You are on page 1of 76

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Agroekoteknologi Skripsi Sarjana

2019

Keanekaragaman Serangga dan


Tingkat Serangan Hama Walang Sangit
pada Tanaman padi Merah di Desa
Sugihen Kec. Juhar, kab. Karo

Tarigan, Edward
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16157
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN TINGKAT SERANGAN HAMA
WALANG SANGIT PADA TANAMAN PADI MERAH DI DESA SUGIHEN
KEC. JUHAR, KAB. KARO

SKRIPSI

OLEH :

EDWARD TARIGAN
130301218
AGROTEKNOLOGI/ HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN TINGKAT SERANGAN HAMA
WALANG SANGIT PADA TANAMAN PADI MERAH DI DESA SUGIHEN
KEC. JUHAR, KAB. KARO

SKRIPSI

OLEH :

EDWARD TARIGAN
130301218
AGROTEKNOLOGI / HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
The Purpose of this Research was to know Biodiversity of Insects and plant
damage caused by stink bugs in Rice in Sugihen Village of Juhar District, Karo,
North Sumatra. Research was conducted in Sugihen Village of Juhar District,
North Sumatra during November 2017 until March 2018 and the analysis insects
held on Laboratory of pest and disease plants in Faculty of Agriculture, North
Sumatra, The research used Purposive Random Sampling Method, there were
four trapped insect used that is Yellow Sticky Trap, Sweeping Net, Light Trap, and
Pitfall Trap, damage caused by stink bugs be measured with get five 5 sample in
5 point of field. The result showed that insects caught on rice planting there are
11 orders, 30 families, and 42 genus where identified, the highest absolut density
value is Chironomus sp. (Diptera: Chrironomidae) with relative frequency value
of 27.97% and the lowest absolut density Atractomorpha sp. (Orthoptera :
Tettigoniidae) With relative frequency value of 1.39 %, the value of insect
diversity Shanon Weiner (H’= 2.53) and damage of rice is 1.297 % including the
low category.

Keywords: Diversity, rice planting, insect, trap, stink bugs, Karo

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekargaman serangga dan


kerusakan tanaman disebabkan walang sangit di Desa Sugihen, Kecamatan Juhar,
Kabupaten karo, Sumatra Utara, Selama bulan November 2017 sampai bulan
Maret 2018. Penelitian ini menggunakan metode purposive random sampling
dengan empat perangkap antara lain : Yellow Sticky Trap, Pitfaal Trap, Sweeping
Net dan Light Trap, kerusakan tanaman disebabkan walang sangit diukur dengan
mengambil 5 sampel di 5 lokasi pertanaman. Hasil penelitian menujukkan
serangga yang tertangkap terdiri dari 11 ordo, 30 famili dan 42 genus yang
teridentifikasi. Nilai kerapatan Mutlak tertinggi adalah Chironomus sp. (Diptera:
Chrironomidae) dengan frekuensi relatif 27.97 % dan kerapatan mutlak terendah
adalah Atractomorpha sp. (Orthoptera : Tettigoniidae) dengan frekuensi relatif
1.39 %, Indeks Keanekaragaman Shanon-Weiner (H”= 2.53) dan kerusakan
tanaman adalah 1.297% termasuk dalam kategori rendah.

Kata Kunci : Keanekaragaman, pertanaman padi, serangga, perangkap, walang


sangit, Karo

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Edward Tarigan lahir di Desa Sugihen kec. Juhar, Kab. Karo pada tanggal

8 juni 1995 sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara dari Pasangan P. Tarigan

dan P. Ginting. Pada tahun 2001 menempuh pendidikan sekolah dasar di SD

040563 Sugihen, Kec. Juhar, Kab. Karo dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama di SMP Sw. Santa Maria di Kabanjahe dan lulus

tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA

Negeri 2 Kabanjahe dan lulus tahun 2013.

Pada tahun 2013 diterima di jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatra Utara melalui jalur SBMPTN (Seleksi Masuk Bersama

Perguruan Tinggi Negeri ) dan tahun 2016 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

di PTPN 5 Kebun Sei Buatan, Rokan Hilir, Riau. Saat kuliah bergabung dalam

organisasi HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroteknologi) dan

IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman).

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menulis skripsi ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Keanekaragaman Serangga dan

Tingkat Serangan Hama Walang Sangit Pada Tanaman Padi Merah di Desa

Sugihen Kec. Juhar, Kab.Karo“ yang merupakan Salah Satu Syarat untuk dapat

memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing yaitu ibu Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si, M.Sc, Ph.D dan ibu

Ir. Suzanna Fitriany Sitepu, M.Si yang telah membimbing dan memberikan ilmu

pada proses pembuatan skripsi serta kepada kedua orang tua yang selalu

memberikan doa, semangat dan dukungan moril kepada penulis selama pembuatan

skripsi ini dan kawan-kawan yang sudah membantu penulis dalam pembuatan skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2019

Penulis

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

ABSTRACT ............................................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................. ii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv

DAFTAR ISI.............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3
Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 3
Keguaan penelitian .............................................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi dan Biologi Tanaman Padi..................................................................... 5
Keanekaragaman Serangga ................................................................................. 6
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keanekaragaman Serangga ........................ 7
Indeks Keanekaragaman serangga ...................................................................... 8
Indeks Keanekaragaman Jenis............................................................................. 9
Indeks Kekayaan Jenis ........................................................................................ 9
Hama-Hama Padi................................................................................................. 10
Walang Sangit ..................................................................................................... 11

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu .............................................................................................. 13
Bahan dan Alat .................................................................................................... 13
Metode Penelitian ................................................................................................ 13
Pelaksanaan Penelitian
Perangkap Warna Kuning (Yellow Trap) ..................................................... 14
Perangkap Jaring (Sweet Net) ...................................................................... 14
Perangkap Cahaya (Light Trap) ................................................................... 15
Perangkap Jatuh (Pitfaal Trap) .................................................................... 15
Identifikasi Serangga.................................................................................... 16

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Peubah Amatan
Jumlah dan Jenis Serangga yang Tertangkap .............................................. 16
Indeks Keanekaragaman Serangga ............................................................... 16
Indeks Kekayaan Jenis ................................................................................. 18
Status Serangga Pada Lahan Pertanaman .................................................... 19
Penentuan Tingkat Kerusakan Hama ........................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN


Jumlah dan Jenis Serangga yang Tertangkap ...................................................... 21
Nilai KM, KR, FM, dan FR Lahan padi Merah .................................................. 27
Indeks Keanekaragaman Serangga ...................................................................... 32
Indeks kekayaan Jenis ......................................................................................... 36
Status Serangga di Lahan Padi Merah ........................................................................ 39
Intensitas Serangan Walang Sangit ............................................................................. 45
Perbandingan Populasi Jantan dan Betina .................................................................. 47

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan .......................................................................................................... 56
Saran .................................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jumlah dan Jenis Serangga yang Tertangkap ................................ 26

2. Nilai KM, KR, FM, dan FR Padi Merah ........................................ 32

3. Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga ....................................... 37

4. Nilai Indeks Kekayaan Jenis Margalef (R2) .................................. 41

5. Status Serangga Pada Lahan Pertanaman ...................................... 44

6. Intensitas Serangan Hama Walang Sangit ..................................... 46

7. Perbandingan Populasi Jantan dan Betina ..................................... 48

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Imago Walang Sangit .................................................................... 17

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Foto Lahan Penelitian ................................................................... 44

2. Perangkap Warna Kuning (Yellow Sticky Trap) ........................... 45

3. Perangkap Jaring (Sweep Net)....................................................... 46

4. Perangkap Cahaya (Light Trap) .................................................... 47

5. Perangkap Jatuh (Pitfall Trap) ...................................................... 48

6. Foto serangga ................................................................................ 49

7. Pengambilan Sampel Tanaman ..................................................... 66

8. Intensitas Serangan Walang Sangit ............................................... 67

9. Perbandingan Populasi Jantan dan Betina .................................... 68

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk

Indonesia. Usaha tani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber

pendapatan bagi sekitar 21 juta jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian.

Selain itu, beras juga merupakan komoditas politik yang sangat strategis, sehingga

produksi beras dalam negeri menjadi tolok ukur ketersediaan pangan bagi

Indonesia. Oleh karena itu, peran strategis pemerintah Indonesia sangat besar

dalam upaya peningkatan produksi dan stabilitas harga beras di Indonesia

berfluktuasi . Manakala mutu beras , salah satunya ditentukan oleh rasa, bau, dan

warna (Swastika et al., 2007).

Berdasarkan warna beras, di Indonesia dikenal beberapa jenis beras seperti

beras putih, beras hitam, beras ketan dan beras merah (Prabowo, 2015). Beras

merah mengandung gizi yang jauh lebih tinggi dibanding dengan varietas padi

beras putih. Warna merah pada beras terbentuk dari pigmen antosianin yang tidak

hanya terdapat pada perikarp dan tegmen, tetapi juga bisa di setiap bagian gabah,

bahkan pada kelopak daun (Anhar, 2013).

Luas areal pertanaman padi di Sumatera Utara sebesar 273.052/Ha terdiri

dari 33 kab/kota. Luas areal pertanaman padi di beberapa kab/kota di Sumatera

Utara antara lain : Kab. Nias sebesar 857/Ha, Kab. Mandailing Natal sebesar

18.042/Ha, Kab. Tapanuli Selatan sebesar 15.777/Ha, Kab. Labuhan Batu sebesar

591/Ha, Kab. Asahan sebesar 6.567/Ha, Kab. Simalungun sebesar 41,422/Ha,

Kota Medan sebesar 468/Ha, Kota Binjai sebesar 657/Ha, Kota Padang

Sidempuan sebesar 3.809/Ha, Kota Gunung sitoli sebesar 1.431/Ha, Sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

di Kab. Karo sebesar 9.618. Selama 6 tahun terakhir luas areal pertanaman padi

sawah meningkat dari 1605 Ha pada tahun 2010 menjadi 3689 Ha pada tahun

2015 dan produktivitas padi sawah 50.02 Kwintal/Ha tahun 2010 menjadi 59.30

Kwintal/Ha tahun 2015 dengan produksi padi sawah 8028 ton/1605 Ha tahun

2010 menjadi 21877 ton/ 3689 Ha di kec. Juhar, Kab. Karo (BPS, 2015).

Upaya meningkatkan produksi padi di Indonesia mengalami beberapa

masalah terutama faktor biotis dan faktor abiotis sebagai penghambatnya. Faktor

abiotis berupa cuaca, iklim, intensitas cahaya, kualitas cahaya, lama penyinaran

dan lain sebagainnya. Faktor biotis berupa organisme pengganggu tanaman, yaitu

hama, penyakit, dan gulma (Kartohardjono et al., 2009).

Hama adalah setiap organisme yang dapat mengganggu, merusak ataupun

mematikan organisme lain. Organisme yang dimaksud hanya terbatas pada

organisme-organisme makro seperti keong mas, serangga, moluska, burung, dan

organime-organisme makro lain yang yang mengganggu, merusak, atau

mematikan tanaman (Sembel, 2012).

Keong mas dapat merusak tanaman padi dengan intensitas sebesar 13.2%

hingga 96.5%. Faktor utama yang membuat keong emas sulit diberantas adalah

kemampuan beradaptasi yang tinggi sehingga bisa hidup di berbagai jenis

habitat. Selain itu, daya reproduksi tinggi yang ditandai dengan jumlah telur

mencapai 8.700 butir per musim reproduksi dan kemampuan bertahan dalam

kondisi lingkungan kering (Siregar et.al, 2017).

Serangga sebagai pemakan tumbuhan disebut serangga hama, tetapi tidak

semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti

serangga penyerbuk, predator dan parasitoid. Setiap serangga mempunyai sebaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi

(Hashim et. al., 2017).

Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan

kelimpahan spesies dalam komunitas. Indeks keanekaragaman dengan variable

yang menggolongkan struktur komunitas meliputi : jumlah spesies, kelimpahan

relatif spesies, homogenitas dan ukuran dari area sampel pada lahan pertanaman

yang dibudidayakan pada suatu daerah (Sianipar et.al, 2015).

Sebagian besar areal pertanaman padi yang berada di pegunungan

menggunakan sistem perairan tadah hujan dan padi yang dibudidayakan jenisnya

sangat terbatas karena harus dapat beradaptasi dengan kondisi kekeringan.

Pertanaman padi yang diteliti menggunkan sistem perairan irigasi dan padi yang

dibudiayakan memiliki jenis lebih dari satu karena pengairan bukan faktor

pembatas dalam budidaya. Peneliti tertarik melakukan penelitian disebabkan

belum pernah dilakukan penelitian keanekaragaman serangga pada daerah ini dan

Hama keong mas merupakan hama yang sering mengurangi kuantitas dan kualitas

tanaman padi yang dibudidayakan pada daerah ini.

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui keanekaragaman serangga dan

kerusakan tanaman yang disebabkan hama walang sangit pada lahan pertanaman

Padi Merah di Desa Sugihen, Kec. Juhar, Kab. Karo.

Hipotesis Penelitian

1. Adanya keanekaragaman serangga pada pertanaman padi merah (Oryza

sativa L.)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

2. Adanya intensitas serangan yang berbeda antara lokasi dan waktu

pengamatan pada pertanaman padi merah (Oryza sativa L.).

Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian adalah untuk memberikan informasi tentang

keanekaragaman serangga dan tingkat serangan hama pertanaman Padi

Merah di Desa Sugihen, Kec. Juhar, Kab. Karo dan sebagai salah satu

syarat untiuk mendapat gelar sarjana dari Program Studi Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi dan Ekologi Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman semusim termasuk ke dalam

golongan rumput-rumputan. Padi selain merupakan tanaman termuda yaitu

tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya

satu kali berproduksi, setelah berproduksi akan mati atau dimatikan

(Wijayanto et al., 2013).

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan

banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan

atau lebih, dengan distribusi selama empat bulan, curah hujan yang dikehendaki

per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman

padi 23°C. Tinggi tempat yang sesuai untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500

m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah

yang kandungan fraksi pasir, debu dan liat dalam perbandingan tertentu dengan

diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada

tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH antara 4-7

(BPPD, 2007).

Padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah tergenang. Penggenangan

tanah akan mengakibatkan perubahan-perubahan sifat kimia tanah yang akan

mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Perubahan-perubahan kimia tanah

sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain antara lain : penurunan kadar

oksigen dalam tanah, penurunan potensial redoks, perubahan pH tanah, reduksi

besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen

(Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Keanekaragaman Serangga

Menurut penafsiran para ahli, terdapat 713.500 jenis arthropoda atau

sekitar 80 persen dari jenis hewan yang telah dikenal. Serangga merupakan jenis

hewan yang jumlahnya paling dominan di antara jenis hewan lainnya dalam filum

Arthropoda. (Hadi et al., 2009).

Keanekaragaman adalah jumlah spesies yang ada pada suatu waktu dalam

komunitas tertentu. Keanekaragaman dapat dibagi menjadi 3, antara lain :

keanekaragaman α, keanekaragaman β dan keanekaragaman γ. Keanekaragaman α

adalah keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas atau habitat,

keanekaragaman β adalah suatu ukuran kecepatan perubahan spesies dari satu

habitat ke habitat lainnya dan keanekaragaman γ adalah kekayaan spesies pada

suatu habitat dalam satu wilayah geografi (Pielou, 1966).

Keanekaragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan

tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Untuk

memperoleh keanekaragaman jenis ini cukup diperlukan kemampuan mengenal

dan membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama

(Krebs, 1978).

Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme

selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam

komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian

yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies

(persaingan, predasi) dan tingkat interspesies (persaingan, territorial)

(Untung, 2001).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Serangga

Ada 7 faktor yang saling berkaitan menentukan derajat naik turunnya

keragaman jenis ekosistem yaitu :

a. Waktu, keragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti komunitas tua

yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada

komunitas muda yang berkembang.

b. Heterogenitas ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin

kompleks komunitas flora dan fauna di suatu tempat tersebar dan semakin

tinggi keragaman jenisnya.

c. Kompetisi terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang sama

yang ketersediaannya kurang atau walaupun ketersediaannya cukup namun

bersaing tetap juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan sumber

tersebut, yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya.

d. Memanfaatkan sumber tersebut yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya.

e. Pemangsaan, yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing

yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selain memperbesar

kemungkinan hidupnya berdampingan sehingga mempertinggi keragaman,

apabila intensitas dari pemangsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat

menurunkan keragaman jenis.

f. Kestabilan iklim, makin stabil keadaan suhu, kelembaban, salinitas, pH

dalam suatu lingkungan, maka semakin banyak jenis dalam lingkungan

tersebut.

g. Produktivitas makhluk hidup (Siregar et. al, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Indeks Keanekaragaman Serangga

Keanekaragaman makhluk hidup dalam suatu ekosistem buatan seperti

lahan sawah dapat diketahui dengan melihat berbagai organisme yang hidup pada

areal persawahan. Keanekaragaman makhluk di areal persawahan dapat

dikelompokkan menjadi keanekaragaman genetik dan keanekaragaman spesies.

Gulma, serangga hama dan tanaman lain yang hidup di areal pertanaman

merupakan musuh alami dari tanaman padi dalam ekosistem. Tanaman padi,

gulma, serangga dan tanaman di persawahan membentuk komunitas biologis

(Luo et. al, 2014).

Stabilitas dan keanekaragaman merupakan indikator fungsi komunitas

ekologis. Stabilitas komunitas makhluk hidup tidak selalu stabil karena fase

perkembangan tanaman padi dan faktor lingkungan. Jumlah dan jenis spesies,

indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan jenis berbeda satu sama lain

karena faktor habitat, kondisi lahan, dan tahap pertumbuhan tanaman padi.

Berdasarkan analisa yang dilakukan terdapat perbedaan stratifikasi spasial,

keanekaragaman komunitas berfluktuasi musiman, dan hasillnya menampilkan

bahwa keanekaragaman komunitas tidak stabil, dan fluktuasi musiman yang besar

(Luo et. al.,2014).

Indeks keanekaragaman sangat penting dalam menentukan stabilitas lahan

padi di suatu ekosistem. Indeks keanekaragaman yang bernilai antara 1 dan 3

menunjukkan kestabilan ekosistem rendah dan ketika indeks bernilai lebih besar

dari 3 menunjukkan ekositem dalam keadaan stabil, berbagai komunitas

arthropoda di areal pertanaman bersifat dinamis disebabkan fase pertumbuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

tanaman dan faktor perubahan lingkungan yang dapat dibagi dalam 3 fase antara

lain ekspansi, fluktuasi dan penurunan (Luo et. al., 2014).

Indeks Keanekaragaman Jenis

Indeks keanekaragaman jenis merupakan indeks yang mengukur

keanekaragaman spesies dalam suatu habitat. Indeks keanekaragaman dihitung

dengan menggunakan Indeks keanekaraman Shannon-Wiener (1949). Indeks

keanekaragaman dihitung dengan menggunakan rumus H = - Σ Pi ln pi

Dimana Pi = S / N

Pi = Proporsi jumlah individu ke-i dengan jumlah total individu

S = jumlah individu jenis ke - i

N = jumlah total semua individu dalam sampel

ln = logaritma ke basis e

Indeks Kekayaan Jenis

Indeks Margalef digunakan sebagai ukuran sederhana Kekayaan Jenis.

Indeks Margalef = (S - 1) / N

S = jumlah total jenis ke - i

N= jumlah individu dalam sampel Pada logaritma natural (Margalef, 1958).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Hama Hama Pertanian

Serangga pada areal tanaman padi di seluruh dunia dilaporkan lebih dari

800 spesies serangga dan 100 spesies ( 12,5% ) merupakan serangga hama pada

tanaman padi dan sisanya (700 spesies serangga) dilaporkan sebagai serangga

penyerbuk, predator, parasitoid dan serangga netral. Serangga hama penting

tanaman padi sebanyak 20 spesies termasuk penggerek batang, ganjur, wereng

daun dan wereng tanaman yang dapat menyebabkan kerusakan secara langsung

maupun tidak langsung dengan transmisi berbagai penyakit pada pertanaman.

Serangga merusak bagian-bagian tanaman dengan menggigit dan mengunyah

jaringan tanaman, menghisap cairan batang dan biji padi. Kerusakan yang

disebabkan serangga pada tanaman mengakibatkan terganggunya fisiologi

tanaman sehingga produksi tanaman lebih rendah (Ane et. al., 2015).

Penggerek batang, wereng batang coklat , ganjur dan wereng daun adalah

beberapa hama penting di Asia Tenggara dan Cina, sedangkan ganjur, wereng

batang coklat, dan penggerek batang kuning merupakan penyebab utama

berkurangnya hasil gabah di Asia Selatan (Ane et. al., 2015).

Kelimpahandan kekayaan spesies arthropoda di cina sangat tinggi.

Serangga yang statusnya hama dilaporkan sebesar 654 spesies dan 1304 musuh

alami. Pada survey yang dilakukan tahun 1998-2007 di asia terutama china dan

Vietnam menunjukkan bahwa wereng batang coklat (Nilaparvata Lugens) dan

wereng punggung putih (Sogatella fulciferra) merupakan serangga penting karena

menyebabkan kehilangan hasil yang sangat besar, penyebab melimpahnya hama

wereng batang coklat dan wereng punggung putih disebabkan penggunaan

insektisida pada lahan pertanaman (Ane et. al., 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Negara India melaporkan bahwa hama yang menyerang tanaman padi

antara lain hama penggerek batang Kuning, penggerek batang bergaris-garis,

wereng coklat, hispa beras, kumbang bonggol padi dan kumbang padi

(Ane et. al, 2015).

Bangladesh melaporkan bahwa pada pertanaman padi sawah yang berada

di Chittagong terdapat 15 famili, 30 genus dan 35 spesies serangga yang berhasil

dikumpulkan dan di identifikasi. Serangga hama penting pada tanaman di

Bangladesh terdiri dari 4 ordo yaitu Hemiptera, Orthoptera, Lepidoptera, dan

Coleoptera (Ane et. al, 2015).

Pada areal pertanaman padi di Indonesia terdapat beberapa hama yang

menyerang pertanaman antara lain lalat bibit (Hydrellia phillipina Ferino), orong-

orong (Gryllotalpa orientalis Burmeister), ulat jengkal-palsu hijau (Naranga

aenescens (Moore), ulat tanduk hijau (Melantis leda ismene Cramer), ulat

tentara/grayak, Hama putih (Nympula depunctalis (Guenne)), Hama putih palsu

(Cnaphalocrocis medinalis (Guenee)), ganjur (Orselia oryzae (Wood-Mason),

kepinding tanah (Scotinophora coarctata), wereng hijau (Nephottettix virescens),

wereng coklat (Nilavarpata lugens (Stal), penggerek batang, walang sangit

(Leptocoriza oratorius) (Suyamto, 2005).

Hama walang sangit merupakan hama yang kurang penting di Jawa yang

sebagian besar sawahnya beririgasi, tetapi hama yang cukup merugikan di

Sumatra, mulai dari Aceh menelusuri pantai barat sampai Lampung, karena

tanaman padinya non irigasi. Serangan hama walang sangit dapat menyebabkan

kehilangan hasil sampai 50 % (Wijayanto et. al., 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Walang Sangit (Leptocorisa oratorius)

Gambar 3. Imago Walang sangit


(www.insecta.org, 2017)

Walang sangit merupakan salah satu hama penting padi di lahan pertanian.

Hama ini menyerang pertanaman padi setelah padi berbunga. Bulir padi ditusuk

dengan rostrumnya, kemudian cairan bulir tersebut dihisap. Akibat serangan hama

ini pertumbuhan bulir padi kurang sempurna, biji/bulir tidak terisi penuh ataupun

hampa sama sekali. Dengan demikian dapat mengakibatkan penurunan kualitas

maupun kuantitas hasil. Kerusakan yang hebat disebabkan oleh imago yang

menyerang tepat pada masa berbunga, sedangkan nimpa terlihat merusak secara

nyata setelah pada instar ketiga dan seterusnya. Kerusakan yang tinggi biasanya

terjadi pada tanaman di lahan yang sebelumnya banyak ditumbuhi rumput-

rumputan serta pada tanaman yang berbunga paling akhir (Qomarodin, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sugihen, Kec. Juhar, Kab. Karo dengan

ketinggian tempat ± 1.340 meter di atas permukaan laut, dan identifikasi serangga

dilakukan di Laboratorium Hama, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan. Penelitian berlangsung mulai bulan November 2017 sampai

dengan Maret 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman padi merah,

imago serangga yang tertangkap, gelas plastik, air bersih, detergen, plastik

transparan, kertas warna kuning, lem perekat, tissue, tali plastik, pacak, kertas

karton, formalin dan alkohol 70%.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, mikroskop, lup,

pinset, hekter, gunting, pisau, kalkulator, kamera, Light trap, buku kunci

identifikasi serangga Heinrichs (1995) dan Shepherd et.al (2011), alat tulis dan

alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode purposive sampling.

Pengamatan dilakukan pada lahan pertanaman padi merah dengan luas 2500 m2.

Kemudian diambil lahan yang yang dijadikan sampel sebanyak 10 % dari luas

keseluruhan lahan (250 m2). Selanjutnya sampel dibagi menjadi 5 petak

pengamatan, sehingga setiap petakan terdiri dari 50 m 2 yang terdiri dari beberapa

rumpun padi. Pada setiap sampel diletakkan perangkap sebanyak 4 yang terdiri

dari perangkap jaring (sweep net), perangkap lampu (light trap), dan perangkap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

kuning (yellow trap) dan perangkap jatuh (Pitfall Trap). Pengamatan dilakukan

pada lahan pertanaman sebanyak 12 kali. Interval pengambilan setiap sampel

berkisar 6 hari dari pengambilan sampel serangga sebelumnya. Serangga yang

diperoleh dari setiap perangkap dikumpulkan, selanjutnya diidentifikasi sampai

tingkat genus dengan menggunkan buku Heinrichs (1995) dan Shepherd et.al

(2011) di Laboratorium Hama, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pelaksanaan Penelitian

Perangkap Warna Kuning (Yellow Sticky Trap)

Perangkap warna kuning terbuat dari kertas berwarna kuning berukuran

30 cm x 20 cm yang diolesi lem perekat dan dipasang dengan menggunakan

tonggak bambu dengan tinggi yang disesuaikan dengan tinggi kanopi daun

tanaman. Perangkap warna kuning digunakan untuk menangkap serangga yang

tertarik dengan warna tertentu pada pertanaman padi. Serangga yang diperoleh

pada perangkap ini dikumpulkan, diidentifikasi dan dihitung jumlahnya.

Perangkap Jaring (Sweep Net)

Perangkap jaring terbuat dari kain kasa bening yang mudah diayunkan

untuk menangkap serangga yang dapat terbang di lahan pertanaman. Penangkapan

serangga dengan perangkap jaring dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-09.00

WIB dengan 10 kali pengayunan pada setiap titik sampling. serangga yang

tertangkap kemudian dikumpulkan dan dipisahkan serta di identifikasi secara

langsung di lapangan lalu dimasukkan ke dalam botol sampel, serangga yang

tidak dapat di identifikasi secara langsung di lapangan dimasukkan ke dalam botol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

sampel dan selanjutnya dibawa ke Laboratorium Hama Tumbuhan untuk di

identifikasi serta dihitung jumlahnya.

Perangkap cahaya (Light Trap)

Perangkap cahaya (Light Trap) digunakan untuk menangkap serangga

yang respon terhadap cahaya pada malam hari (noctunal). Pemasangan perangkap

dilakukan pada lahan sawah dengan sampel yang ditentukan. Pemasangan alat ini

dilakukan pada pukul 18.30-7.00 WIB. Lokasi pemantauan pemasangan

perangkap dilakukan dengan sistem diagonal dengan interval satu kali dalam

seminggu selama 12 minggu. Perangkap ini menggunakan lampu emergency

sebagai sumber cahaya. Lampu diletakkan di atas papan yang telah di broti

dan menaruh baskom di bawah broti dengan panjang 50 cm dari permukaan tanah

sehingga serangga tertarik jatuh kedalam baskom. Serangga yang jatuh kedalam

baskom dikumpulkan, diidentifikasi serta dihitung jumlahnya.

Perangkap jatuh (Pitfall Trap)

Pitfall trap digunakan untuk menangkap serangga yang diatas permukaan

tanah. Pemasangan alat ini dilakukan pada bedengan sawah. Lokasi dilakukan

pada lahan sawah dengan sampel yang ditentukan. Pemasangan perangkap

dilakukan dengan sistem diagonal dengan interval satu kali dalam seminggu

selama 12 minggu. Perangkap ini dapat digunakan untuk menangkap serangga

yang aktif pada permukaan tanah, dipasang 5 perangkap pada titik-titik tertentu.

Alat ini dibuat dengan menggunakan gelas plastik (aqua cup) berdiameter 9 cm

dimasukkan ke dalam lubang sehingga permukaan gelas sejajar dengan

permukaan tanah. Setiap gelas plastik dituangkan deterjen sebanyak 150 ml ke

dalamnya yang telah dilarutkan dengan dosis 23 gram ke dalam 25 liter air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Deterjen berfungsi sebagai perekat dimana serangga yang masuk didalam gelas

plastik terperangkap dan tidak bisa keluar lagi. Setelah dituangkan deterjen

kemudian dipasangkan tiang bambu setinggi 25 cm dan dikaitkan mangkuk

plastik diletakkan 3-4 cm di atas permukaan gelas untuk menghindari air hujan

masuk kedalam gelas. serangga yang tertangkap kemudian dikumpulkan dan

dipisahkan lalu dimasukkan kedalam botol sampel untuk diidentifikasi di

Laboratorium.

Identifikasi Serangga

Serangga yang tertangkap dari lapangan ada yang dapat di identifikasi

secara langsung dan ada yang belum dapat diidentifikasi secara langsung.

Serangga yang belum teridentifikasi secara langsung selanjutnya dibawa ke

Laboratorium Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

untuk dilakukan pengidentifikasian. Identifikasi dilakukan sampai pada tingkat

genus dengan menggunkan buku Heinrichs (1995) dan Shepherd et al. (2011),

serangga yang tertangkap kemudian di foto dan dibuat koleksi.

Peubah Amatan

1. Jumlah dan jenis serangga yang tertangkap

Serangga yang tertangkap di lahan pertanaman padi dikumpulkan, di

identifikasi dengan menggunakan buku Heinrichs (1995) dan Shepherd et al.

(2011) serta dihitung jumlahnya dan dikelompokkan sesuai dengan genusnya

masing-masing pada setiap pengamatan.

2. Indeks keanekaragaman serangga

Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan

kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Indeks keanekaragaman dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

variabel yang menggolongkan struktur komunitas meliputi: jumlah spesies,

kelimpahan relatif spesies (kesamaan), homogenitas dan ukuran dari area sampel.

a. Kerapatan Mutlak (KM) Suatu Jenis Serangga

Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada

habitat yang dinyatakan secara mutlak.

b. Kerapatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga

Kerapatan relatif dihitung dengan rumus sebagai berikut:

c. Frekuensi Mutlak (FM) Suatu jenis serangga

Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah keseringhadiran suatu serangga

tertentu yang ditemukan pada habitat tiap pengamatan yang dinyatakan secara

mutlak

d. Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga

Frekuensi relatif menunjukan keseringhadiran suatu serangga pada

habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut dan

dihitung dengan rumus menurut sebagai berikut:


Untuk membandingkan tinggi rendahnya keanekaragaman jenis serangga

yaitu keanekaragaman jenis serangga hama dan musuh alami digunakan indeks

Shanon-Weiner (H) dengan rumus Indeks keanekaragaman

H = - Σ pi ln pi .

dimana : pi = Proporsi jumlah individu ke-i dengan jumlah total individu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

ni = jumlah individu jenis ke - i

N = jumlah total semua individu dalam sampel

ln = logaritma ke basis e

Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut Krebs (1978) sebagai

berikut:

H>3 = Tinggi

1< H < 3 = Sedang

H<1 = Rendah

Setelah jumlah serangga yang tertangkap pada setiap pengamatan

diketahui, maka dihitung nilai indeks keanekaragaman pada masing-masing

pengamatan dengan menggunakan rumus indeks Shanon-Weiner (H).

3. Indeks Kekayaan Jenis (R2)

Indeks Margalef digunakan sebagai ukuran sederhana Kekayaan jenis

R2= (S-1)/N

diamana: R2 = Indeks kekayaan jenis

S = jumlah total jenis ke - i

N = jumlah individu dalam sampel pada logaritma natural (Margalef,

1958).

dengan kriteria:

- R < 2,5 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang rendah

- 2,5> R > 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang sedang

- R > 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

4. Status serangga pada lahan pertanaman

Status fungsi serangga yang tertangkap dapat digolongkan ke dalam 3

kelompok, antara lain : serangga yang mempunyai status sebagai hama, serangga

yang mempunyai peran memarasit hama (parasitoid), dan serangga sebagai

organisme Pemangsa (predator).

5. Penentuan Intensitas Serangan

Untuk menghitung intensitas serangan walang sangit dengan cara metode

diagonal dengan mengambil 5 rumpun per titik sampel, kemudian dihitung biji

padi yang terserang dan tidak terserang. Tanaman yang dijadikan sampel harus

memenuhi beberapa persyaratan antara lain : 1) Tanaman tidak berada di bagian

paling pinggir parit, sungai maupun danau, 2) Tanaman bukan tanaman sisipan, 3)

Tanaman pertumbuhannya normal, 4) Bulir tanaman semuanya sudah terisi

penuh, 5) Tanaman tidak terserang Penyakit, 6) Tinggi tanaman seragam, 7) Umur

tanaman dan warna tanaman seragam, 6) Tanaman yang dipilih dan diambil harus

memenuhi kriteria area titik pengambilan sampel. Prosedur penghitungan

intensitas serangan yaitu 1) Tanaman sampel diambil 5 dari setiap petak tanaman,

2) Tanaman sampel di ikat menggunakan tali plastik, 3) Tanaman dimasukkan ke

dalam kantong berwarna coklat sebagai tempat tanaman dan diberi label yang

berisi tanggal panen panen dan nomor sampel tanaman, 5) Malai atau rumpun

tanaman dipisahkan dengan bulirnya pada setiap sampel tanaman, 6) Bulir

tanaman yang terserang hama walang sangit dan tidak terserang pada masing

masing sampel dipisahkan satu sama lain, Bulir tanaman yang terserang ditandai

dengan kulit biji yang berwarna kecoklatan atau biji padi yang kosong tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

berisi. Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman (2000), Intensitas Serangan

(IS) walang sangit per rumpun atau permalai dihitung berdasarkan rumus:

Dimana : I= Intensitas Serangan

n = Jumlah bulir terserang

N = Jumlah seluruh bulir

Kriteria : Normal :0%

Ringan : 0 - 25 %

Sedang : 26 – 50

Berat : 51-75 %

Sangat Berat : > 75 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah dan Jenis Serangga Yang Tertangkap

Tabel 1. Jumlah dan jenis Serangga yang tertangkap pada lahan padi merah

Ordo Famili Genus Penangkapan Total


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Coleoptera Cocccinelidae Verania sp. 4 3 3 7 6 4 0 4 1 1 1 1 35
Menochillus sp. 1 3 2 2 4 0 0 2 2 0 0 0 16
Micraspis sp. 0 0 2 3 0 0 3 1 1 1 0 1 12
Chilocorus sp. 2 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 6
Carabidae Ophionea sp. 4 5 6 6 7 3 2 3 1 0 1 0 38
Staphylidae Paedorus sp. 9 4 2 5 6 3 1 1 1 0 2 1 35
Araneae Tetragnathidae Tetragnatha sp. 33 51 53 45 47 49 42 42 4 11 21 25 423
Thomisidae Thomisius sp. 5 3 3 3 1 0 0 0 0 0 0 1 16
Lycosidae Lycosa sp. 0 4 1 2 0 1 1 1 1 0 0 0 11
Lepidoptera Hesperidae Hesperia sp. 2 1 3 1 8 5 3 4 1 0 0 0 28
Pyralidae Scirchophaga sp. 0 1 2 1 0 1 2 0 0 0 0 1 8
Nympula sp. 0 15 50 50 56 18 4 0 0 0 2 1 196
Chaphalocrosis sp. 0 0 2 2 1 7 27 25 16 10 27 36 153
Noctuidae Mythima sp. 0 0 0 0 0 0 2 10 3 0 0 0 15
Odonata Coenagroidae Agriofermis sp. 3 2 1 1 2 3 2 4 0 0 0 0 18
Pseudagrion sp. 0 0 0 2 5 3 2 1 0 0 0 0 13
Hymenoptera Braconidae Opius sp. 3 2 5 3 6 2 4 4 0 0 1 1 31
Macrocentrus sp. 0 4 6 6 5 3 4 0 0 0 0 1 29
Stenobacron sp. 0 1 1 0 1 2 1 1 1 0 0 0 8
Formicidae 8 4 6 2 6 7 5 2 0 1 1 4 46
Apididae Apis sp. 1 2 1 1 0 1 1 1 1 1 2 0 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Ichneumonidae Xanthomphinpla sp. 0 0 2 3 9 3 3 0 0 0 1 0 21


Amauromorpha sp. 0 0 12 10 5 2 1 1 0 0 0 0 31
Scelionidae Sceliphron sp. 0 3 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0 7
Telenemus sp. 13 9 19 22 12 5 9 1 3 2 0 0 95
Orthoptera Gryllidae Metioche sp. 0 2 3 0 3 1 2 4 0 0 0 0 15
Acrididae Oxya sp. 0 0 0 0 2 0 1 2 1 0 0 1 7
Tettigoniidae Atractomorpha sp. 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 3
Diptera Culicidae Anopeles sp. 35 44 52 52 56 62 51 52 7 13 27 37 488
Pipunculidae Pipunculus sp. 1 3 11 9 9 3 4 1 1 0 4 5 51
Tomorsavaryellla sp. 1 1 11 9 5 4 2 1 2 0 1 2 39
Ephyridae Hydrellia sp. 24 29 37 18 11 7 0 0 0 0 0 0 126
Muscidae Musca sp. 5 15 25 31 36 28 18 18 16 6 6 7 211
Tachinidae Argyrophylas sp. 1 1 3 5 2 1 1 1 0 0 0 0 15
Chironomidae Chironomus sp. 327 234 261 247 175 109 110 91 98 21 25 36 1734
Tipulidae Tipula sp. 23 28 34 40 27 26 25 19 0 1 1 0 224
Hemiptera Miridae Cythorhinus sp. 0 0 1 2 0 0 1 2 0 2 2 5 15
Alydidae Leptocorisa sp. 0 0 0 0 2 18 39 23 17 5 10 16 130
Delphacidae Nilaparvata sp. 0 0 0 0 1 0 5 9 3 0 0 0 18
Dermaptera Carcinophoridae Euborellia sp. 1 6 7 4 2 1 4 0 2 0 2 1 30
Homoptera Cicadellidae Cofana sp. 3 10 14 10 13 9 5 5 5 0 1 0 75
Recillia sp. 2 1 10 11 9 5 9 9 2 2 4 7 71
Nephotettix sp. 7 3 3 4 6 2 2 1 0 0 2 0 30
Neuroptera 2 3 1 0 0 1 1 0 3 0 0 0 11
Total 520 497 656 622 546 401 402 347 193 77 145 190 4596

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Hasil yang di dapat pada lahan padi merah yaitu 11 ordo, 30 famili, dan

42 genus yang teridentifikasi Ordo serangga yang paling banyak berasal dari

diptera dan ordo serangga yang paling sedikit berasal dari neuroptera, famili

serangga yang paling besar berasal dari Chironomidae dan terkecil tettigonidae,

genus serangga tertinggi yakni Chironomus sp. dan terendah Atractomorpha sp.

Jumlah diptera sebesar 2.888 individu serangga, neuroptera sebesar 11 individu

serangga, famili terbesar Chironomidae sebesar 1734 dan terendah tettigonidae

sebesar 3. Genus tertinggi Chironomus sp. sebesar 1734 dan terendah

Atractomorpha sp. sebesar 3 yang berhasil di identifikasi dari penelitian yang

dilakukan. Hal ini di dukung penelitian Siregar et.al (2017) di dataran tinggi

Simalungun dengan menggunakan tiga perangkap bahwa ada 8 ordo, 24 famili

dan 37 spesies serangga yang berhasil di identifikasi dengan total 1.365 individu

serangga. Ordo tertinggi serangga di lahan pertanaman sama dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu diptera tetapi ordo serangga yang

terkecil berasal dari orthoptera, hal ini berbeda dengan hasil penelitian ini dimana

ordo serangga yang paling kecil berasal dari neuroptera. Famili tertinggi di lahan

pertanaman ada 10 famili dari diptera yang jumlah genusnya sama satu sama lain

dan famili terendah yaitu 2 famili yang berasal dari odonata dan orthoptera

sedangkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti famili terbesar Culicidae dan

terendah tettigonidae. Genus tertinggi sama dengan hasil penelitian peneliti yakni

Anopeles sp dan genus terendah berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti karena genus serangga terendah Chilocorus sp., Sceliphron sp.,

Sexava sp., Scotinophara sp. sedangkan genus serangga terendah dari penelitian

yang dilakukan adalah Attractomorpha sp. dan jumlah laba-laba sebesar 450

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

individu yang terdiri dari 3 famili dan 3 genus. Genus laba-laba paling dominan

berasal dari Tetragnatha sp. sebsesar 423 laba-laba dan terendah Lycosa sp.

sebesar 11 laba-laba.

Serangga paling banyak tertangkap pada lahan padi merah pada

pengamatan yang ketiga dengan jumlah 11 ordo, 24 famili dan 38 genus..

Arthropoda laba-laba yang berhasil ditangkap berjumlah 57 individu yang

sebagian besar berasal dari Tetragnatha sp. sebesar 53 dan terkecil Lycosa sp.

sebesar 1. Serangga yang berhasil ditangkap berjumlah 599 yang sebagian besar

berasal dari Chironomus sp. (Diptera: Chironomidae) berjumlah 261 dan paling

sedikit Agriofermis sp. (Odonata: Coenagroidae), Sceliphron sp. (Hymenoptera:

Scelionidae), Stenobacron sp. (Hymenoptera: Braconidae), Apis sp.

(Hymenoptera: Apididae), Cythorhinus sp. (Hemiptera: Miridae) yang masing-

masing berjumlah 1. Jumlah arthropda yang paling sedikit saat pengamatan

kesepuluh dengan jumlah 8 ordo, 13 famili dan 14 genus dengan 7 ordo, 12

famili, dan 13 genus diimasukan dalam serangga. Serangga yang berhasil

ditangkap berjumlah 66 individu serangga, Genus serangga yang paling dominan

Chironomus sp. (Diptera : Chironomidae) dengan jumlah sebesar 21 dan terendah

Verania sp. (Coleoptera: Coccinelidae), Micraspis sp. (Coleoptera: Coccinelidae),

Apis sp. (Hymenoptera: Apididae), Tipula sp. (Diptera: Tipulidae) dengan jumlah

1 individu serangga. Menurut peneliti terjadinya penurunan serangga secara

drastis pada penangkapan kesepuluh disebabkan tanaman telah memasuki fase

generatif sehingga tingkat keanekaragaman dan kelimpahan organisme serangga

berkurang serta lahan peneliti tertutupi abu vulkanik mengakibatkan hilangnya

sumber makanan serangga dan material abu vulkanik yang mengenai tubuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

serangga dapat mengganggu proses fisiologis dan kematian pada serangga. Hal ini

didukung oleh penelitian Hanudin (2011) yang menyatakan bahwa erupsi gunung

berapi menimbulkan kerusakan pada lahan pertanian yang dapat mengakibatkan

kematian pada tanaman dan organisme yang terkena dari dampak erupsi tersebut,

selain dapat menyebabkan dampak negatif pada tanaman dan organisme, material

abu vulkanik juga memberikan dampak positif karena banyak hama dan penyakit

mati dikarenakan inang sumber makanannya telah hilang, mengganggu proses

fisiologis serangga hama, dan menyuburkan tanah-tanah yang tertimbun material

vulkanik dalam jangka panjang.

Populasi serangga yang paling fluktuatif dilihat dari jenis serta jumlahnya

saat penangkapan kesatu sampai ke empat disebabkan pertanaman sedang

memasuki fase vegetatif sehingga serangga mempunyai makanan yang berlimpah,

predator belum bekerja secara maksimal karena mangsanya belum berlimpah serta

persaingan antara serangga masih rendah dan saat fase generatif, jumlah dan jenis

serangga berkurang karena serangga banyak dimangsa oleh predator serta

diparasit oleh serangga parasitoid dan stadia pertumbuhan tanaman yang tidak

sesuai dengan perkembangan serangga hama. Hal ini di didukung oleh Sianipar

et.al (2015) pada lahan persawahan padi dataran tinggi desa sukawening, kec.

Ciwidey, kab. Bandung serangga yang berhasil dikumpulkan sebanyak 1.104

serangga selama fase vegetaif yang masuk ke dalam 6 ordo, 9 famili, dan 16

spesies. Jumlah dan jenis serangga yang paling besar saat fase vegetatif saat

penangkapan ke empat sebesar 14 spesies berjumlah 307 serangga dan saat fase

generatif serangga yang berhasil dikumpulkan dimasukkan ke dalam 5 ordo, 9

famili, dan 14 spesies dengan jumlah 545 individu serangga. Jumlah dan jenis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

serangga yang terbesar saat penangkapan keempat sebesar 14 spesies berjumlah

172 serangga saat fase generatif tanaman padi.

Serangga yang tertangkap sebagian besar merupakan serangga air pada

pada lahan pertanaman, serangga tertinggi Chironomus sp. (Diptera:

Chironomidae) dan terendah Atractomorpha sp. (Orthoptera : Tettigoniidae)

dikarenakan persawahan menggunakan sistem perairan irigasi dimana fase telur

sampai larva serangga berada di persawahan yang tergenang air. Populasi jumlah

serangga Chironomus sp. (Orthoptera : Chironomidae) berangsur angsur menurun

saat kanopi tanaman semakin besar dan Attractomorpha sp. sedikit karena kurang

beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan Ozan et. al (2010)

Chironomus sp. merupakan salah satu kelompok makroinvertebrata yang

melimpah dan serangga air yang sering digunakan sebagai indikator perairan yang

jernih dalam lingkungan, tahap larva famili chironomidae bervariasi tergantung

kualitas perairan, Siklus hidup paling pendek saat larva berada di lingkungan yang

jernih dan siklus hidup terpanjang saat larva di lingkungan perairan yang kotor,

akibat kemampuan adaptasi yang baik membuat larva serangga dapat hidup pada

ekosistem dengan kondisi temperatur, ph, salinitas, kedalaman, arus di lingkungan

yang ekstrim sehingga membuat serangga dapat ditemukan di lingkungan perairan

yang berbeda.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak, dan Frekensi Relatif Pada Lahan Padi Merah

Tabel 2. Nilai KM, KR, FM, FR Pada Lahan Padi Merah

Ordo Famili Genus KM KR% FM FR%

Coleoptera Cocccinelidae Verania sp. 35 0.007615 4 0.027972


Menochillus sp. 16 0.003481 3 0.020979
Micraspis sp. 12 0.002611 2 0.013986
Chilocorus sp. 6 0.001305 2 0.013986
Carabidae Ophionea sp. 38 0.008268 4 0.027972
Staphylidae Paedorus sp. 35 0.007615 4 0.027972
Araneae Tetragnathidae Tetragnatha sp. 423 0.092037 4 0.027972
Thomisidae Thomisius sp. 16 0.003481 3 0.020979
Lycosidae Lycosa sp. 11 0.002393 3 0.020979
Lepidoptera Hesperidae Hesperia sp. 28 0.006092 4 0.027972
Pyralidae Scirchophaga sp. 8 0.001741 2 0.013986
Nympula sp. 196 0.042646 4 0.027972
Chaphalocrosis sp. 153 0.03329 4 0.027972
Noctuidae Mythima sp. 15 0.003264 2 0.013986
Odonata Coenagroidae Agriofermis sp. 18 0.003916 4 0.027972
Pseudagrion sp. 13 0.002829 3 0.020979
Hymenoptera Braconidae Opius sp. 31 0.006745 4 0.027972
Macrocentrus sp. 29 0.00631 4 0.027972
Stenobacron sp. 8 0.001741 2 0.013986
Formicidae 46 0.010009 3 0.020979
Apididae Apis sp. 12 0.002611 2 0.013986

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Ichneumonidae Xanthomphinpla sp. 21 0.004569 3 0.020979


Amauromorpha sp. 31 0.006745 3 0.020979
Scelionidae Sceliphron sp. 7 0.001523 1 0.006993
Telenemus sp. 95 0.02067 4 0.027972
Orthoptera Gryllidae Metioche sp. 15 0.003264 3 0.020979
Acrididae Oxya sp. 7 0.001523 2 0.013986
Tettigoniidae Atractomorpha sp. 3 0.000653 2 0.013986
Diptera Culicidae Anopeles sp. 488 0.106179 4 0.027972
Pipunculidae Pipunculus sp. 51 0.011097 4 0.027972
Tomorsavaryellla sp. 39 0.008486 4 0.027972
Ephyridae Hydrellia sp. 126 0.027415 4 0.027972
Muscidae Musca sp. 211 0.045909 4 0.027972
Tachinidae Argyrophylas sp. 15 0.003264 3 0.020979
Chironomidae Chironomus sp. 1734 0.377285 4 0.027972
Tipulidae Tipula sp. 224 0.048738 4 0.027972
Hemiptera Miridae Cythorhinus sp. 15 0.003264 2 0.013986
Alydidae Leptocorisa sp. 130 0.028285 4 0.027972
Delphacidae Nilaparvata sp. 18 0.003916 4 0.027972
Dermaptera Carcinophoridae Euborellia sp. 30 0.006527 4 0.027972
Homoptera Cicadellidae Cofana sp. 75 0.016319 4 0.027972
Recillia sp. 71 0.015448 4 0.027972
Nephotettix sp. 30 0.006527 4 0.027972
Neuroptera 11 0.002393 1 0.006993
Total 4596 1 143

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai kerapatan mutlak dan

kerapatan relatif tertinggi pada lahan padi merah adalah Chironomus sp. (Diptera :

Chironomidae) dengan nilai KM = 1.734 dan KR = 37.72 % sedangkan terendah

Atractomorpha sp. (Orthoptera : Tettigoniidae) dengan nilai KM = 3 dan KR =

0.0653 %. Hal ini menujukkan ordo orthoptera merupakan ordo arthropoda yang

dominan di lahan pertanaman. Sebagian besar serangga yang tertangkap

Chironomus sp. (Diptera : Chironomidae) dan paling sedikit tertangkap

Atractomorpha sp (Orthoptera : Tettigoniidae. Faktor-faktor yang mempengaruhi

populasi serangga berupa kesesuaian habitat, kebutuhan makanan, lingkungan

yang mendukung untuk melakukan siklus hidup dan keberadaan musuh alaminya.

Hal ini didukung oleh penelitian Siregar et.al (2017) yang menyatakan semakin

tinggi nilai KM, maka semakin tinggi nilai KR pada varietas padi situbagendit di

kampung susuk.

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa nilai frekuensi mutlak dan

frekuensi relatif tertinggi pada lahan padi merah terdapat pada Verania sp.

(Coleoptera: Coccinelidae), Ophionea sp. (Coleoptera: Caribidae), paedorus sp.

(Coleoptera: Staphyldae), Tetragnatha sp. (Araneae: Tetragnathidae), Thomisius

sp. (Araneae: Thomisidae), Hesperia sp. (Lepidoptera: Hesperidae), Nympula sp.

(Lepidoptera: Pyralidae), Cnaphalocrosis sp. (Lepidoptera: Pyralidae),

Agriofermis sp. (Odonata: Coenagroidae), Opius sp. (Hymenoptera: Braconidae),

Macrocentrus sp. (Hymenoptera: Braconidae), Telenemus sp. (Hymenoptera:

scelionidae), Chironomus sp. (Diptera: Chironomidae), Anopeles sp.( Diptera:

Culicidae), Pipunculus Sp. (Diptera: Pipunculidae), Hydrellia sp. (Diptera:

Ephyridae), Tomorsavaryella sp. (Diptera: Pipunculidae), Musca sp. ( Diptera:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Muscidae), Cofana sp. (Homoptera: Cicadellidae), Tipula sp. (Diptera: Tipulidae),

Leptocoriza sp. (Hemiptera; Alydidae), Recillia sp. (Homoptera: Cicadellidae),

Nephotettix sp. (Homoptera: Cicadellidae), Nilaparvata sp. (Hemiptera:

Delphacidae), Euborelia sp. (Dermaptera: Carcinophoridae) dengan nilai

FM = 4 dan FR = 2.797% . Keseringhadiran serangga didukung ketersediaan

makanan serangga yang masih melimpah, relung yang masih tersedia, dan masih

kurangnya kompetisi dalam memperoleh makanan, air serta tempat. Frekuensi

Mutlak dan frekuensi relatif menggambarkan banyaknya kehadiran suatu serangga

di lahan pertanaman dalam setiap pengamatan dan penyebaran serangga di lahan

pertanian. Hal ini didukung Marpaung (2014) yang menyatakan bahwa frekuensi

relatif (FR) merupakan frekuensi jumlah kedatangan suatu jenis serangga pada

suatu habitat dan menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut pada suatu

tanaman padi..

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa nilai frekuensi mutlak dan

frekuensi relatif terendah pada lahan pertanaman berasal dari serangga Sceliphron

sp. (Hymenoptera: Scelionidae) dengan nilai FM = 1 dan FR = 0.69%. Serangga

Sceliphron sp. (Hymenoptera: Scelionidae) merupakan serangga yang frekuensi

kehadirannya paling rendah dalam pertanaman. Menurut Peneliti serangga yang

jarang hadir di lahan pertanaman disebabkan fase pertumbuhan tanaman tidak

sesuai dengan perkembangan serangga dan kalah bersaing dengan serangga

lainnya dalam memperebutkan makanan, lingkungan tempat hidup atau tidak

tersedianya makanan yang sesuai bagi serangga tersebut. Serangga yang daya

adaptasinya baik, tidak memiliki faktor penghambat biotis dan daya kompetisinya

tinggi akan menekan jumlah dan jenis serangga yang lemah di lahan pertanaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

dan akhirnya, serangga yang sering hadir serta jumlahnya banyak (dominan)

merupakan serangga dengan daya kompetisi paling baik dalam memperoleh

makanan, tidak adanya musuh alami dan daya adaptasi yang tinggi dengan

lingkungan atau adaptif dengan perubahan lingkungan dalam suatu ekosistem

buatan seperti ekosistem pertanian. Hal ini didukung oleh Wolda dan Wong dalam

Neti dan Virgo (2010) karena kelimpahan suatu serangga dipengaruhi oleh

aktifitas reproduksi yang di dukung oleh lingkungan yang sesuai dan tercukupinya

kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktifitas reproduksi serangga di

daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh kepada

ketersediaan sumber pakan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung

mempengaruhi kelimpahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Indeks Keanekaragaman Serangga


Tabel 3. Indeks keanekaragaman Serangga Shanon-Weiner

Ordo Famili Genus Ni N Pi Lnpi ∑ ∑

Coleoptera Cocccinelidae Verania sp. 35 4596 0.007615 -4.87759 -0.03714 0.037144


Menochillus sp. 16 4596 0.003481 -5.66035 -0.01971 0.019705
Micraspis sp. 12 4596 0.002611 -5.94803 -0.01553 0.01553
Chilocorus sp. 6 4596 0.001305 -6.64118 -0.00867 0.00867
Carabidae Ophionea sp. 38 4596 0.008268 -4.79536 -0.03965 0.039648
Staphylidae Paedorus sp. 35 4596 0.007615 -4.87759 -0.03714 0.037144
Araneae Tetragnathidae Tetragnatha sp. 423 4596 0.092037 -2.38557 -0.21956 0.21956
Thomisidae Thomisius sp. 16 4596 0.003481 -5.66035 -0.01971 0.019705
Lycosidae Lycosa sp. 11 4596 0.002393 -6.03505 -0.01444 0.014444
Lepidoptera Hesperidae Hesperia sp. 28 4596 0.006092 -5.10074 -0.03107 0.031075
Pyralidae Scirchophaga sp. 8 4596 0.001741 -6.3535 -0.01106 0.011059
Nympula sp. 196 4596 0.042646 -3.15483 -0.13454 0.13454
Chaphalocrosis sp. 153 4596 0.03329 -3.4025 -0.11327 0.113269
Noctuidae Mythima sp. 15 4596 0.003264 -5.72489 -0.01868 0.018684
Odonata Coenagroidae Agriofermis sp. 18 4596 0.003916 -5.54257 -0.02171 0.021707
Pseudagrion sp. 13 4596 0.002829 -5.86799 -0.0166 0.016598
Hymenoptera Braconidae Opius sp. 31 4596 0.006745 -4.99895 -0.03372 0.033718
Macrocentrus sp. 29 4596 0.00631 -5.06565 -0.03196 0.031963
Stenobacron sp. 8 4596 0.001741 -6.3535 -0.01106 0.011059
Formicidae 46 4596 0.010009 -4.6043 -0.04608 0.046083
Apididae Apis sp. 12 4596 0.002611 -5.94803 -0.01553 0.01553
Ichneumonidae Xanthomphinpla sp. 21 4596 0.004569 -5.38842 -0.02462 0.024621
Amauromorpha sp. 31 4596 0.006745 -4.99895 -0.03372 0.033718

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Scelionidae Sceliphron sp. 7 4596 0.001523 -6.48703 -0.00988 0.00988


Telenemus sp. 95 4596 0.02067 -3.87906 -0.08018 0.080181
Orthoptera Gryllidae Metioche sp. 15 4596 0.003264 -5.72489 -0.01868 0.018684
Acrididae Oxya sp. 7 4596 0.001523 -6.48703 -0.00988 0.00988
Tettigoniidae Atractomorpha sp. 3 4596 0.000653 -7.33433 -0.00479 0.004787
Diptera Culicidae Anopeles sp. 488 4596 0.106179 -2.24263 -0.23812 0.23812
Pipunculidae Pipunculus sp. 51 4596 0.011097 -4.50112 -0.04995 0.049947
Tomorsavaryellla sp. 39 4596 0.008486 -4.76938 -0.04047 0.040471
Ephyridae Hydrellia sp. 126 4596 0.027415 -3.59666 -0.0986 0.098603
Muscidae Musca sp. 211 4596 0.045909 -3.08108 -0.14145 0.141451
Tachinidae Argyrophylas sp. 15 4596 0.003264 -5.72489 -0.01868 0.018684
Chironomidae Chironomus sp. 1734 4596 0.377285 -0.97476 -0.36776 0.36776
Tipulidae Tipula sp. 224 4596 0.048738 -3.0213 -0.14725 0.147252
Hemiptera Miridae Cythorhinus sp. 15 4596 0.003264 -5.72489 -0.01868 0.018684
Alydidae Leptocorisa sp. 130 4596 0.028285 -3.56541 -0.10085 0.100849
Delphacidae Nilaparvata sp. 18 4596 0.003916 -5.54257 -0.02171 0.021707
Dermaptera Carcinophoridae Euborellia sp. 30 4596 0.006527 -5.03174 -0.03284 0.032844
Homoptera Cicadellidae Cofana sp. 75 4596 0.016319 -4.11545 -0.06716 0.067158
Recillia sp. 71 4596 0.015448 -4.17026 -0.06442 0.064423
Nephotettix sp. 30 4596 0.006527 -5.03174 -0.03284 0.032844
Neuroptera 11 4596 0.002393 -6.03505 -0.01444 0.014444
Total 4596 2.533833

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Keanekaragaman serangga padi merah di desa sugihen, kec. Juhar, Kab.

Karo, Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel di atas. Berdasarkan data dapat

diketahui bahwa indeks keanekaragaman Shanon-weiner serangga lahan padi

merah (H’= 2.53) di desa Sugihen, kec. Juhar, Kab. Karo, Sumatera Utara.

Kriteria ini menggambarkan adanya keragaman hama dan musuh alami pada

lahan padi merah yang berfluktuatif dilihat dari jenis dan jumlahnya dimulai dari

fase vegetatif dan generatif ( 1<H’<3) Krebs (1978). Hal ini didukung penelitian

Nurawati dan Nurhaida W. (2012) pada tanaman padi di desa Sukarami aji, kec.

Buay Sandang Aji, Kab. Ogan Komering Ulu Selatan, Lampung Selatan

menujukkan bahwa indeks keanekargaman (H’=2,09). Indeks Keanekaragaman

1<H’<3 menunjukkan keanekaragaman serangga pada kategori rendah.

Indeks keanekaragaman tertinggi pada lahan padi merah di desa sugihen,

Kec. Juhar, Kab. Karo, Sumatera Utara pada serangga Chironomus sp. (Diptera:

Chironomidae) dengan indeks keanekaragaman (H’= 0.36) dan indeks

keanekaragaman terendah dari Chilocorus sp. (Coleoptera : Coccinelidae) dengan

indeks keanekaragaman serangga (H’= 0.0086). Nilai indeks keanekaragaman

serangga Chironomus sp. yang tertinggi disebabkan serangga ini merupakan

serangga air yang mendomisili perairan maupun areal persawahan atau daerah

yang tergenang dan populasinya terbanyak saat fase awal vegetatif dan terus

menerus berkurang disebabkan selama masa awal vegetatif air masih dibutuhkan

dalam jumlah yang besar dan secara berkala air irigasi dikurangi sesuai dengan

umur tanaman dan kanopi tanaman yang semakin besar meningkatkan laju

evapontranspirasi tanaman sehingga air yang hilang dari tubuh tanaman semakin

tinggi dan secara langsung mengurangi kuantitas air di areal persawahan dan saat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

fase generatif kuantitas air irigasi di areal persawahan sedikit karena saluran

irigasi ditutup dan tanah sawah dikeringkan. Jumlah serangga ini menurun drastis

karena habitat serangga sudah terganggu dan serangga Chilocorus sp. (Coleoptera

: Coccinelidae) yang terkecil disebabkan serangga ini merupakan serangga

predator pada lahan pertanaman dan populasinya disesuaikan dengan jumlah

mangsa di lahan pertanaman. Hal ini sesuai dengan penelitian Minggawati (2013)

yang menyatakan bahwa Larva Chironomus sp. bersifat sebagai pengurai bahan

organik yang membusuk pada dasar perairan, dan kedalaman serta kualitas dan

kuantitas perairan sangat menentukan kehidupan serangga Chironomus sp., hasil

penelitian rata-rata kedalaman perairan serangga Chironomus sp. hidup adalah

175 cm, dimana larva chironomus hidup di dasar pada kedalaman 100 cm.

Kedalaman perairan yang paing baik untuk serangga Chironomus sp. adalah 25-

50 cm .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Indeks Kekayaan Jenis

Tabel 4. Indeks kekayaan Jenis Margalef (R2)

Ordo Famili Genus S S-1 N lnN R2


Coleoptera Cocccinelidae Verania sp. 35 34 4596 8.432942 4.031808
Menochillus sp. 16 15 4596 8.432942 1.778739
Micraspis sp. 12 11 4596 8.432942 1.304408
Chilocorus sp. 6 5 4596 8.432942 0.592913
Carabidae Ophionea sp. 38 37 4596 8.432942 4.387556
Staphylidae Paedorus sp. 35 34 4596 8.432942 4.031808
Araneae Tetragnathidae Tetragnatha sp. 423 422 4596 8.432942 50.04185
Thomisidae Thomisius sp. 16 15 4596 8.432942 1.778739
Lycosidae Lycosa sp. 11 10 4596 8.432942 1.185826
Lepidoptera Hesperidae Hesperia sp. 28 27 4596 8.432942 3.20173
Pyralidae Scirchophaga sp. 8 7 4596 8.432942 0.830078
Nympula sp. 196 195 4596 8.432942 23.1236
Chaphalocrosis sp. 153 152 4596 8.432942 18.02455
Noctuidae Mythima sp. 15 14 4596 8.432942 1.660156
Odonata Coenagroidae Agriofermis sp. 18 17 4596 8.432942 2.015904
Pseudagrion sp. 13 12 4596 8.432942 1.422991
Hymenoptera Braconidae Opius sp. 31 30 4596 8.432942 3.557477
Macrocentrus sp. 29 28 4596 8.432942 3.320312
Stenobacron sp. 8 7 4596 8.432942 0.830078
Formicidae 46 45 4596 8.432942 5.336216
Apididae Apis sp. 12 11 4596 8.432942 1.304408
Ichneumonidae Xanthomphinpla sp. 21 20 4596 8.432942 2.371652

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Amauromorpha sp. 31 30 4596 8.432942 3.557477


Scelionidae Sceliphron sp. 7 6 4596 8.432942 0.711495
Telenemus sp. 95 94 4596 8.432942 11.14676
Orthoptera Gryllidae Metioche sp. 15 14 4596 8.432942 1.660156
Acrididae Oxya sp. 7 6 4596 8.432942 0.711495
Tettigoniidae Atractomorpha sp. 3 2 4596 8.432942 0.237165
Diptera Culicidae Anopeles sp. 488 487 4596 8.432942 57.74972
Pipunculidae Pipunculus sp. 51 50 4596 8.432942 5.929129
Tomorsavaryellla sp. 39 38 4596 8.432942 4.506138
Ephyridae Hydrellia sp. 126 125 4596 8.432942 14.82282
Muscidae Musca sp. 211 210 4596 8.432942 24.90234
Tachinidae Argyrophylas sp. 15 14 4596 8.432942 1.660156
Chironomidae Chironomus sp. 1734 1733 4596 8.432942 205.5036
Tipulidae Tipula sp. 224 223 4596 8.432942 26.44392
Hemiptera Miridae Cythorhinus sp. 15 14 4596 8.432942 1.660156
Alydidae Leptocorisa sp. 130 129 4596 8.432942 15.29715
Delphacidae Nilaparvata sp. 18 17 4596 8.432942 2.015904
Dermaptera Carcinophoridae Euborellia sp. 30 29 4596 8.432942 3.438895
Homoptera Cicadellidae Cofana sp. 75 74 4596 8.432942 8.775111
Recillia sp. 71 70 4596 8.432942 8.300781
Nephotettix sp. 30 29 4596 8.432942 3.438895
Neuroptera 11 10 4596 8.432942 1.185826

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Indeks kekayaan jenis berfungsi untuk mengetahui kekayaan jenis setiap

spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai. Nilai indeks kekayaan jenis dapat

dilihat pada tabel di atas. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai kekayaan

jenis pada lahan padi merah di desa Sugihen kec. Juhar, Kab. Karo, Sumatera

Utara menunjukkan bahwa indeks kekayaan jenisnya terendah (R= 0.23) yang

berasal dari Atractomorpha sp. (Orthoptera : Tettigoniidae). Indeks kekayaan

jenis yang rendah menunjukkan bahwa spesies serangga pada lahan tidak terlalu

mendominasi dan melimpah. Indeks kekayaan jenis yang tertinggi berasal dari

Chironomus sp. (Diptera: Chironomidae) dengan indeks kekayaan jenis

(R = 205.50). Nilai indeks kekayaan jenis yang tinggi menunjukkan bahwa

Chironomus sp. merupakan serangga yang paling melimpah di lingkungan

pertanaman padi merah dan serangga tersebut mendominasi areal pertanaman. Hal

ini sesuai penelitian Pradhana et.al (2014) yang menyatakan rendahnya nilai

indeks kekayaan jenis menandakan adanya dominansi beberapa spesies serangga

pada lahan pertanaman. Serangga yang mendominasi dan sering hadir di areal

pertanaman yaitu Chlorops sp., Oxya sp., Sogatella sp., Thaia sp., Conochepalus

sp.,dan Cythorrhinus sp. nilai tingkat kekayaan jenis ini juga dipengaruhi oleh

keadaan ekosistem pertanian yang bersifat homogen. Pada lahan pertanian,

adanya praktek pertanian mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

kekayaan jenis serangga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Status Serangga di Pertanaman Lahan Padi Merah


Tabel 5. Serangga Predator, Parasitoid, Hama dan Dekomposer
.
Genus Status Arthropoda Jumlah Leptocorisa sp. Hama 130
Verania sp. Predator 35 Recillia sp. Hama 71
Menochillus sp. Predator 16 Nephotettix sp. Hama 30
Micraspis sp. Predator 12 Nilaparvata sp. Hama 18
Chilocorus sp. Predator 6 Euborellia sp. Predator 30
Ophionea sp. Predator 38 Sceliphron sp. Predator 7
Paedorus sp. Predator 35 Stenobacron sp. Parasitoid 8
Tetragnatha sp. Predator 423 Apis sp. Netral 12
Thomisius sp. Predator 16 Metioche sp. Predator 15
Lycosa sp. Predator 11 Telenemus sp. Parasitoid 95
Hesperia sp. Hama 28 Chironomus sp. Dekomposer/Netral 1734
Scirchophaga sp. Hama 8 Opius sp. Parasitoid 31
Nympula sp. Hama 196 Macrocentrus sp. Parasitoid 29
Chaphalocrosis sp. Hama 153
Agriofermis sp. Predator 18
Pseudagrion sp. Predator 13
Xanthomphinpla sp. Parasitoid 21
Mythima sp. Hama 15
Amauromorpha sp. Parasitoid 31
Pipunculus sp. Parasitoid 51
Hydrellia sp. Hama 126
Tomorsavaryellla sp. Parasitoid 39
Cofana sp. Hama 75
Argyrophylas sp. Parasitoid 15
Cythorhinus sp. Predator 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Status serangga di lahan pertanaman padi merah mengacu pada buku

identifikasi Shepherd et.al (2011) yang membagi status serangga menjadi 3 yaitu

serangga predator, serangga parasitoid, dan serangga hama. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan diperoleh tiga jenis status serangga dan satu jenis

serangga yang statusnya serangga dekomposer atau serangga netral yang datanya

dapat kita lihat pada tabel di atas.

Serangga yang statusnya dimasukkan ke dalam serangga predator antara

lain Verania sp., Menochilus sp., Micraspis sp., Chilocorus sp., Paedorus sp.,

Tetragnatha sp., Thomisius sp., Lycosa sp., Agrofermis sp., Pseudagrion sp.,

Metioche sp., Cythorrhinus sp., Euborelia sp., status serangga yang dikategorikan

sebagai serangga hama antara lain Scirchophaga sp., Hesperia sp., Nympula sp.,

Chaphalocrosis sp., Mythima sp., Oxya sp., Atractomorpha sp., Hydrellia sp.,

Cofana sp., Recilia sp., Nephottix sp. Serangga yang statusnya serangga parasitoid

dari hasil penangkapan di lapangan antara lain Amauromorpha sp., Opius sp.,

Macrocentrus sp., Stenobacron sp., Pipunculus sp., Tomorsavaryella sp., dan

Argyrophylas sp., Serangga Chironomus sp. merupakan satu satunya serangga

dengan status serangga dekomposer dari hasil penangkapan. Hal ini didukung

oleh Shepherd et. al. (2011) yang membagi status serangga secara garis besar

menjadi 2 yakni serangga hama dan serangga musuh alami. Serangga musuh

alami di areal pertanaman dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu parasitoid

(serangga parasit yang memperoleh makanan dengan menghisap cairan inangnya),

dan hama (serangga herbivor atau serangga pemakan tumbuhan), predator

(serangga dan laba-laba).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Intensitas Serangan Hama Walang Sangit

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada lahan pertanaman padi merah.

dengan mengambil 5 titik contoh pengambilan sampel, setiap titik contoh diambil

5 rumpun tanaman /yang mewakili 50 m2. Hasil penelitiannya dapat kita lihat

pada tabel di bawah.

Sampel Titik ∑ Malai ∑ Batang ∑ Biji ∑ Biji ∑Biji Intensitas


Contoh (5 (Bulir) Tidak Terserang Serangan
rumpun/50m2) Terserang (T) (IS) (%)
(TT)
1 1 21 1.989 1.963 26 1.307
2 22 2.211 2.193 18 0.814
3 25 2.486 2.457 29 1.167
4 18 1.800 1.761 39 2.167
5 24 2.178 2.144 34 1.561
Intensitas Serangan Rata-Rata 1.403
2 1 22 1.980 1.880 100 5.051
2 21 1.689 1.663 26 1.539
3 20 1.756 1.728 28 1.595
4 23 2.258 2.224 34 1.506
5 20 1.879 1.869 10 0.532
Intensitas Serangan Rata-Rata 2.044
3 1 20 2.123 2.117 6 0.283
2 23 2.563 2.534 29 1.131
3 21 1.978 1.967 11 0.556
4 25 2.456 2.440 16 0.651
5 22 2.156 2.124 32 1.484
Intensitas Serangan Rata-Rata 0.821
4 1 20 1.999 1.978 21 1.051
2 18 1.898 1.879 19 1.001
3 20 1.999 1.975 24 1.201
4 21 2.021 2.003 18 0.891
5 23 2.338 2.325 13 0.556
Intensitas Serangan Rata-Rata 0.940
5 1 20 1.967 1.935 32 1.627
2 21 2.098 2.070 28 1.335
3 23 2.367 2.341 26 1.098
4 22 2.134 2.111 23 1.171
5 20 1.879 1.857 22 1.171
Intensitas Serangan Rata-Rata 1.280
Intensitas Total Serangan Rata-Rata (IS) (%) 1.297

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Intensitas serangan rata-rata (IS (%)) pada titik contoh 1 sebesar 1.403, intensitas

serangan rata-rata (IS(%) pada titik contoh 2 sebesar 2.044, intensitas serangan rata-rata

(IS(%)) pada titik contoh 3 sebesar 0.821, intensitas serangan rata-rata (IS(%)) pada titik

contoh 4 sebesar 0.940 dan intensitas serangan rata-rata (IS(%)) pada titik contoh 5

sebesar 1.280 dan intensitas serangan total rata-rata sebesar 1.297. Intensitas serangan

secara keseluruhan dikategorikan ringan atau tidak berdampak pada kehilangan hasil

pada tanaman padi merah pada lahan pertanaman. Tanaman yang terserang walang sangit

dengan gejala beras berubah warna, mengapur dan gabah menjadi hampa. Intensitas

serangan rendah disebabkan abu vulkanik yang disemburkan gunung merapi mengenai

lahan pertanaman termasuk lahan penenliti yang mengakibatkan hilangnya sumber

makanan walang sangit dan material abu vulkanik yang mengenai organisme dapat

mengganggu proses fisiologis dan kematian pada organisme tersebut. Hal ini sesuai

dengan peneiltian Hanudin (2011) yang menyatakan bahwa erupsi gunung merapi

menimbulkan kerusakan pada lahan pertanian yang dapat mengakibatkan kematian pada

tanaman dan organisme yang terkena dari dampak erupsi tersebut, selain dapat

menyebabkan dampak negatif pada tanaman dan organisme, material abu vulkanik juga

memberikan dampak positif karena banyak hama dan penyakit mati dikarenakan inang

sumber makanannya telah hilang, mengganggu proses fisiologis serangga hama, dan

menyuburkan tanah-tanah yang tertimbun material vulkanik dalam jangka panjang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Perbandingan Populasi Jantan dan Betina

Pengamatan Populasi Total


Jantan Betina
Pengamatan V 2 0 2
Pengamatan VI 16 2 18
Pengamatan VII 39 0 39
Pengamatan VIII 22 1 23
Pengamatan IX 15 2 17
Pengamatan X 4 1 5
Pengamatan XI 10 0 10
Pengamatan XII 15 1 16
Total 123 7 130

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 130 individu walang sangit.

Populasi jantan sebesar 123 individu dan populasi betina sebesar 7 individu. Jenis

kelamin walang sangit betina dengan jantan dapat dilihat di ujung abdomen

walang sangit. Walang sangit jantan mempunyai ujung abdomen cembung dan

ujung abdomen cekung menandakan walang sangit betina dilihat dari sisi dorsal

(bawah) dan walang sangit betina lebih kuat dibandingkan jantan. Hal ini sesuai

dengan Hosamani et al. (2009) yang menyatakan Walang sangit mempunyai

variasi warna mulai dari hijau hingga kuning kecoklatan, Leptocoriza oratorius

mempunyai warna kecoklatan dan adanya bintik hitam di bagian ventral-lateral

pada abdomen. Walang sangit betina sedikit lebih kecil dari jantan. Walang sangit

betina mempunyai panjang 17,50 hingga 18,50 mm (rata-rata 18,00 ± 0,37 mm)

dengan lebar 2,40 hingga 3,00 mm (rata-rata 2,63 ± 0,21 mm) dan walang sangit

jantan mempunyai panjang 18,00 sampai 19,00 mm (rata-rata 18.49 ± 0.42 mm)

dengan lebar 1.95 hingga 2.50 mm (rata-rata 2,19 ± 0,22 mm). Selain itu, jenis

kelamin dapat diketahui dengan melihat bentuk ujung abdomen. ujung abdomen

yang cekung menandakan walang sangit betina dan ujung abdomen cembung

menandakan jantan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Populasi walang sangit yang terbesar pada pengamatan ketujuh dengan

total 39 individu dan terendah pada pengamatan kelima dengan total 2 individu.

Jumlah walang sangit yang tinggi pada pengamatan ketujuh disebabkan walang

sangit sudah berkembang biak, makanan yang berlimpah karena bulir sudah

matang susu, dan faktor biotis belum bekerja maksimal dalam menekan serangga

walang sangit. Hal ini didukung oleh penelitian Sumini et. al. (2018) pada

tanaman padi sawah irigasi teknis di kecamatan tudumulyo dimana jumlah

populasi imago walang sangit berfluktuasi pada setiap desa, puncak fluktuasi

tertinggi saat tanaman berumur 56 HST. Populasi walang sangit meningkat saat

tanaman berumur 56 HST disebabkan padi mulai mengeluarkan malai dan

populasinya akan semangkin meningkat saat padi memasuki fase matang susu.

Meningkatnya populasi hama walang sangit dikarenakan sumber makanan cukup

tersedia bagi perkembangannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Komposisi serangga yang tertangkap antara lain : 11 ordo, 30 famili dan 42

genus yang teridentifikasi

2. Nilai KM tertinggi Chironomus sp (Diptera : Chironomidae) sebesar 1734

dengan KR 37.77 % dan KM terendah Atractomorpha sp. (Orthoptera :

Tettigoniidae) sebesar 3 dengan KR 0.06 %

3. Indeks keanekaragaman serangga Shanon-weiner serangga lahan padi merah

sebesar 2.53

4. Indeks kekayaan jenis tertinggi dan terendah serangga pada lahan padi merah

yakni Chironomus sp. (Diptera : Chironomidae) dan Atractomorpha sp.

(Orthoptera : Tettigoniidae)

5. Intensitas serangan rata-rata walang sangit sebesar 1.297 dengan kriteria

rendah

SARAN

Sebaiknya saat membuat awetan basah dari serangga harus hati-hati

supaya bahan-bahan kimia tidak tumpah dan mengenai kulit. Penggunaan bahan

kimia yang dianjurkan yakni alkohol, karena tidak menyebabkan iritasi jika kena

permukaan kulit dan awetan tahan lama. .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Adiatama, R.C. dan Nia Kurniawan. 2013. Struktur Komunitas Serangga


Nokturnal Areal Pertanian Padi Organik Pada Musim Penghujan di Kec.
Lawang, Kab. Malang. Universitas Brawijaya, Malang.

Anhar,A. 2013. Eksplorasi dan Mutu Beras Genotip Padi Merah di Kabupaten
Pasaman Barat Sumatera Barat. Prosiding Semirata FMIPA Universitas
lampung, Lampung.

Ane, N. Vi. dan Mubasharhusain. 2015. Diversity of Pest in Major Rice Growing
Areas of the World. Journal of Entomology and Zoology Studies 4(1) : 36-
41.

Badan Pusat Statistik. 2015. https://bps.go.id. Diakses tanggal 17 Mei 2017

Basri, A. 2017. Hama Pada Tanaman Padi Sawah. 2017. http: www.insecta.org.
Diakses tanggal 12 Juli 2017.

Hadi M., Tarwotjo U., Rahadian. 2009. Biologi Insekta Entomologi. Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Hashim, N. A., Khadijah Saad, Norasmah Basani, dan Aiman H. S. 2017.


Diversity and Guild Structure of Insects During Rice Flowering Stage at a
selected Rice Field In Penang, Malaysia. J. Malays. Appl. Bio. 46 (3) : 161-
169.

Hanuddin, E. 2011. Pendekatan Agroeologi Dalam Pemilihan Lahan Pertanian


Pasca Erupsi Gunung Merapi. Prosiding Seminar Nasional “Upaya
pemulihan Lahan Akibat Erupsi Gunung Api”. Fakutas Pertanian, Universitas
Gajah Mada.

Heinrichs, E.A. 1995. Biology and Management of Rice Insects. International


Rice Research Institute. Wiley Eastern Limited and New Age International
Limited.

Hosamani, V., S. Pradeep, S. Sridara dan C.M. Kalleshwaraswany. 2009.


Biological Studies on Paddy Earhead Bug, Leptocorisa oratorious Fabricus
(Hemiptera: Alydidae). Journal of Entomology 2(2); 52-55

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta.

Kartohardjono, Deanan K. dan Tatang S. 2009. Hama Potensial dan


Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jawa Barat.

Krebs, 1978. Ecology : The Experimental Analysis of Distribution and Abudance.


Third Edition. Harper and Row Publisher, New York.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Luo, Y., Haolong Fu, dan Sesdou Traore. 2014. Biodiversity Conversation in Rice
Paddies in China : Toward Ecological Sustainability. Journal of
Sustainability 6 : 6107-6124

Margalef, R. 1958. Temporal succession and spatial heterogeneity in


phytoplankton. In: Perspectives in Marine biology, Buzzati-Traverso (ed.),
Univ. Calif. Press, Berkeley, pp. 323-347.

Minggawati, I. 2013. Posisi Penempatan dan Jenis Media Tumbuh Budidaya


Bloodworm (Larva Chrinomus sp.) Pada Ekosistem Rawa. Journal HPT 37:
1412-1468.

Moningka, M., Dantje Tanore, dan Jeane Krisen. 2012. Keragaman Musuh Alami
Pada Padi Sawah di kabupaten Minahasa Selatan. Universitas Sam Ratulangi,
Manado.

Pathank, M.D. dan Z.R. Khan. 1994. Insects Pest of Rice. International Rice
Research Institute, Philiphine.

Pradhana, A.I., Gatot Mudsono, dan Sri Karindah. 2014. Keanekaragaman


Serangga dan Laba-laba Pada Pertanaman Padi Organik dan konvensional.
Jurnal HPT 2(2): 2338-4336..

Pielou,E.C .1996. The Measurement of diversity in different types of Biological


Colle tions. J.Theoret. Biol 13:131-144.

Qomaroddin. 2006. Pengendalian Walang Sangit (Leptocorisa oratorius F.)


Ramah Lingkungan di Tingkat Petani di Lahan Rawa Lebak. Balai Penelitian
dan Pengembangan lahan Rawa, Kalimantan Tengah.

Sembel, D.T. 2012. Dasar-Dasar perlindungan Tanaman. Yogyakarta, Andi.

Shannon, C.E. dan W. Weiner. 1949. Mathematical Theory Of Communication.


Urbana, University of Illinois Press., 177.p.

Shephard B.M, Barrion, A.T, dan J.A. Litsinger. 2011. Musuh Alami Hama Padi.
Internatinal Rice Research Institute. Cetakan Kesembilan, Bahasa Indonesia.

Sianipar, M. Suhunan, Luciana Djaja, Entun, R.C. Hidayat, W.Drajat, Natawigena


dan Mei Priandi Bangun. 2015. Indeks Keanekaragaman Serangga Hama
pada Tanaman Padi (Oryza sativa L. ) di Lahan Persawahan Padi Dataran
Tinggi Desa Sukawening kec. Ciwidey, Kab. Bandung. J.Bioma17(1):9-15.

Siregar,A.S.,Darmabakti,Fatimah Zahra. 2014. Keanekaragaman Jenis Serangga


di Berbagai Tipe Lahan Sawah.Jurnal Agroekoteknologi 2(4): 1640-1647.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Siregar, A.Z. dan Indra R. Matondang. 2017. Biodiversity Insects Used Three
Traps of Upland Rice Fields in Simalungun District. International Journal Of
Scientific and Technologi Research 6: 2277-8616.

Siregar, A. Z., Tulus, dan Kemala Sari Lubis. 2017. Diversity of Insects in Paddy
Field Cultivation: A Case Study in Lae Parira, Dairi. International Journal of
Trend in Research and Developtment 4(5): 2394-933.

Siregar, A.Z., Tulus, dan Kemala Sari Lubis. 2017. Pemanfaatan Tanaman
Atraktan Untuk Mengendalikan Hama Keong Mas Padi. Fakultas Biologi,
Universitas Sumatera Utara.

Suyamto. 2005. Masalah Lapang Hama,Penyakit dan Hara Pada Padi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.

Sumini, Sammsul B. dan Holdi. 2018. Populasi dan Serangan Walang Sangit di
Tanaman Sawah Beririgasi Teknis Kec. Tugumulyo. J.Klorofil vol. 13(2) :
67-70

Swastika, D.J.Wargiono, Soejitno dan A.Hasanuddin. 2007. Analisis Kebijkan


Peningkatan Produksi Padi Melalui Efisiensi Pemanfaatan Lahan Sawah di
Indonesia. J.Analisis Kebijakan Pertanian 5(1):36-52.

Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Sumber daya Lahan Indonesia
dan Pengelolaannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian, Bogor.

Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Universitas Gadjah


Mada Press,Yogyakarta.

Wijayanto,B., Kiswanto dan Gohan Octora Manurung. Hama dan Penyakit Utama
Tanaman Padi. 2013. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Lampung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Foto Lahan Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Perangkap Warna Kuning (Yellow Sticky Trap)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Perangkap Jaring (Sweeping Net)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Perangkap Cahaya (Light Trap)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Perangkap Jatuh (Pifaal Trap)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6. Foto Serangga

No. Gambar Pengamatan Gambar Pengamatan

1 2

Diptera : Pipunculidae Diptera : Pipuncullidae


Pipunculus sp. Tomosvaryella sp.

3 4

Odonata : Coenagrionidae Homoptera : Cicadellidae


Pseudagrion sp. Recillia sp.

5 6

Coleoptera : Coccinellidae Hymenoptera : Braconidae


Menochilus sp. Stenobacron sp.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7 8

Diptera : Tipulidae Homoptera : Cicadellidae


Tipula sp. Nephotettix spp.

9 10

Hymenoptera : Apididae Coleoptera : Staphylinidae


Apis sp. Paederus sp.

11 12

Homoptera : Cicadellidae Hymenoptera : Braconidae


Cofana sp. Macrocentrus sp.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13 14

Hymenoptera : Braconidae Orthoptera : Gryllidae


Opius sp. Metioche sp.

15 16

Coleoptera : Coccinelidae Coleoptera : Coccinelidae


Verania sp. Micraspis sp.

17 18

Diptera : Chironomidae Hymenoptera : Ichneumonidae


Chironomus sp. Xanthopimpla sp.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19 20

Diptera : Ephydridae Dermaptera : Carcinophoridae


Hydrellia sp. Euborelia sp.

21 22

Lepidoptera : Pyralidae
Scirpophaga sp. Diptera : Tachinidae
Argyrophylax sp.

23 24

(Diptera : Muscidae)
Musca sp. Hymenoptera : Formicidae

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25 26

(Lepidoptera : Pyralidae) Orthoptera : Acrididae


Cnaphalocrosis sp. Oxya sp.

27 28

Lepidoptera : Noctuidae (Coleoptera : Carabidae)


Mythimna sp. Ophionea sp.

29 30

(Hemiptera : Delphacidae) (Araneae :Tetragnathidae)


Nilaparvata sp. Tetragnatha sp.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31 32

(Araneae : Lycosidae)
(Araneae : Thomisidae) Lycosa sp.
Thomisius sp.

33 34

Hemiptera : Miridae Hymenoptera : Spechidae


Cythorhinus sp. Sceliphron sp.

35 36

(Lepidoptera : Hesperiidae) (Hymenoptera : Scelionidae)


Hesperia sp. Telenemus sp.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37 38

(Lepidoptera : Pyralidae) (Odonata : Coenagrionidae)


Nymphula sp. Agriocnemis sp.

39 40

(Diptera : Culicidae) (Hemiptera : Alydidae)


Anopheles sp. Leptocorisa sp.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7. Pengambilan Sampel Tanaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 8. Intensitas Serangan Walang Sangit

Sampel Titik ∑ Malai ∑ Batang ∑ Biji ∑ Biji ∑Biji Intensitas


Contoh (5 (Bulir) Tidak Terserang Serangan
rumpun/50m2) Terserang (T) (IS) (%)
(TT)
1 1 21 1.989 1.963 26 1.307
2 22 2.211 2.193 18 0.814
3 25 2.486 2.457 29 1.167
4 18 1.800 1.761 39 2.167
5 24 2.178 2.144 34 1.561
Intensitas Serangan Rata-Rata 1.403
2 1 22 1.980 1.880 100 5.051
2 21 1.689 1.663 26 1.539
3 20 1.756 1.728 28 1.595
4 23 2.258 2.224 34 1.506
5 20 1.879 1.869 10 0.532
Intensitas Serangan Rata-Rata 2.044
3 1 20 2.123 2.117 6 0.283
2 23 2.563 2.534 29 1.131
3 21 1.978 1.967 11 0.556
4 25 2.456 2.440 16 0.651
5 22 2.156 2.124 32 1.484
Intensitas Serangan Rata-Rata 0.821
4 1 20 1.999 1.978 21 1.051
2 18 1.898 1.879 19 1.001
3 20 1.999 1.975 24 1.201
4 21 2.021 2.003 18 0.891
5 23 2.338 2.325 13 0.556
Intensitas Serangan Rata-Rata 0.940
5 1 20 1.967 1.935 32 1.627
2 21 2.098 2.070 28 1.335
3 23 2.367 2.341 26 1.098
4 22 2.134 2.111 23 1.171
5 20 1.879 1.857 22 1.171
Intensitas Serangan Rata-Rata 1.280
Intensitas Total Serangan Rata-Rata (IS) (%) 1.297

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 9. Perbandingan Populasi Jantan dan Betina

Pengamatan Populasi Total


Jantan Betina
Pengamatan V 2 0 2
Pengamatan VI 16 2 18
Pengamatan VII 39 0 39
Pengamatan VIII 22 1 23
Pengamatan IX 15 2 17
Pengamatan X 4 1 5
Pengamatan XI 10 0 10
Pengamatan XII 15 1 16
Total 123 7 130

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

You might also like