Professional Documents
Culture Documents
2019
Tarigan, Edward
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16157
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN TINGKAT SERANGAN HAMA
WALANG SANGIT PADA TANAMAN PADI MERAH DI DESA SUGIHEN
KEC. JUHAR, KAB. KARO
SKRIPSI
OLEH :
EDWARD TARIGAN
130301218
AGROTEKNOLOGI/ HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
SKRIPSI
OLEH :
EDWARD TARIGAN
130301218
AGROTEKNOLOGI / HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Edward Tarigan lahir di Desa Sugihen kec. Juhar, Kab. Karo pada tanggal
8 juni 1995 sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara dari Pasangan P. Tarigan
040563 Sugihen, Kec. Juhar, Kab. Karo dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Sw. Santa Maria di Kabanjahe dan lulus
tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Perguruan Tinggi Negeri ) dan tahun 2016 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
di PTPN 5 Kebun Sei Buatan, Rokan Hilir, Riau. Saat kuliah bergabung dalam
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menulis skripsi ini tepat pada
waktunya.
Tingkat Serangan Hama Walang Sangit Pada Tanaman Padi Merah di Desa
Sugihen Kec. Juhar, Kab.Karo“ yang merupakan Salah Satu Syarat untuk dapat
pembimbing yaitu ibu Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si, M.Sc, Ph.D dan ibu
Ir. Suzanna Fitriany Sitepu, M.Si yang telah membimbing dan memberikan ilmu
pada proses pembuatan skripsi serta kepada kedua orang tua yang selalu
memberikan doa, semangat dan dukungan moril kepada penulis selama pembuatan
skripsi ini dan kawan-kawan yang sudah membantu penulis dalam pembuatan skripsi
ini.
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
Penulis
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. v
PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3
Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 3
Keguaan penelitian .............................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi dan Biologi Tanaman Padi..................................................................... 5
Keanekaragaman Serangga ................................................................................. 6
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keanekaragaman Serangga ........................ 7
Indeks Keanekaragaman serangga ...................................................................... 8
Indeks Keanekaragaman Jenis............................................................................. 9
Indeks Kekayaan Jenis ........................................................................................ 9
Hama-Hama Padi................................................................................................. 10
Walang Sangit ..................................................................................................... 11
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu .............................................................................................. 13
Bahan dan Alat .................................................................................................... 13
Metode Penelitian ................................................................................................ 13
Pelaksanaan Penelitian
Perangkap Warna Kuning (Yellow Trap) ..................................................... 14
Perangkap Jaring (Sweet Net) ...................................................................... 14
Perangkap Cahaya (Light Trap) ................................................................... 15
Perangkap Jatuh (Pitfaal Trap) .................................................................... 15
Identifikasi Serangga.................................................................................... 16
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Peubah Amatan
Jumlah dan Jenis Serangga yang Tertangkap .............................................. 16
Indeks Keanekaragaman Serangga ............................................................... 16
Indeks Kekayaan Jenis ................................................................................. 18
Status Serangga Pada Lahan Pertanaman .................................................... 19
Penentuan Tingkat Kerusakan Hama ........................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
No Halaman
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk
Indonesia. Usaha tani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber
pendapatan bagi sekitar 21 juta jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian.
Selain itu, beras juga merupakan komoditas politik yang sangat strategis, sehingga
produksi beras dalam negeri menjadi tolok ukur ketersediaan pangan bagi
Indonesia. Oleh karena itu, peran strategis pemerintah Indonesia sangat besar
berfluktuasi . Manakala mutu beras , salah satunya ditentukan oleh rasa, bau, dan
beras putih, beras hitam, beras ketan dan beras merah (Prabowo, 2015). Beras
merah mengandung gizi yang jauh lebih tinggi dibanding dengan varietas padi
beras putih. Warna merah pada beras terbentuk dari pigmen antosianin yang tidak
hanya terdapat pada perikarp dan tegmen, tetapi juga bisa di setiap bagian gabah,
Utara antara lain : Kab. Nias sebesar 857/Ha, Kab. Mandailing Natal sebesar
18.042/Ha, Kab. Tapanuli Selatan sebesar 15.777/Ha, Kab. Labuhan Batu sebesar
Kota Medan sebesar 468/Ha, Kota Binjai sebesar 657/Ha, Kota Padang
di Kab. Karo sebesar 9.618. Selama 6 tahun terakhir luas areal pertanaman padi
sawah meningkat dari 1605 Ha pada tahun 2010 menjadi 3689 Ha pada tahun
2015 dan produktivitas padi sawah 50.02 Kwintal/Ha tahun 2010 menjadi 59.30
Kwintal/Ha tahun 2015 dengan produksi padi sawah 8028 ton/1605 Ha tahun
2010 menjadi 21877 ton/ 3689 Ha di kec. Juhar, Kab. Karo (BPS, 2015).
masalah terutama faktor biotis dan faktor abiotis sebagai penghambatnya. Faktor
abiotis berupa cuaca, iklim, intensitas cahaya, kualitas cahaya, lama penyinaran
dan lain sebagainnya. Faktor biotis berupa organisme pengganggu tanaman, yaitu
Keong mas dapat merusak tanaman padi dengan intensitas sebesar 13.2%
hingga 96.5%. Faktor utama yang membuat keong emas sulit diberantas adalah
habitat. Selain itu, daya reproduksi tinggi yang ditandai dengan jumlah telur
mencapai 8.700 butir per musim reproduksi dan kemampuan bertahan dalam
semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti
khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi
relatif spesies, homogenitas dan ukuran dari area sampel pada lahan pertanaman
menggunakan sistem perairan tadah hujan dan padi yang dibudidayakan jenisnya
Pertanaman padi yang diteliti menggunkan sistem perairan irigasi dan padi yang
dibudiayakan memiliki jenis lebih dari satu karena pengairan bukan faktor
belum pernah dilakukan penelitian keanekaragaman serangga pada daerah ini dan
Hama keong mas merupakan hama yang sering mengurangi kuantitas dan kualitas
Tujuan Penelitian
kerusakan tanaman yang disebabkan hama walang sangit pada lahan pertanaman
Hipotesis Penelitian
sativa L.)
Kegunaan Penelitian
Merah di Desa Sugihen, Kec. Juhar, Kab. Karo dan sebagai salah satu
TINJAUAN PUSTAKA
tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan
atau lebih, dengan distribusi selama empat bulan, curah hujan yang dikehendaki
per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman
padi 23°C. Tinggi tempat yang sesuai untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500
m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah
yang kandungan fraksi pasir, debu dan liat dalam perbandingan tertentu dengan
diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada
tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH antara 4-7
(BPPD, 2007).
sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain antara lain : penurunan kadar
besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen
Keanekaragaman Serangga
sekitar 80 persen dari jenis hewan yang telah dikenal. Serangga merupakan jenis
hewan yang jumlahnya paling dominan di antara jenis hewan lainnya dalam filum
Keanekaragaman adalah jumlah spesies yang ada pada suatu waktu dalam
(Krebs, 1978).
yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies
(Untung, 2001).
yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada
kompleks komunitas flora dan fauna di suatu tempat tersebar dan semakin
d. Memanfaatkan sumber tersebut yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya.
apabila intensitas dari pemangsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
tersebut.
lahan sawah dapat diketahui dengan melihat berbagai organisme yang hidup pada
Gulma, serangga hama dan tanaman lain yang hidup di areal pertanaman
merupakan musuh alami dari tanaman padi dalam ekosistem. Tanaman padi,
ekologis. Stabilitas komunitas makhluk hidup tidak selalu stabil karena fase
perkembangan tanaman padi dan faktor lingkungan. Jumlah dan jenis spesies,
indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan jenis berbeda satu sama lain
karena faktor habitat, kondisi lahan, dan tahap pertumbuhan tanaman padi.
bahwa keanekaragaman komunitas tidak stabil, dan fluktuasi musiman yang besar
menunjukkan kestabilan ekosistem rendah dan ketika indeks bernilai lebih besar
tanaman dan faktor perubahan lingkungan yang dapat dibagi dalam 3 fase antara
Dimana Pi = S / N
ln = logaritma ke basis e
Indeks Margalef = (S - 1) / N
Serangga pada areal tanaman padi di seluruh dunia dilaporkan lebih dari
800 spesies serangga dan 100 spesies ( 12,5% ) merupakan serangga hama pada
tanaman padi dan sisanya (700 spesies serangga) dilaporkan sebagai serangga
daun dan wereng tanaman yang dapat menyebabkan kerusakan secara langsung
jaringan tanaman, menghisap cairan batang dan biji padi. Kerusakan yang
tanaman sehingga produksi tanaman lebih rendah (Ane et. al., 2015).
Penggerek batang, wereng batang coklat , ganjur dan wereng daun adalah
beberapa hama penting di Asia Tenggara dan Cina, sedangkan ganjur, wereng
Serangga yang statusnya hama dilaporkan sebesar 654 spesies dan 1304 musuh
alami. Pada survey yang dilakukan tahun 1998-2007 di asia terutama china dan
wereng coklat, hispa beras, kumbang bonggol padi dan kumbang padi
menyerang pertanaman antara lain lalat bibit (Hydrellia phillipina Ferino), orong-
aenescens (Moore), ulat tanduk hijau (Melantis leda ismene Cramer), ulat
Hama walang sangit merupakan hama yang kurang penting di Jawa yang
Sumatra, mulai dari Aceh menelusuri pantai barat sampai Lampung, karena
tanaman padinya non irigasi. Serangan hama walang sangit dapat menyebabkan
Walang sangit merupakan salah satu hama penting padi di lahan pertanian.
Hama ini menyerang pertanaman padi setelah padi berbunga. Bulir padi ditusuk
dengan rostrumnya, kemudian cairan bulir tersebut dihisap. Akibat serangan hama
ini pertumbuhan bulir padi kurang sempurna, biji/bulir tidak terisi penuh ataupun
maupun kuantitas hasil. Kerusakan yang hebat disebabkan oleh imago yang
menyerang tepat pada masa berbunga, sedangkan nimpa terlihat merusak secara
nyata setelah pada instar ketiga dan seterusnya. Kerusakan yang tinggi biasanya
rumputan serta pada tanaman yang berbunga paling akhir (Qomarodin, 2006).
ketinggian tempat ± 1.340 meter di atas permukaan laut, dan identifikasi serangga
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman padi merah,
imago serangga yang tertangkap, gelas plastik, air bersih, detergen, plastik
transparan, kertas warna kuning, lem perekat, tissue, tali plastik, pacak, kertas
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, mikroskop, lup,
pinset, hekter, gunting, pisau, kalkulator, kamera, Light trap, buku kunci
identifikasi serangga Heinrichs (1995) dan Shepherd et.al (2011), alat tulis dan
Metode Penelitian
Pengamatan dilakukan pada lahan pertanaman padi merah dengan luas 2500 m2.
Kemudian diambil lahan yang yang dijadikan sampel sebanyak 10 % dari luas
pengamatan, sehingga setiap petakan terdiri dari 50 m 2 yang terdiri dari beberapa
rumpun padi. Pada setiap sampel diletakkan perangkap sebanyak 4 yang terdiri
dari perangkap jaring (sweep net), perangkap lampu (light trap), dan perangkap
kuning (yellow trap) dan perangkap jatuh (Pitfall Trap). Pengamatan dilakukan
tingkat genus dengan menggunkan buku Heinrichs (1995) dan Shepherd et.al
Medan.
Pelaksanaan Penelitian
tonggak bambu dengan tinggi yang disesuaikan dengan tinggi kanopi daun
tertarik dengan warna tertentu pada pertanaman padi. Serangga yang diperoleh
Perangkap jaring terbuat dari kain kasa bening yang mudah diayunkan
serangga dengan perangkap jaring dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-09.00
WIB dengan 10 kali pengayunan pada setiap titik sampling. serangga yang
yang respon terhadap cahaya pada malam hari (noctunal). Pemasangan perangkap
dilakukan pada lahan sawah dengan sampel yang ditentukan. Pemasangan alat ini
perangkap dilakukan dengan sistem diagonal dengan interval satu kali dalam
sebagai sumber cahaya. Lampu diletakkan di atas papan yang telah di broti
dan menaruh baskom di bawah broti dengan panjang 50 cm dari permukaan tanah
sehingga serangga tertarik jatuh kedalam baskom. Serangga yang jatuh kedalam
tanah. Pemasangan alat ini dilakukan pada bedengan sawah. Lokasi dilakukan
dilakukan dengan sistem diagonal dengan interval satu kali dalam seminggu
yang aktif pada permukaan tanah, dipasang 5 perangkap pada titik-titik tertentu.
Alat ini dibuat dengan menggunakan gelas plastik (aqua cup) berdiameter 9 cm
dalamnya yang telah dilarutkan dengan dosis 23 gram ke dalam 25 liter air.
Deterjen berfungsi sebagai perekat dimana serangga yang masuk didalam gelas
plastik terperangkap dan tidak bisa keluar lagi. Setelah dituangkan deterjen
plastik diletakkan 3-4 cm di atas permukaan gelas untuk menghindari air hujan
Laboratorium.
Identifikasi Serangga
secara langsung dan ada yang belum dapat diidentifikasi secara langsung.
genus dengan menggunkan buku Heinrichs (1995) dan Shepherd et al. (2011),
Peubah Amatan
kelimpahan relatif spesies (kesamaan), homogenitas dan ukuran dari area sampel.
tertentu yang ditemukan pada habitat tiap pengamatan yang dinyatakan secara
mutlak
∑
Untuk membandingkan tinggi rendahnya keanekaragaman jenis serangga
yaitu keanekaragaman jenis serangga hama dan musuh alami digunakan indeks
H = - Σ pi ln pi .
ln = logaritma ke basis e
berikut:
H>3 = Tinggi
H<1 = Rendah
R2= (S-1)/N
1958).
dengan kriteria:
kelompok, antara lain : serangga yang mempunyai status sebagai hama, serangga
diagonal dengan mengambil 5 rumpun per titik sampel, kemudian dihitung biji
padi yang terserang dan tidak terserang. Tanaman yang dijadikan sampel harus
paling pinggir parit, sungai maupun danau, 2) Tanaman bukan tanaman sisipan, 3)
tanaman dan warna tanaman seragam, 6) Tanaman yang dipilih dan diambil harus
intensitas serangan yaitu 1) Tanaman sampel diambil 5 dari setiap petak tanaman,
dalam kantong berwarna coklat sebagai tempat tanaman dan diberi label yang
berisi tanggal panen panen dan nomor sampel tanaman, 5) Malai atau rumpun
tanaman yang terserang hama walang sangit dan tidak terserang pada masing
masing sampel dipisahkan satu sama lain, Bulir tanaman yang terserang ditandai
dengan kulit biji yang berwarna kecoklatan atau biji padi yang kosong tidak
(IS) walang sangit per rumpun atau permalai dihitung berdasarkan rumus:
Ringan : 0 - 25 %
Sedang : 26 – 50
Berat : 51-75 %
Tabel 1. Jumlah dan jenis Serangga yang tertangkap pada lahan padi merah
Hasil yang di dapat pada lahan padi merah yaitu 11 ordo, 30 famili, dan
42 genus yang teridentifikasi Ordo serangga yang paling banyak berasal dari
diptera dan ordo serangga yang paling sedikit berasal dari neuroptera, famili
serangga yang paling besar berasal dari Chironomidae dan terkecil tettigonidae,
genus serangga tertinggi yakni Chironomus sp. dan terendah Atractomorpha sp.
dilakukan. Hal ini di dukung penelitian Siregar et.al (2017) di dataran tinggi
dan 37 spesies serangga yang berhasil di identifikasi dengan total 1.365 individu
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu diptera tetapi ordo serangga yang
terkecil berasal dari orthoptera, hal ini berbeda dengan hasil penelitian ini dimana
ordo serangga yang paling kecil berasal dari neuroptera. Famili tertinggi di lahan
pertanaman ada 10 famili dari diptera yang jumlah genusnya sama satu sama lain
dan famili terendah yaitu 2 famili yang berasal dari odonata dan orthoptera
sedangkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti famili terbesar Culicidae dan
terendah tettigonidae. Genus tertinggi sama dengan hasil penelitian peneliti yakni
Anopeles sp dan genus terendah berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti karena genus serangga terendah Chilocorus sp., Sceliphron sp.,
Sexava sp., Scotinophara sp. sedangkan genus serangga terendah dari penelitian
yang dilakukan adalah Attractomorpha sp. dan jumlah laba-laba sebesar 450
individu yang terdiri dari 3 famili dan 3 genus. Genus laba-laba paling dominan
berasal dari Tetragnatha sp. sebsesar 423 laba-laba dan terendah Lycosa sp.
sebesar 11 laba-laba.
sebagian besar berasal dari Tetragnatha sp. sebesar 53 dan terkecil Lycosa sp.
sebesar 1. Serangga yang berhasil ditangkap berjumlah 599 yang sebagian besar
berasal dari Chironomus sp. (Diptera: Chironomidae) berjumlah 261 dan paling
Apis sp. (Hymenoptera: Apididae), Tipula sp. (Diptera: Tipulidae) dengan jumlah
sumber makanan serangga dan material abu vulkanik yang mengenai tubuh
serangga dapat mengganggu proses fisiologis dan kematian pada serangga. Hal ini
didukung oleh penelitian Hanudin (2011) yang menyatakan bahwa erupsi gunung
kematian pada tanaman dan organisme yang terkena dari dampak erupsi tersebut,
selain dapat menyebabkan dampak negatif pada tanaman dan organisme, material
abu vulkanik juga memberikan dampak positif karena banyak hama dan penyakit
Populasi serangga yang paling fluktuatif dilihat dari jenis serta jumlahnya
predator belum bekerja secara maksimal karena mangsanya belum berlimpah serta
persaingan antara serangga masih rendah dan saat fase generatif, jumlah dan jenis
diparasit oleh serangga parasitoid dan stadia pertumbuhan tanaman yang tidak
sesuai dengan perkembangan serangga hama. Hal ini di didukung oleh Sianipar
et.al (2015) pada lahan persawahan padi dataran tinggi desa sukawening, kec.
serangga selama fase vegetaif yang masuk ke dalam 6 ordo, 9 famili, dan 16
spesies. Jumlah dan jenis serangga yang paling besar saat fase vegetatif saat
penangkapan ke empat sebesar 14 spesies berjumlah 307 serangga dan saat fase
famili, dan 14 spesies dengan jumlah 545 individu serangga. Jumlah dan jenis
sampai larva serangga berada di persawahan yang tergenang air. Populasi jumlah
saat kanopi tanaman semakin besar dan Attractomorpha sp. sedikit karena kurang
beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan Ozan et. al (2010)
melimpah dan serangga air yang sering digunakan sebagai indikator perairan yang
kualitas perairan, Siklus hidup paling pendek saat larva berada di lingkungan yang
jernih dan siklus hidup terpanjang saat larva di lingkungan perairan yang kotor,
akibat kemampuan adaptasi yang baik membuat larva serangga dapat hidup pada
yang berbeda.
Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak, dan Frekensi Relatif Pada Lahan Padi Merah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai kerapatan mutlak dan
kerapatan relatif tertinggi pada lahan padi merah adalah Chironomus sp. (Diptera :
0.0653 %. Hal ini menujukkan ordo orthoptera merupakan ordo arthropoda yang
yang mendukung untuk melakukan siklus hidup dan keberadaan musuh alaminya.
Hal ini didukung oleh penelitian Siregar et.al (2017) yang menyatakan semakin
tinggi nilai KM, maka semakin tinggi nilai KR pada varietas padi situbagendit di
kampung susuk.
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa nilai frekuensi mutlak dan
frekuensi relatif tertinggi pada lahan padi merah terdapat pada Verania sp.
makanan serangga yang masih melimpah, relung yang masih tersedia, dan masih
pertanian. Hal ini didukung Marpaung (2014) yang menyatakan bahwa frekuensi
relatif (FR) merupakan frekuensi jumlah kedatangan suatu jenis serangga pada
suatu habitat dan menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut pada suatu
tanaman padi..
frekuensi relatif terendah pada lahan pertanaman berasal dari serangga Sceliphron
tersedianya makanan yang sesuai bagi serangga tersebut. Serangga yang daya
adaptasinya baik, tidak memiliki faktor penghambat biotis dan daya kompetisinya
tinggi akan menekan jumlah dan jenis serangga yang lemah di lahan pertanaman
dan akhirnya, serangga yang sering hadir serta jumlahnya banyak (dominan)
makanan, tidak adanya musuh alami dan daya adaptasi yang tinggi dengan
buatan seperti ekosistem pertanian. Hal ini didukung oleh Wolda dan Wong dalam
Neti dan Virgo (2010) karena kelimpahan suatu serangga dipengaruhi oleh
aktifitas reproduksi yang di dukung oleh lingkungan yang sesuai dan tercukupinya
daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh kepada
ketersediaan sumber pakan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung
mempengaruhi kelimpahan.
Karo, Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel di atas. Berdasarkan data dapat
merah (H’= 2.53) di desa Sugihen, kec. Juhar, Kab. Karo, Sumatera Utara.
Kriteria ini menggambarkan adanya keragaman hama dan musuh alami pada
lahan padi merah yang berfluktuatif dilihat dari jenis dan jumlahnya dimulai dari
fase vegetatif dan generatif ( 1<H’<3) Krebs (1978). Hal ini didukung penelitian
Nurawati dan Nurhaida W. (2012) pada tanaman padi di desa Sukarami aji, kec.
Buay Sandang Aji, Kab. Ogan Komering Ulu Selatan, Lampung Selatan
Kec. Juhar, Kab. Karo, Sumatera Utara pada serangga Chironomus sp. (Diptera:
serangga air yang mendomisili perairan maupun areal persawahan atau daerah
yang tergenang dan populasinya terbanyak saat fase awal vegetatif dan terus
menerus berkurang disebabkan selama masa awal vegetatif air masih dibutuhkan
dalam jumlah yang besar dan secara berkala air irigasi dikurangi sesuai dengan
umur tanaman dan kanopi tanaman yang semakin besar meningkatkan laju
evapontranspirasi tanaman sehingga air yang hilang dari tubuh tanaman semakin
tinggi dan secara langsung mengurangi kuantitas air di areal persawahan dan saat
fase generatif kuantitas air irigasi di areal persawahan sedikit karena saluran
irigasi ditutup dan tanah sawah dikeringkan. Jumlah serangga ini menurun drastis
karena habitat serangga sudah terganggu dan serangga Chilocorus sp. (Coleoptera
mangsa di lahan pertanaman. Hal ini sesuai dengan penelitian Minggawati (2013)
yang menyatakan bahwa Larva Chironomus sp. bersifat sebagai pengurai bahan
organik yang membusuk pada dasar perairan, dan kedalaman serta kualitas dan
175 cm, dimana larva chironomus hidup di dasar pada kedalaman 100 cm.
Kedalaman perairan yang paing baik untuk serangga Chironomus sp. adalah 25-
50 cm .
spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai. Nilai indeks kekayaan jenis dapat
dilihat pada tabel di atas. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai kekayaan
jenis pada lahan padi merah di desa Sugihen kec. Juhar, Kab. Karo, Sumatera
Utara menunjukkan bahwa indeks kekayaan jenisnya terendah (R= 0.23) yang
jenis yang rendah menunjukkan bahwa spesies serangga pada lahan tidak terlalu
mendominasi dan melimpah. Indeks kekayaan jenis yang tertinggi berasal dari
pertanaman padi merah dan serangga tersebut mendominasi areal pertanaman. Hal
ini sesuai penelitian Pradhana et.al (2014) yang menyatakan rendahnya nilai
pada lahan pertanaman. Serangga yang mendominasi dan sering hadir di areal
pertanaman yaitu Chlorops sp., Oxya sp., Sogatella sp., Thaia sp., Conochepalus
sp.,dan Cythorrhinus sp. nilai tingkat kekayaan jenis ini juga dipengaruhi oleh
identifikasi Shepherd et.al (2011) yang membagi status serangga menjadi 3 yaitu
penelitian yang dilakukan diperoleh tiga jenis status serangga dan satu jenis
serangga yang statusnya serangga dekomposer atau serangga netral yang datanya
lain Verania sp., Menochilus sp., Micraspis sp., Chilocorus sp., Paedorus sp.,
Tetragnatha sp., Thomisius sp., Lycosa sp., Agrofermis sp., Pseudagrion sp.,
Metioche sp., Cythorrhinus sp., Euborelia sp., status serangga yang dikategorikan
sebagai serangga hama antara lain Scirchophaga sp., Hesperia sp., Nympula sp.,
Chaphalocrosis sp., Mythima sp., Oxya sp., Atractomorpha sp., Hydrellia sp.,
Cofana sp., Recilia sp., Nephottix sp. Serangga yang statusnya serangga parasitoid
dari hasil penangkapan di lapangan antara lain Amauromorpha sp., Opius sp.,
dengan status serangga dekomposer dari hasil penangkapan. Hal ini didukung
oleh Shepherd et. al. (2011) yang membagi status serangga secara garis besar
menjadi 2 yakni serangga hama dan serangga musuh alami. Serangga musuh
dengan mengambil 5 titik contoh pengambilan sampel, setiap titik contoh diambil
5 rumpun tanaman /yang mewakili 50 m2. Hasil penelitiannya dapat kita lihat
Intensitas serangan rata-rata (IS (%)) pada titik contoh 1 sebesar 1.403, intensitas
serangan rata-rata (IS(%) pada titik contoh 2 sebesar 2.044, intensitas serangan rata-rata
(IS(%)) pada titik contoh 3 sebesar 0.821, intensitas serangan rata-rata (IS(%)) pada titik
contoh 4 sebesar 0.940 dan intensitas serangan rata-rata (IS(%)) pada titik contoh 5
sebesar 1.280 dan intensitas serangan total rata-rata sebesar 1.297. Intensitas serangan
secara keseluruhan dikategorikan ringan atau tidak berdampak pada kehilangan hasil
pada tanaman padi merah pada lahan pertanaman. Tanaman yang terserang walang sangit
dengan gejala beras berubah warna, mengapur dan gabah menjadi hampa. Intensitas
serangan rendah disebabkan abu vulkanik yang disemburkan gunung merapi mengenai
makanan walang sangit dan material abu vulkanik yang mengenai organisme dapat
mengganggu proses fisiologis dan kematian pada organisme tersebut. Hal ini sesuai
dengan peneiltian Hanudin (2011) yang menyatakan bahwa erupsi gunung merapi
menimbulkan kerusakan pada lahan pertanian yang dapat mengakibatkan kematian pada
tanaman dan organisme yang terkena dari dampak erupsi tersebut, selain dapat
menyebabkan dampak negatif pada tanaman dan organisme, material abu vulkanik juga
memberikan dampak positif karena banyak hama dan penyakit mati dikarenakan inang
sumber makanannya telah hilang, mengganggu proses fisiologis serangga hama, dan
Populasi jantan sebesar 123 individu dan populasi betina sebesar 7 individu. Jenis
kelamin walang sangit betina dengan jantan dapat dilihat di ujung abdomen
walang sangit. Walang sangit jantan mempunyai ujung abdomen cembung dan
ujung abdomen cekung menandakan walang sangit betina dilihat dari sisi dorsal
(bawah) dan walang sangit betina lebih kuat dibandingkan jantan. Hal ini sesuai
variasi warna mulai dari hijau hingga kuning kecoklatan, Leptocoriza oratorius
pada abdomen. Walang sangit betina sedikit lebih kecil dari jantan. Walang sangit
betina mempunyai panjang 17,50 hingga 18,50 mm (rata-rata 18,00 ± 0,37 mm)
dengan lebar 2,40 hingga 3,00 mm (rata-rata 2,63 ± 0,21 mm) dan walang sangit
jantan mempunyai panjang 18,00 sampai 19,00 mm (rata-rata 18.49 ± 0.42 mm)
dengan lebar 1.95 hingga 2.50 mm (rata-rata 2,19 ± 0,22 mm). Selain itu, jenis
kelamin dapat diketahui dengan melihat bentuk ujung abdomen. ujung abdomen
yang cekung menandakan walang sangit betina dan ujung abdomen cembung
menandakan jantan.
total 39 individu dan terendah pada pengamatan kelima dengan total 2 individu.
Jumlah walang sangit yang tinggi pada pengamatan ketujuh disebabkan walang
sangit sudah berkembang biak, makanan yang berlimpah karena bulir sudah
matang susu, dan faktor biotis belum bekerja maksimal dalam menekan serangga
walang sangit. Hal ini didukung oleh penelitian Sumini et. al. (2018) pada
populasi imago walang sangit berfluktuasi pada setiap desa, puncak fluktuasi
tertinggi saat tanaman berumur 56 HST. Populasi walang sangit meningkat saat
populasinya akan semangkin meningkat saat padi memasuki fase matang susu.
KESIMPULAN
sebesar 2.53
4. Indeks kekayaan jenis tertinggi dan terendah serangga pada lahan padi merah
(Orthoptera : Tettigoniidae)
rendah
SARAN
supaya bahan-bahan kimia tidak tumpah dan mengenai kulit. Penggunaan bahan
kimia yang dianjurkan yakni alkohol, karena tidak menyebabkan iritasi jika kena
Anhar,A. 2013. Eksplorasi dan Mutu Beras Genotip Padi Merah di Kabupaten
Pasaman Barat Sumatera Barat. Prosiding Semirata FMIPA Universitas
lampung, Lampung.
Ane, N. Vi. dan Mubasharhusain. 2015. Diversity of Pest in Major Rice Growing
Areas of the World. Journal of Entomology and Zoology Studies 4(1) : 36-
41.
Basri, A. 2017. Hama Pada Tanaman Padi Sawah. 2017. http: www.insecta.org.
Diakses tanggal 12 Juli 2017.
Hadi M., Tarwotjo U., Rahadian. 2009. Biologi Insekta Entomologi. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Luo, Y., Haolong Fu, dan Sesdou Traore. 2014. Biodiversity Conversation in Rice
Paddies in China : Toward Ecological Sustainability. Journal of
Sustainability 6 : 6107-6124
Moningka, M., Dantje Tanore, dan Jeane Krisen. 2012. Keragaman Musuh Alami
Pada Padi Sawah di kabupaten Minahasa Selatan. Universitas Sam Ratulangi,
Manado.
Pathank, M.D. dan Z.R. Khan. 1994. Insects Pest of Rice. International Rice
Research Institute, Philiphine.
Shephard B.M, Barrion, A.T, dan J.A. Litsinger. 2011. Musuh Alami Hama Padi.
Internatinal Rice Research Institute. Cetakan Kesembilan, Bahasa Indonesia.
Siregar, A.Z. dan Indra R. Matondang. 2017. Biodiversity Insects Used Three
Traps of Upland Rice Fields in Simalungun District. International Journal Of
Scientific and Technologi Research 6: 2277-8616.
Siregar, A. Z., Tulus, dan Kemala Sari Lubis. 2017. Diversity of Insects in Paddy
Field Cultivation: A Case Study in Lae Parira, Dairi. International Journal of
Trend in Research and Developtment 4(5): 2394-933.
Siregar, A.Z., Tulus, dan Kemala Sari Lubis. 2017. Pemanfaatan Tanaman
Atraktan Untuk Mengendalikan Hama Keong Mas Padi. Fakultas Biologi,
Universitas Sumatera Utara.
Suyamto. 2005. Masalah Lapang Hama,Penyakit dan Hara Pada Padi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.
Sumini, Sammsul B. dan Holdi. 2018. Populasi dan Serangan Walang Sangit di
Tanaman Sawah Beririgasi Teknis Kec. Tugumulyo. J.Klorofil vol. 13(2) :
67-70
Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Sumber daya Lahan Indonesia
dan Pengelolaannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian, Bogor.
Wijayanto,B., Kiswanto dan Gohan Octora Manurung. Hama dan Penyakit Utama
Tanaman Padi. 2013. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Lampung.
1 2
3 4
5 6
9 10
11 12
15 16
17 18
21 22
Lepidoptera : Pyralidae
Scirpophaga sp. Diptera : Tachinidae
Argyrophylax sp.
23 24
(Diptera : Muscidae)
Musca sp. Hymenoptera : Formicidae
27 28
29 30
(Araneae : Lycosidae)
(Araneae : Thomisidae) Lycosa sp.
Thomisius sp.
33 34
35 36
39 40