You are on page 1of 103

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA


BANJIR PADA LAHAN SAWAH DI DESA RANTAU DURIAN II
KECAMATAN LEMPUING JAYA KABUPATEN OGAN
KOMERING ILIR

ANALYSIS OF THE FACTORS CAUSING FLOOD ON RICE LAND IN


RANTAU DURIAN II VILLAGE LEMPUING JAYA DISTRICT
OGAN KOMERING ILIR REGENCY

Denada Pernia
05011381924143

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
SUMMARY

DENADA PERNIA. Analysis of The Factors Causing Flood on Rice Land in


Rantau Durian II Village Lempuing Jaya, District, Ogan Komering Ilir Regency
(Supervised by NURILLA ELYSA PUTRI).
This study aims (1) Identifying the socio-economic conditions during the
flood and what conditions led to flooding of paddy fields in Rantau Durian II
Village, Lempuing Jaya District, Ogan Komering Ilir District. (2) Analyzing the
factors that influence flooding in paddy fields in Rantau Durian II Village,
Lempuing Jaya District, Ogan Komering Ilir District. (3) Knowing the conditions
that most influence the occurrence of flooding in paddy fields in Rantau Durian II
Village, Lempuing Jaya District, Ogan Komering Ilir Regency. This research was
conducted in Rantau Durian II Village, Lempuing Jaya District, Ogan Komering
Ilir District. This location determination was carried out deliberately (purposive
sampling). Data collection was carried out in November 2022 until completion. The
method that will be used in this study is the survey method. The number of samples
taken were 33 farmers whose paddy fields were affected by the floods, who came
from Rantau Durian II Village, Lempuing Jaya District, Ogan Komering Ilir
Regency. The sample is determined using the Slovin method. The results showed
that (1) Conditions that occur during floods cause farmers to experience a decrease
in terms of income, production, harvested area, and planting season to once a year.
Types of inundation of B and D paddy fields in paddy fields, the lack of
infrastructure, and the typology of rain-fed paddy fields make these paddy fields
vulnerable to flooding. (2) The factors that cause flooding with the highest loading
factor value are the protection factors against flooding by making efforts to
minimize and deal with flooding. While the indicator that has the highest influence
is the education level of farmers affecting floods in paddy fields, lack of knowledge
about floods is the cause of floods that cannot be minimized and do not know how
to deal with floods in paddy fields. (3) Based on the analysis that has been carried
out, it is found that there is a significant influence of rainfall, humidity, temperature,
depth of rice fields, and length of waterways on the frequency of flooding in paddy
fields in Rantau Durian II Village, Lempuing Jaya District, Ogan Komering Ilir
Regency.
Keywords: flood, frequency, rainfall.
RINGKASAN

DENADA PERNIA. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Banjir pada


Lahan Sawah di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten
Ogan Komering Ilir (Dibimbing oleh NURILLA ELYSA PUTRI).
Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi saat
banjir dan kondisi apa saja yang menyebabkan terjadinya banjir pada lahan sawah
di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering
Ilir. (2) Menganalisis Faktor-faktor yang mempengaruhi banjir pada lahan sawah di
Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir.
(3) Mengetahui kondisi yang paling mempengaruhi terjadinya banjir di lahan sawah
di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering
Ilir. Penelitian ini dilakukan di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya
Kabupaten Ogan Komering Ilir. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja
(purposive sampling) Pengambilan data dilaksanakan pada bulan November 2022
hingga selesai. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
survei. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 33 orang petani yang lahan
sawahnya terdampak banjir, yang berasal dari Desa Rantau Durian II Kecamatan
Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sampel ditentukan dengan
menggunakan metode Slovin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kondisi
yang terjadi saat banjir membuat petani mengalami penurunan dalam segi
pendapatan, produksi, luas panen, dan musim tanam menjadi satu kali dalam
setahun. Tipe genangan lahan B dan D pada lahan sawah, kondisi infrastruktur yang
kurang, dan tipologi lahan sawah tadah hujan membuat lahan sawah ini rentan
terkena banjir. (2) Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir dengan
nilai loading factor tertinggi adalah faktor perlindungan terhadap banjir dengan
cara melakukan upaya-upaya meminimalisir dan menghadapi banjir. Sedangkan
indikator yang memiliki pengaruh paling tinggi adalah tingkat pendidikan petani
mempengaruhi banjir di lahan sawah, pengetahuan yang masih kurang mengenai
banjir menjadi penyebab banjir yang tidak dapat di minimalisir serta tidak
mengetahui cara menghadapi banjir di lahan sawah. (3) Berdasarkan analisis yang
telah dilakukan didapatkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan curah hujan,
kelembapan, suhu, kedalaman sawah, dan panjang saluran air terhadap banjir yang
terjadi di lahan sawah Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten
Ogan Komering Ilir.
Kata kunci: banjir, curah hujan, frekuensi.
SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA


BANJIR PADA LAHAN SAWAH DI DESA RANTAU DURIAN II
KECAMATAN LEMPUING JAYA KABUPATEN OGAN
KOMERING ILIR

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar


Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya

Denada Pernia
05011381924143

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Denada Pernia biasa dipanggil Nada, lahir di OKU Timur
pada tanggal 18 Mei 2002. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara dari
Bapak Feri dan Ibu Yeni Afrita. Alamat penulis yaitu Desa Betung, Jalan Lintas
Komering, RT. 009, RW. 003, Kecamatan Semendawai Barat, Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur, Provinsi Sumatera Selatan.
Penulis memulai pendidikan di Paud Sebiduk Sehaluan pada tahun 2006.
Setelah itu penulis melanjutkan Sekolah Dasar (SD) di SDN 3 Betung yang lulus
pada tahun 2013. Setelah lulus dari SD, penulis melanjutkan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMPN 1 Semendawai Barat yang lulus pada tahun 2016. Dan
selanjutnya melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 2 Semendawai
Barat yang lulus pada tahun 2019. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan sebagai mahasiswi Program Studi Agribisnis di Universitas Sriwijaya.
Selama masa studi kuliah di Universitas Sriwijaya, Penulis juga ikut tergabung
dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Sosial Ekonomi Pertanian
(HIMASEPERTA) sebagai anggota dari Dinas PPSDM periode 2019-2020.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi guna
untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana dengan judul “Analisis Faktor-
Faktor Penyebab Terjadinya Banjir Pada Lahan Sawah di Desa Rantau Durian II
Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir.” Dalam penyusunan
skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, masukan dan saran dari berbagai
pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Kedua orang tua yaitu Bapak Feri dan Ibu Yeni Afrita, serta saudara dan
saudari saya yaitu Gurawan Jona, Natasya Ayu Pernia dan Nikita Cantika
Pernia yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan doa dan
moril maupun materil kepada penulis.
3. Ibu Dr. Ir. Dessy Adriani, S.P., M.Si. sebagai Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian yang telah memberikan arahan, bimbingan, ilmu pengetahuan dan
motivasi yang baik kepada penulis selama masa perkuliahan.
4. Ibu Nurilla Elysa Putri, S.P., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, motivasi, solusi dan masukan yang bersifat
membangun terhadap segala permasalahan yang dihadapi dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Ibu Dr. Ir. Lifianthi, M.Si. sebagai dosen penguji saya yang telah memberikan
kritik, saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Agribisnis dan Fakultas Pertanian yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Seluruh jajaran Staff Akademik di Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
baik di Indralaya maupun Palembang yang telah bersedia membantu mengurus
berkas selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengambilan data
penelitian di Desa Rantau Durian II.

viii Universitas Sriwijaya


ix

9. Sahabat seperjuangan saya semasa kuliah Nilam, Olan, Iken, Aman, dan Nugra
yang selalu ada saat susah dan senang, membantu dan memberikan semangat
dari awal hingga akhir masa perkuliahan.
10. Teman-teman seperbimbingan Rossa, Deli, Azzahra, Dira, Febri, Ari, dan Ari.
11. Teman-teman yang membantu proses penelitian ke lokasi Rossa, Azzahra,
Idham, dan Kak Muhar.
12. Semua pihak yang turut membantu selama penulisan skripsi ini hingga dapat
terselesaikan.
Kritik serta saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis
agar penulis dapat memperbaiki penulisan pada skripsi ini karena penulis
menyadari dalam penyusunan masi terdapat banyak kekurangan yang dimiliki oleh
penulis. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.

Indralaya, Januari 2023

Denada Pernia

Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 5
BAB 2. KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................... 6
2.1. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
2.1.1. Konsepsi Banjir ................................................................................. 6
2.1.2. Jenis-Jenis Banjir .............................................................................. 7
2.1.2. Penyebab dan Dampak Banjir ........................................................... 7
2.1.3. Genangan Banjir................................................................................ 8
2.1.4. Frekuensi Banjir ................................................................................ 9
2.1.5. Konsepsi Banjir di Lahan Sawah ...................................................... 9
2.1.6. Konsepsi Lahan Sawah ..................................................................... 10
2.1.7. Konsepsi Curah Hujan ...................................................................... 10
2.1.8. Konsepsi Perubahan Iklim ................................................................ 11
2.1.9. Konsepsi Jenis-jenis Hujan ............................................................... 12
2.1.10. Konsepsi Kelembaban..................................................................... 13
2.1.11. Konsepsi Suhu Udara ...................................................................... 13
2.2. Model Pendekatan ................................................................................ 14
2.3. Studi Terdahulu .................................................................................... 15
2.4. Hipotesis............................................................................................... 16
2.5. Batasan Operasional ............................................................................. 16
BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................... 18
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 18
3.2. Metode Penelitian................................................................................. 18

ix Universitas Sriwijaya
x

Halaman
3.3. Metode Penarikan Contoh .................................................................... 18
3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 19
3.5. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 20
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 25
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian ...................................................... 25
4.1.1. Letak dan Batas Wilayah .................................................................. 25
4.1.2. Keadaan Geografi dan Topografi ...................................................... 25
4.1.3. Kondisi Demografi ............................................................................ 25
4.1.4. Tata Guna Lahan ............................................................................... 28
4.1.4. Sarana dan Prasarana......................................................................... 29
4.2. Identitas Responden ............................................................................. 31
4.2.1. Usia Responden................................................................................. 32
4.2.2. Tingkat Pendidikan ........................................................................... 32
4.2.3. Pengalaman Berusahatani ................................................................. 33
4.2.4. Luas Lahan ........................................................................................ 34
4.3. Kondisi Sosial Ekonomi Saat Banjir dan Kondisi yang Menyebabkan
Bencana Banjir pada Lahan Sawah di Desa Rantau Durian II ............ 34
4.3.1. Kondisi Sosial Ekonomi Saat Banjir ................................................. 35
4.3.2. Geografi dan Topografi ..................................................................... 37
4.3.3. Tipologi Lahan .................................................................................. 37
4.3.4. Kondisi Infrastruktur di Lahan Sawah .............................................. 38
4.3.5. Curah Hujan ...................................................................................... 39
4.3.6. Suhu................................................................................................... 40
4.3.7. Kelembapan Udara ............................................................................ 40
4.3.8. Banjir Pertahun.................................................................................. 41
4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Banjir Pada Lahan Sawah Di
Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan
Komering Ilir........................................................................................ 42
4.4.1. Frekuensi Banjir ................................................................................ 43
4.4.2. Perlindungan Terhadap Banjir .......................................................... 44
4.4.3. Pengetahuan dan Keterampilan Petani Tentang Banjir ..................... 46
4.4.4. Kepercayaan Kepada Pemerintah Terhadap Manajemen Resiko ..... 48

Universitas Sriwijaya
xi

Halaman
4.5. Kondisi Yang Mempengaruhi Terjadinya Banjir Pada Lahan Sawah di
Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan
Komering Ilir........................................................................................ 50
4.5.1. Analisisis Regresi Linear Berganda .................................................. 50
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 62
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 62
5.2. Saran..................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 64
LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Model Pendekatan Secara Diagramatis .................................. 14
Gambar 4.1. Trend Curah Hujan Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir . 39
Gambar 4.2. Trend Suhu Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir ............. 40
Gambar 4.3. Trend Kelembapan Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir . 41
Gambar 4.4. Trend Banjir Pertahun 10 Tahun Terakhir di Ogan Komering
Ilir........................................................................................... 42
Gambar 4.5. Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot Test ...... 51
Gambar 4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Grafik Scatterplots .... 53

xii Universitas Sriwijaya


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1. Produksi Padi Tiga Tahun Terakhir di Kabupaten Ogan Komering
iIlir .............................................................................................. 4
Tabel 3.1. Tabel Penarikan Contoh Sampel ................................................ 19
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia .......................................... 26
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin................................. 27
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian........................... 27
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................ 28
Tabel 4.5. Tata Guna Lahan Desa Rantau Durian II ................................... 29
Tabel 4.6. Nama Kelompok Tani Desa Rantau Durian II ........................... 30
Tabel 4.7. Sarana Pendidikan di Desa Rantau Durian II............................. 31
Tabel 4.8. Usia Responden di Desa Rantau Durian II ................................ 32
Tabel 4.9. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Rantau Durian II ........ 33
Tabel 4.10. Pengalaman Berusahatani Responden di Desa Rantau Durian II 33
Tabel 4.11. Luas Garapan Responden di Desa Rantau Durian II ............... 34
Tabel 4.12. Infrastruktur Pertanian di Lahan Sawah Desa Rantau Durian II 38
Tabel 4.13. Hasil Confirmatory Factor Analysis Frekuensi Banjir, 2022 .. 43
Tabel 4.14. Hasil Confirmatory Factor Analysis Perlindungan Terhadap
Banjir, 2022 .............................................................................. 45
Tabel 4.15. Hasil Confirmatory Factor Analysis Pengetahuan dan Keterampilan
Tentang Banjir, 2022 ................................................................ 47
Tabel 4.16. Hasil Confirmatory Factor Analysis Kepercayaan Pada Pemerintah
Terhadap Manajemen Resiko, 2022 ......................................... 48
Tabel 4.17. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov, 2022. .................................... 50
Tabel 4.18. Hasil Uji Multikolinearitas, 2022............................................. 52
Tabel 4.19. Hasil Uji Heteroskedasitas, 2022. ............................................ 52
Tabel 4.20. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2), 2022. ........................... 54
Tabel 4.21. Hasil Uji Simultan (Uji F), 2022. ............................................. 55
Tabel 4. 22. Hasil Uji T, 2022..................................................................... 55
Tabel 4.23. Hasil Regresi Linear Berganda, 2022 ...................................... 56

xiii Universitas Sriwijaya


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Peta Kabupaten Ogan Komering Ilir ...................................... 69
Lampiran 2. Prakiraan Curah Hujan di Sumatera Selatan Oktober 2022 ... 70
Lampiran 3. Identitas Responden Desa Rantau Durian II........................... 71
Lampiran 4. Informasi Banjir di Desa Rantau Durian II ............................ 73
Lampiran 5. Trend Curah Hujan Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir . 75
Lampiran 6. Trend Suhu Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir .............. 76
Lampiran 7. Trend Kelembapan Udara Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir 77
Lampiran 8. Hasil Confirmatory Factor Analysis ...................................... 78
Lampiran 9. Goodness Of Fit Confirmatory Factor Analysis..................... 79
Lampiran 10. Hasil Regresi Linear Berganda Uji Normalitas, 2022. ......... 80
Lampiran 11. Hasil Regresi Linear Berganda Uji Multikornealitas, 2022. 81
Lampiran 12. Hasil Regresi Linear Berganda Uji Heteroskedasitas, 2022. 82
Lampiran 13. Hasil Regresi Linear Berganda Uji Hipotesis, 2022............. 83
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian ........................................................ 84

xiv Universitas Sriwijaya


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris dengan memiliki daratan yang sangat
luas dan penduduk yang ada dapat memanfaatkan sebagai mata pencaharian untuk
membuka lahan. Sektor agraris di Indonesia tidak hanya dijadikan untuk mata
pencaharian tetapi juga bisa membantu peningkatan pendapatan di Indonesia.
Persaingan sumber daya pertanian Indonesia memiliki posisi yang bagus di pasar
internasional. Sektor pertanian khususnya budidaya usahatani padi berperan besar
dalam mengaktifkan ketahanan pangan, melindungi lingkungan, dan kesejahteraan
petani (Kusumaningrum, 2019).
Indonesia adalah negara yang didominasi air dengan ribuan sungai dan
ratusan samudra. Banyaknya sungai dengan jumlah ribuan lebih dari 500 sungai
rawan terdampak banjir. Hal ini diakibatkan oleh permukaan air naik karena curah
hujan yang tergolong tinggi dan drainase yang mengalami penyumbatan (Siregar et
al., 2019). Sektor pertanian sangat sering terdampak banjir, Banjir yang terjadi
dapat menyebabkan penurunan regional suatu wilayah hingga mengalami
penurunan produksi beras yang signifikan. Bencana banjir membuat petani harus
melakukan panen padi lebih awal, selain itu petani harus menanam ulang akibat
banjir yang sulit surut di lahan sawah (Kasanah et al., 2021).
Fenomena banjir merupakan fenomena secara ilmiah yang diakibatkan
perubahan iklim, keadaan lahan, dan geologi. Pengelolaan manusia dalam
melakukan tindakan juga memiliki peran dalam tingkat besarnya banjir (Nita et al.,
2022). Secara umum banjir diartikan yaitu keadaan suatu daratan yang tidak ada air
atau genangan lalu digenangi air, banjir penyebabnya adalah curah hujan tergolong
tinggi serta keadaan topografi daerah berbentuk cekung dan dataran rendah. Faktor
yang menjadi penyebab banjir lainnya adalah adanya limpahan air yang berasal dari
permukaan (runoff) yang dimana melebihi kemampuan saluran air atau sungai,
selanjutnya penyebab banjir juga karena proses infiltrasi air yang rendah hingga
tanah sudah jenuh dan tidak dapat menyerap air lagi (Rizkiah et al., 2014).

1 Universitas Sriwijaya
2

Sawah memiliki kemiripan dengan rawa, sama halnya dengan rawa sawah
hanya tempat parkir sementara. Jika terjadi hujan dan airnya melebihi kapasitas
sawah, kemungkinan akan menyebabkan sawah tidak bisa digunakan sebagai
tempat penyimpanan air. Air hujan yang ada di lahan sawah dalam beberapa waktu
akan ditampung dan limpahan akan turun. Air yang melebihi kapasitas sehingga
tidak dapat diserap oleh sawah akan menjadi faktor penyebab terjadinya banjir bagi
lingkungan terutama area hilir sungai. Tingkat gangguan pertumbuhan pada benih
padi biasa bergantung pada tingkat tinggi banjir dan ketahanan pangan padi
terhadap tinggi muka air. Saat air tergenang di area sawah, air mengisi pori-pori
pada tanah, pembuangan udara, pengurangan difusi gas dan senyawa yang beracun
menumpuk karena adanya keadaan kekurangan oksigen (Kasanah et al., 2021).
Pengaruh banjir terhadap terhadap sawah di beberapa daerah semakin banyak dan
akan mengalami banjir dengan intensitas yang sering setiap tahunnya, menimbulkan
kerugian yang besar untuk petani (Departemen Pertanian, 2009). Perubahan iklim yang
terjadi secara global di dunia sudah dikonfirmasi membawa dampak terhadap produksi
beras di indonesia adalah hujan yang lebat, peningkatan suhu, peningkatan muka air laut
sehingga mempengaruhi banjir secara nyata dan secara tidak nyata yaitu air sungai
mengalami hambatan dan bencana alam semakin sering terjadi. Bidang pertanian sering
mengalami banjir dan banjir yang terjadi pada lahan sawah menyebabkan kegagalan atau
berkurangnya produksi padi wilayah (Sudrartono, 2019).
Banjir tidak menjadi masalah jika tidak berlangsung lama menggenangi lahan
sawah, tidak menimbulkan kerugian bagi yang terkena dampak, dan tidak membuat
dampak lain terhadap kehidupan petani sehari-hari. Banjir terjadi dalam bentuk
genangan pada lahan yang umumnya tidak terdapat genangan misalnya di perkotaan,
lahan pertanian, dan lahan terbangun. Banjir terjadi ketika air di saluran atau sungai
melebihi kapasitasnya hingga menyebabkan limpasan. Banjir juga dapat terjadi karena
fenomena alam dan alam, topografi, dan aktivitas manusia yang mempengaruhi
penggunaan lahan dan perubahan lahan di wilayah tersebut. (Rosyidie, 2013).
Banjir yang terjadi akibat curah hujan yang tinggi ketika terlalu banyak air yang
tidak dapat di tampung oleh jaringan distribusi regional. Keadaan ini berdampak pada
munculnya genangan air di kawasan yang dapat merusak kota hingga dapat
mengakibatkan kerugian. Peningkatan frekuensi hujan yang secara terus menerus dan

Universitas Sriwijaya
3

signifikan merupakan peningkatan sinyal pemanasan global berupa peningkatan suhu


permukaan bumi yang terjadi di permukaan, penyebabnya adalah aktivitas yang
sedang terjadi di permukaan (Rachmat dan Pamungkas, 2014).
Penyebab banjir dikelompokkan menjadi dua yaitu, banjir akibat alami dan
banjir akibat campur tangan manusia. Penyebab banjir alami disebabkan oleh curah
hujan, fisiografi, erosi, sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas saluran air, dan
pengaruh air. Banjir yang disebabkan oleh campur tangan manusia yaitu lingkungan
yang mengalami perubahan seperti perubahan keadaan air (DAS), lingkungan
pemukiman dan bantaran, degredasi lahan basah, rusaknya bangunan pengendali
banjir, rusaknya hutan, vegetasi alami, dan desain sistem pengendalian banjir yang
tidak tepat (Ka’u et al., 2021).
Banjir terdapat dua kelompok, yaitu banjir alami dan banjir akibat manusia.
Suatu banjir alami diakibatkan beberapa faktor yaitu kapasitas drainase, curah
hujan, pengaruh hidrologi, fisiografi, sedimentasi, erosi, dan kapasitas sungai.
Sedangkan banjir dengan campur tangan manusia yaitu mengakibatkan perubahan
pada lingkungan, contohnya keadaan air yang berubah (DAS), lingkungan
permukiman dan bantaran, degradasi lahan basah, rusaknya sarana prasarana banjir,
hutan yang dirusak, vegetasi alami dan desain sistem pengendalian banjir yang
tidak tepat (Darwati dan Suryanto, 2015). Prakiraan curah hujan bulan oktober 2022
di Sumatera Selatan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pada bulan Oktober 2022 diperkirakan sebagian besar wilayah Sumsel mulai
dari Sumsel hingga Sumut mengalami hujan lebat dengan curah hujan antara 200
hingga 300 mm. Beberapa kecematan di Sumatera Selatan diperkirakan mengalami
banjir pada bulan Oktober, data prakiraan banjir ini didapatkan dari Stasiun
Klimatologi Sumatera Selatan. Untuk daerah yang di perkirakan akan mengalami
banjir pada bula Oktober 2022 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Prakiraan Kecamatan yang berpotensi banjir di Kabupaten Ogan Komering
Ilir pada bulan Oktober yaitu Air Sugihan, Cengal, Jejawi, Kayuagung, Lempuing
Jaya, Mesuji, Mesuji Raya, Pampangan, Pangkalan Lampam, Pedamaran,
Pedamaran Timur, Siruh Pulau Padang, Sungai Menang, Tanjung Lubuk, Teluk
Gelam, Dan Tulung Selapan. Prakiraan potensi banjir di bulan Oktober 2022 di
Kabupaten Ogan Komering Ilir ada beberapa Kecamatan yang terdampak banjir.

Universitas Sriwijaya
4

Prakiraan banjir di Kabupaten Ogan Komering Ilir termasuk Kabupaten yang


terdampak banjir rendah di Sumatera Selatan, dari total 18 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Ogan Komering Ilir prakiraan yang terdampak banjir hamper seluruh
Kecamatan yang menjadi prakiraan banjir. Produksi padi tiga tahun terakhir di
Ogan Komering Ilir dapat di lihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.1. Produksi Padi Tiga Tahun Terakhir di Kabupaten Ogan Komering Ilir
Tahun Produksi Padi (Ton-GKG) Luas Panen Padi (Ha)
2019 484.605 95.560
2020 525.218 96.371
2021 425.515 77.949
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ilir

Dari Tabel 1.2. dapat dilihat bahwa pada tahun 2019 produksi padi mencapai
484.605 ton dengan luas panen padi 95.560 Ha, tahun 2020 produksi padi sebesar
525.218 ton dengan luas panen padi sebesar 96.371 Ha, dan pada tahun 2021
produksi padi sebesar 425.515 ton dengan luas panen padi 77.949 ha. Penurunan
produksi padi dan berkurangnya luas panen padi dalam tiga tahun terakhir di Ogan
Komering Ilir diperkirakan penurunan produksi akibat terjadinya banjir di lahan
sawah. Banjir di lahan sawah menyebabkan penurunan luas panen sehingga
produksi padi juga ikut berkurang, oleh karena itu penelitian dilakukan di Desa
Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir.

1.2. Rumusan Masalah


Hasil latar belakang di atas ditarik suatu permasalahan yang terjadi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kondisi sosial ekonomi saat banjir dan kondisi apa saja yang menyebabkan
terjadinya banjir di lahan sawah di Desa Rantau Durian II Kecamatan
Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir?
2. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi banjir pada lahan sawah di Desa
Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir?
3. Kondisi Apa yang mempengaruhi terjadinya banjir pada lahan sawah di Desa
Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir?

Universitas Sriwijaya
5

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Adapun tujuan dan kegunaan penelitian dari permasalahan yang terjadi ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi saat banjir dan kondisi apa saja yang
menyebabkan terjadinya banjir pada lahan sawah di Desa Rantau Durian II
Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir.
2. Menganalisis Faktor-faktor yang mempengaruhi banjir pada lahan sawah di
Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering
Ilir.
3. Mengetahui kondisi yang paling mempengaruhi terjadinya banjir di lahan
sawah di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan
Komering Ilir.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk seluruh
eleman mulai dari petani, masyarakat, pelajar, pemerintah, serta pembaca lainnya
agar dapat memperoleh pengetahuan lebih mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi banjir yang terjadi di lahan sawah petani padi. Hasil penelitian ini
juga dapat menjadi sumber informasi, bahan perpustakaan, dan ilmu pengetahuan
untuk yang membutuhkan sebagai referensi menjadi penelitian selanjutnya.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka


2.1.1. Konsepsi Banjir
Umumnya banjir merupakan peristiwa yang mana air pada suatu saluran
bertambah hingga melebihi daya tampungnya. Banjir dibedakan menjadi berbagai
macam adalah banjir yang terjadi karena hujan ekstrim, banjir dari kiriman, banjir
datang dari hulu, banjir akibat rob, dan banjir bandang. Banjir sendiri
berkarakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya (Seno, 2013). Banjir
pada suatu daerah ada dua faktor penyebab berbeda, yaitu penyebab alam dan ulah
manusia. Penyebab alami banjir ialah curah hujan dan berkepanjangan, topografi,
keadaan tanah, penutup tanah, dan pendangkalan alami. Banjir buatan manusia
disebabkan oleh penimbunan yang berlebihan dan jaringan pasokan air yang buruk
(Suhandini, 2011). Banjir dapat disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan,
pembangunan pemukiman, dan faktor lain yang terjadi di dataran banjir (Arifin et
al., 2021).
Daerah yang curah hujannya tergolong tinggi akan besar dampaknya dalam
hal banjir, ketika daerah yang curah hujannya tinggi rawan terancam terjadi banjir.
Banjir adalah penggenangan yang terjadi di dataran area sungai akibat tidak
terjaganya kadar air sungai. Berikutnya banjir adalah hubungan yang berkaitan
manusia dan alam dari sumber yang mana manusia memanfaatkan alam agar dapat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan mengurangi interaksi dengan alam yang
dapat menyebabkan kerugian untuk manusia (Kusumo dan Nursari, 2016).
Pengurangan daerah resapan karena perubahan penggunaan lahan telah
berkontribusi pada peningkatan banjir. Oleh karena itu kontrol diperlukan dalam
perubahan penggunaan lahan. Prosedur untuk mengendalikan penggunaan lahan
termasuk dalam undang-undang perencanaan penataan ruang. Pemantauan
pengelolaan penggunaan lahan di bawah yurisdiksi pemerintah federal dan lokal
(provinsi dan kota / kota) (Qodriyatun, 2020).

6 Universitas Sriwijaya
7

2.1.2. Jenis-Jenis Banjir


Menurut (Arif, 2019) Curah hujan dibagi menjadi beberapa jenis ialah, banjir
hujan ekstrim, banjir kiriman, banjir bandang, banjir rob, banjir lahan dingin, dan
banjir lumpur, untuk uraian penjelasan dari jenis-jenis yaitu.
1. banjir hujan ekstrem, ialah keadaan banjir yang terjadi disebabkan oleh luapan
air sungai yang diakibatkan curah hujan yang berlebihan di atas rata-rata
sehingga tidak dapat diserap oleh tanah dan sungai sekitar.
2. Banjir kiriman, ialah banjir yang diakibatkan air sungai mengalami peluapan
karena air hujan yang deras dari wilayah lain.
3. Banjir bandang, ialah peristiwa bencana yang terjadi tidak terduga dan hanya
dalam beberapa waktu.
4. Banjir air laut atau rob ialah suatu keadaan banjir penyebabnya adalah hujan
lebat atau topan dan gelombang yang disebabkan oleh air laut.
5. Banjir lahar dingin, ialah kejadian banjir yang disebabkan akibat aktivitas
gunung berapi yang mengeluarkan lahar dingin.
6. Banjir lumpur ialah penyebab terjadinya banjir ini karena penumpukan
timbunan lumpur dari persawahan atau bantaran sungai.

2.1.2. Penyebab dan Dampak Banjir


Menurut (Yulaelawati dan Shihab, 2008) dalam (Qodriyatun, 2020) ada
faktor yang menyebabkan bencana banjir terbagi tiga yaitu:
1. Faktor aktivitas manusia
Pada halnya penggunaan dataran banjir yang digunakan untuk tujuan
perumahan serta komersial, menebang pohon, dan pengurangan infiltrasi tanah
dan limpasan permukaan. Aktivitas manusia lain yang dapat memicu terjadinya
banjir adalah pemukiman di lahan basah, pembangunan di dataran banjir
dengan mengalihkan sumber daya air secara tidak benar, dan praktik
pembuangan limbah menyebabkan drainase tersumbat. Kadang-kadang sungai
di keruk diperuntukan menjadi tempat tinggal masyarakat, sehingga
mengakibatkan aliran air saat hujan terjadi tidak berhenti dan menyebabkan
banjir.

Universitas Sriwijaya
8

2. Faktor alam yang bersifat tetap (statis)


Seperti posisi geografis pada daerah yang rawan hujan lebat atau siklon, posisi
topografi cekung yang merupakan dataran banjir, posisi saluran yang
merupakan kemiringan dataran.
3. Faktor alam yang bersifat dinamis
Misalnya hujan deras, bendungan atau arus balik yang biasanya terjadi di teluk
atau kompleks sungai besar, permukaan suatu tanah yang longsor, pengerukan
sungai yang diakibatkan sedimentasi tinggi.
Dampak banjir terhadap perekonomian negara adalah hancur atau rusaknya
rumah penduduk, petani yang menjadi kehilangan hasil panen dan ternak yang
rusak dan hilang, pengusaha yang mengalami kerugian, terjadi macet, rusaknya
jalan, dan berpengaruh terhadap rutinitas masyarakat lainnya (Anwar et al., 2022).
Banjir membawa limbah seperti sampah, selokan atau septic tank. Keadaan ini
membuat nyamuk dan parasit berkembang biak dengan cepat. Tidak jarang banjir
juga memicu keadaan darurat. Kondisi air juga kurang baik untuk tubuh, yang dapat
menurunkan kondisi dan daya tahan tubuh terhadap stress akibat kekurangan
pakaian, makanan dan papan.

2.1.3. Genangan Banjir


Perubahan penggunaan lahan mempengaruhi tingkat genangan banjir,
penggunaan tata lahan yang tidak tepat menjadi penyebab utama dibandingkan
faktor lainnya. Dua cara pengendalian banjir dan banjir adalah manajemen
organisasi (pengelolaan genangan banjir) yang dicapai melalui kegiatan teknis,
terutama dalam penyediaan fasilitas dan peralatan dan pencegahan banjir.
(Pengelolaan akses non struktural terhadap memaksimalkan ruang) dilakukan untuk
mengurangi kerugian akibat banjir, baik itu kematian maupun harta benda.
Genangan adalah apa yang terjadi ketika suatu daerah tergenang air karena tidak
ada sistem drainase yang membuat air dapat keluar dari area tersebut. Oleh karena
itu, banjir sangat erat kaitannya dengan aliran masuk dan aliran keluar. Banjir
didefinisikan sebagai akumulasi air yang berhenti menyebar ke area selain badan
air (Kusumadewi et., al. 2015).

Universitas Sriwijaya
9

Menurut (Noor dan Rahman,2015) tipe luapan dibagi menjadi beberapa tipe,
tipe kawasan A ini seperti pantai hingga pesisir, dan ujung sungai. Tipe B, yaitu
wilayah yang hanya terisi luapan yang terjadi saat pasang besar. Tipe C, yaitu
wilaya yang tidak terjadi limpasan pasang langsung, tetapi genangan ini terjadi
akibat pasang dan permukaan tinggi air tanah < 50 cm. Selanjutnya tipe D sama
dengan tipe C, namun pengaruh resapan yang rendah dengan ketinggian permukaan
air tanah lebih dalam > 50 cm.

2.1.4. Frekuensi Banjir


Tingkat banjir dapat ditetapkan tergantung pada parameter yang
mempengaruhi situasi banjir. Melalui berbagai penelitian banjir diketahui bahwa
keadaan lahan seperti tutupan lahan, topografi, dan geomorfologi serta curah hujan
sebagai salah satu faktor utama iklim merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya banjir (Wismarini dan Sukur, 2015). Frekuensi atau tingkat keparahan
banjir disebabkan oleh bertambahnya ketinggian sungai di suatu wilayah, sehingga
jika curah hujan cukup tinggi serta terjadi secara terus menerus dan permukaan air
terlalu tinggi melebihi tanggul sehingga banjir akan terjadi di suatu wilayah
(Windy, 2014).

2.1.5. Konsepsi Banjir di Lahan Sawah


Sektor pertanian biasanya dijadikan sektor yang salah satu diantaranya
terkena dampak dari bencana banjir. Petani melakukan pemanenan pada tanaman
padinya secara terpaksa, beberapa diantaranya pula petani harus melakukan tanam
ulang akibat kejadian banjir yang sulit surut. Genangan dibedakan menjadi 2 jenis
yang terjadi pada lahan sawah tanaman padi yaitu, lahan rawa lebak merupakan
lahan yang tergolong ke genangan jangka panjang sedangkan lahan lebak dangkal
termasuk ke genangan dalam beberapa waktu yang penataan airnya buruk apalagi
saat hujan terjadi dalam tingkat tinggi. Tanaman padi pada lahan sawah akan
mengalami gangguan yang tinggi sesuai dengan keadaan ketinggian genangan
(Kasanah et al., 2021).
Banjir yang terjadi pada sawah akibat intesitas hujan yang tinggi tapi juga
berdampak terhadap kehijauan tanaman padi di lahan sawah. Probabilitas gagal

Universitas Sriwijaya
10

panen dominan dipengaruhi oleh seberapa sering tanaman padi tergenang


(frekuensi banjir) (Febrianti dan Domiri, 2012). Banjir ini akan menyebabkan
petani tidak memiliki kegiatan pekerjaannya jika banjir terjadi akan mengakibatkan
rusaknya lahan sawah petani hingga tidak dapa digunakan. Terjadinya kerusakan
pada lahan sawah mengakibatkan penurunan produksi pertanian hingga berdampak
pada pendapatan petani yang menurun. Meningkatnya ancaman banjir pada lahan
sawah akan membuat kerentanan petani (Tommi et al., 2015).

2.1.6. Konsepsi Lahan Sawah


Penggunaan lahan pertanian terbagi atas dua pengelompokkan yaitu lahan
sawah dan lahan bukan sawah. Lahan sawah terbagi menjadi dua jenis, yaitu sawah
irigasi yang merupakan sawah yang dapat diairi dengan teknologi irigasi yang
bersumber dari teknis dan irigasi sederhana. Sedangkan lahan sawah tidak beririgasi
merupakan sawah yang sumber airnya didapatkan sari air hujan atau sumber air
lainnya. Lahan sawah tidak beririgasi contohnya adalah lahan sawah pasang surut,
lebak, dan tadah hujan (Winarso, 2012).
Sawah yang memiliki irigasi mayoritas berada di Jawa 40 persen, diikuti 11
persen di pulau Sumatera dan sebagian lagi 6 persen di pulau Kalimantan dan pulau
Sulawesi. Sawah pasang surut luasnya terus berkurang sering dijadikan untuk
tambak udang dan bandeng, karena menurut petani lebih bernilai ekonomis. Sawah
lebak terus menerus menyusut hingga menjadi sawah tadah hujan atau irigasi,
konon ada yang beralih ke non pertanian (industri dan pemukiman masyarakat)
pemanfaatan rawa lebak sangat bergantung pada perubahan iklim, saat cuaca kering
luas sawah lebak justru bertambah (Wahyunto dan Widiastuti, 2014).

2.1.7. Konsepsi Curah Hujan


Curah hujan ialah tinggi tingkatan curah hujan yang jatuh pada dasar bumi
yang tidak melimpas dan meresap. Hujan dengan besaran 1 mm merupakan tingkat
tinggi hujan setinggi 1 mm yang mencapai dasar seluas 1 m 2, diasumsikan tidak ada
saluran air, resapan dan resapan. Hutan hujan tropis Indonesia termasuk ke dalam
iklim yang curah hujannya tergolong tinggi, dengan curah hujan yang tinggi di
dataran tinggi. Curah hujan dan panas sering dihasilkan oleh proses konvektif dan

Universitas Sriwijaya
11

pembentukan awan hangat. Curah hujan terutama dihasilkan oleh pergerakan massa
air ke atas (Mulyono, 2016).
Letak geografis mempengaruhi perilaku curah hujan secara umum di
indonesia, Indonesia yang dilintasi garis khatulistiwa mendapat lebih banyak sinar
matahari sepanjang tahun. Secara umum besaran curah hujan di Indonesia berbeda-
beda di setiap wilayahnya, akan tetapi curah hujan yang terjadi di Indonesia rata-
rata sebesar 200-300 mm pertahunnya. Besarnya curah hujan mempengaruhi
jumlah lahan pertanian, kapasitas drainase dan struktur hidrolik di kedua wilayah
tersebut. (Hidayat dan Empung, 2016).

2.1.8. Konsepsi Perubahan Iklim


Iklim dapat diartikan sebagai jumlah catatan cuaca selama dalam beberapa
periode yang sudah ditentukan serta cuaca yang menunjukkan keadaan tertentu
terhadap atmosfer. Ada dua faktor yang menjadi titik penting yaitu curah hujan dan
suhu. Keadaan cuaca di Indonesia yaitu tropis dengan keadaan tingkat suhu yang
rendah yang menyebabkan keadaan curah hujan tinggi. Maka dari itu, dalam
perubahan iklim hujan paling sering diteliti jika dibandingkan dengan suhu.
Umumnya keadaan curah hujan dikendalikan beberapa faktor yang berbeda yaitu
sistem Monsun Asia-Australia, El-Nino, sirkulasi Timur-Barat (Walker
Circulation) dan Utara Selatan (Hadley Circulation) serta pengaruh beberapa
sirkulasi akibat faktor lokal (Hermawan, 2010).
Perubahan iklim akan menyebabkan polusi udara meningkat di seluruh
wilayah Indonesia, subtropis masuk ke dalam tingkat paling rendah. Pada suatu
wilayah di setiap sisinya akan mengalami iklim yang berbeda-beda, contohnya di
daerah Selatan Indonesia akan terjadi perubahan iklim kemarau sedangkan di
wilayah Utara berpotensi memasuki curah hujan yang tinggi. Frekuensi banjir akan
terjadi peningkatan saat curah hujan juga mengalami peningkatan sedangkan saat
curah hujan mengalami penurunan akan berdampak kekering pada suatu wilayah
(Julismin, 2013).
Terdapatnya pergantian cuaca bisa mempengaruhi kehidupan manusia,
semacam permasalahan kesehatan, pergantian cuaca yang ekstrim dan pergantian
cuaca yang tidak menentu bisa menimbulkan wabah penyakit. Tidak hanya

Universitas Sriwijaya
12

kesehatan, pergantian hawa bisa pengaruhi dari zona pertanian serta apalagi
menjalar ke ekonomi. Pergantian cuaca bisa menyebabkan gagal panen dari zona
padi, tebu, sayur serta yang lain. Perihal tersebut bisa berakibat pada perkembangan
ekonomi (Ainurrohmah dan Sudarti, 2022).

2.1.9. Konsepsi Jenis-jenis Hujan


Menurut (Hidayat dan Empung, 2016) jenis jenis hujan di indonesia
dibedakan beberapa jenis yaitu:
1. Hujan Siklonal
Hujan ini terjalin sebab terdapatnya atmosfer yang panas, temperatur besar
yang diiringi dengan angin berbalik. Perihal ini sebab terdapatnya pertemuan
dari berbagai sisi angin dan selanjutnya awan berkumpul di atas. Hujan ini
umumnya terjalin di daerah yang dilalui garis khatulistiwa. Walaupun siklon
bisa menyebabkan kematian serta kehancuran properti yang besar, inilah aspek
berarti dalam kemampuan hujan atas sesuatu wilayah, sebab siklon bisa bawa
hujan yang sangat diperlukan di daerah kering.
2. Hujan Frontal
Hujan ini terjalin sebab terdapatnya pertemuan antara massa atmosfer yang
dingin temperatur yang rendah serta massa atmosfer panas temperatur besar.
Umumnya perbandingan antar massa berjumpa di front ialah tempat yang
sangat gampang terjalin kondensasi serta pembuatan awan. Bermacam tipe
cuaca bisa ditemui di selama front tutupan dengan mungkin terbentuknya badai
petir, tetapi umumnya jalan mereka berhubungan dengan penguapan massa air.
Front tutupan umumnya tercipta di dekat wilayah bertekanan rendah.
3. Hujan Muson
Muson berlangsung sebab terdapat matahari yang pergerakannya semu pada
garis balik utara sera selatan, muson terjadi dalam beberapa kurun waktu
tertentu. Serta umumnya masa kemarau serta hujan, semacam yang terjalin di
Indonesia..
4. Hujan Zenithal (Hujan Konveksi)
Saat angin pasat di timur laut bertemu dengan angin pasat arah tenggara maka
akan terjadi hujan zenithal. Jika hujan zenithal terjadi dapat terbentuknya suatu

Universitas Sriwijaya
13

awan yang memiliki massa berat alami yang akan mengalami penyusutan
temperatur hingga berdampak pada timbulnya kondensasi yang umumnya
hujan ini terjadi di wilayah tropis.
5. Hujan Orografis
Orografis terjadi saat angin terdapat uap air di dalamnya sehingga menyebakan
pergerakan angin arahnya mendatar. Angin harus melintasi pegunungan, yang
mendinginkan suhu angin karena proses kondensasi (saat melintasi
pegunungan).

2.1.10. Konsepsi Kelembaban


Kelembaban udara adalah jumlah air yang berada di dalam udara, air yang
terdapat pada udara disebabkan adanya proses penguapan hingga ke permukaan
bumi, air lautan, serta air yang terdapat dari tumbuhan. Suhu yang berubah-ubah
berkaitan dengan uap air yang terkandung pada udara berubah-ubah. Semakin
tinggi suhu di suatu tempat, semakin tipis atmosfer yang ada di udara. Karena itu,
tekanan udaranya semakin tinggi. Kelembaban mempengaruhi konsentrasi air di
atmosfer berupa awan, kabut, embun dan hujan.

2.1.11. Konsepsi Suhu Udara


Suhu udara yaitu keadaan yang menentukan tingkat dingin atau panasnya
suatu udara di wilayah tertentu. Suhu udara dapat diukur menggunakan alat derajat
panas yang biasa disebut thermometer, yang dapat dijelaskan menggunakan skala
Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Tinggi atau rendahnya suhu dapat di
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu durasi matahari bersinar, arah datangnya sinar
matahari, relief permukaan bumi, banyak sedikitnya awan, perbedaan letak lintang.

Universitas Sriwijaya
14

2.2. Model Pendekatan


Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Petani Padi

Lahan Sawah

Banjir di Lahan
Sawah

Faktor - faktor yang Kondisi sosial


mempengaruhi banjir ekonomi saat banjir
di lahan sawah dan kondisi yang
(Wang, Z., 2018) mempengaruhi banjir

Indikator: Indikator:
1. Frekuensi banjir 1. Curah hujan
2. Perlindungan 2. Kelembapan
terhadap banjir 3. Suhu
3. Pengetahuan dan 4. Kedalaman lahan
keterampilan petani sawah
tentang banjir 5. Panjang saluran air
4. Kepercayaan pada
pemerintah
terhadap
manajemen resiko

Kondisi penyebab
banjir yang terjadi
pada lahan sawah

Keterangan:
: Hubungan
: Mempengaruhi
: Meliputi

Gambar 2.1. Model Pendekatan Secara Diagramatis


Universitas Sriwijaya
15

2.3. Studi Terdahulu


Hasil Penelitian (Rachmat dan Pamungkas, 2014) menyatakan bahwa faktor
yang dominan mempengaruhi terhadap terjadinya banjir ialah pengaruh kondisi
saluran air yang kurang memadai, sehingga mempengaruhi kerawanan wilayah
terhadap banjir.
Hasil penelitian (Mahfuz et al., 2016) menyatakan bahwa tingkat curah hujan
digunakan untuk mengidentifikasi kelas kerentanan karena curah hujan
mempengaruhi pola terjadinya banjir. Semakin tinggi curah hujan pada wilayah,
maka tingkat potensi banjir di daerah tersebut.
Hasil penelitian (Patandean et al., 2021) menyatakan bahwa faktor dominan
terjadinya banjir di suatu daerah yaitu curah hujan yang terlalu tinggi, sehingga
pada saat musim hujan berlangsung kemungkinan terjadi banjir di daerah tersebut.
Faktor lain yang menyebabkan banjir adalah banyaknya waduk yang tidak mampu
menyerap air hujan, dan sebagian waduk semakin deras sehingga menyebabkan
curah hujan yang tinggi dan banjir di sekitarnya.
Hasil penelitian (Rizkiah et al., 2014) penyebab-penyebab banjir saat ini
adalah karena peningkatan pembangunan yang dilakukan pada kawasan yang
seharusnya dilindungi dan yang seharunya fungsi dari kawasan tersebut harus
dilindungi malah dialih fungsikan. Tingkat curah hujan yang tinggi adalah
fenomena alam yang menyebabkan hujan tetapi tergantung pada intensitasnya.
Selain itu, penyebab lainnya adalah warga membangun rumah di sepanjang tepi
sungai dan memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan sampah.
Hasil penelitian (Hartini et al., 2015) bahwa banjir menggenangi persawahan
pada wilayah penelitian disebabkan oleh curah hujan dengan tingkat tinggi dan rob.
Secara fisik, kelemahan dataran daerah banjir hingga genangan dapat dikendalikan
oleh bentuk keadaan lahan pada lereng.
Hasil Penelitian (Wang, Z., 2018) menunjukkan bahwa responden dari empat
distrik Kota Jingdezhen memiliki tingkat persepsi risiko banjir yang berbeda, di
antaranya responden di Distrik Changjiang memiliki tingkat persepsi tertinggi
Kabupaten ini merupakan pusat kota dan daerah rawan banjir. Responden
perempuan lebih tinggi persepsi risiko banjir dibandingkan laki-laki. Responden
dengan usia lebih tua, lebih banyak mengalami banjir, lebih banyak pengetahuan

Universitas Sriwijaya
16

banjir, pendapatan per bulan lebih rendah, pendidikan kurang, dan kurang dipercaya
pemerintah menunjukkan persepsi risiko banjir yang lebih tinggi. Variabel
pekerjaan tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi risiko banjir masyarakat,
tetapi wiraswasta memiliki persepsi risiko banjir lebih tinggi daripada kelompok
lain dari data empiris. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden berpendapat
demikian pemerintah dan ahli manajemen banjir harus mengambil tanggung jawab
untuk melindungi masyarakat dari bencana banjir, terhitung 48,4 persen dan 24,6
persen. Sebaliknya, hanya 13,9 persen responden yang percaya bahwa mereka
sendiri juga harus bertanggung jawab atas perlindungan banjir dan mitigasi bencana

2.4. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini didapatkan dari hasil penelitan terdahulu adalah
sebagai berikut:
1) Diduga kondisi yang mempengaruhi terjadinya banjir faktor utama banjir di
suatu tempat yaitu memiliki curah hujan kategori sangat tinggi sehingga pada
musim hujan berpotensi terjadinya banjir wilayah tersebut.
2) Diduga faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir yaitu pemerintah harus
mengambil tanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari bencana banjir.

2.5. Batasan Operasional


Adapun batasan-batasan pada penelitian ini berguna untuk membatasi
variabel-variabel yang di teliti agar dapat mempermudah peneliti mengerti batasan
penelitian.
1. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing
Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir.
2. Petani padi lahan sawah yang terdampak banjir Desa Rantau Durian II
Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir.
3. Responden dalam penelitian ini merupakan petani yang lahan sawahnya
terdampak banjir di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya
Kabupaten Ogan Komering Ilir.
4. Trend data sekunder yang digunakan yaitu 10 tahun terakhir dari tahun 2021
sampai 2012.

Universitas Sriwijaya
17

5. Lahan Sawah dalam penelitian ini adalah lahan sawah yang terkena banjir di
Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering
Ilir.
6. Data iklim (curah hujan, kelembapan, suhu) yang digunakan dalam analisis
kondisi penyebab banjir pada penelitian ini adalah tahun 2021 sampai 2019.
7. Banjir adalah suatu keadaan daratan yang kering lalu tergenang oleh air dalam
beberapa tahun terakhir di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya
Kabupaten Ogan Komering Ilir.
8. Frekuensi banjir yang digunakan pada penelitian ini yaitu intensitas dari suatu
faktor penyebab banjir.
9. Perlindungan terhadap banjir pada penelitian ini melingkupi bagaimana cara
petani meminimalisir banjir dengan cara menjaga lingkungan.
10. Pengetahuan dan keterampilan petani terhadap banjir dalam penelitian ini yaitu
bagaimana cara menyikapi, mengatasi, dan meminimalisir terjadinya banjir di
lahan sawahnya.
11. Kepercayaan pada pemerintah terhadap manajemen resiko pada penelitian ini
melingkupi pembangunan-pembangunan yang dilakukan pemerintah untuk
dapat meminimalisir banjir.
12. Curah hujan merupakan butir-butir air yang jatuh atau keluar dari awan, curah
hujan digunakan dalam penelitian ini untuk melihat tingginya curah hujan yang
diduga menjadi penyebab banjir dalam skala tahunan.
13. Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara yang juga dapat
mempengaruhi tingginya curah hujan sehingga dapat membuat curah hujan
yang tinggi dan imbasnya dapat menjadi faktor banjir disuatu tempat.
14. Kelembapan digunakan dalam penelitian ini untuk melihat banyaknya uap air
yang terkandung di udara yang dapat mempengaruhi turunnya hujan.

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing
Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja
(purposive), karena didasarkan atas pertimbangan bahwa Desa merupakan salah
satu daerah yang terkena dampak banjir pada lahan pertaniannya. Pengambilan data
dilaksanakan pada bulan November 2022 hingga selesai.

3.2. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode
survei, Metode survei merupakan metode yang dilakukan dengan mengambil
sampel dari suatu populasi. Metode ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke
lokasi penelitian untuk mewawancarai petani dengan menggunakan kuisioner
sebagai alat dalam mengumpulkan data pokok yang dibutuhkan dalam penelitian
ini. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk mengadakan pengamatan secara
menyeluruh untuk memperoleh fakta-fakta dan mencari keterangan secara faktual
Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir,
kemudian data yang diperoleh dicatat, diolah dan dianalisis.

3.3. Metode Penarikan Contoh


Metode penarikan contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
(Purvosive sampling) terhadap populasi petani yang terdampak banjir pada lahan
sawah di Desa Rantau Durian II. Tujuan penarikan contoh ini adalah untuk
memperoleh keterangan mengenai populasi dengan mengambil sampel dari
populasi keseluruhan. Jumlah sampel yang ditentukan dari banyaknya populasi
petani yang lahan sawahnya terdampak banjir di Desa Rantau Durian II
menggunakan metode Slovin (Mona, et al., 2015) dengan rumus.
𝑁
ɳ=
1 + 𝑁. 𝑒²

18 Universitas Sriwijaya
19

dimana: n = Jumlah sampel


N = Jumlah Populasi
E = persen kelonggaran ketidaktelitian (0,17)

sehingga diperoleh hasil:


390
ɳ= = 32,7 = 33
1 + 390. (0,17)²

Dari hasil perhitungan jumlah pengambilan sampel menggunakan rumus


slovin didapatkan hasil 33 sampel. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah petani yang lahan sawahnya terdampak banjir dan lahan sawah
yang terdampak banjir dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Berikut tabel
penarikan contoh dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Tabel Penarikan Contoh Sampel


No Jumlah Populasi Nilai error Jumlah Sampel (Orang)
1 390 0,17 33

Berdasarkan Tabel 3.1. di atas dari jumlah populasi petani yang lahan
sawahnya terdampak banjir yaitu berjumlah 390 orang, lalu digunakan rumus slovin
untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan untuk penelitian ini.

3.4. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil observasi dan
pengamatan langsung di lapangan dengan melakukan metode wawancara langsung
kepada responden atau petani contoh melalui kuisioner. Wawancara menggunakan
daftar wawancara (kuesioner) yang akan di persiapkan. Untuk data sekunder
didapatkan dari sumber-sumber lainnya yang mendukung seperti Badan Pusat
Statistik, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, serta literatur dan jurnal-
jurnal terdahulu yang terkait dengan masalah yang ditelitih tentunya.

Universitas Sriwijaya
20

3.5. Metode Pengolahan Data


Metode pengolahan data ialah metode yang digunakan untuk mengolah data
yang didapatkan dari hasil survei lapangan dan hasil pengisian kuisioner untuk
kebutuhan penelitian. Menurut (Ismail dan AlBahri, 2019) Kuesioner adalah suatu
instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
jumlah yang besar. Data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan terlebih dahulu
baru kemudian diolah secara matematis dan disajikan secara tabulatif dan deskriptif
agar hasil dapat dianalisis secara tepat.
Untuk menjawab tujuan pertama mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi
saat banjir dan kondisi apa saja yang menyebabkan terjadinya banjir pada lahan
sawah di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing jaya Kabupaten Ogan
Komering Ilir menggunakan analisis deskriptif dan data sekunder. Data Sekunder
merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau dari sumber yang sudah
ada seperti literature, dokumen dan buku. Diolah secara tabulatif, Disajikan dalam
bentuk grafik, dan diuraikan secara deskriptif. Kondisi yang menyebabkan banjir
akan dilakukan analisis deskriptif, analisis deskriptif itu sendiri adalah suatu bentuk
analisis data penelitian yang dilakukan untuk menguji generalisasi hasil penelitian.
Hasil dari analisis deskriptif tidak dapat menggambarkan dari populasi lainnya yang
tidak termasuk dalam penelitian. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan
untuk mengidentifikasi kondisi banjir yang dialami petani di Desa Rantau Durian
II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Ilir. Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini didapatkan dari Badan Pusat Statistikan dan Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Untuk menjawab tujuan kedua yaitu menganalisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi banjir pada lahan sawah di Desa Rantau Durian II Kecamatan
Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dijawab dengan uji Confirmatory
Factor Analysis (CFA), yaitu sebuah teknik untuk mengkonfirmasi atau validasi
apakah indikator yang digunakan sudah sesuai dengan variabelnya (Maulido et al.,
2019).
Confirmatory Factor Analysis (CFA) merupakan metode yang digunakan
untuk menguji measurement model (model pengukuran) yang menggambarkan
hubungan antara variabel laten dengan indikatornya. Dalam CFA, variable laten

Universitas Sriwijaya
21

dianggap sebagai variabel penyebab (variabel bebas) yang mendasari variabel


indikator (Fadhila & Otok, 2019).
Menurut (Efendi & Purnomo, 2012) analisis faktor konfirmatori terdapat
varabel laten dan variabel indikator. Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat
dibentuk dan dibangun secara langsung sedangkan variabel indikator adalah
variabel yang dapat diamati dan diukur secara langsung. Model umum analisis
faktor konfirmatori adalah :

x = ΛXξ + δ
Keterangan:
x = merupakan vektor bagi peubah-peubah indikator berukuran q x 1
ΛX = matriks bagi faktor loading () atau koefisien yang menunjukan hubungan
nsx dengan ξ berukuran q x n
ξ = (ksi), merupakan vektor bagi peubah–peubah laten berukuran n x 1
δ = vektor bagi galat pengukuran berukuran q x 1

Confirmatory Factor Analysis menginformasikan tentang standardized


solution yang menunjukkan loading factor, nilai error variance yang menunjukkan
kesalahan pengukuran estimasi parameter, nilai standard error yang akan
digunakan untuk membagi nilai estimasi parameter. Standardized loading factors
dinyatakan layak jika nilai loading factors ≥0,50.
Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu kondisi apa yang paling berpengaruh
terhadap banjir pada lahan sawah di Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing
Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir dijawab menggunakan regresi linear berganda
yang berfungsi untuk mengetahui nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau
negatif. Maka dari itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut, secara matematis dapat dirumuskan dengan menggunakan rumus Regresi
Linear Berganda sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 ɛ

Universitas Sriwijaya
22

Keterangan:
Y = Frekuensi Banjir
α0 = Intesept (X,Y)
β1- β4 = Koefisien regresi (parameter yang ditaksir)
e = error term (residual)
X1 = Curah Hujan (mm)
X2 = Kelembapan (persen)
X3 = Suhu (0C)
X4 = Kedalaman lahan sawah (cm)
X5 = Panjang saluran air (m)
ɛ = Error
Untuk menjawab terkait regresi linear berganda dibutuhkan Pengujian
sebagai berikut:
a. Pengujian Asumsi Klasik
Ada beberapa syarat atau kaidah yang harus dipenuhi dalam uji asumsi klasik.
Pengujian asumsi klasik yang digunakan terdiri atas uji normalitas, uji
multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik yang digunakan,
sebagai berikut:

1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi data
yang bersangkutan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan
dengan menggunakan uji uji Kolmogorov- Smirnov. Dengan kaidah keputusan
dimana data dapat dikatakan berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) ≥
0,05, maka data berdistribusi normal. Jika nilai nilai Asymp. Sig (2-tailed) ≤ 0,05,
maka data tidak berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik ditandai
dengan tidak terjadinya gejala multikolinearitas. Salah satu cara untuk mengetahui
ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dengan menggunakan metode Tolerance

Universitas Sriwijaya
23

dan VIF (Variance Inflation Factor). Dengan kaidah keputusan jika nilai Tolerance
≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10 maka terjadi multikolinearitas. Sebaliknya jika nilai
Tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Model regresi yang baik ditandai dengan tidak terjadinya gejala
heteroskedastisitas. Penelitian ini untuk menguji ada atau tidaknya gejala
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser. Dengan kaidah keputusan jika
nilai Sig < 0,05 maka terjadi gejala heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika nilai Sig
> 0,05 maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

b. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji kebenaran pada hipotesis yang
telah dirumuskan. Pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan uji koefisien
determinasi (Uji R2), simultan (Uji F), dan uji parsial (Uji T).

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data
sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel dependent
yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independent. Koefisien determinasi
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependent. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 < R2 < 1,
dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1)
menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel
dependent, demikian pula sebaliknya.

2. Uji Simultan (Uji F)


Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independent secara
bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependent. Uji F
digunakan untuk menghitung besarnya perubahan nilai variabel dependent yang

Universitas Sriwijaya
24

dapat dijelaskan oleh perubahan semua nilai variabel independent. Pengujian ini
dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada nilai f hitung Dengan hipotesis
statistik.
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
α = 0,05
Dengan kaidah keputusan yaitu, sebagai berikut:
a. Jika taraf signifikansi > 0,05, maka tolak H0, artinya variabel independen
bersama-sama tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika taraf signifikansi ≤ 0,05, maka terima H0, artinya variabel independen
bersama- sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3. Uji T Parsial
Uji T digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
untuk melihat kuat atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen
secara terpisah terhadap variabel dependen. Adapun cara pengujiannya yaitu:
Dengan kaidah keputusan yaitu, sebagai berikut:
a. Jika nilai sig ≤ probabilitas 0,05, maka ada pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat atau hipotesis diterima.
b. Jika nilai sig > probabilitas 0,05, maka tidak ada pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat atau hipotesis ditolak

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian


4.1.1. Letak dan Batas Wilayah
Desa Rantau Durian II berada di Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten
Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Terdapat 5 desa dan 20 RT di Desa
Rantau Durian II dan berpenduduk sekitar 4066 jiwa, hampir setengahnya
berprofesi sebagai petani dan buruh. Batas administrasi desa Rantau Durian II
adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pedamaran.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Sari I
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rantau Durian I.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Pemurangan.

4.1.2. Keadaan Geografi dan Topografi


Kabupaten Ogan Komering Ilir berada dibagian Timur dari Provinsi
Sumatera Selatan yang terletak diantara 2°30’ sampai 4°15’ LS dan 104°20’ dan
106°00’ BT yang luasnya hingga 19.023,47 Km². Wilayah Ogan Komering Ilir
sebagian besar menunjukkan tipologi ekologi rawa, walaupun beberapa didapatkan
bahwa dataran kering. Wilayah yang terdapat di Ogan Komering Ilir dapat
dipisahkan menjadi lahan basah dan lahan kering, daerah lahan basah hampir
meliputi 75 persen wilayah Ogan Komering Ilir. Desa Rantau Durian II terletak
pada ketinggian antara 10 – 15 mdpl, dengan jenis tanah alluvial dan podsolik
merah kuning. Memiliki pH tanah antara 3,6 – 5,4 dengan kesuburan tanah 30
persen kurus dan 70 persen sedang. Sedangkan tekstur tanahnya lempung pasir
berdebu dengan struktur tanah liat dan remah.

4.1.3. Kondisi Demografi


Kondisi demografis dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai
pupulasi pada suatu daerah. Jumlah penduduk dapat berfluktuasi dari waktu ke
waktu karena migrasi, kelahiran, dan kematian. Kondisi demografi Desa Rantau

25 Universitas Sriwijaya
26

Durian II meliputi jumlah penduduk menurut usia, jumlah penduduk menurut jenis
kelamin, jumlah penduduk menurut mata pencaharian dan jumlah penduduk
menurut tingkat pendidikan.

4.1.3.1. Jumlah Penduduk Menurut Usia


Usia merupakan salah satu ciri statistika yang berguna untuk diketahui,
dengan mengetahui komposisi penduduk berdasarkan usia sehingga dapat melihat
perubahan yang terjadi dari suatu waktu ke waktu yang lain. Demografi
berdasarkan usia dapat dijadikan sebagai indikator untuk melihat tingkat
produktivitas penduduk di wilayah. Berdasarkan usianya jumlah penduduk Desa
Rantau Durian II dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia


No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)
1 0-9 359 9
2 10-19 281 7
3 20-29 815 20
4 30-39 1.354 33
5 40-49 676 17
6 50-59 344 8
7 ≥ 60 237 6
Total 4.066 100
Sumber: Monografi Desa Rantau Durian II

Berdasarkan Tabel 4.1. di atas didapatkan data dengan laki-laki yang


berjumlah 2.059 orang sedangkan jumlah perempuan 2.007. Data jumlah penduduk
menurut usia paling dominan di usia 30-39 tahun sebanyak 1.354, jumlah penduduk
menurut usia yang paling sedikit di usia 10-19 tahun berjumlah 281 orang. Total
keseluruhan jumlah penduduk menurut usia adalah 4.066 orang.

4.1.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin berguna untuk mengetahui
angka rasio jenis kelamin (sex ratio) pada suatu daerah. Adapun jumlah penduduk
menurut jenis kelamin di Desa Rantau Durian II dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Universitas Sriwijaya
27

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 2.059 51
2 Perempuan 2.007 49
Total 4.066 100
Sumber: Monografi Desa Rantau Durian II

Berdasarkan Tabel 4.2. terdapat jumlah jenis kelamin laki-laki sebanyak


2.059 orang, jumlah laki-laki lebih banyak daripada jenis kelamin perempuan
dengan jumlah persentase sebesar 51 persen. Jumlah penduduk yang berjenis
kelamin wanita yaitu 2.007 orang yang artinya jumlah perempuan lebih sedikit
dibandingkan jumlah laki-laki dengan persentase 49 persen untuk yang berjenis
kelamin wanita.

4.1.3.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian


Mata pencaharian penduduk ialah suatu pekerjaan penduduk yang berguna
untuk melengkapi kebutuhan setiap hari. Mata pencaharian masyarakat di Desa
Rantau Durian II Sebagian besar adalah petani. Selain sebagai petani, penduduk
Desa Rantau Durian II juga terdapat pekerjaan lain selain usahatani yaitu, seperti
pegawai negeri sipil, Polri, TNI, Pedagang, bidan, peternak dan lainnya.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian


No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Tanaman Pangan 816 69,4
2 Pekebun 122 10,4
3 Peternak 7 0,6
4 Pedagang 27 2,3
5 Buruh Tani 187 15,9
6 Lain-lain (PNS, TNI, Polri) 16 1,4
Jumlah 1.175 100
Sumber: Monografi Desa Rantau Durian II

Berdasarkan data pada Tabel 4.3. di atas dapat dilihat jumlah penduduk
menurut mata pencaharian tertinggi yaitu tanaman pangan yaitu 816 orang dengan
persentase sebesar 69,4 persen sedangkan pekerjaan terendah yaitu sebagai

Universitas Sriwijaya
28

peternak dengan jumlah 7 orang dan persentase sebesar 0,6 persen. Total
keseluruhan penduduk yang memiliki pekerjaan yaitu 1.175 orang.

4.1.3.4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Jumlah suatu penduduk berdasarkan tingkat pendidikan penting untuk
diketahui, mengetahui suatu susunan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat
memberikan informasi perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Tingkat
pendidikan suatu penduduk dapat digunakan untuk mengetahui suatu pengetahuan
dan keterampilan penduduk untuk beradaptasi dengan teknologi baru pada suatu
daerah. Tingkat pendidikan juga berpengaruh dalam beradaptasi dengan suatu
inovasi. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Rantau Durian II
dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Belum/Tidak Sekolah 587 14,4
2 SD 1.480 36,4
3 SMP 1.255 30,9
4 SMA 702 17,3
5 Akademi 17 0,4
6 Perguruan Tinggi 25 0,6
Jumlah 4.066 100
Sumber: Monografi Desa Rantau Durian II

Berdasarkan Tabel 4.4. di atas jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan


paling banyak yaitu di tingkat Sekolah Dasar (SD) berjumlah 1.480 orang dengan
persentase sebesar 36,4 persen. Sedangkan jumlah penduduk yang tingkat
pendidikan yang paling sedikit yaitu akademi 17 orang dengan persentase 0,4
persen. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat masih sulit
menyerap teknologi dan pengetahuan-pengetahuan baru.

4.1.4. Tata Guna Lahan


Lahan yang digunakan pada suatu wilayah sering mengalami perubahan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Penggunaan lahan di wilayah
terdapat dua jenis yaitu lahan basah dan juga lahan kering, lahan basah biasanya
digunakan untuk sawah, rawa, dan kolam, sedangkan lahan kering biasanya

Universitas Sriwijaya
29

digunakan untuk pekarangan, pemukiman dan sebagainya. Tata guna lahan di Desa
Rantau Durian II dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Tata Guna Lahan Desa Rantau Durian II


No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Sawah 2.189 35,9
2 Perairan Umum/Rawa 357 5,8
3 Ladang/Kebun 966 15,8
4 Pekarangan 364 5,9
5 Kolam/Empang 26 0,4
6 Perkebunan (Negara/swasta) 2.200 36,1
Jumlah 6.102 100
Sumber: Monografi Desa Rantau Durian II

Berdasarkan Tabel 4.5. di atas jenis penggunaan lahan terbanyak digunakan


untuk perkebunan (negara/swasta) dan sawah dengan luas masing-masing yaitu
2.200 ha persentase sebesar 36,1 persen dan 2.189 ha persentase sebesar 35,9
persen. Penggunaan tata lahan paling sedikit digunakan untuk kolam/empang yaitu
luasnya 26 ha dengan persentase sebesar 0,4 persen. Hasil dari tata guna lahan ini
dapat disimpulkan bahwa perkebunan dan sawah menjadi penggunaan lahan
terbanyak sebagai mata pencaharian masyarakat setempat.

4.1.4. Sarana dan Prasarana


Sarana prasarana adalah bagian yang perlu untuk keberlangsungan hidup
dimana masyarakat sangat membutuhkan untuk menompang aktivitas sehari-hari
dan dapat menjadi penanda untuk mengetahui kawasan ini tergolong berkembang
atau tidak. Sarana adalah suatu alat yang digunakan untuk menggapai tujuan dan
makna yang diberikan pada benda bergerak, sedangkan prasarana merupakan
segala sesuatu yang menjadi penompang yang mendominasi terlaksananya proses
atau sebaliknya ditujukan bagi alat atau benda tidak bergerak. Adapaun sarana dan
prasarana di Desa Rantau Durian II meliputi sarana kelompok tani, sarana gapoktan,
sarana kios tani, sarana lumbung pangan, dan sarana KUD.

4.1.4.1. Kelompok Tani


Kelompok tani (poktan) adalah organisasi pertanian yang dibentuk langsung
oleh petani secara terorganisir di bidang pertanian. Kelompok Tani adalah

Universitas Sriwijaya
30

organisasi yang digunakan untuk membangun pembangunan pertanian seperti


pembiayaan, informasi dan pemasaran hasil pertanian. Sebaliknya, berbagai
kegiatan petani adalah pemantauan kegiatan di dalam kelompok tani yang dikelola
atas kesepakatan masing-masing petani. Desa Rantau Durian II mempunyai
kelompok tani sebanyak 27 kelompok. Adapun daftar nama kelompok tani di Desa
Rantau Durian II terdapat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Nama Kelompok Tani Desa Rantau Durian II


No Nama Kelompok Tani
1 Darmasari I
2 Mulya Mukti
3 Mandiri Mukti
4 Tani Jaya Unggul
5 Widya Tani I
6 Widya Tani II
7 Sido Makmur
8 Karya Mukti
9 Karya Maju
10 Suka Jaya II
11 Nusa Seganing
12 Sampurna
13 Daya Tani
14 Dewata Tani I
15 Dewata Tani II
16 Maju Jaya
17 Darmasari III
18 Sido Muncul
19 Sridadi I
20 Tunas Muda Tani
21 Karya Makmur
22 Tani Makmur II
23 Asri Mukti IV
24 Sridadi II
25 Bunga Urip
26 Asri Mukti I
27 Tani Makmur I
Sumber: Rekapan Badan Penyuluh Lempuing Jaya

4.1.4.2. Gapoktan
Gabungan kelompok tani (Gapoktan) ialah pengelompokkan banyaknya poktan
yang terlibat dalam agribisnis dengan maksud kebersamaan dan kemitraan agar dapat
meningkatnya suatu produksi serta pendapatan usahatani untuk petani dan anggotanya.
Gabungan kelompok tani yang ada di Desa Rantau Durian II dimaksudkan sebagai

Universitas Sriwijaya
31

jalan kerjasama antara kelompok tani satu dengan yang lain. Gapoktan dibentuk dalam
segi ekonomi merupakan cara dalam meminimalisir pengeluaran tinggi yang akan
ditimbulkan anggota karena ada suatu masalah perjanjian dan loyalitas yang berbeda.
Gabungan kelompok tani di Desa Rantau Durian II hanya ada satu.

4.1.4.1. Pendidikan
Sarana pendidikan adalah suatu faktor yang menunjang dalam pembangunan
suatu daerah, dari suatu pendidikan dapat memberikan hingga menambah
pengetahuan wawasan dan kecerdasan masyarakat. Berikut sarana pendidikan dapat
dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Sarana Pendidikan di Desa Rantau Durian II


No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)
1 TK 1
2 SD 4
3 SMP 1
4 SMA 1
Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4.7. diatas Desa Rantau Durian II memiliki sarana


pendidikan terbanyak yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD) terdapat 4 yang tersebar di
Desa Rantau Durian II sedangkan untuk tingkat pendidikan lainnya seperti TK,
SMP, dan SMA masing-masing terdapat satu.

4.1.4.4. Transportasi
Sarana perhubungan yang ada di Desa Rantau Durian II dapat dilalui
menggunakan jalur darat. Jalur darat bisa dilalui oleh kendaraan bermotor, bermobil
ataupun sepeda. Untuk mengakses Desa Rantau Durian II ini harus menggunakan
kendaraan pribadi dikarenakan tidak adanya angkutan umum untuk menuju Desa
Rantau Durian II. Jenis permukaan jalan darat di Desa Rantau Durian II ini masih
berbentuk tanah, jika terjadi hujan lebat akan mempersulit akses menuju desa.

4.2. Identitas Responden


Petani merupakan seseorang yang mengerjakan usaha dalam bidang pertanian
berguna untuk memenuhi kebutuhan. Penduduk di Desa Rantau Durian II

Universitas Sriwijaya
32

didominasi bekerja sebagai petani. Berikut ini penjelasan tentang identitas petani
contoh yaitu usia responden, tingkat pendidikan responden, pengalaman
berusahatani, dan luas lahan responden.

4.2.1. Usia Responden


Usia petani contoh adalah tahun dari petani contoh lahir hingga sampai saat
survei penelitian dilaksanakan. Umur merupakan acuan penting karena umur dapat
mempengaruhi produktivitas responden dalam bercocok tanam. Usia termuda pada
petani contoh yang diperoleh mulai dari 25 tahun sampai usia petani contoh tertua
75 tahun. Usia diklasifikasikan menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2009. Jumlah dan persentase petani contoh menurut kelompok umur
disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Usia Responden di Desa Rantau Durian II


No Kelompok Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 17-25 (Remaja Akhir) 2 6
2 26-35 (Dewasa Awal) 0 0
3 36-45 (Dewasa Akhir) 14 42
4 46-55 (Lansia Awal) 11 33
5 56-65 (Lansia Akhir) 4 12
6 >65 (Manula) 2 6
Total 33 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Hasil data responden pada Tabel 4.8. diperoleh yaitu petani yang terdapat di
penelitian didominasi dengan usia 36 hingga 45 tahun yang termasuk kedalam
kategori dewasa akhir dengan persentase 42 persen berjumlah 13 orang. Usia
responden paling sedikit adalah kategori ≥65 (manula) dengan jumlah 2 orang
persentase sebesar 6 persen. Berdasarkan hasi penelitian di lokasi juga diketahui
bahwa usia petani contoh paling muda yaitu 36 tahun sedangkan usia paling tua
yaitu 75 tahun.

4.2.2. Tingkat Pendidikan


Karakteristik sekolah merupakan faktor penting lain yang ditemukan di kalangan
responden. Tingkat pendidikan yang dimiliki petani dapat mempengaruhi bagaimana
petani memahami dan mengelola banjir. Tingkat pendidikan formal dapat

Universitas Sriwijaya
33

menunjukkan tingkat pengetahuan yang dimiliki petani. Tingkat pendidikan responden


masyarakat Rantau Durian II meliputi tidak sekolah, tamat SD (SD) dan tamat SMP
(SMP). Tingkat pendidikan tertinggi petani sampel adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA). Persentase tingkat pendidikan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Rantau Durian II


No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 TS (Tidak Sekolah) 0 0
2 SD (Sederajat) 25 76
3 SMP (Sederajat) 2 6
4 SMA (Sederajat) 6 18
Total 33 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4.9. dapat diketahui bahwa petani contoh pada penelitian
in adalah sebagian besar oleh tingkat SD adalah 76 persen jumlahnya 25 orang.
Berikutnya pendidikan di dimonasi yang kedua adalah petani contoh dengan tingkat
pendidikan SMA dengan persentase sebanyak 18 persen berjumlah 6 orang. Selain
itu didapatkan juga responden dengan tingkat pendidikan SMP yang paling sedikit
sebanyak 6 persen berjumlah 2 orang. Tingkat pendidikan responden yang sampai
sekolah dasar berpotensi kurang pandai menghadapi banjir di lahan sawahnya.

4.2.3. Pengalaman Berusahatani


Pengalaman bertani adalah waktu yang dihabiskan petani untuk bekerja di
pertanian mereka. Petani yang sudah lama bercocok tanam seringkali lebih
memahami dan mengetahui kondisi tanah daripada petani yang masih baru dan
sedikit pengalaman. Pengalaman berusahatani petani contoh di Desa Rantau Durian
II dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Pengalaman Berusahatani Responden di Desa Rantau Durian II


No Pengalaman Berusahatani Jumlah (orang) Persentase (%)
1 < 10 Tahun 1 0
2 10 – 20 Tahun 15 45
3 > 20 Tahun 18 55
Total 33 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Universitas Sriwijaya
34

Dari Tabel 4.10. menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani responden


didominasi lebih dari 20 tahun dengan persentase sebesar 55 persen berjumlah 18
orang. Pengalaman berusahatani responden yang paling lama adalah 40 tahun
sedangkan pengalaman berusahatani yang paling baru adalah 10 tahun. Dari data
pengalaman berusahatani responden dapat disimpulkan sejak remaja akhir atau
dewasa responden sudah mulai melakukan usahatani sebagai penghasilan mereka.

4.2.4. Luas Lahan


Petani contoh dalam penelitian yang dilakukan ini adalah petani contoh yang
luas garapan anatara 0,5 ha hingga sampai 4 ha. Tingkat luas garapan petani
berpengaruh pada hasil produksi usahatani. Semakin luas lahan petani contoh maka
pendapatan yang didapatkan dalam berusahatani lebih besar. Luas lahan sawah
petani contoh dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Luas Garapan Responden di Desa Rantau Durian II


No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 0,5 1 9
2 1 - 1,5 16 42
3 2 - 2,5 11 36
4 3 3 9
5 >4 2 3
Total 33 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Tabel 4.11. menunjukkan bahwa luas Garapan terbanyak yaitu berkisar 1 sampai
1,5 ha yang dimiliki oleh 16 orang dengan persentase sebesar 48 persen, selanjutnya
disusul dengan luas Garapan 2 sampai 2,5 ha dengan persentase sebanyak 33 persen
berjumlah 11 orang. Garapan paling luas yang dimiliki salah satu responden dalam
penelitian ini adalah 8 ha. Luas lahan yang paling sedikit yaitu 0,5 ha dengan persentase
3 persen berjumlah 1 orang. Dari data luas lahan tersebut dapat disimpulkan rata-rata
petani contoh memiliki penghasilan yang cukup untuk keberlangsungan hidup.

4.3. Kondisi Sosial Ekonomi Saat Banjir dan Kondisi yang menyebabkan
Bencana Banjir pada Lahan Sawah di Desa Rantau Durian II
Desa Rantau Durian II adalah salah satu daerah di Sumatera Selatan yang
rentan sekali terdampak banji pada lahan sawahnya sehingga dapat menyebabkan

Universitas Sriwijaya
35

berbagai dampak bagi masyarakat, terkhusus rumah tangga petani. Desa Rantau
Durian II merupakan Desa yang sering terdampak banjir, banjir di lahan sawah yang
terjadi disebabkan beberapa kondisi, seperti curah hujan, suhu, dan kelembapan.
Luapan sungai lempuing merupakan kondisi yang juga menyebabkan
terjadinya banjir, luapan sungai ini terjadi juga karena faktor curah hujan. Curah
hujan yang tinggi membuat volume air meningkat sehingga sungai tidak dapat
menampung air. Berdasarkan informasi dari tim BPTPH, curah hujan tinggi datang
dari daerah hulu yaitu OKU Timur yang mengalir ke OKI membuat sungai tersebut
meluap. Penyebab banjir selanjutnya adalah tanggul penangkis yang dibuat
masyarakat setempat jebol akibat tidak mampu menahan laju air.

4.3.1. Kondisi Sosial Ekonomi Saat Banjir


Kondisi petani yang terjadi saat banjir di lahan sawah membuat mereka tidak
dapat melakukan penanaman padi hingga panen. Hal ini terjadi dikarenakan lahan
sawah yang tergenang oleh air dalam beberapa waktu. Banjir yang terjadi pada
lahan sawah petani di Desa Rantau Durian II menyebabkan petani mengalami
kerugian, beberapa petani telah melakukan penanaman dan tanaman padi mati yang
menyebabkan petani rugi karena telah membeli bibit padi yang pada akhirnya mati.
Kondisi ini membuat petani rugi dalam segi ekonomi karena telah mengeluarkan
biaya untuk benih tetapi tidak dapat melakukan panen.
Kerugian akibat gagal panen ini dirasakan semua petani yang terdampak
banjir, beberapa petani harus melakukan peminjaman uang kepada rentenir untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan digunakan sebagai modal untuk membeli
benih padi lagi untuk melakukan penanaman saat banjir mulai surut. Untuk
menambah penghasilan saat banjir petani beberapa diantaranya bekerja sebagai
buruh juga sehingga masih mendapatkan tambahan pendapatan.
Desa Rantau Durian II di dominasi dengan mata pencaharian usahatani padi,
akan tetapi akibat dampak dari banjir yang terjadi di lahan sawah petani tidak dapat
hanya bergantung pada pekerjaan sebagai usahatani lahan sawah saja. Beberapa dari
petani contoh memiliki pekerjaan usahatani lain selain padi yaitu, usahatani karet dan
jagung. Beberapa lainnya juga memiliki pekerjaan diluar usahatani yaitu ternak sapi,

Universitas Sriwijaya
36

pedagang, dan menjadi buruh. Hal ini diperlukan untuk keberlangsungan hidup agar
mendapat penghasilan lain tidak hanya mengandalkan usahatani padi saja.
Luas panen yang berkurang hingga mengakibatkan produksi padi menurun
menjadi salah satu faktor utama kerugian saat banjir terjadi. Sebagian petani melakukan
panen lebih cepat meskipun gabahnya masih separuh berisi. Gabah yang dipanen
petani bisa digiling dan menghasilkan beras menir (beras patah). Selain berdampak
pada petani banjir di lahan sawah juga berdampak terhadap petani yang memiliki
ternak, karena akibat banjir jerami padi terendam hingga membusuk membuat ternak
tidak menyukainya sehingga merugikan petani yang memiliki ternak.
Banjir sangat mempengaruhi kehidupan petani di Desa Rantau Durian II yang
biasanya petani dengan luas lahan 1 ha menghasilkan produksi padi hingga 4 ton,
saat banjir menggenangi lahan sawah petani contoh tidak dapat memanen tanaman
padi dikarenakan terendam banjir hingga busuk. Selain itu, dampak banjir ini
membuat hama meningkat pada lahan sawah. Hama yang paling sering ditemui
petani contoh di lahan sawah adalah keong yang dapat menghampat pertumbuhan
tanaman padi di Desa Rantau Durian II. Petani contoh menggunakan pola tanam
jajar legowo agar dapat meningkatkan produktivitas saat panen.
Penurunan produksi ini mengakibatkan petani mengalami penurunan
pendapatan juga. Petani yang hanya memiliki usahatani lahan sawah saja sebelum
terjadinya banjir pada lahan sawah petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp.
7.648.430 setiap musim tanam terjadi, sedangkan saat terjadi banjir mengalami
penurunan yang signifikan hingga hanya sebesar Rp. 1.809.347 hingga
mendapatkan selisih pendapatan hingga 76,34 persen.
Petani yang memiliki usahatani lain selain lahan sawah sebelum terjadinya
banjir pendapatan total yang didapatkan adalah Rp. 10.415. 097 per musim tanam.
Setelah terjadi banjir pada lahan sawah mengalami penurunan hingga mencapai
selisih sebesar 76,34 persen, pendapatan rata-rata saat banjir terjadi yaitu Rp.
5.839.083. Petani yang memiliki usahatani lain hanya beberapa sehingga masih
banyak yang mengalami kekurangan pendapatan, faktor yang menyebabkan petani
tidak memiliki pekerjaan lain adalah karena kurangnya tingkat pendidikan petani
sehingga sulit mendapatkan pekerjaan lain.

Universitas Sriwijaya
37

Biaya produksi usahatani mengalami peningkatan saat terjadi banjir


diakibatkan petani harus memulai ulang proses usahataninya. Sebelum terjadi
banjir biaya produksinya sebesar Rp. 8.923.903 sedangkan saat terjadi banjir biaya
produksi petani mencapai Rp. 9.048.987 dengan selisih biaya produksi sebelum dan
saat banjir adalah 1,40 persen. Peningkatan biaya produksi ini membuat petani
semakin mengalami kerugian dan pendapatan yang berkurang. Rata-rata produksi
yang didapatkan sebelum terjadinya banjir adalah 4.033 kg sedangkan saat banjir
terjadi produksi menurun hingga 2.793 kg dengan tingkat selisih sebesar 34,23
persen. Penurunan ini sangat signifikan terhadap produksi petani hingga
menyebabkan penurunan pendapatan
Curah hujan yang tinggi hingga menyebabkan banjir menyebabkan produksi
padi menjadi berkurang bahkan tidak dapat melakukan panen sama sekali karena
banjir yang tergenang termasuk tinggi. Musim tanam yang biasanya dilakukan
petani contoh dua kali dalam satu tahun menyebabkan sebagian petani hanya dapat
melakukan musim tanam satu kali dalam satu tahun. Bulan desember akhir hingga
februari sering terjadi curah hujan yang tinggi, sebagian petani contoh tetap
melakukan tanam pada saat curah hujan tinggi tetapi menggeser jadwal tanam yang
biasanya dilakukan dibulan januari awal menjadi bulan februari untuk menghindari
puncak curah hujan yang tinggi hingga menyebabkan banjir dan dapat membuat
tanaman padi fuso.

4.3.2. Geografi dan Topografi


Kondisi geografis adalah kondisi suatu wilayah yang dilihat dari kadaannya
yang berkaitan dengan aspek geografis. Kondisi geografis Desa Rantau Durian II
Terletak di terletak diantara lintang selatan -3.8693000 dan bujur timur
104.9173000. Topografi desa rantau durian II tergolong pada dataran rendah yaitu
berada pada ketinggian antara 10-15 mdpl. Keadaan desa yang merupakan dataran
rendah menjadi salah satu penyebab banjir yang dimana rawan tergenang.

4.3.3. Tipologi Lahan


Topologi tanah desa Rantau Durian II adalah semua sawah desa Rantau
Durian II merupakan sawah tadah hujan. Tadah hujan adalah lahan yang telah

Universitas Sriwijaya
38

ditanami padi setidaknya sekali dalam setahun, bentuk lahan tadah hujan umumnya
merupakan lahan tergenang, dan terdapat petak-petak dewasa yang pengairannya
sangat bergantung pada curah hujan. Desa Rantau Durian II memiliki tanah alluvial
dan podsolik merah kuning, sedangkan tanahnya berlempung, berpasir, berdebu,
berlempung dan gembur.
Per Januari 2022, luas areal persawahan di desa Rantau Durian II yang terkena
banjir mencapai 326,25 ha. Jenis luapan terbagi menjadi empat jenis luapan yaitu A,
B, C dan D. Lahan Tipe A adalah lahan yang selalu digenangi air banjir, Tipe B lahan
adalah lahan yang hanya dilintasi air banjir, Tipe C lahan adalah lahan yang tergenang
air banjir tetapi kedalaman air kurang dari 50 cm, sedangkan tanah Tipe D adalah
tanah yang tidak tergenang air pasang dan kedalaman air melebihi 50 cm pada musim
hujan. Desa Rantau Durian II termasuk banjir tipe B dan banjir tipe D.

4.3.4. Kondisi Infrastruktur di Lahan Sawah


Infrastruktur pertanian adalah struktur bangunan fisik yang mendukung
perkembangan dalam bidang pertanian, guna menggapai kehidupan petani yang
sejahtera dan makmur, infrastruktur pertanian sangat diperlukan untuk menjadi titik
fokus bangsa. Menurut (Lepa et, al., 2019) infrastruktur pertanian berupa saluran
irigasi, drainase, jalan pertanian, dan waduk. Berikut infrastruktur pertanian di
lahan sawah yang dimiliki Desa Rantau Durian II pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Infrastruktur Pertanian di Lahan Sawah Desa Rantau Durian II


No Infrastruktur di Lahan Sawah Ada Tidak ada
1 Irigasi ✓
2 Drainase ✓
3 Jalan pertanian ✓
4 Waduk ✓
5 Tanggul ✓
Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel diatas infrastruktur yang dimiliki desa rantau durian II


yaitu jalan pertanian dan tanggul. Jalan pertanian di desa rantau durian II masih
berbentuk tanah liat belum dilakukan pengaspalan ataupun pengecoran. Tanggul
yang ada di Desa Rantau Durian II berupa tanggul sederhana dan kurang tinggi
sehingga sering terjadi jebol pada tanggul tersebut. Drainase di sekitar lahan sawah

Universitas Sriwijaya
39

di Desa Rantau Durian II sebagian sawah ada yang memiliki drainase sebagiannya
lagi tidak ada, yang berarti drainase di lahan sawah Desa Rantau Durian II tidak
merata.

4.3.5. Curah Hujan


Curah hujan merupakan air jatuh dari sekelompok awan, banyaknya hujan
yang sampai ke tanah akan diukur dengan cara tertentu sehingga pengukuran
tersebut dinamakan curah hujan. Menurut BPS curah hujan adalah iklim yang ada
dalam sistem hidrologi. Curah hujan yang tergolong tinggi merupakan penyebab
terjadinya banjir pada lahan sawah. Dalam beberapa tahun terakhir curah hujan di
Desa Rantau Durian II tergolong tinggi, data tingginya curah hujan di Ogan
Komering Ilir didapatkan dari Badan Pusat Statistika Ogan Komering Ilir. Trend
curah hujan dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Curah Hujan
350 290,8
300 263,5 249,5 253,2
231,2 219,1 216,5
250
200 157 169,5
mm

131,3
150
100
50
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik Ogan Komering Ilir

Gambar 4.1. Trend Curah Hujan Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir

Berdasarkan Gambar 4.1. di atas curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2016
yaitu 290,8 mm sedangkan curah hujan di 2015 merupakan curah hujan terendah
dalam tiga tahun terakhir yaitu 131,3 mm. Curah hujan di Ogan Komering Ilir dari
tahun ke tahun termasuk tinggi yang menyebabkan daerah ini sangat rentan
mengalami banjir pada lahan sawahnya.

Universitas Sriwijaya
40

4.3.6. Suhu
Suhu atau temperatur udara yang berperan penting dalam segala bidang, suhu
pada bidang pertanian merupakan salah satu yang berpengaruh dalam pertumbuhan
tanaman. Suhu udara juga mempengaruhi tingginya curah hujan yang dapat
membuat curah hujan yang tinggi dan imbasnya dapat menjadi faktor banjir disuatu
tempat, maka dari itu suhu udara sangat penting untuk dilakukan pengukuran. Trend
suhu di Ogan Komering Ilir didapatkan dari Badan Pusat Statistika Ogan Komering
Ilir pada Gambar 4.2.

Suhu
29,5 29,1 29,1
29
28,5
27,7 27,8
28 27,4 27,5 27,5 27,5
0C

27,3 27,3
27,5
27
26,5
26
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik Ogan Komering Ilir

Gambar 4.2. Trend Suhu Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir

Berdasarkan Gambar 4.2. diketahui suhu udara tertinggi dalam 10 tahun


terakhir yaitu pada tahun 2020 dan 2021 dengan suhu sebesar 29,1 0C sedangkan
pada tahun lainnya berada di angka rata-rata 270C. Hasil data suhu udara yang tinggi
di tahun 2020 dan 2021 berpotensi menjadi kondisi yang mempengaruhi terjadinya
banjir, suhu udara memiliki pengaruh terhadap besaran curah hujan yang ada.

4.3.7. Kelembapan Udara


Tingginya kelembapan udara bergantung pada banyaknya uap air yang masuk
ke dalam atmosfer. Kelembapan udara juga berpotensi menjadi faktor yang
mempengaruhi banjir jika semakin lembabnya udara maka akan mempengaruhi
tingginya curah hujan dan dapat mengakibatkan banjir pada suatu daerah. Data

Universitas Sriwijaya
41

kelembapan udara di Kabupaten Ogan Komering Ilir didapatkan dari Badan Pusat
Statistika Ogan Komering Ilir dapat dilihat pada gambar 4.3.

Kelembapan
95 91 91
90
88
90
85 84
83 83
85
(persen)

81 80
80
75
70
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistika Ogan Komering Ilir

Gambar 4.3. Trend Kelembapan Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir

Berdasarkan data diatas data kelembapan udara di Kabupaten Ogan


Komering Ilir dalam tiga tahun terakhir, kelembapan udara tertinggi yaitu pada
tahun 2020 dan 2021 yang nilainya adalah 91persen. Pada tahun 2015 merupakan
kelembapan udara terendah dalam 10 tahun terakhir yaitu 80persen. Hasil data
tersebut berpotensi menunjukkan bahwa suhu kelembapan juga menjadi salah satu
kondisi yang menyebabkan banjir pada pada lahan sawah.

4.3.8. Banjir Pertahun


Ogan Komering Ilir setiap tahunnya terjadi banjir pada lahan sawahnya
dengan durasi yang berbeda-beda sesuai dengan tingginya banjir. Data banjir dalam
10 tahun terakhir di Ogan komering Ilir didapatkan dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, berikut data banjir yang terjadi di Ogan Komering Ilir
10 tahun terakhir pada Gambar 4.4.

Universitas Sriwijaya
42

Banjir Pertahun
10 9

6 5
4 4
4 3 3 3
2 2
2 1

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun

Sumber: Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI)

Gambar 4.4. Trend Banjir Pertahun 10 Tahun Terakhir di Ogan Komering Ilir

Banjir yang terjadi di Ogan Komering Ilir dalam 10 tahun terakhir paling
banyak terjadi pada tahun 2021 yang dimana banjir terjadi 9 kali, banjir yang terus
terjadi pada tahun 2021 diduga akibat curah hujan, kelembapan, dan suhu yang
meningkat. Banjir yang hanya terjadi 1 kali dalam satu tahun yaitu pada tahun 2016
dan 2020.

4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Banjir Pada Lahan Sawah Di Desa


Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering
Ilir.
Banjir yang terjadi di lahan sawah Desa Rantau Durian II diduga dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya banjir
pada lahan sawah yaitu frekuensi banjir, perlindungan terhadap banjir, pengetahuan
dan keterampilan petani tentang banjir, dan kepercayaan pada pemerintah pada
manajemen resiko banjir.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi banjir di lahan sawah dianalisis
dengan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA). CFA digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah yang mendasari instrument dan pola hubungan item
dengan faktor (loading factors). Hasil estimasi menggunakan software Lisrel versi
8.80 didapatkan hasil estimasi variance error dan nilai Standardized Loading
Factors (SLF).

Universitas Sriwijaya
43

4.4.1. Frekuensi Banjir


Frekuensi banjir merupakan faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya
banjir di lahan sawah. Variabel laten frekuensi banjir terdapat 2 indikator yaitu
curah hujan dan debit air yang memiliki 2 pertanyaan pada setiap indikatornya, dari
hasil perolehan menggunakan Confirmatory Factor Analysis bahwa variabel laten
ini menjadi penyebab terjadinya banjir di Desa Rantau Durian II. Berikut hasil
perolehan yang didapatkan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Hasil Confirmatory Factor Analysis Frekuensi Banjir, 2022


Variabel Error SLF Status Ket
Variance
Faktor Frekuensi Banjir (A)
Curah Hujan (A1) 0,24 0,87 Valid Sangat berpengaruh
Hujan secara terus menerus (A11) 0,00 1,00 Valid Sangat berpengaruh
Curah hujan yang tinggi (A12) 0,00 1,00 Valid Sangat berpengaruh
Debit Air (A2) 0,31 0,83 Valid Sangat berpengaruh
Saat musim hujan debit air sungai deras 0,01 1,01 Valid Sangat berpengaruh
dan meluap (A21)
Debit air yang kencang (A22) 0,06 0,97 Valid Sangat berpengaruh
Hasil Olahan Lampiran 6.

Dari hasil Tabel 4.13. diatas curah hujan menjadi indikator penyebab
terjadinya banjir yang paling berpengaruh dengan nilai SLT yaitu 0,87 sedangkan
indikator debit air yaitu 0,83. Curah hujan memiliki tingkat pengaruh terbesar
dalam terjadinya banjir di lahan sawah yang dimana hujan terjadi secara terus
menerus dan curah hujan sedang tinggi membuat lahan sawah tidak mampu
menyerap air dengan maksimal. Indikator debit air juga memiliki pengaruh
terhadap banjir, saat musim hujan debit air sungai sedang tinggi dan debit air deras
membuat sungai lempuing tidak dapat menampung air sungai hingga meluapnya
air sungai ke lahan sawah.
Nilai SLT yang memiliki pengaruh paling tinggi dari pertanyaan faktor
penyebab banjir di lahan sawah adalah saat musim hujan air sungai meluap hingga
membuat banjir dilahan sawah dengan hasil SLT yaitu 1,01. Nilai SLT dengan
pengaruh paling rendah adalah debit air yang kencang menjadi penyebab banjir
dengan nilai 0,97. Keseluruhan indikator dan pertanyaan memenuhi syarat dan
dinyatakan memiliki pengaruh penyebab terjadinya banjir.

Universitas Sriwijaya
44

Faktor frekuensi banjir melingkupi curah hujan dan debit air pada Desa
Rantau Durian II yang mempengaruhi lahan sawah petani menjadi terendam dan
tanaman padi gagal panen akibat terendam banjir, hal ini dapat mengakibatkan
petani mengalami kerugian. Petani contoh tidak dapat berbuat banyak dalam
meminimalisir banjir karena faktor alam yang tidak dapat dikendalikan.
Petani contoh di Desa Rantau Durian II dalam meminimalisir banjir akibat
faktor alam dengan cara menggeser waktu tanam. Sebelum terjadinya banjir petani
melakukan jadwal tanam pada bulan januari, karena pada bulan januari dalam
beberapa tahun terakhir curah hujan tinggi dan menyebabkan pada lahan sawah.
Pergeseran jadwal tanam ini paling lama diundur sampai satu bulan, yang artinya
pada bulan februari petani contoh melakukan penanaman padi.
Debit air dari sungai lempuing yang volumenya meningkat menyebabkan
terjadi luapan air dari sungai ke area lahan sawah, sehingga salah satu faktor alam
ini yang menyebabkan banjir di lahan sawah. Saluran air yang ada di area lahan
sawah masih kurang merata menyebabkan air dari luapan sungai lempuing tidak
dapat langsung mengalir ke area luar sawah. Saluran yang dibuat dari swadaya
masyarakat belum permanen sehingga sering terjadi Longsor dan menyebabkan
fungsi saluran terganggu.
Drainase sangat perlu untuk diperbaiki dengan tetap agar drainase dapat
berfungsi secara maksimal sebagai jalannya air dan dapat mengurangi dampak
banjir saat curah hujan tinggi sangat diharapkan petani. Banjir yang merendami
lahan sawah di Desa Rantau Durian II berdurasi 15-60 hari tergantung dengan
ketinggian banjir pada lahan sawahnya, tanaman padi yang terendam terlalu lama
menyebabkan tanaman padi puso.

4.4.2. Perlindungan Terhadap Banjir


Perlindungan terhadap banjir yang kurang merupakan salah satu faktor yang
diduga menjadi penyebab terjadinya banjir, karena dalam menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan sekitar akan dapat meminimalisir banjir. Indikator pada
faktor perlindungan banjir ini adalah bendungan tanggul yang aman dan partisipasi
aktif masyarakat yang setiap indikatornya terdapat 2 pertanyaan. Berikut hasil
perolehan dari confirmatory factor analysis dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Universitas Sriwijaya
45

Tabel 4.14. Hasil Confirmatory Factor Analysis Perlindungan Terhadap Banjir,


2022
Variabel Error SLF Status Ket
Variance
Perlindungan Terhadap Banjir (B)
Bendungan/tanggul yang aman(B1) 0,87 0,87 Valid Sangat berpengaruh
Bendungan jebol (B11) 0,07 0,97 Valid Sangat berpengaruh
Bendungan yang kurang tinggi (B12) 0,01 1,00 Valid Sangat berpengaruh
Partisipasi aktif masyarakat (B2) 0,21 0,89 Valid Sangat berpengaruh
Tidak melakukan gotong royong (B21) 0,03 0,98 Valid Sangat berpengaruh
Tidak ada kesadaran diri untuk mencegah 0,02 0,99 Valid Sangat berpengaruh
dan menanggulangi banjir (B22)
Hasil Olahan Lampiran 6.

Dari hasil Tabel 4.14. diatas indikator partisipasi aktif masyarakat


berpengaruh paling tinggi yaitu 0,89 yang berarti petani masih kurang dalam
menjaga, mencegah, dan meminimalisir banjir. Petani tidak ada kesadaran untuk
mencegah dan menanggulangi banjir dan petani tidak melakukan gotong royong
menjadi penyebab terjadinya banjir pada lahan sawah. Indikator bendungan atau
tanggul yang aman berpengaruh terhadap banjir dengan nilai 0,87. Bendungan atau
tanggul di Desa Rantau Durian II tergolong ke tanggul alami yang sangat sederhana
dan kurang tinggi, selain itu tanggul yang ada di Desa sangat rentan jebol karena
terbuat dari tumpukan tanah dan debit air yang kencang akibat curah hujan yang
tinggi menjadi penyebab tanggul jebol di Desa Rantau Durian II.
Bendungan yang kurang tinggi menjadi faktor yang paling berpengaruh
dengan nilai SLT 1,00, hal ini menunjukkan bahwa Desa Rantau Durian II belum
memiliki tanggul yang memadai untuk melindungi lahan sawah petani dari luapan
air sungai lempuing yang sedang pasang akibat curah hujan yang tinggi. Bendungan
jebol menjadi faktor yang memiliki nilai pengaruh paling kecil yaitu 0,97.
Kesimpulan dari perolehan hasil CFA didapatkan bahwa seluruh indikator memiliki
pengaruh yang tinggi terhadap terjadinya banjir di lahan sawah.
Faktor perlindungan terhadap banjir sangat diperlukan dalam menghadapi
banjir, petani contoh di Desa Rantau Durian II melakukan beberapa upaya untuk
menghindari dan menghadapi banjir seperti melakukan gotong royong perbaikan
tanggul yang rusak akibat kuatnya debit air sungai lempuing, masyarakat sebagian
melakukan perlindungan dari banjir dengan cara membaca tanda alam sebagai

Universitas Sriwijaya
46

penentuan pola tanam agar produksi padi dapat meningkat. Beberapa tanda alam
yang digunakan petani contoh Desa Rantau Durian II untuk memprediksi banjir
dengan cara melihat cuaca serta volume air sungai lempuing.
Sebagian petani di Desa Rantau Durian II tdak dapat melakukan apa-apa
untuk menanggulangi dan meminimalisir banjir mereka percaya bahwa banjir akan
selalu terjadi dan hanya menunggu waktu kapan banjir pada lahan sawah surut
dengan sendirinya. Petani yang terhambat akibat ekonomi yang terbatas tidak dapat
melakukan banyak tindakan dan hanya bergantung pada pekerjaan menjadi petani,
selain itu beberapa petani status kepemilikan lahannya adalah sewa dan bagi hasil
sehingga mereka tidak dapat berbuat banyak dalam menghadapi banjir.
Terdapat beberapa petani contoh yang memiliki usaha sampingan lain untuk
mulai mengurangi ketergantungan terhadap usahatani padi agar mendapatkan
penghasilan tambahan. Pekerjaan sampingan petani contoh selain melakukan
usahatani padi yaitu usahatani karet dan jagung, selain itu petani contoh beberapa
memiliki pekerjaan lain diluar usahatani yaitu pedagang, ternak sapi, dan buruh.
Selain itu, saat terjadi banjir yang tinggi pada lahan sawah petani contoh
menangkap ikan untuk dijadikan lauk dan ikan yang didapatkan di jual.

4.4.3. Pengetahuan dan Keterampilan Petani Tentang Banjir


Pengetahuan dan keterampilan petani tentang banjir diduga menjadi faktor
yang mempengaruhi banjir dalam bagaimana menghadapi banjir serta
meminimalisir banjir. Variabel pengetahuan dan keterampilan petani tentang banjir
dari hasil Confirmatory Factor Analysis mempengaruhi terjadinya banjir begitupun
dengan 2 indikator lainnya. Berikut hasil perolehan dari variabel laten pengetahuan
dan keterampilan petani tentang banjir pada Tabel 4.15.

Universitas Sriwijaya
47

Tabel 4.15. Hasil Confirmatory Factor Analysis Pengetahuan dan Keterampilan


Tentang Banjir, 2022
Variabel Error SLF Status Ket
Variance
Pengetahuan dan Keterampilan Petani Tentang Banjir (C)
Sosialisasi Banjir (C1) 0,30 0,84 Valid Sangat berpengaruh
Tidak adanya penyuluhan mengenai 0,07 0,96 Valid Sangat berpengaruh
informasi banjir (C11)
Tidak diberikan contoh atau latihan cara- 0,01 1,01 Valid Sangat berpengaruh
cara meminimalisir banji (C12)
Tingkat Pendidikan (C2) 0,26 0,86 Valid Sangat berpengaruh
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap 0,04 1,02 Valid Sangat berpengaruh
pengetahuan untuk meminimalisir
banjir(C21)
Tingkat pendidikan petani yang kurang 0,23 0,88 Valid Sangat berpengaruh
membuat petani tidak dapat menduga
kapan terjadinya banjir (C22)
Hasil Olahan Lampiran 6.

Dari Tabel 4.15 diatas didapatkan nilai SLT yang paling berpengaruh adalah
indikator tingkat pendidikan yaitu 0,86. Tingkat pendidikan petani menjadi faktor
yang paling berpengaruh karena cara bagaimana petani dalam menghadapi dan
meminimalisir banjir. Responden Petani di Desa Rantau Durian II didominasi
dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang menunjukkan bahwa kurang
pandainya petani dalam menghadapi banjir karena memiliki pengetahuan yang
terbatas mengenai banjir di lahan sawah. Indikator sosialisasi banjir nilai loading
factor adalah 0,84, sosialisasi mengenai banjir di lahan sawah sangat penting
dilakukan di Desa Rantau Durian II agar dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan petani menghadapi banjir.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan untuk meminimalisir
banjir menjadi faktor yang paling berpengaruh dengan nilai loading factor 1,02.
Untuk menambah pengetahuan petani setempat sebaiknya masyarakat
mendapatkan fasilitas latihan-latihan dan mendapat penyuluhan mengenai banjir
agar masyarakat mendapat pengetahuan tambahan mengenai banjir. Nilai loading
factor yang paling rendah adalah tingkat pendidikan petani yang kurang membuat
petani tidak dapat menduga kapan terjadinya banjir. Secara keseluruhan indikator
memiliki pengaruh terhadap terjadinya banjir pada lahan sawah.
Sosialisasi banjir yang dilakukan pada petani di Desa Rantau Durian II sangat
dibutuhkan dalam menghadapi dan meminimalisir banjir. Penyuluhan dalam

Universitas Sriwijaya
48

bagaimana mengatasi dan meminimalisir banjir masih kurang, sehingga petani


kekurangan informasi dan pengetahuan mengenai banjir yang terjadi pada lahan
sawah. Petani contoh di Desa Rantau Durian II hampir di dominasi tingkat
pendidikan hanya sampai sekolah dasar (SD), sehingga hal tersebut menjadi salah
satu tolak ukur pengetahuan petani dalam mengadopsi teknologi dan beradaptasi
dengan hal baru.
Tingkat pendidikan petani yang hanya sampai sekolah dasar sangat
diperlukan sosialisasi dari dinas-dinas terkait seperti penyuluh untuk menambah
pengetahuan petani mengenai banjir mulai dari meminimalisir, menghadapi, dan
pasca banjir. Pengetahuan petani contoh Desa Rantau Durian II yang terbatas,
mengakibatkan mereka hanya pasrah menunggu banjir surut dengan sendirinya. Hal
ini akan mengakibatkan kerugian pada petani dari segi ekonomi karena akan
merusak tanaman padi mereka.

4.4.4. Kepercayaan Kepada Pemerintah Terhadap Manajemen Resiko


Kepercayaan kepada pemerintah terhadap manajemen resiko merupakan
salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya banjir, peran pemerintah
sangat dibutuhkan dalam mencegah, meminimalisir, dan menghadapi banjir pada
lahan sawah. Indikator pada faktor kepercayaan kepada pemerintah terhadap
manajemen resiko adalah pembangunan sistem irigasi dan pembangunan saluran
air yang setiap indikatornya terdapat 2 pertanyaan. Berikut hasil perolehan dari
confirmatory factor analysis dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4. 16. Hasil Confirmatory Factor Analysis Kepercayaan Pada Pemerintah


Terhadap Manajemen Resiko, 2022
Variabel Error SLF Status Ket
Variance
Kepercayaan Kepada Pemerintah Terhadap Manajemen Resiko (D)
Pembangunan Sistem Irigasi (D1) 0,27 0,85 Valid Sangat berpengaruh
Tidak adanya sistem irigasi (D11) 0,13 0,93 Valid Sangat berpengaruh
Irigasi yang tidak ada membuat air 0,02 1,01 Valid Sangat berpengaruh
tidak mengalir dengan baik (D12)
Pembangunan Saluran Air (D2) 0,24 0,87 Valid Sangat berpengaruh
Saluran air yang kecil (D21) 0,04 0,98 Valid Sangat berpengaruh
Saluran air di desa masih kurang 0,07 0,97 Valid Sangat berpengaruh
(D22)
Hasil Olahan Lampiran 6.

Universitas Sriwijaya
49

Berdasarkan Tabel hasil perolehan CFA nilai loading factor yang paling
berpengaruh dengan nilai paling tinggi adalah pembangunan saluran air dengan
nilai 0,87 sedangkan pembangunan sistem irigasi yaitu 0,85. Saluran air di Desa
Rantau Durian II masih kurang merata dan hanya saluran sederhana yang kecil,
saluran yang tidak merata menjadi penyebab banjir di lahan sawah. Saluran air
sangat penting di area lahan sawah yang berguna untuk jalannya air, pemerintah
setempat masih kurang dalam pembangunan infrastruktur di lahan sawah yang
sebaiknya kedepannya dapat lebih memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat setempat dalam menunjang usahatani mereka agar tidak terkena
bencana banjir.
Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya banjir adalah tidak adanya
irigasi menjadi penyebab air tidak mengalir dengan baik sehinga menjadi penyebab
banjir nilai loading factor adalah 1,01. Secara keseluruhan sub-indikator dalam
Kepercayaan kepada pemerintah terhadap manajemen resiko memiliki pengaruh
terhadap terjadinya banjir.
Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk membantu petani menghadapi
banjir dengan memberikan bantuan penyediaan alat bantu pertanian contohnya
pompa air, selang, pupuk, dan infrastruktur pendukung lainnya. Peran pemerintah
di Desa Rantau Durian II terhadap banjir di lahan sawah masih kurang dalam
pembangunan infrastruktur pertanian. Infrastruktur pertanian di Desa Rantau
Durian II hanya ada saluran air dan tanggul yang sederhana hingga rentan rusak.
Bantuan pemerintah pada petani di Desa Rantau Durian II yaitu pembagian
benih padi pada petani yang tanaman padinya terendam banjir dan dinyatakan fuso,
Benih padi yang diberikan kepada petani yaitu Infari 32. Selain itu, asuransi
pertanian diperlukan untuk menutup kerugian akibat banjir. Petani Desa Rantau
Durian II sempat ada asuransi pertanian karena ada beberapa hal yang
menyebabkan dana dari asuransi pertanian tidak keluar atau lambat prosesnya,
sehingga petani di Desa Rantau Durian II tidak menggunakan asuransi pertanian
lagi.

Universitas Sriwijaya
50

4.5. Kondisi Yang Mempengaruhi Terjadinya Banjir Pada Lahan Sawah di


Desa Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan
Komering Ilir
Kondisi yang diduga menjadi penyebab terjadinya banjir pada lahan sawah
adalah curah hujan, kelembapan, suhu, kedalaman lahan, panjang saluran air.
Kondisi yang diduga mempengaruhi terjadinya banjir pada lahan sawah akan
dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Variabel yang digunakan adalah
variabel independen dan dependen. Variabel dependen yaitu frekuensi banjir (Y),
sedangkan variabel independen meliputi curah hujan (X 1), kelempaban (X2), suh
(X3), kedalaman lahan (X4), dan panjang saluran air (X5). Regresi linear berganda
harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu yaitu uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas.

4.5.1. Analisisis Regresi Linear Berganda


4.5.1.1. Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik perlu dilakukan untuk menganalisis data, uji ini dilakukan
terlebih dahulu sebelum dilakukannya regresi linear berganda.

a. Uji Normalitas
Untuk melihat suatu data apakah datanya mengalami distribusi yang normal
atau tidak menggunakan Uji Normalitas. Regresi dapat dikatakan baik saat data
yang dimiliki berdistribusi normal. Hasil Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada
Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov, 2022.


Unstandardized Residual
N 33
Mean ,0000000
Normal Parametersa.b
Std. Deviaton ,40313717
Absolute 0,088
Most Extreme Differences Positive 0,088
Negative -0,071
Kolmogorov-Smirnov Z 0,088
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200
Hasil olahan lampiran 8.

Universitas Sriwijaya
51

Hasil Tabel 4.17. menunjukkan jika nilai Asymp.sig (0,200 >  (=0,05) pada
Tabel output data tersebut dikatakan terdistribusi secara normal, didapatkan nilai
signifikasi yang di peroleh pada output sebesar yaitu 0,200 yang berarti 0,200 >
0,05 sehingga penggunaan data dalam analisis ini berdistribusi dengan normal.
Selain menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test pengujian lainnya dapat melihat
dari Grafik P-Plot, penggunaan uji ini dikatakan berdistribusi normal jika titik-
titiknya mengikuti garis diagonal pada P-Plot sehingga asumsi normalitas
terpenuhi. Hasil uji normalitas menggunakan Grafik Normal P-Plot Test dapat
dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4. 5. Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot Test

Hasil dari Gambar 4.5. di atas, menunjukkan bahwa titik P-Plots selaras
dengan garis diagonalnya, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Grafik Normal
P-Plot telah menjelaskan bahwa data berdistribusi normal. Penggunaan uji grafik
ini mudah diragukan karena dapat mengakibatkan salah penafsiran atau pengertian,
tetapi dengan adanya uji One Sample Kolmogorov Smirnov yang sudah di analisis
di awal menunjukkan bahwa benar data tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas berfungsi untuk melihat suatu data memiliki korelasi
atau tidak dengan variabel dependen yang digunakan pada regresi. Uji

Universitas Sriwijaya
52

multikolinearitas dapat dilihat dari hasil nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Syarat tidak terjadinya gejala multikolinearitas yaitu VIF < 10 dan
nilai tolerance >0,10 sehingga data tersebut dapat dikatakan tidak terjadi gejala
multikolinearitas, hasil output uji multikolinearitas dapat di lihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Hasil Uji Multikolinearitas, 2022.


Collinearity
Model Keterangan
Tolerance VIF
Curah Hujan 0,809 1,236 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Kelembapan 0,217 4,603 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Suhu 0,247 4,053 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Kedalaman lahan 0,835 1,197 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Panjang saluran air 0,726 1,378 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Hasil Olahan Lampiran 9.

Hasil Tabel 4.18. didapatlan bahwa nilai tolerance untuk Curah Hujan yaitu
0,809 dan VIF yaitu 1,236, untuk nilai tolerance kelembapan yaitu 0,217 dan nilai
VIF yaitu 4,603. Nilai tolerance untuk Kedalaman Lahan yaitu 0,835 dan nilai VIF
yaitu 1,197. Nilai tolerance panjang saluran air 0,726 dan nilai VIF 1,378. Hasil
dari nilai yang didapatkan masing-masing memenuhi syarat sehingga tidak terjadi
gejala multikolinearitas pada data yang digunakan.

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas berguna untuk melihat suatu data tersebut apakah
terjadi heteroskedastisitas dapat menggunakan pengujian glejser dan scatterplot,
berikut data yang didapatkan apak mengalami gejala heteroskedastisitas atau tidak
pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19. Hasil Uji Heteroskedasitas, 2022.


Model T Sig.
(Constant) 0,876 0,389
Curah Hujan (X1) 1,847 0,076
Kelembapan (X2) -1,035 0,310
Suhu (X3) -0,659 0,515
Kedalaman Lahan Sawah (X4) 0,243 0,810
Panjang Saluran Air (X5) -1,185 0,246
Dependent variable: Abs_Res
Hasil Olahan Lampiran 10.

Universitas Sriwijaya
53

Untuk pengujian yang didapatkan bahwa glejser didapatkan nilai signifikansi


untuk curah hujan nilai signifikansi 0,076, kelembapan 0,310, suhu 0,515,
kedalaman lahan sawah 0,810, panjang saluran air 0,246. Dari hasil yang
didapatkan dari uji hetersokedastisitas dapat disimpulkan bahwa data tidak
mengalami gejala heteroskedastisitas.

Gambar 4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Grafik Scatterplots

Hasil Gambar 4.6. di atas, menunjukkan bahwa tidak adanya pola tertentu
pada hasil uji menggunakan scatterplots karena titik-titik yang ada pada data
tersebut tidak mengelompok pada satu tempat dan juga menyebar diantara atas dan
bawah angka 0 pada sumbu Y. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa data
yang digunakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada regresi ini.

4.5.1.2. Uji Hipotesis


Uji hipotesis ini berguna untuk menganalisis benar atau tidaknya hipotesis
yang sudah dirumuskan. Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Uji R2, Uji F, dan Uji T.

a. Uji Koefisien Determinasi ( Uji R2)


Pengukuran untuk melihat baik atau tidaknya suatu model dalam menjelaskan
variabel dependen dapat menggunakan uji koefisien determinasi (R2). Nilai
koefisien determinasi berada antara dari 0<R2< 1, skor tesnya R2 tinggi (mendekati

Universitas Sriwijaya
54

1) menunjukkan bahwa model yang dilatih dapat menjelaskan perbedaan variabel


dependen dan demikian pula sebaliknya dapat dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2), 2022.


Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
Square Estimate
1 0,883a 0,780 0,739 0,43888
Hasil Olahan Lampiran 11.

Hasi uji koefisien determinasi pada Tabel 4.20. menggambarkan bahwa nilai
R2 pada suatu model regresi yaitu 0,780 yang artinya variabel independen secara
bersama-sama memiliki kemampuan untuk menjelaskan variabel dependen yaitu
78,0 persen. Nilai (R2) sebesar 78,0 persen, artinya bahwa variabel independen
dalam model ini yaitu curah hujan (X1), kelembapan (X2), suhu (X3), kedalaman
lahan (X4), panjang saluran air (X5) dapat menggambarkan dari variasi variabel
dependen, yaitu frekuensi banjir pertahun sebesar 78,0 persen. Sedangkan sisanya
sebesar 22,0 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model.
Berdasarkan hasil dari Tabel di atas, hasil menunjukkan nilai R2 pada model
regresi yaitu 0,780. Hal ini memperlihatkan bahwa suatu variabel bebas secara
bersama-sama memiliki kemampuan dalam menjelaskan suatu varian pada variabel
terikat yaitu sebesar 78,0 persen. Hasil yang didapatkan pada R2 yaitu 78,0 persen yang
artinya bahwa variabel bebas dari model yang digunakan ini yaitu curah huajan (X1),
kelembapan (X2), suhu (X3), kedalaman tanah (X4), dan panjang saluran air (X5)
dapat menjelaskan variabilitas variabel dependen yaitu frekuensi banjir sebesar 78,0
persen, untuk sisanya sebesar 22,0 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.

b. Uji Simultan (Uji F)


Uji F berguna untuk menjelaskan bahwa apakah keseluruhan variabel bebas
yang digunakan pada model regresi memiliki tingkat pengaruh secara sama-sama
pada variabel terikat. Bila Fhitung yang didapatkan lebih besar dari suatu tingkat
error maka variabel bebas dapat dinyatakan berpengaruh secara bersama-sama
pada variabel terikat. Adapun hasil signifikansi pada analisi uji F dapat dilihat pada
Tabel 4.21.

Universitas Sriwijaya
55

Tabel 4.21. Hasil Uji Simultan (Uji F), 2022.


Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 18,436 5 3,687 19,142 ,000b
Residual 5,201 27 0,193
Jumlah 23,636 32
Hasil Olahan Lampiran 11.

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari analisis uji F yaitu nilai F hitung adalah
19,142 untuk nilai signifikan P value yaitu 0,000. Hasil nilai signifikansi yang di
dapatkan < 0,05, sehingga H0 di tolak yang berarti menjelaskan bahwa curah hujan
(X1), kelembapan (X2), suhu (X3), kedalaman lahan (X4), panjang saluran air (X5)
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap terjadinya banjir.

c. Uji Parsial (Uji T)


Uji T berguna untuk menjelaskan seberapa besar tingkat pengaruh variabel
bebas yang digunakan secara sendiri dapat menjelaskan terhadap variabel terikat.
Taraf signifikan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05 (5 persen)
dengan taraf kepercayaan sebesar 0,95 (95 persen). Variabel bebas dapat dikatakan
berpengaruh terhadap variabel terikat jika nilai signifikan yang didapat lebih kecil
dari taraf kesalahan yaitu 0,05. Penelitian ini berguna untuk melihat pengaruh dari
suatu variabel curah hujan (X1), kelembapan (X2), suhu (X3), kedalaman lahan
(X4), panjang saluran air (X5), terhadap variabel dependen (Y) pada frekuensi
banjir. Hasil analisis uji t dapat dilihat pada Tabel 4.22.

Tabel 4. 22. Hasil Uji T, 2022.


Unstandardized
Model Coefficients T Sig. Ket.
B
(Constant) 20,103 2,627 ,014
Curah Hujan (X1) ,006 9,585 ,000 S
Kelembapan (X2) -,089 -2,883 ,008 S
Suhu (X3) -,472 -2,478 ,020 S
Kedalaman Lahan (X4) -,005 -2,098 ,045 S
Panjang Saluran Air (X5) ,001 2,190 ,037 S
Hasil Olahan Lampiran 11.

Universitas Sriwijaya
56

4.5.1.3. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linear berganda adalah suatu alat analisis yang berguna untuk
melihat suatu keterpengaruhan terhadap dua atau lebih variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Beberapa tahapan uji telah dilewati seperti uji
asumsi klasik dan uji hipotesis. Pengolahan data menggunakan software SPSS versi
25.0, diketahui frekuensi banjir (Y) sebagai variabel terikat dan variabel curah
hujan (X1), kelembapan (X2), suhu (X3), kedalaman lahan (X4), panjang saluran
air (X5) sebagai variabel bebas. Hasil perolehan regresi linear berganda dapat
dilihat pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23. Hasil Regresi Linear Berganda, 2022


Koefisien Signifikansi
Variabel Std. Error
Regresi (α)
Konstanta 20,103 7,652 ,014
Curah Hujan (X1) ,006 ,001 ,000
Kelembapan (X2) -,089 ,031 ,008
Suhu (X3) -,472 ,191 ,020
Kedalaman Lahan (X4) -,005 ,002 ,045
Panjang Saluran Air (X5) ,001 ,001 ,037
Hasil Olahan Lampiran 10.

Output dari analisis regresi linear berganda nilai koefisien regresi akan dibuat
persamaan linear berganda sebagai berikut.

Y = 20,103 +0,006 X1 -0,089 X2 -0,472 X3 -0,005 X4 + 0,001 X5

1. Pengaruh Kondisi Curah Hujan Terhadap Banjir


Berdasarkan Tabel 4.23. Nilai koefisien curah hujan terhadap banjir adalah 0,006
yang berarti jika suati variabel bebas lainnya tetap tidak berubah sedangkan variabel
curah hujan meningkat satu persen, maka dari itu frekuensi banjir (Y) akan meningkat
dengan nilai 0,006. Variabel curah hujan pada hasil analisis regresi ini mendapatkan
hasil signifikan yaitu 0,000, dari nilai dapat dikatakan bahwa variabel curah hujan
mempengaruhi signifikan sehingga tolah H0 atau terima H1 terhadap banjir.
Semakin meningkatnya curah hujan maka akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya banjir pada lahan sawah. Curah hujan di Ogan Komering Ilir beberapa
tahun terakhir mengalami peningkatan yang menunjukkan benar adanya bahwa

Universitas Sriwijaya
57

curah hujan yang tinggi menjadi penyebab banjir di lahan sawah. Curah hujan yang
tinggi dengan tingkat ketinggian dataran yang masuk kategori rendah menjadi
penyebab terjadinya banjir, selain itu curah hujan yang tinggi menyebabkan
tanaman padi yang terendam banjir dinyatakan fuso.
Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang dilakukan kepada petani contoh
memang dalam terjadinya banjir curah hujan menjadi faktor utama, karena curah
hujan yang tinggi juga membuat air sungai meluap ke arah area lahan sawah.
Sehingga curah hujan menjadi tolak ukur dalam terjadinya banjir.
Curah hujan menyebabkan kerugian pada petani dalam segi ekonomi, hingga
menyebabkan luas lahan panen menjadi berkurang bahkan banyak petani contoh
yang tidak dapat melakukan panen saat curah hujan tinggi yang menjadi penyebab
terjadinya banjir. Penurunan produksi hingga gagal panen membuat petani rugi,
untuk petani yang tidak mempunyai perkerjaan lain selain berusahatani padi sangat
merasakan dampak dari banjir.
Beberapa petani contoh menggunakan berbagai cara dalam menutupi kerugian
diantaranya menggunakan tabungan mereka, melakukan pinjaman akibat kerugian
saat banjir, sebagian lagi petani responden memiliki pekerjaan atau usahatani lain
selain padi seperti usahatani karet, pedagang, ternak sapi, dan buruh sehingga
mereka masih memiliki pendapatan tambahan saat banjir terjadi di lahan sawah.
Curah hujan yang tinggi hingga menyebabkan banjir menyebabkan produksi
padi menjadi berkurang bahkan tidak dapat melakukan panen sama sekali karena
banjir yang tergenang termasuk tinggi. Musim tanam yang biasanya dilakukan
petani contoh dua kali dalam satu tahun menyebabkan sebagian petani hanya dapat
melakukan musim tanam satu kali dalam satu tahun.
Bulan desember akhir hingga februari sering terjadi curah hujan yang tinggi,
sebagian petani contoh tetap melakukan tanam pada saat curah hujan tinggi tetapi
menggeser jadwal tanam yang biasanya dilakukan dibulan januari awal menjadi
bulan februari untuk menghindari puncak curah hujan yang tinggi hingga
menyebabkan banjir dan dapat membuat tanaman padi fuso.
Produksi yang menurun setiap kali banjir terjadi yang diakibatkan gagal
panen karena tanaman padi puso. Petani contoh yang biasanya dalam luas lahan
sawah sebesar 1 ha dapan menghasilkan panen hingga 4 ton, tetapi saat banjir terjadi

Universitas Sriwijaya
58

mereka tidak dapat panen sama sekali karena lahan sawah yang terendam banjir.
Hal ini sangat merugikan petani karena tidak dapat panen dan tidak mendapatkan
pendapatan dari usahatani padi yang terendam banjir.

2. Pengaruh Kondisi Kelembapan Terhadap Banjir


Berdasarkan Tabel 4.23. Nilai koefisien kelembapan terhadap banjir adalah 0,089
yang berarti jika suati variabel bebas lainnya tetap tidak berubah sedangkan variabel
kelembapan meningkat satu persen, maka dari itu frekuensi banjir (Y) akan meningkat
dengan nilai 0,089. Variabel kelembapan pada hasil analisis regresi ini mendapatkan
hasil signifikan yaitu 0,008, dari nilai dapat dikatakan bahwa variabel curah hujan
mempengaruhi signifikan sehingga tolah H0 atau terima H1 terhadap banjir.
Semakin meningkatnya suatu kelembapan dapat meningkatkan curah hujan
di suatu wilayah. Kelembapan di Ogan Komering Ilir beberapa tahun terakhir
meningkat sehingga memicu curah hujan yang tinggi. Kelembapan udara yang
tinggi berarti memiliki kandungan air yang tinggi sehingga akan meningkatnya
curah hujan dan menjadi penyebab banjir di lahan sawah. Berdasarkan wawancara
dengan petani contoh mereka tidak merasakan secara langsung peningkatan
kelembapan udara yang artinya mereka tidak dapat mengetahui tingkat kelembapan
secara langsung atau kasat mata, tetapi mereka menyadari bahwa curah hujan dalam
beberapa tahun terakhir memang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kelembapan menjadi tolak ukur dalam terjadinya banjir di lahan sawah pada Desa
Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Selain menjadi pemicu banjir kelembapan udara yang tinggi dapat memicu
munculnya hama dan penyakit tanaman pada area lahan sawah, sehingga resiko
rusaknya padi akan semakin tinggi. Lahan Sawah Desa Rantau Durian II karena
tingginya banjir dan lamanya tergenang hingga menyebabkan tanaman padi puso
sehingga adanya hama keong saat banjir sedang berlangsung tidak terlalu
berdampak karena tanaman padi mati karena terendam. Setelah banjir di lahan
sawah mulai surut dan akan melaksanakan tanam padi lagi hama keong masih ada
sehingga dampak setelah banjir banyak hama yang mengganggu perkembangan
tanaman padi. Selain keong mas terdapat hama-hama lain yang menyerang lahan
sawah akibat kelembapan yang meningkat dan banjir yang terjadi di lahan sawah.

Universitas Sriwijaya
59

3. Pengaruh Kondisi Suhu Terhadap Banjir


Berdasarkan Tabel 4.23. Nilai koefisien suhu terhadap banjir adalah -0,472
yang berarti jika suatu variabel bebas lainnya tetap tidak berubah sedangkan
variabel suhu meningkat satu persen, maka dari itu frekuensi banjir (Y) akan
mengalami penurunan dengan nilai 0,472. Variabel suhu pada hasil analisis regresi
ini mendapatkan hasil signifikan yaitu 0,020, dari nilai dapat dikatakan bahwa
variabel suhu mempengaruhi signifikan sehingga tolah H 0 atau terima H1 terhadap
banjir.
Suhu merupakan salah satu bagian dari hidograf yang mempengaruhi banjir
selain itu juga suhu banyak mempengaruhi dalam struktur perputaran hidrologi.
Mulai dari penguapan, angin yang dapat menggerakkan air, hujan, dan air laut yang
naik. Suhu di Ogan Komering Ilir beberapa tahun terakhir meningkat hingga 290C.
Berdasarkan wawancara dengan petani contoh mereka tidak merasakan secara
langsung peningkatan suhu udara yang artinya mereka tidak dapat mengetahui
tingkat suhu secara langsung atau kasat mata, tetapi mereka menyadari bahwa curah
hujan dalam beberapa tahun terakhir memang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa suhu menjadi tolak ukur dalam terjadinya banjir di lahan sawah.
Banjir yang terjadi di lahan sawah Desa Rantau Durian II sudah sering terjadi
dalam beberapa tahun terakhir tetapi pola tanam yang digunakan petani di Desa
Rantau Durian II tetap sama tidak mengalami perubahan yaitu pola tanam jajar
legowo. Petani setempat telah menggunakan pola tanam ini secara terus menerus,
pada saat banjir maupun tidak banjir mereka selalu menggunakan pola tanam ini,
dikarenakan menurut mereka pola tanam ini efektif dalam meningkatkan
produktivitas tanaman padi.

4. Pengaruh Kondisi Kedalaman Lahan Sawah Terhadap Banjir


Berdasarkan Tabel 4.23. Nilai koefisien kedalaman sawah terhadap banjir
adalah -0,005 yang berarti jika suatu variabel bebas lainnya tetap tidak berubah
sedangkan variabel kedalaman sawah meningkat satu persen, maka dari itu frekuensi
banjir (Y) akan mengalami penurunan dengan nilai 0,005. Variabel kedalaman sawah
pada hasil analisis regresi ini mendapatkan hasil signifikan yaitu 0,045, dari nilai
dapat dikatakan bahwa variabel suhu mempengaruhi signifikan sehingga tolah H 0

Universitas Sriwijaya
60

atau terima H1 terhadap banjir.


Menurut wawancara dengan petani contoh memang kedalaman sawah
memiliki keterpengaruhan terhadap terjadinya banjir, semakin dalam lahan tersebut
dari permukaan maka akan semakin tinggi potensi banjir. Menurut petani contoh
kedalaman sawah di Desa Rantau Durian II berbeda-beda sehingga menyebabkan
kedalaman banjir yang berbeda-beda juga.
Lahan sawah yang tidak terlalu dalam memungkinkan banjir tidak terlalu tinggi
sehingga tanaman padi petani contoh masih dapat hidup dan tidak mengalami
tanaman busuk. Genangan yang rendah akan lebih cepat surut sehingga tanaman
padi tidak terlalu lama mengalami banjir. Kedalaman sawah yang rendah akan
mengakibatkan banjir tinggi hingga 100-150 cm yang berdampak fuso sampai gagal
panen yang menyebabkan petani rugi.
Dampak lainnya dari tingginya banjir terdapat ikan yang hidup di lahan sawah
petani. Lahan sawah yang terdampak banjir tinggi hingga terdapat ikan dijadikan
petani sebagai peluang untuk mencari pendapatan tambahan dan mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi lauk, selain petani menjual hasil tangkapannya petani
juga mengkonsumsi ikan hasil tangkapan mereka.
Kedalaman lahan sawah yang semakin dalam menyebabkan banjir yang tinggi,
semakin tinggi banjir maka surut akan semakin lama. Banjir paling cepat surut
dalam waktu 14 hari dan paling lama hingga 100 hari. Tanaman padi umumnya
tahan akan genangan air, tetapi jika tergenang terlalu lama maka tanaman akan mati.
Durasi banjir yang lama serta tinggi membuat petani tidak dapat melakukan
penanaman di lahan sawahnya, sehingga petani tidak dapat melakukan musim
tanam atau pemanenan saat banjir.

5. Pengaruh Kondisi Panjang Saluran Air Terhadap Banjir


Berdasarkan Tabel 4.23. Nilai koefisien panjang saluran air terhadap banjir
adalah 0,001 yang berarti jika suati variabel bebas lainnya tetap tidak berubah
sedangkan variabel panjang saluran air meningkat satu persen, maka dari itu
frekuensi banjir (Y) akan meningkat dengan nilai 0,001. Variabel panjang saluran
air pada hasil analisis regresi ini mendapatkan hasil signifikan yaitu 0,037, dari nilai
dapat dikatakan bahwa variabel curah hujan mempengaruhi signifikan sehingga

Universitas Sriwijaya
61

tolah H0 atau terima H1 terhadap banjir.


Berdasarkan Tabel 4.24. Nilai koefisien panjang saluran air terhadap banjir
adalah 0,001 yang berarti jika suatu variabel bebas lainnya tetap tidak berubah
sedangkan variabel panjang saluran air meningkat satu persen, maka dari itu
frekuensi banjir (Y) akan meningkat dengan nilai 0,001. Variabel panjang saluran
air pada hasil analisis regresi ini mendapatkan hasil signifikan yaitu 0,037, dari nilai
dapat dikatakan bahwa variabel suhu mempengaruhi signifikan sehingga tolah H 0
atau terima H1 terhadap banjir.
Menurut wawancara dengan petani contoh di Desa Rantau Durian II saluran air
di lahan sawah masih belum merata, hanya beberapa bagian sawah yang memiliki
saluran air melainkan hanya di sisi-sisi tertentu sehingga benar panjang saluran air
yang kurang merata menjadi salah satu penyebab banjir dilahan sawah. Saluran air
yang kurang merata menyebabkan air tidak dapat mengalir dengan semestinya,
selain itu saluran air di lahan sawah Desa Rantau Durian II masih sederhana.
Saluran air di Desa Rantau Durian II mengalami penyempitan akibat tanah
yang mengumpul di dasar saluran air hingga menyebabkan air tidak dapat mengalir
dengan semestinya. Produksi padi yang sedikit hingga terbatas akibat banjir yang
merendam lahan sawah membuat petani harus menghemat persediaan beras yang
disimpan dari panen sebelumnya. Petani contoh tidak menjual semua hasil produksi
padi tetapi sebagian disimpan untuk konsumsi sendiri.
Banjir yang terjadi di Desa Rantau Durian II beberapa tahun terakhir
sebaiknya petani melakukan penggantian varietas yang toleran rendaman hingga
10-14 hari agar mengurangi resiko puso atau gagal panen. Varietas padi yang umum
ditanam di Desa Rantau Durian II (Ciherang, Sulaiman, Inpari 32, Ciliwung, PB
42, dan IR 64), petani setempat masih menggunakan varietas yang hanya dapat
bertahan pada rendaman 4-7 hari saja. Menurut petani contoh banjir akibat panjang
saluran air yang kurang merata dapat diatasi dengan cara pemeliharaan saluran air
dikeruk. Petani sangat mengharapkan pengerukkan agar saluran air posisinya lebih
rendah agar dapat menghindari terjadinya banjir pada lahan sawah. Saluran air di Desa
Rantau Durian II dibangun oleh swadaya petani belum permanen sehingga sering
terjadi longsor dan menyebabkan fungsi saluran air terganggu.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kondisi yang terjadi saat banjir membuat petani mengalami penurunan dalam
segi pendapatan, produksi, luas panen, dan musim tanam menjadi satu kali
dalam setahun. Tipe genangan lahan B dan D pada lahan sawah, kondisi
infrastruktur yang kurang, dan tipologi lahan sawah tadah hujan membuat
lahan sawah ini rentan terkena banjir.
2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir dengan nilai loading
factor tertinggi adalah faktor perlindungan terhadap banjir dengan cara
melakukan upaya-upaya meminimalisir dan menghadapi banjir. Sedangkan
indikator yang memiliki pengaruh paling tinggi adalah tingkat pendidikan
petani mempengaruhi banjir di lahan sawah, pengetahuan yang masih kurang
mengenai banjir menjadi penyebab banjir yang tidak dapat di minimalisir serta
tidak mengetahui cara menghadapi banjir di lahan sawah.
3. Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilaksanakan didapatkan bahwa terdapat
pengaruh secara signifikan curah hujan, kelembapan, suhu, kedalaman sawah,
dan panjang saluran air terhadap banjir yang terjadi di lahan sawah Desa
Rantau Durian II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terdapat beberapa saran yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan yaitu:
1. Disarankan untuk petani lebih memperhatikan lagi keadaan perubahan iklim
agar dapat menggeser jadwal tanam sehingga dapat menghindari tanaman padi
fuso akibat banjir dan mengakibatkan gagal panen.
2. Disarankan bagi pemerintah diharapkan untuk dapat membantu petani dalam
mengatasi banjir yaitu dengan cara memperbaiki pintu air dan membangun

62 Universitas Sriwijaya
63

tanggul agar tidak ada lagi kerusakan pada tanaman petani yang diakibatkan
oleh banjir.
3. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dalam pengambilan sampel responden
diharapkan lebih banyak lagi dalam pengujian menggunakan Confirmatory
Factor Analysis.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Ainurrohmah, S., dan Sudarti, S. 2022. Analisis Perubahan Iklim dan Global
Warming yang Terjadi Sebagai Fase Kritis. Jurnal Phi: Jurnal Pendidikan
Fisika dan Fisika Terapan, Vo. 3(3), Halaman 1–10.
Andayani, I., dan Tirtayasa, S. 2019. Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi,
dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister
Manajemen, Vol. 2(1), Halaman 45–54.
Anwar, Y., Setyasih, I., Ningrum, M. V. R., & Jedo, A. 2022. Dampak Bencana
Banjir Terhadap Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Samarinda Utara, Kota
Samarinda. Jurnal Pendidikan Geografi, Vol. 9(1), Halaman 40–48.
Arifin, M., Rasyid, A. R., Yudono, A., Wunas, S., Trisutomo, S., Jinca, M. Y., Ali,
M., Akil, A., Osman, W. W., & Sutopo, Y. K. D. 2021. Konsep Penanganan
Bencana Banjir pada Perumahan Perumnas Manggala Kota Makassar. Jurnal
Tepat (Teknologi Terapan Untuk Pengabdian Masyarakat), Vol. 4(2),
Halaman 151–165.
Ayuwardani, R. P. 2018. Pengaruh Informasi Keuangan dan Non Keuangan
Terhadap Underpricing Harga Saham pada Perusahaan yang Melakukan
Initial Public Offering (Studi Empiris Perusahaan Go Public Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015). Jurnal Nominal, Vol. 7(1),
Halaman 143–158.
Bambang Winarso. 2012. Dinamika Pola Penguasaan Lahan Sawah di Wilayah
Pedesaan di Indonesia. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, Vol. 12(3),
Halaman 137–149.
Dahlia, S., Sudibyakto, dan Hizbaron, D. R. 2016. Analisis Kerentanan Lahan
Sawah Padi Terhadap Banjir DAS Cidurian Menggunakan Multi Skenario.
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol. 7(2), Halaman 151–163.
Darwati dan Suryanto. 2015. Valuasi Ekonomi Mitigasi Lahan Pertanian Rawan
Banjir. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Vol. 16(2), Halaman 146–
157.
Efendi, M. M., dan Purnomo, J. D. T. 2012. Analisis Faktor Konfirmatori untuk
Mengetahui Kesadaran Berlalu Lintas Pengendara Sepeda Motor di Surabaya
Timur. Jurnal Sains Dan Seni ITS, Vol. 1(1), Halaman 106–111.
Fadhila, D. A., dan Otok, B. W. O. 2019. Pemodelan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Daerah Tertinggal di Pulau Jawa Menggunakan Secon-Order
Confirmatory Factor Analysis (CFA). Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. 8(2),
Halaman 153-160.
Febrianti, N., & Domiri, D. 2012. Analisis Potensi Banjir di Sawah Menggunakan
Data Modis dan TRMM (Studi Kasus Kabupaten Indramayu) (Analysis of

64 Universitas Sriwijaya
65

Potential Flood in Paddy Field Using Modis and TRMM Data (Case Study :
Indramayu Districts). Jurnal Penginderaan Jauh, Vol. 9(1), Halaman 35–51.
Hartini, S., Hadi, M. P., Sudibyakto, dan Poniman, A. 2015. Risiko Banjir pada
Lahan Sawah di Semarang dan Sekitarnya. Majalah Ilmiah Globe, Vol. 17(1),
Halaman 51–58.
Hermawan, E. 2010. Pengelompokkan Pola Curah Hujan Yang Terjadi di Beberapa
Kawasan P. Sumatera Berbasis Hasil Analisis Teknik Spektral. Jurnal
Meteorologi Dan Geofisika, Vol. 11(2), Halaman 75–85.
Hidayat, A. K., dan Empung. 2016. Analisis Curah Hujan Efektif dan Curah Hujan
Dengan Berbagai Periode Ulang untuk Wilayah Kota Tasikmalaya dan
Kabupaten Garut. Jurnal Siliwangi, Vol. 2(2), Halaman 121–126.
Indradi, D. (2018). Pengaruh Likuiditas, Capital Intensity terhadap Agresivitas
Pajak. Jurnal Akuntansi Berkelanjutan Indonesia, Vol. 1(1), Halaman 147–
167.
Ismail, I., dan Albahri, F. P. (2019). Perancangan E-Kuisioner Menggunakan
Codeigniter dan React-Js Sebagai Tools Pendukung Penelitian. J-Sakti (Jurnal
Sains Komputer Dan Informatika), Vol. 3(2), Halaman 337–347.
Julismin. (2013). Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia. Jurnal Geografi, Vol.
5(1), Halaman 40–46.
Kasanah, N., Bashit, N., dan Hadi, F. 2021. Analisis Lahan Sawah Tergenang
Banjir Menggunakan Metode Change Detection dan PPPM ( Phenology and
Pixel Based Paddy Rice Mapping ) ( Studi Kasus : Kabupaten Demak ). Jurnal
Geodesi UNDIP, Vol. 10(1), Halaman 259–268.
Ka’u, A. A., Takumansang, E. D., dan Sembel, A. 2021. Analisis Tingkat
Kerawanana Banjir di Kecamatan Sangtombolang Kabupaten Bolaang
Mongondow. Jurnal Spasial, Vol. 8(3), Halaman 291–302.
Kusumaningrum, S. I. 2019. Pemanfaatan Sektor Pertanian sebagai Penunjang
Pertumbuhan Perekonomian Indonesia. Jurnal Transaksi, Vol. 11(1),
Halaman 80–89.
Kusumo, P., dan Nursari, E. 2016. Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir dengan Sistem
Informasi Geografis pada DAS Cidurian Kab. Serang, Banten. Jurnal String,
Vol. 1(1), Halaman 29–38.
Lestari, J. S., Farida, U., dan Chamidah, S. 2019. Pengaruh Kepemimpinan,
Kedisiplinan, dan Lingkungan Kerjaterhadap Prestasi Kerja Guru. Asset:
Jurnal Manajemen Dan Bisnis, Vol. 1(1), Halaman 38–55.
Mahfuz, M., Purnawan, B., dan Harahap, R. M. 2016. Analisis Data Spasial Untuk
Identifikasi Kawasan Rawan Banjir di Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa
Tengah. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik Geodesi, Vol. 1(1),
Halaman 1–12.

Universitas Sriwijaya
66

Maulido, M. F. Y., Wibawa, B. M., dan Sinansari, P. 2019. Confirmatory Factor


Analysis Terhadap Niat Konsumen untuk Mengikuti dan Penerbit Buku Fiksi
XYZ. Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. 8(2), Halaman 284–289.
Mona, M. G., Kekenusa, J. S., dan Prang, J. D. 2015. Penggunaan Regresi Linear
Berganda untuk Menganalisis Pendapatan Petani Kelapa Studi Kasus: Petani
Kelapa di Desa Beo, Kecamatan Beo Kabupaten Talaud. JDC, Vol. 4(2),
Halaman 196-203.
Mulyono, D. 2016. Analisis Karakteristik Curah Hujan di Wilayah Kabupaten
Garut Selatan. Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Vol. 13(1),
Halaman 1–9.
Nita, I., Putra, A. N., Albayani, H. K., Wildanul, A., dan Nurhutami, S. R. (2022).
Analisis Potensi dan Risiko Banjir pada Lahan Pertanian di Kabupaten
Pacitan. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan, Vol. 9(1), Halaman 37–48.
Patandean, C. F., Sujiono, E. H., dan Subaer. 2021. Pengaruh Curah Hujan
Terhadap Potensi Banjir di Kabupaten Gowa Candra. Jurnal Agrokompleks,
Vol. 10(2), Halaman 11–23.
Pratama, S. A., dan Permatasari, R. I. 2021. Pengaruh Penerapan Standar
Operasional Prosedur dan Kompetensi Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan Divisi Ekspor PT. Dua Kuda Indonesia. Jurnal Ilmiah M-Progress,
Vol. 11(1), Halaman 38-47.
Qodriyatun, S. N. 2020. Bencana Banjir: Pengawasan dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Berdasarkan UU Penataan Ruang dan RUU Cipta Kerja.
Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, Vol. 11(1), Halaman 29–42.
Rachmat, A. R., dan Pamungkas, A. 2014. Faktor-Faktor Kerentanan yang
Berpengaruh Terhadap Bencana Banjir di Kecamatan Manggala Kota
Makassar. Jurnal Teknik Pomits, Vol. 3(2), Halaman 178–183.
Riduwan. 2015. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rizkiah, R., Ir.Hanny Poli, Ms., dan Msi, Ir. S. S. 2014. Analisis Faktor-Faktor
Penyebab Banjir di Kecamatan Tikala Kota Manado. Halaman 105–112.
Rosyidie, A. 2013. Banjir : Fakta dan Dampaknya , Serta Pengaruh dari Perubahan
Guna Lahan. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, Vol. 24(3), Halaman
241–249.
Seno, A. 2013. Karakterisasi Bencana Banjir Bandang di Indonesia. Jurnal Sains
dan Teknologi Indonesia, Vol. 15(1), Halaman 42–51.
Setiawati. 2021. Analisis Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Farmasi di BEI. Jurnal Inovasi Penelitian, Vol. 1(8),
Halaman 1581–1590.

Universitas Sriwijaya
67

Siregar, S. M., Sakir, M. I., Helmizuryani, Aida, S. N., dan Saleh, E. 2019.
Pengelolaan Rawa Perkotaan (Kasus Banjir di Kota Palembang). Prosiding
Seminar Nasional Hari Air Dunia, Halaman 159–165.
Tiris Sudrartono. 2019. Pengaruh Segmentasi Pasar Terhadap Tingkat Penjualan
Produk Fashion UMK. Jurnal Ilmiah Manajemen, Vol. 10(1), Halaman 55–
66.
Tommi, Barus, B., dan Dharmawan, A. H. 2015. Analisis Kerentanan Petani
Terhadap Bahaya Banjir di Kabupaten Karawang. Jurnal Geografi, Vol. 12(2),
Halaman 155–173.
Wahyunto, dan Widiastuti, F. 2014. Lahan Sawah Sebagai Pendukung Ketahanan
Pangan Serta Strategi Pencapaian Kemandirian Pangan. Jurnal Sumberdaya
Lahan Edisi Khusus, Vol. 8(3), Halaman 17–30.
Widagdo, B. W., Handayani, M., dan Suharto, D. A. (2020). Dampak Pandemi
Covid-19 Terhadap Perilaku Peserta Didik pada Proses Pembelajaran Daring
Menggunakan Metode Pengukuran Skala Likert (Studi Kasus Di Kabupaten
Tangerang Selatan). Jurnal Teknologi Informasi Esit, Vol. 15(2), Halaman 63-
70.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
69

Lampiran 1. Peta Kabupaten Ogan Komering Ilir

Universitas Sriwijaya
70

Lampiran 2. Prakiraan Curah Hujan di Sumatera Selatan Oktober 2022

Universitas Sriwijaya
Lampiran 3. Identitas Responden Desa Rantau Durian II

Universitas Sriwijaya
71
Lampiran 4. (Lanjutan)Durian II

Universitas Sriwijaya
72
Lampiran 5. Informasi Banjir di Desa Rantau Durian II
Durian II

Universitas Sriwijaya
73
Lampiran 6. (Lanjutan)
Durian II

Universitas Sriwijaya
74
Lampiran 7. Trend Curah Hujan Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir
Durian II

Universitas Sriwijaya
75
Lampiran 8. Trend Suhu Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir
Durian II

Universitas Sriwijaya
76
Lampiran 7. Trend Kelembapan Udara Ogan Komering Ilir 10 Tahun Terakhir
Durian II

Universitas Sriwijaya
77
78

Lampiran 9. Hasil Confirmatory Factor Analysis


No Pertanyaan SLT Error Variance Estimates
1 A11 1,00 0,00 0,78
2 A12 1,00 0,00 0,78
3 A21 1,01 0,01 0,82
4 A22 0,97 0,06 0,78
5 B11 0,97 0,07 0,75
6 B12 1,00 0,01 0,78
7 B21 0,98 0,03 0,81
8 B22 0,99 0,02 0,77
9 C11 0,96 0,07 0,74
10 C12 1,01 0,01 0,78
11 C21 1,02 0,04 0,79
12 C22 0,88 0,23 0,72
13 D11 0,93 0,13 0,72
14 D12 1,01 0,02 0,79
15 D21 0,98 0,04 0,80
16 D22 0,97 0,07 0,79

Universitas Sriwijaya
79

Lampiran 10. Goodness Of Fit Confirmatory Factor Analysis


GOF Syarat Indeks Model Indek Model Keterangan
Chi-square Semakin kecil semakin 81,19 (P=0,74) Fit
baik (P value > 0,05)
NCP Semakin kecil semakin 0,00 Fit
baik
GFI >0,90 0,74 Not Fit
RMR <0,05 0,014 Fit
RMSEA <0,05 0,00 Fit
NNFI >0,90 0,92 Fit
NFI >0,90 0,87 Not Fit
AGFI 0,60-0,90 0,61 Fit
RFI >0,90 0,82 Not Fit
IFI >0,90 0,94 Fit
CFI >0,90 0,94 Fit
PGFI Lebih tinggi lebih baik 0,49 Not Fit

Universitas Sriwijaya
80

Lampiran 11. Hasil Regresi Linear Berganda Uji Normalitas, 2022.


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 33
a
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation ,40313717
Most Extreme Differences Absolute ,088
Positive ,088
Negative -,071
Kolmogorov-Smirnov Z ,088
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200
a. Test distribution is Normal.

Universitas Sriwijaya
81

Lampiran 12. Hasil Regresi linear berganda uji Multikornealitas, 2022.


Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 20,103 7,652 2,627 ,014
X1 ,006 ,001 ,962 9,585 ,000 0,809 1,236
X2 -,089 ,031 -,558 -2,883 ,008 0,217 4,603
X3 -,472 ,191 -,450 -2,478 ,020 0,247 4,053
X4 -,005 ,002 -,207 -2,098 ,045 0,835 1,197
X5 ,001 ,001 -,232 2,190 ,037 0,726 1,378
a. Dependent Variable: Y

Universitas Sriwijaya
82

Lampiran 13. Hasil Regresi Linear Berganda Uji Heteroskedasitas, 2022.

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3,846 4,389 0,876 0,389
X1 ,001 ,000 ,352 1,847 0,076
X2 -,018 ,018 -,380 -1,035 0,310
X3 -,072 ,109 -,227 -0,659 0,515
X4 ,000 ,001 ,046 0,243 0,810
X5 ,000 ,000 -,238 -1,185 0,246
a. Dependent Variable: Y

Universitas Sriwijaya
83

Lampiran 14. Hasil Regresi linear berganda uji Hipotesis, 2022

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 ,883a ,780 ,739 ,43888
a. Predictors: (Constant), X5, X1, X3, X4, X2

Uji Koefisien Determinasi (R2)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 18,436 5 3,687 19,142 .000a
Residual 5,201 27 ,193
Total 23,639 32
a. Predictors: (Constant), X5, X1, X3, X4, X2
b. Dependent Variable: Y

Uji Simultan (F)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3,846 4,389 0,876 0,389
X1 ,001 ,000 ,352 1,847 0,076
X2 -,018 ,018 -,380 -1,035 0,310
X3 -,072 ,109 -,227 -0,659 0,515
X4 ,000 ,001 ,046 0,243 0,810
X5 ,000 ,000 -,238 -1,185 0,246
a. Dependent Variable: Y
Uji (T)

Universitas Sriwijaya
84

Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian

Kondisi Jalan Menuju Desa Rantau Durian II

Banjir Pada Lahan Sawah di Desa Rantau Durian II

Banjir Pada Bulan November 2022 di Desa Rantau Durian II

Universitas Sriwijaya
85

Tanggul Jebol Perbatasan Antara Lahan Sawah dan Sungai Lempuing

Tanaman Padi di Desa Rantau Durian II yang Terendam Banjir Pada Lahan
Sawah

Petani Mendapatkan Ikan Saat Banjir Terjadi di Lahan Sawah

Universitas Sriwijaya
86

Mengunjungi Salah Satu Rumah Petani Untuk Mewawancarai

Salah Satu Kegiatan Wawancara Bersama Petani Menggunakan Kuesioner

Pembagian Benih Padi pada Petani yang Lahan Sawahnya Terkena Banjir

Universitas Sriwijaya
87

DATA MAHASISWA

Nama : Denada Pernia


Tempat/Tanggal Lahir : OKU Timur, 18 Mei 2002
Alamat : Desa Betung RT.009/RW.003,
Kecamatan. Semendawai Barat,
Kabupaten. Ogan Komering Ulu
Timur
No. Handphone : 082281583190
E-mail : denadapirnia2002@gmail.com

Nama Orang Tua


Ayah : Feri
- Tempat/Tanggal Lahir : OKU Timur/21 Oktober 1979
- Pendidikan Terakhir : SMA
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Alamat : Desa Betung RT.009/RW.003, Kecamatan.
Semendawai Barat, Kabupaten. Ogan Komering Ulu
Timur
Ibu : Yeni Afrita
- Tempat/Tanggal Lahir : OKU Timur/15 Januari 1983
- Pendidikan Terakhir : SMA
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Alamat : Desa Betung RT.009/RW.003, Kecamatan.
Semendawai Barat, Kabupaten. Ogan Komering Ulu
Timur
Program Kekhususan : Agribisnis

Riwayat Pendidikan :
- SD N 3 Betung : dari tahun 2007 s/d 2013
- SMP N 1 Semendawai Barat : dari tahun 2013 s/d 2016
- SMA Negeri 2 Semendawai Barat : dari tahun 2016 s/d 2019
- Strata 1 (S1) Universitas Sriwijaya : dari tahun 2019 s/d 2022

Pembimbing Akademik : Nurilla Elysa Putri, S.P., M.Si.


Judul PL :iPengaruh Air Cucian Beras Terhadap Percepatan
Pertumbuhan pada Tanaman Semangka (Citrullus
lanatus) Varietas Amara di Klinik Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya.
Pembimbing PL : Nurilla Elysa Putri, S.P., M.Si.
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Banjir
pada Lahan Sawah di Desa Rantau Durian II
Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan
Komering Ilir.
Pembimbing Skripsi : Nurilla Elysa Putri, S.P., M.Si.

Universitas Sriwijaya

You might also like