,44
Soal
 Baik (6 item)
3. Karakteristik KPS 3,75
4. Bahasa 3,56 3. Fungsi Secara keseluruhan fungsi
Nilai Akhir 3,64 Distraktor distraktor telah dapat
Kategori Praktis menjalankan fungsinya
Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil penilaian dengan baik
peserta didik terhadap kepraktisan soal KPS
yaitu sebesar 3,64. Berdasarkan konversi nilai Tabel 8 memperlihatkan hasil analisis
angket, maka soal KPS yang dikembangkan butir item sebagai bentuk akhir evaluasi soal
dinyatakan praktis. KPS. Berdasarkan hasil analisis butir item
3. Uji Reliabilitas kemudian dikaitkan dengan hasil validitas dan
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat uji reliabilitas maka soal KPS yang
kemantapan soal KPS yang dikembangkan. dikembangkan telah tergolong ke dalam
Lembar jawaban peserta didik dianalisis dan instrumen tes yang berkualitas baik.
dihitung nilai koefisien reliabilitasnya. Tabel 8 5. Interpretasi Keterampilan Proses Sains
berikut memperlihatkan hasil perhitungan uji Peserta Didik
reliabilitas soal KPS. Untuk menghasikan tes yang
terstandarisasi maka perlu dilakukan
Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Realibilitas interpretasi terhadap instrumen yang
Soal KPS dikembangkan. Lembar jawaban peserta didik
Koefisien korelasi 0,50 dianalisis dan ditarik kesimpulan mengenai
product moment kemampuan KPS yang dimiliki. Data
Koefiesien Reliabilitas 0,67 pengusaan KPS peserta didik per-aspek
Tes diperoleh melalui tes KPS yang diberikan,
Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil
yaitu tes yang bersifat objektif tipe pilihan
penilaian peserta didik terhadap kepraktisan
ganda sebanyak 35 soal dengan lima pilihan
soal telah diperoleh koefisien reliabilitas
jawaban, terdiri dari tujuh aspek KPS yang
sebesar 0,67. Koefisien reliabilitas sebesar
masing-masing aspek berjumlah lima soal.
0,67 termasuk dalam kategori rendah.
Peserta didik dikatakan telah memiliki
4. Analisis Butir Item
kemampuan KPS yang cukup apabila dari tiap
Tiap-tiap item akan dianalisis derajat
aspek KPS yang diujikan peserta didik
kesukaran, daya pembeda dan fungsi
setidaknya menjawab benar 3 dari 5 soal yang
distraktornya. Evaluasi ini dilaksanakan untuk
diberikan.
mengetahui apakah butir-butir item yang
Persentase penguasaan KPS peserta
membangun tes itu sudah dapat menjalankan
didik per-aspek dapat dilihat pada Tabel 9
fungsinya dengan baik atau belum. Tabel 9
berikut.
berikut memperlihatkan hasil analisis butir
item soal KPS.
104. JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 2, NOMOR 1, MEI 2015.

Tabel 9. Persentase Penguasaan KPS berlebihan terhadap aspek tertentu, sehingga


Peserta Didik terlalu mudah ditebak kecendrungan dari
Penguasaan Persentase Kategori jawaban soal; 5) Kualitas butir tes yang tidak
Aspek KPS (%) memadai untuk mengukur hasil belajar; 6)
Observasi 54,44 Cukup
Susunan tes jelek, 7) Penyusunan butir tes
Klasifikasi 64 Cukup
Interpretasi 51.46 Cukup tidak runtut, dan 9) Pola jawaban mudah
Berhipotesis 46.56 Kurang ditebak. Faktor yang berasal dari administrasi
Prediksi 53.46 Cukup dan skor tes juga dapat mempengaruhi, seperti:
Berkomunikasi 54.18 Cukup
1) Alokasi waktu tidak cukup; 2) Adanya
Merencanakan 32 Sangat
Percobaan Kurang
kecurangan dalam tes; 3) Teknik pemberian
skor yang tidak konsisten, dan 4) Adanya joki
(orang lain selain peserta didik) yang ikut
Berdasarkan data pada Tabel 9 secara
masuk dalam menjawab tes yang diberikan.
keseluruhan dari ketujuh aspek KPS yang
Berdasarkan pengamatan peneliti selama
diujikan, persentase penguasaan KPS yang
proses penelitian berlangsung, validitas butir
paling tinggi adalah pada aspek
item soal KPS yang dikembangkan lebih
mengklasifikasikan sebesar 64% dan berada
cenderung dipengaruhi oleh penggunaan
pada kategori cukup. Aspek merencanakan
kosakata dan struktur kalimat yang sulit.
percobaan merupakan aspek KPS yang
Peserta didik yang bertindak sebagai peserta
persentase penguasaannya paling rendah
tes (testee) menjadi kesulitan dalam
sebesar 32% dan berada pada kategori sangat
memahami kalimat. Hal ini membuat mereka
kurang.
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
bisa menyelesaiakan soal tersebut. Selain itu
PEMBAHASAN faktor ambiguitas juga cukup berpengaruh.
35 soal tes KPS yang diujicobakan 26 Seperti pada butir item nomor 18 yang
item tes dinyatakan valid dan sisanya 9 item dinyatakan tidak valid. Setelah menganalisis
tes tidak valid. Item yang valid disebabkan jawaban peserta didik, banyak peserta didik
adanya hubungan antara kesejajaran skor pada yang terkecoh dengan opsi jawaban A dan C.
butir item dengan skor totalnya. Sedangkan Item soal ini juga tergolong sukar, hanya 14
item soal yang dinyatakan tidak valid dapat testee yang berhasil menjawab benar dari 63
dipengaruhi oleh tingkat kesukaran dan pola testee. Banyaknya testee yang terkecoh dapat
penyebaran jawaban dari item tersebut. Item dipengaruhi oleh faktor ambiguitas yaitu
yang terlalu sukar maupun terlalu mudah perlu adanya kemungkinan multitafsir dalam
dihilangkan karena menyebabkan daya memahami dan menyelesaikan soal tes.
pembeda menjadi jelek. Akibatnya tidak bisa Instrumen tes KPS yang telah divalidasi
dibedakan antara peserta didik yang selanjutnya diujicobakan untuk memperoleh
berkemampuan tinggi dengan peserta didik nilai kepraktisan. Selama proses penelitian
yang berkemampuan rendah. tahap uji coba peneliti berhasil membuktikan
Menurut Sugiharto (2008) validitas bahwa produk soal KPS yang dikembangkan
suatu tes juga dapat dipengaruhi oleh beberapa dinilai praktis. Nilai kepraktisan yang
hal lain, yaitu faktor yang berasal dari dalam diperoleh adalah sebesar 3,64. Penilaian
tes: 1) Petunjuk yang tidak jelas; 2) kepraktisan produk diperoleh dengan cara
Penggunaan kosakata dan struktur kalimat menggali pendapat peserta didik yang berperan
yang sulit; 3) Ambiguitas, yaitu adanya sebagai subjek penelitian. Peserta didik
kemungkinan multitafsir dalam memahami dan mengatakan bahwa LKPD yang disajikan
menyelesaikan soal tes; 4) Penekanan yang sudah bagus dan mudah dimengerti, namun
Dyah Kesuma R., Rahmi S., Djunaidah Zen, Pengembangan Soal Keterampilan Proses Sains. 105

masih ada beberapa kalimat dalam soal yang penelitian ini adalah 35 butir item dan setelah
sulit dipahami. divalidasi menjadi 26 butir karena ada 9 butir
Selanjutnya, untuk nilai reliabilitas item yang tidak valid. Jika ditinjau dari tingkat
diperoleh angka 0.67, artinya soal tes KPS kesulitan maka didapatkan butir soal cukup
yang dikembangkan memiliki reliabilitas tes sulit dan terlalu sulit untuk dipahami oleh
yang rendah. Sebab nilai yang diperoleh masih subyek penelitian. Beberapa kalimat dalam
dibawah 0,70. Namun, menurut Maholtra soal masih ada yang sulit dipahami subyek
(2004) dan Ghozali (2002) dikutip Ramadhanu penelitian sehingga mengakibatkan mereka
dan Suryaningrum (2013) batasan nilai lazim memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan
dapat digunakannya sebuah instrumen maksud soal. Maka dapat dikatakan bahwa
penelitian adalah lebih dari sama dengan 0,60. sedikitnya jumlah butir soal dan tingkat
Berdasarkan hal ini maka soal KPS yang kesulitan mempengaruhi tingkat reliabilitas
dikembangkan masih lazim dan reliabel untuk yang dimilikinya. DeVelis (1991) dikutip
dapat digunakan sebagai salah satu instrument Ramadhanu dan Suryaningrum (2013)
tes. menyatakan bahwa menempatkan instrumen
Rendahnya nilai reliabilitas setidaknya yang memiliki reliabilitas rendah akan
dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu: 1) panjang melemahkan kekuatan statistik dari suatu
tes atau banyaknya jumlah item soal, semakin instrumen, sehingga dalam hal ini soal tes KPS
banyak butir item pada soal maka reliabilitas yang memiliki reliabilitas rendah menjadi
sebuah tes akan semakin tinggi; 2) waktu atau faktor pelemah dari penelitian ini.
kecepatan dalam menyelesaikan tes, semakin Setelah dilakukan penghitungan
banyak waktu yang diberikan untuk validitas dan reliabilitas, maka hal terakhir
penyelesaian tes maka akan semakin yang dilakukan adalah melakukan analisis item
meningkatkan nilai reliabilitas instrumen; 3) tes KPS. Analisis ini dilakukan untuk
homogenitas subyek tes, semakin heterogen mengetahui apakah butir-butir item yang
subyek tes maka akan semakin memperkuat membangun tes KPS sudah dapat menjalankan
nilai reliabilitas; 4) tingkat kesulitan tes, jika fungsinya dengan baik. Sehingga perangkat tes
tes terlalu mudah atau terlalu sulit maka akan yang dihasilkan berguna sebagai alat pengukur
semakin merendahkan nilai reliabilitas; 5) KPS yang berkualitas baik. Analisis yang
obyektivitas tes, berhubungan dengan dilakukan mencakup tiga segi, yaitu (1) derajat
pemberian skor yang obyektif; 6) interval tes, kesukaran item, (2) daya pembeda item, dan
merupakan interval waktu yang diberikan dari (3) fungsi distraktor.
satu tes ke tes berikutnya, dan 7) variasi situasi Bermutu atau tidaknya butir-butir item
ketika tes dilaksanakan, seperti tes KPS pertama-tama dapat diketahui dari
ketidakpahaman testee dengan instruksi, derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang
tingkat kebisisngan, kesalahan testee dalam dimiliki oleh masing-masing butir item. Butir-
membaca soal ataupun situasi lain yang dapat butir item dapat dinyatakan sebagai butir-butir
mengganggu proses pengerjaan tes (Mehrens item yang baik apabila butir-butir item tersebut
dan Lehman, 1991 dikutip Ramadhanu dan tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu
Suryaningrum, 2013). mudah, atau dengan kata lain sedang atau
Ditinjau dari penyebab rendahnya nilai cukup. Dari hasil analisis yang dilakukan
reliabilitas instrumen di atas ditemukan dua terhadap 35 butir item tes KPS maka dapat
faktor yang menjadi penyebab utama diketahui bahwa sebanyak 23 item termasuk
rendahnya reliabilitas instrumen yang peneliti dalam kategori item yang kualitasnya baik,
kembangkan, yaitu jumlah item soal dan dalam arti derajat kesukaran itemnya cukup
tingkat kesulitan tes. Jumlah item soal pada atau sedang (tidak terlalu sukar dan tidak
106. JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 2, NOMOR 1, MEI 2015.

terlalu mudah). Terdapat juga 5 item mudah kemampuannya rendah. Mengetahui daya
dan 2 item sukar yang bisa dikategorikan baik. pembeda item sangatlah penting. Salah satu
Sisanya, 2 item terlalu mudah dan 3 item dasar yang dipegang untuk menyusun butir-
terlalu sukar. Berarti 86% dari keseluruhan butir item tes adalah adanya anggapan bahwa
butir item yang diajukan dalam tes KPS kemampuan antara testee yang satu dengan
termasuk baik, sedangkan 14% selebihnya testee yang lain berbeda. Item tes juga harus
termasuk dalam kategori item yang jelek, baik mampu mencerminkan adanya perbedaan
karena terlalu sukar maupun terlalu mudah. kemampuan yang terdapat di kalangan testee.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, Dari hasil analisis yang dilakukan
maka tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh terhadap 35 butir item tes KPS maka dapat
tester (pembuat tes) adalah sebagai berikut: diketahui bahwa sebanyak 6 item termasuk
1. Untuk butir item yang termasuk dalam dalam kategori item yang kualitas daya
kategori baik dapat segera dicatat dalam pembedanya baik. Terdapat juga 12 item yang
buku bank soal. Selanjutnya butir-butir bisa dikategorikan memadai, dalam arti angka
soal tersebut dapat dikeluarkan lagi dalam indeks pembeda itemnya cukup atau sedang.
tes KPS pada waktu-waktu yang akan Sisanya, 17 item tergolong lemah. Berarti 52%
datang. dari keseluruhan butir item yang diajukan
2. Untuk butir item yang termasuk dalam dalam tes KPS sudah memiliki daya pembeda
kategori terlalu sukar, ada tiga item yang memadai, sedangkan 48%
kemungkinan tindak lanjut, yaitu: a) butir selebihnya termasuk dalam kelompok item
item tersebut dibuang dan tidak akan yang tidak/belum memiliki daya pembeda item
dikeluarkan lagi dalam tes-tes yang akan seperti yang diharapkan. Berdasarkan hasil
datang, b) diteliti ulang, dilacak dan analisis tersebut, maka tindak lanjut yang perlu
ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor dilakukan oleh tester (pembuat tes) adalah
yang menyebabkan butir item yang sama seperti tindak lanjut pada analisis derajat
bersangkutan sulit dijawab oleh testee kesukaran, yakni bisa dimasukkan langsung
(peserta tes), c) dapat digunakan kembali kedalam bank soal, dibuang atau dianalisis
untuk kepentingan tes yang bersifat seleksi lebih lanjut.
sehingga peserta dengan kemampuan Terakhir, setelah analisis derajat
rendah akan mudah tersisihkan dari kesukaran dan daya pembeda item dilakukan
seleksi. maka yang dianalisis selanjutnya adalah faktor
3. Untuk butir item yang termasuk dalam pengecoh. Menganalisis faktor pengecoh
kategori terlalu mudah, ada dua sering dikenal dengan istilah lain, yaitu
kemungkinan tindak lanjut, yaitu: a) butir menganalisis pola penyebaran jawaban. Pola
item tersebut dibuang dan tidak akan penyebaran jawaban ialah suatu pola yang
dikeluarkan lagi dalam tes-tes yang akan dapat menggambarkan bagaimana testee
datang, dan b) diteliti ulang, dilacak dan menentukan pilihan jawabannya terhadap
ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor kemungkinan-kemungkinan jawaban yang
yang menyebabkan butir item yang telah dipasangkan pada setiap butir item.
bersangkutan mudah dijawab betul oleh Tujuan utama dari pemasangan pengecoh pada
hampir seluruh testee. setiap butir item adalah agar dari sekian
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap banyak testee yang mengikuti tes ada yang
daya pembeda item. Daya pembeda item tertarik atau terangsang untuk memilihnya
adalah kemampuan suatu butir item tes untuk sebagai jawaban benar. Semakin banyak testee
dapat membedakan antara testee yang yang terkecoh maka dapat dinyatakan bahwa
berkemampuan tinggi dengan testee yang
Dyah Kesuma R., Rahmi S., Djunaidah Zen, Pengembangan Soal Keterampilan Proses Sains. 107

distraktor tersebut telah dapat menjalankan melatih dan mengembangkan KPS peserta
fungsinya dengan baik. didik. Guru dapat membiasakan untuk melatih
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata- atau mengevaluasi KPS siswa melalui tes
rata jawaban pengecoh telah menjalankan kinerja, tes KPS tertulis atau dengan
fungsinya dengan baik. Jawaban pengecoh mencantumkan soal-soal tipe KPS pada saat
telah dipilih oleh sekurang-kurangnya 5% dari latihan soal ataupun ujian tertulis.
seluruh peserta tes. Beberapa jawaban Sebuah alat ukur yang baik harus valid
pengecoh juga ada yang hanya dipilih oleh 3% dan reliabel. Namun demikian validitas lebih
bahkan 0% dari seluruh peserta namun penting dibandingkan dengan reliabilitas.
persentase seperti ini tidak terlalu banyak Reliabilitas merupakan penyokong validitas.
ditemukan. Persentase 3% dan 0% didapatkan Sebuah alat ukur yang valid selalu reliabel.
karena pilihan jawaban yang dijadikan faktor Alat ukur yang reliabel belum tentu valid
pengecoh cukup berbeda dengan pilihan (Sugiharto, 2008). Selain validitas dan
lainnya, sehingga jawaban ini cenderung tidak reliabilitas, sebuah instrumen tes juga harus
dipilih oleh testee. Persentase di bawah 5 % dianalisis butir item penyusunnya. Evaluasi ini
tidak banyak ditemukan sehingga dapat dilaksanakan untuk mengetahui apakah butir-
dinyatakan bahwa faktor pengecoh dalam soal butir item yang membangun tes itu sudah dapat
tes KPS secara keseluruhan sudah menjalakan menjalankan fungsinya dengan baik atau
fungsinya dengan cukup baik. Sebagai tindak belum. Sehingga, pada masa yang akan datang
lanjut atas penganalisisan terhadap faktor tes yang disusun betul-betul dapat
pengecoh tersebut maka pengecoh yang sudah menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur
dapat menjalankan fungsinya dengan baik yang memiliki kualitas yang baik. Hasilnya
dapat dipakai lagi pada tes-tes yang akan soal KPS yang dikembangkan, dilihat dari
datang, sedangkan pengecoh yang belum dapat derajat kesukaran item, daya pembeda dan
berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki faktor pengecohnya telah berfungsi dengan
atau diganti dengan pengecoh yang lain baik.
sebelum diujicobakan lebih lanjut. Berdasarkan hal inilah maka peneliti
Berdasarkan hasil penelitian dan menyimpulkan bahwa soal KPS yang
wawancara yang diperoleh dari peserta didik dikembangkan terkategori baik karena
dan guru kelas XI IPA, masih rendahnya walaupun nilai reliabilitasnya rendah tetapi
penguasaan KPS dikarenakan peserta didik soal ini valid dan praktis.
belum terbiasa dalam mengerjakan soal-soal
tipe soal KPS. Peserta didik lebih terbiasa KESIMPULAN
mengerjakan soal-soal konsep. Secara Telah dihasilkan soal tes KPS untuk
keseluruhan dari tujuh aspek KPS yang pembelajaran Biologi SMA yang valid dan
diujikan rata-rata KPS peserta didik masih praktis. Tahapan penelitian meliputi tiga tahap
berada pada kategori kurang. Informasi utama yaitu tahap sintesa teori dan analisis
mengenai kemampuan penguasaan KPS kebutuhan, tahap perancangan (konstruksi
peserta didik diharapkan dapat membantu guru variabel, pengembangan indikator, penyusunan
untuk lebih memperhatikan model kisi-kisi soal, penyusunan instrumen,
pembelajaran yang paling cocok dan paling penskoran) dan tahap evaluasi (uji validitas, uji
pas pada proses pembelajaran. Hal yang dapat reliabilitas dan analisis butir item).
dilakukan misalnya dengan melaksanakan Dikategorikan valid karena telah divalidasi
proses pembelajaran yang berorientasi pada oleh validator dan dinyatakan layak untuk
pendekatan sains atau metode ilmiah. Proses digunakan oleh peserta didik. Dihasilkan 26
pembelajaran seperti ini diharapkan dapat item soal yang valid dan 9 item sisanya
108. JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 2, NOMOR 1, MEI 2015.

invalid. Dikategorikan praktis karena telah Ramadhanu, Mardha dan Cahyaning


dilakukan uji kepraktisan oleh peserta dengan Suryaningrum. 2013. Adversity
mengisi lembar kepraktisan dan sebagian besar Quotient Ditinjau dari Orientasi Locus
of Control pada Individu Divabel.
peserta didik menyatakan soal KPS untuk
Skripsi. Malang: Fakultas Psikologi
pembelajaran Biologi SMA ini mudah Universitas Muhammadiyah Malang.
digunakan (praktis). Penelitian ini
menghasilkan produk berupa Bank Soal Rustaman, Nuryani. 2005. Strategi Belajar
Keterampilan Proses Sains. Mengajar Biologi. Malang:
Universitas Negeri Malang (UM
Saran Press).
1. Kepada guru biologi diharapkan agar
Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi
produk soal KPS untuk pembelajaran Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Biologi SMA yang dihasilkan dari
penelitian pengembangan ini digunakan Sugiharto, Bowo. 2008. Validitas dan
saat penilaian KPS dilaksanakan. Reliabilitas. Surakarta: FKIP UNS.
2. Agar dapat dilakukan penelitian lanjutan
pada tahap uji coba sehingga instrumen tes Sumardyono dan Wiworo. 2011.
Pengembangan dan Pengelolaan Bank
yang dihasilkan reliabel untuk digunakan
Soal Matematika di KKG/MGMP.
dalam mengukur dan menilai KPS. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
DAFTAR PUSTAKA Kependidikan Matematika.
Darmayanti, N.W.S., W. Sadia, dan A.A.I.A.R.
Sudiatmika. 2013. Pengaruh Model Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005.
Collaborative Teamwork Learning Pengantar pendidikan. Jakarta: PT
terhadap Keterampilan Proses Sains Rineka Cipta.
dan Pemahaman Konsep ditinjau dari
Gaya Kognitif. E-Journal Program Wardani, Sri. 2008. Pengembangan
Pasca Sarjana Unversitas Pendidikan Keterampilan Proses Sains dalam
Ganesha Program Studi Pendidikan Pembelajaran Kromatografi Lapis
Sains, Vol.3. Tipis Melalui Praktikum Skala Mikro.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2
Djaali dan Pujdi Mulyono. 2008. Pengukuran (2).
dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo. Wasiati. 2015. Pengembangan Instrumen
Penilaian Kognitif, Afektif, dan
Fatmawati, Baiq. 2013. Menilai Keterampilan Psikomotorik Pelajaran Biologi Materi
Proses Sains Siswa Melalui Metode Sel Sebagai Unit Terkecil Kehidupan
Pembelajaran Pengamatan Langsung. untuk Sekolah Menengah Atas Kelas
Prosiding Seminar Nasional X XI. Tesis. Palembang: Magister
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Teknologi Pendidikan Universitas
Negeri Semarang, 10 (1). Sriwijaya.

Hidayati, Titik, Sunyoto Eko Nugroho, dan Wijaya, Febriani. 2014. Analisis Keterampilan
Sudarmin. 2013. Pengembangan Tes Proses Sains Siswa SMA Kelas XI
Diagnostik untuk Mengidentifikasi IPA pada Pembelajaran Biologi.
Keterampilan Proses Sains dengan Skripsi. Palembang: Universitas
Tema Energi pada Pembelajaran IPA Sriwijaya.
Terpadu. Unnes Science Education
Journal, 2 (2).

You might also like