You are on page 1of 11

Jurnal Psikologi ISSN 0215-8884 (Print)

Volume 45, Nomor 3, 2018: 189 – 199 ISSN 2460-867X (Online)


DOI: 10.22146/jpsi.28530 https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi

Kepribadian dan Self-Regulated Learning


Personality and Self-Regulated Learning

Asina Christina Rosito1


Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen

Abstract. There were few studies in Indonesia that had investigated the importance of
personality in learning. This hypothesis of this study was there would be significance effect
of the dimensions of personality based on Big Five Personality Traits Model on self-
regulated learning. This study involved 342 college students. The instrument used were Big
Five Personality scale and self-regulated learning scale. The result showed that 28,9% were
categorized in extraversion type, 19% were categorized in conscientiousness, 17,5% in
agreeableness and 14.9% were categorized in openness. Analysis of regression showed that
there is significant effect of personality on self-regulated learning (R= 0,627; R2 = 39,3%; F=
43,43; p-value <0,001). Further analysis showed that between five dimensions of personality,
only conscienstiousness and openness that have spesific contribution on self-regulated
learning. It is important then to explore the most effective strategy to improve personal
characteristics such as eager to learn new things, work hard and discipline
Keywords: big five personality traits; conscientiousness; opennes; personal characteristics
in learning; self-regulated learning

Abstrak. Kajian tentang dinamika kepribadian sebagai salah satu faktor yang
memengaruhi perilaku belajar masih relatif minim dilakukan di Indonesia. Hipotesis yang
diuji dalam penelitian ini adalah dimensi-dimensi kepribadian berdasarkan model Big Five
Personality Traits dapat memprediksi self-regulated learning. Partisipan penelitian berjumlah
342 mahasiswa Universitas HKBP Nommensen. Teknik pengumpulan data menggunakan
skala Big Five Personality dan skala self-regulated learning. Hasil analisis menunjukkan bahwa
tipe neuroticsm mendominasi dimana ada 99 orang (28,9%) tergolong tipe ini, disusul
dengan extraversion sebanyak 67 orang (19,6%). Selanjutnya, terdapat 65 orang (19,0%)
dengan tipe kepribadian conscientiousness, 60 orang (17,5%) dengan tipe kepribadian
agreeableness, dan yang paling sedikit adalah tipe kepribadian openness yaitu 51 orang
(14.9%). Analisis regresi menunjukkan bahwa tipe kepribadian Big Five Personality Traits ini
dapat memprediksi secara signifikan terhadap self-regulated learning (R= 0,627; R2 = 39,3%;
F= 43,43; p-value <0,001) secara khusus untuk dimensi kepribadian conscienstiousness dan
openness.
Kata kunci: big five personality traits; conscientiousness; karakteristik pribadi dalam
belajar; opennes; self-regulated learning

Dinamika 1 pembelajaran di perguruan pengelolaan belajar efektif dan efisien.


tinggi yang berbeda dibandingkan di Bagaimana mahasiswa mengelola dan
tingkat sekolah menengah menuntut mengatur pembelajarannya merupakan
mahasiswa untuk mampu melakukan faktor signifikan penentu pencapaian

1Korespondensi mengenai artikel ini dapat melalui:


asina.christina@hotmail.com

JURNAL PSIKOLOGI 189


ROSITO

akademiknya. Berbagai penelitian terda- Berkaitan dengan orientasi tujuan dari


hulu mencoba mengeksplorasi faktor- belajar, pembelajar dengan self-regulated
faktor apa saja yang memengaruhi penca- learning yang tinggi cenderung berorientasi
paian akademik dari seorang pembelajar. pada penguasaan tugas dimana mereka
Beragam hasil pun diperoleh dengan memiliki keinginan untuk memperoleh
kesimpulan umum bahwa kemampuan pemahaman tentang topik belajar, memilih
kognitif (misal: inteligensi) tidak menjamin tugas yang relatif lebih sulit, dan
pencapaian akademik atau prestasi belajar. menggunakan strategi belajar yang lebih
Menurut Zimmerman (dalam Schunk, efektif (Susetyo & Kumara, 2012; Tekeng &
2005), pencapaian pembelajar tidak dapat Alsa, 2016). Mereka dapat memilih strategi
secara menyeluruh dijelaskan oleh belajar yang efektif, mampu mengukur
keterampilan dan kapasitas individu, sejauh mana penguasaan mereka terhadap
melainkan ada juga peran faktor regulasi materi belajar, memberi koreksi pada diri
diri dan motivasi. Regulasi dalam konteks sendiri ketika diperlukan, dan juga
pembelajaran disebut sebagai self-regulatory menyadari pentingnya penggunaan
learning dilihat sebagai mekanisme yang strategi belajar (Sadeghy & Mansouri,
dapat menjelaskan adanya perbedaan 2014).
dalam pencapaian belajar di antara para Sebagai seorang staf pengajar di salah
pembelajar dan juga dapat dilihat sebagai satu perguruan tinggi swasta di Kota
alat untuk meningkatkan pencapaian Medan, Peneliti mengamati berbagai
belajar. Oleh karena itu, seorang perilaku mahasiswa baik dalam konteks
pembelajar perlu mengembangkan self- formal dan informal. Secara umum, ada
regulated learning. Menurut Pintrich (dalam saja perilaku belajar dan sikap yang kurang
Schunk, 2005) self-regulated learning adalah sesuai dengan tuntutan sebagai
suatu proses konstruktif dan aktif dimana mahasiswa. Misalnya, mahasiswa cende-
pembelajar menetapkan tujuan belajarnya rung kurang inisiatif dalam mencari tahu
dan berusaha untuk memonitor, mengelola berbagai informasi yang relevan dengan
dan mengontrol kognisi, motivasi, dan studinya sehingga ada saja kasus dimana
perilakunya demi mencapai tujuan yang mahasiswa berusaha merasionalisasikan
ditetapkan. Santrock (2009) menyatakan perilaku belajarnya yang tidak sesuai
bahwa self-regulated learning merupakan dengan arahan dosen, melalui pernyataan
belajar mengatur diri sendiri, diantaranya yang menyatakan tidak adanya sosialisasi
adalah self-generation dan pemantauan diri mengenai perubahan jam mata kuliah
(self-monitoring) dalam pikiran, perasaan, misalnya. Perilaku mencontek tetap terjadi,
dan perilaku-perilaku untuk mencapai dengan berbagai modus yang semakin
tujuan. tidak terduga. Perilaku mencoba mencari
Menurut Zimmerman (2002), pembe- jalan pintas dalam mengerjakan tugas
lajar dengan self-regulated learning yang kuliah juga terjadi, misalnya alih-alih
tinggi adalah mereka yang aktif meng- merancang bahan presentasinya sendiri,
arahkan energi, kognitif, dan perilakunya mahasiswa malah menjiplak materi
dalam proses belajar. Mereka bertahan ke- presentasi dari sumber yang tidak jelas di
tika menghadapi kesulitan atau tantangan internet. Banyak mahasiswa yang
dalam belajarnya. Mereka juga mencoba mengerjakan tugas rumah di kampus,
berbagai strategi belajar yang berbeda bahkan ketika perkulihan sedang berlang-
untuk mengoptimalkan hasil belajarnya. sung di dalam kelas.

190 JURNAL PSIKOLOGI


KEPRIBADIANDAN SELF-REGULATED LEARNING

Peneliti dalam berbagai kesempatan temannya. Berbagai perilaku di atas


mencoba berbincang dengan beberapa menggambarkan lemahnya self-regulatory
orang mahasiswa mencoba mengidentifi- learning mahasiswa. Prinsip dalam self-
kasi berbagai kendala yang mereka alami regulated learning pada dasarnya adalah
dalam mengikuti pembelajaran. Peneliti bekal bagi seorang individu untuk menjadi
melakukan wawancara dengan mahasiswa seorang long-life learner, pembelajar seumur
berinisial I.P, M.S, N.L, dan G.S pada 27 hidup.
Februari 2017 yang memiliki nilai IPK < 3.0. Mengingat bahwa terdapat berbagai
Ketika peneliti menanyakan kendala apa perbedaan yang dimiliki mahasiswa dalam
saja yang ditemui dalam perkuliahan. mengelola pembelajaran, maka dimensi
Secara umum menurut mereka ada kepribadian menjadi perhatian penting.
beberapa mata kuliah yang sulit, seperti Hal ini dikarenakan, unsur motivasional
mata kuliah Psikodiagnostik, Kepribadian, tampak krusial dalam pengelolaan diri
Statistika dan English Psychology. Ketika untuk proses belajar. Aspek motivational
ditanyakan lebih lanjut apa saja usahanya individu merupakan fitur dari kepribadian
untuk menguasai materi kuliah tersebut, yang mencerminkan kemauan/dorongan
secara umum mereka menggunakan seseorang untuk bertindak (Furnham &
bertanya pada teman, namun seringkali hal Chomorro- Premuzic, 2008). Beberapa hasil
itu kurang membantu karena sesama studi empiris menunjukkan pentingnya
teman juga kurang menguasai. Strategi aspek kepribadian sebagai prediktor dalam
mengulang-ulang membaca dilakukan, prestasi belajar (Mularsih, 2010; Hakimi,
tapi sering mengalami kendala sendiri Hejazi, & Lavasani, 2011; Komarajju,
karena kurang paham dengan apa yang Karau, Schmeck, & Avdec, 2011; Buju, 2013,
dibaca. Bertanya pada dosen tidak Hazrati-Viari, Rad, & Torabi, 2011).
dilakukan, karena merasa malu. Ketika O’Connor dan Paunonen (dalam Hazrati-
ditanyakan apakah mereka memiliki Viari, et al., 2011) menguraikan rasionalisasi
jadwal belajar harian yang teratur, semua akan peran kepribadian sebagai prediktor
mahasiswa tersebut mengatakan mereka prestasi belajar. Pertama, terdapat
tidak punya rencana belajar harian, hanya kecenderungan berperilaku yang tercermin
belajar di rumah ketika ada tugas, atau dalam kepribadian yang dapat
ketika akan diadakan kuis dan ujian. memengaruhi kebiasaan-kebiasaan terten-
Peneliti juga pernah melihat langsung hasil tu yang sangat terkait dengan pencapaian
tugas dari para mahasiswa ini dimana akademik seperti perseverence (ketekunan),
tugas individual yang mereka kumpulkan conscientiousness (kesadaran), talkativeness
kepada dosen adalah sama persis. Ternyata (kecenderungan senang berbicara). Kedua,
mereka menjiplak tugas dari teman mereka ketika kemampuan kogitif merujuk pada
yang lain. Saat peneliti mencoba mencari ‘apa yang dapat dilakukan’ oleh seorang
tahu apa kendalanya, mereka mengatakan siswa (what an individual can do), maka
lupa akan deadline pengumpulan tugas, kepribadian merujuk pada ‘apa yang akan
sehingga ketika mengetahui deadline dilakukan’ siswa tersebut (what an
tugasnya besok, maka malam sebelumnya individual will do). Ketiga, kepribadian
mereka mendatangi rumah temannya sebagaimana kemampuan kognitif, akan
untuk menjiplak hasil kerjanya. Ada juga dapat memprediksi pencapaian yang lebih
yang mengatakan bahwa mereka tidak baik pada siswa, secara khusus atribut
mengerti tugas tersebut, sehingga solusi kepribadian yang berhubungan dengan
yang dipilih adalah menjiplak hasil kerja motivasi. Maka, dapat disimpulkan bahwa

JURNAL PSIKOLOGI 191


ROSITO

kepribadian memberi pengaruh yang unik adalah karakteristik kepribadian yang


terhadap pencapaian belajar siswa. ditandai dengan dominasi oleh cemas,
Oleh karena itu, peneliti tertarik kehadiran emosi yang negatif seperti rasa
mengkaji bagaimana dimensi kepribadian khawatir, tegang, dan takut. b) Opennes
(dengan menggunakan model The Big Five (terbuka terhadap pengalaman) adalah
Personality Traits) dapat memprediksi self- karakteristik kepribadian yang ditandai
regulated learning. Di sisi lain, minimnya dengan keterbukaan wawasan dan orisinal
literatur penelitian dalam negeri tentang ide, menyukai berbagai informasi baru,
topik kajian tipe kepribadian dan prestasi senang belajar hal-hal yang baru. c)
belajar turut mendorong ketertarikan Extraversion (ekstraversi) adalah karak-
peneliti untuk mengeksplorasi peran teristik kepribadian yang ditandai dengan
kepribadian dalam peningkatan kualitas adanya semangat dan keantusiasan. d)
proses belajar melalui self-regulated learning. Conscientiousness adalah karakteristik
Berdasarkan penelusuran literatur imiah kepribadian yang ditandai dengan
yang peneliti lakukan, topik ini sudah bersungguh-sungguh dalam melakukan
banyak diteliti, baik di negara maju tugas, bertanggung jawab, dapat diandal-
maupun negara berkembang di Asia, Eropa kan, dan menyukai keteraturan dan
dan Amerika Serikat (contoh: Zarafshani, kedispilinan. e) Agreeableness (keber-
Sharafi, & Rajabi, 2011; Buju, 2013; setujuan) adalah karakteristik kepribadian
Komarajju, Karau & Schmeck, 2009; yang ditandai dengan memiliki ciri-ciri
Komarajju et al., 2011; Chamorro-Premuzic ketulusan dalam berbagi, kehalusan
& Furnham, 2003) yang menunjukkan perasaan, serta fokus pada hal-hal positif
minat terhadap peran kepribadian dari orang lain.
terhadap proses dan prestasi belajar. Variabel tergantung/terikat dalam
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini adalah self-regulated learning.
peneliti tertarik untuk melakukan peneli- Self-regulated learning adalah persepsi
tian dengan judul pengkajian tipe pembelajar tentang proses regulasi dalam
kepribadian dan hubungannya dengan self- kegiatan belajarnya. Untuk mengungkap
regulated learning. Hipotesis yang diajukan self-regulated learning digunakan Motivated
adalah dimensi-dimensi kepribadian Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ)
berdasarkan model Big Five Personality yang dikembangkan oleh Pintrich, Smith,
Traits dapat memprediksi self-regulated Garcia, & Mckeachie (1991). Sampel
learning. penelitian sebanyak 342 orang mahasiswa
aktif dari berbagai program studi di
Universitas HKBP Nommensen.
Metode
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Skala big five personality
tipe kepribadian Big Five Personality. Big Skala Big Five Personality dalam penelitian
Five Personality Traits adalah pengelom- ini diadaptasi dari Oliver’s Big Five
pokan lima himpunan besar kepribadian Inventory yang berbahasa Inggris yang
yang dapat digunakan untuk mencari telah diterjemahkan dalam Bahasa Indo-
perbedaan individu berdasarkan karakte- nesia dan sudah dilakukan uji validitas dan
ristiknya. Adapun dimensi-dimensi kepri- reliabilitas oleh Sianipar (2008). Skala ini
badian berdasarkan model ini menurut terdiri dari 76 aitem dengan distribusi
McCrae & Costa (dalam Feist & Feist, 2008, aitem seperti pada Tabel 1.
2010) adalah: a) Neuroticsm (neurotisme)

192 JURNAL PSIKOLOGI


KEPRIBADIANDAN SELF-REGULATED LEARNING

Tabel 1
Distribusi aitem-aitem skala Big Five Personality

Dimensi Nomor aitem Jumlah


Extraversion Favorable 1,11,16,26,36,45,56,70,73,75 16
Unfavorable 6,21,26,51,62,68
Agreeableness Favorable 7,17,22,32,42,46,52,57,63,76 16
Unfavorable 2,12,27,37,69,74
Conscientiousness Favorable 3,13,28,33,38,53,58,64 13
Unfavorable 8,18,23,43,47
Neuroticsm Favorable 4,14,19,29,39,59,71 13
Unfavorable 9,24,34,48,54,65
Openness Favorable 5,10,15,20,25,30,40,44,49,50,55,60,66,67,72 18
Unfavorable 35,41,61
Jumlah 76

Dalam skala ini disediakan empat Mckeachie (1993) dengan koefisien Alpha
pilihan jawaban yang mengacu pada Cronbach antara 0.52 sampai 0.80 (Duncan,
tingkat kesesuaian dengan keadaan McKeachie, 2005). Dalam skala ini
partisipan penelitian yang mengisi skala disediakan empat pilihan jawaban yang
tersebut. Pilihan jawaban tersebut adalah: mangacu pada tingkat kesesuaian dengan
Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai keadaan partisipan penelitian yang
(TS), Kurang Sesuai (KS), Cukup Sesuai mengisi skala tersebut. Pilihan jawaban
(CS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). tersebut adalah: Sangat Tidak Sesuai (STS),
Bobot penilaiannya bergerak dari angka 1 Tidak Sesuai (TS), Kurang Sesuai (KS),
sampai 6 untuk aitem favourable dan Cukup Sesuai (CS), Sesuai (S), dan Sangat
unfavourable. Sianipar (2008) telah menguji Sesuai (SS). Bobot penilaiannya bergerak
reliabilitas skala ini dan diperoleh hasil dari angka 1 sampai 6 untuk aitem
koefisien Alpha Cronbach antara 0.71 sampai favourable dan unfavourable. Data yang
0.82. Kemudian, Ramdhani (2012) telah diperoleh telah dianalisa dengan menggu-
melakukan penelitian tentang reliabilitas nakan teknik analisis regresi sederhana
alat ukur ini dan hasilnya adalah nilai dengan menggunakan bantuan program
koefisien Alpha Cronbach antara 0.73 sampai analisis Statistical Product and Service
0.79. Solution (SPSS) for windows 16.

Skala self-regulated learning


Hasil
Pengukuran self-regulated learning menggu-
nakan Motivated Strategies for Learning Analisa deskriptif terhadap data yang
Questionnaire (MSLQ) yang dikembangkan diperoleh berkaitan dengan bagaimana
oleh Pintrich, et al. (1991). Skala ini gambaran distribusi dari tipe kepribadian
dirancang untuk mengukur orientasi Big Five Personality bila ditinjau dari jenis
motivasi dan penggunaan strategi kelamin. Rangkuman hal tersebut tersaji
pembelajaran mandiri dalam konteks dalam Tabel 2.
pendidikan tinggi (Pintrich, Smith, Garcia,

JURNAL PSIKOLOGI 193


ROSITO

Tabel 2.
Gambaran sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dan tipe kepribadian

JK Neuroticsm Ekstraversion Conscientiousness Agreeableness Openness Total


Laki-laki 32/23,8% 25/18,6% 26/19,4% 30/22,3% 21/15,6% 134
Perempuan 67/32,2% 42/20,1% 39/18,7% 30/14.4% 30/14,4% 208
Total 99 67 65 60 51 342

Berdasarkan informasi pada Tabel 2, sederhana, diperoleh bahwa nilai F = 43,43


bisa disimpulkan bahwa mahasiswa dan signifikan pada p-value < 0,001. Hal ini
perempuan lebih banyak yang tergolong berarti bahwa model regresi yang dihasil-
pada tipe kepribadian neuroticsm dan kan ini, secara keseluruhan, dapat mem-
ekstraversion. Sementara itu, mahasiswa prediksi self-regulated learning. Berdasarkan
laki-laki lebih banyak yang tergolong pada analisis korelasi, diperoleh nilai R sebesar
tipe kepribadian conscientiousness, agree- 0,627 yang menunjukkan adanya korelasi
ableness, dan openness. Analisa deskriptif positif antara tipe kepribadian Big Five
selanjutnya berkaitan dengan bagaimana Personality dan self-regulated learning. Nilai
gambaran distribusi dari tipe kepribadian R2 = 0,393 yang diperoleh dari analisa data
Big Five Personality bila ditinjau dari menunjukkan bahwa variasi dalam self-
program studi sampel penelitian. Rang- regulated learning dapat dijelaskan sebesar
kuman hal tersebut tersaji dalam Tabel 3. 39,3% dari variasi tipe kepribadian Big Five
Hipotesis utama dalam penelitian ini Personality. Dengan kata lain, 60,7% variasi
adalah dimensi-dimensi kepribadian dalam self-regulated learning tidak dapat
berdasarkan model Big Five Personality dijelaskan oleh tipe kepribadian Big Five
traits dapat memprediksi self-regulated personality. Artinya, ada variabel lainnya
learning. Berdasarkan hasil analisis regresi yang memengaruhi self-regulated learning
selain tipe kepribadian ini.

Tabel 3.
Gambaran sampel penelitian berdasarkan program studi dan tipe kepribadian

Neuro- Ekstra- Conscien- Agree-


Program Studi Openness Total
ticsm version tiousness ableness
Manajemen 19 9 6 19 7 51
Ekonomi Pembangunan 7 5 1 7 3 22
Psikologi 12 4 10 12 3 31
Hukum 7 18 16 7 8 63
Agribisnis 14 7 7 14 4 35
Sastra Inggris 6 2 1 6 6 17
Pendidikan Bahasa Inggris 10 5 6 10 5 31
Pendidikan Ekonomi 9 3 9 9 2 27
Pendidikan Matematika 6 7 7 6 10 37
Pendidikan Bahasa Indonesia 9 7 2 9 3 28
Total 99 67 65 60 51 342

194 JURNAL PSIKOLOGI


KEPRIBADIANDAN SELF-REGULATED LEARNING

Dengan demikian, dapat disimpulkan 0,174; t-tes value = 1,244; dan p-value> 0,5.
bahwa hipotesis utama yang diajukan Dengan demikian hipotesis spesifik yang
dalam penelitian ini diterima, yaitu pertama ditolak; 2) Dimensi kepribadian
terdapat pengaruh yang signifikan dari tipe agreeableness tidak berperan terhadap self-
kepribadian Big Five Personality terhadap regulated learning. Hal ini dikarenakan hasil
self-regulated learning. Beberapa hipotesis analisis regresi menunjukkan β –value =
spesifik pada penelitian ini adalah sebagai 0,265; t-tes value = 1,424; dan p-value> 0,5.
berikut. 1) Terdapat peran negatif dimensi Dengan demikian hipotesis spesifik yang
neuroticism terhadap self-regulated learning; kedua ditolak; 3) Dimensi kepribadian
2) Terdapat peran positif dimensi extraversion tidak berperan terhadap self-
agreeableness terhadap self-regulated learning; regulated learning. Hal ini dikarenakan hasil
3) Terdapat peran negatif dimensi analisis regresi menunjukkan β –value =
extraversion terhadap self-regulated learning; 0,124; t-tes value = 0,782; dan p-value> 0,5.
4) Terdapat peran positif dimensi openness Dengan demikian hipotesis spesifik yang
terhadap self-regulated learning; 5) Terdapat ketiga ditolak; 4) Dimensi kepribadian
peran positif dimensi conscientiousness openness berperan terhadap self-regulated
terhadap self-regulated learning. Untuk learning. Hal ini didukung oleh hasil ana-
menguji beberapa hipotesis spesifik lisis regresi yang menunjukkan β–value =
tersebut, analisis regresi lanjutan 0,692; t-tes value = 4,466; dan p-value< 0,001.
menunjukkan model parameter dan nilai Dengan demikian hipotesis spesifik yang
signifikansi untuk masing-masing dimensi keempat diterima; 5) Dimensi kepribadian
kepribadian, seperti yang terangkum conscientiousness berperan terhadap self-
dalam Tabel 4. regulated learning. Hal ini diperoleh dari
hasil analisis regresi yang menunjukkan β –
Tabel 4. value = 1,620;t-tes value = 8,831; dan p-value<
Hasil analisis regresi untuk masing-masing 0,001. Dengan demikian hipotesis spesifik
dimensi kepribadian dalam Big Five Personality yang kelima diterima.
terhadap self-regulated learning

Dimensi Β p Diskusi
Neuroticsm 0,17 0,21
Agreeableness 0,26 0,15 Tujuan penelitian ini adalah; 1) mengetahui
Extraversion 0,12 0,43 gambaran kepribadian berdasarkan model
Openness 0,69** 0,00 Big Five Personality Traits Theory pada
Conscientiousness 1,62** 0,00 mahasiswa Universitas HKBP
Note. N= 342. ; **p<.01 Nommensen, 2) mengetahui gambaran self-
Berdasarkan hasil analisis regresi untuk regulated learning pada mahasiswa
menguji kontribusi masing-masing dimen- Universitas HKBP Nommensen, dan 3)
si kepribadian terhadap self-regulated mengetahui apakah terdapat pengaruh
learning dalam model regresi yang kepribadian berdasarkan model Big Five
dihasilkan, seperti yang terangkum dalam Personality Traits Theory terhadap self-
Tabel 4, maka dapat disusun kesimpulan regulated learning.
sebagai berikut. 1) Dimensi kepribadian Berdasarkan hasil analisa deskriptif
neuroticsm tidak berperan terhadap self- terhadap 342 orang mahasiswa aktif
regulated learning. Hal ini dikarenakan hasil Universitas HKBP Nommensen, yang
analisis regresi menunjukkan β –value = tersebar dari berbagai program studi,

JURNAL PSIKOLOGI 195


ROSITO

diperoleh gambaran bahwa tipe kepriba- yang dominan pada dimensi ini bersifat
dian yang paling banyak adalah tipe nervous, high-strung, tense, worried, pessi-
kepribadian neuroticsm, yaitu sebanyak 99 mistic, anxious, temperamental, self-pitying,
orang (28,9%), disusul dengan tipe self-conscious, emotional dan vulnerable to
kepribadian extraversion dengan 67 orang stress related disorders. Individu mudah
(19,6%), kemudian tipe kepribadian marah dan cenderung sulit bersama orang
conscientiousness sebanyak 65 orang lain untuk waktu yang lama. Pola karakter
(19,0%), lalu tipe kepribadian agreeableness ini secara umum dikenal sebagai ciri dari
sebanyak 60 orang (17,5%) dan yang paling individu dengan latar belakang budaya
sedikit adalah tipe kepribadian openness Batak, dimana orang Batak dikenal
yaitu sebanyak 51 orang (14,9%). Penelitian temperamental, impulsif, cemas, dan
senada pernah dilakukan oleh Rosito & rentan terhadap stres, dan lainnya yang
Ambarita (2016) pada satu siswa SMU merupakan gambaran dari tipe kepri-
Swasta di kota Medan dimana penelitian badian neuroticsm. Berbagai emosi negatif
tersebut bertujuan untuk mengetahui tersebut dapat menghambat regulasi
apakah terdapat korelasi antara belajar individu dan motivasi untuk belajar
kepribadian dengan model Big Five (Mega, Ronconi, & De Beni, 2014).
Personality Traits dengan prestasi akademik Berdasarkan hasil analisa deskriptif
pada siswa remaja. Hasil dari analisis terhadap variabel self-regulated learning,
deskripsi menunjukkan bahwa sebagian dapat dilihat bahwa secara umum kondisi
besar siswa (27,9%) tergolong dalam tipe self-regulated learning mahasiswa Univer-
kepribadian neuroticsm. Kesamaan dalam sitas HKBP Nommensen berada pada
kedua penelitian ini adalah hampir kategori sedang. Hal ini diketahui dari
keseluruhan dari partisipan penelitian perbandingan antara mean hipotetik dan
berlatar belakang suku Batak. Dominasi mean empirik, dimana selisihnya hanya
dalam tipe kepribadian neuroticsm ini dapat sedikit (sebesar 1.5 poin) sehingga
dikaitkan dengan budaya dari Suku Batak termasuk kategori sedang. Self-regulated
itu sendiri. Dewi (2004) dalam learning merupakan konsep penting yang
penelitiannya menemukan adanya perbe- berorientasi pada pengembangan kapasitas
daan yang signifikan mengenai anteseden seorang individu dalam mengelola
kemarahan interpersonal, trait anger, anger pembelajarannya dengan berorientasi pada
in expression-in, anger expression control-out, pencapaian tujuan belajar (Zimmerman,
dan anger expression control-in pada orang 2008). Bandura (dalam Fasikhah &
Batak dan orang Jawa. Orang Batak terlihat Fatimah, 2013), menyatakan bahwa self-
ekspresif dalam mengungkapkan rasa regulated learning yaitu proses di mana
marahnya dan trait anger cukup sering seseorang dapat mengatur pencapaian dan
muncul terutama pada laki-laki. Pola-pola aksi mereka sendiri dengan menentukan
perilaku khusus yang tampak dari suku target, mengevaluasi kesuksesan seseorang
bangsa Batak dapat menggambarkan saat mencapai target dan memberikan
kepribadian mereka. Pola-pola perilaku penghargaan karena sudah mencapai
tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai dari tujuan tertentu.
suku bangsa itu sendiri.
Hasil penelitian ini menunjukkan
Dimensi neuroticsm berhubungan bahwa secara keseluruhan terdapat peran
dengan dua emosi dasar yaitu fear (rasa yang signifikan dari kepribadian terhadap
takut) dan angry (rasa marah). Individu self-regulated learning. Hal ini menunjukkan

196 JURNAL PSIKOLOGI


KEPRIBADIANDAN SELF-REGULATED LEARNING

bahwa pola-pola perilaku yang menetap melakukan penyesuaian pada suatu ide
dalam diri individu (dalam hal ini disebut atau situasi yang baru. Seseorang dengan
dengan kepribadian), dengan dimensi tingkat openness yang tinggi digambarkan
neuroticsm, extraversion, openness, agree- sebagai seseorang dengan nilai creative,
ableness dan conscientiousness, dapat menja- imaginative, curious, liberal, dan have a
di salah satu prediktor yang akurat akan preference for variety. Mereka cenderung
kapasitas individu dalam mengelola konsisten dalam mencari pengalaman yang
pembelajarannya yang berbasis pada berbeda dan bervariasi. Dimensi ini
tujuan. Secara spesifik, diketahui juga dari diperlukan dalam mengelola pembelajaran
hasil penelitian ini bahwa dari antara lima dimana self-regulated learning menuntut
dimensi kepribadian tersebut, ada dua individu untuk bersedia mencari tahu dan
dimensi yang berperan secara spesifik mempelajari berbagai sumber daya belajar
terhadap self-regulated learning yaitu yang dapat dimanfaatkan untuk pening-
dimensi conscientiousness dan openness. katan kemampuan belajarnya. Selain itu,
Dimensi conscientiousness berasosiasi inisiatif dalam mencari bantuan baik dari
dengan perilaku disiplin, pekerja keras, guru, teman, atau orang dewasa lainnya
teratur, tertib, seperti merencanakan dan sebagai bentuk dari keterbukaan terhadap
mengorganisir tugas, berperilaku dengan pengalaman dan terhadap orang di
rasa tanggung jawab dan berambisi untuk sekitarnya, dapat membantu individu
sukses di bidang akademik. Individu untuk meningkatkan pencapaian tujuan
dengan kategori kepribadian conscientious- pembelajarannya.
ness menjadi variabel prediktor yang
sangat signifikan bagi keberhasilan Kesimpulan
individu dalam mencapai prestasi belajar
di bangku sekolah menengah dan di Berdasarkan hasil uji hipotesis utama
perguruan tinggi (Surna-Pandeirot, 2014). dengan menggunakan analisa regresi,
Dalam mengembangkan self-regulated diperoleh hasil bahwa secara umum, model
learning, dimensi ini sangat terkait, karena regresi yang dihasilkan menunjukkan
self-regulated learning menuntut kesadaran bahwa kepribadian dengan model Big Five
individu akan perlunya tujuan, perenca- Personality Traits ini memberikan pengaruh
naan, monitoring dalam mengarahkan signifikan terhadap self-regulated learning.
perilakunya dalam konteks pembelajaran. Berdasarkan hasil uji regresi selanjutnya
Sehingga, semakin tinggi dimensi ini yang melihat secara spesifik kontribusi dan
dalam kepribadian individu, maka akan signifikansi dari tiap dimensi kepribadian,
semakin tinggi kapasitas individu tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat dimensi
dalam regulasi belajarnya. kepribadian conscienstiousness dan openness
berperan terhadap self-regulated learning.
Dimensi openness mengacu pada aspek
kreatif dan inovatif dari seseorang, dimana
Saran
pribadi secara konsisten mencari
pengalaman berbeda dan beragam. Bagi penelitian selanjutnya, dapat lebih
Individu yang tinggi dalam dimensi ini mengkaji sejauh mana unsur kebudayaan
cenderung proaktif dalam melakukan memengaruhi tipe kepribadian dan
pencarian, memiliki rasa ingin tahu yang dampaknya pada self-regulated learning.
tinggi, dan menghargai pengalaman untuk Untuk itu, perlu memperluas cakupan
diri sendiri. Mereka cenderung mampu penelitian ke populasi dari latar belakang

JURNAL PSIKOLOGI 197


ROSITO

budaya lainnya seperti suku Jawa, suku and Behavioral Science, 29, 836-845. doi:
Sunda, dan lainnya. 10.1016/j.sbspro.2011.11.312
Hazrati-Viari, A., Rad, A. T., & Torabi, S. S.
Kepustakaan (2011). The effect of personality traits
on academic performance: The
Buju, S. (2013). Personality profile of mediating role of academic motivation.
students with technical academic Procedia-Social and Behavioral Science, 32,
performance. Procedia-Social and 367-371. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.
Behavioral Science, 78, 56-60. 01.055
Chamorro-Premuzic, T. & Furnham, A. Komarraju, M., Karau, S. J., & Schmeck, R.
(2003). Personality traits and academic R. (2009). Role of the Big five
examination performance. European personality traits in predicting college
Journal of Personality, 17, 237-250. doi: students’ academic motivation and
10.1002/per.473 achievement. Personality and Individual
Dewi, Z. L. (2004). Antesenden, pengalaman, differences, 19, 47-52. doi: 10.1016/
ekspresi, dan kontrol marah pada orang j.lindif.2008.07.001
Batak dan orang Jawa (Tesis). Depok: Komarraju, M., Karau, S. J., Schmeck, R. R.,
Program Pascasarjana Fakultas & Avdic, A. (2011). The Big five
Psikologi Universitas Indonesia. personality traits, learning styles, and
Duncan, T. C., & McKeachie, W. J. (2005). academic achievement. Personality and
The making of the motivated strategies Individual Differences, 51, 472-477. doi:
for learning questionnaire. Educational 10.1016/j.paid.2011.04.019
Psychologist, 40(2), 117-128. doi: 10.12 Mega, C., Ronconi, L. & De Beni, R. (2014).
07/s15326985ep4002_6 What makes a good student? How
Fasikhah, S. S. & Fatimah, S. (2013). Self- emotions, self-regulated learning, and
regulated learning (SRL) dalam motivation contribute to academic
meningkatkan prestasi akademik pada achievement. Journal of Educational
mahasiswa. Jurnal Ilmiah Psikologi Psychology, 106(1), 121-131. doi: 10.
Terapan, 1(1), 145-155. doi: 10.22219/ 1037/a0033546.
jipt.v1i1.1364
Mularsih, H. (2010). Strategi pembelajaran,
Feist, J. & Feist, J. G. (2008). Teori kepribadian
tipe kepribadian dan hasil belajar
(ed. 6). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bahasa Indonesia pada siswa Sekolah
Feist, J. & Feist, J. G.(2010). Teori kepribadian Menengah Pertama. Makara, Sosial
(Buku 2). Jakarta: Penerbit Salemba Humaniora, 14(1), 65-74. doi: 10.7454/
Humanika. mssh.v14i1.573
Furnham, A. & Chamorro-Premuzic, T. Pintrich, P. R., Smith, D. A. F., Garcia, T., &
(2008). Personality, intelligence and Mckeachie, W. J. (1991). Manual for the
approaches to learning as predictors of Use of Motivated Strategies for Learning
academic performance. University Questioonaire (MSLQ). USA: National
College London: Elsevier. Centre for Research to Improve
Hakimi, S., Hejazi, E., & Lavasani, M. G. Postsecondary Teaching and Learning.
(2011). The relationship between Pintrich, P. R., Smith, D. A. F, Garcia, T.,
personality traits and students’ Mckeachie, W. J. (1993). Reliability and
academic achievement. Procedia-Social predictive validity of the Motivated

198 JURNAL PSIKOLOGI


KEPRIBADIANDAN SELF-REGULATED LEARNING

Strategies for Learning Questionnaire Psikologi pendidikan. Jakarta: Penerbit


(MSLQ). Educational and Psychological Erlangga
Measurement, 53, 801-813. doi: 10.1177/ Susetyo, Y. F., & Kumara, A. (2012).
0013164493053003024 Orientasi tujuan, atribusi penyebab,
Rosito, A. C. & Ambarita, T. F. A. (2016). dan belajar berdasar regulasi diri.
Pengkajian tipe kepribadian dan Jurnal Psikologi UGM, 39(1), 95-111. doi:
hubungannya dengan prestasi belajar 10.22146/jpsi.6969
pada siswa Sekolah Menengah Atas. Tekeng, N. Y., & Alsa, A. (2016). Peranan
Jurnal Psikologi Universitas HKBP kepuasan kebutuhan dasar psikologis
Nommensen, 3(1), 39-64. dan orientasi tujuan mastery approach
Sadeghy, A. R. & Mansouri, A. (2014). The terhadap belajar berdasar regulasi diri.
relationship between learners’ goal Jurnal Psikologi UGM, 43(2), 85-106. doi:
oriented and self-regulated learning 10.22146/jpsi.22856
and their endorsement of L2 learning Zarafshani, K. Sharafi, L., & Rajabi, S. (2011).
strategies. International Journal of Using the Myers-Briggs Type Indicator
Language Learning and Applied (MBTI) in the teaching of
Lingustics World, 5(2), 574-593. entrepreneurial skills. International
Santrock, J. W. (2009). Psikologi pendidikan Journal of Science and Technology
(ed. 3). Jakarta: Salemba Humanika. Education Research, 2(4), 66-74.
Schunk, D. H. (2005). Self-regulated Zimmerman, B. J. (2002). Becoming a self-
learning: The educational legacy of regulated learner: An overview.
Paul R. Pintrich. Educational Psycho- Theory into Practice, 41, 64-70. doi: 10.
logist, 40, 85-94. doi: 10.1207/ 1207/s15430421tip4102_2
s15326985ep4002_3 Zimmerman, B. J. (2008). Investigating self-
Sianipar, S. (2008). Gambaran kepribadian regulation and motivation: Historical
suku bangsa batak Toba menggunakan Big background, methodological
Five Inventory. Naskah tidak developments, and future prospects.
dipublikasikan. Universitas Sumatera American Educational Research Journal,
Utara, Medan. 45, 166-183. doi: 10. 3102/ 0002831
Surna, I. N. & Pandeirot, O. D. (2014). 207312909

JURNAL PSIKOLOGI 199

You might also like