Professional Documents
Culture Documents
Catur Prihartanto
05071381722065
i
Universitas Sriwijaya
RINGKASAN
ii
Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Catur Prihartanto
05071381722065
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan proposal praktek lapangan dengan judul “Proses pembibitan
tanaman karet (Hevea brasiliensis) di PT Melania Indonesia (Sipef Group)
Banyuasin, Sumatera Selatan.”. Laporan praktek lapangan ini disusun sebagai
salah satu cara untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Agroekoteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya. Laporan ini penulis buat berdasar data yang aktual, faktual,
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan. Penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Munandar, M.Agr. dan Solihin, S.P atas kesediaannya menjadi
pembimbing Praktek lapangan, serta atas bimbingan dan petunjuknya
sehingga laporan Praktek Lapangan ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program Studi Agroekoteknologi dan
staff, dan seluruh dosen Fakultas Pertanian UNSRI atas bantuan ilmu dan
fasilitas yang telah diberikan selama belajar.
3. PT Melania Indonesia (Sipef Group) Banyuasin, Sumatera Selatan. yang
telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan praktek lapangan. Seluruh
staf PT Melania Indonesia (Sipef Group) yang telah banyak membantu
penulis untuk menyelesaikan laporan praktik lapangan.
4. Keluarga terutama kedua orang tua yaitu Ayah Agustoni dan Ibu Sri
Afilawati yang selalu mendoakan, memberi semangat dan motivasi
penulis.
Semoga laporan Praktek Lapangan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
v
Universitas Sriwijaya
Penulis
RIWAYAT HIDUP
vi
Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
Halaman
vii
Universitas Sriwijaya
4.5 Kondisi Agroklimat ....................................................................... 10
4.6 Ruang Lingkup ............................................................................. 10
4.7 Struktur Organisasi ....................................................................... 11
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 13
5.1 Hasil ............................................................................................. 13
5.1.1 Persiapan Pembibitan (Nursery Preparation) ............................... 13
5.1.1.1 Penentuan lokasi pembibitan ................................................ 13
5.1.1.2 Persiapan Lokasi .................................................................. 14
5.1.2 Persiapan Batang Bawah ............................................................. 14
5.1.2.1 Kriteria Biji ......................................................................... 14
5.1.2.2 Pengumpulan Biji ................................................................ 15
5.1.2.3 Seleksi Biji .......................................................................... 16
5.1.2.4 Perkecambahan Biji ............................................................. 16
5.1.2.5 Pembibitan Polybag Batang Bawah...................................... 17
5.1.2.6 Penanaman kecambah di dalam polybag .............................. 18
5.1.2.7 Seleksi batang bawah ........................................................... 19
5.1.3 Okulasi (Budding) ....................................................................... 19
5.1.3.1 Cutting Back ........................................................................ 20
5.1.3.2 Penunasan............................................................................ 21
5.1.4 Perawatan pembibitan ................................................................. 21
5.1.4.1 Penyiraman .......................................................................... 21
5.1.4.2 Pemupukan .......................................................................... 22
5.1.4.3 Hama di Pembibitan ............................................................ 23
5.1.4.4 Penyakit di pembibitan ........................................................ 24
5.1.5 Culling ........................................................................................ 25
5.1.5.1 Seleksi sebelum penanaman ................................................. 25
5.1.6 Multiplying Garden ..................................................................... 25
5.1.6.1 Penanaman .......................................................................... 26
5.1.6.2 Identitas klon ....................................................................... 26
5.1.6.3 Pemanenan entres pertama ................................................... 27
5.1.6.4 Mata entres untuk Green budding ........................................ 28
5.1.7 Advances Planting Material (APM) ............................................. 28
viii
Universitas Sriwijaya
5.1.7.1 Persiapan Nursery APM ...................................................... 28
5.1.7.2 Pembibitan APM ................................................................. 29
5.1.7.3 Persiapan penanaman ke lapangan ....................................... 29
5.1.7.4 Pindah tanam ....................................................................... 30
5.1.7.5 Penanaman .......................................................................... 30
5.2 Pembahasan .................................................................................. 31
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 36
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 36
6.2 Saran ............................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37
LAMPIRAN
ix
Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL
Halaman
x
Universitas Sriwijaya
xi
Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
Universitas Sriwijaya
Gambar 25. Kebun entres siap panen ....................................................... 27
xii
Universitas Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sriwijaya
2
yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi
yang baik. Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan
entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu
berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua
macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni,
karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak
seragam dan keberhasilan okulasinya rendah (Boerhendly, 2012).
Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat
perakarannya yang baik, sedangkan dari batang atas adalah produksi latex yang
baik. Bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman
okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut
tanaman semai. Teknik okulasi yang umum digunakan adalah okulasi hijau (green
budding) dan okulasi konvensional atau okulasi cokelat (brown budding),
meskipun ada jenis lain yaitu okulasi dini (Simanjuntak 2010). Lahan khusus
klon-klon karet yang akan dijadikan sebagai batang atas sebaiknya dimiliki oleh
setiap perkebunan karet untuk mempermudah kegiatan okulasi. Sehingga bibit
yang nantinya akan di tanam di lapangan memiliki kualitas yang baik dalam
pertumbuhannya.
1.2 Tujuan
Untuk mempelajari dan memahami tentang cara pembibitan tanaman karet
(Hevea brasiliensis) dengan baik dan menambah pengalaman pengetahuan praktik
secara langsung di PT Melania Indonesia (Sipef Group) Banyuasin, Sumatera
Selatan.
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara nyata
mengenai kehidupan nyata dalam dunia perkejaan dan meningkatkan pemahaman
mahasiswa mengenai hubungan teori dan penerapannya sehingga dapat
memberikan bekal bagi mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,
disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Tanaman
karet berasal dari daerah tropika lembah Amazon Brazilia. Karet menjadi salah
satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi
Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan
produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutam dalam bidang teknologi
budidaya dan pasca panen (Damanik et al., 2010).
Menurut Suwandi (2017) klasifikasi tanaman karet sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Phylum : Spermatophyta
Subphylum : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Order : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Species : Hevea brasiliensis Muell. Arg
3
Universitas Sriwijaya
4
tangkai daun ada 5 buah sehingga klon ini dikenal dengan klon berdaun lima
(Amypalupy, 2010)
Karet adalah tanaman berbunga sempurna karena terdapat bunga betina
dan bunga jantan dalam satu malai. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dan
ujung bunga terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina berambut, ukuran
bunga betina lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal buah. Kepala
putik berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang
tersusun menjadi satu tiang. Kepala sari terbangi menjadi dua ruang, yang satu
lebih tinggi dari yang lain (Setiawan dan Andoko, 2005).
Buah karet mempunyai tiga sampai enam ruang yang berbentuk setengah
bola, dengan garis tengah sepanjang 3-5cm. Buah karet yang masak berwarna
kehitaman dan kulit buah kering. Berbiji pipih pada bagian perut biji dan
cembung pada bagian punggung biji. Biji karet berjumlah 2-6 perruang buah
(Amypalupy, 2010).
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
mengokohkan daya topang pohon yang kuat ketika sudah dewasa. Dan yang
terakhir mempunyai kecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan,
sehingga diharapkan batang bawah ini mampu hidup bersama dengan batang atas.
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
8
Universitas Sriwijaya
BAB 4
Keadaan Umum Perusahaan
4.2 Lokasi
PT Melania Indonesia (Sipef Group) berlokasi di Desa Mainan, Lalang,
Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. berjarak
29 km sebelah barat kota Palembang dan 19 km dari Pelabuhan Udara Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang. Secara geografis pada 3o10 LU dan 10o18 LS.
9
Universitas Sriwijaya
10
4.3 Visi
Manajemen, Staf dan Pekerja antusias dalam membuat PT. Tolan Tiga
Indonesia menjadi perusahaan perkebunan terbaik di Indonesia sehingga dapat
memberikan penghargaan kepada stakeholder PT. Tolan Tiga Indonesia
4.4 Misi
Manajemen, Staf dan Pekerja percaya kepada perbaikan berkelanjutan
dalam operasi sehari-hari dan percaya diri dalam mencapai target yang telah
ditetapkan menuju industry dan isu isu hubungan masyarakat serta isu isu
lingkungan nihil, dengan kepatuhan terhadap konservasi perusahaan dan
keberlanjutan kebijakan lingkungan dalam prinsip-prinsip dan praktek – praktek
PT Tolan Tiga Indonesia dan semua asosiasi perusahaan berkomitmen untuk
memberikan ketepatan waktu kepada pelanggan dan CPO, PK, RSS dan SIR
berkualitas baik pada nilai produksi dengan tidak ada keluhan.
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
4. Masinis kepala
Masinis kepala memiliki tanggung jawab untuk memastikan segala
kegiatan yang meliputi pabrik dan perbengkelan. Selain itu Masinis kepala teknik
dan pengolahan juga berwenang untuk mengajukan anggaran pabrik sesusai
dengan kapasitas pabrik yang ia pimpin.
5. Kepala dinas tata usaha
Kepala Dinas Tata Usaha bertugas membantu Manajer Unit dalam
memimpin seluruh kegiatan administrasi perusahaan. Tugas yang ditangani
Kepala Dinas Tata Usaha adalah merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan
bagian administrasi, mengawasi pemakaian dan penggunaan alat-alat kantor,
mengkoordinasikan segala pembayaran dan penyediaan barang-barang dan
mengawasi seluruh kegiatan administrasi perusahaan.
6. Asisten SDM
Asisten SDM bertugas membantu manager unit dalam melangsungkan
hubungan dengan masyarakat sekitar serta, pemerintahan daerah serta instansi
terkait yang memiliki kepentingan dengan PT. Melania-Indonesia. Selain itu
Asisten SDM juga bertugas mengupayakan kesejahteraan karyawan serta
memastikan karyawan yang ada memiliki produktivitas yang baik.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Dalam proses awal penanaman karet yang terpenting adalah bibit/bahan
tanam, dalam hal tersebut bahan tanam yang baik adalah berasal dari tanaman
karet okulasi, dikarenakan bibit hasil okulasi klon yang digunakan jelas asal-
usulnya. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum
penanaman. Bahan tanaman yang perlu disiapkan adalah batang bawah (root
stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan
tanam. Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari
tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim
hujan, dikarenakan jika penanaman pada awal musim hujan sumber air tersedia,
sehingga tanaman tidak mengalami kekeringan.
13
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
Jumlah kecambah yang harus ditanam untuk Green budding adalah 6.000-
10.000 biji per Ha. Ini akan memungkinkan seleksi yang ketat pada setiap tahapan
kerja, yaitu pada tahap biji, batang bawah, dan bibit payung satu. Kebutuhan biji
per hektar adalah Biji = 6.000-10.000 ditanam di polybag = 3600 ( 3 biji/polybag:
70% daya tumbuh ). Seleksi dan sisakan hanya 1 pohon/polybag. Okulasi = 750 -
1.000. polybag (sudah berhasil) = 600 – 900. Tanam ke lapangan setelah seleksi =
580 (5-10% APM untuk sisipan).
Biji dikumpulkan pada awal musim karena kualitas biji menurun dengan
cepat jika biji semakin lama di tanah. Jika kebutuhan biji tidak mencukupi
sebelum tanam harus diambil langkah cepat untuk memenuhi kekurangan biji dari
tempat lainnya. Biji harus dikumpulkan dari klon GT 1, AV 2037, RRIC, PB 260,
pohon yang berumur > 15 tahun.
Untuk menghindari daya kecambah yang rendah perlu diperhatikan
pengumpulan di lapangan harus dalam waktu bersamaan untuk mendapatkan
jumlah yang besar. Pengiriman secepatnya dilakukan tidak boleh ditunda dan
secepatnya ditanam ke kotak pengecambahan.
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
paling baik karena kerusakan akar dan gangguan terhadap biji lain yang belum
bekecambah sangat dikit. Pada saat kecambah ditanam kedalam polybag, bakal
akar harus menghadap ke bawah. Arah peletakan biji bukan merupakan faktor
penting.
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
entres, jangan pegang belakang mata okulasi. Mata okulasi yang baru dipotong
diletakkan pada panel yang baru dibuka. Kulit batang bawah yang terbuka harus
dipotong. Balut mata okulasi dengan plastic transparan lebar 2 cm, tebal 0,15 mm.
ikat dari bawah ke atas searah jarum jam dan selalu menumpang setiap memutar.
Panjang plastic 30 cm. Tempat okulasi harus dibuka 21 hari setelah pelaksanaan
okulasi. Okulasi yang berhasil ditandai dari perisai mata yang tetap berwarna
hijau.
Universitas Sriwijaya
21
5.1.3.2 Penunasan
Tunas yang tumbuh selain dari mata okulasi di tunas menggunakan pisau
tajam. Sampai mata okulasi mulai membengkak, lakukan penunasan setiap 7 hari,
sampai bibit bisa ditanam ke lapangan. Hindari menunas menggunakan jari
tangan.
5.1.4.1 Penyiraman
Tanah dalam polybag dijaga agar tetap lembab dengan menyiramkan air
pagi dan sore penyiraman yang lebih diperlukan jika tanaman langsung terkena
sinar matahari. Disarankan untuk melakukan kalibrasi penyiraman agar pemberian
air setara dengan curah hujan 8 mm/hari. Apabila curah hujan di bibitan 8-16 mm
penyiraman cukup 1 kali sehari, bila curah hujan > 16 mm tidak perlu dilakukan
penyiraman.
Universitas Sriwijaya
22
5.1.4.2 Pemupukan
Tabel 1. Pemupukan untuk pembibitan polybag
Month after planting Dossage
1 4 g/polybag NPK 15:15:6
2 4 g/polybag NPK 15:15:6
3 6 g/polybag NPK 15:15:6
Sumber: Buku SOP Budidaya Karet PT. Tolan Tiga Indonesia
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
Jika perlu umpan tikus dan siput harus disebarkan pada waktu penanaman
biji dan sekurangnya 8 minggu setelah okulasi. Pasang umpan bila perlu. Hama
lain harus dikendalikan dengan cara sebagai table di atas. Hama yang umum
dijumpai di kebun entres hamper sama dengan hama yang umum menyerang
tanaman di pembibitan.
Universitas Sriwijaya
25
5.1.5 Culling
Proses ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman bibit yang paling sehat
dan baik kualitasnya untuk ditanam ke lapangan agar mendapatkan tanaman
ukuran dan lilit batang yang seragam. Pada saat dilakukan proses ini saat
pembukaan plastik okulasi yang tidak berhasil akan mati ,bewarna coklat
langsung dibongkar, dihitung dan dibuang. Rata rata sedding akan diamati setiap
bulan. Pekerja akan mencabut sedding jika tanaman tidak berkembang, bertunas
ganda, tanaman sakit, tunas mepet, batang pipih, mati tunas. Sedding yang
dibongkar dihitung sebelum dipotong dan dibuang.
Universitas Sriwijaya
26
5.1.6.1 Penanaman
Dalam setiap kebun entres biasanya terdapat beberapa klon anjuran. Setiap
klon ditanam pada petak yang terpisah dengan klon lain jarak antar petak 2 meter.
Pada setiap petak terhadap 100 pohon entres. Kemudian buat papan tanda
penempatan klon berisi informasi. Seperti papan nama blok dan papan induk.
Penandaan pada semua papan menggunakan cat minyak. Papan nama petak dan
blok ditepatkan disudut petak dan blok yang dekat dengan jalan control sedangkan
papan induk ditepatkan di tepi jalan.
Pemancangan jarak tanam di kebun entres adalah 1m x 1m. setelah
dipotong 10% dari luas lahan untuk jalan, jumlah pohon entres per hektar adalah
9000 pohon. Lobang tanaman di buat dengan ukuran 60 x 40 x 40 cm. pemupukan
dasar pada lubang tanam mengikuti rekomendasi pemupukan yang berlaku. Bahan
tanam yang lazim digunakan untuk kebun entres adalah bahan tanam polybag
berpayung daun dua.
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
Universitas Sriwijaya
29
lapangan. APM digunakan untuk menyisipkan tanaman umur 1-2 tahun atau
maksimal 3 tahun di lapangan. Bibit APM digunakan di tahun tanam berikutnya,
contoh bibitan APm tahun 2016 di tanam pada tanaman tahun 2017 dan
seterusnya.
Universitas Sriwijaya
30
Gambar 27. Stum yang telah Gambar 28. Stum yang telah
dicabut dikumpulkan
5.1.7.5 Penanaman
Jika tanaman utama kurang lebih 24 bulan sisip 1 APM untuk 1 tanaman
mati. Jika tanaman utama umur 25-36 bulan, sisip 1 APM untuk 2 tanaman mati.
Jika tanaman utama lebih dari 36 bulan, tidak diperlukan sisipan. Untuk
penyisipan di lapangan, umur bibit APM sebaiknya lebih tua 1-2 tahun dari
tanaman dilapangan. Tidak dibenarkan menggunakan bibit polybag untuk
menyisip tanaman umur lebih 1 tahun, harus APM. Sesuaikan jumlah trees
dengan tenaga yang tersedia dilapangan setiap harinya.
Universitas Sriwijaya
31
5.2 Pembahasan
Pada praktek lapangan yang telah dilaksanakan di PT Melania Indonesia
(Sipef Group) Banyuasin, Sumatera Selatan. Pembibitan tanaman karet
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk Persiapan bahan tanam tanaman karet
dilakukan jauh hari sebelum penanaman. Ada tiga komponen bahan tanam yang
perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood),
dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh
bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik.
Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang
bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan,
penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha
pemeliharaan tanaman di pembibitan. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang
bawah adalah klon GT 1, AV 2037, RRIC, PB 260, pohon yang berumur > 15
tahun. Tanaman untuk batang bawah ditanam 1 – 1.5 tahun sebelum okulasi.
Untuk okulasi garis tengah tanaman batang bawah sudah mencapai 2.5
cm (Hendroyono dan Wijayani 2006).
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres
yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu
berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua
macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni,
karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak
seragam dan keberhasilan okulasinya rendah (Boerhendly, 2012). Mata tunas dari
kebun produksi memiliki beberapa kekurangan seperti tingkat keberhasilan
okulasi yang rendah, pertumbuhan tanaman tidak seragam dan lambat, berbunga
sebelum menghasilkan dan memiliki produktivitas yang rendah (Lizawati, 2009)
Bahan tanam telah siap, kemudian dilakukan okulasi merupakan salah satu
cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari
satu tanaman ke tanaman lain yang sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat
unggul dan dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa
stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag, atau stum tinggi. Teknik okulasi
yang biasa dilakukan yaitu okulasi dini (pre green budding), okulasi hijau (green
Universitas Sriwijaya
32
budding), dan okulasi coklat (brown budding). Ketiga macam teknik okulasi
tersebut relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan
batang atasnya (Setiawan, 2008).
Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
kompatibilitas kambium batang bawah dan perisai mata okulasi, kondisi batang
bawah yang kering, pekerja serta peralatan dalam keadaan bersih, pisau okulasi
harus (Siregar, 2011).
Tahapan pelaksanaan okulasi yang harus diperhatikan yaitu kesiapan
batang bawah, penempelan perisai mata okulasi, pembungkusan, dan pemeriksaan
hasil okulasi ; (1) Kesiapan batang bawah. Okulasi dapat dimulai apabila batang
bawah yang dipersiapkan di pembibitan sudah mempunyai kriteria matang
okulasi. Kriteria matang okulasi yaitu diameter batang bawah > 2 cm, lilit batang
tanaman berkisar 5–7 cm pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah, mempunyai
minimal 3 payung daun yang sehat, dan keadaan tunas ujung dalam keadaan
dormansehingga kulit tidak lengket (Jatmiko, 2007).
Penempelan perisai okulasi diawali dengan menoreh batang bawah
sebanyak 10 batang setelah dibersihkan dengan kain lap bersih. Torehan
7dilakukan untuk membuat jendela okulasi. Lebar jendela okulasi 1.0–1.5 cm,
panjang 5–6 cm, tinggi jendela bagian bawah 5 cm dari permukaan tanah.
Pengambilan mata okulasi dari kayu entres dapat dilakukan dengan membuat
jendela pada kayu entres sebagaimana membuat jendela pada batang bawah.
Perisai mata okulasi dibuat lebih kecil dari jendela batang bawah. Mata okulasi
yang terbaik untuk calon perisai adalah mata prima yang berada di atas bekas
tangkai daun. Penyayatan perisai mata okulasi dilakukan dengan
mengikutsertakan sedikit bagian kayu. Kemudian perisai mata okulasi
ditempelkan dengan cara diselipkan pada batang bawah sesaat setelah jendela
okulasi dibuka. Jendela okulasi ditekan dan diusahakan perisai mata okulasi tidak
bergerak. Jendela okulasi ditutup dan siap untuk dibalut (Munandar,2013).
Pembungkusan. Proses pembalutan bertujuan agar perisai mata okulasi
benar-benar menempel pada batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran.
Pembalutan sistem tata genteng dengan menggunakan pita plastik transparan
berukuran panjang 40 cm dan lebar 2.0–2.5 cm. untuk bukaan dari atas,
Universitas Sriwijaya
33
pembalutan dimulai dari atas, demikian juga sebaliknya. Penggunaan alat pada
proses okulasi harus selalu bersih dan okulasi harus dilakukan sepagi mungkin
jika embun pada permukaan batang yang akan diokulasi sudah kering. Okulasi
biasanya dilakukan pada pukul 07.00 sampai pukul 10.00 WIB (Setiawan dan
Andoko 2011)
Pemeriksaan Okulasi. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara
membuat cungkilan pada perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila perisai
mata okulasi berwarna hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil dan jika perisai
mata okulasi berwarna hitam berarti okulasi dinyatakan mati. Pembukaan okulasi
dilaksanakan 21 hari setelah okulasi, yang hidup diberi tanda plastik dan yang
mati diberi tanda, kemudian dihitung baik jumlah yang hidup maupun yang mati,
dilaksanakan 10 hari setelah 31 hari setelah okulasi, yang mati tanda tali
plastiknya dibuka sedangkan yang hidup diberi tali plastik, kemudian dihitung
jumlah okulasi yang hidup maupun yang mati. dilaksankan 10 hari setelah 41 hari
setelah okulasi, yang hidup diberi tanda plastik sedangkan yang mati tali
plastiknya dibuka. Untuk memudahkan pengenalan masing-masing klon
(Robbyana 2009).
Pemotongan bibit dilakukaan pada ketinggian 5–7 cm di atas jendela okulasi
dengan sudut miring 30˚–45˚ membelakangi jendela okulasi. Penampang bekas
potongan ditutup dengan paraffin supaya luka bekas potongan tertutup dan
mengurangi penguapan. Pada musim kemarau dilakukan penyiraman setelah
pemotongan untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Pemotongan bibit dilebihkan
untuk cadangan dalam persiapan penanaman ke polybag (Ahmad, 2014).
Pemeliharaan pembibitan terdiri dari beberapa kegiatan yang perlu
dilakukan yaitu penyiraman, penyulaman/penyisipan, pengendalian gulma,
pengendalian hama penyakit dan pemupukan.
Penyiraman Tanah dalam polybag dijaga agar tetap lembab dengan
menyiramkan air pada pagi dan sore. Penyiraman yang lebih diperlukan jika
tanaman langsung terkena sinar matahari. Pembibitan harus ditempat yang dekat
dengan sumber mata air agar mudah dalam melakukan perawatan bibit di
lapangan. Disarankan untuk melakukan kalibrasi penyiraman agar pemberian air
setara dengan curah hujan 8 mm/hari. Apabila curah hujan di bibitan 8-16 mm
Universitas Sriwijaya
34
penyiraman cukup 1 kali sehari, bila curah hujan > 16 mm tidak perlu dilakukan
penyiraman. Pompa air juga harus dirawat secara berkala karena yang terjadi di
lapangan pompa kadang tidak berkerja secara maksimal sehingga penyiraman
kadang terkendala.
Penyulaman atau penyisipan bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati
atau kerdil/tidak normal pertumbuhannya. Penyisipan dapat dilakukan pada saat
tanaman di bibitan berumur paling lama 1-2 minggu dengan menggunakan
kecambah pertumbuhan stadia jarum.Lahan bibitan harus bebas dari gulma agar
pertumbuhannya tidak terganggu. Penyiangan gulma yang tumbuh dapat
dilakukan dengan manual (rotasi 1×2 minggu) tergantung dari banyak tidaknya
gulma yang tumbuh di lapangan, penggunaan herbisida pada tanaman yang masih
muda tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan kematian pada tanaman karet
(Lasminingsih, 2012).
Proses kegiatan pemupukan di di PT Melania Indonesia (Sipef Group)
pengaplikasi pertama yaitu 10 g NPK dan 10 g TSP di dalam polybag sebelum
penanaman bibit, selanjutnya dipupuk sesuaii jadwal. Pemupukan untuk batang
atas dimulai jika daun payung pertama dari mata okulasi telah mengeras, berikan
4 g NPK 15:15:6:4 setiap 2 minggu. Pemupukan bertujuan untuk
mempertahankan kesuburan tanah serta menjaga kelestariannya, menjaga
keseimbangan hara tanah dan tanaman, meningkatkan pertumbuhan tanaman,
meningkatkan dan mempertahankan produksi, dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan penyakit (Thomas et al, 2010).
Penyeleksian bertujuan untuk mendapatkan tanaman bibit yang paling
sehat dan baik kualitasnya untuk ditanam ke lapangan agar mendapatkan tanaman
ukuran dan lilit batang yang seragam. Pada saat dilakukan proses ini saat
pembukaan plastik okulasi yang tidak berhasil akan mati ,bewarna coklat
langsung dibongkar, dihitung dan dibuang. Rata rata sedding akan diamati setiap
bulan. penyeleksian rutin dilakukan sesering mungkin seleksi bibit sebelum
ditanam: 2 hari sebelum di kirim ke lapangan. Jika dalam satu polybag kondisi
tanaman ke 3 nya tidak layak, maka harus di seleksi seluruhnya.
Sebelum ditanam ke lapangan, dilakukan toping setinggi 3 m. sebaiknya
pemotongan tepat diatas paying daun yang sudah bewarna coklat. Pemotongan
Universitas Sriwijaya
35
Universitas Sriwijaya
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kegiatan praktik lapangan yang penulis lakukan telah meningkatkan
pengetahuan tentang teknik pembibitan tanaman karet, memperoleh pengalaman
dan keterampilan kerja, pendamping mandor, dan pendamping asisten dalam
pengelolaan kebun karet baik secara teknis maupun manajerial, khususnya dalam
aspek pembibitan. Secara umum, pengelolaan pembibitan di PT Melania
Indonesia (Sipef Group) Banyuasin, Sumatera Selatan. sudah berjalan sangat baik.
Aspek pembibitan pada tanaman karet dipengaruhi oleh kegiatan okulasi. Okulasi
yang dilakukan di perkebunan adalah okulasi hijau dan cokelat. Persentase
keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya kondisi batang
bawah, kompatibilitas klon yang digunakan sebagai batang atas (mata tunas),
waktu okulasi serta pemeliharaan bibit polibeg.
6.2. Saran
Proses pembibitan berjalan baik maka perlu persediaan air yang melimpah
saat musim kemarau dan perawatan pompa air perlu dicek secara berkala agar air
mudah di distribusikan ke tanaman secara menyeluruh, karena air merupakan
faktor penting dalam pembibitan tanaman karet. Kemudian perlunya melakukan
kalibrasi penyiraman agar pemberian air setara dengan curah hujan 8 mm/hari.
bila curah hujan > 16 mm tidak perlu dilakukan penyiraman.
36
Universitas Sriwijaya
37
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2014. Tanggap beberapa klon anjuran dan periode pemberian air
terhadap pertumbuhan bibit karet dalam polibag. Jurnal AgronobiS 1(1):
48-56.
Amypalupy, K. 2010. Sistematika botani. Dalam. 455 info padu padan teknologi
merajut asa ketangguhan agribisnis karet. Balai Penelitian Sembawa.
Pusat Penelitian Karet. Hlm. 16-22.
Balai Penelitian Sembawa. 2009. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Palembang
(ID): Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa.
Boerhendhy I. 2012. Pembangunan Batang Bawah. Sapta Bina Usahatani Karet
Rakyat. Balai Penelitian Karet Sembawa : Sumatera Selatan
Chatib, H.S.P. 2012. Budidaya Tanaman Karet. Palembang (ID). Dinas
Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan.
Damanik S, M. Syakir, Made Tasma, dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca
Panen Karet. Bogot (ID):Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.
Haryanto, B. 2012. Budidaya Karet Unggul. Cetakan pertama. Yogyakarta (ID):
Pustaka Baru Press. 240 hlm.
Hendroyono, Wijayanto, 2006. Dasar Teknologi Pembibitan karet Agrotek
Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran : Bandung.
Jatmiko, 2007. Persiapan Lahan dan Penanaman. Sapta Bina Usahatani Karet
Rakyat : Balai Penelitian Karet Sembawa : Sumatera Selatan.
Lasminingsih M. 2012. Pembangunan Kebun Entres. Sapta Bina Usahatani
Karet Rakyat. Sumatera Selatan (ID) : Balai Penelitian Karet Sembawa.
Lizawati. 2009. Analisis interaksi batang bawah dan batang atas pada okulasi
anaman karet. Jurnal Agronomi 13(2): 19-23.
Lizawati. 2009. Analisis interaksi batang bawah dan batang atas pada okulasi
anaman karet. Jurnal Agronomi 13(2): 19-23.
Munandar, 2013. Prospek perbanyakan bibit karet unggul dengan teknik okulasi
J. Litbang Pert. 32(2): 85-90.
37
Nazarudding dan F.B. Paimin. 2006. Karet budidaya dan pengolahan strategi
pemasara. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novalina. 2009. Pewarisan beberapa karakter kualitatif pada tanaman karet.
Jurnal Agronomi 13(1): 17-20.
Rismunandar. 1990. Syarat Batang Atas dan Batang Bawah. C.V. Sinar Baru.
Bandung.
Ristanto, 2013 Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet.
Medan.
Robbyana Y. 2009. Pembibitan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall. Arg)
di Kebun Batulawang PTPN VII (Persero) Ciamis, Jawa Barat. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setiawan D H, Andoko A. 2011.Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.Agro Media
Pustaka : Jakarta
Setiawan, D. H dan A. Andoko. 2005 Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Simanjuntak, 2010. Persiapan Lahan dan Penanaman. Universitas Gadjah Mada
Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi Karet. Medan(ID): Balai Besar Perbenihan
dan Proteksi Tanaman Perkebunan.
Siregar T. 2011. Teknik Okalasi Kebun Entres. Kanisius : Yogyakarta.
Thomas, U. Hidayat, D.Tambunan, H Sihombing, dan Y.T. Adiwigana, 2010.
Saptabina Usaha Tani Karet Rakyat. Balai Penelitian Sembawa. Pusat
Penelitian Karet.
Tim Penulis PS. 2007. Karet: Budidaya dan pengolahan, Strategi Pemasaran.
Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
38
LAMPIRAN
Lampiran Kegiatan Harian
Jadwal Kegiatan Mahasiswa Magang
di PT. MELANIA INDONESIA (SIPEF GROUP)
Penanggung
NO Tanggal Uraian Kegiatan Tempat
Jawab
24,25,26
2 Replanting Divisi 5 FA 5 /FHA
November
1,2,3
4 Stimulant Divisi 4 FA 4 /FHA
Desember
8,9,10,11,12
6 Nursery Rubber Nursery FA 2/FHA
Desember
14
7 Diskusi Situasional All Team
Desember
Lampiran 1. Pemupukan Tanaman Karet
\
Station pengambilan DRC Gudang sortasi
(Dry rubber content)