You are on page 1of 65

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

PROSES PEMBIBITAN TANAMAN KARET (Hevea


brasiliensis) di PT MELANIA-INDONESIA (Sipef Group)
BANYUASIN, SUMATRA SELATAN

RUBBER PLANT NURSERY PROCESS (Hevea brasiliensis) at


PT MELANIA-INDONESIA (Sipef Group) BANYUASIN,
SOUTH SUMATRA

Catur Prihartanto
05071381722065

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
SUMMARY

CATUR PRIHARTANTO. Rubber Plant Nursery Process (Havea


brasiliensis). At PT Melania Indonesia (Sipef Group) Banyuasin, South Sumatra.
(Supervised by Dr. Ir. Munandar, M.Agr.).
This field practice aims to provide students with work experience in the
rubber nursery process, increasing their understanding of rubber nurseries. Field
practice was carried out from October to November 2020 at PT Melania Indonesia
(Sipef Group) Banyuasin, South Sumatra.
The method used in this field practice is in two ways, namely surveys and
direct field observations, followed by the implementation of work in the field
according to the policies of PT Melania Indonesia (Sipef Group). The results of
this field practice are primary and secondary data. Primary data were obtained
from direct observations and interviews by asking a list of questions to agency
field workers, while secondary data was obtained from supporting books related
to this field practice.
Based on the results of field practice, the rubber plant nursery activities
implemented at PT Melania Indonesia (Sipef Group) consist of: Nursery
Preparation, Rootstock Preparation, Grafting (Budding), Nursery Maintenance,
Culling, Multiplying Garden, Advances Planting Material (APM).

i
Universitas Sriwijaya
RINGKASAN

CATUR PRIHARTANTO. Proses Pembibitan Tanaman Karet (Havea


brasiliensis). Di PT Melania Indonesia (Sipef Group) Banyuasin, Sumatera
Selatan. (Dibimbing oleh Dr. Ir. Munandar, M.Agr.).
Praktik lapangan ini bertujuan agar mahasiswa memperoleh
pengalaman kerja dalam Proses pembiibitan karet, meningkatkan pemahaman
mengenai pembibitan karet. Praktik lapangan dilaksanakan dari bulan Oktober
sampai November 2020 di PT Melania Indonesia (Sipef Group) Banyuasin,
Sumatera Selatan.
Metode yang digunakan dalam praktik lapangan ini melalui dua cara yaitu
survey dan observasi langsung ke lapangan, dilanjutkan dengan pelaksanaan kerja
di lapangan yang disesuaikan dengan kebijakan PT Melania Indonesia (Sipef
Group). Hasil dari praktik lapangan tersebut berupa data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan
mengajukan daftar pertanyaan kepada pekerja lapangan instansi, sedangkan data
sekunder didapatkan dari buku-buku penunjang yang berhubungan dengan praktik
lapangan ini.
Berdasarkan hasil praktik lapangan, kegiatan Proses Pembibitan tanaman
karet yang diterapkan di PT Melania Indonesia (Sipef Group) terdiri dari:
Persiapan Pembibitan (Nursery Preparation), Persiapan Batang Bawah (Rootstock
Preparation), Okulasi (Budding), Perawatan pembibitan (Nursery Maintenance),
Penseleksian (Culling), pembangunan kebun entres (Multiplying Garden),
Advances Planting Material (APM).

ii
Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

PROSES PEMBIBITAN TANAMAN KARET (Hevea


brasiliensis) di PT MELANIA-INDONESIA (Sipef Group)
BANYUASIN, SUMATRA SELATAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Catur Prihartanto
05071381722065

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
iii
Universitas Sriwijaya
iv
Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan proposal praktek lapangan dengan judul “Proses pembibitan
tanaman karet (Hevea brasiliensis) di PT Melania Indonesia (Sipef Group)
Banyuasin, Sumatera Selatan.”. Laporan praktek lapangan ini disusun sebagai
salah satu cara untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Agroekoteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya. Laporan ini penulis buat berdasar data yang aktual, faktual,
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan. Penulis ingin berterima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Munandar, M.Agr. dan Solihin, S.P atas kesediaannya menjadi
pembimbing Praktek lapangan, serta atas bimbingan dan petunjuknya
sehingga laporan Praktek Lapangan ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program Studi Agroekoteknologi dan
staff, dan seluruh dosen Fakultas Pertanian UNSRI atas bantuan ilmu dan
fasilitas yang telah diberikan selama belajar.
3. PT Melania Indonesia (Sipef Group) Banyuasin, Sumatera Selatan. yang
telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan praktek lapangan. Seluruh
staf PT Melania Indonesia (Sipef Group) yang telah banyak membantu
penulis untuk menyelesaikan laporan praktik lapangan.
4. Keluarga terutama kedua orang tua yaitu Ayah Agustoni dan Ibu Sri
Afilawati yang selalu mendoakan, memberi semangat dan motivasi
penulis.
Semoga laporan Praktek Lapangan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Indralaya, Januari 2021

v
Universitas Sriwijaya
Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Catur Prihartanto, merupakan anak ke empat dari empat


bersaudara. Dilahirkan pada tanggal 31 Mei 1999 di Prabumulih, Sumatera
Selatan. Anak dari pasangan Bapak Agustoni dan Ibu Sri Afilawati. Penulis
beralamat di Gunung ibul barat Prabumulih.
Sebelum menempuh pendidikan di Universitas Sriwijaya, penulis pernah
menyelesaikan pendidikan TK YKPP Prabumulih, lalu penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar YKPP Prabumulih, lalu melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama YPS Prabumulih, dilanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Prabumulih. Saat ini penulis sedang menempuh
pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri program S1 di Universitas Sriwijaya,
program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian.
Penulis juga mengikuti organisasi yaitu HIMAGROTEK (Himpunan
Mahasiswa Agroekoteknologi) sebagai anggota dari devisi KWU
(Kewirausahaan) di Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek) tahun
2018. Dan menjadi Koordinator KWU di Himpunan Mahasiswa
Agroekoteknologi (Himagrotek) tahun 2019.

vi
Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. v


RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan .......................................................................................... 2
1.3. Manfaat ........................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1. Tanaman Karet .............................................................................. 3
2.2. Morfologi Tanaman karet .............................................................. 3
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman karet ...................................................... 4
2.4. Pembibitan Tanaman karet ............................................................ 5
2.4.1 Pembibitan Batang Bawah.......................................................... 5
2.4.2 Okulasi (Budding) ....................................................................... 6
2.4.3 Kebun Entres .............................................................................. 6
BAB 3.METODE PELAKSANAAN ............................................................ 8
3.1. Tempat dan Waktu ........................................................................ 8
3.2. Metode Praktik Lapangan ............................................................. 8
3.3. Pengolahan Data .......................................................................... 8
BAB 4. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ............................................. 9
4.1 Sejarah Berdiri .............................................................................. 9
4.2 Lokasi ........................................................................................... 9
4.3 Visi ............................................................................................... 10
4.4 Misi ............................................................................................... 10

vii
Universitas Sriwijaya
4.5 Kondisi Agroklimat ....................................................................... 10
4.6 Ruang Lingkup ............................................................................. 10
4.7 Struktur Organisasi ....................................................................... 11
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 13
5.1 Hasil ............................................................................................. 13
5.1.1 Persiapan Pembibitan (Nursery Preparation) ............................... 13
5.1.1.1 Penentuan lokasi pembibitan ................................................ 13
5.1.1.2 Persiapan Lokasi .................................................................. 14
5.1.2 Persiapan Batang Bawah ............................................................. 14
5.1.2.1 Kriteria Biji ......................................................................... 14
5.1.2.2 Pengumpulan Biji ................................................................ 15
5.1.2.3 Seleksi Biji .......................................................................... 16
5.1.2.4 Perkecambahan Biji ............................................................. 16
5.1.2.5 Pembibitan Polybag Batang Bawah...................................... 17
5.1.2.6 Penanaman kecambah di dalam polybag .............................. 18
5.1.2.7 Seleksi batang bawah ........................................................... 19
5.1.3 Okulasi (Budding) ....................................................................... 19
5.1.3.1 Cutting Back ........................................................................ 20
5.1.3.2 Penunasan............................................................................ 21
5.1.4 Perawatan pembibitan ................................................................. 21
5.1.4.1 Penyiraman .......................................................................... 21
5.1.4.2 Pemupukan .......................................................................... 22
5.1.4.3 Hama di Pembibitan ............................................................ 23
5.1.4.4 Penyakit di pembibitan ........................................................ 24
5.1.5 Culling ........................................................................................ 25
5.1.5.1 Seleksi sebelum penanaman ................................................. 25
5.1.6 Multiplying Garden ..................................................................... 25
5.1.6.1 Penanaman .......................................................................... 26
5.1.6.2 Identitas klon ....................................................................... 26
5.1.6.3 Pemanenan entres pertama ................................................... 27
5.1.6.4 Mata entres untuk Green budding ........................................ 28
5.1.7 Advances Planting Material (APM) ............................................. 28

viii
Universitas Sriwijaya
5.1.7.1 Persiapan Nursery APM ...................................................... 28
5.1.7.2 Pembibitan APM ................................................................. 29
5.1.7.3 Persiapan penanaman ke lapangan ....................................... 29
5.1.7.4 Pindah tanam ....................................................................... 30
5.1.7.5 Penanaman .......................................................................... 30
5.2 Pembahasan .................................................................................. 31
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 36
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 36
6.2 Saran ............................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37
LAMPIRAN

ix
Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pemupukan untuk pembibitan polybag ....................................... 22

Tabel 2. Jadwal pemupukan untuk kebun entres karet ……………………22

Tabel 3. Rekomendasi dosis pestisida untuk hama di pembibitan ............23

Tabel 4. Rekomendasi dosis Fungisida untuk penyakit di pembibitan ....... 24

Tabel 5. Identitas klon karet di kebun entres............................................. 27

x
Universitas Sriwijaya
xi
Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pembersihan lahan untuk pembubitan ..................................... 14

Gambar 2. Penyusunan polybag di lapangan ............................................ 14

Gambar 3. Jenis benih Klon yang digunakan ............................................ 14

Gambar 4. Pengumpulan biji yang akan digunakan .................................. 15

Gambar 5. Penseleksian benih karet untuk batang bawah ......................... 16

Gambar 6. Penyemaian Benih karet di petakan semai ............................... 17

Gambar 7. Benih karet yang telah berkecambah ....................................... 17

Gambar 8. Pengisian tanah di polybag untuk pembibitan batang bawah … 18

Gambar 9. Polybag yang siap untuk ditanam bibit batang bawah.…………18

Gambar 10. Pembuatan lubang tanam ...................................................... 18

Gambar 11. Penanaman kecambah di polibang ........................................ 18

Gambar 12. Penseleksian bibit batang bawah ........................................... 19

Gambar 13 Bibit batang bawah yang telah diseleksi. ................................ 19

Gambar 14. Okulasi yang telah berhasil ................................................... 20

Gambar 15 Pembuatan jendela okulasi ..................................................... 20

Gambar 16. Perisai mata hijau.................................................................. 20

Gambar 17. Pembalutan okulasi dengan plastik ........................................ 20

Gambar 18. Penyemaian karet setelah pemotongan .................................. 21

Gambar 19.Pemotongan pembibitan karet ................................................ 21

Gambar 20. Penyiaraman bibit karet menggunakan sumisansui ................ 22

Gambar 21. Penyiraman bibit karet secara manual ................................... 22

Gambar 22. Penyemprotan pestisida ........................................................ 24

Gambar 23. Entres umur -+ 4 bulan ......................................................... 26

Gambar 24. Entres umur -+ 10 bulan ....................................................... 26

xi
Universitas Sriwijaya
Gambar 25. Kebun entres siap panen ....................................................... 27

Gambar 26. Panen kebun entres ............................................................... 27

Gambar 27. Stum yang telah dicabut ........................................................ 30

Gambar 28.Stum yang telah di kumpulkan ............................................... 30

xii
Universitas Sriwijaya
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karet (Hevea brasilliensis) merupakan kebutuhan yang vital bagi
kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan
barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban
kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet.
Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih
mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya
mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi
diproduksi sebagai komoditi perkebunan (Ristanto, 2013).
Tanaman karet salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi
cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia. Luas areal karet
Indonesia saat ini, 85% (2.8 juta ha) merupakan areal perkebunan karet rakyat
yang memberikan kontribusi 81% terhadap produksi karet alam nasional (Balit
Sumbawa, 2009). Karet merupakan salah satu hasil perkebunan terkemuka di
Indonesia karena banyak menunjang perokonomian negara yaitu sebagai bahan
yang diekspor dan menjadi sumber devisa negara.
Tanaman karet yang diharapkan tumbuh dengan baik dan menghasilkan
lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Upaya peningkatan kualitas dan kuantitas
karet yang optimal, juga harus ditunjang oleh ketersediaan bibit yang berkualitas
dari klon-klon unggul (Chatib, 2007). Tanaman karet umumnya diperbanyak
melalui okulasi, sehingga untuk menghasilkan bibit yang baik perlu
mempersiapkan adanya batang atas dan batang bawah. Batang bawah berupa
tanaman semaian dan biji klon anjuran sedangkan batang atasnya berasal dari
mata klon–klon anjuran (Haryanto, 2012).
Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman
lain yang dapat bergabung (kompatibel) dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat

1
Universitas Sriwijaya
2

yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi
yang baik. Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan
entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu
berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua
macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni,
karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak
seragam dan keberhasilan okulasinya rendah (Boerhendly, 2012).
Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat
perakarannya yang baik, sedangkan dari batang atas adalah produksi latex yang
baik. Bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman
okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut
tanaman semai. Teknik okulasi yang umum digunakan adalah okulasi hijau (green
budding) dan okulasi konvensional atau okulasi cokelat (brown budding),
meskipun ada jenis lain yaitu okulasi dini (Simanjuntak 2010). Lahan khusus
klon-klon karet yang akan dijadikan sebagai batang atas sebaiknya dimiliki oleh
setiap perkebunan karet untuk mempermudah kegiatan okulasi. Sehingga bibit
yang nantinya akan di tanam di lapangan memiliki kualitas yang baik dalam
pertumbuhannya.

1.2 Tujuan
Untuk mempelajari dan memahami tentang cara pembibitan tanaman karet
(Hevea brasiliensis) dengan baik dan menambah pengalaman pengetahuan praktik
secara langsung di PT Melania Indonesia (Sipef Group) Banyuasin, Sumatera
Selatan.

1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara nyata
mengenai kehidupan nyata dalam dunia perkejaan dan meningkatkan pemahaman
mahasiswa mengenai hubungan teori dan penerapannya sehingga dapat
memberikan bekal bagi mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,
disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Tanaman
karet berasal dari daerah tropika lembah Amazon Brazilia. Karet menjadi salah
satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi
Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan
produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutam dalam bidang teknologi
budidaya dan pasca panen (Damanik et al., 2010).
Menurut Suwandi (2017) klasifikasi tanaman karet sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Phylum : Spermatophyta
Subphylum : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Order : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Species : Hevea brasiliensis Muell. Arg

2.2. Morfologi Tanaman Karet


Tanaman karet memiliki sistem perakaran cukup kuat yang terdiri dari
akar tunggang, akar lateral, dan akar serabut. Akar lateral berfungsi untuk
menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanaman yang berumur 3 tahun
kedalaman akar tunggang dapat mencapai 1,5 m. Tanaman berumur 7 tahun akar
tunggang sudah mencapai kedalaman lebih dari 2,5 m. Pada kondisi tanah yang
gembur, akar lateral dapat berkembang sampai kedalaman 40-80 cm. Pada tanah
yang subur akar serabut masih dijumpai sampai kedalaman 45 cm (Nazarrudin
dan Paimin, 2006)
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20 cm, panjang tangkai anak daun 3-10 cm dan pada ujung
daun terdapat kelenjar. Tangkai daun berjumah tiga buah, tapi pada klon IRR 39

3
Universitas Sriwijaya
4

tangkai daun ada 5 buah sehingga klon ini dikenal dengan klon berdaun lima
(Amypalupy, 2010)
Karet adalah tanaman berbunga sempurna karena terdapat bunga betina
dan bunga jantan dalam satu malai. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dan
ujung bunga terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina berambut, ukuran
bunga betina lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal buah. Kepala
putik berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang
tersusun menjadi satu tiang. Kepala sari terbangi menjadi dua ruang, yang satu
lebih tinggi dari yang lain (Setiawan dan Andoko, 2005).
Buah karet mempunyai tiga sampai enam ruang yang berbentuk setengah
bola, dengan garis tengah sepanjang 3-5cm. Buah karet yang masak berwarna
kehitaman dan kulit buah kering. Berbiji pipih pada bagian perut biji dan
cembung pada bagian punggung biji. Biji karet berjumlah 2-6 perruang buah
(Amypalupy, 2010).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Karet


Karet adalah tanaman tropis dataran rendah yang tumbuh antara 6° LU dan
6° LS. Suhu hari optimum adalah 26-28° C.Keadaan tanah yang sesuai dan baik
bagi pertumbuhan tanaman karet dan hasilnya adalah tanah yang banyak
mengandung bahan organik (humus), struktur tanah gembur, mudah mengikat air
(porous), kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam (1,5 – 2 m), keadaan tanah
tersebut memiliki sirkulasi udara dan peredaran air yang baik sehingga di dalam
tanah tersedia cukup oksigen. Kisaran derajat keasaman (PH) tanah yang cocok
untuk pertumbuhan tanaman karet dan pertumbuhan hasilnya (lateks) adalah
berkisar antara 5,5-7,0. Sebaiknya karet tidak ditanam padaketinggian di atas 400-
500 m karena suhu lingkungan yang rendah menghambatpertumbuhan ketebalan,
penundaan penyadapan, dan mengurangi produksilateks. Kebutuhan curah hujan
tahunan berkisar antara 2000 sampai 3000 mm dengan 170-200 hari hujan. Curah
hujan tahunan terdistribusi 1500 mm dianggapsebagai batas bawah produksi
komersial (Bisong et al., 2017).

Universitas Sriwijaya
5

2.4 Pembibitan Karet


Pembibitan tanaman merupakan kegiatan dalam budidaya tanaman karet
Upaya peningkatan kualitas dan kuantitas karet yang optimal, juga harus
ditunjang oleh ketersediaan bibit yang berkualitas dari klon-klon unggul
(Chatib, 2007). Persiapan pembibitan merupakan aspek budidaya yang sangat
penting dilakukan sebelum tanaman menghasilkan menjadi tua dan kurang
produktif atau umur ekonomisnya habis. Perbanyakan vegetatif mempunyai
peranan yang penting dalam budidaya tanaman perkebunan karena akan
menghasilkan tanaman yang secara genetik sama dengan induknya, sehingga
memiliki sifat-sifat yang hampir seragam serta memiliki kemampuan produksi
yang merata. Keseragaman ini akan meningkatkan efisiensi manajemen
pengelolaan perkebunan (Boerhendhy dan Amypalupy, 2010).

2.4.1 Pembibitan Batang Bawah


Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh
bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik.
Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang
bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan,
penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha
pemeliharaan tanaman di pembibitan. Tanaman untuk batang bawah ditanam 1 –
1.5 tahun sebelum okulasi. Untuk okulasi garis tengah tanaman batang bawah
sudah mencapai 2.5 cm (Tim Penulis PS 2007).
Bibit Semaian yang telah berumur 9 hingga 18 bulan batangnya sudah
berwarna coklat dan mempnuyai 4-5 karangan daun dapat juga digunakan yang
berumur 6-9 bulan asal sudah berbatang coklat dan mempnyai 3-4 karangan daun,
Diameter batang telah mencapai 1,5-2 cm dan pertumbuhannya normal dan kulit
berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada daun stadia daun tua
(Simanjuntak, F. 2010)
Menurut Rismunandar (1990), Sedangkan syarat tanaman yang akan
dijadikan batang bawah harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut; batang
bawah yang baik mempunyai kemampuan daya adaptasi yang tinggi. Mempunyai
perakaran dan batang yang kuat dan tahan terhadap serangan hama sehingga akan

Universitas Sriwijaya
6

mengokohkan daya topang pohon yang kuat ketika sudah dewasa. Dan yang
terakhir mempunyai kecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan,
sehingga diharapkan batang bawah ini mampu hidup bersama dengan batang atas.

2.4.2 Okulasi (Budding)


Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman
lain yang dapat bergabung (kompatibel) dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat
yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi
yang baik. Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah
sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang
baik. Bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman
okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut
tanaman semai Teknik okulasi yang umum digunakan adalah okulasi hijau (green
budding) dan okulasi konvensional atau okulasi cokelat (brown budding),
meskipun ada jenis lain yaitu okulasi dini (Simanjuntak 2010).
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres
yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu
berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua
macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni,
karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak
seragam dan keberhasilan okulasinya rendah (Boerhendly, 2012).

2.4.3 Kebun Entres


Kebun entres mutlak diperlukan dalam tahap pembibitan tanaman karet.
Kebun entres akan menghasilkan mata tunas yang digunakan sebagai calon batang
atas pada proses okulasi. Batang atas inilah yang nantinya akan menghasilkan
lateks saat tanaman sudah memasuki fase tanaman menghasilkan. Oleh karena itu,
mata tunas dari kebun entres harus benar-benar diperhatikan dan dijaga
kualitasnya dari sisi genetik, fisiologi, dan fisiknya. Mata tunas untuk okulasi
harus berasal dari kebun entres dan bukan dari batang tanaman produksi. Mata
tunas dari kebun produksi memiliki beberapa kekurangan seperti tingkat

Universitas Sriwijaya
7

keberhasilan okulasi yang rendah, pertumbuhan tanaman tidak seragam dan


lambat, berbunga sebelum menghasilkan dan memiliki produktivitas yang rendah
(Lizawati, 2009)
Pembuatan kebun entres Asal tanaman di kebun entres adalah bibit hasil
okulasi, baik okulasi mata tidur ataupun okulasi dini yang sudah memiliki
minimal tiga payung daun. Klon-klon anjuran untuk yang ditanam di kebun entres
diantaranya adalah PB 260, PB 240, IRR 22, IRR 119 dan lain sebagainya. Pada
intinya, kebun entres haruslah terdiri dari klon-klon yang memiliki produksi lateks
yang tinggi. Perawatan atau manajemen kebun entres meliputi pemupukan,
rejuvinasi, dan penyiangan. Proses pembuatan dan manajemen kebun entres harus
memenuhi standar-standar yang sudah ditetapkan berdasarkan hasil penelitian
sehingga mutu genetis, fisiologi dan fisik pada populasi tanaman karet di kebun
entres dapat dipertahankan (Novalina, 2009).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu


Praktik lapangan dilaksanakan pada bulan November sampai Desember
2020 di PT Melania Indonesia (Sipef Group) Banyuasin, Sumatera Selatan.

3.2 Metode Praktik Lapangan


Pengambilan data akan dilakukan dengan dua cara yaitu observasi dan
partisipatif. Adapun kegiatan observasi dilakukan dengan cara melihat langsung
tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam pemeliharaan karet fase tanaman
belum menghasilkan dan melakukan wawancara dengan pihak terkait di lapangan,
sedangkan pada kegiatan partisipatif dilakukan dengan melibatkan diri dalam
melakukan kegiatan proses pembibitan tanaman karet.

3.3 Pengolahan Data


Data yang diperoleh dari praktek lapangan disajikan dalam bentuk
tabulasi, gambar maupun deskripsi, kemudian dilakukan pembahasan dari
masalah-masalah terkait yang terdapat di lapangan kemudian diambil suatu
kesimpulan.

8
Universitas Sriwijaya
BAB 4
Keadaan Umum Perusahaan

4.1 Sejarah Perusahaan


PT. Melania Indonesia berdiri sejak tahun 1912 yang pada saat itu masih
dalam masa kolonial/penjajahan Belanda. Perusahaan yang berstatus sebagai
Perkebunan Besar Swasta (PBS) ini merupakan salah satu bagian dari anak
perusahaan PT.Tolan Tiga (SIPEF GROUP) yang berkantor pusat di Medan
Sumatera Utara. PT. Melania-Indonesia (Sipef Group) terletak di Desa Mainan,
Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Adapun
komoditi yang diusahakan adalah tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) dengan area
konsesi seluas 3.088 ha.
PT. Melania Indonesia pertama kali mendapat akte perizinan pasca
kemerdekaan pada tahun 1961. Perusahaan ini didirikan dalam rangka Pinjaman
Penanaman Modal Asing, berdasarkan akta notaris No. Meyer Raden Soedja No.
40 tanggal 7 September 1961, notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah
mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat
keputusannya No. JA 5/98/22 tanggal 21 September 1961 dan telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 5 Desember 1961.
Perusahaan ini selanjutnya didirikan menjadi perusahaan manajemen untuk Grup
SIPEF, Jabelmalux Group, dan PT. Kegiatan Agro Muko di Indonesia.
PT. Melania Indonesia sudah menerapkan Sistim Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ), Sistim Manajemen Mutu (ISO 9001 : 2000 ) dan
Sistim Manajemen Lingkungan ( ISO 14001 : 2004 ) baik untuk Pabrik maupun
Kebun Karet.

4.2 Lokasi
PT Melania Indonesia (Sipef Group) berlokasi di Desa Mainan, Lalang,
Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. berjarak
29 km sebelah barat kota Palembang dan 19 km dari Pelabuhan Udara Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang. Secara geografis pada 3o10 LU dan 10o18 LS.

9
Universitas Sriwijaya
10

4.3 Visi
Manajemen, Staf dan Pekerja antusias dalam membuat PT. Tolan Tiga
Indonesia menjadi perusahaan perkebunan terbaik di Indonesia sehingga dapat
memberikan penghargaan kepada stakeholder PT. Tolan Tiga Indonesia

4.4 Misi
Manajemen, Staf dan Pekerja percaya kepada perbaikan berkelanjutan
dalam operasi sehari-hari dan percaya diri dalam mencapai target yang telah
ditetapkan menuju industry dan isu isu hubungan masyarakat serta isu isu
lingkungan nihil, dengan kepatuhan terhadap konservasi perusahaan dan
keberlanjutan kebijakan lingkungan dalam prinsip-prinsip dan praktek – praktek
PT Tolan Tiga Indonesia dan semua asosiasi perusahaan berkomitmen untuk
memberikan ketepatan waktu kepada pelanggan dan CPO, PK, RSS dan SIR
berkualitas baik pada nilai produksi dengan tidak ada keluhan.

4.5 Kondisi Agroklimat


PT Melania Indonesia (Sipef Group) Banyuasin, Sumatera Selatan.
sebagian besar wilayahnya berjenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan elevasi
0 – 10 meter dari permukaan laut. Daerah ini beriklim basah kelas A (koppen)
dengan rata-rata curah hujan 2.200 mm dan mempunyai dua bulan kering Juli dan
Agustus setiap tahunnya. Suhu udara maksimum adalah 32 oC dan suhu minimum
22oC dengan kelembaban lebih dari 80% sepanjang tahun.

4.6 Ruang lingkup


PT. Melania-Indonesia memproduksi Lateks baik untuk pasar domestik
ataupun Internasional. Pasar internasional menjadi prioritas utama bagi PT.
Melania-Indonesia karena konsumsi yang besar dan bernilai bisnis yang tinggi.
Adapun negara-negara pengimpor adalah Amerika, Jepang, kanada, inggris,
Belgia dan beberapa negara Eropa lainnya.

Universitas Sriwijaya
11

4.7 Struktur Organisasi


Organisasi adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu dan
diantara mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut.
Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan – hubungan
atau kerjasama orang – orang yang menggerakkan organisasi.
Struktur organisasi di PT. Melania-Indonesia berbentuk fungsional dan lini
setiap personil diberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan dasar
kualifikasinya. Setiap bawahan menerima perintah baik secara lisan maupun
tulisan dari seorang atasan dan diupayakan untuk menjalankan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya.
Adapun tugas dan tanggung jawab di PT. Melania-Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Manager
Manager merupakan pimpinan tertinggi pada suatu kebun. Dalam hal ini
manager membawahi bagian perkebunan (agronomis) dan juga pabrik. Manager
sebagai pimpinan tertinggi memastikan semua bagian berjalan sesuai yang
diharapkan. Manager juga bertugas menjalin hubungan dengan pemerintahan
daerah. Manager akan mempertanggung jawabkan semua kegiatan perkebunan
kepada GM (General Manager), mulai dari penggunaan dana sampai pada
keuntungan yang dapat dihasilkan dalam satu kebun dalam hal ini PT. Melania-
Indonesia.
2. Asisten kepala (Askep)
Di PT. Melania-Indonesia ada dua orang Asisten kepala yang bertugas
membantu seorang Manager. Satu orang Askep membawahi 3 orang asisten
lapangan, artinya ia memegang 3 divisi. Askep juga memiliki tugas untuk
mengajukan anggaran sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing divisi yang ia
bawahi. Selain itu Askep memastikan pengetahuan agronomis dari setiap asisten
lapangan sudah mumpuni. Hal ini dipastikan dalam rapat-rapat rutin yang
dilakukan pada setiap minggunya.
3. Asisten divisi
Asisten divisi bertugas membuat taksasi produksi tanaman yang disusun
berdasarkan analisis data dan taksiran potensi tanaman agar diperoleh taksasi yang

Universitas Sriwijaya
12

dapat mendekati kenyataan. Selain itu, Asisten divisi mempunyai fungsi


mengajukan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan ketentuan penerimaannya agar
dapat menyelesaikan semua pekerjaan sesuai dengan program, mengatur
pembagian kerja dan melengkapi peralatan/bahan secara teratur dan terpadu
supaya hasil kerja diperoleh sesuai dengan yang ditentukan, Menempatkan tenaga
kerja sedapat mungkin sesuai dengan bakat, fisik dan sikap agar tercapai semangat
kerja yang bergairah.

4. Masinis kepala
Masinis kepala memiliki tanggung jawab untuk memastikan segala
kegiatan yang meliputi pabrik dan perbengkelan. Selain itu Masinis kepala teknik
dan pengolahan juga berwenang untuk mengajukan anggaran pabrik sesusai
dengan kapasitas pabrik yang ia pimpin.
5. Kepala dinas tata usaha
Kepala Dinas Tata Usaha bertugas membantu Manajer Unit dalam
memimpin seluruh kegiatan administrasi perusahaan. Tugas yang ditangani
Kepala Dinas Tata Usaha adalah merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan
bagian administrasi, mengawasi pemakaian dan penggunaan alat-alat kantor,
mengkoordinasikan segala pembayaran dan penyediaan barang-barang dan
mengawasi seluruh kegiatan administrasi perusahaan.
6. Asisten SDM
Asisten SDM bertugas membantu manager unit dalam melangsungkan
hubungan dengan masyarakat sekitar serta, pemerintahan daerah serta instansi
terkait yang memiliki kepentingan dengan PT. Melania-Indonesia. Selain itu
Asisten SDM juga bertugas mengupayakan kesejahteraan karyawan serta
memastikan karyawan yang ada memiliki produktivitas yang baik.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
Dalam proses awal penanaman karet yang terpenting adalah bibit/bahan
tanam, dalam hal tersebut bahan tanam yang baik adalah berasal dari tanaman
karet okulasi, dikarenakan bibit hasil okulasi klon yang digunakan jelas asal-
usulnya. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum
penanaman. Bahan tanaman yang perlu disiapkan adalah batang bawah (root
stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan
tanam. Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari
tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim
hujan, dikarenakan jika penanaman pada awal musim hujan sumber air tersedia,
sehingga tanaman tidak mengalami kekeringan.

5.1.1 Persiapan Pembibitan (Nursery Preparation)


Persiapan pembibitan adalah langkah pertama untuk mendapatkan bibit
karet yang sehat dan homogen.
5.1.1.1 Penentuan lokasi pembibitan
Bibit sebaiknya berada di tanah datar, subur dan memiliki drinase yang
baik, karena ini mempermudah perawatan pada pre-planting sehingga tersedia
lahan dan kondisi tanah sesuai untuk mendapatkan pertumbuhan yang sehat.
Daerah bercurah hujan rendah sumber air harus dekat pembibitan. Bila
curah hujan tinggi air tanah harus lebih rendah dari 90 cm. di areal rencah curah
hujan air tanah ditoleransi sampai 60 cm. semua lokasi membutuhkan jumlah parit
cukup untuk mengurangi masalah banjir pada curah hujan tinggi.
Bibit harus dinaungi secukupnya tetapi tidak terlindungi oleh tanaman
sekelilingnya.tanaman karet tua minimal harus 15 meter dari bibitan dari semua
sisi. Disamping bibit harus sedekat mungkin dengan lokasi penanaman, untuk
merendahkan biaya transport, lokasi tersebut harus dapat menghasilkan tanaman
berkualitas terbaik. Lokasi bibitan yang sama dapat digunakan kembali pada
tahun berikutnya, tetapi tidak boleh digunakan pada tahun ketiga.

13
Universitas Sriwijaya
14

5.1.1.2 Persiapan lokasi


Persipan yang penting harus dilakukan dalam persipan lahan adalah
mempersipkan lahan yang bebas gulma. Pengolahan tanah harus tergantung
tekstur dan struktur tanah dan kacangan. Pengelolahan pertama yaitu ripping 4
kali yang bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa akar, kedua ploughing 2 kali
dengan kedalaman 30 cm, ketiga harrowing sebanyak 2 kali. Akar akar yang besar
tunggul tunggul pohon lama harus dibuang jika lokasi yang dipilih menunjukkan
tanda tanda akar, harus dipertimbangkan kembali untuk mencari alternatif lainnya.

Gambar 1. Pembersihan lahan Gambar 2. Penyusunan polybag


untuk pembubitan di lapangan

5.1.2 Persiapan Batang Bawah (Rootstock Preparation)


5.1.2.1 Kriteria Biji

Gambar 3. Jenis benih Klon yang


digunakan

Universitas Sriwijaya
15

Jumlah kecambah yang harus ditanam untuk Green budding adalah 6.000-
10.000 biji per Ha. Ini akan memungkinkan seleksi yang ketat pada setiap tahapan
kerja, yaitu pada tahap biji, batang bawah, dan bibit payung satu. Kebutuhan biji
per hektar adalah Biji = 6.000-10.000 ditanam di polybag = 3600 ( 3 biji/polybag:
70% daya tumbuh ). Seleksi dan sisakan hanya 1 pohon/polybag. Okulasi = 750 -
1.000. polybag (sudah berhasil) = 600 – 900. Tanam ke lapangan setelah seleksi =
580 (5-10% APM untuk sisipan).

5.1.2.2 Pengumpulan Biji

Gambar 4. Pengumpulan biji


yang akan digunakan

Biji dikumpulkan pada awal musim karena kualitas biji menurun dengan
cepat jika biji semakin lama di tanah. Jika kebutuhan biji tidak mencukupi
sebelum tanam harus diambil langkah cepat untuk memenuhi kekurangan biji dari
tempat lainnya. Biji harus dikumpulkan dari klon GT 1, AV 2037, RRIC, PB 260,
pohon yang berumur > 15 tahun.
Untuk menghindari daya kecambah yang rendah perlu diperhatikan
pengumpulan di lapangan harus dalam waktu bersamaan untuk mendapatkan
jumlah yang besar. Pengiriman secepatnya dilakukan tidak boleh ditunda dan
secepatnya ditanam ke kotak pengecambahan.

Universitas Sriwijaya
16

5.1.2.3 Seleksi Biji


Berat biji merupakan faktor penting tetapi bukan ukurannya. Biji yang
lebih berat berkecambah lebih cepat dari biji yang ringan. Biji yang baik, kulitnya
mengkilat dan melenting.

Gambar 5. Penseleksian benih karet


untuk batang bawah

5.1.2.4 Perkecambahan Biji


Bedeng kecambah dibuat di tanah datar dan dibatasi oleh batubata atau
papan untuk membentuk bedengan yang dapat dijangkau dari dua sisi ( lebar 100
cm ). Bedengan paling baik terbuat dari pasir sungai yang diisikan sedalam 10 cm
dengan permukaan rata. Ini akan mencegah penggenangan di musim hujan.
Untuk mencegah kekeringan dan terbakar matahari harus disediakan
naungan (80%) dengan tinggi bedengan 100 cm dibagian depan dan 75 cm di
bagian belakang. Biji kehilangan 50% kelembabannya dalam 3 hari, gunakan biji
paling segar dan tanam sesegera mungkin.
Tidak perlu meletakan punggung setiap biji menghadap ke atas. Langsung
serakkan biji di atas bedengan. Bakal akr geotropic akan tumbuh tanpa terpelintir.
tutupi biji dengan pasir atau pasir agak berlempung dan letakan goni rami atau
pelepah oil palm untuk menutupi bedengan sambil dijaga agar tetap lembab dan
ternaungi. Biji diletakan sebanyak 1.000 – 2.000 biji dalam 1 m2
Saat biji mulai berkecambang setelah 5 – 7 hari anggkat goni atau lalang
dari bedengan satu persatu, dan dengan hati hati cabut biji yang berkecambah, lalu
tutup kembali goni sampai dua hari berikutnya. Dianjurkan untuk membuang biji
yang tidak berkecambah setelah 14 hari. Panen kecambah secepatnya begitu
akarnya berkecambah menghadap kebawah. Phase bintang adalah saat yang

Universitas Sriwijaya
17

paling baik karena kerusakan akar dan gangguan terhadap biji lain yang belum
bekecambah sangat dikit. Pada saat kecambah ditanam kedalam polybag, bakal
akar harus menghadap ke bawah. Arah peletakan biji bukan merupakan faktor
penting.

Gambar 6. Penyemaian Benih Gambar 7. Benih karet yang


karet di petakan semai telah berkecambah

5.1.2.5 Pembibitan polybag batang bawah


Batang bawah untuk tujuan green budding ditanam di polybag. Ukuran
polybag yang direkomendasikan adalah 50 cm x 25 cm x 0,15 mm dengan kira
kira 56-64 lobang, 30 cm dari bagian bawah lobang. Polybag diisi pebuh sampai 2
cm dibawah bibir polybag, dengan jenis tanah baik. Jika struktur tanah berat,
campur dengan pasir yang kasar.
Setelah pengisian tanah di polybag maka aduk pemupukan tanah dengan
pupuk TSP 10 g dan NPK 15:15:6:4, 10 g/polybag sebagai pupuk dasar sebelum
polybag disusun, terlebih dahulu jalur polybag dilapisi plasitik transparan
ketebalan 0,04 mm agar menghambat akar menembus ke tanah. Polyag disusun
berbaris ganda arah timur – barat dengan jarak antar barik 70-100 cm atau
disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Universitas Sriwijaya
18

Gambar 8. Pengisian tanah di Gambar 9. Polybag yang siap


polybag untuk pembibitan batang untuk ditanam bibit batang
bawah bawah

5.1.2.6 Penanaman kecambah di dalam polybag


Biji terlebih dahulu dikecambahkan di bedengan perkecambahan sebelum
di tanam di polybag biji yang baik berkecambah dalam 7-14 hari. dianjurkan
membuang biji yang tidak berkecambah setelah 14 hari. Hindarkan menanam biji
langsung di polybag karena menyebabkan pertumbuhan akar kecambah bengkok
akibat struktur tanah polybag yang relatif padat. Tanam 3 kecambah per polybag
dan kurangi menjadi 2 bibit pada saat 14 hari dan setelah 1 bulan pilih bibit yang
terbaik untuk dipertahankan.
Jika tidak ada kecambah yang baik di polybag. Ganti dengan biji yang
baru berkecambah. Jangan mencabut dari polybag lain untuk menyisip. Hati hati
ketika mencabut kecambah agar tidak merusak akar dan tunas, juga saat
memindahkan ke polybag. Ketika menanam, posisi kecambah harus dutanam
seperti di bedengan dengan radikula mengarah ke bawah.

Gambar 10. Pembuatan Gambar 11. Penanaman


lubang tanam kecambah di polibang

Universitas Sriwijaya
19

5.1.2.7 Seleksi batang bawah


Pada umur 14 hari lakukan seleksi terhadap tanaman yang berkembang
tidak sempurna yaitu tanaman yang gagal membentuk daun atau yang mempunyai
tunas pucuk . 1. Umur 1 bulan, seleksi satu tanaman lainnya per polybag dan
tinggalkan 1 tanaman yang paling bagus untuk dipelihara untuk okulasi.
Menjelang okulasi, seleksi tanaman yang pertumbuhannya tidak bagus, tanaman
kerdil, diameter sangat kecil. Apabila persiapan batang bawah tidak baik dan
pertumbuhan tidak seragam, akanberakibat pada waktu penanaman bahkan pada
saat open tapping.

Gambar 12. Penseleksian bibit Gambar 13. Bibit batang bawah


batang bawah yang telah diseleksi

5.1.3 Okulasi (Budding)


Bertujuan untuk memperoleh material genetik yang sama untuk
pembibitan. Okulasi yang cepat dan efisien hanya dapat dilakukan oleh tenaga
terampil. Okulasi dapat dilakukan pada setiap tahap perkembangan daun teratas
sejak flush sampai daun berwarna hijau tua. Bersihkan batang dari tanah dan
pasir. Dengan pisau tajam, buat potongan horizontal selebar 6-8 mm atau 1/3
bagian lilit batang bawah sampai ke cambium dengan ketinggian 7-8 cm dari
permukaan tanah polybag gunakan pisau okulasi yang lebih kecil daripada pisau
konvensional. Kulit dikupas 3-5 cm kea rah atas secara hati hati sehingga tampak
kambiumnya.
Mata okulasi berukuran sama dengan jendela batang bawah, mata
tunasnya kurang lebih 2 cm di atas dasarnya, diambil dengan hati hati dari batang

Universitas Sriwijaya
20

entres, jangan pegang belakang mata okulasi. Mata okulasi yang baru dipotong
diletakkan pada panel yang baru dibuka. Kulit batang bawah yang terbuka harus
dipotong. Balut mata okulasi dengan plastic transparan lebar 2 cm, tebal 0,15 mm.
ikat dari bawah ke atas searah jarum jam dan selalu menumpang setiap memutar.
Panjang plastic 30 cm. Tempat okulasi harus dibuka 21 hari setelah pelaksanaan
okulasi. Okulasi yang berhasil ditandai dari perisai mata yang tetap berwarna
hijau.

Gambar 14. Okulasi yang Gambar 15. Pembuatan


telah berhasil Jendela okulasi

Gambar 16. Perisai mata Gambar 17. Pembalutan


hijau okulasi dengan plastik

5.1.3.1 Cutting Back


Cutback 15 cm untuk menghindari tumbuhnya tunas liar. Di atas tunas
pada 6-7 hari setelah pembukaan okulasi bekas potongan dioles dengan coal tar.
Potong semua okulasi yang berhasil sekaligus setelah pengokulasian. Satu batang
bawah hanya untuk 1 kali okulasi. Jika okulasi tidak berhasil, batang tersebut
harus dibuang semua harus dipotong.

Universitas Sriwijaya
21

Gambar 18. Penyemaian Gambar 19. Pemotongan


karet setelah pemotongan pembibitan karet
pemotongan

5.1.3.2 Penunasan
Tunas yang tumbuh selain dari mata okulasi di tunas menggunakan pisau
tajam. Sampai mata okulasi mulai membengkak, lakukan penunasan setiap 7 hari,
sampai bibit bisa ditanam ke lapangan. Hindari menunas menggunakan jari
tangan.

5.1.4 Perawatan pembibitan (Nursery Maintenance)


Tujuan dari perawatan pembibitan untuk menjaga pertumbuhan seeding
dengan baik. Untuk mendapatkan batang bawah yang baik untuk okulasi dan
mendapatkan bibit yang baik untuk ditanam ke lapangan.

5.1.4.1 Penyiraman
Tanah dalam polybag dijaga agar tetap lembab dengan menyiramkan air
pagi dan sore penyiraman yang lebih diperlukan jika tanaman langsung terkena
sinar matahari. Disarankan untuk melakukan kalibrasi penyiraman agar pemberian
air setara dengan curah hujan 8 mm/hari. Apabila curah hujan di bibitan 8-16 mm
penyiraman cukup 1 kali sehari, bila curah hujan > 16 mm tidak perlu dilakukan
penyiraman.

Universitas Sriwijaya
22

Gambar 20. Penyiaraman bibit Gambar 21. Penyiraman bibit


karet menggunakan karet secara manual
sumisansui

5.1.4.2 Pemupukan
Tabel 1. Pemupukan untuk pembibitan polybag
Month after planting Dossage
1 4 g/polybag NPK 15:15:6
2 4 g/polybag NPK 15:15:6
3 6 g/polybag NPK 15:15:6
Sumber: Buku SOP Budidaya Karet PT. Tolan Tiga Indonesia

Tabel 2. Jadwal pemupukan untuk kebun entres karet


Month after TSP NPK Fertilizer
planting 15:15:6:4 Placemant
In planting hole 100 (gram/tree) In planting hole
1 50 (gram/tree) Circle 10 cm from
stem
4 75 (gram/tree) Circle 20 cm from
stem
8 75 (gram/tree) Circle 30 cm from
stem
12 75 (gram/tree) Circle 30 cm from
stem
Sumber: Buku SOP Budidaya Karet PT. Tolan Tiga Indonesia

Universitas Sriwijaya
23

Proses pemupukan aplikasi pertama yaitu 10 g NPK dan 10 g TSP di


dalam polybag sebelum penanaman bibit, selanjutnya dipupuk sesuai jadwal. Di
atas. Pemupukan untuk batang atas dimulai jika daun payung pertama dari mata
okulasi telah mengeras, berikan 4 g NPK 15:15:6:4 setiap 2 minggu.
Pemupukan tanaman karet pada kebun entres mengikuti rekomendasi
pemupukan karet oleh agronomis. Pemupukan secara merata diantara barisan
tanaman. Pemupukan dilakukan pada saat keadaan tanah lembab dan bebas
gulma. Pemupukan harus sesuai dengan SOP fertilizer.
Pupuk yang ditabur kedalam polybag dosis 10 g NPK 15:15:6:4 setiap
bulan sampai APM ditanam dilapangan.dindari pemupukan langsung pada musim
kemarau karena dapat meracuni tanaman. Untuk menghindari hal ini, aplikasi
pupuk dengan melarutkan 10 g pupuk dalam 1 liter air. Pengaplikasian
pemupukan maupun pemberian pestisida tidak dianjurkan pada saat satu bulan
sebelum okulasi. Jika daun tampak pucat, berikan larutan urea kedalam polybag
(30 g urea/10 liter air untuk 200 polybag)

5.1.4.3 Hama di Pembibitan


Tabel 3. Rekomendasi dosis pestisida untuk hama di pembibitan
Pest Insecticide Concentration Dosage Active Application
% Ingredient % Equipment
Mites & Decis 2 ml/liter 0,2 Deltamethrin Knapsak
Thrips water
Scale
insect & Decis 2 ml/liter 0,2 Deltamethrin Knapsak
mealy water
bugs

Caterpillar Decis 2 ml/liter 0,2 Deltamethrin Knapsak


% Beetles water
Sumber: Buku SOP Budidaya Karet PT. Tolan Tiga Indonesia

Universitas Sriwijaya
24

Jika perlu umpan tikus dan siput harus disebarkan pada waktu penanaman
biji dan sekurangnya 8 minggu setelah okulasi. Pasang umpan bila perlu. Hama
lain harus dikendalikan dengan cara sebagai table di atas. Hama yang umum
dijumpai di kebun entres hamper sama dengan hama yang umum menyerang
tanaman di pembibitan.

5.1.4.4 Penyakit di pembibitan


Tabel 4. Rekomendasi dosis Fungisida untuk penyakit di pembibitan
Disease Fungicide Concentration Interval
Oidium Dithane M-45 0,2% 2 times in a week
Gleosporium Dithane M-45 0,2% 2 times in a week
Helminthosporium Dithane M-45 0,2% 2 times in a week
Sumber: Buku SOP Budidaya Karet PT. Tolan Tiga Indonesia

Gambar 22. Penyemprotan


pestisida

Pada pembibitan yang baik penyakit biasanya bukan masalah. Jika


pengendalian dengan fungisida secara ekonomis dianggap perlu, perlakuan diatas
direkomendasikan setiap mingguan. Pertumbuhan daun di bibitan harus dijaga
karena bila pertumbuhan daun lambat akan menghambat pertumbuhan bibit dan
menghambat program penanaman.
Pertumbuhan daun pada masa pembibitan sangat peka terhadap serangan penyalit
daun. Jika hujan, maka setelah reda segera disemprot dengan fungisida. Jika tidak

Universitas Sriwijaya
25

hujan penyemprotan 2x seminggu. Penyakit yang umun dijumpai di kebun entres


hampir sama dengan penyakit yang umum menyerang tanaman di pembibitan.

5.1.5 Culling
Proses ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman bibit yang paling sehat
dan baik kualitasnya untuk ditanam ke lapangan agar mendapatkan tanaman
ukuran dan lilit batang yang seragam. Pada saat dilakukan proses ini saat
pembukaan plastik okulasi yang tidak berhasil akan mati ,bewarna coklat
langsung dibongkar, dihitung dan dibuang. Rata rata sedding akan diamati setiap
bulan. Pekerja akan mencabut sedding jika tanaman tidak berkembang, bertunas
ganda, tanaman sakit, tunas mepet, batang pipih, mati tunas. Sedding yang
dibongkar dihitung sebelum dipotong dan dibuang.

5.1.5.1 Seleksi sebelum penanaman


Penanaman ke lapangan paling baik pada saat daun payung dua telah
mengeras. Seleksi tanaman harus dilakukan oleh orang yang berpengalaman. Pada
keadaan normal akan diperoleh 80-90% bibit layak tanam. Bibit yang daunnya
telah mengeras yang boleh ditanam. Tanaman yang daunnya belum mengeras
harus ditinggal dibibitan sampai daunnya mengeras.culling rutin dilakukan setelah
okulasi setelah open plastic. Culling rutin dilakukan sesering mungkin seleksi
bibit sebelum ditanam: 2 hari sebelum di kirim ke lapangan. Jika dalam satu
polybag kondisi tanaman ke 3 nya tidak layak, maka harus di culling seluruhnya.

5.1.6 Multiplying Garden


Kebun entres, merupakan kebun penghasil mata tunas yang akan
digunakan sebagai batang atas dalam perbanyakan tanaman karet secara okulasi.
Untuk menjamin kemurnian klon, bahan tanam untuk kebun entres harus
mendapat rekomendasi dari balai penelitian karet. Kebun entres ini bertujuan
untuk mendapatkan mata tunas yang unggul sesuai dengan klon yang diinginkan.

Universitas Sriwijaya
26

Gambar 23. Entres umur -+ 4 Gambar 24. Entres umur -+


bulan 10 bulan

5.1.6.1 Penanaman
Dalam setiap kebun entres biasanya terdapat beberapa klon anjuran. Setiap
klon ditanam pada petak yang terpisah dengan klon lain jarak antar petak 2 meter.
Pada setiap petak terhadap 100 pohon entres. Kemudian buat papan tanda
penempatan klon berisi informasi. Seperti papan nama blok dan papan induk.
Penandaan pada semua papan menggunakan cat minyak. Papan nama petak dan
blok ditepatkan disudut petak dan blok yang dekat dengan jalan control sedangkan
papan induk ditepatkan di tepi jalan.
Pemancangan jarak tanam di kebun entres adalah 1m x 1m. setelah
dipotong 10% dari luas lahan untuk jalan, jumlah pohon entres per hektar adalah
9000 pohon. Lobang tanaman di buat dengan ukuran 60 x 40 x 40 cm. pemupukan
dasar pada lubang tanam mengikuti rekomendasi pemupukan yang berlaku. Bahan
tanam yang lazim digunakan untuk kebun entres adalah bahan tanam polybag
berpayung daun dua.

5.1.6.2 Identitas klon


Setiap jenis klon memiliki identitas warna yang berbeda untuk menjaga
kemurniannya pada areal yang ditanam. Memudahkan control di pembibitan.
Memastikan bibit agar tidak bercampur saat pengangkutan ke lapangan.

Universitas Sriwijaya
27

Tabel 5 Identitas klon karet di kebun entres


Jenis Klon Warna Jenis Klon Warna Jenis klon Warna
GT 1 Ungu PB 260 Hijau BPM 1 Merah
hijau
RRIC 100 Pink PB 340 Merah DMI Biru jingga
RRIC 110 Jingga PB 330 Kuning RRIM 921 Kuning
pink
PR 303 Hitam PB 350 Biru PR 261 Hitam
merah
PR 255 Coklat IRR 112 Biru tua RRIM 712 Toska
coklat
BPM 24 Abu-Abu PB 235 Toska RRIM 600 Abu abu
ungu
Sumber: Buku SOP Budidaya Karet PT. Tolan Tiga Indonesia

5.1.6.3 Pemanenan entres pertama


Pemanenan pertama MPG pada saat umur MPG 8-12 bulan potong
setinggi 30-40 cm dari permukaan tanah dengan sudut kemiringan potongan 45%
pada umur lebih 8-12 bulan. Pada tahun pertama, dari satu pohon entres hanya
diproleh 1 cabang entres.

Gambar 25. Kebun entres siap Gambar 26. Panen kebun


panen entres

Universitas Sriwijaya
28

5.1.6.4 Mata entres untuk Green budding


Untuk okulasi green budding (berumur 3-5 bulan), entres yang digunakan
berumur 3 -5 bulan atau umurnya hampir sama dengan umur batang bawah.
Untuk mendapatkan entres seperti itu, maka pohon entres dipotong 3-5 bulan
sebelum okulasi.
Proses langkah langkah membangun kebun entres pada tahun pertama, 8 –
12 bulan setengah tanam, batang pohon entres dipotong pada ketinggian 30 – 40
cm dari permukaan tanah dengan kemiringan potongan 45o. luka potongan dioles
dengan TB 192. Sisakan 3 tunas yang paling baik sebagai cabang utama pada
setiap tanaman entres. Dari cabang utama diperoleh 4-6 tunas. Mata okulasi untuk
green budding adalah mata sisik dan mata daun. Satu tunas muda menghasilkan 3
mata sisik. Dalam kondisi tertentu mata daun dapat digunakan dengan
memangkas tangkai daun, setelah 10-14 hari kemudian baru dapat digunkan untuk
okulasi.
Pemotongan tajuk sekaligus dalam waktu yang bersamaan tidak
dianjurkan karena batang utama dapat mengalami stagnasi. Selain itu, akan
menumbuhkan daun secara serentak sehingga rentan terhadap penyakit daun. Pada
tahun kedua 3-5 bulan sebelum okulasi kedua tunas yang dibiarkan tumbuh pada
tahun 1 dipotong pada ketinggian 20 cm dari bekas pemotongan 1. Tunas yang
tumbuh dipelihara sampai stadia paying satu.
Dari setiap pohon entres akan diproleh 10-14 tunas. Untuk entres muda,
panen dilakukan pagi hari sebelum okulasi. Rata rata per meter terdapat 8-10 mata
entres.

5.1.7 Advances Planting Material (APM)


Nursery dibuat untuk mengganti tanaman yang mati, pada saat replanting/
new clearing s/d umur 2 tahun (immature). Bertujuan untuk mendapatkan bahan
tanaman yang seragam.

5.1.7.1 Persiapan Nursery APM


Bibitan APM adalah kelanjutan dari pembibitan biasa jika tanaman
tersebut dibiarkan tumbuh selama 2 tahun menjadi besar sebelum dipindahkan ke

Universitas Sriwijaya
29

lapangan. APM digunakan untuk menyisipkan tanaman umur 1-2 tahun atau
maksimal 3 tahun di lapangan. Bibit APM digunakan di tahun tanam berikutnya,
contoh bibitan APm tahun 2016 di tanam pada tanaman tahun 2017 dan
seterusnya.

5.1.7.2 Pembibitan APM


Bahan APM adalah 15% dari jumlah stand per ha yang haarus ditanam
pada areal tertentu dengan jarak tanam 2m x2m. hanya tanaman yang besar dan
sehat yang diseleksi untuk digunakan dibibitan APM. Bahan tanaman ditanam
beserta dengan polybagnya tetapi dasarnya dibuang. Ini akan membantu
perkembangan akar tunjang selanjutnya.
Polybag yang rusak pinggirannya, harus dibalit sekelilingnya dengan
lembaran plastic polybag bekas dan diikat dengan tali plastik. Penanaman APM
dilakukan dengan menyisakan 2-5 cm bibir polybag tidak boleh ditanam
semuanya karena pemupukan dilakukan di dalam polybag.

5.1.7.3 Persiapan penanaman ke lapangan


Sebelum ditanam ke lapangan, dilakukan toping setinggi 3 m. sebaiknya
pemotongan tepat diatas payung daun yang sudah bewarna coklat. Pemotongan
dilakukan dengan gergaji melengkung yang tajam menggunakan ganging panjang.
Batang jangan dibengkokkan ketika melakukan pekerjaan ini. Saat mata tunas
keluar lebih kurang 2 minggu, segera tanam ke lapangan. Kelompok pemotong
terdiri dari dua pekerja, satu orang membawa pemotong dan bangku untuk berdiri
dan yang seorang membawa tongkat pengait untuk menjaga jatuhnya potongan
batang agar tidak mengoyak dan merusak kulit batang.
Pemotong harus sesuai dengan jumlah penanaman yang disrencanakan
akan ditanam. Bekas pemotongan harus ditutup dengan coal tar atau 30 cm dari
atas toppingan tidak diberi kapur. Seluruh permukaan batang harus diberi kapur
secepat mungkin untuk mencegah terbakar matahari sewaktu dipindahkan ke
lapangan maupun dikemudian hari, pengapuran yang baik dibuat dengan
mencampur 1 kg kapur (slaked) dengan 4 liter air dan perekat.

Universitas Sriwijaya
30

5.1.7.4 Pindah tanam


Pencabutan stump saat yang paling tepat untuk mencabut adalah ketika
tunas diujung batang telah muncul sepanjang 5 mm. pembongkaran dianjurkan
memakai dodos dan cangkul. Kerusakan pada jaringan batang dapat menyebabkan
nekrosis dan luka walaupun pada awalnya tidak Nampak. Jika agar stamp tidak
bergesek satu lain maupun dengan trailer pemindahan. Lapisi dasar trailer dengan
lapisan yang tebal dari tanaman yang lunak dan begitu juga lapisan antar stump.
Perhatikan benar benar pada tunas yang baru tumbuh pada ujung stump. Jika
muatan terkena sinar matahari untuk waktu yang agak lama, lapisilah dengan
tumbuh tumbuhan yang basah atau goni jute yang lembab.

Gambar 27. Stum yang telah Gambar 28. Stum yang telah
dicabut dikumpulkan

5.1.7.5 Penanaman
Jika tanaman utama kurang lebih 24 bulan sisip 1 APM untuk 1 tanaman
mati. Jika tanaman utama umur 25-36 bulan, sisip 1 APM untuk 2 tanaman mati.
Jika tanaman utama lebih dari 36 bulan, tidak diperlukan sisipan. Untuk
penyisipan di lapangan, umur bibit APM sebaiknya lebih tua 1-2 tahun dari
tanaman dilapangan. Tidak dibenarkan menggunakan bibit polybag untuk
menyisip tanaman umur lebih 1 tahun, harus APM. Sesuaikan jumlah trees
dengan tenaga yang tersedia dilapangan setiap harinya.

Universitas Sriwijaya
31

5.2 Pembahasan
Pada praktek lapangan yang telah dilaksanakan di PT Melania Indonesia
(Sipef Group) Banyuasin, Sumatera Selatan. Pembibitan tanaman karet
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk Persiapan bahan tanam tanaman karet
dilakukan jauh hari sebelum penanaman. Ada tiga komponen bahan tanam yang
perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood),
dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh
bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik.
Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang
bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan,
penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha
pemeliharaan tanaman di pembibitan. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang
bawah adalah klon GT 1, AV 2037, RRIC, PB 260, pohon yang berumur > 15
tahun. Tanaman untuk batang bawah ditanam 1 – 1.5 tahun sebelum okulasi.
Untuk okulasi garis tengah tanaman batang bawah sudah mencapai 2.5
cm (Hendroyono dan Wijayani 2006).
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres
yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu
berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua
macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni,
karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak
seragam dan keberhasilan okulasinya rendah (Boerhendly, 2012). Mata tunas dari
kebun produksi memiliki beberapa kekurangan seperti tingkat keberhasilan
okulasi yang rendah, pertumbuhan tanaman tidak seragam dan lambat, berbunga
sebelum menghasilkan dan memiliki produktivitas yang rendah (Lizawati, 2009)
Bahan tanam telah siap, kemudian dilakukan okulasi merupakan salah satu
cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari
satu tanaman ke tanaman lain yang sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat
unggul dan dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa
stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag, atau stum tinggi. Teknik okulasi
yang biasa dilakukan yaitu okulasi dini (pre green budding), okulasi hijau (green

Universitas Sriwijaya
32

budding), dan okulasi coklat (brown budding). Ketiga macam teknik okulasi
tersebut relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan
batang atasnya (Setiawan, 2008).
Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
kompatibilitas kambium batang bawah dan perisai mata okulasi, kondisi batang
bawah yang kering, pekerja serta peralatan dalam keadaan bersih, pisau okulasi
harus (Siregar, 2011).
Tahapan pelaksanaan okulasi yang harus diperhatikan yaitu kesiapan
batang bawah, penempelan perisai mata okulasi, pembungkusan, dan pemeriksaan
hasil okulasi ; (1) Kesiapan batang bawah. Okulasi dapat dimulai apabila batang
bawah yang dipersiapkan di pembibitan sudah mempunyai kriteria matang
okulasi. Kriteria matang okulasi yaitu diameter batang bawah > 2 cm, lilit batang
tanaman berkisar 5–7 cm pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah, mempunyai
minimal 3 payung daun yang sehat, dan keadaan tunas ujung dalam keadaan
dormansehingga kulit tidak lengket (Jatmiko, 2007).
Penempelan perisai okulasi diawali dengan menoreh batang bawah
sebanyak 10 batang setelah dibersihkan dengan kain lap bersih. Torehan
7dilakukan untuk membuat jendela okulasi. Lebar jendela okulasi 1.0–1.5 cm,
panjang 5–6 cm, tinggi jendela bagian bawah 5 cm dari permukaan tanah.
Pengambilan mata okulasi dari kayu entres dapat dilakukan dengan membuat
jendela pada kayu entres sebagaimana membuat jendela pada batang bawah.
Perisai mata okulasi dibuat lebih kecil dari jendela batang bawah. Mata okulasi
yang terbaik untuk calon perisai adalah mata prima yang berada di atas bekas
tangkai daun. Penyayatan perisai mata okulasi dilakukan dengan
mengikutsertakan sedikit bagian kayu. Kemudian perisai mata okulasi
ditempelkan dengan cara diselipkan pada batang bawah sesaat setelah jendela
okulasi dibuka. Jendela okulasi ditekan dan diusahakan perisai mata okulasi tidak
bergerak. Jendela okulasi ditutup dan siap untuk dibalut (Munandar,2013).
Pembungkusan. Proses pembalutan bertujuan agar perisai mata okulasi
benar-benar menempel pada batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran.
Pembalutan sistem tata genteng dengan menggunakan pita plastik transparan
berukuran panjang 40 cm dan lebar 2.0–2.5 cm. untuk bukaan dari atas,

Universitas Sriwijaya
33

pembalutan dimulai dari atas, demikian juga sebaliknya. Penggunaan alat pada
proses okulasi harus selalu bersih dan okulasi harus dilakukan sepagi mungkin
jika embun pada permukaan batang yang akan diokulasi sudah kering. Okulasi
biasanya dilakukan pada pukul 07.00 sampai pukul 10.00 WIB (Setiawan dan
Andoko 2011)
Pemeriksaan Okulasi. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara
membuat cungkilan pada perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila perisai
mata okulasi berwarna hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil dan jika perisai
mata okulasi berwarna hitam berarti okulasi dinyatakan mati. Pembukaan okulasi
dilaksanakan 21 hari setelah okulasi, yang hidup diberi tanda plastik dan yang
mati diberi tanda, kemudian dihitung baik jumlah yang hidup maupun yang mati,
dilaksanakan 10 hari setelah 31 hari setelah okulasi, yang mati tanda tali
plastiknya dibuka sedangkan yang hidup diberi tali plastik, kemudian dihitung
jumlah okulasi yang hidup maupun yang mati. dilaksankan 10 hari setelah 41 hari
setelah okulasi, yang hidup diberi tanda plastik sedangkan yang mati tali
plastiknya dibuka. Untuk memudahkan pengenalan masing-masing klon
(Robbyana 2009).
Pemotongan bibit dilakukaan pada ketinggian 5–7 cm di atas jendela okulasi
dengan sudut miring 30˚–45˚ membelakangi jendela okulasi. Penampang bekas
potongan ditutup dengan paraffin supaya luka bekas potongan tertutup dan
mengurangi penguapan. Pada musim kemarau dilakukan penyiraman setelah
pemotongan untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Pemotongan bibit dilebihkan
untuk cadangan dalam persiapan penanaman ke polybag (Ahmad, 2014).
Pemeliharaan pembibitan terdiri dari beberapa kegiatan yang perlu
dilakukan yaitu penyiraman, penyulaman/penyisipan, pengendalian gulma,
pengendalian hama penyakit dan pemupukan.
Penyiraman Tanah dalam polybag dijaga agar tetap lembab dengan
menyiramkan air pada pagi dan sore. Penyiraman yang lebih diperlukan jika
tanaman langsung terkena sinar matahari. Pembibitan harus ditempat yang dekat
dengan sumber mata air agar mudah dalam melakukan perawatan bibit di
lapangan. Disarankan untuk melakukan kalibrasi penyiraman agar pemberian air
setara dengan curah hujan 8 mm/hari. Apabila curah hujan di bibitan 8-16 mm

Universitas Sriwijaya
34

penyiraman cukup 1 kali sehari, bila curah hujan > 16 mm tidak perlu dilakukan
penyiraman. Pompa air juga harus dirawat secara berkala karena yang terjadi di
lapangan pompa kadang tidak berkerja secara maksimal sehingga penyiraman
kadang terkendala.
Penyulaman atau penyisipan bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati
atau kerdil/tidak normal pertumbuhannya. Penyisipan dapat dilakukan pada saat
tanaman di bibitan berumur paling lama 1-2 minggu dengan menggunakan
kecambah pertumbuhan stadia jarum.Lahan bibitan harus bebas dari gulma agar
pertumbuhannya tidak terganggu. Penyiangan gulma yang tumbuh dapat
dilakukan dengan manual (rotasi 1×2 minggu) tergantung dari banyak tidaknya
gulma yang tumbuh di lapangan, penggunaan herbisida pada tanaman yang masih
muda tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan kematian pada tanaman karet
(Lasminingsih, 2012).
Proses kegiatan pemupukan di di PT Melania Indonesia (Sipef Group)
pengaplikasi pertama yaitu 10 g NPK dan 10 g TSP di dalam polybag sebelum
penanaman bibit, selanjutnya dipupuk sesuaii jadwal. Pemupukan untuk batang
atas dimulai jika daun payung pertama dari mata okulasi telah mengeras, berikan
4 g NPK 15:15:6:4 setiap 2 minggu. Pemupukan bertujuan untuk
mempertahankan kesuburan tanah serta menjaga kelestariannya, menjaga
keseimbangan hara tanah dan tanaman, meningkatkan pertumbuhan tanaman,
meningkatkan dan mempertahankan produksi, dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan penyakit (Thomas et al, 2010).
Penyeleksian bertujuan untuk mendapatkan tanaman bibit yang paling
sehat dan baik kualitasnya untuk ditanam ke lapangan agar mendapatkan tanaman
ukuran dan lilit batang yang seragam. Pada saat dilakukan proses ini saat
pembukaan plastik okulasi yang tidak berhasil akan mati ,bewarna coklat
langsung dibongkar, dihitung dan dibuang. Rata rata sedding akan diamati setiap
bulan. penyeleksian rutin dilakukan sesering mungkin seleksi bibit sebelum
ditanam: 2 hari sebelum di kirim ke lapangan. Jika dalam satu polybag kondisi
tanaman ke 3 nya tidak layak, maka harus di seleksi seluruhnya.
Sebelum ditanam ke lapangan, dilakukan toping setinggi 3 m. sebaiknya
pemotongan tepat diatas paying daun yang sudah bewarna coklat. Pemotongan

Universitas Sriwijaya
35

dilakukan dengan gergaji melengkung yang tajam menggunakan ganging panjang.


Batang jangan dibengkokkan ketika melakukan pekerjaan ini. Saat mata tunas
keluar lebih kurang 2 minggu, segera tanam ke lapangan. Kelompok pemotong
terdiri dari dua pekerja, satu orang membawa pemotong dan bangku untuk berdiri
dan yang seorang membawa tongkat pengait untuk menjaga jatu hanya potongan
batang agar tidak mengoyak dan merusak kulit batang. Bekas pemotongan harus
ditutup dengan coal tar atau 30 cm dari atas toppingan tidak diberi kapur. Seluruh
permukaan batang harus diberi kapur secepat mungkin untuk mencegah terbakar
matahari sewaktu dipindahkan ke lapangan maupun dikemudian hari, pengapuran
yang baik dibuat dengan mencampur 1 kg kapur (slaked) dengan 4 liter air dan
perekat.
Pencabutan stump saat yang paling tepat untuk mencabut adalah ketika
tunas diujung batang telah muncul sepanjang 5 mm. pembongkaran dianjurkan
memakai dodos dan cangkul. Lapisi dasar trailer dengan lapisan yang tebal dari
tanaman yang lunak dan begitu juga lapisan antar stump. Perhatikan benar benar
pada tunas yang baru tumbuh pada ujung stump. Jika muatan terkena sinar
matahari untuk waktu yang agak lama, lapisilah dengan tumbuh tumbuhan yang
basah atau goni jute yang lembab.
Penananaman tanaman utama harus kurang lebih 24 bulan sisipan 1 APM
untuk 1 tanaman mati. Jika tanaman utama yang berumur 25-36 bulan, sisip 1
APM untuk 2 tanaman mati. Jika tanaman utama lebih dari 36 bulan, tidak
diperlukan sisipan. Untuk penyisipan di lapangan, umur bibit APM sebaiknya
lebih tua 1-2 tahun dari tanaman dilapangan.

Universitas Sriwijaya
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kegiatan praktik lapangan yang penulis lakukan telah meningkatkan
pengetahuan tentang teknik pembibitan tanaman karet, memperoleh pengalaman
dan keterampilan kerja, pendamping mandor, dan pendamping asisten dalam
pengelolaan kebun karet baik secara teknis maupun manajerial, khususnya dalam
aspek pembibitan. Secara umum, pengelolaan pembibitan di PT Melania
Indonesia (Sipef Group) Banyuasin, Sumatera Selatan. sudah berjalan sangat baik.
Aspek pembibitan pada tanaman karet dipengaruhi oleh kegiatan okulasi. Okulasi
yang dilakukan di perkebunan adalah okulasi hijau dan cokelat. Persentase
keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya kondisi batang
bawah, kompatibilitas klon yang digunakan sebagai batang atas (mata tunas),
waktu okulasi serta pemeliharaan bibit polibeg.

6.2. Saran
Proses pembibitan berjalan baik maka perlu persediaan air yang melimpah
saat musim kemarau dan perawatan pompa air perlu dicek secara berkala agar air
mudah di distribusikan ke tanaman secara menyeluruh, karena air merupakan
faktor penting dalam pembibitan tanaman karet. Kemudian perlunya melakukan
kalibrasi penyiraman agar pemberian air setara dengan curah hujan 8 mm/hari.
bila curah hujan > 16 mm tidak perlu dilakukan penyiraman.

36
Universitas Sriwijaya
37

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2014. Tanggap beberapa klon anjuran dan periode pemberian air
terhadap pertumbuhan bibit karet dalam polibag. Jurnal AgronobiS 1(1):
48-56.
Amypalupy, K. 2010. Sistematika botani. Dalam. 455 info padu padan teknologi
merajut asa ketangguhan agribisnis karet. Balai Penelitian Sembawa.
Pusat Penelitian Karet. Hlm. 16-22.
Balai Penelitian Sembawa. 2009. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Palembang
(ID): Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa.
Boerhendhy I. 2012. Pembangunan Batang Bawah. Sapta Bina Usahatani Karet
Rakyat. Balai Penelitian Karet Sembawa : Sumatera Selatan
Chatib, H.S.P. 2012. Budidaya Tanaman Karet. Palembang (ID). Dinas
Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan.
Damanik S, M. Syakir, Made Tasma, dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca
Panen Karet. Bogot (ID):Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.
Haryanto, B. 2012. Budidaya Karet Unggul. Cetakan pertama. Yogyakarta (ID):
Pustaka Baru Press. 240 hlm.
Hendroyono, Wijayanto, 2006. Dasar Teknologi Pembibitan karet Agrotek
Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran : Bandung.
Jatmiko, 2007. Persiapan Lahan dan Penanaman. Sapta Bina Usahatani Karet
Rakyat : Balai Penelitian Karet Sembawa : Sumatera Selatan.
Lasminingsih M. 2012. Pembangunan Kebun Entres. Sapta Bina Usahatani
Karet Rakyat. Sumatera Selatan (ID) : Balai Penelitian Karet Sembawa.
Lizawati. 2009. Analisis interaksi batang bawah dan batang atas pada okulasi
anaman karet. Jurnal Agronomi 13(2): 19-23.
Lizawati. 2009. Analisis interaksi batang bawah dan batang atas pada okulasi
anaman karet. Jurnal Agronomi 13(2): 19-23.
Munandar, 2013. Prospek perbanyakan bibit karet unggul dengan teknik okulasi
J. Litbang Pert. 32(2): 85-90.

37
Nazarudding dan F.B. Paimin. 2006. Karet budidaya dan pengolahan strategi
pemasara. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novalina. 2009. Pewarisan beberapa karakter kualitatif pada tanaman karet.
Jurnal Agronomi 13(1): 17-20.
Rismunandar. 1990. Syarat Batang Atas dan Batang Bawah. C.V. Sinar Baru.
Bandung.
Ristanto, 2013 Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet.
Medan.
Robbyana Y. 2009. Pembibitan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall. Arg)
di Kebun Batulawang PTPN VII (Persero) Ciamis, Jawa Barat. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setiawan D H, Andoko A. 2011.Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.Agro Media
Pustaka : Jakarta
Setiawan, D. H dan A. Andoko. 2005 Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Simanjuntak, 2010. Persiapan Lahan dan Penanaman. Universitas Gadjah Mada
Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi Karet. Medan(ID): Balai Besar Perbenihan
dan Proteksi Tanaman Perkebunan.
Siregar T. 2011. Teknik Okalasi Kebun Entres. Kanisius : Yogyakarta.
Thomas, U. Hidayat, D.Tambunan, H Sihombing, dan Y.T. Adiwigana, 2010.
Saptabina Usaha Tani Karet Rakyat. Balai Penelitian Sembawa. Pusat
Penelitian Karet.
Tim Penulis PS. 2007. Karet: Budidaya dan pengolahan, Strategi Pemasaran.
Jakarta(ID): Penebar Swadaya.

38
LAMPIRAN
Lampiran Kegiatan Harian
Jadwal Kegiatan Mahasiswa Magang
di PT. MELANIA INDONESIA (SIPEF GROUP)

Penanggung
NO Tanggal Uraian Kegiatan Tempat
Jawab

20,21,23 Manuring immature rubber (TBM)


1 Gudang dan div 6 FA6/FHA
November Packing dan aplikasi pupuk

24,25,26
2 Replanting Divisi 5 FA 5 /FHA
November

27,28,30 Tapping/panen (open tapping,


3 Divisi 1 FA 1 /FHA
November deres 67%,33%,100%,deres bebas)

1,2,3
4 Stimulant Divisi 4 FA 4 /FHA
Desember

Perawatan Tanaman Immature


5 4,5,7 Divisi 3 FA 3/FHA
(TBM)
Desember

8,9,10,11,12
6 Nursery Rubber Nursery FA 2/FHA
Desember

14
7 Diskusi Situasional All Team
Desember
Lampiran 1. Pemupukan Tanaman Karet

Memasukan pupuk ke Pengikatan plastik


Proses Packing pupuk
plastik pupuk

Pupuk yang sudah di Pupuk yang telah di


Pupuk NPK 15-15-6
packing aplikasikan

Pengaplikasian pupuk Pemberian tanda label


NPK ke tanaman pada batang tanaman
Lampiran 2. Pengelolahan lahan tanaman karet

Pembuatan teras Pengukuran kemiringan Pengelolahan tanah


banding teras banding saat replanting

Collecting root di lahan Pengumpulan akar di lahan

Pengukuran untuk Proses Pemancangan


pemancangan lahan
Lampiran 3. Tapping karet dan pengumpulan lateks

Tapping karet seloter Pengukuran DRC (Dry rubber


content)

Penuangan lateks ke tangki Lateks cair di tangki


penampungan penampungan
Lampiran 4. Pengaplikasian Stimulant ke tanaman karet

Cairan flotek dan air (1:3) yang Pengadukan cairan Stimulant


telah dicampur untuk stimulant

Memasukan cairan stimulant ke Pengaplikasian stimulant ke


derigen untuk dibawa ke tanaman karet
lapangan
Lampiran 5. Nursery di lapangan

Petakan pembibitan benih karet Polybag pembibitan karet di


lahan

Pengisian tanah ke polybag Kebun entres untuk okulasi


pembibitan
Pembibiitan Mocuna brachteata Bibit tanaman karet yang akan
digunakan

Tangki penyimpanan air untuk Pemurnian klon


penyiraman pembibitan

Entres umur -+ 1 bulan untuk Jadwal kegiatan di Nursery


mata okulasi
Lampiran 6. Sarana dan Prasarana Perusahaan

Jalan masuk ke kantor Kantor PT Melania Indonesia


(Sipef Group)

Gudang packing Gudang pupuk

Tangki penyimpanan air Workshop


Gudang material Gudang Oli

\
Station pengambilan DRC Gudang sortasi
(Dry rubber content)

Mixing Shed Area Storage S/Lumps


Loading Ramp Kolam Limbah

Penyerahan Plakat kepada Estate Foto bersama hari pelepasan di


Manager depan kantor

Jadwal kegiatan magang di PT.


Melania Indonesia (Sifep Group)

You might also like