You are on page 1of 11

KAJIAN KARAKTERISTIK MARSHALL DAN KOEFISIEN

KEKUATAN RELATIF LAPIS HRA (HOT ROLLED ASPHALT)


DENGAN FILLER FLY ASH MENGGUNAKAN AGREGAT
KASAR SIRTU RESIDU GALIAN C

Junaidi

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang


Jln. Prof. H.Soedarto, S.H. Tembalang, Semarang 50275 Telepon 081325768904
Email : junaiditspolines@gmail.com

Abstract
Environmental problems such as pollution, destruction and disasters over the years
is still ongoing and increasingly widespread. The condition not only causes
environmental degradation but also a very serious impact on health and the human
soul. Damage to the environment due to the soil / land also occurred in Waterford
District C in the form of mineral mining (gravel). Mining is long overdue and is
expanding. The existence of the mine excavation C has caused another problem in
the form of accumulated waste material in gravel scattered around the place and the
mining area. Starting from the above, it is necessary to think about how to take
advantage of the rest of the mine rock gravel on aspalisasi activities. Step that needs
to be done is to study the quality and characteristics of the asphalt mix by stacking
materials using the gravel with reference to the specifications and requirements
specified. This paper presents the results of research into the use of coarse
aggregate gravel quarry C residue and fly ash filler in asphalt Hot Rolled Asphalt
(HRA) in terms of the relative strength coefficients (a1) material in order to know
the needs of pavement thickness HRA in the field.
Coarse aggregate materials used in the study came from the residual quarry
village C Munggangsari / Purbosari excl. Ngadirejo kab. Waterford, fly ash
material derived from PT Jati Kencana Concrete (Ungaran) and AC 60/70 bitumen
production Pertamina Cilacap. Equipment used for the study is the means test in the
asphalt mixture Materials Laboratory of Civil Engineering Department Semarang
State Polytechnic. Number of test specimens to be used in this study is 30 pieces and
the test is done with reference to the SNI 06-2489-1990, including the value of
stability, flow and MQ, density analysis and voids (VMA, VFWA, VITM). The study
results showed that the residual gravel excavation C can be used as a mixture in
which the HRA asphalt mix asphalt with gravel aggregate quarrying C has a value
of stability between the above 744, the value of a1 between 0.28 to 0.38 which
means it can support the traffic with heavy density. Based on the results of plotting
the data parameters to the requirements of Highways marshall, obtained the
optimum bitumen content of 7%. While based on a mixture of the three variations of
rock and ash content of different fly ash show that the levels of HRA mixture with
100% filler stone dust showed the highest value a1. This shows that the addition of
aditive fly ash as filler in the mix HRA HRA instead lowered pavement performance.

Kata kunci : fly ash, gravel excavation C, HRA, Marshall test, rural roads
PENDAHULUAN dilakukan adalah dengan mempelajari
Masalah lingkungan seperti mutu dan karakteristik campuran aspal
pencemaran, kerusakan dan bencana dengan bahan susun menggunakan
dari tahun ke tahun masih terus sirtu tersebut dengan mengacu kepada
berlangsung dan semakin luas. Kondisi spesifikasi dan syarat-syarat yang
tersebut tidak hanya menyebabkan ditentukan. Dalam penelitian ini, akan
menurunnya kualitas lingkungan tetapi dicoba penggunaan agregat kasar dari
juga memberikan dampak yang sangat sirtu residu tambang galian C dan filler
serius bagi kesehatan dan jiwa manusia. fly ash yang akan diefisienkan sebagai
Buruknya kualitas lingkungan, di filler pada lapis HRA (Hot Rolled
antaranya disebabkan antara lain oleh Asphalt). Adapun dasar pemilihannya
pertambahan penduduk yang semakin adalah sebagai berikut :
pesat dan eksploitasi sumber daya alam 1. Sirtu residu tambang galian C
yang berlebihan. Kerusakan sumber merupakan material sisa dan
daya alam terus mengalami tersedia cukup melimpah di lokasi
peningkatan, baik dalam jumlah tambang galian C di wilayah kab.
maupun sebaran wilayahnya. Temanggung yang keadaannya
Kerusakan lingkungan karena dibiarkan begitu saja. Bila
eksploitasi tanah/lahan juga terjadi di diberdayakan, pengadaannya cukup
Kabupaten Temanggung berupa mudah dan murah sehingga bila
pertambangan bahan galian C (pasir). ditinjau dari segi ekonomis akan
Penambangan ini telah berlangsung lebih menguntungkan.
lama dan semakin meluas,dengan 2. Abu batubara (fly ash) adalah sisa
konsentrasi terbesar berada di desa pembakaran batubara yang sangat
Munggangsari (11 ha), desa Kledung halus yang berasal dari unit
(9 ha), dan desa Leyangan/Purbosari pembangkit uap (boiler). Saat ini di
(15 ha) di Kecamatan Ngadirejo. Jawa Tengah diperkirakan ada 68
Keberadaan usaha tambang galian C industri yang sudah menggunakan
ini telah menimbulkan masalah lain batubara sebagai pengganti BBM
berupa menumpuknya material sisa dengan jumlah kebutuhan batubara
sirtu yang bertebaran di tempat dan mencapai 125 ribu ton / bulan dan
sekitar tambang berada. Berdasarkan akan dihasilkan abu batubara
hasil kegiatan pengabdian masyarakat sebanyak 10 ribu ton per bulan.
(Junaidi, 2012) diketahui bahwa Kedepan pemakaian batubara
jumlah material sisa tambang ini cukup sebagai sumber energi akan terus
besar dan perlu mendapatkan perhatian meningkat.
penanganannya. Jalan harus memiliki
Bertolak dari hal di atas, maka kehandalan dan memenuhi syarat
perlu dipikirkan cara untuk teknis dan ekonomis, serta mampu
memanfaatkan batuan sirtu sisa mendukung beban yang bekerja di
tambang tersebut pada kegiatan atasnya. Persyaratan ini dipengaruhi
aspalisasi tersebut. Langkah yang perlu langsung oleh pemilihan bahan

Kajian Karakteristik Marshall dan Koefisien Kekuatan Relatif Lapis .. (Junaidi) 57


susunnya (jenis aspal, agregat, dan dalamnya. Gradasi senjang inilah yang
bahan pengisi/filler). Bahan susun pada memberikan Hot Rolled Asphalt
jalan jenis perkerasan lentur (flexible (HRA) sifat ketahanan terhadap cuaca
pavement) harganya relatif mahal dan dan memiliki permukaan yang awet,
merupakan bahan alam yang tidak bisa yang dapat mengakomodasi lalu lintas
diperbaharui. Oleh karena itu, yang lewat tanpa terjadinya retak.
penelitian ini mencoba memanfaatkan Susunan konstruksi HRA
agregat kasar dari sirtu residu tambang sebagai wearing course (tidak
galian C yang umumnya sudah tidak struktural) jauh berbeda dengan
dimanfaatkan lagi oleh para petambang. sebagai base course (lapis permukaan
Dengan penelitian ini diharapkan dapat struktural). Di Indonesia, pengertian
meningkatkan nilai kegunaan material base course tersebut adalah lapis
ini untuk kegiatan konstruksi. permukaan (surface course) yang
bernilai struktural, artinya lapis
Konstruksi Hot Rolled Asphalt permukaan yang mampu meneruskan
(HRA) beban lalu lintas ke lapis bawahnya.
Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan Menurut AASHTO (1982) maupun
bahan konstruksi lapis keras yang Bina Marga (1987) disebutkan bahwa
pertama kali dikembangkan di Inggris, koefisien kekuatan relatif lapisan
dan kemudian di Indonesia di (structural layer coefficient)
modifikasi menjadi Hot Rolled Sheet merupakan indikasi nilai struktural
(HRS) dengan menganggap HRS lapis keras yang ditunjukkan dalam
sebagai lapis keras non struktural formula berikut :
(Sukirman, 1992). Lapis keras HRA ITP = a1*D1 + a2*D2 + a3*D3
terdiri dari campuran aspal dan agregat (Bina Marga, 1987) … (1)
bergradasi timpang dengan prosentase SN = a1*D1 + a2*D2 + a3*D3
pemakaian agregat kasar 0 % - 55 %. (AASHTO, 1982) ….. (2)
Stabilitas HRA pada kadar batuan yang dengan penjelasan :
tinggi dipengaruhi oleh bentuk dari ITP : indeks tebal
batuan kasarnya. Jika jumlah batuan perkerasan
meningkat, nilai stabilitas HRA naik SN : structural number
disertai dengan penurunan flow-nya, a1, a2, a3 : koefisien kekuatan
dan campuran yang mengandung 40 % relatif lapisan perkerasan
batuan kasar pecah dan batuan halus D1, D2, D3 : Tebal masing-masing
pecah akan menghasilkan campuran lapis perkerasan
yang paling baik stabilitas dan (angka 1, 2, 3, 4 masing-masing berarti
kelenturannya. Dalam HRA hanya lapis permukaan, lapis pondasi atas
terdapat sedikit batuan agregat dan lapis pondasi bawah)
berukuran sedang (2,36 – 10 mm), dan Semakin besar angka kekuatan
terdiri dari matriks pasir, filler dan relatif lapisan (a) maka ketebalan lapis
aspal, dimana agregat kasar biasanya perkerasan semakin tipis, nilai a ini
berukuran 14 mm tercampur di baik menurut Bina Marga (1987)

58 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 2 Desember 2015 56-66


maupun AASHTO (1982) sangat dipenuhi agregat yang dapat digunakan
dipengaruhi oleh nilai stabilitas sebagai material perkerasan jalan.
Marshall. Hasil penelitian yang
mengacu pada grafik hubungan antara Asphalt Cement (AC)
koefisien kekuatan relatif lapis Asphalt Cement yaitu aspal/bitumen,
permukaan dengan stabilitas Marshall campuran dari bahan aspal dan
yang dikemukakan AASHTO (1982) bitumen dari danau atau aspal bersama
telah mendapatkan formula dalam (flux oil) dengan kualitas seperti semen
persamaan berikut : yang dibuat di pabrik sebagai
a1 = 0,0285 (MS)0,35 … …(3) perkerasan aspal (PEDC, 1983). Di
dengan : a1 : koefisien kekuatan Indonesia, Asphalt Cement biasanya
relatif lapis permukaan dibedakan berdasarkan dibedakan
MS : Marshall stability (lbs) berdasarkan nilai penetrasinya yaitu
AC pen 40/50, yaitu AC dengan
Mulyono (1998) dalam penetrasi antara 40-50, AC pen 60/70,
penelitiannya menyatakan bahwa yaitu AC dengan penetrasi antara 60-
model campuran HRA menggunakan 70, AC pen 85/100, yaitu AC dengan
agregat kasar rounded dengan aspal penetrasi antara 85-100, AC pen
AC 60-70 menunjukkan bahwa makin 200/300, yaitu AC dengan penetrasi
besar kadar agregat kasarnya maka antara 200-300. Asphalt Cement
nilai a1 juga makin besar. Model dengan penetrasi rendah digunakan di
campuran HRA rounded yang paling daerah bercuaca panas atau lalu lintas
baik yaitu pada kadar agregat kasar dengan volume tinggi, sedangkan
56% untuk ukuran nominal 20 mm Asphalt Cement dengan penetrasi
dengan kadar aspal AC 60-70 optimum tinggi digunakan untuk daerah
5,36% pada nilaiu a1 = 0,3409. bercuaca dingin atau lalu lints dengan
volume rendah. Di Indonesia pada
Agregat umumnya dipergunakan Asphalt
Agregat merupakan komponen yang Cement dengan penetrasi 60/70 dan
dominan dalam struktur perkerasan 80/100 (Suparma, 2003)
jalan (Ismanto, 1991). Banyak agregat
yang dibutuhkan dalam pencampuran Fly Ash
perkerasan pada umumnya berkisar Abu terbang (fly ash) diperoleh dari
antara 90 % - 95 % dari berat total hasil residu PLTU. Material ini berupa
campuran atau 75 % - 85 % dari butiran halus ringan, bundar, tidak
volume campuran. Persyaratan yang porous, mempunyai kadar bahan
lebih ketat umumnya diterapkan pada semen yang tinggi dan mempunyai
material sebagai agregat kasar, hal ini sifat pozzolanik, yaitu dapat bereaksi
diperlukan karena agregat kasar dengan kapur bebas yang dilepaskan
memiliki peran yang besar dalam semen saat proses hidrasi dan
membangun struktur yang kuat dan membentuk senyawa yang bersifat
stabil. Banyak kriteria yang harus

Kajian Karakteristik Marshall dan Koefisien Kekuatan Relatif Lapis .. (Junaidi) 59


mengikat pada temperatur normal b. Indeks Kelelehan Plastis (Flow
dengan adanya air. Indeks).
c. Rongga udara, tujuan utama
kriteria rongga adalah untuk
METODE PENELITIAN menghidari perencanaan campuran
Alat dan Bahan dapat mengalami “flushing” atau
Bahan-bahan yang digunakan dalam “bleeding” dalam masa pelayanan.
penelitian terapan ini berasal dari Rongga udara aspal beton
sumber berikut ini: a) Agregat kasar bergradasi rapat 3 – 5 %, berarti
sirtu residu tambang galian C berasal volume total dari seluruh rongga
dari desa Munggangsari/Purbosari kec. berjumlah 3 – 5 % campuran padat,
Ngadirejo kab. Temanggung, b) Bahan Flushing atau bleeding
pengisi (filler), merupakan fly ash yang mengakibatkan campuran
berasal dari PT Jati Kencana Beton mempunyai rongga udara, berkisar
(Ungaran), dan c) Aspal AC 60/70, antara 0 – 1 %.
produksi Pertamina Cilacap sedangkan d. Rongga Antar Butiran (VMA)
peralatan pengujian terdiri dari alat uji adalah rongga antar butirn agregat
aspal, alat uji aggregat, dan satu set setelah pemadatan (termasuk ruang
alat pengujian Marshall. terisi aspal dan udara). Tujuan
penerapan VMA dalam campuran
Perencanaan Campuran HRA adalah untuk mencegah terjadinya
Perencanaan campuran Hot Rolled kekurangan aspal dalam campuran
Asphalt (HRA) yang digunakan adalah yang akan mengakibatkan agregat
berdasarkan metoda Marshall, dengan lepas (ravelling), retak (crack)
metoda ini dapat ditentukan jumlah sehingga umur pelayanan pendek.
pemakaian aspal yang tepat sehingga Perancangan benda uji meliputi
dapat menghasilkan komposisi pemilihan gradasi target Hot Rolled
campuran yang baik antara agregat dan Asphalt (HRA) yang sesuai dengan
aspal sesuai persyaratan teknis peraturan Departemen Permukiman
perkerasan jalan yang ditentukan. dan Pengembangan Wilayah (2000).
Data-data yang diperlukan untuk Komposisi materialnya adalah (
membuat campuran HRA adalah : jenis terhadap campuran aspal) : CA : 50 –
agregat, gradasi agregat, mutu agregat, 70 %, FA : 10-30 %, dan FF : 4,5 – 7,5
jenis aspal keras, rencana tebal lapisan, %. Dalam grading ini digunakan
dan jenis bahan pengisi (filler). grading 56 : 38 : 6 untuk memudahkan
Perencanaan campuran dengan kriteria dalam pengerjaan sekaligus
percobaan Marshall : mengurangi kemungkinan mix design
a. Kestabilan Marshall, merupakan keluar dari spesifikasi grading yang
suatu ukuran kestabilan campuran digunakan. Untuk suatu benda uji yang
yang cukup terhadap beban roda beratnya 1200 gr.
dan volume lalu lintas yang terjadi. Dalam penelitian ini
perencanaan campuran benda uji

60 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 2 Desember 2015 56-66


menggunakan sampel dengan berat direncanakan sebanyak 2 benda uji
1200 gram, dengan fly ash sebagai (diberi kode A dan B) dengan tujuan
pengganti filler. Pencampuran fly ash untuk keakuratan data hasil
sebagai filler didasarkan pada volume pengamatan.
terhadap benda uji, hal ini dikarenakan
fly ash memiliki berat jenis yang lebih HASIL PENELITIAN DAN
kecil daripada debu batu sehingga PEMBAHASAN
untuk berat yang sama fly ash memiliki Hasil Penelitian
volume yang lebih besar dari debu batu. Bahan – bahan yang akan digunakan
Perhitungan berat fly ash dalam dalam penelitian ini, sebelumnya
campuran adalah : kadar 100 % fly ash dilakukan pengujian di Laboratorium
= 59,91 gram, kadar 50 % fly ash = untuk mendapatkan bahan penelitian
29,96 gram. Jumlah benda uji yang yang memenuhi persyaratan. Adapun
akan digunakan dalam penelitian ini data-data hasil penelitian ini adalah
adalah 30 buah. Setiap kriteria aspal sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik Marshall Benda Uji pada Berbagai Kadar Aspal untuk 100%
Abu Batu
Kadar
Density Stabilitas VFWA Flow VITM MQ VMA
aspal
(%) (gr/cc) (Kg) (%) ( mm) (%) (Kg/mm) (%)
4.5 2.248 1356.39 44.01 3.10 9.74 437.17 17.37
5.0 2.291 1497.32 54.99 3.35 7.33 446.97 16.22
5.5 2.336 1622.25 68.02 3.60 4.81 450.62 15.03
6.0 2.334 1544.86 72.94 3.75 4.21 412.28 15.56
6.5 2.348 1579.36 81.12 4.20 2.93 376.04 15.50

Tabel 2. Karakteristik Marshall Benda Uji pada Berbagai Kadar Aspal untuk 50%
Abu Batu 50% Fly Ash
Kadar
Density Stabilitas VFWA Flow VITM MQ VMA
aspal
(%) (gr/cc) (Kg) (%) ( mm) (%) (Kg/mm) (%)
4.5 2.183 680.17 38.38 4.35 11.94 159.38 19.34
5.0 2.210 1291.44 45.82 3.40 10.19 379.84 18.77
5.5 2.250 1263.10 55.50 3.60 7.92 350.86 17.75
6.0 2.273 1586.17 63.85 3.95 6.27 401.92 17.32
6.5 2.301 1464.77 73.48 4.45 4.45 330.73 16.77

Kajian Karakteristik Marshall dan Koefisien Kekuatan Relatif Lapis .. (Junaidi) 61


Tabel 3. Karakteristik Marshall Benda Uji pada Berbagai Kadar Aspal untuk 100%
Fly Ash
Kadar
Density Stabilitas VFWA Flow VITM MQ VMA
aspal
(%) (gr/cc) (Kg) (%) ( mm) (%) (Kg/mm) (%)
4.5 2.150 952.84 36.38 2.90 12.77 327.90 20.07
5.0 2.187 1043.69 44.46 3.50 10.64 298.20 19.13
5.5 2.213 1243.91 52.14 3.60 8.91 345.53 18.59
6.0 2.223 1256.15 58.05 3.80 5.22 330.57 18.64
6.5 2.257 1387.72 67.84 4.00 5.76 346.93 17.85

Pembahasan penurunan nilai VITM untuk kenaikan


1. Pengaruh kadar filler terhadap kadar filler fly ash. Dari hasil
kepadatan (Density), VITM, penelitian, apabila dibandingkan
VFWA, Stabilitas, Flow, dan dengan persyaratan yang telah
Quotient Marshall (QM)
ditetapkan oleh Bina Marga, maka
Nilai Kepadatan / kerapatan
yang memenuhi persyaratan untuk
menunjukkan besarnya derajad
peningkatan kadar filler dari 1 %
kepadatan suatu campuran yang telah
hingga 5 % adalah pada kadar 4,5 %
dipadatkan. Campuran dengan density
dan 5 %.
yang tinggi akan mampu menahan
Nilai Void filled with asphalt
beban yang besar dibandingkan dengan
(VFWA) menunjukkan banyaknya
campuran yang mempunyai nilai
rongga yang terisi oleh aspal. Nilai
density yang rendah (kerapatan
VFWA dinyatakan dalam persen aspal
rendah). Sedangkan Void in the mix
terhadap rongga. Besarnya nilai
(VITM) atau rongga dalam campuran
VFWA berpengaruh terhadap
biasanya dinyatakan dalam persen
kekedapan campuran terhadap udara
rongga terhadap campuran total. Nilai
dan air yang akan berpengaruh
VITM berpengaruh terhadap
terhadap keawetan suatu perkerasan.
kekedapan campuran. Kekedapan yang
VFWA yang terlalu tinggi
dimaksud adalah kekedapan terhadap
menyebabkan terjadinya bleeding,
udara dan air. Nilai VITM
sebaliknya VFWA yang terlalu kecil
menunjukkan juga nilai kekakuan dari
kekedapan campuran berkurang. Udara
campuran. Nilai VITM yang kecil
mudah masuk, mengoksidasi aspal dan
berarti mempunyai nilai kekakuan
air yang masuk ke rongga akan
yang tinggi dibanding dengan nilai
melarutkan bagian aspal yang
VITM yang Besar. Nilai VITM yang
teroksidasi tersebut sehingga keawetan
kecil berarti rongga yang ada dalam
campuran berkurang. Pada penelitian
campuran itu sedikit dan mempunyai
ini peningkatan kadar filler
kekedapan yang besar. Persen rongga
menyebabkan kecenderungan
dalam campuran yang disyaratkan
persentase rongga yang terisi aspal
Bina Marga adalah 3 % - 6 %. Pada
semakin meningkat. Hal ini akan
penelitian ini terjadi kecenderungan
menyebabkan campuran aspal menjadi

62 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 2 Desember 2015 56-66


semakin kedap terhadap air dan udara menerima beban, maka deformasi
sehingga akan meningkatkan keawetan akibat beban tersebut semakin
campuran. mengencil yang berarti nilai flow
Stabilitas adalah suatu menjadi kecil. Dari penelitian ini
kemampuan untuk menahan deformasi terlihat bahwa penurunan terkecil
akibat adanya beban. Nilai stabilitas terjadi pada campuran dengan kadar
dari suatu perkerasan menunjukkan komposisi fly ash 100 % untuk kadar
besarnya kemampuan dari lapis aspal 6,5 %.
perkerasan untuk menahan deformasi Nilai QM ( Quotient Marshall)
akibat beban lalu lintas yang bekerja di merupakan pendekatan terhadap
atas lapis perkerasan tersebut. Nilai tingkat kekakuan atau fleksibilitas dari
stabilitas yang tinggi menunjukkan campuran. Campuran yang memiliki
bahwa perkerasan tersebut mampu nilai fleksibilitas rendah ditunjukkan
menahan beban lalu lintas yang besar. dengan nilai QM yang tinggi dimana
Stabilitas yang tinggi dicerminkan campuran memiliki sifat kaku.
dengan kerapatan dari campuran yang Sebaliknya apabila nilai QM rendah
tinggi. Hubungan. Pada penelitian ini, berarti campuran akan fleksibel, akan
kenaikan kadar filler fly ash hingga 2 tetapi campuran ini akan mengalami
% akan menaikkan stabilitas campuran deformasi yang besar pada saat
untuk kemudian menurun. Kenaikan menerima beban. Besarnya QM
nilai stabilitas hingga kadar filler 2 % tergantung pada besarnya stabilitas dan
terjadi karena masuknya filler mengisi flow. Nilai QM merupakan pembagian
rongga yang ada dalam campuran akan dari nilai stabilitas dengan nilai flow.
menambah kerapatan campuran pada Nilai flow ini tercermin dari tingkat
kondisi optimumnya dan plastisitas dari campuran. Persyaratan
meningkatkan Interlocking (sifat saling nilai QM ditetapkan sebesar 1,5
mengunci) antar agregat penyusunnya, sampai 5 kN/mm. Perekarasan dengan
Sebaliknya, dengan ditingkatkannya nilai QM lebih kecil dari 1, 5 kN/mm
kadar filler di atas 2 % hingga 5 % mempunyai sifat yang terlalu plastis
justru akan meningkatkan filler yang sehingga pada saat menerima beban
ikut menyerap aspal setelah mencapai akan mudah tergeser. Apabilai nilai
kondisi optimumnya sehingga malah QM melebihi 5 kN/mm perkerasan
menurunkan stabilitas campuran. akan berkurang sifat fleksibilitasnya
Flow atau kelelahan dan berakibat mudah terjadi cracking
menunjukkan besarnya deformasi dari (retak) saat menerima beban lalu lintas.
campuran akibat beban yang bekerja
pada perkerasan. Kadar filler yang 2. Pengaruh kadar filler terhadap nilai
meningkat akan mengurangi besarnya koefisien kekuatan Relatif (a1)
rongga dalam campuran dan dan akan campuran HRA pada berbagai
kadar aspal
menambah kerapatan campuran.
Jenis dan kualitas material yang
Apabila campuran yang memiliki
digunakan untuk masing-masing lapis
kerapatan meningkat kemudian

Kajian Karakteristik Marshall dan Koefisien Kekuatan Relatif Lapis .. (Junaidi) 63


perkerasan, akan menentukan nilai kekuatan relatif pada penelitian ini
'koefisien kekuatan' relatif masing- adalah seperti pada tabel 4 di bawah.
masing. Kekuatan relatif merupakan Visualisasi karakteristik campuran
suatu nilai yang memperhitungkan HRA dengan filler abu batu dan fly ash
kekuatan bahan dan penggunaan dapat dilihat pada grafik gambar 1
material (sebagai lapis permukaan, yang menunjukkan hubungan antara
lapis pondasi atau lapis pondasi kadar aspal dan koefisien kekuatan
bawah). Besarnya nilai koefisien relatif (a1) bahan.

Tabel 4. Nilai Stabilitas dan koefisien kekuatan relatif (a1) pada berbagai kadar
aspal
Kadar Filler
No Aspal 100% Abu Batu 50% AB 50% FA 100% Fly Ash
(%) q (kg) a1 q (kg) a1 q (kg) a1
1 4.50 1356.39 0.35578 680.165 0.27942 952.844 0.31441
2 5.00 1497.32 0.3683 1291.44 0.34972 1043.69 0.3246
3 5.50 1622.25 0.37878 1263.1 0.34702 1243.91 0.34516
4 6.00 1544.86 0.37235 1586.17 0.37581 1256.15 0.34635
5 6.50 1579.36 0.37524 1464.77 0.36548 1387.72 0.35863

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa malah menurunkan kinerja perkerasan


pada kadar aspal antara 4,5 sampai HRA. Penyebab dari hal ini dapat
6,5 %, makin tinggi kadar aspal makin dianalisa dari fungsi filler yang
tinggi nilai a1. Pada kadar filler 100% seharusnya mengisi rongga-rongga
abu batu, nilai a1 berkisar antara 0,35 antar butiran dan memperkuat
hingga 0,37, pada kadar filler kepadatan campuran tetapi justru filler
campuran 50% abu batu dan 50% fly fly ash memiliki daya absorsi terhadap
ash, nilai a1 antara 0,27 hingga 0,36, aspal yang lebih tinggi dibanding abu
sedangkan pada kadar filler 100% fly batu sehingga proporsi lekatan aspal
ash, nilai a1 antara 0,31 hingga 0,35. terhadap agregat campuran lebih
Berdasarkan tiga variasi rendah dibanding lekatan aspal
campuran dengan kadar abu batu dan terhadap agregat dengan menggunakan
fly ash yang berbeda ini, tampak filler abu batu. Meskipun demikian,
bahwa pada kadar campuran HRA nilai a1 yang ada masih berada di atas
dengan 100% filler abu batu memiliki batas nilai a1 berdasarkan standar
rentang nilai a1 tertinggi, sedangkan perencanaan HRA yang ada sebesar
campuran HRA dengan 100% filler fly 0,30. Hal ini menunjukkan bahwa
ash cenderung memiliki rentang nilai pemanfaatan agregat sirtu galian C
a1 terendah. Hal ini menunjukkan memenuhi syarat sebagai bahan
bahwa penambahan zat aditive fly ash perkerasan HRA, baik menggunakan
sebagai filler pada campuran HRA filler abu batu maupun fly ash.

64 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 2 Desember 2015 56-66


0.39

Koefisien kekuatan relatif


0.37
0.35
0.33
(a1) 0.31
Filler 100% abu batu
0.29
Filler 50% abu batu 50% fly ash
0.27
Filler 100% fly ash
0.25
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
Kadar aspal (%)
Gambar 1. Hubungan Antara Kadar Aspal dan Koefisien Kekuatan Relatif (a1)

SIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH


Dari hasil penelitian dan pembahasan Tulisan ini diolah dari data sebagian
maka dapat diambil simpulan bahwa laporan Penelitian Terapan DIPA
sirtu galian C dapat digunakan sebagai Politeknik Negeri Semarang Tahun
bahan campuran aspal. Hal ini dapat 2015. Penulis mengucapkan terima
dilihat berdasarkan nilai stabilitasnya, kasih yang sebesar-besarnya kepada
campuran aspal dengan agregat sirtu P3M Politeknik Negeri Semarang dan
galian C memiliki nilai stabilitas di staf Laboratorium Bahan Jurusan
atas 744, yang berarti dapat Teknik Sipil sehingga penelitian ini
mendukung lalu lintas dengan dapat dilaksanakan. Penulis juga
kepadatan berat. Berdasarkan hasil mengucapkan terima kasih kepada
ploting data-data parameter marshall redaksi dan reviewer jurnal ini yang
terhadap persyaratan Bina Marga, telah memberikan koreksi dan
diperoleh kadar aspal optimum 6,5 %. masukan bagi penyempurnaan tulisan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ini.
pada tinjauan kadar aspal antara 4,5
sampai 6,5 %, tampak bahwa makin DAFTAR PUSTAKA
tinggi kadar aspak makin tinggi nilai AASHTO, 1982, Standard
a1 berkisar antara 0,28 hingga 0,38. Specification for
Sedangkan berdasarkan tiga variasi Transportation Material and
campuran dengan kadar abu batu dan Methods of Sampling and
fly ash yang berbeda menunjukkan Testing, Part 1, Specification,
bahwa pada kadar campuran HRA 13th Edition, page 10-180,
dengan 100% filler abu batu Washington DC
menunjukkan nilai a1 tertinggi. Hal ini Asphalt Institute, 1983, Principles of
menunjukkan bahwa penambahan zat Construction of Hot-Mix
aditive fly ash sebagai filler pada Asphalt Pavements, Manual
campuran HRA malah menurunkan Series No. 22 (MS.22),
kinerja perkerasan HRA. Kentucky, USA

Kajian Karakteristik Marshall dan Koefisien Kekuatan Relatif Lapis .. (Junaidi) 65


British Standard Institution/BS 594, Mulyono, A.T., 1998, Pengaruh
1985, Specification for Karakteristik Agregat Kasar
Constituent Materials and dan Aspal Terhadap Nilai
Asphalt Mixtures, Hot Rolled Koefisien Kekuatan Relatif
Asphalt for Road and Other Lapisan dan kekakuan Hot
Paved Areas, Ministry of Rolled Asphalt (HRA) Sebagai
Transportation, London Lapis Permukaan Struktural,
Departemen Pekerjaan Umum Simposium 1 FSTPT, Bandung
Direktorat Jenderal Bina Perda Kabupaten Temanggung, 2008,
Marga, 2001, Petunjuk Rencana Pembangunan Jangka
Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Panjang Daerah Kabupaten
(LASTON) Untuk Jalan Raya,. Temanggung Tahun 2005-2025
Departemen Pekerjaan Umum, Polytechnic of Education Development
Jakarta Centre (PEDC), 1983,
Junaidi, 2012, Penerapan IPTEKS Teknologi Bahan 4, PEDC,
Lubang Resapan Biopori (LRB) Bandung
Dalam Rangka Konservasi Prabandiyani, R.W., 2008,
Lahan dan Air di Desa Pemanfaatan Limbah Batubara
Munggangsari Kab. (Fly Ash) Untuk Stabilisasi
Temanggung Menghadapi Tanah Maupun Keperluan
Permasalahan Penambangan Teknik Sipil Lainnya Dalam
Galian C, Pengabdian Kepada Mengurangi Pencemaran
Masyarakat, UP2M Politeknik Lingkungan, Pidato
Negeri Semarang Pengukuhan Guru Besar FT
Mardiono, 2008, Pengaruh Universitas Diponegoro,
Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Semarang
Ash) Dalam Beton Mutu Siswosubroto, B.I., 1994, Peranan
Tinggi, Jurusan Teknik Sipil Filler pada Sifat-sifat Teknik
dan Perencanaan Universitas Campuran Hot Rolled Asphalt,
Gunadharma Konferensi Tahunan Teknik
Misbachul Munir, 2008, Pemanfaatan Jalan Ke-5, Volume 3 Peralatan
Abu Batubara (Fly Ash) Untuk dan Bahan, Bandung
Hollow Block Yang Bermutu Sukirman S, 1999, Perkerasan Lentur
dan Aman bagi Lingkungan, Jalan Raya, Penerbit NOVA,
Tesis, Magister Ilmu Bandung
Lingkungan, Fakultas Suparma L.B, 2004, Bahan Kuliah
Pascasarjana Universitas Pelaksanaan Perkerasan,
Diponegoro, Semarang Teknik Sipil Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta

66 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 2 Desember 2015 56-66

You might also like