Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
A. Effendi Sanusi, Sudjarwo, Herpratiwi
FKIP Unila, Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1, Bandar Lampung
e-mail: effendisanusi@yahoo.com
08127923634
rampilan, dan sikap yang dapat mau- memang merupakan bagian dari ke-
pun tidak dapat diamati. Perilaku giatan mengajar, tetapi bukanlah sa-
yang dapat diamati disebut penampil- tu-satunya. Masih banyak cara lain
an (behavioral performance), se- yang dapat dilakukan guru untuk
dangkan yang tidak dapat diamati membuat siswa belajar. Peran yang
disebut kecenderungan perilaku (be- seharusnya dilakukan guru adalah
havioral tendency). Penampilan yang mengusahakan agar setiap siswa da-
dimaksud dapat berupa kemampuan pat berinteraksi secara aktif dengan
menjelaskan, menyebutkan, atau me- berbagai sumber belajar. Guru hanya
lakukan suatu perbuatan. merupakan salah satu (bukan satu-
Kegiatan belajar bisa saja ter- satunya) sumber belajar bagi siswa.
jadi walaupun tidak ada kegiatan Selain guru, masih banyak sumber
mengajar. Begitu pula sebaliknya, belajar yang lain.
kegiatan mengajar tidak selalu meng- Ada perbedaan yang prinsip an-
hasilkan kegiatan belajar. Ketika gu- tara teori belajar dan teori pembela-
ru menjelaskan pelajaran di depan jaran. Teori belajar adalah deskriptif
kelas, misalnya, memang terjadi ke- karena tujuan utamanya memeriksa
giatan mengajar. Akan tetapi, dalam proses belajar, sedangkan teori pem-
kegiatan itu tidak ada jaminan bahwa belajaran adalah preskriptif karena
telah terjadi kegiatan belajar pada tujuan utamanya menetapkan metode
siswa yang diajar. Kegiatan mengajar pembelajaran yang optimal (Bruner
dikatakan berhasil jika dapat menga- dalam Budiningsih, 2005:11). Teori
kibatkan atau menghasilkan kegiatan belajar lebih fokus pada bagaimana
belajar pada diri siswa. Jadi, hakikat peserta didik belajar sehingga berhu-
mengajar adalah usaha guru untuk bungan dengan variabel-variabel
membuat siswa belajar. Dengan kata yang menentukan hasil belajar. Da-
lain, mengajar merupakan upaya lam teori belajar, kondisi dan metode
menciptakan kondisi agar terjadi ke- pembelajaran merupakan variabel
giatan belajar (Sanusi, 2010:34). bebas dan hasil pembelajaran sebagai
Mengajar tidak selalu bermakna variabel tergantung. Dengan demiki-
‘kegiatan menyajikan materi pelajar- an, dalam pengembangan teori bela-
an’. Menyajikan materi pelajaran jar, variabel yang diamati adalah ha-
5
sil belajar sebagai efek dari interaksi Pada bagian lain, Untari (2007:
antara metode dan kondisi. 2) mengemukakan bahwa pembela-
Teori pembelajaran adalah goal jaran berbasis DD/CT mengakses pa-
oriented artinya teori pembelajaran ham konstruktivis dengan menekan-
dimaksudkan untuk mencapai tujuan kan adanya dialog mendalam dan
(Reigeluth dalam Budiningsih, 2005: berpikir kritis. Elemen-elemen dalam
12). Oleh karena itu, variabel yang menerapkan konstruktivisme meli-
diamati dalam teori pembelajaran puti: (1) menghidupkan pengetahuan
adalah metode yang optimal untuk artinya pengetahuan sebelumnya ha-
mencapai tujuan. Hasil pembelajaran rus dijadikan pertimbangan dalam
yang diamati dalam pengembangan membelajarkan materi baru; (2)
teori pembelajaran adalah hasil pem- memperoleh pengetahuan dalam arti
belajaran yang diinginkan (desired perolehan tambahan pengetahuan ha-
outcomes) yang telah ditetapkan le- rus dilakukan secara menyeluruh, bu-
bih dulu. Dengan demikian, teori kan berupa paket-paket kecil. Hal ini
pembelajaran berisi seperangkat dapat dianalogikan belajar berenang,
preskriptif guna mengoptimalkan ha- peserta didik harus mempraktekkan-
sil pembelajaran yang diinginkan di nya, setelah paham akan proses bere-
bawah kondisi tertentu. nang, dosen dapat membelajarkan se-
Deep dialogue (dialog menda- cara individual tentang berbagai ge-
lam) dapat diartikan sebagai perca- rakan dan gaya berenang; (3) mema-
kapan antara dua orang atau lebih hami pengetahuan: ini berarti peserta
yang diwujudkan dalam hubungan didik harus menggali, menemukan
interpersonal, saling keterbukaan, ju- dan menguji semua pengetahuan ba-
jur, dan mengandalkan kebaikan; cri- ru yang diperoleh. Mereka perlu
tical thinking (berpikir kritis) adalah mendiskusikan dengan dosen, de-
kegiatan berpikir yang dilakukan de- ngan teman, saling membelajarkan,
ngan mengoperasikan potensi inte- saling mengkritik, serta membantu
lektual untuk menganalisis, membuat lainnya memperbaiki susunan pero-
pertimbangan, dan mengambil kepu- lehan pengetahuan yang dibelajar-
tusan secara tepat dan melaksanakan- kan; (4) menggunakan pengetahuan
nya secara benar (Untari, 2007:1). artinya peserta didik memperoleh ke-
6
sing-masing peserta dialog sehingga itu, dosen harus mengakui dan mem-
dalam diri peserta didik tertanam ra- beri penghargaan. Selanjutnya, dila-
sa menerima dan menghormati per- kukan klarifikasi atau penajaman atas
bedaan, toleransi, empati, dan ter- temuan peserta didik terarah pada
buka. Dalam kegiatan ini, konsep kompetensi dan materi pokok yang
dan definisi tidak diberikan dosen, dibelajarkan. Umpan balik dosen di-
tetapi digali oleh peserta didik. Tuju- maksudkan sebagai penegasan fungsi
an kegiatan ini adalah (a) memotivasi dialog mendalam yang bermuara pa-
dan menumbuhkan kesadaran bahwa da pelaksanaan evaluasi pemahaman
antara dosen-peserta didik sama- peserta didik. Tahap ini sekaligus
sama belajar. Dosen hanyalah salah sebagai bukti bahwa dosen bukan
satu sumber, peserta didik dan sum- sumber yang “tahu segalanya”; antar-
ber–sumber lain ada di samping do- peserta didik dan dosen terjadi saling
sen; (b) memberi bukti pada peserta belajar dan saling membelajarkan.
didik bahwa kemampuan menyusun (3) Kegiatan akhir. Tahap ini meru-
definisi atau pengertian dari konsep pakan tahap pengambilan simpulan
yang bermutu dapat dilakukan oleh dari semua yang telah dibelajarkan,
peserta didik, tidak kalah bermutu- sekaligus penghargaan atas segala
nya dengan yang diberikan dosen; (c) aktivitas peserta didik. Di samping
memberi pengalaman belajar menuju itu, pada tahap ini dilakukan penilai-
ketuntasan belajar bermakna, bukan an hasil belajar.
ketuntasan materi saja. Selanjutnya, Minat merupakan kecende-
dilaksanakan cooperative learning rungan hati yang tinggi terhadap se-
untuk memecahkan permasalahan suatu; minat timbul karena adanya
yang diberikan dosen. Penerapan co- kebutuhan terhadap sesuatu itu. Hal
operative learning dapat dengan tek- ini sejalan dengan pendapat Sardi-
nik pelaporan ataupun Jigsaw dan man (2006:76) yang mengatakan
Student Teams Achievement Division bahwa minat merupakan kecende-
(STAD). Tahap kedua, merupakan rungan jiwa seseorang kepada sesua-
tahap umpan balik. Apa pun peroleh- tu (yang biasanya disertai perasaan
an belajar peserta didik merupakan senang) karena ada kepentingan de-
upaya maksimal mereka. Oleh sebab ngan sesuatu itu. Slameto (2005:15)
8
mengatakan bahwa minat adalah ke- berminat pada pelajaran akan terdo-
cenderungan jiwa yang tetap untuk rong untuk tekun belajar, berbeda
memperhatikan dan mengenang akti- dengan siswa yang sikapnya hanya
vitas atau kegiatan. Seseorang yang menerima pelajaran. Mereka hanya
berminat terhadap suatu aktivitas tergerak untuk mau belajar, tetapi su-
akan memperhatikan aktivitas itu se- lit untuk terus tekun karena tidak ada
cara konsisten dengan rasa senang. pendorongnya. Oleh sebab itu, untuk
Minat merupakan salah satu aspek memperoleh hasil yang baik dalam
psikis manusia yang dapat mendo- belajar, siswa harus mempunyai mi-
rong untuk mencapai tujuan. Sese- nat terhadap pelajaran sehingga akan
orang yang memiliki minat terhadap mendorongnya untuk terus belajar.
suatu objek, cenderung untuk mem- Penelitian ini dilakukan dengan
berikan perhatian atau merasa senang tujuan untuk menganalisis (1) inter-
pada objek tersebut. Sebagai suatu aksi antara pembelajaran yang digu-
aspek kejiwaan, minat berfungsi se- nakan dan minat belajar bahasa Lam-
bagai pendorong dalam berbuat se- pung terhadap prestasi belajar kosa-
suatu yang akan terlihat pada indi- kata bahasa Lampung, (2) perbedaan
kator dorongan dari dalam: rasa se- prestasi belajar kosakata bahasa
nang, memberi perhatian, dan berpe- Lampung mahasiswa S-1 Pendidikan
ran serta dalam kegiatan. Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
Dari beberapa kutipan di atas Unila yang dalam pembelajarannya
dapat disimpulkan bahwa minat bela- menggunakan Deep Dialogue/Criti-
jar adalah suatu keinginan atau ke- cal Thinking berbahasa Lampung dan
mauan belajar yang disertai perhatian berbahasa Indonesia, dan (3) perbe-
dan keaktifan yang disengaja yang daan prestasi belajar kosakata bahasa
akhirnya melahirkan rasa senang da- Lampung mahasiswa S-1 Pendidikan
lam perubahan tingkah laku, baik Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
berupa pengetahuan, sikap, maupun Unila yang dalam pembelajarannya
keterampilan. Minat dalam belajar menggunakan Deep Dialogue/Criti-
berfungsi sebagai motivating force cal Thinking berbahasa Lampung dan
yaitu sebagai kekuatan yang mendo- berbahasa Indonesia antara yang me-
rong siswa untuk belajar. Siswa yang
9
miliki minat belajar tinggi dan yang semester ganjil tahun akademik
memiliki minat belajar rendah. 2012/2013. Populasi berjumlah 68
mahasiswa yang terdiri atas dua ke-
METODE PENELITIAN
las: kelas A = 34 dan kelas B = 34.
Penelitian ini merupakan ek-
Dari populasi sebanyak 2 kelas, di-
sperimen untuk mengetahui perbeda-
tentukan 1 kelas sebagai kelas ekspe-
an PBKBL mahasiswa yang pem-
rimen dan 1 kelas sebagai kelas kon-
belajarannya menggunakan DD/CT
trol. Penentuan sampel berdasarkan
berbahasa Lampung (X1) dan PBK-
median skor total minat belajar baha-
BL mahasiswa yang pembelajaran-
sa Lampung. Mahasiswa yang skor
nya menggunakan DD/CT berbahasa
total minat belajar bahasa Lampung-
Indonesia (X2) serta memperhatikan
nya ≥ median dikelompokkan ke
minat belajar bahasa Lampung tinggi
dalam sampel dengan minat belajar
(X3) dan minat belajar bahasa Lam-
bahasa Lampung tinggi dan yang
pung rendah (X4). Desain penelitian
skor totalnya di bawah median dike-
yang digunakan adalah desain fakto-
lompokkan ke dalam sampel dengan
rial 2 x 2 seperti yang dikemukakan
minat belajar bahasa Lampung ren-
pada Tabel 1.
dah. Distribusi sampel pada setiap sel
leh data PBKBL digunakan tes ter- Sesuai dengan kriteria uji yang dite-
tulis bentuk pilihan berganda dengan tapkan, H0 ditolak dan H1 diterima.
lima alternatif jawaban (ABCDE) se- Ini berarti hipotesis yang dikemuka-
jumlah 50 soal. kan “Ada interaksi antara minat bela-
jar bahasa Lampung dan pembelajar-
HASIL PENELITIAN DAN PEM-
BAHASAN an DD/CT yang digunakan terhadap
PBKBL mahasiswa” teruji.
Hasil Penelitian
Dari 34 sampel yang diteliti di- Pengujian hipotesis kedua mem-
las eksperimen sbb: tes awal = 42,41, 0,003. Harga 0,003 < 0,05. Sesuai
tes akhir = 66, peningkatan skor rata- dengan kriteria uji yang ditetapkan,
rata = 23,59. Di kelas kontrol, diper- H0 ditolak. Ini berarti hipotesis yang
ngat berpengaruh terhadap hasil bela- pembelajaran bahasa adalah agar ma-
jar mahasiswa. Di kelas eksperimen, hasiswa dapat mempergunakan baha-
penelitian ini menggunakan pembel- sa sebagai alat berkomunikasi dan
ajaran DD/CT berbahasa Lampung. agar mahasiswa terampil berbahasa,
Peningkatan skor rata-rata PBKBL yakni terampil menyimak, berbicara,
dari tes awal ke tes akhir = 23,59. Di membaca, dan menulis. Dengan de-
kelas kontrol, digunakan pembelajar- mikian, pembelajaran yang dilaksa-
an DD/CT berbahasa Indonesia. Pe- nakan hendaknya yang memberikan
ningkatan skor rata-rata PBKBL dari peluang seluas-luasnya bagi maha-
tes awal ke tes akhir = 14,88. Pening- siswa untuk mengembangkan ke-
katan skor rata-rata PBKBL di kelas mampuan berkomunikasi, misalnya
eksperimen lebih tinggi daripada pe- berupa percakapan dan diskusi, dia-
ningkatan skor rata-rata PBKBL di log dan bermain peran, simulasi serta
kelas kontrol (23,59 > 14,88). Ini improvisasi. Mahasiswa perlu diba-
menunjukkan bahwa ada pengaruh wa ke pengalaman melakukan kegi-
pembelajaran DD/CT terhadap PBK- atan berbahasa yang sesungguhnya.
BL mahasiswa. Dalam hal ini, pem- Pengujian hipotesis keempat
belajaran DD/CT berbahasa Lam- memperoleh hasil bahwa “PBKBL
pung memberikan hasil yang lebih mahasiswa yang memiliki minat bel-
baik daripada pembelajaran DD/CT ajar rendah dalam pembelajaran DD/
berbahasa Indonesia. CT berbahasa Indonesia lebih rendah
Pengujian hipotesis kedua daripada PBKBL mahasiswa yang
memperoleh simpulan bahwa PBK- memiliki minat belajar rendah dalam
BL mahasiswa yang pembelajaran- pembelajaran DD/CT berbahasa
nya menggunakan DD/CT berbahasa Lampung” tidak teruji. Ini berarti
Lampung lebih tinggi daripada PBK- PBKBL mahasiswa yang memiliki
BL mahasiswa yang pembelajaran- minat belajar rendah dalam pembela-
nya menggunakan DD/CT berbahasa jaran DD/CT berbahasa Indonesia
Indonesia. Temuan ini sangat penting sama dengan PBKBL mahasiswa
disadari para dosen (termasuk guru) yang memiliki minat belajar rendah
bahasa—dalam hal ini, dosen atau dalam pembelajaran DD/CT ber-
guru bahasa Lampung. Tujuan akhir bahasa Lampung. Dengan demikian,
13
simpulan. (1) Ada interaksi antara hasiswa yang memiliki minat belajar
minat belajar bahasa Lampung dan bahasa Lampung tinggi akan lebih
minat belajar bahasa Lampung dan sa Lampung. (4) Prestasi belajar ko-
tasi belajar kosakata bahasa Lam- yang memiliki minat rendah dalam
Ini berarti prestasi belajar kosakata ajar bahasa Lampung rendah, dibela-