You are on page 1of 69

ANALISIS KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI RUMAH TANGGA

PETANI SEKITAR TAHURA WAN ABDUL RACHMAN (WAR) DALAM


MENCAPAI KETAHANAN PANGAN
(Kasus di Desa Kebagusan Kecamatan Gedong Tataan)

(Skripsi)

Oleh

Nanda Nur Rohmah

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT

FOOD SECURITY ANALYSIS AND STRATEGY OF FARMERS’


HOUSEHOLD AROUND TAHURA WAN ABDUL RACHMAN (WAR) IN
ACHIEVING FOOD SECURITY
(Case in Kebagusan Village, Gedong Tataan District)

By

Nanda Nur Rohmah

The research goals were to determine the level of food security, strategy of
farmers’ household around Tahura WAR in achieving food security, farmers
household dependence on Tahura WAR, then to knows relationship between
income and household expenditure and the level of energy consumption. This
research conducted in Kebagusan Village, Gedong Tataan Subdistrict with 76
farmers around the tahura WAR, which utilized the tahura and joined in the
farmer group. The data analyzed quantitatively, qualitatively descriptive, and
statistically. The first goal analysis was cross-classification between the share of
food expenditure and household energy consumption level. The second goal
analysis by described what farmers do to obtain food. The third goal analysis
measured the value of income contribution from Tahura WAR and other toward
total income, and the fourth analysis used the Pearson Product Moment
correlation. The results showed that farmers households who achieved the level
of food security as withstand was 17.11%, as vulnerable was 26.32%, as less was
34.21%, and food insecurity was 22.37%. Farmers use available resources to
obtain additional income and fulfilled the food needs. Farmers households around
Tahura WAR have a dependency on Tahura WAR which is indicated by the
amount of income contribution from Tahura was 62.51%. The Income has a
negative relationship with food expenditure, but a positive relationship to non
food expenditure. The income does not have a real relationship with the level of
energy consumption.

Key words: Dependence, Food security, Tahura WAR.


ABSTRAK

ANALISIS KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI RUMAH TANGGA


PETANI SEKITAR TAHURA WAN ABDUL RACHMAN (WAR) DALAM
MENCAPAI KETAHANAN PANGAN
(Kasus Desa Kebagusan, Kecamatan Gedong Tataan)

Oleh

Nanda Nur Rohmah

Tujuan penelitian adalah untuk menentukan tingkat ketahanan pangan, strategi


rumah tangga petani sekitar Tahura WAR dalam mencapai ketahanan pangan,
besarnya ketergantungan terhadap Tahura WAR, serta hubungan antara
pendapatan dengan pengeluaran rumah tangga dan tingkat kecukupan energi.
Penelitian ini dilakukan di Desa Kebagusan Kecamatan Gedong Tataan yang
melibatkan 76 petani sekitar tahura WAR yang mamanfaatkan Tahura WAR dan
tergabung dalam kelompok tani. Data di analisis secara kuantitafif, deskriptif
kualitatif, dan statistik. Analisis tujuan pertama menggunakan klasifikasi silang
antara pangsa pengeluaran pangan dan tingkat kecukupan energi rumah tangga.
Analisis tujuan kedua dengan mendeskripsikan sumberdaya yang dimiliki dan hal
yang dilakukan petani untuk memperoleh pangan. Analisis tujuan ketiga
dilakukan dengan mengukur besarnya sumbangan pendapatan dari tahura terhadap
pendapatan total rumah tangga, serta tujuan keempat dianalisis dengan korelasi
Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga
petani yang tahan pangan sebesar 17,11%, rentan pangan 26,32%, kurang pangan
34,21%, dan rawan pangan 22,37%. Petani menggunakan sumberdaya yang
tersedia agar memperoleh pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan
pangan.. Petani sekitar Tahura WAR memiliki ketergantungan terhadap Tahura
WAR yang ditunjukan dengan besarnya sumbangan pendapatan dari tahura
sebesar 62,51%. Pendapatan memiliki hubungan negatif dengan pengeluaran
pangan, namun memiliki hubungan positif dengan pengeluaran nonpangan.
Pendapatan dengan dengan tingkat kecukupan energi. tidak memiliki hubungan
nyata.

Kata Kunci: Ketahanan pangan, Ketergantungan, Tahura WAR.


ANALISIS KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI RUMAH TANGGA
PETANI SEKITAR TAHURA WAN ABDUL RACHMAN (WAR) DALAM
MENCAPAI KETAHANAN PANGAN
(Kasus di Desa Kebagusan Kecamatan Gedong Tataan)

(Skripsi)

Oleh

Nanda Nur Rohmah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Daya Murni, Kecamatan

Tumijajar, Tulang Bawang Barat pada tanggal 20

Oktober 1996 dari pasangan Bapak Mashadi dan Ibu

Anis Rovico. Penulis adalah anak pertama dari dua

bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman

Kanak-Kanak di TK 02 Yapindo pada tahun 2002,

pendidikan Sekolah Dasar di SDS 02 Yapindo tahun 2008, pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMPN 01 Tumijajar pada tahun 2011, pendidikan Sekolah

Menengah Atas di SMA Sugar Group pada tahun 2014. Penulis diterima di

Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis pada tahun 2014

melalui jalur SBMPTN.

Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah

Pengantar Ilmu Ekonomi pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dan

2017/2018, mata kuliah Ekonomi Makro pada semester ganjil tahun ajaran

2016/2017, mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Proyek pada semester ganjil

tahun ajaran 2017/2018, serta asisten mata kuliah Praktik Pengenalan Pertanian

pada semester genap tahun ajaran 2017/2018.


Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa

Agribisnis Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) sebagai anggota bidang

akademik dan profesi mulai periode 2015/2016 sampai saat ini dan juga pernah

aktif sebagai anggota tutor Forum Ilmiah Mahasiswa (FILMA) tingkat Fakultas

Pertanian Universitas Lampung tahun ajaran 2015/2016. Pada tahun 2017 penulis

melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik selama 40 hari di Desa Sri

Basuki, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah. Pada tahun yang

sama, penulis melakukan Praktik Umum (PU) selama 30 hari kerja efektif di PT

Nakau, Lampung Utara.


SANWACANA

Bismillahirrahmaanirrohiim

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, atas segala nikmat dan perlindungan-Nya yang telah diberikan

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti. Skripsi ini merupakan hasil tertulis

dari kegiatan penelitian yang telah penulis lakukan sejak bulan Februari sampai

Agustus 2018 di Desa Kebagusan, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

Pesawaran.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Ketahanan Pangan

dan Strategi Rumah Tangga Petani Sekitar Tahura Wan Abdul Rachman

(WAR) dalam Mencapai Ketahanan Pangan, Kasus di Desa Kebagusan,

Kecamatan Gedong Tataan” ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, akan tetapi

berkat bimbingan, doa, motivasi, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang tulus

kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung atas saran dan nasihat yang diberikan.


2. Ibu Dr. Ir. Fembriarty Erry Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas nasihat dan motivasi yang telah

diberikan.

3. Bapak Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama,

terima kasih atas segala kesabaran dalam membimbing, memberi pengarahan,

memberikan masukan dan saran selama proses penyelesaian skripsi.

4. Ibu Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A., selaku Dosen Pembimbing Kedua, terima

kasih atas segala kesabaran dalam membimbing, memberi pengarahan,

memberikan masukan dan saran selama proses penyelesaian skripsi.

5. Ibu Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc., selaku Dosen Pembahas Skripsi yang

telah memberikan saran dan arahan untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Dosen Pembimbring

Akademik atas segala bimbingan dan arah selama menjalani perkuliahan.

7. Ibu Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc., selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas arahan serta nasihat yang

diberikan.

8. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis yang telah memberikan semua ilmu kepada

penulis dan membantu selama perkuliahan, serta karyawan (Mbak Iin, Mbak

Ayi, Mbak Tunjung, Mas Boim, Mas Bo) yang telah memberikan bantuan

selama ini.

9. Keluarga penulis, Ayahanda tercinta Mashadi dan Ibunda tercinta Anis

Rovico, serta adik tersayang Aulya Diannisa yang telah memberikan do’a,

kasih sayang, motivasi, dukungan moral dan finansial sampai menyelesaikan

proses perkuliahan ini.


10. Sahabat dan teman tercinta Bella, Measi, Nadia A, Nurul F, Oktarina, Olpa,

Rana, Ristiana, , Widi, Selvia, Peggi, Putri C, Rendi, Reza, Rifai, Mustopa,

Faiq, Oka, Nate, Fira, Novia C, Othi, Fika, Oktin, Neni, Novia S, Magdalena,

Devira, Dayu, Kiki, Laras, Asih, SG Squad (Novilia, Vindi, Enin, Resti,

Dicky) dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

menemani, memberikan senyum, semangat, motivasi, dan saran selama proses

perkuliahan sampai penyelesaian skripsi.

11. Sebimbingan Bapak Zainal dan Ibu Ktut atas kebersamaan selama ini.

12. Keluarga Agribisnis angkatan 2014 khususnnya agribisnis kelas C yang telah

memberikan bantuan dan saran selama proses perkuliahan sampai skripsi.

13. Bapak Tohir selaku Lurah Desa Kebagusan dan Bapak Wahyudi sekeluarga,

serta seluruh warga Desa Kebagusan khususnya Dusun Triharjo yang telah

membantu selama proses turun lapang skripsi.

14. Teman-teman KKN (Naay, Nadya S, Taufik, Bang Fredi, Adel, Malik) atas

doa dan dukungan selama ini.

15. Keluarga besar HIMASEPERTA.

16. Kakak dan Adik tingkat Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian.

17. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu

yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua, Amin.

Bandar Lampung, 22 Oktober 2018.

Nanda Nur Rohmah


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI……………………………………………………………..... i
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR.. vii
.........................................................................
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………... 5
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 7
D. Manfaat Penelitian……………………………………………….. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 8


A. Ketahanan Pangan (KP)…………………………………………. 8
B. Ketahanan Pangan Rumah Tangga..…………………………….. 10
C. Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan……………………....... 12
D. Tahura Wan Abdul Rachman (WAR)…………………………… 16
E. Masyarakat Sekitar Hutan ………………………………………. 17
F. Kajian Penelitian Terdahulu……………………………………... 18
G. Kerangka Pemikiran……………………………………………... 21
H. Hipotesis…………………………………………………………. 25

III. METODOLOGI PENELITIAN 26


A. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data……………………… 26
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional………………………..... 27
1. Konsep dasar………………………………………………….. 27
2. Batasan operasional…………………………………………... 29
C. Lokasi Penelitian, Sampel, dan Waktu Penelitian………………. 31
D. Analisis Data…………………………………………………….. 32
1. Analisis Tujuan ke-1………………………………………….. 32
2. Analisis Tujuan ke-2………………………………………….. 34
3. Analisis Tujuan ke-3………………………………………….. 36
4. Analisis Tujuan ke-4………………………………………….. 37

i
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kecamatan Gedong Tataan…………………... 38
1. Keadaan Geografis…...……………………………………….. 38
2. Keadaan Iklim………………………………………………… 39
3. Keadaan Demografi…………………………………………… 39
B. Gambaran Umum Desa Kebagusan……………………………... 39
1. Keadaan Geografis……………………………………………. 39
2. Topografi Desa Kebagusan…………………………………… 40
3. Keadaan Demografi…………………………………………… 41
4. Keadaan Umum Pertanian…………………………………….. 41
5. Potensi Desa Kebagusan……………………………………… 42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44


A. Keadaan Umum Petani…………………………………………... 44
B. Ketersediaan, Distribusi, dan Konsumsi Pangan Rumah Tangga.. 51
C. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Sekitar
Tahura WAR di Desa Kebagusan…..…………………............... 56
D. Strategi Rumah Tangga Petani dalam Mencapai Ketahanan
Pangan…………………………………………………………… 76
E. Ketergantungan Rumah Tangga Petani sekitar Tahura WAR
terhadap Tahura WAR di Desa Kebagusan……………………… 79
F. Hubungan Pendapatan dengan Proporsi pengeluaran Rumah
Tangga dan Tingkat kecukupan energi Rumah Tangga Petani
Sekitar Tahura WAR…………………………………………….. 85

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 90


1. Kesimpulan………………………………………………………. 90
2. Saran……………………………………………………………... 91

DAFTAR PUSTAKA 93
LAMPIRAN 100

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luasan lahan pertanian di Desa Kebagusan tahun 2016……...…........... 3

2. Tingkat ketahanan rumah tangga………………………………………. 11

3. Batasan operasional penelitian………………………………………….. 29

4. Klasifikasi koefisien pearson……………………………………........... 37

5. Sebaran petani menurut umur dan tingkat pendidikan di Desa


Kebagusan tahun 2018………………………………………………….. 45

6. Sebaran petani berdasarkan pekerjaan utama dan jumlah tanggungan


keluarga di Desa Kebagusan tahun 2018……………………………….. 47

7. Luas (ha) dan status kepemilikan lahan rumah tangga sekitar Tahura
WAR di Desa Kebagusan tahun 2018…………………………………... 50

8. Kategori stabilitas ketersediaan pangan rumah tangga petani sekitar


Tahura WAR di Desa Kebagusan tahun 2018…………………………... 53

9. Pengeluaran pangan dan nonpangan rumah tangga petani sekitar Tahura


Wan Abdul Rachman di Desa Kebagusan tahun 2018………………….. 59

10. Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani Tahura WAR di Desa
Kebagusan tahun 2018………………………………………………….. 66

11. Tabulasi silang antara tingkat pendapatan dan pangsa pengeluaran


pangan……………………………………………………...................... 68

12. Garis kemiskinan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di Desa
Kebagusan………………………………………………………………. 68

13. Tingkat kecukupan energi rumah tangga petani Tahura WAR tahun
2018…………………………………………………………………...... 70

iii
14. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di
Desa Kebagusan tahun 2018……………………………………………. 72

15. Tabulasi silang tingkat kemiskinan dan ketahanan pangan…………..... 73

16. Jumlah penggunaan sumberdaya oleh rumah tangga petani sekitar


Tahura WAR tahun 2018……………………………………………….. 77

17. Sebaran petani berdasarkan lama waktu petani Tahura WAR


menggunakan kawasan hutan untuk melakukan kegiatan usahatani di
Desa Kebagusan tahun 2018……………………………………………. 80

18. Data pendapatan rata-rata petani petani kawasan Tahura WAR di Desa
Kebagusan tahun 2018………………………………………………….. 82

19. Hasil analisis hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran


pangan dan nonpangan, serta tingkat kecukupan energi rumah tangga
petani sekitar Rahura WAR di Desa Kebagusan tahun 2018…………… 86

20. Identitas rumah tangga petani sekitar Tahura Wan Abdul Rachman di
Desa Kebagusan tahun 2018……………………………………………. 100

21. Luasan dan jenis lahan rumah tangga petani Tahura WAR di Desa
Kebagusan tahun 2018………………………………………………….. 104

22. Pengeluaran pangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di Desa
Kebagusan tahun 2018 (Rp/bulan)……………………………………… 106

23. Pengeluaran nonpangan rumah tangga petani Tahura WAR di Desa


Kebagusan tahun 2018 (Rp/bulan)……………………………………… 110

24. Pangsa pengeluaran pangan dan nonpangan rumah tangga petani sekitar
Tahura WAR di Desa Kebagusan tahun 2018…………………... 114

25. Pengelompokan pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani


sekitar Tahura WAR…………………………………………………….. 115

26. Konsumsi energi dan tingkat kecukupan energi (TKE) rumah tangga
petani sekitar Tahura WAR di Desa Kebagusan tahun 2018…………… 116

27. Pengelompokan tingkat kecukupan energi rumah tangga petani sekitar


Tahura WAR…..………………………………………………………... 117

28. Strategi untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga petani sekitar
Tahura WAR di Desa Kebagusan tahun 2018…………………………... 118

29. Sebaran rumah tangga berdasarkan sumber pendapatan utama………… 123

iv
30. Sebaran rumah tangga berdasarkan status kepemilikan lahan………….. 124

31. Sebaran rumah tangga berdasarkan jenis sumberdaya yang dimiliki…… 124

32. Sumbangan pendapatan rumah tangga dari kawasan hutan dan non
hutan di Desa Kebagusan tahun 2018………………………………….. 125

33. Sumbangan pendapatan rumah tangga dari kawasan hutan dan non
hutan terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga petani sekitar Tahura
WAR di Desa Kebagusan tahun 2018………………………………….. 128

34. Ketersediaan pangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di Desa
Kebagusan………………………………………………….................... 129

35. Sebaran kepemilikan cadangan pangan rumah tangga petani sekitar


Tahura WAR di Desa Kebagusan tahun 2018…………………………... 132

36. Kategori stabilitas ketersediaan pangan rumah tangga petani sekitar


Tahura WAR di Desa Kebagusan tahun 2018…………………………... 132

37. Distribusi pangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di Desa
Kebagusan………………………………………………………………. 133

38. Ketersediaan bahan pangan di warung desa berdasarkan pendapat


rumah tangga petani sekitar Tahura WAR……………………………… 138

39. Harga bahan pangan menurut rumah tangga petani sekitar Tahura
WAR…………………………………………………………………….. 138

40. Sebaran rumah tangga petani sekitar Tahura WAR berdasarkan cara
penjualan hasil pertanian………………………………………………... 138

41. Konsumsi pangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di Desa
Kebagusan………………………………………………….................... 139

42. Sebaran rumah tangga petani sekitar Tahura WAR berdasarkan


kecukupan volume makan dalam 1 kali makan………………………… 142

43. Sebaran rumah tangga petani sekitar Tahura WAR berdasarkan usaha
pangan lokal……………………………………………………………... 142

44. Ketahanan pangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di Desa
Kebagusan………………………………………………….................... 143

45. Tabulasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan tingkat


kecukupan energi rumah tangga petani sekitar tahura WAR di Desa
Kebagusan…............................................................................................ 144

v
46. Ketahanan pangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR saat rokok
di masukan dalam pengeluaran pangan…………………………………. 145

47. Tabulasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan tingkat


kecukupan energi rumah tangga………………………………………… 146

48. Garis kemiskinan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di Desa
Kebagusan tahun 2018…………...……………………………………... 147

49. Garis kemiskinan berdasarkan pengeluaran perkapita rumah tangga


petani sekitar Tahura WAR di Desa Kebagusan………………………... 150

50. Tabulasi silang antara kemiskinan dan tingkat ketahanan pangan.......... 150

51. Penggolongan pendapatan dengan pangsa pengeluaran pangan…........... 151

52. Tabulasi silang antara pendapatan dengan pangsa pengeluaran pangan... 152

53. Data analisis korelasi pendapatan dengan pangsa pengeluaran pangan… 153

54. Hasil uji korelasi antara pendapatan dengan pangsa pengeluaran


pangan…………………………………………………………………... 155

55. Data analisis korelasi pendapatan dengan pangsa pengeluaran


nonpangan………………………………………………………………. 156

56. Hasil uji korelasi antara pendapatan dengan pangsa pengeluaran


nonpangan………………………………………………………............ 158

57. Data analisis korelasi pendapatan dengan tingkat kecukupan


energi……………………………………………………………………. 159

58. Hasil uji korelasi antara pendapatan dengan tingkat kecukupan energi… 161

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian………………………………………….. 24

2. Penggunaan lahan di Desa Kebagusan………………………………….. 41

3. Sebaran jenis pekerjaan sampingan yang dimiliki rumah tangga petani


sekitar Tahura WAR tahun 2018………………………………………... 49

4. Tanaman dan jumlah petani Tahura WAR yang memanfaatkan hasil


hutan Tahura WAR di Desa Kebagusan tahun 2018……………………. 81

vii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketahanan pangan menjadi salah satu paradigma yang digunakan untuk

merespon isu-isu terkait pangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan

dijadikannya ketahanan pangan sebagai salah satu fokus kebijaksanaan

pembangunan pertanian nasional 2015-2019 terutama untuk komoditas padi,

jagung, kedelai, tebu, sapi, cabai dan bawang merah.

The Economist Intelligence Unit (EIU) (2017) menyebutkan Indonesia

menduduki posisi 21 dari 133 negara dengan indeks pangan sebesar 50,77%.

Peringkat Indonesia tersebut naik sangat signifikan dibandingkan dengan

posisi tahun lalu, yaitu peringkat 71. Akan tetapi, data BPS (2015)

menunjukan penduduk pedesaan Indonesia yang tahan pangan baru mencapai

23,39 persen.

Menurut Indriani (2015), adanya persediaan pangan yang cukup di tingkat

nasional atau regional tidak menjamin adanya ketahanan pangan di tingkat

individu atau rumah tangga. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh tingkat

kesejahteraan yang masih rendah dan meningkatnya kasus-kasus kurang gizi

dan rawan pangan sejak terjadinya krisis ekonomi. Oleh karena itu, tingkat
2

kesejahteraan dan akses individu dalam menjangkau kebutuhan pangan

merupakan faktor ketahanan pangan di tingkat individu yang saling terkait.

Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem

penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan

tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan iklim mikro, penghasil udara

bersih, menjaga siklus makanan dan pusat pengawetan keanekaragaman

hayati bagi masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran.

Menurut Kurniawan dalam Prasetya 2013, kawasan Tahura Wan Abdul

Rachman dimanfaatkan oleh masyarakat desa sebagai mata pencaharian baik

dari sektor pertanian, sektor kehutanan dan sektor non pertanian (buruh,

berdagang, tukang kayu, tukang batu, tukang ojek, dan wiraswasta). Keadaan

ini menunjukan bahwa usaha di bidang pertanian dengan menfaatkan potensi

hutan di Tahura sebagai salah satu upaya untuk menjamin keperluan hidup

keluarga.

Seluas 21.949,31 ha atau sekitar 90% kawasan Tahura masuk ke dalam

wilayah Kabupaten pesawaran. Kecamatan Gedong Tataan berada di wilayah

Kabupaten Pesawaran yang sebagian besar wilayahnya mencakup Taman

Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Sejumlah 8.854 kepala keluarga di

Gedong Tataan tinggal di sekitar kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.

Desa Kebagusan adalah Desa di Kecamatan Gedong Tataan yang memiliki

lahan pertanian terluas yaitu 846 ha. 771 ha merupakan kawasan hutan rakyat

yang juga paling luas dibanding desa lainnya sehingga mendorong

masyarakatnya untuk lebih banyak mengandalkan kawasan hutan tersebut.


3

Sebagian besar rumah tangga di Desa Kebagusan berusaha memenuhi

kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan pangan dari hasil memanfaatkan

kawasan hutan untuk melakukan kegiatan usahatani atau bidang lain. Hal

tersebut menunjukan adanya ketergantungan rumah tangga di Desa

Kebagusan dengan kawasan hutan dalam memenuhi kebutuhannya terutama

pangan karena pangan adalah kebutuhan dasar manusia.

Jenis tanaman yang ditanam di hutan rakyat terdiri dari jenis tanaman kayu dan

MPTS (Multi Purpose Tree Species), jenis-jenis tanaman kayu yaitu seperti

mahoni, sengon, pala, afrika, sungkai, suren, jati, dan sebagainya. Tanaman-

tanaman tersebut tidak tergolong tanaman pangan. Bedasarkan hasil survei

awal, petani di Desa Kebagusan mayoritas tidak menaman tanaman pangan

pokok seperti padi, jagung, singkong, ubi jalar melaikan menanam tanaman

pekerbunan seperti karet, kakao, dan kemiri. Secara rinci luasan lahan

pertanian di Desa Kebagusan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luasan lahan pertanian di Desa Kebagusan tahun 2016

No Keterangan Luasan (ha)


1 Pangan:
Padi 95,00
Jagung 0,00
Kedelai 0,00
Kacang-kacangan 0,00
Ubi kayu 0,00
Ubi jalar 0,00
2 Nonpangan:
Karet 26,85
Kakao 75,49
Tembakau 0,00
Lainnya 648,66
Total 846,00
Sumber: Kecamatan Gedong Tataan dalam angka 2017.
4

Tabel 1 menunjukan dari keseluruhan areal pertanian (846 ha) hanya 95 ha

atau sekitar 11,23 persen yang digunakan untuk menanam bahan pangan

seperti padi baik di lahan milik sendiri atau bukan hak milik dan sisanya

merupakan tanaman nonpangan sehingga produksi bahan pangan dari desa itu

sendiri menjadi tidak mencukupi. Hal tersebut karena sebagian besar rumah

tangga memanfaatkan kawasan hutan dalam melakukan usahatani dan hanya

sebagian kecil saja yang menggunakan lahan milik sendiri yang mana

kawasan hutan lebih cocok untuk menanam komoditas perkebunan. Suhardjo

(2003), mengatakan bahwa masalah yang sering dihadapi tentang kekurangan

pangan adalah kecenderungan petani menanam komoditas perdagangan

dibandingkan pangan. Petani yang memproduksi bahan pangan pun turut

menjual hasil usahatani mereka sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan

sendiri menjadi tidak cukup.

Rumah tangga petani mengandalkan hasil jual dari usahatani ataupun dari

sektor lain untuk membeli kebutuhan dasar yaitu pangan. Bagi petani yang

mengandalkan hutan, pendapatan mereka menjadi tidak menentu karena

pengelolahan hutan yang dibatasi. Di samping itu, hasil kegiatan dari

usahatani juga memiliki resiko yang tinggi dan mungkin tidak bisa menjamin

sepenuhnya dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka. Ketika pendapatan

usahatani mereka rendah dan tidak ada sumber pendapatan lain maka

mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka dan

akan mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga tersebut karena

pendapatan merupakan faktor pertama yang berpengaruh terhadap ketahanan

pangan. Selain itu, fakta bahwa Kecamatan Gedong Tataan memiliki jumlah
5

keluarga terbanyak dengan status keluarga pra sejahtera dibanding kecamatan

lain di Kabupaten Pesawaran yaitu 7.642 keluarga mengindikasikan bahwa

tingkat kesejahteraan Kecamatan Gedong Tataan masih rendah. Keluarga pra

sejahtera yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam)

indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator kebutuhan dasar keluarga

salah satunya adalah pangan. Harga bahan-bahan pokok ditingkat konsumen

yang fluktuatif juga semakin mempengaruhi daya beli masyarakat akan bahan

pangan.

Berdasarkan keadaan tersebut kemampuan rumah tangga dalam mencapai

ketahanan pangan dipertanyakan dan ketahanan pangan bisa menjadi masalah

sensitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat ketahanan

pangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR dan menganalisis hubungan

antar variabel-variabel yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Selain itu,

perlu diketahui juga strategi rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di

Desa Kebagusan dalam mencapai ketahanan pangan dan besarnya

ketergantungan rumah tangga petani terhadap kawasan Tahura WAR itu

sendiri.

B. Rumusan Masalah

Sumber penghasilan utama rumah tangga di Kecamatan Gedong Tataan

adalah dari pertanian. Pertanian sebagian besar dilakukan di kawasan Tahura

Wan Abdul Rachman. Sejumlah 8.854 kepala keluarga di Kecamatan Gedong

Tataan tinggal di sekitar kawasan hutan dan memanfaatkan hutan untuk

memenuhi kebutuhan pangan. Ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan


6

konsumsi pangan adalah aspek yang saling terkait dalam pencapaian

ketahanan pangan. Ketersediaan pangan terkait dengan produksi pangan,

lumbung, impor, dan bantuan, distribusi pangan terkait dengan aksesibilitas

dan keterjangkauan akan pangan serta konsumsi yaitu terkait kualitas pangan.

Desa Kebagusan berada dalam wilayah Kecamatan Gedong Tataan yang

merupakan kecamatan dengan tingkat keluarga pra sejahtera terbanyak di

Kabupaten Pesawaran. Di samping itu, mayoritas petani di Desa Kebagusan

memperoleh bahan pangan dari membeli tidak memproduksi sendiri. Mereka

menaman tanaman hortikultura dan perkebunan dalam skala kecil dengan

memanfaatkan hutan rakyat. Kawasan hutan rakyat di Desa Kebagusan seluas

771 ha. Keadaan tersebut menjadikan pangan sebagai permasalahan yang

sensitif dan berakibat pada tingkat ketahanan pangan mereka. Berdasarkan

uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan di

Desa Kebagusan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani sekitar Tahura

WAR di Desa Kebagusan?

2. Apa strategi yang digunakan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di

Desa Kebagusan dalam mencapai ketahanan pangan?

3. Bagaimana besarnya ketergantungan rumah tangga petani sekitar Tahura

WAR di Desa Kebagusan terhadap hutan rakyat dalam memenuhi

kebutuhan pangan?

4. Apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan proporsi

pengeluaran rumah tangga dan tingkat kecukupan energi rumah tangga

petani sekitar Tahura WAR di Desa Kebagusan ?


7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani sekitar Tahura

WAR di Desa Kebagusan Kecamatan Gedong Tataan.

2. Mengetahui strategi yang digunakan rumah tangga petani sekitar Tahura

WAR di Desa Kebagusan untuk mencapai ketahanan pangan.

3. Mengetahui seberapa besar ketergantungan rumah tangga petani Desa

Kebagusan terhadap Tahura WAR yang ada di wilayahnya.

4. Mengetahui hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran

rumah tangga dan tingkat kecukupan energi rumah tangga petani sekitar

Tahura WAR di Desa Kebagusan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai substansi yaitu:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya Kabupaten

Pesawaran terkait dengan pembuatan kebijakan pangan.

2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat Desa Kebagusan terkait dengan

tingkat ketahanan pangan desa.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan mengkaji masalah yang sama.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketahanan Pangan (KP)

Ketahanan pangan yang merupakan terjemahan dari food security mencakup

banyak aspek dan luas sehingga setiap orang mencoba menterjemahkan

sesuai dengan tujuan dan ketersediaan data. Seperti yang diungkapkan oleh

FAO (1997) Ketahanan pangan merupakan situasi di mana semua rumah

tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh

pangan bagi seluruh anggota keluarganya, di mana rumah tangga tidak

beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.

Pemakaian istilah ketahanan pangan dapat menimbulkan perdebatan dan

banyak isu yang membingungkan karena aspek ketahanan pangan adalah luas

dan banyak tetapi merupakan salah satu konsep yang sangat penting bagi

banyak orang di seluruh dunia. Selanjutnya juga diungkapkan bahwa defisini

ketahanan pangan berubah dari satu periode waktu ke periode waktu lainnya.

Pada tahun 1970-an ketahanan pangan lebih banyak memberikan perhatian

pada ketersediaan pangan tingkat global dan nasional daripada tingkat rumah

tangga. Sementara pada tahun 1980-an beralih ke akses pangan pada tingkat

rumah tangga dan individu. Ketahanan pangan menurut Undang-Undang RI

Nomor 18 Tahun 2012 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara


9

sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang

cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan

terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

Ketahanan Pangan (food security) minimal mengandung dua unsur pokok,

yaitu “ketersediaan pangan” dan “aksesabilitas masyarakat” terhadap bahan

pangan tersebut. Salah satu dari unsur diatas terpenuhi, maka suatu negara

belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun

pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses

individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka

ketahanan pangan masih dikatakan rapuh (Arifin, 2005).

Menurut Soemarno (2012), Konsep ketahanan pangan (food security) dapat

diterapkan untuk menyatakan ketahanan pangan pada beberapa tingkatan :

1. Global

2. Nasional

3. Regional

4. Rumah tangga dan individu.

Ketahanan pangan yang baik, secara nasional menjadi suatu jaminan bagi

seluruh penduduk untuk memperoleh pangan dan gizi yang cukup untuk

menghasilkan generasi yang sehat dan cerdas. Negara atau wilayah

mempunyai ketahanan pangan yang baik apabila mampu menyelenggarakan

pasokan pangan yang stabil dan berkelanjutan bagi seluruh penduduknya dan
10

masing-masing rumah tangga mampu memperoleh pangan sesuai

kebutuhannya.

B. Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan pangan seluruh anggota rumah tangga dalam jumlah, mutu, dan

beragam sesuai budaya setempat dari waktu ke waktu agar hidup sehat.

Indriani (2015) menyatakan, tercapainya ketahanan pangan yang baik di

tingkat perorangan dan rumah tangga secara simultan berhubungan erat

dengan tercapainya ketahanan pangan di tingkat wilayah. Pendapatan

merupakan faktor pertama yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan

rumah tangga, baik pada rumah tangga petani maupun non petani. Khusus

bagi petani, kelebihan produksi selain dijual untuk menghasilkan pendapatan

juga diharapkan dapat disimpan sebagai cadangan pangan.

Mengukur ketahanan pangan keluarga dilakukan secara bertahap dan

mengukurnya menurut subsistem ketahanan pangan keluarga. Menurut LIPI

dalam Indriani (2015), ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai

kondisi ketahanan pangan yaitu:

1. Kecukupan ketersediaan pangan

2. Stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau

dari tahun ke tahun

3. Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan serta

4. Kualitas/keamanan pangan
11

Keempat komponen tersebut dapat digunakan untuk mengukur ketahanan

pangan di tingkat rumah tangga. Keempat indikator tersebut merupakan

indikator utama untuk mendapatkan indeks ketahanan pangan. Ukuran

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dihitung bertahap dengan cara

menggabungkan keempat komponen indikator ketahanan pangan tersebut,

untuk mendapatkan satu indeks ketahanan pangan.

Terdapat banyak indikator yang digunakan untuk mengukur ketahanan

pangan rumah tangga. Cara lain dalam pengukuran tingkat ketahanan

pangan rumah tangga adalah dengan melakukan klasifikasi silang indikator

antara pangsa pengeluaran pangan dan tingkat kecukupan energi dengan

kriteria seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga

Konsumsi Energi Pangsa pengeluaran pangan (Proporsi pengeluaran


(per unit ekuivalen pangan terhadap total pengeluaran)
dewasa) Rendah (<60%) Tinggi (≥60%)
Cukup (>80% Tahan pangan Rentan pangan
kecukupan energi)
Kurang (≤80% Kurang pangan Rawan pangan
kecukupan energi)
Sumber : Jonsson dan Toole (1991) dalam Maxweell et al. (2000).

Tabel 2 memperlihatkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga dibedakan

menjadi empat kategori yaitu:

a. Rumah tangga tahan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

rendah (< 60 persen pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi

energi (>80 persen dari syarat kecukupan energi).


12

b. Rumah tangga kurang pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

rendah (< 60 persen pengeluaran rumah tangga) dan kurang

mengkonsumsi energi (≤80 persen dari syarat kecukupan energi).

c. Rumah tangga rentan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

tinggi (≥60 persen pengeluaran rumah tangga) dan cukup konsumsi energi

(> 80 persen dari syarat kecukupan energi).

d. Rumah tangga rawan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan tinggi

(≥60 persen pengeluaran rumah tangga) dan Tingkat kecukupan energinya

kurang (≤80 persen dari syarat kecukupan energi).

C. Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan

Soemarno (2010), menyatakan bahwa permasalahan pangan di pedesaan

sebenarnya adalah permasalahan lokal yaitu bagaimana sebenarnya

kemampuan masyarakat pedesaan dalam memenuhi kebutuhan pangan rumah

tangga di desanya sesuai dengan preferensi dan kemampuan sumber daya

yang dimiliki.

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa pemenuhan kebutuhan

pangan di pedesaan tidak semata-mata didasarkan pada produksi tanaman

pangan yang ada di wilayah tersebut namun lebih pada bagaimana

masyarakat pedesaan mampu menyediakan kebutuhan pangannya. Berbagai

faktor harus diperhatikan dalam merumuskan kebijakan pangan di tingkat

lokal yang berbasis pada sistem sosial budaya setempat. Sesuai dengan

pendapat Indriani (2015), bahwa rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan


13

pangan untuk mencapai ketahanan pangan juga mempertimbangkan nilai

budaya setempat.

Kondisi ketidakpastian dan tekanan hidup yang dialami oleh rumah tangga

petani telah menimbulkan berbagai reaksi dan respon yang dilakukan oleh

rumah tangga petani untuk menghadapinya. Untuk mengatasi kebutuhan

hidup yang makin kompleks, rumah tangga petani menetapkan strategi untuk

mempertahankan kelangsungan hidup mereka yaitu dengan cara mencari

penghasilan tambahan, menghemat pengeluaran, mencari pinjaman (hutang),

serta menjalin kehidupan gotong royong dengan tetangga dan kerabat.

Manusia (individu maupun kelompok) merupakan penggerak berbagai aset

dan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan

pangannya. Manusia dalam hal ini memiliki akses terhadap berbagai aset dan

sumberdaya produktif yang dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan

pangan dan kebutuhan hidup lainnya. Penghidupan berkelanjutan merupakan

suatu penghidupan yang meliputi kemampuan atau kecakapan, aset-aset

(simpanan, sumberdaya, claims, dan akses) dan kegiatan yang dibutuhkan

untuk sarana hidup.

Berdasarkan abstraksi Soemarno (2010), ada lima sumberdaya kehidupan

yang dimiliki oleh setiap individu dalam upayanya mengembangkan

kehidupannya yaitu:

a. Humane capital, yakni modal yang dimiliki berupa keterampilan,

pengetahuan, tenaga kerja, dan kesehatan;


14

b. Social capital, yaitu kekayaan sosial yang dimiliki masyarakat seperti

jaringan, keanggotaan dari kelompok-kelompok, hubungan berdasarkan

kepercayaan, pertukaran hak yang mendorong untuk berkoperasi dan juga

mengurangi biaya-biaya transaksi serta menjadi dasar dari sistem jaringan

pengaman sosial yang informal;

c. Natural capital, yaitu persediaan sumberdaya alam seperti tanah, hutan,

air, kualitas udara, perlidungan terhadap erosi, keanekaragaman hayati,

dan lainnya;

d. Physical capital, yaitu infrastruktur dasar jalan, saluran irigasi, sarana

komunikasi, sanitasi dan persediaan air yang memadai, akses terhadap

komunikasi, dsbnya;

e. Financial capital, yaitu sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh

masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan kehidupannya seperti uang

tunai, persediaan dan peredaran uang reguler.

Kelima sumber daya tersebut dapat digunakan sebagai modal dalam

melaksanakan strategi pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga salah

satunya adalah bahan pangan.

Salah satu strategi yang terkait pemenuhan kebutuhan pangan adalah Strategi

Nafkah atau Strategi Livelihood. Strategi Livelihood merupakan suatu solusi

yang dilakukan untuk dapat bertahan dan memperoleh bahan pangan saat

menghadapi krisis. Hal yang dilakukan dalam mempertahankan ketahanan

pangan adalah dengan menjual hasil tani, bergantung dengan alam sekitar,
15

mencari ubi hutan, kunyit dan hutang atau pinjam uang kepada lembaga

keuangan, dll.

Berdasarkan penelitian Oru (2013) Strategi Livelihood cocok diterapkan di

daerah dengan iklim yang ekstrim salah satunya Desa Prai Paha dimana iklim

yang ekstrim dapat mempengaruhi produksi bahan pangan dan usahatani.

Kestabilan produksi usahatani akan mempengaruhi pendapatan dari petani itu

sendiri sehingga memicu ketidakmampuan petani dalam memenuhi

kebutuhannya termasuk pangan.

Berdasarkan abstraksi Soemarno (2010), hubungan individu atau rumah

tangga terhadap pangan didasarkan pada konsep entitlement atau hak terhadap

pangan. Konsep tersebut memproduksi dan mendapatkan pangan bagi

manusia adalah hak asasi. Ada beberapa cara manusia dalam mengakses

pangan yaitu:

a. Direct entitlement, yakni hak atas pangan yang diperoleh melalui

hubungan hubungan di dalam kegiatan proses produksi pangan;

b. Exchange entitlement, yakni hak dan akses atas pangan yang diperoleh

melalui hubungan tukar menukar jasa atau keahlian;

c. Trade entitlement, yakni hak atas pangan yang diperoleh melalui hubungan

jual beli komoditi yang diproduksi sendiri; dan

d. Social entitlement, yakni hak dan akses terhadap pangan yang diperoleh

melalui pertukaran sosial di antara anggota komunitas sosial.


16

D. Taman Hutan Rakyat Wan Abdul Rachman (Tahura WAR)

Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman ditetapkan melalui Surat

Keputusan Menteri Kehutanan No.742/Kpts-II/1992 tertanggal 21 Juli 1992.

Luasnya mencapai 22.249,31 ha. SK tersebut telah diperbaharui meenjadi SK

Menhut No.408/Kpts-II/1993 yang menyebutkan kawasan Register 19

Gunung Betung berubah fungsi dari hutan lindung menjadi kawasan hutan

konservasi. Secara administratif, Tahura Wan Abdul Rachman berada di

tujuh kecamatan yakni Teluk Betung Barat, Tanjung karang Barat, Kemiling,

Kedondong, Gedong Tataan, Way Lima, dan Padang Cermin, yang terbagi di

Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran (21.949,31 ha). Tanaman

yang paling dominan di Tahura Wan Abdul Rachman adalah merawan

(Hapea mengawan), medang (Litsea firmahoa), rasamala (Antingia excels),

rotan, paku-pakuan, dan jenis anggrek (Mongabay, 2016).

Topografi Tahura Wan Abdul Rachman bergelombang ringan hingga berat.

Di wilayah ini ada empat gunung yakni Gunung Pesawaran (1.661 mdpl),

Gunung Rantai (1.240 mdpl), Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu (1.600 mdpl)

dan Gunung Betung (1.240 mdpl). Secara geografis wilyah Tahura Wan

Abdul Rachman berada pada 05°.18’ LU sampai 05°.29’ LS dan antara

105°.02’ BB sampai 105°.14’ BT. Wilayah Tahura WAR terletak pada

ketinggian 75-1681 mdpl. Bentuk lahannya (Landform) bervariasi dari

berombak sampai bergunung, dimana wilayah berombak sampai

bergelombang berada pada bagian pinggir kawasan yaitu memanjang dari

Teluk Betung Barat, Tanjung Karang Barat, Gedong Tataan sampai


17

Kedondong. Perlembahan berada diantara Gunung Betung dan Gunung

Tangkit Ulu serta wilayah berbukit sampai bergunung berada di sekitar

Gunung Betung dengan puncak 1240 mdpl, Gunung Tangkit Ulu dengan

puncak 1600 m dpl, Gunung Ratai dengan puncak 1681 m dpl, dan Gunung

Pesawaran dengan puncak 1681 mdpl. Vegetasi kawasan Tahura WAR terdiri

atas hutan lahan kering primer 5.778,00 ha (26 persen), hutan lahan kering

sekunder 2.892,42 ha (13 persen), ladang/ tanah terbuka 1.019,12 ha (5

persen), kebun campuran/ pertanian 12.306,97 ha (55 persen), dan semak

belukar 252,80 ha (1 persen) (Prasetya, 2013).

E. Masyarakat Sekitar Hutan

Menurut Hardjasoemantri dalam Ismiati (2007), masyarakat sekitar hutan

adalah masyarakat yang tinggal di sekitar hutan baik yang memanfaatkan

hasil hutan tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Banyak sekali

masyarakat Indonesia meskipun jumlahnya tidak diketahui secara pasti

tinggal di dalam atau atau di pinggir hutan yang hidupnya bergantung kepada

hutan. Pada pertengahan tahun 2000, Departemen Kehutanan menyebutkan

bahwa 30 juta penduduk secara langsung mengandalkan hidupnya pada

sektor kehutanan namun tingkat ketergantungannya tidak didefinisikan.

Sebagian besar masyarakat hutan hidup dengan berbagai strategi ekonomi

tradisional, yakni menggabungkan perladangan dengan berburu, dan

mengumpulkan hasil hutan seperti kayu, rotan, madu dan hasil hutan lainnya.

Masyarakat perdesaan di sekitar hutan adalah masyarakat yang mempunyai

tingkat pendidikan, kesejahteraan, inisiasi, dan daya kreasi yang relatif


18

rendah. Budaya nrimo dan sikap fatalis menjadikan masyarakat yang selalu

tersubordinasikan dan menjadi sulit untuk bisa berdaya (Sutaryono, 2008).

Masyarakat dalam peraturan perundang undangan kehutanan sebagaimana

termuat dalam beberapa kebijakan masa lampau digambarkan dalam

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.37/Menhut-II/2007 Tentang Hutan

Kemasyarakatan, Pasal 1 (4) yaitu Masyarakat setempat adalah kesatuan

sosial yang terdiri dari warga Negara Republik Indonesia yang tinggal di

dalam dan/atau di sekitar hutan, yang bermukim di dalam dan/atau di sekitar

kawasan hutan yang memiliki komunitas sosial dengan kesamaan mata

pencaharian yang bergantung pada hutan dan aktivitasnya dapat berpengaruh

terhadap ekosistem hutan.

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Pengukuran ketahanan pangan rumah tangga dapat dilakukan dengan

berbagai indikator, salah satunya adalah dengan melakukan klasifikasi silang

antara pangsa pengeluaran dan tingkat kecukupan energi. Daerah yang sering

dijadikan sebagai tempat penelitian adalah daerah yang memiliki rumah

tangga miskin dengan tingkat kesejahteraan yang rendah. Rumah tangga

miskin identik dengan pendapatan yang rendah. Penelitian Anggraini (2013)

yang dilakukan di daerah Kabupaten Lampung Barat menyatakan bahwa

pendapatan merupakan salah satu faktor penentu ketahanan pangan. Amalia

dan Handayani (2011), juga menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga

merupakan salah satu faktor penentu kualitas dan kuantitas konsumsi pangan.
19

Harga bahan pangan pokok juga mempengaruhi tingkat ketahanan pangan.

Hal tersebut dikarenakan rumah tangga di daerah penelitian memperoleh

sebagian besar bahan pangan dari pembelian sehingga harga beras sangat

berpengaruh. Dalam mencapai ketahanan pangan, rumah tangga dengan

pendapatan yang sudah cukup juga perlu diimbangi dengan pengetahuan

tentang gizi makanan. Penelitian Abidin, Murniati, dan Yuwono (2017) di

tiga desa termasuk Desa Kebagusan menunjukan ketahanan pangan di Desa

Kebagusan dengan kategori kurang pangan cukup mendominasi yaitu 36,11

persen dan juga menjelaskan bahwa rumah tangga kurang pangan sebenarnya

mempunyai pendapatan yang cukup untuk belanja pangan, namun rumah

tangga tersebut tidak mengalokasikan pendapatannya untuk belanja pangan

tetapi keperluan lain seperti membayar iuran air bersih, sehingga pola makan

menjadi tidak baik.

Besarnya pendapatan berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga baik

pengeluaran pangan maupun pengeluaran nonpangan. Hasil penelitian

Hernanda, Indriani, dan Listiana, (2013) menunjukan bahwa pangsa

pengeluaran pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan rumah

tangga, semakin besar pangsa pengeluaran pangan (PPP) maka hal ini

mencerminkan rendahnya pendapatan rumah tangga petani. Hasil penelitian

Nilasari, (2013) yang melakukan analisis hubungan antara pendapatan dengan

proporsi pengeluaran pangan dan hasilnya pendapatan dengan proporsi

pengeluaran pangan mempunyai hubungan yang signifikan. Nilai koefisien

korelasi bernilai negatif. Selain itu, hasil analisis hubungan antara


20

pendapatan dengan Tingkat kecukupan energi tidak memiliki hubungan yang

signifikan.

Rumah tangga khususnya rumah tangga petani membutuhkan strategi untuk

memperoleh pendapatan agar cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Penelitian Prasetya (2013), menunjukan bahwa strategi nafkah mampu

menjadi sumber pendapatan bagi rumah tangga. Dari hasil penelitian

Prasetya (2013), terdapat empat bentuk strategi nafkah yaitu strategi

ekstensifikasi lahan pertanian yang dilakukan dengan cara menambah dan

memperluas areal lahan garapan pertanian ke lahan hutan ke dalam kawasan

Tahura WAR. Strategi pola nafkah ganda dilakukan dengan cara mencari

sumber pendapatan lain sebagai alternatif diluar dari PHBM (hutan rakyat)

dan sektor pertanian. Strategi bermitra dengan Tahura WAR dilakukan

dengan cara diikutsertakan dan dilibatkan pada setiap tahapan program secara

partisipatif serta diberikan izin akses menggarap lahan di dalam kawasan

Tahura WAR melalui program PHBM oleh pihak UPTD Tahura WAR.

Strategi migrasi yang dilakukan dengan cara mobilisasi ke daerah lain di luar

desanya untuk hidup menetap maupun sementara dengan tujuan agar

memperoleh tambahan pendapatan di luar desa.

Bagi masyarakat sekitar hutan, bergantung terhadap kawasan hutan

merupakan salah satu strategi memperoleh pendapatan lebih untuk memenuhi

kebutuhan pangan yang cukup. Penelitian Yusran dan Nurdin Abdullah

(2016) yang dilakukan di Dusun Lantaboko menyatakan bahwa Masyarakat

Dusun Lantaboko menjadikan kawasan hutan sebagai sumber mata


21

pencaharian. Hasil penelitian Kholifah, dkk (2017) juga menyatakan bahwa

petani di kawasan hutan bergantung pada lahan agroforestri dalam memenuhi

kebutuhan hidup karena lahan agroforestri menjadi sumber penghasilan

utama dan seluruh penduduk berprofesi sebagai petani agroforestri. tingkat

pendapatan masyarakat Lantaboko di dalam kawasan hutan jauh lebih tinggi

(98,47 %) dibandingkan pendapatan di luar kawasan hutan (1,53%) dan di

deskripsikan bahwa ketergantungan terhadap hutan tinggi. Ada beberapa

aktivitas masyarakat dalam kawasan hutan maupun sekitar hutan seperti

membuat gula aren, mengambil madu, memungut rotan, pemanfaatan lahan,

penggembalaan ternak, kayu bakar, kayu bangunan, dan lain-lain. Kegiatan

bertani sawah di dalam kawasan hutan dilakukan secara turun temurun, baik

pada lahannya sendiri dan maupun mengolah lahan milik orang lain. Yusran

dan Nurdin Abdullah (2016) juga mengukur tingkat ketergantungan

masyarakat terhadap hutan dengan menggunakan perbandingan persentase

pendapatan dari kawasan hutan dan luar kawasan hutan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara umum tingkat pendapatan masyarakat Lantaboko

di dalam kawasan hutan jauh lebih tinggi (89,9 %) dibandingkan pendapatan

di luar kawasan hutan (9,74%) dan di deskripsikan bahwa ketergantungan

terhadap hutan tinggi.

G. Kerangka Pemikiran

Menurut Undang-undang No. 18 tahun 2012, pangan merupakan kebutuhan

dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari

hak asasi manusia yang dijamin oleh negara, sebagai komponen dasar untuk
22

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kebutuhan pangan

yang tercukupi di tingkat rumah tangga dapat menentukan status ketahanan

pangan suatu daerah hingga nasional. Pemenuhan kebutuhan pangan

masyarakat atau rumah tangga di Indonesia mengandalkan sektor pertanian

dengan melakukan usahatani dan non pertanian.

Usahatani pada hakekatnya adalah perusahaan, maka seorang petani atau

produsen sebelum mengelola usahataninya akan mempertimbangkan antara

biaya dan pendapatan dengan cara mengalokasikan sumberdaya yang ada

secara efektif dan efisien guna memperoleh keuntangan yang tinggi pada

waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat

mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, dan

dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan

keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995).

Permasalahan klasik yang terjadi saat ini yaitu banyak usahatani yang

tergolong usahatani rakyat yaitu usahatani dengan mengandalkan luasan

lahan yang kecil dan bahkan tak jarang berstatus bukan hak milik.

Desa Kebagusan adalah salah satu daerah yang mencakup wilayah hutan

rakyat yaitu Tahura WAR dan mendorong penduduknya untuk memanfaatkan

potensi hutan dalam melakukan kegiatan usahatani maupun non usahatani

untuk memperoleh pendapatan. Hal tersebut menunjukan adanya

ketergantungan masyarakat Desa Kebagusan dengan kawasan hutan dalam

memenuhi kebutuhannya terutama pangan.


23

Petani di Desa Kebagusan mayoritas tidak menaman tanaman pangan pokok

seperti padi, jagung, singkong, ubi jalar melaikan menanam tanaman

perkebunan (karet, kakao, kemiri) karena petani memanfaatkan kawasan

hutan dalam melakukan usahatani dan hanya sebagian kecil saja yang

menggunakan lahan milik sendri. Hasil usahatani tersebut dikonsumsi atau

dijual yang nantinya untuk memenuhi kebutuhannya termasuk pangan.

Hanya sedikit yang dikonsumsi karena sebagian besar bukan tanaman

pangan. Pertanian yang memiliki resiko tinggi menyebabkan hasil kegiatan

usahatani tersebut tidak menentu dan jika dijual hasilnya mungkin tidak bisa

menjamin sepenuhnya dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka. Ketika

pendapatan mereka rendah mungkin menjadi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan pangan mereka sedangkan pendapatan merupakan faktor pertama

yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Rumah tangga perlu strategi

dalam mengatasi hal ini agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pangannya dan

mencapai status ketahanan pangan yang paling baik yaitu tahan pangan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat digambarkan skema seperti pada

Gambar 1.
24

Kawasan Kawasan Non


Hutan Hutan

Ketergantungan

Non Non
Usahatani Usahatani Usahatani Usahatani

Strategi
mencapai
ketahanan
pangan
Analisis
korelasi
(Pearson
Pendapatan
Product
Moment)

Pengeluaran Pengeluaran
pangan non pangan

Tingkat Ketahanan
Kecukupan Pangan
Energi

Tahan Kurang Rentan Rawan


Pangan Pangan Pangan Pangan

Keterangan:
------- = Ada hubungan/tidak

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian


25

H. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan antara pendapatan dengan proporsi

pengeluaran pangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di Desa

Kebagusan.

2. Diduga terdapat hubungan antara pendapatan dengan proporsi

pengeluaran nonpangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di

Desa Kebagusan.

3. Diduga terdapat hubungan antara pendapatan dengan tingkat kecukupan

energi rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di Desa Kebagusan.


26

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus di Desa

Kebagusan terhadap rumah tangga petani sekitar Tahura WAR. Data yang

digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Pengambilan

data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu:

1. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara meminta keterangan

melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, dalam hal

ini kuesioner dijadikan sebagai alat untuk wawancara.

2. Pencatatan, yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat data yang telah

ada pada dinas dan instansi terkait dengan penelitian.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara merupakan data primer. Data

diambil langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang

telah dibuat sebelumnya yang meliputi: data identitas responden, luas

penguasaan lahan, jumlah produksi bahan pangan dan usahatani nonpangan,

dll. Data konsumsi pangan diperoleh dengan menggunakan metode recall

melalui wawancara langsung dengan ibu rumah tangga ataupun anggota

rumah tangga lainnya yang berkaitan sebagai informan data yang meliputi

jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi beserta frekuensi pangan. Data
27

sekunder diambil dari dinas/instansi seperti Dinas Kehutanan, UPTD

Tahura WAR, Badan Pusat Statistik, Kantor desa serta data berupa literatur-

literatur (buku, catatan, laporan, artikel).

B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

1. Konsep Dasar

Konsep dasar merupakan pengertian dan petunjuk tentang variabel yang

akan diteliti dan sangat penting untuk dianalisis yang mana berhubungan

dengan tujuan penelitian.

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara

sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang

cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata,

dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan

budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara

berkelanjutan.

Ketahanan pangan rumah tangga (TKP) adalah kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan pangan seluruh angota rumah tangga dalam jumlah,

mutu, dan beragam sesuai budaya setempat dari waktu ke waktu agar

hidup sehat, diukur dengan indikator klasifikasi silang antara pangsa

pengeluaran pangan dan kecukupan energi dari Jonsson dan Toole (1991).
28

Pengeluaran rumah tangga adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan suatu

rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pengeluaran pangan adalah banyaknya uang yang dikeluarkan untuk

konsumsi pangan diukur dalam Rp/bulan.

Pengeluaran nonpangan adalah banyaknya uang yang dikeluarkan untuk

konsumsi nonpangan yang meliputi pemenuhan kebutuhan sandang,

rumah, rekreasi, dan lain-lain yang diukur dalam Rp/bulan.

Pengeluaran total adalah besarnya jumlah pengeluaran rumah tangga yang

digunakan untuk belanja baik pangan maupun nonpangan diukur dalam

Rp/bulan.

Pangsa Pengeluaran Pangan adalah besarnya jumlah pengeluaran rumah

tangga untuk belanja pangan dibandingkan dengan jumlah total

pengeluaran rumah tangga (pangan dan non-pangan) diukur dalam persen.

Pangsa Pengeluaran nonpangan adalah besarnya jumlah pengeluaran

rumah tangga yang digunakan untuk belanja nonpangan dari jumlah total

pengeluaran rumah tangga diukur dalam persen.

Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah banyaknya energi yang

dibutuhkan oleh seseorang yang sesuai dengan berat badannya,

dibandingkan dengan berat badan standar dan tingkat kegiatan jasmani

dalam keadaan sehat yang dinyatakan dalam satuan kilokalori/orang/hari.


29

Tingkat kecukupan energi (TKE) adalah persentase perbandingan antara

konsumsi energi dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) yang

dianjurkan, diukur dalam satuan persen.

Konsumsi energi rumah tangga adalah sejumlah energi yang berasal dari

pangan yang dikonsumsi penduduk rata-rata per orang per hari dan

dinyatakan dalam kilo kalori (kkal).

Ketergantungan atau dependensi adalah keadaan bergantung kepada orang

lain karena belum dapat hidup sendiri (tentang orang).

2. Batasan Operasional

Batasan operasional menunjukan secara lebih rinci terkait dengan apa

yang dingin diukur dalam sebuah penelitian. Batasan operasional

dalam penelitian ini dapat di tunjukan pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Batasan operasional penelitian.

No Variabel Uraian Satuan


1 Ketahanan pangan Kemampuan untuk memenuhi - Tahan
rumah tangga kebutuhan pangan seluruh angota Pangan
rumah tangga dalam jumlah, mutu, dan - Kurang
beragam sesuai budaya setempat dari pangan
waktu ke waktu agar hidup sehat, - Rentan
diukur dengan indikator klasifikasi pangan
silang antara pangsa pengeluaran - Rawan
pangan dan kecukupan energi pangan
2 Pengeluaran pangan Seluruh uang yang dikeluarkan untuk Rp/bulan
konsumsi pangan mencakup bahan
pangan pokok (beras dan non beras),
lauk pauk, kacang-kacangan, sayuran,
buah-buahan, sumber minyak,
minuman, bumbu dapur, dan makanan
lainnya (jajanan).
30

Tabel 3. Lanjutan

3 Pengeluaran Seluruh uang yang dikeluarkan untuk Rp/bulan


nonpangan nonpangan
4 Pangsa pengeluaran Proporsi pengeluaran untuk pangan %
pangan terhadap total pengeluaran
5 Pangsa pengeluaran Proporsi pengeluaran nonpangan %
nonpangan terhadap total pengeluaran
6 Angka Kecukupan Banyaknya energi yang dibutuhkan kkal/
Energi (AKE) sesuai dengan berat badannya, kapita/oran
dibandingkan dengan berat badan g
standar dan tingkat kegiatan jasmani /hari
dalam keadaan sehat
7 Konsumsi energi Energi dari bahan pangan yang Kkal
dikonsumsi per orang perhari
8 Tingkat kecukupan Perbandingan antara konsumsi energi %
energi (TKE) dengan AKE yang dianjurkan
9 Strategi mencapai Upaya upaya yang dilakukan rumah -
ketahanan pangan tangga dalam memperoleh pendapatan
untuk tetap dapat mencukupi
kebutuhan pangan mengandalkan
sumberdaya
10 Ketergantungan Keadaan bergantung masyarakat %
terhadap kawasan hutan dengan
mengukur besarnya sumbangan
pendapatan yang di peroleh dengan
mengandalkan kawasan hutan dan
tidak.
11 Pendapatan Jumlah uang yang diterima rumah Rp
tangga yang berasal dari pertanian dan
non pertanian
12 Rumah tangga Rumah tangga yang memiliki Rp/bulan
miskin pengeluaran perkapita < Rp347.215,00
13 Rumah tangga nyaris Rumah tangga yang memiliki Rp/bulan
miskin pengeluaran perkapita Rp347.215,00 –
Rp416.658,00

14 Rumah tangga tidak Rumah tangga yang memiliki Rp/bulan


miskin pengeluaran perkapita > Rp416.658,00
15 Pengeluaran Pengeluaran perbulan rumah tangga Rp/kapita/
perkapita perbulan dibagi dengan jumlah anggota dalam Bulan
rumah tangga
16 Rumah tangga petani Seluruh rumah tangga petani yang Rumah
sekitar tahura WAR bertempat tinggal di Desa Kebagusan tangga
dan mengelola kawasan tahura WAR
di Desa Kebagusan serta tergabung
dalam kelompok tani
31

C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Kebagusan

Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, Lampung dengan

pertimbangan Desa Kebagusan memilki areal pertanian terluas di Kecamatan

Gedong Tataan yang sebagian besar merupakan kawasan hutan rakyat (771

ha). Mayoritas petaninya tidak menaman tanaman pangan melainkan

komoditas perdagangan di dalam kawasan hutan ataupun di luar hutan dan

memperoleh pendapatan dari hasil jual komoditas tersebut. Petani yang

melakukan usahatani di kawasan Tahura WAR ada yang tergabung dan tidak

tergabung ke dalam kelompok tani. Pengambilan sampel pada penelitian ini

adalah dengan purposive sampling yang mempertimbangkan aspek legalitas

pengelolaan Tahura WAR. Berdasarkan pernyataan tersebut populasi yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani sekitar

Tahura WAR di Desa Kebagusan dan menggunakan kawasan Tahura WAR

sebagai lahan pertanian serta tergabung dalam kelompok tani, sehingga

responden dalam penelitian ini adalah anggota rumah tangga baik ibu, bapak,

atau lainnya yang mampu memberikan informasi yang dibutuhkan.

Terdapat dua kelompok tani petani Tahura WAR yang ada di Desa

Kebagusan yaitu kelompok tani Enggal Makmur I dan Enggal Makmur II

dengan jumlah masing-masing anggota sebanyak 35 dan 41 petani.

Berdasarkan Arikunto (2010), apabila populasi penelitian berjumlah kurang

dari 100 maka diambil adalah semuanya. Waktu pengambilan dan

pengumpulan data adalah pada Februari 2018 sampai dengan Juli 2018.
32

D. Analisis Data

Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif,

analisis deskriptif kualitatif, dan analisis statistik. Analisis kuantitatif

digunakan untuk menjawab tujuan pertama dan tujuan ke tiga terkait

ketahanan pangan dan ketergantungan terhadap Tahura WAR, sedangkan

analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis tujuan ke dua

tentang strategi yang digunakan masyarakat sekitar TahuraWAR Desa

Kebagusan dalam mencapai ketahanan pangan dan analisis statistik

digunakan untuk menjawab tujuan ke empat yaitu melihat ada tidaknya

hubungan antar beberapa variabel antara lain pendapatan, proporsi

pengeluaran pangan dan nonpangan, serta tingkat kecukupan energi.

1. Analisis Tujuan ke-1

Tujuan pertama yaitu menganalisis tingkat ketahanan pangan rumah

tangga masyarakat sekitar TahuraWAR Desa Kebagusan dilakukan

dengan menggunakan indikator silang antara pangsa pengeluaran dan

tingkat kecukupan energi rumah tangga seperti pada Tabel 2. Perhitungan

pangsa pengeluaran pangan didapatkan dari hasil perbandingan antara

besarnya pengeluaran yang dikeluarkan untuk belanja pangan dengan

total pengeluaran yang dikeluarkan. Secara matematis dapat dituliskan

sebagai berikut :

FE
PPP = X 100% .......................................................(1)
TE
33

Keterangan :

PPP = Pangsa Pengeluaran Pangan (%)


FE = Pengeluaran untuk Belanja Pangan(Rp/bulan)
TE = Total Pengeluaran Rumah Tangga (Rp/bulan)

Ilham dan Sinaga (2007) menyatakan semakin besar pendapatan

seseorang, maka semakin sedikit proporsi pengeluaran yang

dikeluarkannya untuk konsumsi pangan. Selanjutnya adalah menghitung

tingkat kecukupan energi. Untuk menghitung tingkat kecukupan energi

perlu diketahui konsumsi energi dan angka kecukupan energi. Konsumsi

energi (Q) dalam suatu bahan makanan dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut:

( )
QA = ( ) ……….(2)
( )

Keterangan:

QA = Konsumsi energi bahan pangan A (kkal)


Bdd = Bagian yang dapat dimakan (%)
Berat A = Berat bahan pangan A (gram)

Angka Kecukupan Energi (AKE) yang digunakan sesuai dengan yang

dianjurkan WKNPG tahun 2012 didasarkan pada patokan berat badan

untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Berikut perhitungannya:

( )
AKE = …………(3)
( )

Setelah Konsumsi Energi dan Angka Kecukupan Energi diketahui,

Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dapat dirumuskan sebagai berikut:


34

( )
TKE = ...............................(4)
( )

Ketahanan pangan dapat diukur dengan menggunakan klasifikasi silang

antara pengeluaran pangan dan tingkat kecukupan energi rumah tangga

seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Penjelasan hasil pengukurannya

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Rumah tangga tahan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

rendah (<60 persen pengeluaran rumah tangga) dan cukup

mengkonsumsi energi (> 80 persen dari syarat kecukupan energi).

2. Rumah tangga kurang pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

rendah(< 60 persen pengeluaran rumah tangga) dan kurang

mengkonsumsi energi (≤ 80 persen dari syarat kecukupan energi.

3. Rumah tangga rentan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

tinggi (≥60 persen pengeluaran rumah tangga) dan cukup

mengkonsumsi energi (> 80 persen dari syarat kecukupan energi).

4. Rumah tangga rawan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

tinggi (≥60 persen pengeluaran rumah tangga) dan tingkat kecukupan

energinya kurang (≤ 80 persen dari syarat kecukupan energi).

2. Analisis Tujuan ke-2

Tujuan ke dua yaitu mengetahui strategi yang digunakan rumah tangga

petani sekitar Tahura WAR Desa Kebagusan untuk mencapai ketahanan

pangan. Strategi untuk mencapai ketahanan pangan dalam penelitian ini

adalah upaya-upaya yang dilakukan rumah tangga dengan menggunakan


35

sumberdaya yang ada agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pangan.

Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan ke dua adalah analisis

deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data melalui pengamatan dan

kuisioner kemudian membuat deskripsi mengenai sumberdaya apa saja

yang mampu menjadi sumber pendapatan bagi rumah tangga.

Pendapatan merupakan faktor pertama yang mempengaruhi ketahanan

pangan.

Pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan mengenai keadaan desa

yang mencakup sumberdaya apa saja yang tersedia, kehidupan sosial

masyarakat, dan lain-lain. Ada 5 sumberdaya yang dapat dijadikan

modal dalam pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga yaitu social

capital, humane capital, social capital, natural capital, physical capital,

dan financial capital. Kuisioner berisi pertanyaan mengenai apa yang

dilakukan masyarakat untuk mencapai ketahanan pangan pada saat hutan

yang diandalkan sebagian mayarakat sedikit atau bahkan tidak

menghasilkan.

Strategi ditentukan dari hasil pengamatan dan kuisioner yang

dideskripsikan dengan mengaitkan antara sumberdaya yang digunakan

dan cara mereka mengkases pangan menggunakan sumberdaya tersebut.

Cara akses pangan masyarakat digolongkan sebagai berikut:

e. Direct entitlement, yakni hak atas pangan yang diperoleh melalui

hubungan hubungan di dalam kegiatan proses produksi pangan;


36

f. Exchange entitlement, yakni hak dan akses atas pangan yang diperoleh

melalui hubungan tukar menukar jasa atau keahlian;

g. Trade entitlement, yakni hak atas pangan yang diperoleh melalui

hubungan jual beli komoditi yang diproduksi sendiri; dan

h. Social entitlement, yakni hak dan akses terhadap pangan yang

diperoleh melalui pertukaran sosial di antara anggota komunitas

sosial.

3. Analilis Tujuan ke-3

Tujuan ke tiga yaitu melihat ketergantungan rumah tangga petani di Desa

Kebagusan terhadap Tahura WAR. Analisis yang digunakan yaitu

analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan menghitung persentase

sumbangan pendapatan rumah tangga yang berasal dari kawasan Tahura

WAR dengan yang bukan dari kawasan Tahura WAR. Setelah diketahui

persentasenya kemudian membandingkan mana yang memiliki persentase

lebih besar antara pendapatan berasal Tahura WAR dan bukan Tahura

WAR. Jika persentase yang berasal dari kawasan Tahura WAR lebih

besar dari yang bukan berasal dari Tahura WAR maka dapat dikatakan

ada ketergantungan dan besarnya ketergantungan adalah sebesar

persentase sumbangan Tahura WAR terhadap pendapatan total rumah

tangga.
37

4. Tujuan ke-4

Tujuan ke empat yaitu melihat hubungan antara pendapatan dengan

proporsi pengeluaran rumah tangga dan tingkat kecukupan energi rumah

tangga. Analisis tujuan ke empat ini dilakukan dengan menggunakan

analisis korelasi sederhana dengan metode Pearson Product Moment

menggunakan software SPSS 22. Uji Pearson Product Moment adalah

adalah jenis uji korelasi yang digunakan untuk mengetahui derajat

keeratan hubungan 2 variabel yang berskala interval atau rasio.

Nilai Pearson Product Moment disimbolkan dengan r (rho). Nilai

Pearson Product Moment berada di antara -1 < r < 1. Nilai r = 0, berarti

tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan anatara variabel independen

dan dependen. Nilai r = + berarti terdapat hubungan yang positif antara

variabel independen dan dependen. Nilai r = - berarti terdapat hubungan

yang negatif antara variabel independen dan dependen. Nilai negatif atau

positif berarti menentukan arah hubungan. Semakin mendekati nilai 1

atau -1 maka hubungan makin erat, sedangkan jika semakin mendekati 0

maka hubungan semakin lemah. Nilai koefisien dibagi menjadi lima

kategori. Berikut Tabel klasifikasi nilai koefisien korelasi r pearson:

Tabel 4. Klasifikasi Koefisien Pearson

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,000 – 0,199 Sangat Lemah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Cukup tinggi
0,800 – 1,000 Tinggi

Sumber: Statistik.com, 2012.


38

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Gedong Tataan

1. Keadaan Geografis

Kecamatan Gedong Tataan merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran

Provinsi Lampung. Kecamatan ini berjarak sekitar 12 km dari kantor

pusat Kabupaten Pesawaran. Kecamatan Gedong Tataan memiliki luas

wilayah 16.520 ha atau sekitar 165,20 km2 yang terbagi ke dalam 19

desa. Seluruh wilayah tersebut merupakan wilayah bukan pantai yang

berupa tanah dataran. Letak Kecamatan Gedong Tataan menurut batas

wilayah adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Negeri Katon.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Way Ratai dan

Kecamatan Kedondong.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Way Lima dan

Kecamatan Gading Rejo.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kemiling Kota Bandar

lampung.
39

2. Keadaan Iklim

Kecamatan Gedong Tataan memiliki ketinggian 400 sampai 1.125 Mpdl

dengan suhu minimal 26oC dan suhu tertinggi 35oC. Kecamatan Gedong

Tataan memiliki curah hujan enam bulan hujan dengan jumlah hari hujan

terbanyak 26 hari dan debit curah hujan 3.500 mm/tahun.

3. Keadaan Demografi

Kecamatan Gedong Tataan pada tahun 2017 memiliki jumlah penduduk

sebanyak 95.705 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 579,33

jiwa/km2. Jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Gedong Tataan

sebanyak 48.408 jiwa dan jumlah penduduk wanita sebanyak 47.297 jiwa

yang berarti memiliki angka sex ratio sebesar 102,35. Kecamatan

Gedong Tataan memiliki jumlah keluarga terbanyak dengan status

keluarga pra sejahtera yang tinggi dibanding kecamatan lain di Kabupaten

Pesawaran yaitu 7.642 keluarga.

B. Gambaran Umum Desa Kebagusam

1. Keadaan Geografis

Desa Kebagusan merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran. Jumlah dusun yang ada di Desa Kebagusan

adalah sejumlah 8 dusun yaitu:

a. Dusun Triharjo

b. Dusun Way Layap 1


40

c. Dusun Way Layap 2

d. Dusun Kampung Sawah

e. Dusun Sidototo

f. Dusun Kebagusan 1

g. Dusun Kebagusan 2

h. Dusun Way Berulu

Desa Kebagusan Kecamatan Gedong Tataan mempunyai luas

pemerintahan seluas 1000 ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Betung Register 19

c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sukaraja

d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Wiyono

2. Topofrafi Desa Kebagusan

Topografi Desa Kebagusan Kecamatan Gedong Tataan merupakan

dataran dengan ketinggian tanah 155 Mpdl dengan curah hujan sedang 6

bulan dan 6 bulan kemarau. Jarak tempuh dari Desa Kebagusan ke pusat

pemerintahan kecamatan berjarak dua kilo meter dengan waktu tempuh

kurang lebih 10 menit. Jarak desa ke pusat pemerintahan kabupaten

adalah 4 km dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit, dan jarak dari

Desa Kebagusan ke pusat pemerintahan provinsi berjarak 15 km dengan

waktu tempuh kurang lebih 1 jam.


41

3. Keadaan Demografi

Penduduk di Desa Kebagusan Kecamatan Gedong Tataan pada tahun 2017

berjumlah 7.018 jiwa. Sebaran jumlah penduduk laki-laki sebesar 3.539

jiwa dan penduduk perempuan sebesar 3.479 jiwa yang berarti memiliki

angka sex ratio sebesar 101,72. Sebanyak 492 KK termasuk kedalam

keluarga pra sejahtera, 229 KK keluarga sejahtera I, 294 termasuk

keluarga sejahtera II, dan sebanyak 664 KK termasuk kedalam keluarga

sejahtera.

4. Keadaan Umum Pertanian

Lahan di Desa Kebagusan Kecamatan Gedong Tataan digunakan untuk

berbagai fungsi. Luas lahan dan pola penggunaan lahan di Desa

Kebagusan secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut:

8% 8%

9%

Pemukiman
Sawah
Non sawah
Bangunan desa dll

75%

Gambar 2. Penguasaan lahan di Desa Kebagusan


42

Gambar 2 menunjukan penggunaan lahan terbesar di Desa Kebagusan

adalah sebagai lahan pertanian baik lahan pertanian sawah maupun non

sawah. Hal tersebut menunjukan bahwa Desa Kebagusan memiliki

potensi di bidang pertanian. Lahan pertanian sebagian besar merupakan

non sawah berupa kawasan Tahura WAR dan ladang yang dimanfaatkan

masyarakat untuk melakukan kegiatan usahatani tanaman perkebunan

seperti karet, kakao, kemiri dan lain-lain, serta tanaman hortikultura

seperti pisang.

5. Potensi Desa Kebagusan

Desa Kebagusan Kecamtan Gedong Tataan memiliki beberapa potensi

ekonomi yang dapat dikembangakan dalam rangka penunjang laju

pembangunan desa, antara lain:

a. Potensi Industri Kecil

Desa Kebagusan Kecamatan Gedong Tataan memiliki

pengrajin/petani gula aren dan gula merah kelapa tepatnya di Dusun

Triharjo. Gula merah kelapa atau aren dihasilkan dari sari air sadapan

pohon kelapa maupun pohon aren yang banyak tumbuh di sekitar

dusun ini.

b. Potensi Pertanian

Desa Kebagusan merupakan desa agraris, hal ini dapat dilihat dari

ketersediaan lahan pertanian di Desa Kebagusan. Ketersediaan lahan

pertanian non sawah lebih besar dari lahan pertanian sawah yaitu

sebesar 751 ha meskipun begitu padi masih menjadi komoditas


43

unggulan dengan produktivitas sebesar 54,55 kuintal per hektar.

Lahan pertanian non sawah di Desa Kebagusan sebagian besar

merupakan kawasan tahura WAR yang mana merupakan milik negara

namun masyarakat dapat mengelola lahan tersebut dengan batasan-

batasan yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan


89

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil

adalah sebagai berikut:

1. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di

Desa Kebagusan yaitu berada pada kategori tahan pangan yaitu sebesar

17,11 persen, rentan pangan sebesar 26,32 persen, kurang pangan sebesar

34,21 persen, dan rawan pangan sebesar 22,37 persen.

2. Strategi rumah tangga petani sekitar Tahura WAR dalam mencapai

ketahanan pangan adalah dengan memanfaatkan sumberdaya yang

dimilikinya yaitu humane capital (buruh tani, membuat gula, buruh

bangunan, menjahit, berdagang, dan lain-lain), natural capital (hewan

ternak, ikan, air, dan sumber pangan lain tidak membeli), dan financial

capital (uang pinjaman dari orang lain dan sisa uang yang belum

dibelanjakan) untuk memperoleh pendapatan tambahan dan memenuhi

kebutuhan pangan.

3. Rumah tangga petani sekitar Tahura WAR memiliki ketergantungan

terhadap kawasan Tahura WAR yang ditunjukan dengan besarnya

sumbangan pendapatan dari kawasan hutan sebesar 62,51 persen.


91

4. Pendapatan rumah tangga petani sekitar Tahura WAR di Desa Kebagusan

memiliki hubungan negatif terhadap proporsi pengeluaran pangan, dan

hubungan positif terhadap pengeluaran non pangan, sedangkan

pendapatan dengan tingkat konsumsi energi tidak memiliki hubungan

yang nyata.

B. Saran

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut:

1. Rumah tangga petani sekitar Tahura WAR sebaikannya perlu

mendapatkan penyuluhan terkait dengan pentingnya nilai gizi.

Penyuluhan dapat dilakukan oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis)

Puskesmas yang berfungsi sebagai induk dari puskesmas-puskesmas di

Kecamatan Gedong Tataan agar dapat lebih mengalokasikan pendapatan

untuk belanja pangan dengan baik sehingga dapat meningkatkan

konsumsi energi rumah tangga dan mencapai ketahanan pangan.

2. Rumah tangga petani sekitar Tahura WAR perlu mengurangi pengeluaran

untuk rokok karena rokok sama sekali tidak mengandung zat gizi yang

bermanfaat bagi tubuh, lebih baik dialokasikan untuk pembelian bahan

pangan seperti kacang-kacangan yang mana proporsi pengeluarannya

masih rendah sehingga dapat meningkatkan keberagaman bahan pangan

dan konsumsi energi.


92

3. Pola konsumsi rumah tangga petani sekitar Tahura WAR dalam penelitian

ini belum tergambarkan dengaan jelas sehingga peneliti selanjutnya dapat

mengkaji lebih lanjut terkait pola konsumsi rumah tangga dan melihat

pengaruhnya dengan tingkat ketahanan pangan.


92

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z., K. Murniati, dan S. B. Yuwono. 2017. Analisis Manfaat Ekonomi


Pengelolaan Air Bersih Berbasis Masyarkat di Kawasan Taman Hutan
Raya Wan Abdul Rachman, Provinsi Lampung. Universitas Lampung.
Lampung.

Ahmad, Sayida. 2013. Tingkat Ketahanan Pangan Petani Padi Penerima Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) di Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Amalia, H. dan S. M. Handayani. Analisis Hubungan Proporsi Pengeluaran dan


Konsumsi Pangan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi
di Kabupaten Klaten. SEPA, Vol. 7 No. 2 Februari 2011: 110-118.
http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/06. [29 Juni
2018].

Anggraini, M., W.A. Zakaria, dan F.E. Prasmatiwi. 2014. Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Petani Kopi Di Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Ilmu-
Ilmu Agribisnis. Vol. 2 No. 2, 2014. Hal 124-132.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/737/678. [4
November 2017].

Arifin B. 2005. Pembangunan Pertanian Paradigma Kebijakan dan Strategi


Revitalisasi . PT Grasindo. Jakarta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Edisi


Revisi). Rineka Cipta. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2015. Policy Brief Peningkatan Kinerja Pertanian


Indonesia Menuju Kedaulatan Pangan. Jakarta.
https://www.researchgate.net/profile/Ema_Tusianti2/publication/. [22
November 2017].

Badan Pusat Statistik. 2017. Pesawaran dalam Angka, 2016. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Pesawaran. Pesawaran.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Gedung Tataan dalam Angka, 2016.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran. Pesawaran.
94

Deaton, A. and J. Muellbauer. 1980. Economics and Consumer Behavior.


Cambridge University Press, London.
http://www.library.fa.ru/files/Deaton-Economics.pdf. [15 Juli 2018].

Dinas Kehutanan. 2008. Jumlah Penduduk Sekitar Kawasan Tahuran WAR di


Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

FAO. 1997. Assessment of The Household Food Security Situation, Based on The
Aggregate Household Security Index and The Sixth World Food Survey.
Committee on World Food Security, Twenty-third Session, Rome.

Hernanda, T. A. P., Y. Indriani, dan I. Listiana. 2013. Ketahanan Pangan Rumah


Tangga Petani Jagung di Kecamatan Simpang Kabupaten Ogan Komering
Ulu (Oku) Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, Vol 1 No.4, Oktober
2013. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/706. [29
Januari 2018].

Hernanda, Ega N.P., Y. Indriani, dan U. Kalsum. 2017. Pendapatan Dan


Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Rawan Pangan.
Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 5(3): 283-291.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1641. [30 Agustus
2018].

Ilham, N. dan B.M. Sinaga. 2007. Penggunaan Pangsa Pengeluaran Pangan


sebagai Indikator Komposit Ketahanan Pangan. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana
(SOCA), Vol. 7 No. 3 : 213-328 November 2007.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/4217. [3 November
2017].

Indriani, Yaktiworo. 2015. Gizi dan Pangan. CV Anugrah Utama Raharja


(AURA). Lampung.

Indriani, Yaktiworo, U. Kalsum. T.A.P.Y, Hernanda. 2017. Ketahanan Pangan


Rumah Tangga Petani Padi di Desa Rawan Pangan. Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat Universitas Lampung.
http://repository.lppm.unila.ac.id. [15 September 2018].

Ismiati, Dwi. 2007. Persepsi Dan Peran Serta Masyarakat Dalam Kegiatan
Rehabilitasi Hutan Dan Lahan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Medan.

Kholifah, dkk. 2017. Kontribusi Agroforestri Terhadap Pendapatan Petani Di


Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar
Lampung. Jurnal Sylva Lestari. Vol. 5 No.3, Juli 2017 (39-47).
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JHT/article/view/1560. [27 Juli 2018].
95

Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Maxwell D, Levin C, Klemeseau MA, Ruel M, Morris M, and Ahiadeke C. 2000.


Urban Livelihoods and Food Nutrition Security in Greater Accra, Ghana.
IFPRI in Collaborative with Noguchi Memorial for Medical Research and
World Health Organization. Research Report No.112. Washington, D.C.

Mongabay Indonesia. 2016. Kisah Klasik Tahura Wan Abdul Rachman, Dari
Konflik Menuju Konsep Ekowisata. http://www.mongabay.co.id . [4
November 2017].
Muzayyanah M. A. U, dkk. 2017. Analisis Keputusan Rumah Tangga Dalam
Mengkonsumsi Pangan Sumber Protein Hewani Asal Ternak dan Non
Ternak: Studi Kasus di Propinsi Yogyakarta. Buletin Peternakan. Vol. 41
(2): 203-211. https://journal.ugm.ac.id/buletinpeternakan/article/
18062/16276. [15 Juni 2018].

Nilasari A., M Harisudin, Widiyanto. 2013. Hubungan Antara Pendapatan


Dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Kecukupan Gizi Rumah Tangga
Petani di Kabupaten Cilacap. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan
Agribisnis, 10 (1): 1-12.
http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2013/01/Jurnal-Ayu-
Nilasari-H0808080.Pdf. [22 Agustus 2018].

Oru, Serly. 2013. Ketahanan Pangan Dan Strategy Livelihood


Masyarakat Desa Prai Paha. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana.
Salatiga.

Prasetya, Anandita Rostu. 2013. Struktur Dan Strategi Nafkah Rumahtangga


Petani Peserta Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Phbm)
Di Bogorejo. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Purwantini, T.B., Handewi P.S Rachman dan Mewa Ariani. 2005. Distribusi
Provinsi di Indonesia Menurut Derajat Ketahanan Pangan Rumah
Tangga. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Analisis Kebijakan
Pertanian. Bogor.

Purwaningsih, Y., S. Hartono, Mahsyuri, J.H. Mulyo. 2010. Pola Pengeluaran


Pangan Rumah Tangga Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Rumah
Tangga di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 11 (2):
236-253. journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/download/327/281. [10
September 2018].

Prasmatiwi F.E., I. Listiana, dan N. Rosianti. 2011. Pengaruh Intensifikasi


Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di
Kabupaten Lampung Tengah. Prosiding SNSMAIP III-2012. Bandar
Lampung.
96

Rachman Handewi P.S. dan Ariani M. 2002. Ketahanan Pangan: Konsep,


Pengukuran Dan Strategi. Jurnal: Vol 20 No.1. FAE.
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/view/4280. [11
Desember 2017].

Saputri R., Lestari L.A., dan Susilo J. 2016. Hubungan Pola Konsumsi Pangan
Dengan Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kabupaten Kampar
Provinsi Riau. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol 12 No 3 - Januari 2016
(123-130). https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/view/23110. [29 Oktober
2018].

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta

Soemarno. 2010. Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah - Tangga


Pedesaan. Abstraksi. pslp-ppsub-2010.
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2011/12/strategi-pemenuhan-kecukupan-
pangan-rumahtangga.pdf. [14 November 2017].

Soemarno. 2012. Ketahanan Pangan (Food Security). Kompendium Kajian


Lingkungan dan Pembangunan, PPSUB. Malang.
marno.lecture.ub.ac.id/2012/Kompendium-Ketahanan. [14 November
2017].

Sugesti M.T., Abidin Z., Kalsum U. 2015. Analisis Pendapatan dan Pengeluaran
Rumah Tangga Petani Padi Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban,
Kabupaten Lampung Tengah. Jurrnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 3 (3) :251-
259. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1049. [15
September 2018].

Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Bogor.

Sundari, M. T. 2008. Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Wortel (Daucus


carrota) di Kabupaten Karanganyar. Tesis. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

Sutaryono. 2008. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan.


http://www.kabarindonesia.com. [ 4 November 2017].

The Economist Intelligence Unit (EIU). 2017. Food Sustainability Index.


http://foodsustainability.eiu.com. [ 4 November 2017].

UPTD Tahura Wan Abdul Rachman. 2017. Jumlah Kepala Keluarga di Sekitar
Tahura WAR di Desa Kebagusan. Lampung.
97

Yusran dan Nurdin Abdullah. 2016. Tingkat Ketergantungan Masyarakat


Terhadap Kawasan Hutan Di Desa Borisallo Kecamatan Parangloe
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Vol.
2 No. 1. Hal 127-135. https://media.neliti.com/media/publications/8209-
ID-tingkat-ketergantungan-masyarakat-terhadap-kawasan-hutan-di-desa-
borisallo-kecam.pdf. [17 Juli 2018].

You might also like