You are on page 1of 61

EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT DI DESA RUMAH

GALUH KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN


LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DAVID JON SINAMBELA


131201150

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT DI DESA RUMAH
GALUH KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN
LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DAVID JON SINAMBELA


131201150

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar sarjana di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
DAVID JON SINAMBELA: Exploration of Medicinal Plants in Rumah Galuh
Village Sei Bingai District Langkat Regency. Supervised by RAHMAWATY and
ABDUL RAUF.

The existence of medicinal plants in a location is not known, so


exploration and mapping of medicinal plants is needed. This research aimed to
identify the types of medicinal plants and map the distribution of medicinal plants
in Rumah Galuh Village. Exploration of medicinal plants by inventory activities
were used purposive sampling method, while the use of medicinal plants by the
public is known through interviews. Identification of types of medicinal plants was
done by direct observation in the field and making maps of distribution of
medicinal plants using the Geographic Information System (GIS) application. The
types of medicinal plants were found 39 species from 22 families and consisting of
understorey, seedlings, saplings, poles and tree. The most common types of
undergrowth were Senduduk Bulu (50 individuals) and the trees species most
commonly were found Rubber (112 individuals). Part of plant that the most used
were leaves. Utilization of medicinal plants in Rumah Galuh Village still uses a
relatively simple method by boiling plant parts.

Keywords: Exploration, Rumah Galuh Village, Geographic Information System


(GIS), Medicinal plant.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
DAVID JON SINAMBELA : Eksplorasi Tumbuhan Obat Di Desa Rumah Galuh
Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan
ABDUL RAUF.

Keberadaan tumbuhan obat dalam suatu lokasi belum banyak diketahui


sehingga diperlukan kegiatan eksplorasi dan pemetaan tumbuhan obat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan obat dan memetakan sebaran
tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh. Ekplorasi tumbuhan obat dilakukan dengan
kegiatan inventarisasi yang menggunakan metode purposive sampling, sedangkan
pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat diketahui melalui kegiatan
wawancara. Identifikasi jenis tumbuhan obat dilakukan dengan pengamatan secara
langsung di lapangan dan pembuatan peta sebaran tumbuhan obat menggunakan
aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Jenis tumbuhan obat yang ditemukan
yaitu sebanyak 39 jenis yang berasal dari 22 famili dan terdiri dari tumbuhan
bawah, semai, pancang, tiang dan pohon. Jenis tumbuhan bawah yang paling
banyak ditemukan yaitu senduduk bulu sebanyak 50 individu dan jenis pohon
paling banyak ditemukan yaitu karet sebanyak 112 individu. Bagian tumbuhan
yang paling banyak dimanfaatkan yaitu daun. Pemanfaatan tumbuhan obat di Desa
Rumah Galuh masih menggunakan cara yang tergolong sederhana yaitu dengan
cara merebus bagian tumbuhan.

Kata kunci :Eksplorasi, Rumah Galuh, Sistem Informasi Geografis (SIG),


Tumbuhan Obat.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balige pada tanggal 16 Mei 1995.


Penulis merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara oleh pasangan
Anton Sinambela dan Anita Tambunan.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 173524
Balige pada tahun 2001-2007, pendidikan tingkat Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Balige pada tahun 2007-
2010, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 2 Balige pada tahun 2010-2013. Pada tahun 2013,
penulis lulus di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur
SBMPTN. Penulis memilih minat Departemen Manajemen Hutan.
Semasa kuliah penulis merupakan anggota organisasi HIMAS USU.
Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Hutan Aek Nauli
pada tahun 2015. Pada tahun 2018 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja
Lapang (PKL) di Taman Nasional Baluran Situbondo. Pada awal tahun 2018
penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Eksplorasi tumbuhan obat di Desa
Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera
Utara” dibawah bimbingan Ibu Rahmawaty, S.Hut.,M.Si., Ph.D dan Bapak
Prof. Dr. Ir Abdul Rauf., MP.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul "
Eksplorasi tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai,
Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Rahmawaty, S.Hut.,M.Si., Ph.D selaku komisi pembimbing dan bapak
Prof. Dr. Ir Abdul Rauf., M.P selaku anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dengan baik. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., M.P dan ibu
Dr. Evalina Herawati, S.Hut., M.Si. yang telah bersedia menjadi dosen penguji
pada saat sidang meja hijau serta memberikan bimbingan dan berbagai masukan
berharga kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, bapak
Anton Sinambela dan Ibu Anita Tambunan yang bersedia memberikan dukungan
materi dan moral untuk pelaksanaan dan penyusunan hasil penelitian ini. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa Rumah Galuh Bapak
Japen Ginting yang telah memberi ijin sebagai lokasi penelitian dan atas semua
bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.
Penelitian ini merupakan bagian dari hibah penelitian dasar Talenta
USU 2018 No.2590/UN5.1.R/PPM/2018. Pada kesempatan ini, penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada USU atas bantuan hibah penelitian yang
diberikan. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat ke berbagai
pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Oktober 2019

David Jon Sinambela

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i


PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. ii
ABSTRACT .....................................................................................................
iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ........................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Obat................................................................................................ 3
Eksplorasi ......................................................................................................... 5
Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat ...................................................... 6
Penelitian Tentang Tumbuhan Obat................................................................. 8
Peran Tumbuhan Obat ..................................................................................... 8
Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Eksplorasi Tumbuhan Obat ........ 9
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 10
Keadaan Geografis Lokasi Penelitian .............................................................. 10
Alat dan Bahan ................................................................................................. 10
Teknik Pengambilan Data ................................................................................ 12
Inventarisasi Tumbuhan Obat .............................................................. 12
Teknik Pengambilan Data Tumbuhan Obat ......................................... 13
Prosedur Penelitian ............................................................................... 13
Analisis Data ........................................................................................ 15

HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis Vegetasi Potensi Tumbuhan Obat ........................................................... 17
Kategori Tumbuhan Bawah ............................................................................. 19
Fase Pertumbuhan Pohon ................................................................................. 20
Tingkat Semai ...................................................................................... 20
Tingkat Pancang ................................................................................... 20
Tingkat Tiang ....................................................................................... 20
Tingkat Pohon ...................................................................................... 21
Pemanfaatan Tumbuhan Obat .......................................................................... 21
Deskripsi dan Kegunaan Tumbuhan Obat ....................................................... 23

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Peta Sebaran Tumbuhan Obat .......................................................................... 34

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ...................................................................................................... 46
Saran................................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Invetarisasi Vegetasi Plot Penelitian Jenis Pohon Desa Rumah Galuh .. 17
2. Inventarisasi Vegetasi Plot Penelitian Jenis Tumbuhan Bawah Desa
Rumah Galuh ........................................................................................ 18

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 11
2. Petak Contoh Transek ............................................................................. 12
3. Skema Alur Pembuatan Peta Sebaran Tumbuhan Obat ......................... 15
4. Presentasi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat ................... 21
5. Asar-asar ................................................................................................. 24
6. Bancir...................................................................................................... 24
7. Bas-bas.................................................................................................... 25
8. Belasih .................................................................................................... 26
9. Kacibini .................................................................................................. 26
10 Kemusing ................................................................................................
27
11 Merah Mata............................................................................................. 28
12 Nungke.................................................................................................... 28
13 Pakis........................................................................................................ 29
14 Rata Bunga .............................................................................................
30
15 Sampelulut .............................................................................................. 31
16 Senduduk Bulu ....................................................................................... 31
17 Serai ........................................................................................................ 32
18 Sikerbeng ................................................................................................ 33
19 Tanduk Rebuah ....................................................................................... 33
20 Temu-temu.............................................................................................. 34
21 Peta Sebaran Plot di Desa Rumah Galuh ................................................ 36
22 Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Desa Rumah Galuh Plot 1-5 ...........
37
23 Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Desa Rumah Galuh Plot 6-10 ......... 38
24 Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Desa Rumah Galuh Plot 11-15 ....... 39
25 Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Desa Rumah Galuh Plot 16-19 ....... 40
26 Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot ..
1-5 ........................................................................................................... 41
27 Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot.
6-10 .........................................................................................................
42
28 Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot.
11-15 ....................................................................................................... 43
29 Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot.
16-19 ....................................................................................................... 44

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan memiliki banyak peranan dan fungsi penting dalam


keberlangsungan makhluk hidup. Salah satu kebutuhan manusia yaitu pangan
(tumbuhan obat), sandang, dan papan. Kecenderungan masyarakat menggunakan
bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan obat terus meningkat. Produk berbahan
baku yang berasal dari tumbuhan dinilai relatif lebih aman dan ramah lingkungan
dibanding dengan produk berbahan aktif kimia (Balfas dan Willis, 2009).
Tumbuhan obat adalah tanaman yang bagian akar, batang, daun atau
buahnya yang mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat mengobati berbagai
jenis penyakit. Jumlah tumbuhan obat di Indonesia yang telah dimanfaatkan
adalah 2.518 jenis (Eisai, 1995), dan sekitar 300 jenis tumbuhan telah
dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional (Hariana, 2007).
Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan
mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya genetik tertentu (tumbuhan obat) untuk
dimanfaatkan dan mengamankannya dari kepunahan (Kusumo dkk, 2002).
Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan
kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin intensifnya
penggunaan varietas unggul baru, dan perusakan habitat sumberdaya genetik
tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Desa Rumah Galuh merupakan desa yang memiliki potensi alam
tumbuhan obat yang baik. Kehidupan masyarakat yang masih melekat dengan
pengobatan tradisional membuat tumbuhan obat menjadi solusi bagi kesehatan
masyarakat. Sebagian besar masyarakat Rumah Galuh telah mengggunakan
tumbuhan obat secara turun-temurun. Menurut Zein (2005), dahulu tumbuhan
obat berperan penting, dikarenakan sulitnya jangkauan fasillitas kesehatan,
terutama pada daerah terpencil. Masyarakat cenderung mencari pengobatan
melalui informasi tetangga, dukun dan tabib.
Desa Rumah Galuh adalah salah satu desa yang berada di provinsi
Sumatera Utara, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Hingga saat ini
informasih kelimpahan dan potensi tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh masih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

belum diketahui, sehingga diperlukan identifikasi tumbuhan obat dan pemetaan


jenis tumbuhan dengan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan
dilakukannya identifikasi, maka masyarakat dapat mengetahui jenis tumbuhan
obat yang keberadaannya melimpah ataupun terancam, sehingga masyarakat dapat
memanfaatkannya secara optimal. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai tumbuhan obat yang berpotensi untuk
dikembangkan secara komersial, misalnya sebagai bahan baku obat tertentu.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasijenis tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei
Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
2. Memetakan sebaran tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei
Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberi informasi dan data potensi keanekaragaman tumbuhan obat di Desa
Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
2. Mengetahui tumbuhan obat yang mendominasi di Desa Rumah Galuh,
Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dan diharapkan
masyarakat tertarik untuk mengembangkan pengolahan tumbuhan obat dalam
skala yang lebih luas terkhusus masyarakat sekitar Desa Rumah Galuh,
Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Obat
Obat yang berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih
rendah dibandingkan obat-obatan kimia, karena efek obat herbal bersifat alamiah.
Dalam tanaman-tanaman berkhasiat obat yang telah dipelajari dan diteliti secara
ilmiah menunjukan bahwa tanaman-tanaman tersebut mengandung zat-zat atau
senyawa aktif yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Maheshwari, 2002).
Tumbuhan obat memiliki peranan yang sangat penting bagi dunia
kesehatan sehingga perlu dilakukan penelitian di berbagai wilayah untuk
menganalisis keanekaragaman jenis tanaman obat. Kecenderungan masyarakat
menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan obat terus meningkat.
Dalam penelitian Pribadi (2009) melaporkan bahwa perkembangan terakhir
menunjukkan peningkatan permintaan akan produk tumbuhan obat tidak hanya
sebatas peningkatan kuantitas tumbuhan yang telah biasa digunakan tetapi
berkembang kearah bertambahnya jenis tanaman yang digunakan dan ragam
produk yang dihasilkan. Sebahagian besar bahan baku obat yang berasal dari
tumbuhan dipanen secara langsung dari alam.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam penyediaan bahan
baku tumbuhan obat karena sumberdaya yang tersimpan di dalam hutan.Indonesia
memiliki lebih dari 1.000 jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat dan
sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional.
Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan berbagai tumbuhan yang
berkhasiat sebagai obat dan dihuni oleh berbagai suku dengan pengetahuan
pengobatan tradisional yang berbeda (Hariana, 2004).
Tingginya potensi keberaadaan tumbuhan obat di Sumatera Utara belum
semua terdata. Saat ini banyak jenis tumbuhan khususnya tumbuhan obat yang
masih belum teridentifikasi secara maksimal.Menurut Sofia (2007), Indonesia
merupakan negara tropika yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas.
Keberadaan kawasan hutan ini merupakan aset nasional yang harus terus dikelola
dan dikembangkan ke arah lebih baik, agar dapat dimanfaatkan secara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

berkelanjutan dengan memperhatikan kebutuhan generasi masa kini dan masa


yang akan datang.
Menurut Asiah, dkk (2010), penelitian tumbuhan obat telah berkembang
luas di China, India, Thailand, Korea, dan Jepang. Tumbuhan obat mampu
memberikan sumbangan besar bagi pelayanan kesehatan, jika pemerintah
Indonesia mau memberikan anggaran yang cukup untuk melakukan penelitian
obat. Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah
digunakan sebagian besar masyarakat Indonesia. Keuntungan obat tradisional
adalah kemudahan untuk memperoleh dan bahan bakunya dapat ditanam
diperkarangan rumah sendiri, murah dan dapat diramu sendiri. Kelemahan
tumbuhan obat antara lain :
1. Sulitnya mengenali jenis tumbuhan dan bedanya nama tumbuhan
berdasarkandaerah tempatnya tumbuh.
2. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tumbuhan obat, terutama
dikalangandokter.
3. Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa Fitofarmaka kurang
menarik dibandingkan obat-obatan paten.
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya
(akar, batang, kulit, daun, umbi, buah, biji dan getah) mempunyai khasiat sebagai
obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau
tradisional. Indonesia terdapat sekitar 400 jenis tumbuhan obat yang dapat
digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisional,
80 jenis diantaranya sudah dibudidayakan oleh petani (Kartasapoetra,1988).
Masyarakat sebagian besar memanfaatkan daun karena mempercayai bahwa daun
tanaman tertentu memiliki sifat sebagai pendinginan, oleh karena itu, mereka
dapat digunakan untuk mengobati demam dan menurunkan suhu tubuh
pasien(Kala 2006 dalam Rahmawaty, dkk 2019).
Menurut Hasanah dan Hapsoh (2011) tumbuhan yang berkhasiat obat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau
dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

2. Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan obat yang secara ilmiah
telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat
obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga
mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum
dibuktikan secara medis penggunaannya sebagai bahan obat tradisional.
Depertemen Kesehatan RI mendefenisikan tanaman obat indonesia seperti
yang tercantum pada SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu :
1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional
atau jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan
baku obat.
3. Tanaman atau bagian tanaman yang di ekstraksi dan ekstarak tanaman
tersebut digunakan sebagai obat.

Eksplorasi
Menurut Muswita dan Jalius (2012) eksplorasi pengetahuan lokal
mengenai tumbuhan obat (etno-medisin) merupakan riset pengetahuan tradisional
dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Penelitian ini dilaksankan untuk menjawab
kebutuhan informasi terkait data tumbuhan obat dan ramuan tradisional yang
digunakan oleh berbagai etnis di Indonesia. Maraknya biopirasi yang dilakukan
oleh pihak luar terhadap kekayaan plasma nutfah tumbuhan obat Indonesia harus
segera diantisipasi dengan menyediakan data base atas kepemilikan dan autentitas
spesies tersebut sebagai kekayaan biodiversitas Indonesia.
Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas
lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin
intensifnya penggunaan varietas unggul baru, perusakan habitat sumberdaya
genetik tanaman untuk memenuhi kebutuhan kehidupan tanaman obat akibat
perluasan pembangunan industri-industri besar yang tidak mengenal belas
kasihan. Plasma nutfah atau varietas baru yang ditemukan perlu diamati sifat dan
asalnya. Dalam buku Hernani dan Djauhariya (2004) menyatakan bahwa
eksplorasi dan pengembangan budidaya tumbuhan obat terus dikembangkan untuk
mencapai sasaran jangka panjang, yaitu mengurangi impor bahan baku obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

sintesis guna menghemat devisa negara. Dimana kebutuhan bahan baku obat
tradisional terutama yang bersal dari tumbuhan sebagian besar masih diambil dari
alam.

Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat


Potensi tanaman obat yang ada di hutan dan kebun/pekarangan sangatlah
besar, baik industri obat tradisional maupun fitofarmaka memanfaatkannya
sebagai penyedia bahan baku obat. Menurut Zuhud (2008), dilihat dari segi
habitusnya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di berbagai formasi
hutan Indonesia dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) macam yaitu : habitat
bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak. Dari ke tujuh habitat ini,
spesies tumbuhan obat yang termasuk kedalam habitat pohon mempunyai jumlah
spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitat lainnya, yaitu
sebanyak 717 spesies (40,58%).
Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat mengingat
perkembangan industri obat modern dan obat tradisional terus meningkat.
Memang obat-obatan modern berkembang cukup pesat, namun potensi obat
tradisional terutama yang berasal dari tumbuhan tetap tinggi. Hal ini disebabkan
obat tradisional dapat diperoleh tanpa resep dokter, dapat diramu sendiri, bahan
baku tidak perlu diimpor, dan tanaman obat dapat ditanam sendiri oleh
pemakainya (Hernani dan Djauhariya, 2004).
Tanaman obat tidak dapat hanya dipandang sebagai obyek produksi yang
memiliki nilai ekonomi, tetapi tanaman obat memiliki nilai lebih yang
mengharuskan kita menggembangkannya. Berdasarkan data dari
Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) diketahui bahwa untuk Indonesia
industri yang menggunakan bahan baku tanaman obat merupakan salah satu
industri yang terbesar, terutama yang digunakan sebagai bahan baku jamu. Belum
lagi simplisia (produk tanaman obat yang dikeringkan) yang diekspor ke luar
negeri. Secara umum, neraca perdagangan tanaman obat Indonesia masih surplus.
Nilai ekspor tanaman obat masih di atas nilai impornya. Pada tahun 1999, nilai
ekspor sebesar US$ 18.575.407 sedangkan impornya hanya US$ 710.514. Produk
budidaya tanaman obat ini harus mengikuti standar baku mutu budidaya,
misalnya: GAP WHO 2003, dan standar baku mutu produk tanaman obat yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

berlaku seperti: GACP WHO 2003, Materia medika Indonesia dan SNI
(Aziz, 2006).
Pemanfaatan tumbuhan obat atau bahan obat alam pada umumnya
sebenarnya bukanlah merupakan hal baru. Upaya pengobatan tradisional dengan
obat-obat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan
sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang
pembangunan kesehatan. Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan masyarakat, obat tradisional perlu dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan tanaman obat
alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya (Tukiman, 2004).
Menurut Mursito (2003), pemanfaatan tanaman obat dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku pengobatan sendiri (self medication)
Pengobatan ini dapat dilakukan di setiap rumah tangga. Tanaman yang
digunakan biasanya dimanfaatkan dalam bentuk segar. Upaya untuk
meningkatkan dan memasyarakatkan dilakukan cara penanaman tanaman obat
keluarga (toga).
2. Bahan baku obat tradisional
Obat-obatan yang berbahan baku tanaman maupun mineral secara
turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Tanaman obat ini biasa dimanfaatkan dalam keadaan sudah dikeringkan atau
dikenal dengan istilah simplisia.
3. Bahan baku fitofarmaka
Obat-obatan yang menggunakan tanaman obat yang telah memenuhi
persyaratan yang berlaku di Indonesia.Tanaman obat yang sering digunakan
dalam keadaan yang sudah dikeringkan. Persyaratan tanaman obat yang
bolehdigunakan sebagai bahan baku fitofarmaka antara lain sudah mempunyai
data uji praklinis maupun klinis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Penelitian Tentang Tumbuhan Obat


Pada penelitian ini dibutuhkan data sebaran tanaman obat yang telah di
eksplorasi, untuk mempermudah identifikasi tanaman obat, sebelumnya telah
dilakukan penelitian eksplorasi tumbuhan obat yang tersebar di wilayah Sumatera
Utara.Beberapa penelitian tentang jenis tumbuhan obat antara lain penelitian
Panjaitan (2001), melaporkan bahwa jenis tumbuhan obat yang digunakan
pengobat tradisional di Sumatera Utara antara lain Kunyit (Curcuma domestica
Vall.), Daun Nipah, Daun Nangka (Artocarpus integra Merr.), Daun Sanameki
(Senna alexandrina), Jarak (Recinus communis Linn.), Sirih (Piper betle Linn.),
Cemara (Casuarina equisetifolia Linn.), Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Sw.),
Jahe (Zingeberis officinale Rosc.), Lada (Piper nigrum Lin.), Lempuyang Wangi
(Zingiber aromatikum Vahl.), Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.),
Cengkeh (Caryophillus aromatikus Linn.), Bawang Putih (Allium sativum),
Sendep (Equisetum debile Roxb.), Daun Pijer, Deleng, Bakau, Daun Pahang
(Capsium annuum Linn.), Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.),
Kumis Kucing (Orthopsiphon grandiflora Bald.).
Dalam penelitian Taruli (2016), menyatakan bahwa keanekaragaman
tumbuhan obat di hutan sibolangit sumatera utaradiperoleh 20 jenis tumbuhan
obat yang tersebar di Taman Wisata Alam. Komposisinya terdiri atas sirih
(Piper betle), tepu (Amorphophallus uariabilis), pus-pus (Mallothus subpeltatus),
rubei (Morus alba), sindodok (Clidemia hirta), riman (Calamus blumei), rotan
(Calamus diepenhorstii), ingel-ingel (Angiospteris evecta), banban (Donas
canniformis), mahoni (Swietenia mahagoni), nungkai (Peronema canescens),
ketapang (Terminalia catappa), pinang (Areca catechu), pisang
(Musa paradisiaca), kempawa (Didymosperma porhycarrpum), aren
(Arenga pinnata), mindi (Melia azedarach), petai cina (Leucaena leucocephala),
pulai (Alstonia scholaris), singkam (Bischofia javanica).

Peran Tumbuhan Obat


Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah
bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sediaan obat tradisional yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

digunakan masyarakat yang saat ini disebut Herbal Medicine atau Fitofarmaka
yang perlu diteliti dan dikembangkan. Menurut Keputusan Menkes RI No. 761
tahun 1992.

Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Eksplorasi Tumbuhan Obat


Pada tahap eksplorasi tumbuhan obat terdapat proses pemetaan, pemetaan
dilakukan untuk mengetahui koordinat tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh,
Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang
didokumentasikan dalam bentuk peta. Menurut Nopelina (2006) ditinjau dari
peranannya, peta adalah bentuk penyajian informasi spasial tentang permukaan
bumi untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Semua kegiatan untuk
menghasilkan tampilan informasitersebut secara keruangan (spasial) adalah apa
yang disebut dengan pemetaan. Pemetaan ini adalah suatu bentuk komunikasi
secara grafis antara pembuat dan pemakai peta yang telah lama dikenal orang.
Hasil eksplorasi tumbuhan obat dapat disajikan dalam bentuk peta
denganmenggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang berorientasi
operasi berkaitandengan pengumpulan, penyimpanan, dan manipulasi data yang
bereferensi geografis secara konvensional (Rahmawaty dkk., 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2018 sampai dengan
Agustus 2018. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei
Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Identifikasi jenis tumbuhan obat
dilakukan di Laboratorium Inventarisasi Hutan, Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Keadaan Geografi Lokasi Penelitian
Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263,29 km² atau 626.329 Ha,
sekitar 8,74% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sei bingai
terletak antara 03o19’10”-03o34’10” Lintang Utara dan 98o21’14”- 98o31’30”
Bujur Timur. Kecamatan Sei bingai terletak 106 meter diatas permukaan laut
(mdpl) dengan luas 33.317 Ha (333,17 km2). Kecamatan Sei Bingai berbatasan
dengan Kota Binjai (Sebelah Utara), Kabupaten karo (Sebelah Selatan),
Kecamatan Kuala (Sebelah Barat) dan Kabupaten Deli Serdang (Sebelah Timur).
Kecamatan Sei Bingai terdiri dari 16 desa. Desa Rumah Galuh memiliki luas
3.615 Ha(36,15km2) dengan rasio terhadap luas kecamatan sebesar 10,85%. Desa
Rumah Gauh terletak 03o23’17,94” Lintang Utara dan 98o24’38,10” Bujur Timur
(Badan Pusat Statistik, 2018).

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan di lapangan adalah peta lokasi, kompas, GPS
(Global Positioning System), pisau, tali rafia, parang, sarung tangan, kamera
digital, Ms-Excel, meteran dan alat tulis. Alat yang digunakan untuk
pengkoleksian jenis yang tidak dikenali digunakan untuk identifikasi lebih lanjut
adalah gunting, label.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Tumbuhan obat
di Desa Rumah Galuh, Kecamatan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, buku
identifikasi tanaman obat, tallysheet, kantung plastik besar/keranjang, dan label
identifikasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Teknik Pengambilan Data


Inventarisasi Tumbuhan Obat
Inventerisasi dilapangan dilakukan dengan menggunakan metode petak
transek. Cara peletakan unit contohnya menggunakan cara systematic sampling
with random start, yang berarti penentuan petak awal yang dilakukan dengan cara
random (acak), namun penentuan petak-petak berikutnya menggunakan cara
sistematis (teratur). Pengamatan tumbuhan obat dilakukan dengan sensus
(menghitung tumbuhan obatyang berada didalam kawasan).
Penetapan garis transek dengan arah memotong garis kontur dengan lebar petak
20m x 20m.Bentuk petak contoh pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2.
20 m

D
20m

Gambar 2. Petak Contoh Transek


Keterangan:
a. Petak A: petak ukur untuk semai dengan ukuran 2 × 2 m (anakan pohon mulai
kecambah sampai setinggi kurang 1,5 m).
b. Petak B: petak ukur untuk pancang dengan ukuran 5 × 5 m (anakan pohon
tingginya ≥ 1,5 meter sampai diameter <10 cm).
c. Petak C: petak ukur untuk tiang dengan ukuran 10 × 10 m (anakan pohon yang
diameternya 10 cm sampai < 20 cm).
d. Petak D: petak ukur untuk pohon dengan ukuran 20 × 2 (pohon dewasa
berdiameter ≥ 20 cm ) (Kusmana, 2017).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Teknik Pengambilan Data Tumbuhan Obat


Data yang dikumpulkan terdiri dari 2 kelompok data yaitu :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperlukan untuk menjawab tujuan
penelitian, data ini diperlukan untuk memperoleh data sebaran tumbuhan obat di
Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Data diperoleh berdasarkan hasil observasi dan pengamatan langsung di
lapangan antara lain: jenis tumbuhan obat dan koordinat tumbuhan obat.
Berdasarkan informasi yang diterima di Desa Rumah Galuh,
ibu Marina Karo Karo (58 tahun) yang merupakan sumber informasi dalam
mengetahui beberapa tumbuhan obat, karena beliau merupakan ahli dalam
tumbuhan obat yang diakui oleh masyarakat setempat, pekerjaan beliau
merupakan pengelola tanaman obat untuk dijadikan obat tradisional yang sudah
dipakai oleh hampir seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di desa Rumah
Galuh.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperlukan sebagai penunjang dari
data primer yang mendukung penelitian. Data sekunder merupakan data tambahan
berupa keadaan umum lokasi penelitian.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengancara pengambilan titik plot vegetasi
tumbuhan obat dengan menggunakan GPS untuk mengetahui sebaran vegetasi dan
tumbuhan obat. Pengolahan data untuk pembuatan peta sebaran vegetasi
dilakukan dengan SIG menggunakan software ArcGis 10.3. ArcGis 10.3
merupakan salah satu perangkat lunak desktop SIG dan pemetaan yang
dikembangkan oleh Environmental Systems Research Institute (ESRI)
(Prahasta, 2002).
Data yang dikelola dalam basis data ini berkaitan dengan ruang atau posisi
geografis (data spasial) maupun data yang bersifat deskriptif dan numerik/angka
yang akan dapat tertata dengan baik dan terpetakan secara rapi. Dalam sistem ini
tiap jenis tema akan disimpan dalam bentuk layer atau lapisan peta secara digital
sehingga memudahkan untuk memperbaiki dan memperbaharui (updating) data,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

serta mempermudah dalam pencarian data serta mempergunakannnya secara tepat.


Penambahan, pengurangan, dan perubahan data sangat mungkin dan mudah
dilakukan berdasarkan perkembangan data terkini (hasil survei terbaru), sehingga
peta yang dihasilkan adalah peta yang bersifat terbuka yang dapat diperbaharui
setiap saat.
Metode identifikasi jenis diawali dengan pengamatan langsung di
lapangan. Tumbuhan obat diidentifikasi dengan menggunakan nama lokal supaya
memudahkan identifikasi selanjutnya. Proses identifikasi jenis tumbuhan obat dari
lapangan sampai pengklasifikasian adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi jenis dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan
2. Mencocokkan gambar-gambar hasil dokumentasi maupun jenis yang
dikumpulkan dari lapangan dengan website yang menyediakan deskripsi
tumbuhan yang ditemukan dan juga dilakukan dengan mencocokkan dengan
buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 3 oleh dr. Setiawan Dalimartha,
buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 5 oleh dr. Setiawan Dalimartha,
buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 6 oleh dr. Setiawan Dalimartha,
buku Gulma Berkhasiat Obat oleh Djauhariya, dkk, ataupun buku yang
berkaitan dengan tumbuhan obat lainya.
3. Hasil identifikasi difoto dan dimasukkan ke dalam Tabel.
Pembuatan peta penyebaran tumbuhan obat dilakukan dengan melakukan
overlay antara peta dasar Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten
Langkat, Sumatera Utara dengan data titik koordinat vegetasi tumbuhan obat yang
diambil di lapangan dengan menggunakan GPS. Pengolahan data titik koordinat
yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut :
1. Data titik koordinat dari data GPS diolah ke komputer dengan menggunakan
Software DNR Garmin.
2. File diubah kedalam bentuk shp yang kemudian dapat diolah dengan
menggunakan software Arc. Gis 10.3.
3. Setelah diperoleh peta titik koordinat Tumbuhan Obat, selanjutnya titik
tersebut di overlaykan dengan peta dasar kawasanDesa Rumah Galuh,
Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Data Lapangan Berupa Titik


Koordinat

Titik Koordinat Tumbuhan


Obat

DNR

Ubah ke *shp
ArcView GIS 10.3

ArcGis 10.3

Titik Koordinat vegetasi tumbuhan


obat

Overlay

Peta Dasar lokasi


penelitian

Peta Sebaran Tumbuhan


Obat lokasi peneltian

Gambar 3. Skema Alur Pembuatan Peta Sebaran Tumbuhan Obat

Analisis Data
Data vegetasi yang telah terkumpul dianalisis untuk mengetahui kerapatan,
kerapatan relatif, dominansi, dominansi relatif, frekuensi dan frekuensi relatif
serta Indeks Nilai Penting (INP) dengan menggunakan rumus Kusmana (1997)
sebagai berikut :

a. Kerapatan suatu jenis K

b. Kerapatan relatif suatu jenis KR

c. Frekuensi suatu jenis F

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

d. Frekuensi relatif suatu jenis FR

e. Dominansi D

f. Dominansi relatif suatu jenis DR

g. Indeks Nilai Penting (INP)


INP digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis
lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis
suatujenis dalam komunitas.
INP = KR + FR (untuk tingkat semai dan pancang)
INP = KR + FR + DR (untuk tingkat pohon)
h. Indeks Shannon-Wiener
Menurut Kusmana (1997) keanekaragaman jenis suatu kawasan hutan dapat
digambarkan dengan Indeks Shannon :
H’ = -Σ (pi) Ln (pi)
Keterangan :
H’ = Indeks keragaman jenis
pi = ni/N
ni = Jumlah jenis tertentu yang ditemukan
N = Jumlah seluruh individu yang ditemukan kriteria yang digunakan:
Kriteria yang digunakan :
H’ < 1, keanekaragaman tergolong rendah
H’ 1-3, keanekaragaman tergolong sedang
H’> 3, keanekaragaman tergolong tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Vegetasi Potensi Tumbuhan Obat


Hasil dari inventarisasi vegetasi jenis pohon yang dilakukan di Desa
Rumah Galuh Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Inventarisasi Vegetasi Jenis Pohon Desa Rumah Galuh
Nama Bagian yang
No Nama Latin Family Total
Lokal di gunakan
1 Cokelat Theobroma cacao Malvaceae Buah 1
2 Durian Durio zibethinus Malvaceae Biji,daun 1
3 Jengkol Archidendron pauciflorum Fabaceae Buah 11
4 Karet Hevea brasiliensis Euphorbiaceae Daun 112
5 Ketapang Terminalia catappa Combretaceae Daun 1
6 Mahoni Swietenia mahagoni Meliaceae Biji 7
7 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae Daun 1
Jumlah 134

Hasil pengelompokan tumbuhan yang diketahui sebagai tumbuhan obat


jenis pohon oleh masyarakat Desa Rumah Galuh ditampilkan pada Tabel
1.Tumbuhan obat dibagi dalam 2 kategori yaitu kategori pohon dan tumbuhan
bawah. Kategori pohon terdiri atas semai, pancang, tiang dan pohon. Pada
kategori pohon karet tumbuhan yang paling sering ditemukan yaitu dengan nilai
112 , hasil ini disebabkan karena penelitian ini dilakukan di dalam kawasan
vegetasi karet, sedangkan tunbuhan jenis pohon terendah yang ditemukandi Desa
Rumah Galuh adalah cokelat, durian, ketapang, mangga yaitu dengan dengan nilai
1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Hasil dari inventarisasi vegetasi jenis tumbuhan bawah yang dilakukan di


Desa Rumah Galuh Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel. 2. Inventarisasi Vegetasi Jenis Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh
Bagian
No Nama local Nama latin Family yang Total
digunakan
1 Akar Wangi Chrysopogon zizaniloides Poaceae Akar 16
2 Asar-Asar Selaginelladeoderleinii Selaginellaceae Daun 19
3 Bancir Bidens pilosa L. Asteraceae Daun 11
4 Bas-Bas Coleus aemboinicus Lour Lamiaceae Daun 15
5 Belasih Lantana camara L. Verbenaceae Daun 12
6 Cecepen Ageratum conyzoides L. Asteraceae Batang 16
7 Cirampas pide Spilanthes acmela L. Asteraceae Daun 16
8 Ikausabi Crassocephalum crepidioides Asteraceae Daun 13
9 Kacibini Elephantopus scaber Asteraceae Daun 19
10 Kali Bambang Saccharum officinarum L. Poaceae Daun 43
11 Keladi C bicolor Araceae Daun 13
12 Kemusing Portulaca oleracea L. Portulacaceae Daun 20
13 Labu Lagenaria Siceraria Cucurbitaceae Buah 14
14 Laza Syzygium polyanthum Myrtaceae Daun 18
15 Lempuyang Zingiber zerumbet Zingiberaceae Daun 14
16 Merah mata Hedyotis corimbosa L. Rubiaceae Daun 14
17 Nungke Eurycoma longifolia Simaroubaceae Daun 12
18 Pakis Polystichum setiferum Dryopteridaceae Akar 13
19 Paku Culiki selaginella plana Polypodiaceae Daun 17
20 Peseng Krangen litsea cubeba Lauraceae Daun 21
21 Pinjer Keling Bixa orella Bixaceae Daun 17
22 ratah bunga Eleusine indica Poaceae Daun 26
23 Sampelulut Luffa aegyptiaca Cucurbitaceae Daun 32
24 Sampun Solanum verbacifolium Solanaceae Daun 15
25 Senduduk Bulu Clidemia hirta Melastomataceae Daun 50
26 Serai Cymbopogon citrates Poaceae Daun 20
27 Sikerbeng Centella asiatica L. Urban Apiaceae Buah 23
28 Singkut Curculligo sp Hypoxidaceae Daun 14
29 Sirih Hutan Piper caducibracteum C.D Piperaceae Daun 18
30 Talas Colocasia esculenta Araceae Akar 22
31 Tanduk rebuah Phyllanthus niruri L. Phillanthaceae Daun 24
32 Temu-Temu Boesenbergia rotunda Zingiberaceae Daun 20
Jumlah 617

Hasil pengelompokan tumbuhan yang diketahui sebagai tumbuhan obat


oleh masyarakat Desa Rumah Galuh ditampilkan pada Tabel 2 yaitu vegetasi jenis
tumbuhan bawah. Vegetasi pada kategori tumbuhan bawah yang paling banyak
ditemukan senduduk bulu yaitu 50. Vegetasi jenis tumbuhan bawah yang di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

temukan di Desa Rumah Galuh sebanyak 617. Jumlah plot yang diteliti sebanyak
19 plot dengan ukuran plot 20 m x 20 m dan total luas plot 7600 m2. Jenis yang
paling banyak ditemukan pada setiap lokasi jelajah berbeda, disebabkan oleh
faktor-faktor biotik maupun faktor abiotik, serta kemampuan adaptasi jenis
tersebut di habitatnya (Wardah, 2008).

Kategori Tumbuhan Bawah


Tumbuhan bawah merupakan suatu komunitas tanaman yang menyusun
stratifikasi bagian bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya berupa
rumput, herba, semak atau perdu rendah, hal ini sesuai dengan pernyataan
Suharti (2015). Hasil jenis tumbuhan bawah yang didapatkan pada Desa Rumah
Galuh dengan jumlah total keseluruhan tumbuhan bawah sebanyak 617. Tanaman
Senduduk bulu merupakan jenis tanaman yang paling banyak ditemukan yaitu 50.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh Indeks Nilai Penting
(INP) tumbuhan bawah yang berkhasiat untuk obat di Desa Rumah Galuh. INP
tertinggi pada kategori tumbuhan bawah di Desa Rumah Galuh adalah Senduduk
bulu dengan INP sebesar 27,80. INP terendah pada kategori tumbuhan bawah di
Desa Rumah Galuh adalah Bancir dengan nilai INP sebesar 3,30.
Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah tersebut tergolong tinggi. Berdasarkan
hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada memiliki indeks
keragaman jenis sebesar 3,39. Menurut Laratu (2014) menyatakan bahwa herba
adalah semua tumbuhan yang tingginya hingga mencapai 2 meter, biasanya
banyak ditemukan di tempat yang ternaungi kecuali pada tempat yang sangat
gelap di hutan, sedangkan semak merupakan tumbuhan berkayu yang tidak
memiliki batang tunggal tetapi memiliki cabang-cabang dekat permukaan tanah.
Menurut Nirwani (2010) yang menyatakan bahwa selain berfungsi sebagai
penutup tanah, penambah bahan organik tanah dan produsen dalam rantai
makanan, tumbuhan bawah juga banyak dimafaatkan masyarakat desa hutan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti untuk memelihara kesehatan
dan pengobatan berbagai macam penyakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Fase Pertumbuhan Pohon


a. Tingkat semai
Pada Desa Rumah Galuh di peroleh kategori pohon tingkat semai
sebanyak 3 jenis vegetasi,dengan total keseluruhan tanaman sebanyak 59. Jenis
karet merupakan jenis semai yang paling banyak ditemukan yaitu 47, dan yang
paling sedikit adalah tanaman durian yaitu 3. Semai merupakan kategori pohon
yang mempunyai tinggi dari awal berkecambah samapai 1,5 m. Kategori pohon
tingkat semai di Desa Rumah Galuh INP tertinggi kategori pohon tingkat semai
adalah Hevea brasiliensis dengan INP sebesar 129,66. Nilai INP terendah adalah
Durio zibethinus dengan INP 30,08. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh
bahwa tumbuhan obat kategori pohon tingkat semai memiliki indeks keragaman
jenis sebesar 0,62. Keanekaragaman jenis tingkat semai tergolong rendah. Hal ini
sesuai dengan pernyataan odum (1993), mengenai parameter index Shannon-
Wiener bahwa apabila indeks keragaman 0-1 maka keanekaragamannya tergolong
rendah.
b. Tingkat Pancang
Pada Desa Rumah Galuh di peroleh kategori pohon tingkat pancang
sebanyak 4 jenis vegetasi, dengan total keseluruh tanaman sebanyak 18
vegetasi.Jenis karet merupakan jenis pancang yang paling banyak di temukan
yaitu 15. Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti mendapatkan Indeks Nilai
Penting (INP) dari tumbuhan obat tingkat pancang di Desa Rumah Galuh. INP
tertinggi pada kategori pohon tingkat pancang adalah Hevea brasiliensis dengan
INP sebesar 158,33. Sedangkan nilai INP terendah adalah Durio zibethinus
sebesar 41,67. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat
pada kategori pohon tingkat pancang di Desa Rumah Galuh memiliki indeks
keragaman jenis sebesar 0,45. Keanekaragaman jenis tingkat pancang tergolong
kecil.
c. Tingkat Tiang
Pada Desa Desa Rumah Galuh diperoleh kategori pohon tingkat pancang
sebanyak 7 jenis vegetasi, dengan total keseluruh tanaman sebanyak 20. Jenis
karet merupakan jenis tiang yang paling banyak ditemukan yaitu 8. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) dari tumbuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

obat tingkat tiang di Desa Rumah Galuh. INP tertinggi pada kategori pohon
tingkat tiang adalah Havea brasiliensisdengan INP sebesar 93,37. Nilai INP
terendah adalah Cinnamomun verum, dengan nilai INP sebesar 14,97.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada kategori
pohon tingkat tiang memiliki indeks keragaman jenis sebesar 1,61.
Keanekaragaman jenis tingkat tiang tergolong sedang.
d. Tingkat pohon
Pada Desa Rumah Galuh diperoleh kategori pohon tingkat pohon
sebanyak 4 jenis vegetasi, dengan total keseluruh tanaman sebanyak 71. Jenis
karet yang paling banyak ditemukan jenis pohon yaitu 42. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tingkat pohon di Desa
Rumah Galuh. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada kategori tingkat pohon
adalah Hevea brasiliensis dengan INP sebesar 122,32. Nilai INP terendah adalah
Archidendron pauciflorum dengan INP 31,53. Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh bahwa tumbuhan obat pada kategori tingkat pohon memiliki indeks
keragaman jenis sebesar 0,91. Keanekaragaman jenis tingkat pohon tergolong
rendah Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai parameter index
Shannon-Wiener bahwa apabila indeks keragaman 0-1 maka keanekaragamannya
tergolong rendah.

Pemanfaatan Tumbuhan Obat


Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner dengan masyarakat dapat
diketahui bahwa masyarakat mengetahui beberapa jenis tumbuhan obat. Berikut
presentasi pemanfaatan masyarakat terhadap tumbuhan obat disajikan pada
Gambar 4.

Gambar 4. Presentasi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Gambar 4 menunjukkan bahwa 54% (n = 6) memanfaatkan tumbuhan obat


yang ada di lahan masyarakat untuk pengobatan dan memelihara kesehatan
dan46% (n = 5) kurang memanfaatkan tanaman obat yang ada, dikarenakan
kurangnya pengetahuanakan tumbuhan obat dan menganggap obat-obatan yang
diperoleh dari medis lebih mudah didapat dan lebih praktis. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Setyowati dan Wardah (2007), bahwa sejalan dengan berubahnya
tempat tinggal, perubahan komunikasi dan informasi dari luar bisa menyebabkan
pengetahuan pemanfaatan dan cara meramu tumbuhan obat mengalami erosi
akibat masuknya obat-obatan modern dari luar.
Menurut pendapat responden dari hasil wawancara memanfaatkan
tumbuhan obat menggunakan cara yang masih tergolong sederhana. Pengobatan
dilakukan dengan cara merebus bagian tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat
kemudian diminum air rebusannya yang bertujuan untuk mengambil sari pati dari
tumbuhan obat, menghaluskan bagian tumbuhan kemudian menempelkan pada
bagian yang sakit, dan ada juga yang memakan langsung bagian dari tumbuhan
obat seperti buah dan daun. Penyakit yang disembuhkan menggunakan tanaman
obat sebagian besar masih tergolong penyakit ringan seperti demam, batuk, sakit
kepala, panas dalam, mencret dan luka.
Bagian tumbuhan yang digunakan untuk obat-obatan yaitu bagian akar,
batang, daun, bunga, biji dan buah. Namun dalam pemanfaatannya tanaman
tersebut dapat langsung digunakan sebagai obat dan ada yang harus diramu
terlebih dahulu. Diketahui bahwa daun merupakan bagian yang paling sering
digunakan untuk ramuan obat, dan yang jarang adalah bagian akar. Hal ini
dikarenakan bagian daun jika diliat dari segi keutuhan jumlah daun lebih banyak
dibandingkan organ yang lainnya sehingga pada saat daun diambil tidak terlalu
berpengaruh pada tanaman tersebut. Selain itu daun juga merupakan bagian yang
sangat mudah dijumpai dan diolah.
Menurut masyarakat tumbuhan obat yang ditemukan di kawasan ini
umumnya digunakan untuk penyakit yang tergolong ringan. Sayangnya
pengetahuan tradisionalini hanya dimiliki oleh generasi tua. Salah satu penyebab
kemunduran pengetahuan tradisional tumbuhan obat antara lain adanya
kemudahan dalam pelayanan fasilitas kesehatan umum yang ada, walaupun lokasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

pelayanan fasilitas kesehatan umum cukup jauh dari pemukiman penduduk Desa
Rumah Galuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sada dan Tanjung (2010)
masalah/kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan tumbuhan obat yaitu
ketersediaan tumbuhan yang berkhasiat obat, karena sebagian besar tumbuhan
yang dimanfaatkan merupakan tumbuhan liar dan belum dibudidayakan dan juga
minimnya pengetahuan dari kaum muda tentang pemanfaatan dan pengelolahan
tumbuhan obat.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap masyarkat di
Desa Rumah Galuh, 16 jenis tumbuhan bawah dan merupakan tumbuhan obat
yang sering digunakan oleh masyarkat desa secara turun-temurun .Pemanfaatan
Tumbuhan obat dan bagian-bagian yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut.

Deskripsi dan Kegunaan Tumbuhan Obat


1. Asar-Asar
Manfaat Asar-asar menurut responden kunci yang diwawancarai
bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah. Bagian yang dimanfaatkan untuk
pengobatan yaitu bagian daun. Cara pengolahan tumbuhan Asar-asar yaitu dengan
cara daunnya direbus.
Asar-asar mempunyai habitus terna, merayap, sedikit tegak. Batang bulat,
liat, bercabang-cabang tanpa pertumbuhan sekunder dan putih kecoklatan.Daun
tunggal, tersusun dalam garis sepanjang batang, berhadapan, panjang 1-2 mm,
halus dan hijau. Tanaman ini berkhasiat untuk menghilangkan panas dan lembab,
melancarkan aliran darah, antitoksik, antiplasma, penghenti pendarahan dan
menghilangkan bengkak (Djauhariya dan Hernani, 2004). Asar-asar dapat dilihat
pada Gambar 5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

N 03° 22.5' 35.3''


E 098° 24.3' 33.3''
Gambar 5. Asar-asar
2. Bancir
Bancir menurut responden kunci yang di wawancarai bermanfaat untuk
demam, sakit gigi dan luka, bagian yang digunakan pada tumbuhan Bancir untuk
pengobatan adalah daun. Cara pengolahan Bancir ada dua yaitu dengan cara di
rebus dan digiling, biasanya untuk yang sakit demam tumbuhan Bancir direbus
dan air rebusannya tersebut diminum dan untuk digiling biasanya untuk sakit gigi
dan luka, daun Bancir tersebut digiling halus dan di tempel pada gigi yang sakit
atau pada luka.
Bancir merupakan tumbuhan semusim, batang tegak, bercabang. Daun
yang berbentuk oval ujung daun meruncing. Bunga tersusun dalam sebuah malai.
Bancir berkhasiat mengobati influenza, demam, sakit gigi, tenggorokan, usus
buntu (Djauhariya dan Hernani, 2004). Bancir dapat dilihat pada Gambar 6.

N 03° 23' 09.0''


E 098° 24.3' 57.0''
Gambar 6. Bancir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

3. Bas-Bas
Bas-bas merupakan herba sukulen semi semak tahunan dengan tinggi
100-120 cm dan tidak berumbi. Bercabang-cabang dan mempunyai bulu-bulu
tegak yang halus. Bagian bawah daun mempunyai banyak rambut glandular yang
menyebabkan tampilan berkilat. Tumbuhan ini biasanya dimanfaatkan untuk
mengobati luka, infeksi, reumatik dan perut kembung (Agoes, 2010). Menurut
responden kunci yang diwawancarai Bas-bas bermanfaat untuk reumatik dan
perut kembung, bagian yang digunakan adalah daun. Cara pengolahan tumbuhan
Bas-bas untuk menjadi obat adalah bagian daun direbus dan air rebusannya di
minum. Bas-bas dapat dilihat pada Gambar 7.

N 03° 27' 51.1''


E 098° 25' 59.8''
Gambar 7. Bas-bas
4. Belasih
Belasih atau tahi ayam merupakan herba menahun, batang semak,
berkayu, tegak, bercabang, batang berduri. Tinggi batang mencapai 4 m. Daun,
bundar telur, lebar 3-5 cm. Warna bunga beragam seperti putih, kuning, merah,
merah muda dan jingga. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1.700
mdpl. Tumbuhan ini berguna untuk mengobati koreng, borok, bisul, batuk, asma,
rematik (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Menurut wawancara dengan responden kunci Belasih dapat mengobati
bisul, adapun bagian yang digunakan adalah daun. Bagian tumbuhan Belasih yang
digunakan untuk obat adalah daun. Cara pengolahan tumbuhan belasih adalah
dihaluskan dengan cara digiling dan dicampur air secukupnya dan dioleskan
kepada bagian bisul. Belasih dapat dilihat pada Gambar 8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

N 03° 27' 51.1''


E 098° 25' 59.8''
Gambar 8. Belasih
5. Kacibini
Menurut hasil wawancara dengan responden kunci kacibini dapat
dimanfaatkan untuk mengobati demam, influenza, dan keputihan. Bagian yang
digunakan untuk pengobatan adalah daun. Cara pengolahan tumbuhaan kacibini
yaitu dengan cara daunnya direbus, selanjutnya air rebusan daun kacibini
diminum.
Kacibini atau yang dikenal dengan tapak liman merupakan herba
menahun, batang tegak, bercabang dan kaku. Daun tunggal, bentuk jorong atau
bundar telur memanjang. Tumbuhan ini tumbuh liar di lapangan rumput, kebun,
pinggir hutan. Berkhasiat untuk mengobati influenza, demam, diare, kurang darah,
keputihan (Djauhariya dan Hernani, 2004). Kacibini dapat dilihat pada Gambar 9.

N 03° 22' 35.8''


E 098° 24' 35.3''
Gambar 9. Kacibini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

6. Kemusing
Kemusing merupakan tumbuhan berumur setahun, batang merebah,
bentuk bulat, lunak dan berair, tidak berkayu. Daun tunggal, bentuk bulat telur,
tebal, duduk daun tersebar atau berhadapan, tangkai pendek. Pangkal daun
meruncing, tepi daun rata lebar 5-35mm. Tanaman ini tumbuh liar di tempat
terbuka, tempat agak berlindung seperti pekarangan, pinggiran selokan dan
pinggiran jalan.Tumbuhan ini berkhasiat untuk sakit perut, demam, bisul, panas
(Djauhariya dan Hernani, 2004).
Hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan kemusing dapat
dimanfaatkan untuk mengobati demam dan bisul. Bagian yang di gunakan untuk
pengobatan yaitu daun tumbuhan Kemusing. Cara pengolahan tumbuhan
Kemusing untuk pengobatan yaitu dengancara direbus. Kemusing dapat dilihat
pada Gambar 10.

N 03° 22.5' 35.3''


E 098° 24.3' 33.3''
Gambar 10. Kemusing
7. Merah Mata
Hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan Merah Mata
digunakan untuk pengobatan sakit mata. Bagian Merah Mata yang digunakan
untuk pengobatan adalah daun. Cara pengolahan daun Merah Mata untuk
pengobatan yaitu dengan cara daun direbus dan air rebusan tersebut diminum
secara rutin 2-3 gelas untuk 1 hari.
Merah Mata tumbuh rindang berserak, agak lemah, tinggi 15–50 cm,
tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan, pinggir selokan, mempunyai
banyak percabangan. Batang bersegi, daun berhadapan bersilang, tangkal daun
pendek/hampir duduk, panjang daun 2 – 5 cm, ujung runcing, tulang daun satu di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

tengah. Tumbuhan ini berkhasiat untuk mengobati sakit mata, bisul, borok,
kanker dan bronchitis (Djauhariya dan Hernani, 2004). Merah Mata dapat dilihat
pada Gambar 11.

N 03° 22' 35.8''


E 098° 24' 35.3''
Gambar 11. Merah Mata
8. Nungke
Hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan Nungke biasa
dimanfaatkan untuk obat luka. Bagian yang digunakan tumbuhan Nungke adalah
daun. Cara pengolahan tumbuhan Nungke yaitu dihaluskan dengan cara digiling
dan ditambah air secukupnya, kemudian dioleskan pada bagian tubuh yang luka.
Nungke adalah tumbuh sampai 15 m (49 kaki) dengan spiral teratur, daun
menyirip 20-40 cm (8-16 inci) panjang dengan 13-41 selebaran. Bunga-bunga
dioecious, dengan bunga jantan dan betina pada pohon yang berbeda, mereka
diproduksi dalam malai besar, masing-masing 5-6 kelopak bunga dengan sangat
kecil.Tumbuhan ini berkhasiat untuk mengobati penyakit demam, obat luka, obat
kuat laki-laki (Agoes, 2010). Nungke dapat dilihat pada Gambar 12.

N = 03° 43” 38.39’


E = 098° 44” 36.87’
Gambar 12. Nungke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

9. Pakis
Pakis berupa terna dengan rimpang yang menjalar di tanah atau humus dan
ental yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Pakis
yang masih muda selalu menggulung seperti gagang biola dan menjadi satu ciri
khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu tersusun sebagai daun majemuk.
Berkhasiat untuk mengobati demam (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan Pakis di
manfaatkan untuk pengobatan diabetes. Bagian yang digunakan untuk obat adalah
bagian akar. Cara pengolahan akar tumbuhan Pakis untuk pengobatan yaitu
dengan cara direbus, setelah di rebus air rebusannya diminum secara teratur. Pakis
dapat dilihat pada Gambar 13.

N 03° 23' 09.0''


E 098° 24.3' 57.0''
Gambar 13 . Pakis
10. Ratah Bunga
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kunci mengatakan bahwa
tumbuhan Rata Bunga digunakan untuk mengobati sakit diare. Bagian tumbuhan
Ratah Bunga yang digunakan untuk obat adalah bagian daun. Cara pengolahan
tumbuhan Ratah Bunga yaitu dengan direbus.
Rata bunga merupakan herba berbatang gepeng dengan warna hijau muda
sampai hijau tua.Pada pangkal batang tumbuh tunas-tunas yang cukup banyak
sehingga tumbuh merumpun berbentuk lingkaran. Tinggi batang semuanya
0,2-0,8m. Pada pangkal daun terdapat rambut-rambut kasar berwarna putih, daun
berpelepah dan duduk langsung pada batang dengan bentuk daun pita dengan
ukuran 15 x 7 mm dan daun kecil berukuran 6 x 3 mm. Tumbuhan digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

sebagai obat untuk mengobati diare, masuk angin dan perut kembung
(Djauhariya dan Hernani, 2004). Rata Bunga dapat dilihat pada Gambar 14.

N 03° 23' 09.0''


E 098° 24.3' 57.0''
Gambar 14. Rata Bunga
11. Sampelulut
Sampelulut atau pulutan memiliki ciri tinggi batang mencapai 1m.
Berdaun tunggal, berseling.Tumbuhan ini tumbuh di lapangan terbuka dan sedikit
di bawah naungan.Tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 1.750
mdpl.Tumbuhan ini berkhasiat untuk obat gatal, demam, disentri, diare dan
rematik (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan
Sampelulut digunakan untuk obat muntah darah. Bagian Sampelulut yang
digunakan untuk pengobatan adalah daun. Cara pengolahan daun Sampelulut
untuk pengobatan muntah darah yaitu dengan cara daun Sampelulut direbus, dan
air rebusan tersebut diminum secara teratur. Sampelulut dapat dilihat pada
Gambar 15.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

N 03° 23' 08.8''


E 098° 24.3' 34.8''
Gambar 15. Sampelulut
12. Senduduk Bulu
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan
Senduduk Bulu digunakan untuk pengobatan sakit diabetes. Bagian yang
digunakan pada tumbuhan Senduduk Bulu adalah daun. Cara pengolahan
tumbuhan Senduduk untuk pengobatan yaitu dengan cara direbus, dan air
rebusannya diminum secara teratur.
Senduduk Bulu merupakan tumbuhan yang biasannya dijumpai tumbuh
liar di kawasan semak dan belukar. Tumbuhan ini merupakan jenis yang mudah
ditemui di areal terbuka dan terkadang tumbuh menutupi tepian hutan bahkan
menjadi gulma. Zat aktif yang dikandung senduduk bulu yang berperan sebagai
penyembuh luka yaitu flavonoid, steroid, saponin, dan tannin. Tumbuhan ini
berkhasiat untuk mengobati sakit gula, keputihan, diare, sariawan dan luka bakar
(Djauhariya dan Hernani, 2004). Senduduk Bulu dapat dilihat pada Gambar 16.

N 03° 27' 51.1''


E 098° 25' 59.8''
Gambar 16. Senduduk Bulu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

13. Serai
Serai atau rumput menahun, membentuk jerami, tinggi 40-60 cm,
berumpun banyak, mengumpul dan bergerombol. Helaian daun seperti bangun
garis, dengan panjang daun 35-70 cm, lebar daun 0,7-1 cm, ujung daun runcing,
pertulangan daun sejajar, tepi daun rata, permukaan daun bagian atas dan bawah
berwarna hijau dengan permukaan bagian atas kasar. Tumbuhan ini dimanfaatkan
sebagai obat diabetes, penyakit kuning, (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan Serai
dgunakan untuk mengobati penyakit kuning, dan diabetes. Bagian yang digunakan
pada tumbuhan Serai adalah daun. Cara pengolahan tumbuhan Serai untuk
pengobatan yaitu dengan cara bagian daun Serai direbus dan air rebusan daun
tumbuhan Serai diminum secara teratur. Serai dapat dilihat pada Gambar 17.

N 03° 23' 08.8''


E 098° 24.3' 34.8''’
Gambar 17. Serai
14. Sikerbeng
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kunci tumbuhan
Sikerbeng dapat digunakan untuk mengobati sakit lever. Bagian tumbuhan yang
digunakan untuk obat lever adalah buah. Cara pengolahan tumbuhan Sikerbeng
yaitu dengan cara buahnya dibersihkan dengan air, berikutnya dimakan 7 sampai
15 buah setiap harinya.
Sikerbeng atau pegagan merupakan tumbuhan terna, umur menahun,
berbatang merayap di permukaan tanah, bercabang membentuk rumpun menutup
tanah. Daun bertangkai panjang, bentuk bundar seperti ginjal. Warna hijau, tepi
daun bergerigi, letak daun bergerombol pada cabang atau batang. Sikerbeng
berguna untuk mengobati radang saluran kencing, lever, batuk darah, muntah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

darah, mimisan, sakit perut dan demam (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Sikerbeng dapat dilihat pada Gambar 18.

N 03° 23' 09.0''


E 098° 24.3' 57.0''
Gambar 18. Sikerbeng
15. Tanduk Rebuah
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kunci Tanduk Rebuah
biasa digunakan untuk obat sakit gigi. Bagian yang digunakan pada tumbuhan
Tanduk Rebuah adalah daun. Cara pengolahan tumbuhan Tanduk Rebuah untuk
menjadi obat yaitu dengan cara daun Tanduk Rebuah dihaluskan dengan cara
digiling , setelah itu di tempelkan pada gigi yang sakit.
Tanduk rebuah termasuk rumput-rumput berdaun kecil, warna hijau,
batang warna hijau pucat atau hijau kemerahan. Tinggi batang mencapai 30-40
cm. Tanduk rebuah tumbuh liar di pekarangan, ladang, tepi sungai, lapangan
rumput di ketinggian 1000 mdpl. Tumbuhan ini berguna sebagai obat bisul,
sariawan, sakit perut, sakit gigi, ginjal dan diare (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Tanduk Rebuah dapat dilihat pada Gambar 19.

N 03° 23' 08.8''


E 098° 24.3' 34.8''
Gambar 19. Tanduk Rebuah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

16. Temu-Temu
. Temu-temu mempunyai daun 3 atau 4 buah, tangkai daun 7-16 cm,
membentuk saluran dan dasar yang membulat. Tangkai sari pendek dan bercabang
dua dengan 1-3 mm. Tumbuhan ini bermanfaat untuk peluru dahak, penambah
nafsu makan, menyembuhkan sakit perut, sariawan (Agoes, 2010).
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan responden kunci tumbuhan
Temu-temu dapat digunakan untuk mengobati sakit perut, dan penambah nafsu
makan, bagian tumbuhan Temu-temu yang digunakan adalah daun. Cara
pengolahan tumbuhan Temu-temu yang digunakan adalah daun Temu-temu
direbus dan air rebusan dari Temu-temu diminum secara teratur. Temu-temu dapat
dilihat pad Gambar 20.

N 03° 23' 09.5''


E 098° 24' 38.3''
Gambar 20. Temu-temu

Peta Sebaran Tumbuhan Obat


Pada tahap eksplorasi tumbuhan obat terdapat proses pemetaan, Pemetaan
dilakukan untuk mengetahui koordinat tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh yang
didokumentasikan dalam bentuk peta. Menurut Taufik (2016) ditinjau dari
peranannya, peta adalah bentuk penyajian informasi spasial tentang permukaan
bumi untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Semua kegiatan untuk
menghasilkan tampilan informasi tersebut secara keruangan (spasial) adalah apa
yang disebut dengan pemetaan. Pemetaan ini adalah suatu bentuk komunikasi
secara grafis antara pembuat dan pemakai peta yang telah lama dikenal orang.
Pemetaan tumbuhan obat dilakukan untuk mengetahui peta sebaran
tumbuhan obat di Desa Rumah Galuh. Tujuannya memberikan informasi potensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

tumbuhan obat dilapangan dan menyajikannya ke dalam bentuk peta. Sehingga


ketika melakukan tinjauan ke lapangan, pengelola lebih mudah menemukan
tumbuhan obat tersebut dan bagaimana persebarannya pada plot-plot penelitian
berdasarkan peta persebaran vegetasi yang disajikan.di Desa Rumah Galuh.
Pada penelitian Rahmawaty dkk (2019) yang berjudul Medicinal Plant
inventory at the Agroforestry Land in Buffer Area of Gunung Leuser National
Park ditemukan tiga puluh empat (34) spesies tanaman herbal di area plot Desa
Simpang Kuta Buluh dengan total 307 individu herba. Sampelulut
(Urena lobata L.) adalah spesies dominan yang ditemukan (56 individu) di daerah
ini, diikuti oleh Asar-asar (Selaginella deoderleinii) (42 individu) dan Senduduk
Bulu (Clidemia hirta) (30 individu) sedangkan pada penelitian ini mendapatkan
32 spesies tumbuhan herbal.
Penelitian pemetaan sebaran tumbuhan obat dan peta sebaran plot
dilakukan dengan inventarisasi dan pengambilan titik plot dan titik tumbuhan obat
di lapangan. Data sebaran tumbuhan obat dan titik plot disimpan di GPS yang
terdiri dari koordinat, kemudian dioverlay dengan peta tempat lokasi penelitian
yaitu Rumah Galuh. Peta sebaran plot, peta sebaran semua vegetasi dan sebaran
tumbuhan obat yang berada pada Desa Rumah Galuh dapat dilihat pada Gambar
21 sampai dengan Gambar 29.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Gambar 21. Peta Sebaran Plot di Desa Rumah Galuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Gambar 22. Peta Persebaran SeluruhVegetasi Desa Rumah Galuh Plot 1-5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Gambar 23. Peta Persebaran SeluruhVegetasi Desa Rumah Galuh Plot 6-10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Gambar 24. Peta Persebaran SeluruhVegetasi Desa Rumah Galuh Plot 11-15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Gambar 25. Peta Persebaran SeluruhVegetasi Desa Rumah Galuh Plot 16-19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Gambar 26. Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot 1-5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Gambar 27. Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot 6-10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Gambar 28. Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot 11-15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Gambar 29. Peta Persebaran Vegetasi Tumbuhan Bawah Desa Rumah Galuh Plot 16-19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Pada Desa Rumah Galuh ditemukan berbagai jenis vegetasi yang


berpotensi menjadi tanaman obat. Titik-titik koordinat yang didapat dari lapangan
merupakan titik koordinat keberadaan tumbuhan yang berpotensi sebagai
tumbuhan obat. Titik koordinat tersebut dimasukkan ke dalam peta administrasi
sehingga didapat sebaran tumbuhan obat di lokasi penelitian. Dari titik koordinat
tersebut, setelah di overlay dengan peta administrasi, maka dapat dilihat sebaran
tumbuhan bawah yang berkhasiat obat yang terdapat pada lokasi yang diteliti.
Penelitian yang dilakukan di lahan masyarakat Rumah Galuh terdiri dari 5
lokasi, dimana setiap lokasi terdiri dari 4 sampai 5 plot dapat di lihat pada Gambar
21. Jumlah plot yang diteliti di Desa Rumah Galuh adalah 19 plot dengan ukuran
plot 20 m x 20 m, dan total luas plot 7600 m2. Pesebaran seluruh vegtasi di Desa
Rumah Galuh dapat dilihat pada Gambar 22 sampai Gambar 25, pada gambar
tersebut tanaman karet yang paling sering dijumpai, hal ini disebabkan karena
penelitian ini dilakukan dikawasan vegetasi karet.
Persebaran tumbuhan obat jenis vegetasi tumbuhan bawah di Desa Rumah
Galuh dapat dilihat pada Gambar 26 sampai dengan Gambar 29 terdapat 32 jenis
tumbuhan bawah dengan jumlah 617 vegetasi. Pada lokasi penelitian persebaran
tumbuhan obat di lahan masyarakat Desa Rumah Galuh pada setip lokasi berbeda.
Penelitian Limbong dkk (2015) mengenai keanekaragaman jenis
tumbuhan obat di Hutan Kemasyarakatan Kesatuan Pengelolaan Hutan Unit XIV
Toba Samosir ditemukan 40 jenis tumbuhan obat. Apabila dibandingkan dengan
jenisjenis tumbuhan yang diperoleh di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai,
terdapat tiga jenis tumbuhan obat yang sama yaitu sikerbeng
(Centella asiatica L. Urban), senduduk bulu (Clidemia hirta) dan serai
(Cymbopogon citrates). Kesamaan jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Desa
Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai dan di lokasi Kesatuan Pengelolaan Hutan
Unit XIV Toba Samosir disebabkan karena jenis tersebut tersebar di beberapa
daerah yang memiliki kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Jumlah tumbuhan obat yang ditemukan di lahan masyarakat Desa Rumah
Galuh sebanyak 32 jenis dan yang paling banyak adalah tumbuhan
senduduk bulu (Clidemia hirta).
2. Persebaran tumbuhan obat di lahan masyarakat Desa Rumah Galuh tidak
merata karena jenis yang paling banyak ditemukan pada setiap lokasi
penelitian berbeda.

Saran
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat yang berada di Desa Rumah
Galuh masih sangat minim dengan potensi tumbuhan obat yang tergolong tinggi.
Masyarakat seharusnya memanfaatkan potensi tumbuhan obat di
Desa Rumah Galuh untuk keperluan pribadi maupun dikelola untuk dijual
sebagai penambah penghasilan masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, HA. 2010. Tanman Obat Indonesia Buku 3. Salemba Medika. Jakarta.

Asiah, N. Nur, P, dan Nursiam Y. 2010. Tumbuhan Obat dan Kearifan Lokal
Masyarakat Disekitar Desa Hutan Adat Guguk Kecamatan Renah
Pembarap. Diakses darihttps://litbangjambi11.files.wordpress.com [23
Mei 2017] [20.08 WIB].

Aziz, H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Badan Pusat Satistik. 2018. Kecamatan Sei Bingai dalam Angka 2018.
BPS Kabupaten Langkat. Langkat.

Balfas, R dan Willis, M. 2009. Pengaruh Ekstrak Tanaman Obat Terhadap


Mortalitas dan Kelangsungan Hidup Spodoptera litura F(Lepidoptera,
Noctuidae). 20(2):148-156.

Djauhariya E dan Herani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Swadaya. Jakarta

Eisai. 1995. Medical Herbs Index in Indonesia. PT Eisai Indonesia. Jakarta.

Hariana, A. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri 2. Penerbar Swadaya.


Jakarta

Hasanah, Y. dan Hapsoh. 2011. Budidaya Tumbuhan Obat dan Rempah. USU
Press. Medan.

Hernani dan Djauhariya, E. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Swadaya. Bogor.

Kartasapoetra, G. 1988. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Penerbit Bina


Aksara. Jakarta.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi.PT Penerbit Institut Pertanian Bogor.


Bogor.

Kusumo, S., M. Hasanah, S. Moeljoprawiro, M.Thohari, Subandrijo, A.


Hardjamulia, A.Nurhadi, dan H.Kasim. 2002. Pedoman pembentukan
komisi daerah plasma nutfah. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor. hlm. 18.

Laratu, M. 2014. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Herba Pada Dua Tipe Hutan
Di Desa Bobo Kawasan Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah.
Biocelebes, 8 (2): 13-25.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Limbong, J., D., P., Rahmawaty dan Yunus, A. 2015. Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Obat di Hutan Kemasyarakatan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Unit XIV Toba Samosir. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
Medan.

Maheshwari, H. 2002. Pemanfaatan Obat Alami:Potensi dan Prospek


Pengembangan. Diakses darihttp://rudct.tripod.com [23 Mei 2017]
[20.13 WIB].

Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Penerbit


Swadaya. Jakarta

Muswita dan Jalius.2012. Eksplorasi Pengetahuan Lokal tentang Tumbuhan Obat


di Suku Batin. Diakses dari http://ejournal.forda-mof.org/
[23 Mei 2017] [20.00 WIB].

Nopelina, I. 2006. Studi Pemetaan Tanaman Obat Temulawak (Curcuma


Xanthorhiza Roxb.) Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis :
Studi Kasus Di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. IPB. Bogor.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi


Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Panjaitan, P, 2001. Review Tanaman Obat yang Digunakan oleh Pengobat


Tradisiona di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bali dan Sulawesi
Selatan. 9(4):27-35.

Prahasta, E. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung:


Informatika.

Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah
Penelitian dan Pengembangannya. JurnalPerspektif. 8 (1): 52-64

Rahmawaty, A. Rauf dan H. R. Sitepu. 2013. Aplikasi Sistem Informasi Geografis


Untuk Pemetaan Kesesuaian Lahan Ekaliptus Dan Durian Sebagai
Tanaman Agroforestry. Prosiding. Seminar Nasional Agroforestry IV.
Medan. pp.1-12

Rahmawaty, Samosir JB, Batubara R, dan Rauf A. 2019. Diversity and


distribution of medicinal plants in the Universitas Sumatera Utara
Arboretum of Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia. Journal of
Biodiversitas,20 (5) : 1457-1465.

Rahmawaty, Amalia. R, Batubara. R, dan Rauf. A. 2019. Medicinal Plant


inventory at the Agroforestry Land in Buffer Area of Gunung Leuser
National Park. IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering. 593:1757-1899

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Sada, J.T. dan R. H. R. Tanjung. 2010. Keragaman Tumbuhan Obat Tradisional di


Kampung Nansfori Distrik Supiori Utara , Kabupaten Supiori Papua.
Jurnal Biologi Papua. 2(2): 39-46.

Setyowati, F. M. dan Wardah. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Obat


Masyarakat Talang Mamak di Sekitar Taman Nasional Bukit
Tigapuluh, Riau. J. Biodiversitas. Vol 8 (3) : 228-232.

Sofia,D. 2007. Keanekara gaman Jenis Anakan Tingkat Semai Dan Pancang di
Hutan Alam. Karya Tulis. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra
Utara. Medan.

Taruli, S.B. 2016. Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Hutan Sibolangit


Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas KehutananUniversitas Sumatera
Utara. Medan.

Taufik, M., Akbar, K. dan Alfi, R.P. 2016. Identifikasi Daerah Rawan Tanah
Longsor Menggunakan Sitem Informasi Geografis (SIG). Teknik ITS.
5(2):2301-9271.

Tukiman, 2004. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) untuk


Kesehatan Keluarga. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Wardah. 2008. Keragaman Ekosistem Kebun Hutan (Forest garden) di Sekitar


Kawassan Hutan Konservasi: Studi Kasus di Taman Nasional Lore
Lindu Sulawesi Tengah. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.

Zein, U. 2005. Pemanfaatan tumbuhan obat dalam upaya pemeliharaan kesehatan,


Fakultas Kedokteran USU Medan.

Zuhud, E. A. M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga


Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

You might also like