You are on page 1of 74

1

KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DAN TINGKAT


KEPUASAN PETANI JAGUNG DI BPPP KECAMATAN NATAR
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

OLEH

ADE FITRIYANI

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT

PERFORMANCE OF AGRICULTURAL EXTENSION WORKERS AND THE


LEVEL OF SATISFACTION OF CORN FARMERS IN THE BPPP OF
NATAR SUBDISTRICT, SOUTH LAMPUNG REGENCY

By

Ade Fitriyani

This research aims to know corn productivity level in the working area of the extension
center (BPPP) Natar subdistrict, the level of Agricultural Extension Workers (AEWs) in
the BPPP, factors related to the level of the performance of AEWs, the level of
satisfaction of corn farmers on the performance of AEWs, and the relationship between
the level of performance of AEWs and the level of satisfaction of corn farmers. Research
conducted in BPPP Natar subdistrict, South Lampung Subistrict uses a survey method.
The sample in this study consisted of eight AEWs and 54 corn farmers. Data analysis
method uses a descriptive method and Rank Spearman correlation. The results showed
the average level of corn farming productivity in the Natar subdistrict is 6.49 tons/ha.
The performance of AEWs is good. The factors related to the performance of AEWs are
the age of AEWs, working period of AEWs and availability of facilities and infrastructure.
The level of satisfaction of corn farmers on the performance of AEWs in Natar subdistrict
is moderately satisfied, and the level of performance of AEWs has a significant
relationship with the level of satisfaction of corn farmers in the Natar Subistrict.

Keywords: AEWs, Performance, Farmer Satisfaction


ABSTRAK

KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DAN TINGKAT


KEPUASANPETANI JAGUNG DI BPPP KECAMATAN
NATARKABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Ade Fitriyani

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat produktivitas jagung di wilayah kerja
Balai Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian (BPPP) Kecamatan Natar, mengetahui tingkat
kinerja penyuluh pertanian lapangan di BPPP Kecamatan Natar, faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingat kinerja penyuluh pertanian lapangan, mengetahui tingkat
kepuasan petani jagung terhadap kinerja penyuluh pertanian lapangan dan mengetahui
hubungan antara tingkat kinerja penyuluh pertanian lapangan dengan tingkat kepuasan
petani jagung. Penelitian yang dilaksanakan di Balai Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan ini menggunakan metode survei.
Responden pada penelitian ini terdiri dari 8 orang penyuluh dan 54 petani jagung, total 62
responden. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif, pendekatan tradisional
dan metode statistik nonparametrik Koefisien Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian
ini bahwa tingkat rata-rata produktivitas usahatani petani jagung di Kecamatan Natar 6,49
ton/ha, kinerja penyuluh pertanian lapangan di Kecamatan Natar tergolong baik, faktor-
faktor yang berhubungan dengan kinerja penyuluh pertanian lapangan pada penelitian ini
adalah umur PPL, masa kerja PPL, dan ketersediaan sarana dan prasarana, sedangkan
yang tidak berhubungan yaitu tingkat pendidikan dan status PPL. Tingkat kepuasan
petani jagung terhadap kinerja penyuluh pertanian lapangan di Kecamatan Natar
tergolong cukup puas, dan tingkat kinerja penyuluh pertanian lapangan memiliki
hubungan yang nyata dengan tingkat kepuasan petani jagung di Kecamatan Natar.

Kata kunci: Kepuasan Petani, Kinerja, Penyuluh Pertanian Lapangan.


KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DAN TINGKAT
KEPUASAN PETANI JAGUNG DI BPPP KECAMATAN NATAR
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

ADE FITRIYANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Haduyang Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan, Provinsi Lampung pada tanggal 22 Febuari 1995 sebagai anak ke lima

dari pasangan Bapak Achmad Yani dan Ibu Siti Maryam Penulis menyelesaikan

pendidikan sekolah dasar di SDN 02 Haduyang pada tahun 2007. Kemudian

menamatkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP N 3 Natar pada tahun

2010 dan di SMA N 1 Natar pada tahun 2013.

Penulis diterima di Jurusan Agribisnis, Universitas Lampung pada tahun 2013.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Lampung pada tahun 2013.

Penulis dalam kegiatan kemahasiswaan pernah menjadi anggota Bidang

Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta).

Penulis juga pernah mengikuti pelatihan-pelatihan yaitu; Latihan Dasar

Kepemimpinan (LDK), dan Latihan Kewirausahaan (LK). Pada tahun 2017

penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama empat puluh hari di Desa

Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

Selama masa perkuliahan, penulis juga melaksanakan Praktik Umum di BPPP

Kecamatan Candipuro Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2016.


SANWACANA

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan dan Tingkat Kepuasan

Petani Jagung di BPPP Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan kepada

penulis.

3. Dr. Ir. Tubagus Hasanuddin, M.S. selaku Pembimbing pertama yang telah

banyak memberikan pengarahan, ilmu dan bimbingan kepada penulis. Terima

kasih atas bimbingan, saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi.

4. Ir. Begem Viantimala, M.Si. selaku Pembimbing kedua yang telah banyak

memberikan pengarahan, ilmu dan bimbingan kepada penulis. Terima kasih

atas bimbingan, saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi.


5. Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M.Si. selaku Pembahas yang telah

memberikan bimbingan, nasehat dan saran demi perbaikan skripsi.

6. Ir. Eka Kasymir, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, nasehat, dan saran selama penulis melaksanakan

kuliah.

7. Ayahanda Achmad Yani dan Ibunda Siti Maryam tercinta, yang senantiasa

dengan kesabaran telah membesarkan, mendidik, memberikan motivasi, doa

dan kasih sayang, serta telah menjaga dengan segenap jiwa dan raga.

8. Nurshodiq S.Kom yang telah menemani, memberikan dukungan, perhatian,

kasih sayang, motivasi, dan doa.

9. Sahabat terbaik Bella Chyntia, Sasmita Padena Harahap, Rania Pinati, dan

Wayan Oki Widiyanti, yang telah memberikan motivasi dan semangat selama

menyelesaikan skripsi.

10. Teman-teman terbaik Anisa Safira, Hafiza Ayu Rizki, Ochi Ramadhani,

Arienda, Wida dan Intan yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

11. Sahabat-sahabatku tersayang Choirun Nisa, Euis Nurhasanah, Junaida, Dwi,

Anis, Anggun, Dije, Tata, Puput dan Devi yang telah memberikan dukungan

dan motivasi kepada penulis.

12. Adik-adik tercinta 2014, 2015, dan 2016 Himaseperta terima kasih atas segala

bantuannya.

13. Bapak Haryono, Bapak Rinaldi, Bapak Aan, Bapak Alriasman, Bapak

Sugiman, Ibu Sugiatni, Ibu Novita, Ibu Sri, dan Ibu leni yang telah dengan

sukarela membantu dan membimbing penulis selama penelitian. Warga

masyarakat Kecamatan Natar selaku responden, dan seluruh masyarakat


Kecamatan Natar, terima kasih untuk semua bantuan dan kerjasama dalam

pelaksanaan penelitian ini.

14. Seluruh dosen, staff administrasi Mbak Iin, Mbak Ayi, Mbak Tunjung, Mas

Bukhori, Mas Boim, dan karyawan FP Unila, atas jasa-jasa kalian penulis

dapat menyelesaikan studi.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu hingga terselesainya penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT

membalas semua kebaikan kalian selama ini.

Semoga ALLAH SWT melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang

diberikan kepada penulis, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Amin.

Bandar Lampung, November 2018

ADE FITRIYANI
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. LatarBelakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
C. Tujuan ...................................................................................................... 10
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN


HIPOTESIS ............................................................................................. 12
A. Landasan Teori.......................................................................................... 12
1. Budidaya Jagung .................................................................................. 12
2. Definisi Penyuluh dan Penyuluhan Pertanian ...................................... 16
3. Fungsi Penyuluh Pertanian................................................................... 18
4. Kinerja PPL .......................................................................................... 22
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh ......................... 26
6. Kepuasan .............................................................................................. 29
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 31
C. Kerangka Pemikiran.................................................................................. 34
D. Hipotesis ................................................................................................... 40

III. METODELOGI PENELITIAN ............................................................ 41


A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .................................................... 41
B. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ................................................ 41
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 42
D. Metode Analisis Data................................................................................. 43
E. Definisi Operasional................................................................................... 44
ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 53


A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan ...................................... 53
1. Keadaan Geografi................................................................................. 53
2. Keadaan Iklim ...................................................................................... 54
3. Keadaan Demografi ............................................................................. 54
4. Keadaan Pertanian................................................................................ 54
B. Gambaran Umum Kecamatan Natar ......................................................... 56
1. Keadaan Geografi................................................................................. 56
2. Keadaan Demografi ............................................................................. 56
3. Keadaan Pertanian................................................................................ 57
C. Gambaran Umum BPPP Kecamatan Natar ............................................... 58
1. Keadaan Geografi................................................................................. 58
2. Keadaan Iklim ...................................................................................... 59
3. Keadaan Pertanian................................................................................ 59
4. Kelembagaan Penunjang...................................................................... 60
5. Ketersediaan Alat-alat Pertanian.......................................................... 60
6. Visi Misi BPPP Kecamatan Natar........................................................ 60
D. Gambaran UmumPPL di BPPP Kecamatan Natar.................................... 61
E. Keadaan Umum Responden ..................................................................... 62
1. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Umur ................................. 63
2. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Pendidikan......................... 64
F. Tingkat Produktivitas Usaahatani Jagung ................................................ 65
G. Tingkat Kinerja PPL di BPPP Kecamatan Natar ...................................... 67
1. Persiapan Penyuluhan Pertanian .......................................................... 68
2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian...................................................... 71
3. Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian .................................... 75
H. Faktor-faktor yang Diduga Berhubungan dengan Kinerja ........................ 79
1. Umur PPL ............................................................................................ 80
2. Tingkat Pendidikan .............................................................................. 81
3. Masa Kerja ........................................................................................... 83
4. Ketersediaan Sarana dan Prasarana...................................................... 85
5. Status PPL............................................................................................ 86
I. Tingkat Kepuasan Petani Jagung Terhadap Kinerja PPL.......................... 88
1. Persiapan Penyuluhan Pertanian .......................................................... 89
2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian...................................................... 91
3. Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian .................................... 93
J. Hipotesis ....................................................................................................... 96

V. KESIMPULAN......................................................................................... 104
A. Kesimpulan ................................................................................................. 104
B. Saran ............................................................................................................ 105

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data produksi, luas panen dan produktivitas jagung di


sentra produksi jagung di Indonesia ........................................................ 2
2. Luas Panen, produksi dan produktivitas jagung di
Provinsi Lampung. .................................................................................... 3
3. Luas panen, Produksi, dan Produktivitas jagung di
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2013-2015 ........................................ 5
4. Data jumlah PPL dan wilayah binaan serta jumlah kelompok
binaan di BPPP Kecamatan Natar ............................................................ 7
5. Ringkasan penelitian terdahulu mengenai kinerja PPL
dan tingkat kepuasan ............................................................................... 31
6. Pengukuran Variabel X, Y dan Z ............................................................. 46
7. Produksi luas lahan berbagai komoditas tanaman di
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2015 ................................................ 55
8. Sebaran Penduduk berdasarkan kelompok umur jenis
kelamin di Kecamatan Natar tahun 2015 ................................................. 57
9. Produksi dan luas laan berbagai komoditas tanaman pangan
di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2015 ............................................ 57
10. Pengukuran peranan PPL dalam melakukan kegiatan evaluasi ............... 38
11. Sebaran responden petani jagung berdasarkan kelompok umur
di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan .................................. 63
12. Sebaran responden petani jagung berdasarkan tingkat pendidikan di
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan ...................................... 64
13. Sebaran responden petani jagung berdasarkan produktivitas
tanaman jagung di Kecamatan Natar ....................................................... 65
iv

14. Tingkat pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Natar ..................... 66


15. Tingkat Kinerja PPL dalam persiapan penyuluhan menurut
penyuluh di BPPP Kecamatan Ntar ......................................................... 69
16. Tingkat Kinerja PPL dalam persiapan penyuluhan menurut
petani di BPPP Kecamatan Natar ............................................................. 69
17. Tingkat Kinerja PPL dalam persiapan penyuluhan menurut
Penyuluh dan petani di BPPP Kecamatan Natar ...................................... 71
18. Tingkat Kinerja PPL dalam Pelaksanaan penyuluhan pertanian menurut
Penyuluh di BPPP Kecamatan Natar ........................................................ 72
19. Tingkat Kinerja PPL dalam Pelaksanaan penyuluhan pertanian menurut
Petani di BPPP Kecamatan Natar ............................................................. 73
20. Tingkat Kinerja PPL dalam Pelaksanaan penyuluhan pertanian menurut
Penyuluh dan petani di BPPP Kecamatan Natar ...................................... 74
21. Tingkat Kinerja PPL dalam evaluasi dan pelaporan menurut
Penyuluh di BPPP Kecamatan Natar ....................................................... 75
22. Tingkat Kinerja PPL dalam evaluasi dan pelaporan menurut
Petani di BPPP Kecamatan Natar ............................................................ 76
23. Tingkat Kinerja PPL dalam evaluasi dan pelaporan menurut
Penyuluh dan petani di BPPP Kecamatan Natar....................................... 77
24. Penilaian kinerja penyuluh pertanian lapangan di BPPP
Kecamatan Natar....................................................................................... 78
25. Umur responden PPL di BPPP Kecamatan Natar..................................... 81
26. Tingkat pendidikan PPL di BPPP Kecamatan Natar ............................... 82
27. Masa kerja PPL di BPPP Kecamatan Natar ............................................. 84
28. Ketersediaan sarana dan prasarana di BPPP Kecamatan Natar ................ 86
29. Status PPL di BPPP Kecamatan Natar...................................................... 87
30. Penilaian tingkat kepuasan petani jagung terhadap kinerja PPL berdasarkan
kategori persiapan penyuluhan.................................................................. 90
31. Penilaian tingkat kepuasan petani jagung terhadap kinerja PPL
berdasarkan kategori pelaksanaan penyuluhan.. ...................................... 92
32. Penilaian tingkat kepuasan petani jagung terhadap kinerja PPL
berdasarkan kategori evaluasi dan pelaporan ........................................... 94
v

33. Tingkat kepuasan responden petani jagung secara rata-rata keseluruhan


indikator. ................................................................................................... 95
34. Analisis korelasi rank sperman anatara variabel X dengan variabel
Y dan varibel Y dengan variabel Z umur PPL dengan kinerja PPL ......... 97
35. Faktor yang diduga mempengaruhi kinerja PPL berdasarkan
kategori tingkat pendidikan....................................................................... 99
36. Faktor yang diduga mempengaruhi kinerja PPL berdasarkan
kategori status PPL.. ................................................................................. 102
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Kinerja Penyuluh dan Tingkat Kepuasan


Petani Jagung ............................................................................................ 39
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya

bekerja pada sektor pertanian.Sektor pertanian merupakan sektor yang

memiliki peran penting dalam perekonomian nasional.Subsektor tanaman

pangan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan

penting dalam ketahanan pangan nasional.Indonesia saat ini memprioritaskan

empat jenis tanaman pangan dalam pengembangan pertanian, yaitu padi,

jagung, kedelai dan ubi kayu.

Jagung merupakan salah satu dari komoditas subsektor tanaman

pangan.Jagung adalah komoditas strategis di Indonesia karena merupakan

makanan pokok penduduk di Indonesia setelah padi. Jagung juga banyak

digunakan sebagai bahan baku industri pakan ternak.

Perkembangan komoditas jagung di Indonesia tidak lepas dari perkembangan

sistem komoditas jagung dunia, baik produksi, konsumsi, dan evolusi

kelembagaan. Meningkatnya kebutuhan jagung akan berdampak pada

meningkatnya permintaan pasar yang berpengaruh pada terbukanya peluang

usaha dan peningkatan produksi pada tingkat usahatani jagung.


2

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil jagung terbesar ke

lima dari sepuluh daerah sentara produksi jagung di Indonesia. Data

produksi, luas panen, dan produktivitas sentra jagung di Indonesia dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data produksi, luas panen, dan produktivitas jagung di sentra


produksi jagung Indonesia, 2015

No Produksi Luas Panen Produktivitas


Provinsi
(ton) (ha) (ton/ha)
1. Jawa Timur 6.131.163 1.213.654 5,05
2. Jawa Tengah 3.212.391 542.804 5,91
3. Sulawesi Selatan 1.528.414 295.115 5,17
4. Sumatera Utara 1.519.407 243.770 6,23
5. Lampung 1.502.800 293.521 5,12
6. NTB 959.973 143.117 6,70
7. Jawa Barat 959.933 126.828 7,56
8. NTT 685.081 273.194 2,50
9. Gorontalo 643.512 129.131 4,98
10. Sumatera Barat 602.549 87.825 6,86

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa Provinsi Lampung berada pada urutan

kelima dari sepuluh provinsi. Jumlah produksi jagung di Provinsi Lampung

sebesar 1.502.800 ton jagung dengan luas panen sebesar 293.521 ha dan

memiliki tingkat produktivitas sebesar 5,12 ton/ha.Provinsi Lampung

memiliki tiga daerah sentra produksi jagung yaitu Kabupaten Lampung

Selatan, Kabupaten Lampung Timur, dan Kabupaten Lampung

Tengah.Produksi dan luas panen jagung Provinsi Lampung dari tahun 2013-

2015 dapat dilihat pada Tabel 2.


3

Tabel 2. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung


tahun 2013-2015

Luas Panen Produksi Produktivitas


No Kabupaten Tahun (ha) (ton) (ton/ha)
1. Lampung Barat 2013 4.152 16.488 3,97
2014 241 1.001 4,15
2015 235 962 4,09
2. Tanggamus 2013 6.228 31.340 5,03
2014 1.954 9.916 5,07
2015 3.441 17.651 5,13
3. Lampung Selatan 2013 105.252 529.028 5,03
2014 114.232 597.080 5,23
2015 121.985 632.137 5,18
4. Lampung Timur 2013 96.220 481.635 5,00
2014 100.026 522.776 5,23
2015 99.025 516.412 5,21
5. Lampung Tengah 2013 74.134 373.276 5,03
2014 56.227 293.763 5,22
2015 51.805 268.949 5,19
6. Lampung Utara 2013 29.467 122.103 4,14
2014 29.054 125.351 4,31
2015 24.262 103.243 4,25
7. Way Kanan 2013 17.025 70.972 4,17
2014 14.734 64.525 4,38
2015 11.369 49.418 4,35
8. Tulang Bawang 2013 1.923 10.384 5,40
2014 1.677 8.544 5,09
2015 2.116 10.595 5,00
9. Pesawaran 2013 18.204 90.555 4,98
2014 14.654 75.392 5,14
2015 14.070 71.645 5,09
10. Pringsewu 2013 5.667 28.102 4,96
2014 6.167 31.997 5,19
2015 6.326 31.403 4,96
11. Mesuji 2013 461 2.209 5,31
2014 187 922 4,93
2015 95 447 4,70
12. Tulang Bawang Barat 2013 1.407 5.749 4,08
2014 1.692 7.389 4,37
2015 569 2.492 4,38
13. Pesisir Barat 2013 - - -
2014 4.804 20.048 4,17
2015 3.254 13.448 4,13
14 Bandar Lampung 2013 193 985 5,10
2014 73 380 5,20
2015 45 231 5,13
4

Tabel 2. (Lanjutan)

No Kabupaten Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas


(ha) (ton) (ton/ha)
15. Metro 2013 152 719 4,73
2014 470 2.254 4,79
2015 903 4.460 4,94
2013 360.485 1.763.545 66,93
Jumlah 2014 346.192 1.761.388 72,47
2015 339.500 1.723.49 71,73

Sumber : Data diolah Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2014 -2016

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat tiga daerah sentra produksi jagung di

Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung

Timur dan Kabupaten Lampung Tengah.Kabupaten Lampung Selatan

menjadi penyokong terbesar dalam pemenuhan kebutuhan jagung di Provinsi

Lampung.Kabupaten Lampung Selatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir

mengalami peningkatan produksi jagung. Jumlah produksi jagung di

Kabupaten Lampung selatan pada tahun 2013 sebesar 529.028 ton dengan

luas panen 105.252 ha, mengalami peningkatan hingga tahun 2015 sebesar

632.137 ton dengan luas panen 121.985 ha.

Besarnya jumlah produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatanberasal dari

17 kecamatan di daerah Kabupaten Lampung Selatan.Kecamatan Natar

merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra produksi jagung di

Kabupaten Lampung Selatan.Data luas panen, produksi dan produktivitas

jagung per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2013-2015

dapat dilihat pada Tabel 3.


5

Tabel 3. Data luas panen dan produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan
tahun 2013-2015

Luas Panen Produksi Produktivitas


No Kabupaten Tahun (ha) (ton) (ton/ha)
1. Natar 2013 15.146 79.167 5,22
2014 16.270 84.313 5.18
2015 11.568 59.175 5,11
2. Jati Agung 2013 6.180 32.302 5,22
2014 6.106 31.642 5,18
2015 5.526 28.268 5,11
3. Tanjung Bintang 2013 7.234 37.811 5,22
2014 7.762 40.223 5,18
2015 5.890 30.590 5,11
4. Tanjung Sari 2013 5.810 30.368 5,22
2014 5.783 29.968 5,18
2015 4.781 24.457 5,11
5. Katibung 2013 5.603 29.286 5,22
2014 10.491 54.365 5,18
2015 6.934 35.470 5,11
6. Merbau Mataram 2013 1.289 6.737 5,22
2014 1.845 9.561 5,18
2015 1.287 6.584 5,11
7. Way Sulan 2013 1.734 9.063 5,22
2014 1.488 7.711 5,18
2015 1.387 7.095 5,11
8. Sidomulyo 2013 8.819 46.096 5,22
2014 7.892 40.987 5,18
2015 8.675 44.376 5,11
9. Candipuro 2013 3.919 20.484 5,22
2014 3.247 16.826 5,18
2015 3.273 16.743 5,11
10. Way Panji 2013 3.816 19.946 5,22
2014 3.645 18.889 5,18
2015 3.316 16.963 5,11
11. Kalianda 2013 10.401 54.365 5,22
2014 12.143 62.926 5,18
2015 13.812 70.654 5,11
12. Rajabasa 2013 324 1.694 5,22
2014 138 715 5,18
2015 142 726 5,11
13. Palas 2013 8.614 45.025 5,22
2014 11.051 57.267 5,18
2015 9.852 50.397 5,11
14. Sragi 2013 4.288 22.413 5,22
2014 3.936 20.392 5,18
2015 3.911 20.006 5,11
6

Tabel 3. (Lanjutan)

Luas Panen Produksi Produktivitas


No Kabupaten Tahun (ha) (ton) (ton/ha)
15. Penengahan 2013 14.136 73.888 5,22
2014 14.200 73.586 5,18
2015 14.325 73.278 5,11
16. Ketapang 2013 10.962 57.297 5,22
2014 10.683 55.360 5,18
2015 10.532 53.875 5,11
17. Bakauheni 2013 5.957 31.137 5,22
2014 5.306 27.496 5,18
2015 4.900 25.065 5,11
2013 437.908 597.079 88,74
Jumlah 2014 259.848 1.346.512 88,06
2015 251.969 1.288.996 86,87

Sumber : Data diolah BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2014 -2016

Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Natar merupakan salah satu

kecamatan penghasil jagung terbesar ke tiga setelah Kecamatan Penengahan

dan Kecamatan Kalianda.Jumlah produksi dan luas panen jagung di

Kecamatan Natar dalam kurun waktu 3 tahun terakhir mengalami

peningkatan dan penurunan. Jumlah produksi jagung di Kecamatan Natar

pada tahun 2013 sebesar 79.167 ton dengan luas panen 15.146 ha dan tingkat

produktivitas 5,22 ton/ha, mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu

sebesar 84.313 ton dengan luas panen 16.270 ha dan tingkat produktivitas

menurun menjadi 5,18 ton/ha dan pada tahun 2015 mengalami penurunan

sebesar 59.175 ton dengan luas panen 11.568 ha dan tingkat produktivitas

jagung sebesar 5.11 ton/ha.Berdasarkan data di atas, setiap kecamatan di

Kabupaten Lampung Selatan setiap tahunnya memiliki tingkat produktivitas

yang sama, data tersebut belum akurat dikarenakan setiap daerah memiliki
7

iklim, jenis kesuburan tanah, dan intensitas cahaya yang berbeda, sehingga

setiap daerah seharusnya memiliki tingkat produktivitas yang berbeda pula.

Peningkatan produksi jagung di Kecamatan Natar di pengaruhi oleh beberapa

faktor seperti penggunaan benih, penggunaan pupuk, ketersediaan sarana dan

prasarana dan peran penyuluh.Penyuluhan adalah suatu proses pembelajaran

bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong

dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan

prouktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta

meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup

(Departemen Peranian, 2009), sedangkan penyuluh merupakan seseorang

yang memberikan pembelajaran terhadap petani.BPPP Kecamatan Natar

memiliki 18 orang penyuluh yang membawahi beberapa wilayah binaan.Data

jumlah penyuluh di BPPP Kecamatan Natar dan jumlah wilayah binaan

masing-masing penyuluh serta jumlah kelompok tani wilayah binaan dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data jumlah penyuluh dan wilayah binaan serta jumlah kelompok
tani binaan di BPPP Kecamatan Natar

Wilayah Binaan Jumlah Kelompok Tani


No Penyuluh
(Desa) Binaan
1. Sugiyatni Amd Sido Sari 16 kelompok tani
2. Teguh Suprayitno SP Hajimena 5 kelompok tani
Pemanggilan 5 kelompok tani
3. Elisa Nursoli Natar 7 kelompok tani
Kalisari 23 kelompok tani
4. Demi Aryasari SP Merak Batin 7 kelompok tani
Muara Putih 24 kelompok tani
5. Sri Septiastuti SP Pancasila 19 kelompok tani
6. Sugiman SP Krawangsari 25 kelompok tani
8

Tabel 4. (Lanjutan)

Wilayah Binaan Jumlah Kelompok Tani


No Penyuluh
(Desa) Binaan
7. Rinda Khoirul Jannah Tanjung Sari 23 kelompok tani
Rejosari 6 kelompok tani
8. Novita Sari SP Negara Ratu 13 kelompok tani
9. Yunaniningsih SP Bumisari 9 kelompok tani
10. Tresya Widona SP Candimas 15 kelompok tani
Way Sari 9 kelompok tani
11. Irma Nuraini SP Brantiraya 16 kelompok tani
12. Saryanto Haduyang 13 kelompok tani
Banjar Negri 9 kelompok tani
13. Leni Monika K. SP Mandah 12 kelompok tani
14. Rinaldi Amd Rulung Helok 9 kelompok tani
Rulung Sari 17 kelompok tani
15. Idrawati Rulung Mulya 9 kelompok tani
16. Alriasman Amd Rulung Raya 31 kelompok tani
Purwosari 19 kelompok tani
17. Aan Erwadi Amd Bandarejo 19 kelompok tani
18. Sutoyo Sukadamai 24 kelompok tani
Jumlah 26 Wilbin 384 kelompok tani

Sumber: BP3K Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, 2016

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa penyuluh di BPPP Kecamatan Natar

membawahi satu sampai dua wilayah binaan dan membina 10 sampai 50

Kelompok tani.Banyaknya jumlah kelompok tani binaan untuk setiap

penyuluh yang ada di BPPP Kecamatan Natar menyebabkan kelompok tani

dapat bertemu dengan penyuluh hanya satu bulan sekali.Padahal peranan

penyuluh dalam hal ini sangat diperlukan karena dapat menunjang hasil

produksi jagung petani. Petani akan mengadopsi berbagai teknologi terbaru

bergantung pada pendampingan yang dilakukan penyuluh. Begitu pula

dengan berbagai program pembangunan pertanian yang telah digagas

pemerintah akan diikuti atau tidak oleh petani bergantung sejauh mana

keterlibatan peran penyuluh.


9

Menurut Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Pusat

Pelatihan Pertanian (2015), produksi jagung bisa mencapai 10-12 ton/ha.

Produksi jagung di Kecamatan Natar hanya 5,11 ton/ha, hal tersebut

menjelaskan bahwa produktivitas jagung di Kecamatan Natar masih

tergolong rendah. Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan rendahnya

produktivitas jagung di Kecamatan Natar yaitu, faktor kondisi kesuburan

tanah, faktor iklim, tenaga kerja, faktor usahatani, dan faktor kinerja

penyuluh. Kinerja yang baik tentu saja akan membantu para petani,

memecahkan masalah usaha taninya secara efektif danmenggali potensi yang

ada pada petani,serta membantu petani untuk menghasilkan produksi jagung

yang baik, apabila produksi jagung baik maka pendapatan petani akan

meningkat dan petani akan hidup sejahtera, hal tersebut dapat menimbulkan

kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh. Berdasarkan ulasan tersebut

maka diperlukan penelitian mengenai tingkat kepuasan petani jagung

terhadap kinerja penyuluh pertanian lapangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah produktivitas usahatani jagung diwilayah kerja BPPP

Kecamatan Natar?

2. Bagaimanakah tingkat kinerja penyuluh pertanian lapangan di Wilayah

Kerja BPPP Kecamatan Natar ?


10

3. Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan tingat kinerja penyuluh

pertanian lapangan di BPPP Kecamatan Natar?

4. Bagaimanakah tingkat kepuasan petani jagung terhadap kinerja penyuluh

lapangan BPPP Kecamatan Natar ?

5. Apakah ada hubungan antaratingkat kinerja penyuluhpertanian

lapangandengantingkat kepuasan petani jagung?

C. Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ada, maka penelitian ini

bertujuan:

1. Mengetahui tingkat produktivitas jagung di wilayah kerja BPPP

Kecamatan Natar.

2. Mengetahui tingkat kinerja penyuluh pertanian lapangan di BPPP

Kecamatan Natar.

3. Mengetahuifaktor-faktor yang berhubungan dengan tingat kinerja

penyuluh pertanian lapangan di BPPP Kecamatan Natar.

4. Mengetahui tingkat kepuasan petani jagung terhadap kinerja penyuluh

pertanian lapang di BPPP Natar.

5. Mengetahui hubungan antara tingkat kinerja penyuluh pertanian

lapangandengantingkat kepuasan petani jagung.


11

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Intansi terkait sebagai evaluasi dan bahan masukan untuk meningkatkan

kinerja penyuluh pertanian dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan

meningkatkan kepuasan petani.

2. Peneliti lain dapat digunakan sebagai rekomendasi dan bahan

perbandingan.

3. Pembaca diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan pembaca

terkait dengan kinerja penyuluh dan tingkat kepuasan petani binaan.


12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Budidaya Jagung

Jagung merupakan jenis tanaman tropis yang dapat hidup menyesuaikan

diri dengan lingkungan setempat. Jagung dalam bahasa ilmiahnya adalah

(Zea mays L) merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak

dibutuhkan oleh masyarakat baik untuk dikonsumsi maupun untuk industri

perusahaan pakan ternak. Jagung merupakan tanaman semusim (annual).

Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.

Pertumbuhan jagung yang baik, perlu perhatian yang lebih dalam proses

budidaya, ada beberapa faktor yang dapat memberikan hasil yang optimal

dalam hasil produksi jagung diantaranya, media tanah yang digunakan

gembur dan subur, kerana tanaman jagung memerlukan aerasi dan

pengairan yang baik. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik

bagi pertumbuhannya. Varietas benih unggul, Menurut Adisarwanto

danYustina (2002), benih memberi andil besar dalam usaha peningkatan

produksi tanaman, disamping faktor-faktor produksi lainnya.

Penggunaanbenih bermutu varietas unggul akan mempengaruhi tingkat

produksi yang akan dicapai.


13

Pengelolaan lahan serta intensifitas perlakuan yang lebih pada tanaman

akan meningkatkan produksi. Faktor-faktor iklim juga sangat penting,

seperti jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan,

temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus

mendapatkan sinar matahari cukup. Bila tidak terdapat penyinaran dari

matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk

pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C. Menurut Suprapto dan

Marzuki (2005), proses budidaya jagung memiliki langkah – langkah cara

menanamnya, yaitu tahap pengolahan tanah, tahap penanaman, tahap

pemeliharaan, pemupukan, dan tahap panen. Berikut ini penjelasan

langkah – langkah budidaya jagung.

1) Tahap pengolahan tanah

Tanah yang akan ditanami jagung dibersihkan dari rumput liar dengan

menggunakan alat sebelum digemburkan. Pengemburan tanah dapat

dilakukan dengan mencangkul atau menggunakan mesin bajak, baik

menggunakan bajak mesin maupun menggunakan bajak hewan (sapi

atau kerbau). Jika menggunakan cangkul, lubang kedalamnya 15-20 cm

lalu ratakan kembali. Cek pH tanah, jika kurang dari 5, maka perlu

diberikan pengapuran dengan dosis 300kg/ha.

2) Tahap Penanaman

Penanaman jagung biasanya dimulai dimusim hujan, sehingga tidak

perlu dilakukan penyiraman. Proses mendapatkan hasil panen yang

baik, maka harus digunakan bibit jagung yang baik pula, baik itu bibit
14

jagung biasa, jagung hibrida ataupun jagung manis, semuanya harus

berkualitas baik. Bibit jagung yang dibutuhkan untuk penanaman

dengan jarak tanam 25 x 75 cm adalah sekitar 20-30 kg/ha.

Jarak tanam jagung biasanya bergantung pada pola tanam. Pada jagung

yang masa panenya lebih dari 100 hari biasanya ditanam 2

batang/lubang dengan jarak tanamnya biasanya 40 x 100 cm.

Sedangkan yang masa panennya 80-100 hari, biasanya ditanam 1

batang/lubang dengan jarak tanam 25 x 75 cm. Cara menanam biji

jagung adalah ditugal dengan kedalaman 3-5 cm. Tiap lubang diisi biji

kemudian tutup kembali. Kegiatan menjaga kelembaban tanah agar biji

cepat berkecambah, lakukan penyiraman, kecuali jika ada hujan dan

tanah sudah lembab, maka penyiraman tidak diperlukan.

3) Tahap Pemeliharaan

Tahap pemeliharaan meliputi penyiangan, penjarangan dan penyulaman

serta penyiraman atau pengairan, pemupukan dan pembumbunan.

a. Penyiangan biasanya dilakukan tiap 2 minggu sekali agar rumput liar

tidak tumbuh dan unsur hara tanah tidak terbagi untuk tanaman lain.

b. Pembumbunan dilakukan untuk memperkokoh posisi batang agar

tanaman tidak mudah rebah dan akarnya sepenuhnya tertutup di

dalam tanah. Pembumbunan dapat dilakukan berkali-kali sesuai

kebutuhan. Cara membumbun sangat mudah, yaitu akar tanaman

diuruk dengan tanah dari sebelah kanan dan kiri barisan tanaman

dengan menggunakan cangkul. Pembumbunan akan menghasilkan


15

guludan yang memanjang dan saluran drainase diantara barisan

tanaman jagung.

c. Penjarangan dilakukan untuk mensortir tanaman jagung yang tumbuh

tidak baik dengan memotong atau mencabutnya. Lalu lubang

tanaman yang kosong dilakukan penyulaman dengan bibit jagung

yang baru. Penjarangan dan penyulaman biasanya dilakukan satu

minggu setelah masa tanam, ketika bibit jagung sudah tumbuh.

d. Pemupukan susulan biasanya dilakukan ketika tanaman telah

berumur 18 dan 35 hari. Pupuk yang digunakan adalah urea 300

kg/ha dengan dosis 1/2 bagian pada saat tanaman berumur 18 hari

dan 35 hari.

e. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan

penyemprotan dan pemusnahan tanaman yang terinfeksi. Semuanya

tergantung dari jenis hama dan penyakit.

4) Tahap pemanenan

Masa panen jagung biasanya dilakukan ketika tanaman mencapai umur

85-95 hari. Cara panen adalah dengan memutar tongkol jagung untuk

memisahkan buah jangung dari tangkainya. Kegiatan ini diperlukan

supaya dapat dalam budidaya jagung memperoleh hasil yang optimal.

2. Definisi Penyuluh dan Penyuluhan Pertanian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata penyuluh berasal dari kata

suluh yang berarti barang yang di pakai untuk media penerangan atau
16

obor, sedangkan penyuluh adalah orang yang bertugas memberikan

penerangan atau penunjuk jalan. Arti dalam kata penyuluhan yaitu suatu

proses atau cara yang dilakukan oleh seorang penyuluh untuk memberikan

penerangan atau informasi kepada orang lain dari semula yang tidak tahu

menjadi tahu dan yang tahu menjadi lebih tahu.

Penyuluhan adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta

pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan dan sumberdaya lainnya, sabagai upaya untuk meningkatkan

prouktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta

meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah perilaku utama dan pelaku

usaha melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan

motivasinya (Departemen Pertanian, 2009).

Penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan informasi, menanamkan keyakinan serta mengerjakan

pengetahuan dan keterampilan sehingga bukan saja masyarakat sadar, tau

dan mengerti tetapi juga mau dan mampu melaksanakan sesuatu ajaran

(Effendi, 2005).

Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa,

kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat

merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui

proses pendidikan atau kegiatan belajar. Secara praktis pendidikan dapat


17

diartikan sebagai usaha dan kegiatan menimbulkan perubahan- perubahan

yang diinginkan dalam perilaku manusia, misal mengganti metode

produksi tradisional ke metode baru, yaitu menerapkan teknologi baru

yang berupa varietas baru, teknik budidaya baru, penerapan pupuk dan

pestisida, serta penerapan sistem usaha tani modern (Departemen

Pertanian, 2009).

Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan

komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya

memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar (Van

Den Ban dan Hawkins, 1999).Menurut Salmon Padmanagara, mantan

Kepala Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Departemen Pertanian,

penyuluhan pertanian diartikan sebagai sistem pendidikan diluar sekolah

(nonformal) untuk para petani dan keluarganya (ibu tani, pemuda tani)

dengan tujuan agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya

memperbaiki/meningkatkan kesejahteraannya sendiri serta masyarakatnya

(Suhardiyono, 1989).

3. Fungsi Penyuluh Pertanian

Menurut Departemen Pertanian (2009), fungsi penyuluh pertanian adalah:

1) Menyebarluaskan informasi pembangunan pertanian di wilayah

kerjanya dengan cara menyampaikan visi, misi, tujuan, strategi dan

prinsip dari pembangunan pertanian.


18

2) Bersama petani atau kelompok tani membangun kelembagaan petani

yang kuat.

3) Mendorong peran serta dan keterlibatan petani atau kelompok tani

dalam pembangunan pertanian di wilayahnya.

4) Membangkitkan dan menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan

petani.

5) Memfasilitasi petani atau kelompok tani dalam penyusunan rencana

kegiatan usahatani di wilayah kerjanya.

6) Memfasilitasi petani atau kelompok tani dalam mengakses teknologi,

informasi pasar, peluang usaha dan permodalan.

7) Memfasilitasi petani atau kelompok tani untuk memformulasikan

rencana usahatani dalam bentuk proposal.

8) Memberikan bimbingan dan memecahkan masalah petani atau

kelompok tani dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan

usaha di bidang pertanian.

Mardikanto (1998), mengemukakan peran/tugas dari penyuluh adalah

sebagai berikut:

1)Edukasi, yaitu untuk memfasilitasi proses belajar yang dilakukan oleh

para penerima manfaat penyuluhan beneficiaries dan atau stakeholders

pembangunan yang lainnya. Seperti telah dikemukakan, meskipun

edukasi berarti pendidikan, tetapi proses pendidikan tidak boleh

menggurui apalagi memak-sakan kehendak (indoktrinasi, agitasi),

melainkan harus benar-benar berlangsung sebagai proses belajar

bersama yang partisi-patip dan dialogis.


19

2)Diseminasi Informasi/Inovasi, yaitu penyebarluasan informasi/ inovasi

dari sumber informasi dan atau penggunanya.Tentang hal ini, seringkali

kegiatan penyuluhan hanya terpaku untuk lebih mengutamakan

penyebaran informasi/inovasui dari pihak luar, tetapi, dalam proses

pembangunan, informasi dari dalam seringkali justru lebih penting,

utamanya yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat,

pengambilan keputusan kebijakan dan atau pemecahan masalah yang

segera memerlukan penanganan.

3)Fasilitasi, atau pendampingan, yang lebih bersifat melayani kebutuhan-

kebutuhan yang dirasakan oleh petani. Fungsi fasilitasi tidak harus

selalu dapat mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan atau

memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan petani, tetapi seringkali justru

hanya sebagai penengah/ mediator.

4)Konsultasi, yang tidak jauh berbeda dengan fasilitasi, yaitu membantu

memecahkan masalah atau sekadar memberikan alternatif-alternatif

pemecahan masalah. Pelaksanakan peran konsultasi penting untuk

memberikan rujukan kepada pihak lain yang “lebih mampu” dan atau

lebih kompeten untuk menanganinya, dalam melaksanakan fungsi

konsultasi, penyuluh tidak boleh hanya “menunggu” tetapi harus aktif

mendatangi petani.

5)Supervisi, atau pembinaan, dalam praktek, supervisi seringkali disalah-

artikan sebagai kegiatan “pengawasan” atau “pemeriksaan”.

Sebenarnya adalah, lebih banyak pada upaya untuk bersama-sama

petani melakukan penilaian self assesment, untuk kemudian


20

memberikan saran alternatif perbaikan atau pemecahan masalah yang

dihadapi.

6)Pemantauan, yaitu kegiatan evaluasi yang dilakukan selama proses

kegiatan sedang berlangsung. Pemantauan tidak jauh berbeda dengan

supervisi.Bedanya adalah, kegiatan pemantauan lebih menonjolkan

peran penilaian, sedang supervisi lebih menonjolkan peran upaya

perbaikan.

7)Evaluasi, yaitu kegiatan pengukuran dan penilaian yang dapat dilakukan

pada sebelum (formatif), selama on-going, pemantauan dan setelah

kegiatan selesai dilakukan (sumatif, ex-post). Meskipun demikian,

evaluasi seringkali hanya dilakukan setelah kegiatan selesai, untuk

melihat proses hasil kegiatan output, dan dampak (outcome) kegiatan,

yang menyangkut kinerja (performance) baik teknis maupun

finansialnya.

Departemen Pertanian (2009), uraian tugas dari penyuluh pertanian

sebagai berikut:

1) Menginventarisir data monografi wilayah, potensi, agroekosistem,

kelompok tani dan gapoktan, produksi usaha tani dan kelembagaan

ekosistem pedesaan.

2) Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dan mencari

pemecahannya.

3) Membantu menyusun RDKK.

4) Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian.


21

5) Meningkatkan PSK (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petani.

6) Membimbing penerapan usaha tani terpadu.

7) Menyusun secara periodik di wilayah kerjanya.

Menurut Kartasapoetra (2001), hal-hal yang harus dilakukan untuk

mencapai efektivitasnya penyuluhan harus dilakukan sebagai berikut:

1) Penarikan minat Teori mendidik bagi mereka yang tingkat

intelegensinya masih rendah yang disertai dengan mental yang

tertekan (rasa rendah diri), agar membawa hasil dan dapat mengubah

perilaku yang dididiknya, hanya dapat dijalankan dengan cara agar

mereka yang dididik (para petani) dapat melihat, mendengar dan ikut

melakukan sendiri dengan baik apa yang menjadi objek atau materi

dalam penyuluhan tersebut. Atau dengan lain perkataan, isi

penyuluhan pertanian hendaknya bersifat menarik, yang berhubungan

langsung dengan kegiatan usaha tani dan menarik minat agar dapat

dimanfaatkan oleh para petani.

2) Mudah dan dapat dipercaya Apa yang disampaikan dalam penyuluhan

pertanian (objek atau materi) mudah dimengerti, nyata kegunaannya

dan menarik kepercayaan para petani bahwa benar segala yang telah

diperhatikan, diperdengarkan (diajarkan) dapat dilakukan para petani

dan benar-benar dapat meningkatkan hasil dan kesejahtraan.

3) Peragaan disertai sarananya Penyuluh harus disertai dengan peragaan

yang didukung dengan saran atau alat-alat peraga yang mudah

didapat, murah dan dikerjakan oleh para petani apabila mereka

terangsang untuk mempraktekkannya.


22

4) Saat dan tempatnya harus tepat Kegiatan penyuluhan kepada para

petani tidak dapat dilakukan sembarang waktu terutama pada tingkat

permulaan, dan tingkat-tingkat sebelum mereka terangsang, timbul

kesadarannya. Para penyuluh harus pandai memperhitungkan kapan

mereka itu bersantai atau ada dirumah, kapan biasanya mereka itu

berkumpul dan di mana kebiasaan itu dilakukannya.

4. Kinerja PPL

Kinerja berasal dari pengertian performance.Performance ialah hasil kerja

atau prestasi kerja. Sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih

luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk berlangsungnya proses

pekerjaan. Kinerja seorang penyuluh dapat dilihat dari dua sudut

pandang, pertama bahwa kinerja merupakan fungsi dari karakteristik

individu, karakteristik tersebut merupakan variabel penting yang

mempengaruhi perilaku seseorang termasuk penyuluh pertanian, kedua

bahwa kinerja penyuluh pertanian merupakan pengaruh-pengaruh dari

situasional diantaranya terjadi perbedaan pengelolaan penyelenggaraan

penyuluhan pertanian di setiap kabupaten yang menyangkut beragamnya

aspek kelembagaan, program penyelenggaraan dan pembiayaaan (Jahi

dan Leilani, 2006).

Kinerja adalah hasil dari suatu pekerjaan yang dapat dilihat atau yang

dapat dirasakan.Kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh seseorang

atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang


23

dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral dan etika.

Menurut Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan No 16 tahun 2006,kinerja dan keberhasilan penyuluh

pertanian diukur melalui 9 indikator sebagai berikut :

1) Tersusunnya program penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan

petani (Kabupaten/Kota)

2) Tersusunnya rencana kerja penyuluhan pertanian di wilayah kerja

masing-masing

3) Tersedianya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi

spesifik lokasi sesuai dengan pengwilayahan komoditas unggulan

4) Terdiseminasinya informasi teknologi pertanian secara merata dan

sesuai dengan kebutuhan petani

5) Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani,

kelompoktani, kelompok usaha/asosiasi dan usaha formal (koperasi

dan usaha formal lainnya)

6) Terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang

saling menguntungkan.

7) Terwujudnya akses petani ke lembaga keuangan, informasi sarana

produksi pertanian dan pemasaran

8) Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masing-

masing wilayah kerja


24

9) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing

wilayah.

Menurtu Peraturan Menteri Pertanian nomor 91 tahun 2013 tentang

pedoman evaluasi kinerja penyuluh pertanian, terdapat 3 indikator

penilaian kinerja penyuluh sebagai berikut:

1. Persiapan Penyuluhan Pertanian

a) Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem

b) Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan RDKK

c) Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan

d) Membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP)

2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

a) Melaksanakan desiminasi/penyebaran materi penyuluhan sesuai

kebutuhan petani

b) Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di wilayah

binaan

c) Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi

pasar, teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan

d) Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dari

aspek kuantitas dan kualitas

e) Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani

dari aspek kuantitas dan kualitas

f) Meningkatnya produktivitas (dibandingkan produktivitas

sebelumnya berlaku untuk semua sub sektor)


25

3. Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian

a) Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian

b) Membuat laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian

Menurut Kotler (2002), terdapat lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu:

1) Berwujud (Tangible) Meliputi penampilan fasilitas fisik penyedia jasa

seperti gedung, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan

kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan

penampilan fisik dari personel penyedia jasa.

2) Keandalan (Reability) Keandalan berarti kemampuan untuk

memberikan pelayanan yang telah dijanjikan dengan tepat

(accurately), kemampuan untuk dapat dipercaya (dependably), serta

tepat waktu (on time).

3) Kesigapan (Responsiveness) Kesigapan merupakan dimensi yang

menekankan kepada kesediaan penyedia jasa dalam membantu

pelanggan dan memberikan pelayanan yang sesuai kebutuhan

pelanggan secara cepat dan tepat.

4) Kepastian (Assurance) Dimensi ini menekankan kemampuan

penyedian jasa untuk membangkitkan keyakinan dan rasa percaya diri

pelanggan bahwa penyedia jasa mampu memenuhi kebutuhan

pelanggannya. Meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan

produk secara tepat, keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan

dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan

informasi, serta kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam

memanfaatkan jasa yang ditawarkan.


26

5) Empati (Empathy) Empati adalah perhatian individual yang diberikan

perusahaan kepada pelanggan seperti, kemudahan untuk menghubungi

perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi kepada

pelanggan dan urusan perusahaan untuk memahami keinginan dan

kebutuhan pelanggan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Peyuluh

Sapar dkk (2011), faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja penyuluh

pertanian adalah karakteristik (umur, pelatihan, pengalaman kerja),

kompetensi (kemampuan perencanaan penyuluhan, kemampuan dalam

evaluasi dan pelaporan, kemampuan dalam pengembangan penyuluhan),

motivasi (kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi), dan

kemandirian (kemandirian ekonomi).

Yusri (1999), ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh

pertanian dalam bekerja secara professional, yaitu :

1. Faktor Internal Penyuluh Pertanian.

Kinerja penyuluh dipengaruhi oleh faktor-faktor dari penyuluh itu

sendiri.inilah yang disebut faktor internal yang terdiri dari :

a) Pendidikan formal penyuluh pertanian.

Telah ditetapkan basis pendidikan formal pertanian minimal

Diploma III atau memperoleh sertifikat pendidikan dan latihan

fungsional dibidang penyuluhan pertanian.Tingkat pengetahuan

mempengaruhi keterampilan dan keahlian yang dimiliki untuk

melaksaanakan tugasnya mengimbangi dinamika masyarakat petani.


27

b) Umur Penyuluh Pertanian

Semakin bertambah umur dan golongan penyuluh, persepsi penyuluh

pertanian tentang jabatan fungsional dalam pengembangan karier

dan profesi penyuluh semakin rendah.

c) Masa Kerja Penyuluh Pertanian

Semakin lama masa kerja, penyuluh akan semakin menguasai bidang

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga akan semakin

matang dan pekerja lebih produktif dan bersaamaan dengan

kemampuan kerja menentukan kinerja kerja.

2. Faktor Eksternal Penyuluh Pertanian

Beberapa faktor eksternal penyuluh yang dipertimbangkan berhubungan

dengan kinerja penyuluh pertanian adalah

a) Sistem penghargaan

Hal ini biasanya terkait dengan perbaikan sistem penggajian,

tunjangan fungsional dan dana operasional serta jabatan atau

kepangkatan.

c) Komoditas dominan di wilayah binaan

Kebiasaan pola tanam yang dilakukan oleh petani secara turun

temurun telah memberikan pengetahuan teknologi usahatani dan

pengalaman berharga kepada petani untuk dapat dikembangkan

kearah yang lebih


28

Purnomojati (2012), karakteristik pribadi penyuluh seperti usia, masa

kerja, dan tingkat pendidikan mempengaruhi kinerja penyuluh. Beberapa

faktor dalam karakteristik pribadi yang mempengaruhi kinerja penyuluh :

1. Umur

Berhubungan dengan karakteristik umur, maka semakin tua umur (di

atas 50 tahun), biasanya semakin lemah mengadopsi inovasi, dan

cenderung hanya melaksanakan kegiatan yang sudah biasa diterapkan

oleh warga setempat.

2. Tingkat pendidikan

Secara umum pendidikan akan berpengaruh terhadap cara dan pola

piker seseorang. Tingkat kinerja pegawai akan sangat tergantung pada

faktor kemampuan pegawai itu sendiri salah satunya adalah tingkat

pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai kinerja

yang tinggi pula.

3. Masa kerja

Masa kerja karyawan terkait dengan senioritas karyawan, yang

berhubungan dengan variabel bayaran yang akan dikeluarkan

perusahaan. Semakin tinggi masa kerja berhubungan dengan

pengalaman dan kemampuan, sehingga semakin tinggi pengalaman dan

kemampuan maka kinerjanya semakin baik.

4. Ketersediaan sarana dan prasarana

Adanya sarana dan prasarana seperti teknologi pertanian, pelatihan,

transportasi, komputer, OHP dan lain-lain sangat diperlukan penyuluh

dalam pelaksanaan tugasnya.


29

6. Kepuasan

Kotler (2004), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang

yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya

terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya

Kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan

harapan.Jika kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas.Jika

kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas.Jika kinerja melebihi harapan,

pelanggan amat puas atau senang.

Tjiptono (2004), yang mengatakan bahwa harapan merupakan perkiraan

atau keyakinan seseorang tentang apa yang akan diterimanya. Salah satu

faktor yang menentukan harapan seseorang antara lain adalah kebutuhan.

Kebutuhan yang mendasar yang dirasakan oleh seseorang bagi

kesejahteraannya sangat menentukan harapannya.Seperti kebutuhan petani

untuk meningkatkan hasil pertaniannya sangat menentukan keinginan

petani agar berbagai lembaga, organisasi ataupun perusahaan dibidang

pertanian menghasilkan produk-produk pertanian yang paling

menguntungkan.

Rangkuti (2006), mengemukakan beberapa pendekatan umum yang biasa

digunakan dalam pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu:

1) Pendekatan tradisional (traditional approach), yakni pelanggan diminta

memberikan penilaian atas masing-masing indikator produk yang

mereka nikmati, misalnya dengan memberikan rating dari “sangat tidak

puas” sampai “sangat puas sekali”.


30

2) Analisis secara deskriptif, misalnya melalui perhitungan statistik secara

deskriptif, misalnya melalui perhitungna rata-rata nilai distribusi serta

standar deviasi. Analisis ini yang dapat dikembangkanmembandingkan

hasil kepuasan antara waktu, sehingga kecenderungan perkembangnnya

dapat ditentukan.

3) Pendekatan secara terstruktur (structural approach) yakni pendekatan

yang sering digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu

teknik yang paling populer adalah semantic differncial dengan prosedur

scalling.Caranya adalah responden diminta memberikan penilaian

terhadap suatu produk. Penilaian ini juga dapat dilakukan dengan cara

membandingkansuatu produk atau fasilitas suatu produk atau fasilitas

lainnya dengan syarat peubah yang diukur sama.

4) Analisis Important dan Performance, yakni pendekatan di mana tingkat

kepentingan pelanggan (customer expectation atau importance) diukur

dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh

perusahaan agar menghasilkan produk yang berkualitas baik. Dari

berbagai persepsi tingkat kepentingan pelanggan maka dapat

dirumuskan tingkat kepentingan yang paling diharapkan.Selanjutnya

peubah tersebut dapat dikaitkan dengan kepuasan (performance) yang

dirasakan oleh pelanggan.


31

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai data pendukung maka dasar atau acuan berupa teori-teori atau

temuan-temuan melalui hasil sebagai penelitian sebelumnya merupakan hal

yang sangat penting.Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan

referensi. Penelitian terdahuluyang menjadi referensi antara lain dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu Mengenai Kinerja Penyuluh dan


Tingkat Kepuasan Petani

Peneliti, Judul
No. Metode Hasil Kegiatan
Tahun Penelitian
1. Muhammad Tingkat Importance kinerja PPL pertanian di Desa
Nashruddin Kepuasan Performance Jerowaru masuk kategori Kurang
(2016) Petani Analysis Memuaskan. Beberapa atribut
Terhadap (IPA). penting yang perlu diprioritaskan
Kinerja untuk dapat meningkat kinerja
Penyuluhan penyuluh pertanian di Desa
Pertanian Di Jerowaru adalah Penyuluh
Desa Jerowaru memiliki responsivitas yang baik
Kecamatan terhadap permasalahan yang
Jerowaru dihadapi petani, Penyuluh
Kabupaten melakukan kunjungan secara
Lombokk intensif ke petani, Penyuluh
Timur mengembangkan kapasitas
kelembagaan petani, Penyuluh
menyampaikan informasi cuaca)
2. Bekti Wahyu Kinerja Analisis uji Hasil analisis menunjukkan, pada
Utami, Emi Penyuluh parameter tingkat kepercayaan 5% (0,05)
Widiyanti, Pertanian proporsi dimana nilai t tabel pada tingkat
dan Agung Lapang (Ppl) kepercayaan 5% sebesar 1,64,
Wibowo Dalam dengan demikian menerima
(2008) Pengembangan Hipotesis nol (H0) dan menolak
Beras Organik Hipotesis alternatif (H1), artinya
Menuju kinerja PPL dalam
Terwujudnya pengembangan beras organik
Kabupaten menuju terwujudnya Kabupaten
Sragen Sragen sebagai sentra beras
Sebagai Sentra organik dinilai petani
Beras Organik buruki/rendah.
32

Tabel 5. (Lanjutan)

Peneliti, Judul
No. Metode Hasil Kegiatan
Tahun Penelitian
3. Naning Analisis Metode Dilihat dari keseluruhan
Wijayanti, Tingkat Servqual dimensi yang membentuk
DB. Kepuasan analisis. kualitas jasa, petani menilai
Paranoan, dan Petani baik kinerja PPL di Kabupaten
Rita Terhadap Kutai Timur tetapi petani
Kalalinggi Kinerja belum puas dengan kinerja PPL
(2015) Penyuluh tersebut oleh karena itu masih
Pertanian perlu ditingkatkan mengingat
Lapangan masih ada gap antara realita
(Ppl) Di dan harapan
Kabupaten
Kutai Timur
4. Ika Listiawati Analisis Metode IPA Hasil IPA menunjukkan atribut
(2010) Tingkat (Importance yang dianggap petani memiliki
Kepuasan Performance tingkat kepentingan tertinggi
Petani Analysis) dan yaitu pengetahuan dan
Terhadap CSI (Customer kecakapan dalam memberikan
Kinerja Satisfaction materi serta cara
Penyuluh Index). berkomunikasi yang baik. Hasil
Lapang Di analisis CSI terhadap atribut
Bp3k Wilayah kinerja penyuluh lapang BP3K
Ciawi Ciawi adalah sebesar 74,53
Kabupaten persen. Nilai tersebut berada
Bogor pada selang 0,66-0,80. Angka
tersebut mengidentifikasikan
bahwa secara umum petani
berada dalam kategori puas.
5. Dini Bayu Tingkat Metode Hasil perhitungan Importance
Subagio Kepuasan Importance Performance Analysis (IPA)
(2010) Petani and menunjukkan atribut yang
Terhadap Performance dianggap petani memiliki
Kinerja Analysis (IPA) tingkat kepentingan tertinggi
Pelayanan yaitu penyuluh melakukan
Penyuluh kunjungan kepada kelompok
Pertanian Di tani. Secara umum hasil
Desa Situ penelitian menunjukkan bahwa
Udik tingkat kinerja penyuluh
Kecamatan pertanian di Desa Situ Udik
Cibungbulang cukup memuaskan
Kabupaten
Bogor Jawa
Barat
6. Purnomojati Faktor-faktor Statistik Kinerja penyuluh dalam
Anggoroseto yang Deskriptif dan pemanfaatan cyber extention 1.
(2012) Mempengaruhi Analisis Jalur Melaksanakan aksebilitas
Kinerja terhadap cyber extention, 2.
Penyuluh Memanfaatkan materi
dalam informasi cyber extention bagi
Pemanfaatan kegiatan penyulihan, 3.
CYBER Mengenalkan cyber extention
EXTENSION kepada petani
di Kabupaten
Bogor
33

Tabel 5. (Lanjutan)

Peneliti, Judul
No. Metode Hasil Kegiatan
Tahun Penelitian
7. Mohamad Faktor-Faktor Metode SEM Faktor-faktor internal yang
Ikbal Bahua yang (Structural dapat meningkatkan kinerja
dkk (2010) Mempengaruhi Equation penyuluh pertanian adalah:
Kinerja Model). umur, masa kerja, jumlah
Penyuluh petani binaan, kemampuan
Pertanian dan merencanakan program
Dampaknya penyuluhan, kemampuan
pada Perilaku kepemimpinan penyuluh,
Petani Jagung pengembangan potensi diri,
di Provinsi kebutuhan untuk berafiliasi,
Gorontalo kemandirian intelektual dan
kemandirian sosial. Semua
faktor internal tersebut
berpengaruh nyata pada pada
peningkatan kinerja penyuluh
pertanian dengan koefisien
determinasi (R2) sebasar 74%.
8. Sapar dkk Faktor-Faktor Metode SEM Faktor-faktor yang dapat
(2011) Yang (Structural meningkatkan kinerja adalah
Berpengaruh Equation karakteristik (umur, pelatihan,
Pada Kinerja Model) dengan pengalaman kerja), kompetensi
Penyuluh program (kemampuan perencanaan
Pertanian dan LISREL penyuluhan, kemampuan dalam
Dampaknya (Linear evaluasi dan pelaporan,
Pada Structural kemampuan dalam
Kompetensi Relationships). pengembangan penyuluhan),
Petani Kakao motivasi (kebutuhan untuk
di Empat berprestasi, kebutuhan untuk
Wilayah berafiliasi), dan kemandirian
Sulawesi
Selatan
9. Adiguna Analisis Metode Atribut-atribut kopi bubuk SB-
Gadung Kepuasan dan Consumer CBD yang memiliki kepuasan
(2015) Loyalitas Satisfaction tertinggi yaitu label halal,
Konsumen Index (CSI) harga, aroma yang khas,
Kopi Bubuk dan tanggal kadaluarsa, dan rasa.
Sinar Baru Importance Tingkat kepuasan konsumen
Cap Bola Performance kopi bubuk SB- CBD berada
Dunia (Sb- Analysis pada kriteria puas dengan
Cbd) di Kota (IPA). nilai73,34 persen.
Bandar
Lampung
10. Suharyon Faktor-Faktor Metode Faktor-faktor kapasitas penyuluh
(2012) Yang stratified pertanian yang mempengaruhi
Mempengaruhi sampling kinerja penyuluh pertanian dalam
Terhadap perubahan perilaku pertanian
adalah kompetensi komunikasi,
Kinerja kompetensi andragogi, kompetensi
Penyuluh mengembangkan kelompok tani,
Dalam kompetensi sosial, kebijakan
Penyampaian penyuluhan pertanian, struktur
Informasi organisasi dan dukungan inovasi.
Teknologi Faktor-faktor tersebut berpengaruh
Pertanian positif pada kinerja penyuluh
pertanian.
34

2.3 Kerangka Pemikiran

Di dalam struktur organisasi penyuluhan, petani anggota kelompok tani

memiliki hubungan fungsional dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

Hubungan ini terlihat dari penyampaian kebijakan pembangunan pertanian

oleh PPL kepada petani, penyampaian inovasi oleh PPL dan umpan balik dari

petani anggota kelompok tani, pemecahan masalah yang dihadapi kelompok

tani, pembinaan PPL dalam perencanaan program kelompok tani.

Kelompok tani yang terdiri dari kumpulan para petani yang bergabung di

dalam kelompok pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf

hidupnya. Kelompok tani dianggap sebagai wadah belajar dan wahana

kerjasama dalam pembinaan petani untuk menyerap informasi dan

mengadopsi inovasi yang berhubungan dengan kegiatan usaha tani mereka,

membentuk kerja sama yang saling menguntungkan yaitu mengatasi

pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah

Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani

dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usahataninya sehingga

mampu menghasilkan produksi yang cukup untuk meningkatkan kualitas

hidupnya.Pada penelitian ini pengkajian faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi kinerja penyuluhmengacupada penelitian Purnomojati (2012),

yaitu (1) umur, (2) tingkat pendidikan,(3) masa kerja, dan (4) ketersediaan

sarana dan prasarana serta (5) status PPL.


35

Faktor yang diduga berhubungan nyata dengan kinerja penyuluh yaitu

karakteristik umur (X1). Menurut Purnomojati semakin tua umur penyuluh

biasanya semakin lemah kinerja yang dihasilkan, sehingga dalam penelitian

ini ingin melihat hubungan faktor umur penyuluh dengan kinerja penyuluh.

Faktor yang kedua yaitutingkat pendidikan (X2).Secara umum pendidikan

akan berpengaruh terhadap cara dan pola fikir seseorang, menurut penelitian

Purnomojati tingkat kinerja pegawai akan sangat tergantung pada faktor

kemampuan pegawai itu sendiri salah satunya adalah tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai kinerja yang tinggi pula,

sehingga dalam penelitian ini ingin melihat hubungan faktor tingkat

pendidikan penyuluh dengan kinerja penyuluh.

Faktor yang ketiga yaitu masa kerja (X3).Menurut Purnomojati semakin

tinggi masa kerja berhubungan dengan pengalaman dan kemampuan,

sehingga semakin tinggi pengalaman dan kemampuan maka kinerjanya

semakin baik, sehingga dalam penelitian ini ingin melihat hubungan faktor

masa kerja penyuluh dengan kinerja penyuluh.

Faktor yang keempat yaitu ketersediaan sarana dan prasarana (X4).Adanya

sarana dan prasarana seperti teknologi pertanian, pelatihan, transportasi,

komputer, OHP dan lain-lain sangat diperlukan penyuluh dalam pelaksanaan

tugasnya, sehingga semakin banyak ketersediaan sarana dan prasarana yang

dimiliki penyuluh diduga akan semakin baik pula kinerja yang dihasilkan,

sehingga dalam penelitian ini ingin melihat hubungan faktor ketersediaan

sarana dan prasarana penyuluh dengan kinerja penyuluh.


36

Faktor yang kelima yaitu status penyuluh pertanian lapangan (X5).Status

penyuluh pertanian lapangan di BP3K Kecamatan Natar terdiri dari tiga

golongan yaitu PNS dan THL dan Swadaya.Sehingga dalam penelitian ini

ingin melihat hubungan faktor status penyuluh penyuluh dengan kinerja

penyuluh.

Selanjutnya untuk melihat kinerja penyuluh (variabel Y) dilihat berdasarkan

Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian menurut Peraturan Mentri

Pertanian Nomor 91 tahun 2013 yaitu :

1. Persiapan Penyuluhan Pertanian

a) Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem

b) Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan RDKK

c) Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan

d) Membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP)

2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

a) Melaksanakan desiminasi/penyebaran materi penyuluhan sesuai

kebutuhan petani

b) Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di wilayah

binaan

c) Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi pasar,

teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan

d) Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dari aspek

kuantitas dan kualitas

e) Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari

aspek kuantitas dan kualitas


37

f) Meningkatnya produktivitas (dibandingkan produktivitas sebelumnya

berlaku untuk semua sub sektor)

3. Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian

a) Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian

b) Membuat laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian

Pada penelitian ini juga akan dilakukan pengujian hubungan kinerja penyuluh

pertanian lapangan dengan tingkat kepuasan petani. Tingkat kepuasan petani

terhadap kinerja penyuluh pertanian lapangan dilihat dari kepuasan petani

terhadap kinerja penyuluh yang telah diterapkan pada petani binaan dari

masing-masing penyuluh, apakah sesuai atau tidak dengan kebutuhan petani,

berbagai pelaksanaan kinerja penyuluh pertanian lapangan dalam melakukan

penyuluhan menurutPeraturan Mentri Pertanian Nomor 91 tahun 2013

(variabel Z) yaitu:

1. Persiapan Penyuluhan Pertanian

a) Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem

b) Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan RDKK

c) Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan

d) Membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP)

2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

a) Melaksanakan desiminasi/penyebaran materi penyuluhan sesuai

kebutuhan petani

b) Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di wilayah

binaan
38

c) Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi pasar,

teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan

d) Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dari aspek

kuantitas dan kualitas

e) Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari

aspek kuantitas dan kualitas

f) Meningkatnya produktivitas (dibandingkan produktivitas sebelumnya

berlaku untuk semua sub sektor)

3. Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian

a) Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian

b) Membuat laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian

Hubungan antara variabel X (faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja

penyuluh pertanian lapangan), variabel Y (kinerja penyuluh pertanian

lapangan), dan variabel Z (tingkat kepuasan petani) disajikan pada gambar 1

berikut ini:
39

Tingkat Ketersediaan Status


Umur Pendidikan Masa Kerja sarana dan PPL
(X1) (X2) (X3) prasarana (X5)
(X4)

Kinerja Penyuluh (Y)

1. Persiapan Penyuluhan Pertanian


2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
3. Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan
Pertanian

Tingkat Kepuasan Petani terhadap kinerja


(Z)

1. Persiapan Penyuluhan Pertanian


2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
3. Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan
Pertanian

Produksi

Harga Jual

Penerimaan

Biaya

Pendapatan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kinerja Penyuluh dan Tingkat Kepuasan Petani


Jagung

Keterangan :
: Dianalisis dengan uji statistik
: Tidak dianalisis dengan uji statistik
40

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga ada hubungan yang nyata antara umur penyuluh pertanian

lapangan dengan kinerja penyuluh pertanian lapangan.

2. Diduga ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan penyuluh

pertanian lapangan dengan kinerja penyuluh pertanian lapang.

3. Diduga ada hubungan yang nyata antara antara masa kerja penyuluh

pertanian lapangan dengan kinerja penyuluh pertanian lapangan.

4. Diduga ada hubungan yang nyata antara ketersediaan sarana dan

prasarana dengan kinerja penyuluh pertanian lapangan..

5. Diduga ada hubungan yang nyata antara status penyuluh pertanian

lapangan dengan indikator kinerja penyuluh pertanian lapangan

6. Diduga ada hubungan yang nyata antara kinerja penyuluh pertanian

lapangan dengan tingkat kepuasan petani jagung.


41

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Balai Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

(BPPP) Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.Pemilihan lokasi

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten

Lampung Selatan merupakan Kabupaten yang memiliki tingkat produksi

jagung tertinggi di provinsi Lampung. Pertimbangan yang lainnya yaitu

Kecamatan Natar merupakan salah satu sentra tanaman pangan yaitu jagung

di Kabupaten Lampung Selatan dimana tingkat produktivitas jagungnya

masih tergolong rendah sebesar 5,11 ton/ha, sedangkan menurut Badan

Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Pusat (2015), produksi

jagung bisa mencapai 10-12 ton/ha. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan

September2017 sampai dengan Januari 2018.

B. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei. Menurut Sukardi

(2007), metode survei merupakan metode yang bertujuan untuk memperoleh

gambaran umum tentang karakteristik populasi yang digambarkan oleh

sampel. Metode ini digunakan karena penelitian ini mengambil sampel dari
42

populasi di daerah penelitian. Pada penelitian ini proses pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer

berupa data yang diambil langsung dari responden dengan instrumen

kuesioner yang telah dibuat sebelumnya melalui wawancara. Data sekunder

diperoleh dari studi literatur, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya

yang berhubungan dengan penelitian ini, serta lembaga/instansi yang terkait

dalam penelitian ini, seperti Balai Pelaksanaan Penyuluhan Petanian (BPPP)

Natar.

C. Popolasi dan Sampel Penelitian

Responden penelitian adalah petani yang membudidayakan tanaman jagung

yang tergabung dalam anggota kelompok tani di BPPPKecamatan Natar.

Pengambilan sampel diambil dari sembilan desa yaitu Desa Sidosari,

Pancasila, Krawang Sari,Negara Ratu, Mandah, Rulung Helok, Rulung Sari,

Purwosari dan Bandarejo. Penentuan desa dan jumlah sampel dilakukan

dengan purposive, dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan desa

yang memiliki potensi tanaman jagung yang cukup tinggi di Kecamatan

Natar. Pemilihan desa juga ditentukan oleh Bapak Haryono selaku kordinator

penyuluh di Kecamatan Natar.

BPPP Kecamatan Natar memiliki 18 orang penyuluh pertanian lapangan,

diambillah 8 orang penyuluh yang membina Sembilan desa yang dipilih

menjadi sampel penelitian. Setiap desa dimbil sampel 2 kelompok tani dan
43

setiap kelompok tani dipilih 3 orang responden sehingga diperoleh 54

responden petani jagung dan 8 penyuluh pertanian sehingga diperoleh total

sampel penelitian sebanyak 62 responden. Penentuan kelompok tani jagung

dan petani jagung menggunakan metode acak sederhana (Simple Random

Sampling) namun dengan ketentuan kelompok tani tersebut harus aktif

mengikuti kegiatan dari BPPP Kecamatan Natar.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif,

Pengukuran kepuasan petani jagung terhadap kinerja penyuluh peranian

lapangan menggunakan pendekatan tradisional (traditional approach)

menurut Rangkuti (2006), yakni petani diminta memberikan penilaian atas

kinerja yang telah dilakukan oleh PPL, misalnya dengan memberikan rating

dari sangat tidak puas sampai sangat puas, dan untuk pengujian hipotesis

menggunakan statistik non parametrik uji Koefisien Korelasi Rank Spearman

dengan rumus sebagai berikut:

6∑
=1−

Keterangan :
rs = Penduga koefisien korelasi.
di = Perbedaan setiap pasangan rank .
N = Jumlah responden.

Bila terdapat rank kembar baik pada variable X maupun pada variabel Y, maka

dilakukan pengujian lanjutan untuk menjaga tingkat signifikasi pengujian

sehingga dibutuhkan faktor koreksi t dengan rumus sebagai berikut :


44

∑ +∑ −∑
=
2 ∑ ∑

= −
12

= −
12


=
12

Keterangan :
∑ = jumlah kuadrat variabel X yang dikoreksi
∑ = jumlah kuadrat variabel Y yang dikoreksi
∑ = jumlah faktor koreksi variabel X
∑ = jumlah faktor koreksi variabel Y
T = faktor koreksi
t = banyaknya observasi berangka sama pada peringkat tertentu
n = jumlah sampel

Kaidah pengambilan keputusan dalam penelitian ini ditentukan dengan bantuan

aplikasi SPSS Versi 16. Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai

berikut :

1. Jika nilai signifikansi ≤ (α) = 0,05 atau (α) = 0,01 maka terima H1, berarti

terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.

2. Jika nilai signifikansi > (α) = 0,05 atau (α) = 0,01 maka tolak H1, berarti

tidak terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap

dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara


45

nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Variabel yang

digunakan dalampenelitian ini adalah variabel bebas (X), variabel terikat (Y)

dan variabel (Z). Variabel (X) yang digunakan berdasarkan penelitian

Purnomojati (2012), yaitu (1) umur , (2) pendidikan, (3) masa kerja, dan (4)

ketersediaan sarana dan prasarana serta (5) status penyuluh. Variabel (Y)

yang digunakan adalah kinerja penyuluh pertanian lapangan menurut

Peraturan Mentri Pertanian Nomor 91 tahun 2013, dan Variabel (Z) yang

digunakan adalah tingkat kepuasan petanijagung dengan penilaian 3indikator

kinerja penyuluh pertanian lapangan menurut Peraturan Mentri Pertanian

Nomor 91 tahun 2013. Definisi operasional variabel-variabel yang akan

diteliti disajikan pada Tabel 6.


46

Tabel 6. Pengukuran variabel X, Y dan Z

Satuan Jumlah Kisaran


Variabel Definisi Operasional Indikator klasifikasi
Pengukuran Pertanyaan Pengukuran
Variabel X
Umur (X1) Umur adalah rentang Umur penyuluh dilihat dari Tahun Satu 34– 57 (53 – 57) = Sangat tua
kehidupan yang diukur masing-masing tahun lahir (48 – 52) = Tua
dengan tahun, yang dihitung penyuluh pertanian (44 – 47) = Muda
sejak seseorang dilahirkan lapangan sampai saat (39 – 43) = Cukup muda
sampai penelitian penelitian (34 – 38) = Sangat muda
dilaksanakan
Tingkat Tingkat pendidikan adalah Pendidikan terakhir yang Ijajah Satu SPMA – >SI Pertanian = Sangat tinggi
Pendidikan jenjang pedidikan yang di tempuh oleh penyuluh Pendidikan Pergurun S1 Pertanian = Tinggi
Diploma Pertanian = Cukup Tinggi
(X2) ditempuh oleh seorang Terakhir Tinggi SPMA = Rendah
penyuluh melalui SD- SMP = Sangat rendah
pendidikan formal
Masa kerja Masa kerja adalah jangka SK Tahun Satu 9 – 30 (25,9 – 30 thn) = Sangat lama
(X3) waktu penyuluh sudah (21,7 – 25,8 thn) = Lama
(17,5 – 21,6 thn) =Cukup lama
bekerja pada suatu instansi (13,3 – 17,4 thn) = Baru
atau lamanya penyuluh (9 – 13,3 thn) = Sangat Baru
bekerja di suatu instansi
yang dihitung sejak pertama
kali bekerja sampai
penelitian dilaksanakan
Ketersediaan Ketersediaan sarana dan - Ketersediaan teknologi Skor Satu 1– 5 (5) = Sangat Memadai
Sarana dan prasarana adalah pertanian, pelatihan, (4) = Memadai
Prasarana (X4) terdapatnya sesuatu alat ketersediaantransportasi, (3) = Kurang Memadai
untuk menunjang atau ketrsediaan komputer (2) = Tidak Memadai
(1) = Sangat Tidak Memadai
membantu dari pekerjaan
seorang penyuluh

46
47

Tabel 6. (Lanjutan)

Satuan Jumlah Kisaran


Variabel Definisi Operasional Indikator Klasifikasi
Pengukuran Pertanyaan Pengukuran
Variabel X
Status PPL (X5) Status penyuluh SK Skor Satu 1–5 (5) = PNS gol ≥ IV A
pertanian lapangan (4) = PNS gol III A – III D
adalah posisi penyuluh (3) = PNS gol < III A
pada pekerjaannya (2) = THL
(1) = Swadaya
Variabel Y
Kinerja Penyuluh Kinerja penyuluh adalah 1) Persiapan Penyuluhan Skor Empat 4– 20 (> 17 – 20) = Sangat baik
Pertanian hasil kerja yang dicapai Pertanian (>14 – 17 ) = Baik
Lapangan oleh seorang penyuluh (>11 – 14 ) = Cukup baik
- Membuat data potensi (>8 – 11 ) = Tidak baik
sesuai dengan wewenang wilayah (4 – 7 ) = Sangat tidak baik
dan tanggung jawab guna
- Memandu
untuk mencapai tujuan
dari instansi terkait
penyusunan RDKK
- Penyusunan programa
penyuluhan
- Membuat (RKTPP)

47
48

Tabel 6. (Lanjutan)

Satuan Jumlah Kisaran


Variabel Definisi Operasional Indikator Klasifikasi
Pengukuran Pertanyaan Pengukuran
2) Pelaksanaan Penyuluhan Skor Enam 6 - 30 (>25,5 – 30 ) = Sangat baik
(>20,4 – 25,2) =Baik
Pertanian (>15,6 – 20,4 ) = Cukup baik
- Melaksanakan (>10,8 – 15,6 ) = Tidak baik
desiminasi materi (6 – 10,8 ) = Sangat tidak baik
- Melaksanakan
penerapan metoda
penyuluhan
- Melakukan
peningkatan kapasitas
petani terhadap akses
informasi
- Menumbuhkan dan
mengembangkan
kelembagaan petani
- Menumbuhkan dan
mengembangkan
kelembagaan ekonomi
petani
- Meningkatnya
produktivitas

48
49

Tabel 6. Lanjutan

Satuan Jumlah Kisaran


Variabel Definisi Operasional Indikator Klasifikasi
Pengukuran Pertanyaan Pengukuran
3) Evaluasi dan Pelaporan Skor Dua 2 - 10 (>8,4 – 10 ) = Sangatbaik
Penyuluhan Pertanian (>6,8 – 8,4 ) = Baik
(>5,2 – 6,8) = Cuku,p baik
- Melakukan evaluasi (>3,6 – 5,2) = Tidak baik
pelaksanaan (2 – 3,6 ) = Sangat tidak baik
penyuluhan pertanian
- Membuat laporan
pelaksanaan
penyuluhan pertanian

49
50

Tabel 6. Lanjutan

Variabel Z
Satuan Jumlah Kisaran
Variabel Definisi Operasional Indikator Klasifikasi
Pengukuran Pertanyaan Pengukuran
Tingkat kepuasan Tingkat kepuasan petani 1) Persiapan Penyuluhan Skor Empat 4– 20 (> 17 – 20) = Sangat puas
petani adalah perasaan senang Pertanian (>14 – 17 ) = Puas
petani terhadap hasil dari (>11 – 14 ) = Cukup puas
- Membuat data (>8 – 11 ) = Tidak puas
kinerja penyuluh yang potensi wilayah (4 – 7 ) = Sangat tidak puas
sesuai dengan kebutuhan
- Memandu
petani
penyusunan RDKK
- Penyusunan
programa penyuluhan
- Membuat (RKTPP)

2) Pelaksanaan Skor Enam 6 – 30 (>25,5 – 30 ) = Sangat puas


(>20,4 – 25,2) =Puas
Penyuluhan Pertanian (>15,6 – 20,4 ) = Cukup puas
- Melaksanakan (>10,8 – 15,6 ) = Tidak puas
desiminasi materi (6 – 10,8 ) = Sangat tidak pus
- Melaksanakan
penerapan metoda
penyuluhan
- Melakukan
peningkatan kapasitas
petani terhadap akses
informasi

50
51

Tabel 6.Lanjutan

Satuan Jumlah Kisaran


Variabel Definisi Operasional Indikator Klasifikasi
Pengukuran Pertanyaan Pengukuran
- Menumbuhkan dan
mengembangkan
kelembagaan petani
- Menumbuhkan dan
mengembangkan
kelembagaan
ekonomi petani
- Meningkatnya
produktivitas

3) Evaluasi dan Pelaporan Skor Dua 2 – 10 (>8,4 – 10 ) = Sangat puas


Penyuluhan Pertanian (>6,8 – 8,4 ) = Puas
(>5,2 – 6,8) = Cukup puas
- Melakukan evaluasi
(>3,6 – 5,2) = Tidak puas
pelaksanaan (2 – 3,6 ) = Sangat tidak puas
penyuluhan pertanian
- Membuat laporan
pelaksanaan
penyuluhan pertanian

51
52

Data ordinal yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya akan diubah menjadi

data interval dengan bantuan MSI (Method Successive Interval). Klasifikasi data

lapang dirumuskan berdasarkan rumus Sturges (Dajan, 1996) dengan rumus :


=

Keterangan :
Z = Lebar selang kelas / kategori
X = Nilai skor tertinggi
Y = Nilai skor terendah
K = Banyaknya kelas kategori
104

V. KESIMPULAN

A. Kesimpilan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan dapat diambil kesimpulan

1. Tingkat rata-rata produktivitas usahatani petani jagung di Kecamatan

Natar yaitu 6,49 ton/ha (jagung yang sudah di pipil).Produktivitas jagung

di Kecamatan Natar tersebut masih tergolong rendah karena menurut

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian

Pertanian (2015), tingkat produktivitas jagung hibrida dapat mencapai 10-

12 ton/ha.

2. Kinerja penyuluh pertanian lapangan di Kecamatan Natar tergolong

baik.Pada persiapan penyuluhan masuk dalam klasifikasi baik,

pelaksanaan penyuluhan masuk dalam klasifikasi baik, dan evaluasi dan

pelaporan masuk dalam klasifikasi baik. Penyuluh cukup rutin melakukan

kunjungan ke kelompok tani, membantu petani dalam pemecahan masalah

dan memberikan penyuluhan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

petani.

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja penyuluh pertanian

lapangan pada penelitian ini adalah Umur PPL, Masa Kerja PPL, dan

Ketersediaan Sarana dan Prasarana (gedung, laptop, lcd, kendaraan dll)


105

4. Tingkat kepuasan petani jagung terhadapa kinerja penyuluh pertanian

lapangan di Kecamatan Natar tergolong cukup puas. Pada persiapan

penyuluhan masuk dalam klasifikasi cukup puas, pelaksanaan penyuluhan

masuk dalam klasifikasi cukup puas, dan evaluasi dan pelaporan masuk

dalam klasifikasi cukup puas. PPL sudah memberikan penyuluhan yang

cukup sesuai dengan apa yang diharapkan oleh petani.

5. Tingkat kinerja penyuluh pertanian lapangan memiliki hubungan dengan

tingkat kepuasan petani jagung di Kecamatan Natar, semakin tinggi

tingkat kinerja PPL maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan petani

jagung terhadap kinerja PPL.

B. Saran

1. Balai Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian (BPPP) Kecamatan Natar

sebaiknya dalam pembagian wilayah kerja penyuluh pertanian lapangan

perlu lebih dipertimbangkan kembali, PPL yang berjenis kelamin

perempuan sebaiknya dilokasiakan wilayah kerja yang dekat dengan jalan

raya guna mempermudah PPL untuk menuju wilayah kerja mereka.

2. Rendahnya produktivitas jagung di daerah penelitian jika dibandingkan

dengan produktivitas potensial per hektar yang dapat diperoleh petani

sebaiknya petani menerapkan pengkombinasian sarana produksi secara

tepat sehingga mampu meningkatkan produktivitas, sehingga pendapatan

yang diterima petani juga meningkat.


106

DAFTAR PUSTAKA

Adiguna Gadung. 2015. “Analisis Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Kopi


Bubuk Sinar Baru Cap Bola Dunia (Sb-Cbd) Di Kota Bandar Lampung”.
JIIA.Volume 3 No. 4, Oktober 2015.

Adisarwanto, T. dan Yustina E.W. 2002.Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan


Kering, Sawah, dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Amron & Taufik Imran. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh


Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja pada Outlet Telekomunikasi Seluler
Kota Makasar.JurnalSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nobel Indonesia.

Dajan, Anton. 1996, Pengantar Metode Statistik, Jilid Kedua, LP3ES, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2016. Data Produksi Jagung tingkat provinsi. Badan Pusat
Statistik Indonesia. Indonesia

_________________. 2014. Lampung Dalam Angka (LDA. Bada Pusat Statistik


Provinsi Lampung. Lampung.

_________________. 2016. Lampung Selatan Dalam Angka (LSDA). Badan


Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan. Lampung Selatan.

Bekti Wahyu Utami, SP. MSi, Emi Widiyanti, SP. MSi, Agung Wibowo, SP.
MSi. 2008. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (Ppl) Dalam Pengembangan
Beras Organik Menuju Terwujudnya Kabupaten Sragen Sebagai Sentra
Beras Organik. Jurnal penyuluhan, Agritexts No 24 Desember, 2008

Departemen Peranian. 2015. Pelatihan Teknis Budidaya Jagung Bagi Penyuluh


Pertanian Dan Babinsa. Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sdm
Pertanian Pusat Pelatihan Pertanian 2015, Jakarta

__________________ 2009.Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Modul


Pembekalan Bagi THL-TB Penyuluh Pertanian 2009. Departemen Pertanian
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Jakarta

__________________. 2009. Manajemen Agribisnis Modul Pembekalan Bagi


THL-TB Penyuluh Pertanian 2009. Departemen Pertanian Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Jakarta
107

__________________. 2009. Pemberdayaan Kelompok Tani dan Gapoktan.


Modul Pembekalan Bagi THL-TB Penyuluh Pertanian 2009. Departemen
Pertanian Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Jakarta

__________________. 2009. Kebijakan Pembangunan Pertanian. Modul


Pembekalan Bagi THL-TB Penyuluh Pertanian 2009. Departemen Pertanian
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Jakarta
__________________. 2009. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Modul
Pembekalan Bagi THL-TB Penyuluh Pertanian 2009. Departemen Pertanian
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Jakarta

__________________. Undang undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2006


tentang Sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan
kehutanan.http//deptan.go.id. [10 November 2016]

Dini Bayu Subagio .2010. Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Kinerja Pelayanan
Penyuluh Pertanian di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten
Bogor Barat.(Skripsi).Bogor. Institut Pertanian Bogor, Program S1.

Effendi, irwan. 2005. Dasar-dasar Penyuluh Pertanian. Universitas Lampung.


Bandar Lampung

Fandy Tjiptono (2004), Manajemen Pemasaran Jasa, Yogyakarta: Andi Offset

Ika Listiawati. 2010. Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Kinerja


Penyuluh Lapang Di Bp3k Wilayah Ciawi Kabupaten
Bogor.(Skripsi).Bogor. Institut Pertanian Bogor, Program S1.

Jahi, A. Dan Leilani, A. 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa Kabupaten


Provinsi Jawa Barat, Jurnal Penyuluhan, 2 (2).

Kartasapoetra, A.G. 2001. Penyuluhan Teknologi Pertanian. Bina Aksara, Jakarta

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid Satu. Teguh, Hendra
et al, Penerjemah. Indeks, Jakarta. Terjemahan dari: Marketing
Management, 10 Th Edition

_______ 2004. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid Dua. Teguh, Hendra
et al, Penerjemah. Indeks, Jakarta. Terjemahan dari: Marketing
Management, 10 Th Edition

Ikbal Bahua, Amri Jahi, Pang S. Asngari, Amiruddin Saleh dan I Gusti Putu
Purnaba. 2010. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh
Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku Petani Jagung Di Provinsi
Gorontalo”. .Jurnal Ilmiah Agropolitan. Volume 3 Nomor 1 April 2010.
108

Mardikanto, T. 1998. Dalam Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluh Pertanian.


Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Muhammad Nashruddin. 2016. Tingkat Kepuasan Petani TerhadapKinerja


Penyuluhan Pertanian di Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten
Lombok Timur. Jurnal GaneÇ Swara, Vol. 10 No.2 September 2016

Naning Wijayanti, DB. Paranoan, Rita Kalalinggi. 2015. Analisis Tingkat


Kepuasan Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (Ppl) Di
Kabupaten Kutai Timur. eJournal Administrative Reform, 2015, 3 (2): 263-
275
Peraturan mentri pertanian. 2013. Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian
nomer 91 tahun 2013. Peraturan Mentri Pertanian Nomor
91/Permentan/OT.140/2013.

Purnomojati Anggorosetyo. 2012. Faktor-faktor yang Mempengeruhi Kinerja


Penyuluh Dalam Pemanfaaatan Cyber Extention di Kabupaten Bogor.
Tesis. Program Pascasarjana UNS. Surakarta

Rangkuti, F. 2006. Measuring Costumer Satisfaction. Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta

Renfinasari, Fensi. 2012. Pengaruh Kemampuan Kerja dan Kepuasan Kerja


Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Badan Pelaksana
Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka Selatan, Tesis pada
Program Pascasarjana Universitas Terbuka Pangkal Pinang.

Sahroni, R. 1998. Budidaya Jagung Manis. Manajemen Kelompok Tani Jagung


Manis (KTJM). Koperasi KTJM Bogor. Bogor.

Sapar, Amri Jahi, Pang S. Asngari, Amiruddin Saleh, dan I G. Putu Purnaba.
2011. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kinerja Penyuluh Pertanian
Dan Dampaknya Pada Kompetensi Petani Kakao Di Empat Wilayah
Sulawesi Selatan”. Forum Pascasarjana. Vol. 34 No. 4 Oktober 2011:297-
305.

Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta.


Gramedia

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan kesembilan.Bandung :


Alfabeta

Suharyon, Mukhlis, dan Pera Nurfathiyah. 2012. “Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Terhadap Kinerja Penyuluh Dalam Penyampaian Informasi
Teknologi Pertanian”. Jurnal Penyuluhan. Juli 2012.

Suhardiyono, L. 1989. Penyuluhan. Jakarta. Erlangga


109

Sumardi. 2005. Metode Penyuluhan Pertanian (materi dalam diklat dasar-dasar


fungsional penyuluh).

Suprapto, H. S. dan A. R. Marzuki, 2005.Bertanam Jagung. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Van Den Ben, A.W dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta.
Kanisius

Yusri, A 1999. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Petani Terhadap


Kredibilitas Penyuluh Pertanian (tesis). Program pasca sarjana.Institut
Pertanian Bogor.

You might also like