You are on page 1of 10

Jurnal Spasial

Nomor 1, Volume 4, 2017

REBOISASI/PENGHIJAUAN (PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN


BENCANA LONGSOR)
Penulis : Ade Irma Suryani
Sumber : Nomor 1, Volume 4, 2017
Diterbitkan Oleh : Program Studi Pendidikan Geografi, STKIP PGRI Sumatera Barat

Untuk Mengutip Artikel ini :


Suryani, Ade Irma. 2017. Reboisasi/Penghijauan(Peran Serta Masyarakat Dalam
Penanggulangan Bencana Longsor). Jurnal Spasial, Volume 4, Nomor 1, 2017: 1-9.
Padang. Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Copyright © 2017, Jurnal Spasial


ISSN: 2540-8933 EISSN: 2541-4380

Program Studi Pendidikan Geografi


STKIP PGRI Sumatera Barat
Jurnal
Ade Penelitian,
Irma Suryani Terapan Nomor 4, Volume 1, 2017

Ilmu Geografi, dan


Jurnal Spasial
Volume 4, Nomor 1, 2017
Pendidikan Geografi http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/spasial

REBOISASI/PENGHIJAUAN (PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN


BENCANA LONGSOR)

Ade Irma Suryani1


1Program Studi Pendidikan Geografi, STKIP PGRI Sumatera Barat, adeirmasuryani610@yahoo.com

ARTIKEL INFO ABSTRACT

Keyword: Greening is in need, by the choice of plants, forest rejuvenation, establish


Penghijauan, community forests. It also includes the manufacture of building erosion control,
Penaggulangan, bencana longsor
with the aim to preserve land. In its management, watershed should be seen as a
unified land resource. So let wise watershed management based on the
relationship between human needs and the availability of resources to meet the
human needs. Watershed management usually refers to the management of the
two component which is considered the most important, namely land and water
resources. As for the other elements, such as climate, vegetation, relief and
humans, is needed as factors in the management of. Community participation in
watershed management is very helpful for the landslide disaster mitigation
community participation can be expected through a few things, one of them did
trees plantation / reforestation together, and the other is also expected that the
community in order to maintain the environment around the residence with
attention to environmental cleanliness. Do not throw garbage in the gutter or
the yard of the house, those things that could be considered to mitigate
landslides.

Penghijauan sangat di perlukan, dengan melakukan pemilihan jenis tanaman,


peremajaan hutan, membentuk hutan rakyat. Termasuk juga pembuatan
bangunan pencegah erosi, dengan tujuan untuk mengawetkan tanah.Dalam
pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan
sumberdaya darat. Sehingga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan
pada hubungan antara kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya untuk
memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Pengelolaan DAS biasanya mengacu
pada pengelolaan dua anasirnya (component) yang dianggap terpenting, yaitu
sumberdaya tanah dan air. Adapun anasir yang lain, seperti iklim, vegetasi,
relief dan manusia, diperlukan sebagai faktor-faktor dalam pengelolaan.Peran
serta masyarakat dalam pengelolaan DAS sangat membantu sekali untuk
mitigasi bencana longsor peran serta masyarakat yang diharapkan bisa melalui
beberapa hal , salah satunya melakukan penanaman pohon/reboisasi secara
gotong royong, dan yang lain nya juga diharap kan kepada masyarakat supaya
memelihara lingkungan hidup di sekitar tempat tinggal dengan memperhatikan
kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah di selokan atau di pekarangan
rumah, hal-hal tersebut kalau diperhatikan bisa memitigasi bencana longsor.
©2017 Jurnal Spasial All rights reserved.

PENDAHULUAN mengawetkan tanah. Penghijauan ini sebenarnya


Penghijauan sangat di perlukan, dengan mempunyai dua tujuan pokok yang saling berkaitan
melakukan pemilihan jenis tanaman, peremajaan hutan, erat: (1) Memasukkan pelestarian lingkungan dalam
membentuk hutan rakyat. Termasuk juga pembuatan usaha tani dan dalam membina daerah pemukiman, dan
bangunan pencegah erosi, dengan tujuan untuk (2) Meningkatkan produktivitas usaha tani dan

1
Ade Irma Suryani Nomor 4, Volume 1, 2017

pekarangan serta membuat nyaman lingkungan tempat masyarakat, pengetahuan teknis, dan struktur
tinggal. Intinya penghijauan adalah mengatur tataguna organisasi beserta arah kebijakan kegiatan.
lahan, yang bercirikan tempat dan waktu. Pendekatan pengelolaan DAS menjadi relevan
Dalam Inpres No 14/ 1979 menyatakan kembali setelah munculnya persoalan pengelolaan SDA
batasan kritis bantuan penghijauan ialah: (1) Ditinjau serta dampak pengelolaan yang buruk. Sementara itu,
dari segi hidro-orologi dapat membahayakan pendekatan pengelolaan DAS juga mengalami
kelangsungan pembangunan dalam suatu DAS atau perubahan seiring dengan adanya perubahan
wilayah lain, atau (2) Keadaan penutupan tanah situasi, permasalahan, kondisi, dan pergeseran
sedemikian rupa buruk, sehingga mengalami tingkat paradigma. Ini menguraikan cakupan, permasalahan
erosi yang tinggi atau penurunan produktivitas yang pengelolaan SDA, dan upaya yang perlu dilakukan agar
cepat atau merusak mutu lingkungan hidup perairan semua pihak dapat mengacunya.
sekitarnya. Penghijauan merupakan kegiatan yang Permaslahan DAS ini dapat dilakukan dengan
bertujuan untuk pembenahan tataguna lahan, dapat cara penghijauan, dilakukan untuk mengurangi erosi
dilakukan dengan merubah pandangan dan gaya hidup tebing sungai yang disebabkan oleh adanya kerusan
penduduk di sekitar DAS. aliran sungai yang terjadi pada saat hujan lebat dan
Persoalan sedimentasi, penurunan muka air secara tiba-tiba, ditambah lagi rusaknya hutan dan DAS
suatu waduk atau danau serta maraknya kejadian di bahagian hulu. Yang akan dikaji dalam artikel ini
bencana alam akhir-akhir ini seperti longsor, banjir, berkaitan dengan, Terjadinya kerusakan DAS,
dan kekeringan, dapat dipandang sebagai indikator Penurunan kwalitas air, Penurunan muka air suatu
tidak optimalnya pengelolaan sumber daya (alam dan waduk dan danau, terjadinya bencana alam (longsor,
manusia) dalam daerah aliran sungai (DAS). Intervensi banjir, kekeringan),Sistem ekologi dan manajemen DAS,
dan kebutuhan manusia dalam pemanfaatan sumber Peran Agroforestry dalam menanggulangi banjir dan
daya yang semakin meningkat membuat makin longsor DAS dan Teknologi pengelolaan DAS.
banyaknya DAS yang rusak dan kritis.Gambaran
kerusakan DAS dan degradasi lahan menunjukkan METODOLOGI
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 1984 terdapat Penelitian yang dilakukan termasuk jenis
22 DAS dalam keadaankritis dengan luas 9.699.000 ha, penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan
kemudianmeningkat menjadi 39 DAS kritis pada tahun kuantitatif. membuat gambaran secara sistematis
1994 dengan luas lahan kritis mencapai 12.517.632 ha, faktual dan akurat mengenai faktor – faktor serta
dan pada tahun 2000 DAS kritis berjumlah 42 DAS hubungan yang akan diteliti dan menggunakan
dengan luas lahan kritis mencapai 23.714.000 ha pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi. Metode
(Soenarno, 2000; Ditjen RRL, 1999). Saat ini dan teknik penelitian ini mencakup bagaimana
diperkirakan 13% atau 62 DAS dari 470 DAS di memperoleh data dilapangan, dan kajian
Indonesia dalam kondisi kritis, meskipun kegiatan perpusatakaan.
konservasi tanah dan air dalam pengelolaan DAS sudah
sejak lama dilakukan. PEMBAHASAN
Di Indonesia, pentingnya konservasi tanah dan
air pada satuan sistem DAS mulai disadari setelah SISTEM EKOLOGI DAN MANAJEMEN DAERAH
terjadi banjir besar Bengawan Solo tahun 1966. ALIRAN SUNGAI
Kesadaran tersebut ditindak lanjuti dengan upaya Pengertian daerah aliran sungai (DAS) adalah
penanggulangan pada skala luas melalui Proyek keseluruhan daerah kuasa (regime) sungai yang
Penghijauan Departemen Pertanian 001 pada tahun menjadi alur pengatus (drainage) utama. Pengertian
1969. Sistem pengelolaan DAS untuk mendukung DAS sepadan dengan istilah dalam bahasa inggris
pelaksanaan konservasi tanah diformulasikan pada drainage basin, drainage area, atau river basin. Sehingga
tahun 1972 melalui proyek Upper Solo Watershed batas DAS merupakan garis bayangan sepanjang
Management and Upland Development Project (TA punggung pegunungan atau tebing/bukit yang
INS/72/006). Dari perjalanan waktu penyelenggaraan memisahkan sistim aliran yang satu dari yang lainnya.
pengelolaan DAS, kegiatan pengelolaan DAS dapat Dari pengertian ini suatu DAS terdiri atas dua bagian
diartikan sebagai pengelolaan sumber daya alam utama daerah tadah (catchment area) yang membentuk
(SDA) berskala DAS berdasarkan integrasi keterlibatan daerah hulu dan daerah penyaluran air yang berada di
bawah daerah tadah.

2
Ade Irma Suryani Nomor 4, Volume 1, 2017

Dalam pengelolaannya, DAS hendaknya Selain itu, ada yang menggolongkan


dipandang sebagai suatu kesatuan sumberdaya darat. sumberdaya atas kemampuannya untuk memperbaiki
Sehingga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah diri (self restoring). Dalam hal ini sumberdaya dibagi ke
didasarkan pada hubungan antara kebutuhan manusia dalam dua kategori: (1) terbarukan (renewable), seperti
dan ketersediaan sumberdaya untuk memenuhi udara, air tanah, hutan dan ikan. Memang ditinjau
kebutuhan manusia tersebut. secara local atau setempat, air tanah, hutan, dan ikan
Pengelolan sumberdaya biasanya sudah dapat menyusut atau habis. Akan tetapi secara
menjadi keharusan manakala sumberdaya tersebut keseluruhan, mereka itu tidak akan habis selama faktor-
tidak lagi mencukupi kebutuhan manusia maupun faktor pembentuknya masih tetap berfungsi. Bahkan
ketersediaannya melimpah. Pada kondisi dimana yang habis di suatu tempat akan dapat timbul kembali
sumberdaya tidak mencukupi kebutuhan manusia jika diberi kesempatan cukup. (2) Tak-terbarukan (non-
pengelolaan DAS dimaksudkan untuk mendapatkan renewable), seperti minyak bumi, panas dan cebakan
manfaat sebaik-baiknya dari segi ukuran fisik, teknik, mineral.
ekonomi, sosial budaya maupun keamanan- DAS merupakan gabungan sejumlah
kemantapan nasional. Sedangkan pada kondisi dimana sumberdaya darat, yang saling berkaitan dalam suatu
sumberdaya DAS melimpah, pengelolaan dimaksudkan hubungan interaksi atau saling tukar (interchange). DAS
untuk mencegah pemborosan. dapat disebut suatu sistem dan tiap-tiap sumberdaya
Dalam makalah ini akan dibahas (1) Pengertian penyusunnya menjadi anak-sistemnya (subsystem) atau
DAS dan DAS sebagai Sistem Ekologi, (2) Hakekat DAS anasirnya (component). Kalau kita menerima DAS
sebagai dasar dalam pengelolaannya, (3) Hakekat DAS sebagai suatu sistem maka ini berarti, bahwa sifat dan
sebagai dasar dalam pengelolaannya, (4) Dasar-dasar kelakuan DAS ditentukan bersama oleh sifat dan
pengelolaan DAS, dan (5) Data dasar yang diperlukan kelakuan semua anasirnya secara terpadu (integrated).
untuk merencanakan pengelolaan DAS. Arti “terpadu” di sini ialah bahwa keadaan suatu anasir
ditentukan oleh dan menentukan keadaan anasir-anasir
PENGERTIAN DAS DAN DAS SEBAGAI SISTIM yang lain.
EKOLOGI Yang dinamakan “sistem” ialah suatu perangkat
Banyak definisi tentang sumberdaya (resource) rumit yang terdiri atas anasir-anasir yang saling
seperti obtainable reserve supply of desirable thing berhubungan di dalam suatu kerangka otonom,
(suatu persediaan barang yang diperlukan, berupa sehingga berkelakuan sebagai suatu keseluruhan dalam
suatu cadangan yang dapat diperoleh) (Menard,1974). menghadapi dan menanggapi rangsangan pada bagian
Pengetian sumberdaya selalu menyangkut manusia dan manapun (Dent dkk. 1979; Spedding, 1979). Disamping
kebutuhannya serta usaha atau biaya untuk memiliki ciri penting berupa ``organisasi dalam``
memperolehnya. Oleh karena berkaitan dengan (internal organization), atau disebut pula dengan
kebutuhan manusia, maka sumberdaya mempunyai arti ``struktur fungsi`` (fungtional structure), suatu sistem
nisbi (relative). dipisahkan ``batas system`` dari sistem yang lain. Batas
Atas dasar kehadirannya, sumberdaya dapat ini memisahkan sistem dari lingkungannya, atau
dipilahkan ke dalam dua kelompok (1) sumberdaya memisahkan sistem yang satu dari yang lain.
alam dan (2) sumberdaya buatan manusia. Ada juga “Lingkungan” ialah keseluruhan keadaan dan pengaruh
yang menggolongkan sumberdaya atas dasar luar (external), yang berdaya (affect) batas hidup,
kemantapannya terhadap kegiatan manusia : (1) perkembngan dan ketahanan hidup (survival) suatu
sumberdaya yang sangat mantap, (2) sumberdaya yang sistem (De Santo,1978).
cukup mantap dan (3) sumberdaya yang tidak mantap. Anasir-anasir DAS ialah iklim hayati
Suatu sumberdaya tertentu dapat mempunyai nilai (bioclimate), relief, geologi, atau sumberdaya mineral,
kemantapan beragam, tergantung dari gatranya yang tanah, air (air permukaan dan air tanah), tetumbuhan
diperhatikan. Misalnya, tanah sebagai tubuh alam (flora), hewan (fauna), manusia dan berbagai
mempuyai nilai kemantapan daripada kesuburannya. sumberdaya budaya seperti sawah, ladang, kebun,
Mutu air jauh lebih mudah goyah daripada jumlahnya. hutan kemasyarakatan (HKm), dan sebagainya.
Manusia secara jelas tidak dapat mengubah volume Berbagai anasir-anasir DAS yang telah disebutkan di
udara dalam atmosfer akan tetapi dia secara nisbi atas sangat mempengaruhi berbagai aspek dalam sistim
mudah mencemarkannya. DAS. Sebagai contoh, relief dapat mempengaruhi
distribusi lengas tanah dan lama penyinaran matahari.

3
Ade Irma Suryani Nomor 4, Volume 1, 2017

Tanah dan relief mempengaruhi keadaan hidrologi perkembangan kebutuhan dan keinginan. Macam dan
permukaan, keadaan vegetasi dan keadaan sumberdaya jumlah kebutuhan serta keinginan merupakan fungsi
budaya. Iklim ikut mengendalikan keadaan vegetasi dan waktu dan tempat. Maka dari itu pengertian tentang
sumberdaya budaya. makna waktu dan tempat sangat menentukan ketepatan
DAS merupakan sumberdaya darat yang sangat perencanaan tataguna DAS. Tanpa perencanaan
komplek dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk tataguna yang memadai, penggunaan DAS dapat
berbagai peruntukan. Setiap anasir dalam DAS menjurus ke arah persaingan antar berbagai
memerlukan cara penanganan yang berbeda-beda kepentingan, yang akhirnya hanya akan saling
tergantung pada watak, kelakuan dan kegunaan merugikan, dan pada gilirannya akan menimbulkan
masing-masing. Sebagai contoh, ketrampilan dan degradasi sumberdaya DAS yang tidak terkendalikan.
pengetahuan anasir manusia dapat menyuburkan tanah
yang tadinya gersang. Namun karena berlainan HAKEKAT DAS SEBAGAI DASAR DALAM
kepentingan, maka dapat terjadi bahwa suatu tindakan PENGELOLAANNYA
yang baik untuk suatu anasir DAS tertentu justru akan Pada dasarnya DAS merupakan satu kesatuan
merugikan jika diterapkan pada anasir DAS yang lain. hidrologi. DAS penampung air, mendistribusikan air
Sebagai contoh, penanaman jalur hijau untuk yang tertampung lewat suatu sistem saluran dari hulu
melindungi tebing aliran terhadap pengikisan atau ke hilir, dan berakhir di suatu tubuh air berupa danau
longsoran, dapat mendatangkan kerugian atas atau laut. Barsama dengan atmosfir dan laut (atau
pengawetan sumberdaya air karena meningkatkan danau), DAS menjadi tempat kelangsungan daur
transpirasi yang membuang sebagian air yang dialirkan. hidrologi. Hubungan hidrologi antara atmosfir dan
Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan pemanfaatan tubuh air bumi dapat berjalan secara langsung, atau
DAS harus bersifat komprehensif, yang lebih lewat peranan DAS. Terjadi pula hubungan hidrologi
mementingkan pengoptimuman kombinasi keluaran lansung antara DAS dan atmosfir. Hubungan hidrologi
(optimization of the combined output) dari pada segitiga antara atmosfir, DAS dan tubuh air bumi (laut)
pemaksimuman salah satu keluaran saja. disajikan pada Gambar 1. Bagan ini memperlihatkan
DAS yang mempunyai gatra ruang (space) atau peranan DAS sebagai penghubung dua waduk air alam
luas (size), bentuk (form), ketercapaian (accessibility) utama, yaitu atmosfir dan laut. Ini menjadi dasar
dan keterlintasan (trafficability). Gatra-gatra ini pertama dalam pengelolaan DAS.
menyangkut nilai ekonomi penggunaan DAS, karena Selaku suatu wilayah kegiatan pendauran air
menentukan tingkat peluang berusaha dalam DAS, nilai maka DAS merupakan suatu satuan fisik yang cocok
hasil usaha dan kedudukan nisbi DAS selaku bagi penelaahan proses-proses yang menentukan
sumberdaya dibanding dengan DAS yang lain. Gatra- pembentukan bentang lahan (landscape) khas di
gatra ruang, bentuk, ketercapaian dan keterlintasan berbagai wilayah bumi. Proses-proses yang berlangsung
bersama-sama dengan harkat anasir-anasir DAS yang di dalam DAS dapat dikaji berdasar pertukaran bahan
telah disebutkan di atas, menentukan kedudukan DAS dan energi (Leopold dkk, 1964). Hal ini menjadi dasar
dalam urutan prioritas pengembangan,. Keunikan dan kedua dalam pengelolaan DAS. Gambar 2 merupakan
keberagaman DAS menimbulkan berbagai acuan DAS sebagai suatu system yang bertopang pada
pertimbangan dalam penggunaan alternatif menurut proses pertukaran bahan dan energi.
kepentingan yang berubah sejalan dengan

4
Ade Irma Suryani Nomor 4, Volume 1, 2017

Gambar 1. Hubungan hidrologi yang disederhanakan antara atmosfir, DAS, dan tubuh air bumi

Gambar 2. Acuan DAS sebagai suatu system yang bertopang pada proses pertukaran bahan dan energi.

Setiap DAS cenderung memperluas diri, baik merupakan dasar keempat dalam pengelolaan DAS. Dari
dengan jalan erosi mundur dan/atau menyamping di dasar pengelolaan pertama dan kedua mengandung
daerah hulu, maupun dengan jalan pengendapan di suatu pengertian penting, bahwa DAS merupakan suatu
daerah hilir, termasuk pembentukan jalur berkelok sistem yang terbuka (open system). Hal ini dapat dilihat
(meander) di dataran pantai dan pembentukan delta di dari berfungsinya interaksi luar (functioning of external
depan kuala. Dilihat dari segi ini maka DAS merupakan interactions), yang menurut De Santo (1978)
suatu satuan geomorfologi yang bersifat sangat merupakan kategori kedua yang membentuk hakekat
dinamik, dibentuk oleh proses- proses fluvial dan kehadiran suatu sistem. Dasar pengelolaan kedua,
memperoleh corak dan cirinya dari paduan dua proses ketiga dan keempat menunjuk kepada suatu pengertian
yang saling berlawanan. Proses yang satu ialah penting berikutnya, bahwa DAS merupakan suatu
degradasi (penurunan) di daerah hulu dan proses yang sistem peubah energi (energy transformer). Hal ini
lain ialah agradasi (peningkatan) di daerah hilir. dapat dipandang adanya interaksi berfungsinya faktor-
Dengan demikian ada proses perpindahan material dari faktor internal (functioning of internal interactions).
hulu ke hilir. Salah satu hasil morfogenesa penting Yang menurut De Santo (1978) merupakan kategori
semacam ini adalah pembentukan bentang tanah atau pertama yang membentuk hakekat kehadiran suatu
pola agihan tanah yang khas di tiap-tiap DAS. Keadaan sistem.
ini merupakan dasar ketiga dalam pengelolaan DAS.
Di depan telah diuraikan tentang berbagai
gatra dan keaneka ragaman pemanfaatan DAS. Hal ini
5
Ade Irma Suryani Nomor 4, Volume 1, 2017

DASAR-DASAR PENGELOLAAN DAS hulu mencakup seluruh daerah tadah atau daerah
Pengelolaan DAS biasanya mengacu pada kepala sungai. Satuan pengelolaan hilir mencakup
pengelolaan dua anasirnya (component) yang dianggap seluruh daerah penyaluran air atau daerah bawahan.
terpenting, yaitu sumberdaya tanah dan air. Adapun Oleh Ray dan Arora (1973) istilah “watershed”
anasir yang lain, seperti iklim, vegetasi, relief dan digunakan secara terbatas untuk menamai daerah
manusia, diperlukan sebagai faktor-faktor dalam tadah, sedang daerah bawahan mereka namakan
pengelolaan. dengan istilah “commanded area”. Yang dinamakan
Maksud pengelolaan DAS ialah mendapatkan “commended area” ialah daerah-daerah yang secara
manfaat lengkap yang sebaik-baiknya dari DAS sesuai potensial berpengairan. Di DAS yang dapat dibangun
dengan kemampuanya, untuk memenuhi kebutuhan suatu bendungan atau waduk maka seluruh daerah
masyarakat yang beraneka ragam dan yang yang terkuasai oleh bangunan tersebut (daerah yang
berkembang menurut waktu. Dalam ungkapan “sesuai terletak dibawah garis tinggi pintu bendungan atau
dengan kemampuannya” tersirat pengertian selaras dan waduk) merupakan “commended area”.
lestari. Ungkapan “manfaat lengkap” dan “kebutuhan Pengelolaan daerah tadah ditujukan untuk
masyarakat yang beraneka ragam dan yang mencapai hal-hal berikut ini (Roy &Arora, 1973): (1)
berkembang menurut waktu” mengisyaratkan bahwa Pengendalian aliran permukaan tanah (excess) yang
(1) hasil keluaran DAS tidak boleh hanya bermacam merusak, sebagai usaha mengendalikan banjir, (2)
tunggal, akan tetapi harus terdiri atas berbagai hasil Memperlancar infiltrasi air kedalam tanah. (3)
keluaran yang berkombinasi secara optimum, dan (2) Mengusahakan pemanfaatan aliran permukaan untuk
rencana pengelolaan harus bersifat lentur (flexible) maksud-maksud yang berguna, (4) Mengusahakan
yang berisi sejumlah alternatif. semua sumberdaya tanah dan air untuk
Untuk mengarahkan pengelolaan, diperlukan memaksimumkan produksi.
tiga unsur pengarah. Yang pertama diperlukan ialah Faktor-faktor yang berdaya (affect) atas
variable-variabel keputusan (decision variables), yang program pengelolaan daerah tadahan atau DAS hulu
menjadi sumber pembuatan alternatif. Yang kedua ialah (Roy & Arora, 1973): (1) Bentuk dan luas daerah
diperlukan ialah maksud dan tujuan (objectives), ini tadahan, (2) Lereng dan timbulan makro (3) Keadaan
dapat sebuah atau lebih. Yang ketiga ialah kendala tanah, termasuk fisiografi dan hidrologi tanah, (4)
(constraint), yang membatasi gerak variabel-variabel Intensitas, jangka waktu dan agihan curah hujan (5)
keputusan dalam membuat alternatif-alternatif untuk Rupa dan mutu vegetasi penutup, (6) Penggunaan lahan
mencapai maksud dan tujuan yang ditetapkan. Khusus terkini.
mengenai pengelolaan DAS, yang dapat dipakai sebagai Tujuan pengelolaan DAS hilir dapat diringkas
variebel-variabel keputusan ialah (1) keempat dasar sebagai berikut: (1) Mencegah atau mengendalikan
untuk pengelolaan DAS yang telah disebutkan terdahulu banjir dan sedimentasi yang merugikan, sehingga tidak
(DAS selaku penghubung dua waduk air alam utama, merusak dan menurunkan kemampuan lahan.(2)
kehadiran DAS didukung oleh kegiatan pertukaran Memperbaiki pengatusan (drainage) lahan untuk
bahan dan energi, DAS berkembang melalui proses meningkatkan kemampuannya. (3) Meningkatkan
perubahan dalam dan DAS bergatra ganda yang dapat dayaguna air dari sumber-sumber air tersediakan. (4)
dimanfaatkan untuk berbagai peruntukan), (2) Meliorasi tanah, termasuk memperbaiki daya tanggap
pemanfaatan DAS harus dapat menimbulkan tanah terhadap pengairan, dan kalau perlu juga
pemerataan manfaat antara daerah hulu dan hilir, dan reklamasi tanah atas tanah-tanah garaman, alkali, sulfat
(3) pengembangan DAS harus dapat memberikan masam, gambut tebal, dan mineral mentah.
sumbangan bagi kepentingan regional dan atau Faktor-faktor pokok yang berdaya atas
nasional. Maksud atau tujuan pengelolaan DAS telah program pengelolaan daerah hilir ialah: (1) Bentuk
disebutkan di atas. Yang dapat ditunjuk sebagai kendala daerah hilir dan perbandingan luasnya dengan luas
terhadap perkembangan DAS ialah iklim, relief, tanah, daerah tadahan.(2) Perbedaan landaian (gradient)
air, sumberdaya mineral, vegetasi, beberapa gatra lereng umum daerah hilir terhadap landaian lereng
tertentu manusia, ruang/luas, bentuk, ketercapaian dan umum daerah tadahan. (3) Timbulan makro, ketinggian
keterlindasan. Pendek kata semua anasir DAS yang muka lahan pukul rata, jeluk (depth) pukul rata air
dikenai atau terlibat dalam pengelolaan. tanah, dan keadaan tanah. (4) Intensitas, jangka waktu
Dalam rencana pengelolaannya, DAS dibagi dan agihan curah hujan.(5) Rupa dan vegetasi penutup.
menjadi dua satuan pengelolaan. Satuan pengelolaan (6) Penggunaan lahan kini.

6
Ade Irma Suryani Nomor 4, Volume 1, 2017

Perlakuan terhadap DAS hulu merupakan (2) memperbaiki dampaknya atas DAS hilir untuk
bagian terpenting dari keseluruhan pengelolaan DAS, memperluas peluang memperbaiki keadaan DAS hilir.
karena hal itu akan menentukan keuntungan yang Pengelolaan DAS hilir berperanan melipatkan
dapat diperoleh, atau kesempatan yang terbuka, dalam pengaruh perbaikan yang telah dicapai di DAS hulu.
pengelolaan DAS hilir. Pengelolaan DAS hilir Menurut pandangan ekologi maka daerah hulu dikelola
menentukan seberapa besar keuntungan yang secara sebagai daerah penyumbang (donor) bahan dan energi,
potensial dapat diperoleh karena pengelolaan DAS hulu atau boleh juga disebut sebagai lingkungan pengendali
benar-benar terwujudkan. Dengan kata lain, (conditioning environtment). Sementara itu, daerah hilir
pengelolaan DAS hilir bertujuan meningkatkan daya merupakan daerah penerima (acceptor) bahan dan
tanggapnya terhadap dampak pengelolaan DAS hulu. energi, atau lingkungan konsumsi atau lingkungan yang
Hubungan ini dapat digambarkan pada Gambar dikendalikan (commanded environment). Dengan
3. Dari bagian ini tampak, bahwa pengelolaan DAS hulu demikian pengelolaan DAS harus bersifat menyeluruh
bertujuan rangkap: (1) meningkatkan harkatnya dan dapat memadukan bagian hulu dan hilir menjadi
sebagai lahan usaha dan atau lahan permukiman, dan satusistem.

Gambar 3. Bagan hubungan antara pengelolaan DAS hulu dan hilir dalam pengelolaan DAS terpadu

DATA DASAR YANG DIPERLUKAN DALAM menjadi menonjol dalam lingkungan iklim basah. Dalam
PENGELOLAAN DAS lingkungan iklim kering, yang mana erosi angin menjadi
Penanganan sumberdaya untuk bentuk erosi pokok, tinggal kemantapan struktur
pemanfaatannya memerlukan data dasar sebagai tanahlah yang menjadi faktor yang menonjol. Erosivitas
pangkal otak. Demikian pula halnya dengan pengelolaan hujan bersama dengan erodibilitas tanah menentukan
DAS. Data dasar (baseline data) ialah sekumpulan mutu lahan yang disebut kerentanan lahan terhadap
keterangan hakiki tentang suatu masalah (matter) yang erosi air. Macam mutu yang lain antara lain kesuburan
relevan dengan watak (nature) masalah itu. Data itu tanah, iklim, kebersihan air, keterlindasan
dapat berupa ciri (characteristic) atau terukur (trafficability), dan keramah tamahan penduduk. Mutu
(measureable). Mutu tidak dapat diamati atau diukur dapat diharkatkan dengan sebutan (buruk, sedang,
secara langsung, karena ditentukan oleh saling tindak baik) atau dengan nilai tertentu (scoring).
sejumlah sifat, dan hanya dapat diketahui, dirasakan Data dasar untuk pengelolaan DAS terdiri atas
atau dinilai dari akibat atau perwujudan (manifestation) ciri dan mutu semua anasir atau gatra DAS yang penting
yang ditimbulkan. Yang dimaksud dengan akibat atau dalam menentukan kemampuan (capability) DAS.
perwujudan ialah tindakannya dalam mempengaruhi Macam data yang sekurang-kurangnya harus
kecocokan sumberdaya (DAS, lahan) bagi suatu dikumpulkan ialah:
penggunaan tertentu. Taraf kepentingan nisbi tiap sifat 1. Neraca air makro (menurut iklim) dan neraca
yang menentukan suatu mutu tertentu, bergantung mikro (atau neraca lengas tanah menurut hidrologi
pada keadaan lingkungan (Brinkman dan Smyth, 1973). lahan).
Misalnya, erodibilitas tanah sebagai mutu ditentukan 2. Erosivitas hujan dan erodibilitas tanah, untuk
bersama oleh faktor-faktor kemiringan dan panjang daerah-daerah beriklim kering, erosivitas hujan
lereng, permeabilitas tanah, dan kemantapan struktur diganti dengan erosivitas angin.
tanah. Taraf kepentingan nisbi permeabilitas tanah

7
Ade Irma Suryani Nomor 4, Volume 1, 2017

3. Keadaan iklim hayati, yang mencakup agihannya masukan kepada unsur berikutnya yang berkedudukan
menurut tinggi tempat dan kedudukan topografi. hirarki lebih rendah.
4. Proses fluvial dalam geomorfologi (erosi, Sistem analitik seperti ini mempunyai struktur
sedimentasi, hidrolika sungai, pembentukan delta, bertingkat. Biasanya pengumpulan data dasar dan
dataran banjir, dataran interfluvial, dataran analisa kualitatif fisik berada pada tingkat atas (langkah
estuarin, bentukan morfologi destruktif, seperti kerja pertama), dan memberikan masukan kepada
lembah, peneplain, morfologi karst, dsb). analisa sosial-ekonomi dan pengharkatan kuantitatif
5. Kemampuan lahan untuk pertanian, baik yang berada pada tingkat bawah (langkah kerja kedua).
produktivitas maupun potensialitasnya. Maka system analisa seperti ini disebut pula
6. Tataguna lahan kini dan produktivitasnya, “pendekatan bertingkat dua”. Dapat pula analisa semua
termasuk tataguna sumberdaya air kini. gatra dikerjakan secara berdampingan (hirarki
7. Ketercapaian wilayah dan keterlintasan. tunggal), dan sistemnya dinamakan “pendekatan
8. Kerapatan dan distribusi penduduk, laju sejajar” (ILRI, 1977).
pertambahan penduduk, mata pencaharian, Kedua macam pendekatan itu masing-masing
kemampuan usaha, tingkat pendapatan dan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pendekatan
kekayaan keluarga, tingkat kesehatan, dan bertingkat atau bertahap bersifat lebih terarah,
mobilitas penduduk. memiliki urutan kegiatan yang jelas tanpa langkah-
9. Rata-rata dan distribusi luas lahan milik atau langkah yang saling berhimpitan. Dengan demikian ia
garapan dan tingkat penerapan teknologi. bersifat lebih fleksibel dalam hal penganggaran
penghasilan kegiatan survai dan pengumpulan data
Dari analisa dan penilaian data dasar akan pada hal-hal yang langsung diperlukan untuk analisa
diperoleh pengetahuan, kesimpulan atau petunjuk dan pengharkatan. Penghampiran sejajar sering
tentang : menghambat analisa tuntas mengenai kemampuan
1. Tingkat peluang dan prospek pengembangan. menyeluruh (ultimate capability) suatu sumberdaya,
2. Beberapa alternatif arah dan bentuk karena terjerat dalam pertimbangan sosial-ekonomi
pengembangan, termasuk pertimbangan kerjasama yang membuat batasan tempat dan waktu. Dengan
dengan DAS tetangga dengan maksud saling demikian prospek mutlak suatu sumberdaya tidak
mengisi. terungkapkan. Untuk keperluan pengharkatan lahan,
3. Macam dan jumlah masukan yang diperlukan. FAO dan International Institute for Land Reclamation
4. Prioritas penanganan segi-segi persoalan, baik and Improvement (ILRI), memilih pendekatan bertahap
untuk menyiapkan keadaan dan suasana yang (ILRI, 1977). Penulis juga memperoleh pengalaman
serasi bagi memulakan (start) pembangunan yang yang memuaskan dalam menerapkan penghampiran
sebenarnya, maupun untuk pentahapan bertahap ini. Bidang sosial-ekonomi boleh saja
pembangunan secara bernalar menurut tempat dan ditangani pada tahap pertama kegiatan bersama-sama
waktu. dengan bidang fisik, asal saja terbatas pada
Dari macam ragam data dasar yang diperlukan pengumpulan data dasar.
dapat disimpulkan bahwa pengelolaan DAS harus Dalam menghubungkan asas kepaduan disiplin
dikerjakan secara multi disiplin. Yang diartikan dengan dengan pengelolaan DAS, Martin (1970) dalam kata
multi disiplin ialah suatu titik tolak pandangan atau pengantarnya untuk Symposium on The Interdisciplinary
sikap, atau kerangka pendekatan, yang memadukan Aspects of Watershed Management di Montana State
berbagai bidang pengetahuan yang relevan dengan University mengemukakan bahwa “…professional from
watak dan kelakuan masalah, menjadi satu sistem the many different disciplines will … work in concert to
analitis. Agar supaya sistem analitis ini dapat berfungsi bring about total watershed managenent”.
efektif, tiap-tiap bidang pengetahuan yang menjadi
unsur-unsurnya diberi kedudukan tertentu di dalam PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN
kerangka kerja. Unsur-unsur tersebut dapat diurutkan BENCANA LONGSOR
pada garis gerak analisa sesuai dengan pertimbangan Peran serta masyarakat dalam pengelolaan DAS
hirarki tertentu. Dengan jalan ini suatu unsur sangat membantu sekali untuk mitigasi bencana longsor
memperoleh masukan dari unsur lain yang peran serta masyarakat yang diharapkan bisa melalui
berkedudukan hirarki lebih tinggi dan pada gilirannya, beberapa hal , salahsatunya melakukan penanaman
unsur yang tersebut pertama tadi memberikan pohon/reboisasi secara gotong royong, dan yang lain

8
Ade Irma Suryani Nomor 4, Volume 1, 2017

nya juga diharap kan kepada masyarakat supaya berkaitan dan berinteraksi, maka dalam pengelolaannya
memelihara lingkungan hidup di sekitar tempat tinggal harus memperhatikan semua anasir-anasir
dengan memperhatikan kebersihan lingkungan, tidak penyusunnya. Karena DAS merupakan sumberdaya
membuang sampah di selokan ataudi pekarangan darat yang sangat komplek maka pemanfaatan DAS
rumah, hal-hal tersebut kalau diperhatikan bisa harus bersifat komprehensif yang lebih mementingkan
memitigasi bencana longsor. pengoptimuman kombinasi keluaran daripada
memaksimumkan salah satu keluaran saja. Oleh karena
KESIMPULAN itu, pengelolaan DAS harus dilaksanakan secara
Maksud pengelolaan DAS adalah untuk terpadu, terencana, dan berkesinambungan guna
mendapatkan manfaat lengkap yang sebaik-baiknya mendapatkan manfaat sebaik-baiknya. Dengan
dari DAS sesuai dengan kemampuannya untuk memahami DAS sebagai suatu system ekologi,
memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka diharapkan pengelolaan DAS akan dapat lebih terarah,
ragam dan yang berkembang menurut waktu. bermanfaat, dan berkelanjutan.
Mengingat bahwa DAS merupakan suatu system yang
terbentuk dari gabungan sumberdaya yang saling

DAFTAR PUSTAKA
Brinkman, R. dan Smith, A.J. (1979). Land evaluation for rural purpose. ILRI Publ. No. 17. Wageningen.
Dawes, J.H. (1970). Influence of soil on water yield. Proc. Symp. Interdisc. Aspects Watershed Management. Mon. State University.
Dent, J.B., Blackie, M.J. & Harrison, S.R.(1979). System simulation in agriculture. Appl. Sci. Publ. Ltd. London.
De Santo. R.S. (1978). Concept of applied ecology. Springer-Verlag, New York.
ILRI. (1977). Framework for land evaluation. Inter. Land Recl. Improv. Wageningen
Leopold, L.B., Wolman, MG. Dan Miller, J.P. (1964). Fluvial processes in geomorphology. WH. Freeman and Co. San Fransisco.

You might also like