Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
SKRIPSI
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
DAVID JON SINAMBELA : Eksplorasi Tumbuhan Obat Di Desa Rumah Galuh
Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan
ABDUL RAUF.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul "
Eksplorasi tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai,
Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Rahmawaty, S.Hut.,M.Si., Ph.D selaku komisi pembimbing dan bapak
Prof. Dr. Ir Abdul Rauf., M.P selaku anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dengan baik. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., M.P dan ibu
Dr. Evalina Herawati, S.Hut., M.Si. yang telah bersedia menjadi dosen penguji
pada saat sidang meja hijau serta memberikan bimbingan dan berbagai masukan
berharga kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, bapak
Anton Sinambela dan Ibu Anita Tambunan yang bersedia memberikan dukungan
materi dan moral untuk pelaksanaan dan penyusunan hasil penelitian ini. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa Rumah Galuh Bapak
Japen Ginting yang telah memberi ijin sebagai lokasi penelitian dan atas semua
bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.
Penelitian ini merupakan bagian dari hibah penelitian dasar Talenta
USU 2018 No.2590/UN5.1.R/PPM/2018. Pada kesempatan ini, penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada USU atas bantuan hibah penelitian yang
diberikan. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat ke berbagai
pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Peta Sebaran Tumbuhan Obat .......................................................................... 34
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Invetarisasi Vegetasi Plot Penelitian Jenis Pohon Desa Rumah Galuh .. 17
2. Inventarisasi Vegetasi Plot Penelitian Jenis Tumbuhan Bawah Desa
Rumah Galuh ........................................................................................ 18
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 11
2. Petak Contoh Transek ............................................................................. 12
3. Skema Alur Pembuatan Peta Sebaran Tumbuhan Obat ......................... 15
4. Presentasi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat ................... 21
5. Asar-asar ................................................................................................. 24
6. Bancir...................................................................................................... 24
7. Bas-bas.................................................................................................... 25
8. Belasih .................................................................................................... 26
9. Kacibini .................................................................................................. 26
10 Kemusing ................................................................................................
27
11 Merah Mata............................................................................................. 28
12 Nungke.................................................................................................... 28
13 Pakis........................................................................................................ 29
14 Rata Bunga .............................................................................................
30
15 Sampelulut .............................................................................................. 31
16 Senduduk Bulu ....................................................................................... 31
17 Serai ........................................................................................................ 32
18 Sikerbeng ................................................................................................ 33
19 Tanduk Rebuah ....................................................................................... 33
20 Temu-temu.............................................................................................. 34
21 Peta Sebaran Plot di Desa Rumah Galuh ................................................ 36
22 Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Desa Rumah Galuh Plot 1-5 ...........
37
23 Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Desa Rumah Galuh Plot 6-10 ......... 38
24 Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Desa Rumah Galuh Plot 11-15 ....... 39
25 Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Desa Rumah Galuh Plot 16-19 ....... 40
26 Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot ..
1-5 ........................................................................................................... 41
27 Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot.
6-10 .........................................................................................................
42
28 Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot.
11-15 ....................................................................................................... 43
29 Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot.
16-19 ....................................................................................................... 44
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasijenis tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei
Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
2. Memetakan sebaran tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei
Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberi informasi dan data potensi keanekaragaman tumbuhan obat di Desa
Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
2. Mengetahui tumbuhan obat yang mendominasi di Desa Rumah Galuh,
Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dan diharapkan
masyarakat tertarik untuk mengembangkan pengolahan tumbuhan obat dalam
skala yang lebih luas terkhusus masyarakat sekitar Desa Rumah Galuh,
Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Obat
Obat yang berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih
rendah dibandingkan obat-obatan kimia, karena efek obat herbal bersifat alamiah.
Dalam tanaman-tanaman berkhasiat obat yang telah dipelajari dan diteliti secara
ilmiah menunjukan bahwa tanaman-tanaman tersebut mengandung zat-zat atau
senyawa aktif yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Maheshwari, 2002).
Tumbuhan obat memiliki peranan yang sangat penting bagi dunia
kesehatan sehingga perlu dilakukan penelitian di berbagai wilayah untuk
menganalisis keanekaragaman jenis tanaman obat. Kecenderungan masyarakat
menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan obat terus meningkat.
Dalam penelitian Pribadi (2009) melaporkan bahwa perkembangan terakhir
menunjukkan peningkatan permintaan akan produk tumbuhan obat tidak hanya
sebatas peningkatan kuantitas tumbuhan yang telah biasa digunakan tetapi
berkembang kearah bertambahnya jenis tanaman yang digunakan dan ragam
produk yang dihasilkan. Sebahagian besar bahan baku obat yang berasal dari
tumbuhan dipanen secara langsung dari alam.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam penyediaan bahan
baku tumbuhan obat karena sumberdaya yang tersimpan di dalam hutan.Indonesia
memiliki lebih dari 1.000 jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat dan
sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional.
Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan berbagai tumbuhan yang
berkhasiat sebagai obat dan dihuni oleh berbagai suku dengan pengetahuan
pengobatan tradisional yang berbeda (Hariana, 2004).
Tingginya potensi keberaadaan tumbuhan obat di Sumatera Utara belum
semua terdata. Saat ini banyak jenis tumbuhan khususnya tumbuhan obat yang
masih belum teridentifikasi secara maksimal.Menurut Sofia (2007), Indonesia
merupakan negara tropika yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas.
Keberadaan kawasan hutan ini merupakan aset nasional yang harus terus dikelola
dan dikembangkan ke arah lebih baik, agar dapat dimanfaatkan secara
2. Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan obat yang secara ilmiah
telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat
obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga
mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum
dibuktikan secara medis penggunaannya sebagai bahan obat tradisional.
Depertemen Kesehatan RI mendefenisikan tanaman obat indonesia seperti
yang tercantum pada SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu :
1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional
atau jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan
baku obat.
3. Tanaman atau bagian tanaman yang di ekstraksi dan ekstarak tanaman
tersebut digunakan sebagai obat.
Eksplorasi
Menurut Muswita dan Jalius (2012) eksplorasi pengetahuan lokal
mengenai tumbuhan obat (etno-medisin) merupakan riset pengetahuan tradisional
dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Penelitian ini dilaksankan untuk menjawab
kebutuhan informasi terkait data tumbuhan obat dan ramuan tradisional yang
digunakan oleh berbagai etnis di Indonesia. Maraknya biopirasi yang dilakukan
oleh pihak luar terhadap kekayaan plasma nutfah tumbuhan obat Indonesia harus
segera diantisipasi dengan menyediakan data base atas kepemilikan dan autentitas
spesies tersebut sebagai kekayaan biodiversitas Indonesia.
Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas
lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin
intensifnya penggunaan varietas unggul baru, perusakan habitat sumberdaya
genetik tanaman untuk memenuhi kebutuhan kehidupan tanaman obat akibat
perluasan pembangunan industri-industri besar yang tidak mengenal belas
kasihan. Plasma nutfah atau varietas baru yang ditemukan perlu diamati sifat dan
asalnya. Dalam buku Hernani dan Djauhariya (2004) menyatakan bahwa
eksplorasi dan pengembangan budidaya tumbuhan obat terus dikembangkan untuk
mencapai sasaran jangka panjang, yaitu mengurangi impor bahan baku obat
sintesis guna menghemat devisa negara. Dimana kebutuhan bahan baku obat
tradisional terutama yang bersal dari tumbuhan sebagian besar masih diambil dari
alam.
berlaku seperti: GACP WHO 2003, Materia medika Indonesia dan SNI
(Aziz, 2006).
Pemanfaatan tumbuhan obat atau bahan obat alam pada umumnya
sebenarnya bukanlah merupakan hal baru. Upaya pengobatan tradisional dengan
obat-obat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan
sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang
pembangunan kesehatan. Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan masyarakat, obat tradisional perlu dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan tanaman obat
alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya (Tukiman, 2004).
Menurut Mursito (2003), pemanfaatan tanaman obat dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku pengobatan sendiri (self medication)
Pengobatan ini dapat dilakukan di setiap rumah tangga. Tanaman yang
digunakan biasanya dimanfaatkan dalam bentuk segar. Upaya untuk
meningkatkan dan memasyarakatkan dilakukan cara penanaman tanaman obat
keluarga (toga).
2. Bahan baku obat tradisional
Obat-obatan yang berbahan baku tanaman maupun mineral secara
turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Tanaman obat ini biasa dimanfaatkan dalam keadaan sudah dikeringkan atau
dikenal dengan istilah simplisia.
3. Bahan baku fitofarmaka
Obat-obatan yang menggunakan tanaman obat yang telah memenuhi
persyaratan yang berlaku di Indonesia.Tanaman obat yang sering digunakan
dalam keadaan yang sudah dikeringkan. Persyaratan tanaman obat yang
bolehdigunakan sebagai bahan baku fitofarmaka antara lain sudah mempunyai
data uji praklinis maupun klinis.
digunakan masyarakat yang saat ini disebut Herbal Medicine atau Fitofarmaka
yang perlu diteliti dan dikembangkan. Menurut Keputusan Menkes RI No. 761
tahun 1992.
METODE PENELITIAN
D
20m
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengancara pengambilan titik plot vegetasi
tumbuhan obat dengan menggunakan GPS untuk mengetahui sebaran vegetasi dan
tumbuhan obat. Pengolahan data untuk pembuatan peta sebaran vegetasi
dilakukan dengan SIG menggunakan software ArcGis 10.3. ArcGis 10.3
merupakan salah satu perangkat lunak desktop SIG dan pemetaan yang
dikembangkan oleh Environmental Systems Research Institute (ESRI)
(Prahasta, 2002).
Data yang dikelola dalam basis data ini berkaitan dengan ruang atau posisi
geografis (data spasial) maupun data yang bersifat deskriptif dan numerik/angka
yang akan dapat tertata dengan baik dan terpetakan secara rapi. Dalam sistem ini
tiap jenis tema akan disimpan dalam bentuk layer atau lapisan peta secara digital
sehingga memudahkan untuk memperbaiki dan memperbaharui (updating) data,
DNR
Ubah ke *shp
ArcView GIS 10.3
ArcGis 10.3
Overlay
Analisis Data
Data vegetasi yang telah terkumpul dianalisis untuk mengetahui kerapatan,
kerapatan relatif, dominansi, dominansi relatif, frekuensi dan frekuensi relatif
serta Indeks Nilai Penting (INP) dengan menggunakan rumus Kusmana (1997)
sebagai berikut :
e. Dominansi D
temukan di Desa Rumah Galuh sebanyak 617. Jumlah plot yang diteliti sebanyak
19 plot dengan ukuran plot 20 m x 20 m dan total luas plot 7600 m2. Jenis yang
paling banyak ditemukan pada setiap lokasi jelajah berbeda, disebabkan oleh
faktor-faktor biotik maupun faktor abiotik, serta kemampuan adaptasi jenis
tersebut di habitatnya (Wardah, 2008).
obat tingkat tiang di Desa Rumah Galuh. INP tertinggi pada kategori pohon
tingkat tiang adalah Havea brasiliensisdengan INP sebesar 93,37. Nilai INP
terendah adalah Cinnamomun verum, dengan nilai INP sebesar 14,97.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada kategori
pohon tingkat tiang memiliki indeks keragaman jenis sebesar 1,61.
Keanekaragaman jenis tingkat tiang tergolong sedang.
d. Tingkat pohon
Pada Desa Rumah Galuh diperoleh kategori pohon tingkat pohon
sebanyak 4 jenis vegetasi, dengan total keseluruh tanaman sebanyak 71. Jenis
karet yang paling banyak ditemukan jenis pohon yaitu 42. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tingkat pohon di Desa
Rumah Galuh. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada kategori tingkat pohon
adalah Hevea brasiliensis dengan INP sebesar 122,32. Nilai INP terendah adalah
Archidendron pauciflorum dengan INP 31,53. Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh bahwa tumbuhan obat pada kategori tingkat pohon memiliki indeks
keragaman jenis sebesar 0,91. Keanekaragaman jenis tingkat pohon tergolong
rendah Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai parameter index
Shannon-Wiener bahwa apabila indeks keragaman 0-1 maka keanekaragamannya
tergolong rendah.
pelayanan fasilitas kesehatan umum cukup jauh dari pemukiman penduduk Desa
Rumah Galuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sada dan Tanjung (2010)
masalah/kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan tumbuhan obat yaitu
ketersediaan tumbuhan yang berkhasiat obat, karena sebagian besar tumbuhan
yang dimanfaatkan merupakan tumbuhan liar dan belum dibudidayakan dan juga
minimnya pengetahuan dari kaum muda tentang pemanfaatan dan pengelolahan
tumbuhan obat.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap masyarkat di
Desa Rumah Galuh, 16 jenis tumbuhan bawah dan merupakan tumbuhan obat
yang sering digunakan oleh masyarkat desa secara turun-temurun .Pemanfaatan
Tumbuhan obat dan bagian-bagian yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut.
3. Bas-Bas
Bas-bas merupakan herba sukulen semi semak tahunan dengan tinggi
100-120 cm dan tidak berumbi. Bercabang-cabang dan mempunyai bulu-bulu
tegak yang halus. Bagian bawah daun mempunyai banyak rambut glandular yang
menyebabkan tampilan berkilat. Tumbuhan ini biasanya dimanfaatkan untuk
mengobati luka, infeksi, reumatik dan perut kembung (Agoes, 2010). Menurut
responden kunci yang diwawancarai Bas-bas bermanfaat untuk reumatik dan
perut kembung, bagian yang digunakan adalah daun. Cara pengolahan tumbuhan
Bas-bas untuk menjadi obat adalah bagian daun direbus dan air rebusannya di
minum. Bas-bas dapat dilihat pada Gambar 7.
6. Kemusing
Kemusing merupakan tumbuhan berumur setahun, batang merebah,
bentuk bulat, lunak dan berair, tidak berkayu. Daun tunggal, bentuk bulat telur,
tebal, duduk daun tersebar atau berhadapan, tangkai pendek. Pangkal daun
meruncing, tepi daun rata lebar 5-35mm. Tanaman ini tumbuh liar di tempat
terbuka, tempat agak berlindung seperti pekarangan, pinggiran selokan dan
pinggiran jalan.Tumbuhan ini berkhasiat untuk sakit perut, demam, bisul, panas
(Djauhariya dan Hernani, 2004).
Hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan kemusing dapat
dimanfaatkan untuk mengobati demam dan bisul. Bagian yang di gunakan untuk
pengobatan yaitu daun tumbuhan Kemusing. Cara pengolahan tumbuhan
Kemusing untuk pengobatan yaitu dengancara direbus. Kemusing dapat dilihat
pada Gambar 10.
tengah. Tumbuhan ini berkhasiat untuk mengobati sakit mata, bisul, borok,
kanker dan bronchitis (Djauhariya dan Hernani, 2004). Merah Mata dapat dilihat
pada Gambar 11.
9. Pakis
Pakis berupa terna dengan rimpang yang menjalar di tanah atau humus dan
ental yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Pakis
yang masih muda selalu menggulung seperti gagang biola dan menjadi satu ciri
khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu tersusun sebagai daun majemuk.
Berkhasiat untuk mengobati demam (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan Pakis di
manfaatkan untuk pengobatan diabetes. Bagian yang digunakan untuk obat adalah
bagian akar. Cara pengolahan akar tumbuhan Pakis untuk pengobatan yaitu
dengan cara direbus, setelah di rebus air rebusannya diminum secara teratur. Pakis
dapat dilihat pada Gambar 13.
sebagai obat untuk mengobati diare, masuk angin dan perut kembung
(Djauhariya dan Hernani, 2004). Rata Bunga dapat dilihat pada Gambar 14.
13. Serai
Serai atau rumput menahun, membentuk jerami, tinggi 40-60 cm,
berumpun banyak, mengumpul dan bergerombol. Helaian daun seperti bangun
garis, dengan panjang daun 35-70 cm, lebar daun 0,7-1 cm, ujung daun runcing,
pertulangan daun sejajar, tepi daun rata, permukaan daun bagian atas dan bawah
berwarna hijau dengan permukaan bagian atas kasar. Tumbuhan ini dimanfaatkan
sebagai obat diabetes, penyakit kuning, (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan Serai
dgunakan untuk mengobati penyakit kuning, dan diabetes. Bagian yang digunakan
pada tumbuhan Serai adalah daun. Cara pengolahan tumbuhan Serai untuk
pengobatan yaitu dengan cara bagian daun Serai direbus dan air rebusan daun
tumbuhan Serai diminum secara teratur. Serai dapat dilihat pada Gambar 17.
darah, mimisan, sakit perut dan demam (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Sikerbeng dapat dilihat pada Gambar 18.
16. Temu-Temu
. Temu-temu mempunyai daun 3 atau 4 buah, tangkai daun 7-16 cm,
membentuk saluran dan dasar yang membulat. Tangkai sari pendek dan bercabang
dua dengan 1-3 mm. Tumbuhan ini bermanfaat untuk peluru dahak, penambah
nafsu makan, menyembuhkan sakit perut, sariawan (Agoes, 2010).
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan responden kunci tumbuhan
Temu-temu dapat digunakan untuk mengobati sakit perut, dan penambah nafsu
makan, bagian tumbuhan Temu-temu yang digunakan adalah daun. Cara
pengolahan tumbuhan Temu-temu yang digunakan adalah daun Temu-temu
direbus dan air rebusan dari Temu-temu diminum secara teratur. Temu-temu dapat
dilihat pad Gambar 20.
Gambar 22. Peta Persebaran SeluruhVegetasi Desa Rumah Galuh Plot 1-5
Gambar 23. Peta Persebaran SeluruhVegetasi Desa Rumah Galuh Plot 6-10
Gambar 24. Peta Persebaran SeluruhVegetasi Desa Rumah Galuh Plot 11-15
Gambar 25. Peta Persebaran SeluruhVegetasi Desa Rumah Galuh Plot 16-19
Gambar 26. Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot 1-5
Gambar 27. Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot 6-10
Gambar 28. Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot 11-15
Gambar 29. Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot 16-19
Saran
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat yang berada di Desa Rumah
Galuh masih sangat minim dengan potensi tumbuhan obat yang tergolong tinggi.
Masyarakat seharusnya memanfaatkan potensi tumbuhan obat di
Desa Rumah Galuh untuk keperluan pribadi maupun dikelola untuk dijual
sebagai penambah penghasilan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, HA. 2010. Tanman Obat Indonesia Buku 3. Salemba Medika. Jakarta.
Asiah, N. Nur, P, dan Nursiam Y. 2010. Tumbuhan Obat dan Kearifan Lokal
Masyarakat Disekitar Desa Hutan Adat Guguk Kecamatan Renah
Pembarap. Diakses darihttps://litbangjambi11.files.wordpress.com [23
Mei 2017] [20.08 WIB].
Badan Pusat Satistik. 2018. Kecamatan Sei Bingai dalam Angka 2018.
BPS Kabupaten Langkat. Langkat.
Hasanah, Y. dan Hapsoh. 2011. Budidaya Tumbuhan Obat dan Rempah. USU
Press. Medan.
Laratu, M. 2014. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Herba Pada Dua Tipe Hutan
Di Desa Bobo Kawasan Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah.
Biocelebes, 8 (2): 13-25.
Limbong, J., D., P., Rahmawaty dan Yunus, A. 2015. Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Obat di Hutan Kemasyarakatan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Unit XIV Toba Samosir. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
Medan.
Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah
Penelitian dan Pengembangannya. JurnalPerspektif. 8 (1): 52-64
Sofia,D. 2007. Keanekara gaman Jenis Anakan Tingkat Semai Dan Pancang di
Hutan Alam. Karya Tulis. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra
Utara. Medan.
Taufik, M., Akbar, K. dan Alfi, R.P. 2016. Identifikasi Daerah Rawan Tanah
Longsor Menggunakan Sitem Informasi Geografis (SIG). Teknik ITS.
5(2):2301-9271.