Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
OLEH :
IRMA ARYANI
130301097
AGROTEKNOLOGI - HPT
SKRIPSI
OLEH :
IRMA ARYANI
130301097
AGROTEKNOLOGI - HPT
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
ABSTRACT
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP
merupakan anak tunggal dari pasangan Ayahanda Fitriadi dan Ibunda Suwartik.
2010 penulis lulus dari SMP Negeri 4 Kisaran. Tahun 2013 penulis lulus dari
SMA Negeri 4 Kisaran dan pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas
Green Camp Season 3 pada tahun 2016 dan menjadi anggota dalam Ikatan
Kebun Tandun, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau pada
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
Jamur Akar Putih (Rigidoporus Microporus (Swartz: Fr) yang Berpotensi sebagai
Agens Antagonis” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Utara, Medan.
saran dan kritik serta berbagai masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT .............................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian........................................................................................ 3
Kegunaan Penulisan ....................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Patogen .............................................................................................. 4
Daur Hidup Patogen ...................................................................................... 4
Gejala Serangan ............................................................................................ 5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit ................................................ 6
Potensi Pengendalian Penyakit JAP .............................................................. 7
Keberadaan Jamur Pada Rhizosfer................................................................ 9
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 10
Bahan dan Alat .............................................................................................. 10
Metode Penelitian.......................................................................................... 10
Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 11
Pemilihan Kebun .................................................................................... 11
Penetapan Sampel Tanaman .................................................................. 11
Isolasi Jamur........................................................................................... 11
Perhitungan Keanekaragaman dan Kelimpahan Jamur .......................... 12
Uji Antagonis ......................................................................................... 12
Interaksi Jamur dengan JAP ................................................................... 13
Identifikasi Jamur ................................................................................... 14
Peubah Amatan ............................................................................................. 14
Daerah Hambatan (Inhibiting Zone) (%) ............................................... 14
Diameter Koloni (cm) ............................................................................ 14
Bentuk Interaksi ..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
bagi sekitar 1,4 juta kepala keluarga, komoditas ini juga memberikan kontribusi
yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa non-migas, pemasok bahan baku
Luas areal perkebunan karet di Indonesia dari tahun 2013 hingga 2015
mengalami peningkatan, pada tahun 2013 luas areal karet sebesar 3.555.946 ha
hingga tahun 2015 meningkat menjadi 3.621.587 ha. Namun produksi dari tahun
2013 sebesar 1083 kg/ha/tahun mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi
produktivitasnya rendah padahal luas areal perkebunan rakyat adalah 85% dari
Padang Lawas Utara, Pakpak Barat dan Serdang Bedagai. Rata-rata produksi karet
di Asahan pada tahun 2013 yaitu 6.896,96 ton dengan luas lahan 6.585,80 ha
(BBPPTP, 2014).
Sumatera Utara. Produksi karet mengalami penurunan dari 7.934,88 ton pada
tahun 2011 menjadi 5.073,79 ton pada tahun 2014. Rata-rata produksi karet di
Asahan pada tahun 2014 yaitu 5.073,88 ton dengan luas lahan 5.252,21 ha
tani karet rakyat diusahakan dalam skala kecil dan tidak dikelola dengan baik.
Penyebab lainnya adalah banyaknya areal kebun karet yang telah tua/rusak dan
kurang produktif dan perlu segera diremajakan. Pada tahun 2014 luas serangan
hasil per tiga bulan adalah 216,7 ha. Kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp.
yang melakukan pengerokan pada tanaman yang terserang. Permukaan akar yang
ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian akar yang
dalam pengendalian JAP yang merupakan patogen tular tanah. Lapisan rizosfer di
Tujuan Penulisan
sekitar perakaran (rhizosfer) tanaman karet sehat dan yang terserang JAP yang
Hipotesis Penelitian
Ada beberapa jenis jamur dan perbandingan antara jamur yang terdapat
pada rhizosfer tanaman karet sehat dan terserang JAP yang berpotensi untuk
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat
Utara, Medan. Serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Patogen
Menurut Alexopoulus et al. (1996) penyakit Jamur Akar Putih (JAP) yang
Rigidoporus microporus.
banyak dibentuk pada tubuh buah yang masih muda. Basidium pendek (buntak),
Warna permukaan tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan
kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 μm, mempunyai banyak sekat (septum) yang
tebal. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah kecokelatan
dengan zona gelap yang agak menonjol. Permukaan bawah berwarna jingga,
tepinya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan. Jika menjadi tua atau
kering tubuh buah menjadi suram, permukaan atasnya cokelat kekuningan pucat
JAP merupakan penyakit tular tanah (soil borne disease) yang dapat
patogen dan sumber infeksi dapat dilakukan sejak awal (Amaria et al., 2014).
JAP terutama menular karena adanya kontak antara tanaman sehat dengan
akar tanaman sakit, atau dengan kayu-kayu yang mengandung jamur tadi. Agar
dapat mengadakan infeksi pada akar yang sehat, jamur harus mempunyai alas
makanan (food base) yang cukup. Dari akar-akar yang halus, yang tidak banyak
tanaman yang sehat rizomorf lebih dulu tumbuh secara epifitik pada permukaan
akar sampai agak jauh sebelum mengadakan penetrasi ke dalam akar. Kemajuan
infeksi di dalam akar ditentukan oleh kemajuan rizomorf pada permukaan akar
atau barier luka, tetapi pertahanan ini pada umumnya dapat ditembus oleh jamur.
Pertumbuhan dan penetrasi jamur pada akar ke arah pangkal berlangsung lebih
kurang dua kali lebih cepat daripada ke arah ujung (Omorusi, 2012).
Gejala Serangan
Meskipun dapat timbul pada semua umur tanaman, penyakit akar putih
lebih banyak terdapat di kebun karet muda. Tanaman yang terserang mula-mula
daunnya tampak kusam, kurang mengkilat dan melengkung ke bawah. Setelah itu
daun-daun menguning dan rontok. Pada pohon dewasa gugurnya daun, yang
(Semangun, 2008).
menjadi pucat kuning dengan tepi ujungnya berlipat kedalam. Daun-daun ini
kemudian gugur dan rantingnya mati. Adakalanya tanaman yang sakit membentuk
daun muda dan buah yang lebih awal. Pada akar tanaman tampak benang-benang
jamur berwarna putih dan agak tebal. Benang-benang tersebut menempel kuat
pada akar sehingga sulit dilepas. Akar tanaman yang sakit pada akhirnya akan
meluas atau bercabang-cabang seperti jala. Pada ujungnya benang meluas seperti
kecokelatan. Kulit yang sakit busuk dan berwarna cokelat (Semangun, 2008).
pohon karet yang dicurigai sebaiknya diperiksa dengan membuka leher akar.
Apabila tanaman tersebut terserang JAP maka akan terlihat adanya rizomorf
jamur berwarna putih menyelimuti permukaan akar. Terkadang bagian akar yang
sumber infeksi di dalam kebun. Kebun karet yang dibangun bekas hutan atau
kebun karet tua yang pengolahan tanahnya (land clearing) tidak dapat dilakukan
dengan baik, tanaman akan banyak menderita serangan JAP. Pada kebun
bertunggul yang berasal dari kebun karet tua atau hutan primer menunjukkan
bahwa laju perkembangan kematian tanaman sangat cepat (Rahayu et al., 2006).
penyakit tidak sempat menimbulkan gejala. Pada waktu bibit dibongkar untuk
tanaman atau dipindah ke polibag, ketauan bahwa akar tunggang bibit diliputi
rizomorf. Namun pada lahan pembibitan bekas pertanaman karet tua yang
terserang berat oleh jamur akar putih dan pengolahan lahannya tidak baik, yaitu
masih tersisa banyak potongan akar sakit, gejala dan kematian karena jamur akar
Penggunaan bibit unggul yang sehat serta penjagaan kebersihan kebun dari
sisa-sisa tunggul dan akar tanaman lama, pemeliharaan tanaman yang intensif
tanah dan masih banyaknya ditemukan sisa-sisa tunggul dan akar tanaman lama
dengan pemberian fungisida sintetis. Penggunaan fungisida sintetis ini oleh petani
teratogenik, dan karsinogenik terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya, serta
endofit dalam tanah yang dapat menekan perkembangan jamur akar putih. Dengan
dapat menjadi pengendali jamur akar putih dalam tanah (Pulungan et al., 2014).
Tanaman dan mikroba berinteraksi dan saling menstimulasi yang disebabkan oleh
Jamur rizosfir merupakan salah satu faktor biotik yang dapat menginduksi
dan berperan sebagai pertahanan luar bagi tanaman terhadap serangan patogen akar.
METODE PENELITIAN
Adapun alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gelas
ukur, petridish, objek gelas, toolbox, ember, beker gelas, batang pengaduk, pinset,
jarum inokulasi, kaca pereparat, tissu, kotak inokulasi, slotip, kantong plastik,
shakeer, aluminium foil, oven, laminar air flow, hot plat, tabung gas, timbangan,
kalkulator, buku data, kamera, meteran dan alat – alat yang mendukung lainnya.
tanaman karet, aquadesh, alkohol 70 %, PDA, methanol, imersi oil, methil blue.
Metode Penelitian
pada kebun di Desa Silomlom. Sampel yang diambil dari tanaman karet yang
sehat dan yang terserang JAP. Mengambil sampel tanah di sekitar akar (rhizosfer)
dari tanaman karet pada kedalaman ± 0-15 cm dari permukaan tanah dan
Pelaksanaan Penelitian
Pemilihan Kebun
menurut kecamatan dan desa. Pekerjaan dimulai dengan survei atau pengecekan
lapangan tanaman karet terserang JAP yang ditunjukkan dengan gejala serangan.
Gejala serangan dilihat dari gejala di atas permukaan tanah dari batang hingga
daun.
Sampel jamur antagonis diambil dari pohon karet yang sehat dan yang
mengambil tanah di sekitar perakaran tanaman karet (rhizosfer) dari empat titik
kantong plastik yang telah disediakan dan diberi label. Label yang ditulis berupa
nama kebun dan titik sampel pengambilan. Sampel di simpan pada box.
Isolasi Jamur
kemudian dibiakkan dalam media PDA, dan diinkubasi selama 3 hari paada suhu
ruang. Setiap koloni jamur yang tumbuh dicatat, dihitung jumlahnya dan
berdasarkan perbedaan bentuk koloni, warna permukaan atas dan bawah, serta
tepiannya.
Uji Antagonis
didapatkan. Uji antagonis dilakukan dengan menumbuhkan isolat jamur akar putih
dan agens hayati pada bagian tepi yang berbeda dan berjarak 3 cm, kemudian
diinkubasi pada suhu ruang, sedangkan untuk kontrol yaitu dengan metelakkan
isolat jamur akar putih saja pada cawan petri yang telah berisi media PDA. Tiap
jamur akar putih pada kontrol dan diameter koloni jamur akar putih pada
x y
R2 R1
Keterangan:
Pengujian ini dilakukan untuk melihat interaksi isolat yang didapat dan
JAP dalam satu cawan petri yang berdiameter 7 cm. JAP dan isolat yang didapat
x y
Keterangan :
x = Patogen (JAP)
y = Agens Antagonis
ujung jamur dengan cara mengangkat objek glass. Selanjutnya ditetesi dengan
methyl blue dan diamati di bawah mikroskop bentuk interaksi antara patogen dan
Identifikasi Jamur
ditempelkan pada kaca preparat yang telah ditetesi methil blue dan diamati di
Peubah amatan
Keterangan :
IZ = persentasi zona penghambat pertumbuhan (%)
koloni jamur yang terbentuk setiap hari sampai 7 hari setelah inokulasi (hsi).
3. Bentuk interaksi
isolat jamur.
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Sehat Terserang
Gambar 3. Jumlah keseluruhan isolat jamur yang diperoleh dari rhizosfer karet
Trichoderma. Sedangkan dari 11 isolat jamur dari sampel tanaman terserang JAP
pada tanaman sehat ini memungkinkan tanaman terlindungi dari patogen seperti
merupakan salah satu faktor biotik yang dapat menginduksi ketahanan tanaman
melihat bentuk koloni, warna permukaan atas dan bawah, serta tepiannya, dan
a
Mikroskopis:
- Spora berbentuk lonjong
b - Memiliki columella (strukur
steril di dalam sporangium)
- Hifa bersekat
Mikroskopis:
a - Hifa tidak bersekat dan
hialin
- Terbentuk aleurioconidia
tunggal dan ada yang
b berpasangan
Mikroskopis:
- Konidiofor bercabang-
cabang
a - Makroonidia berbentuk
seperti sabit yang bersekat
b
Mikroskopis:
- Hifa tidak bersekat dan
a hialin
- Terbentuk aleurioconidia
tunggal dan ada yang
b berpasangan
Mikroskopis:
a - Konidiofor panjang
- Konidia terdiri dari satu sel
b berbentuk bulat
Mikroskopis:
- Konidiofor panjang
- Konidia terdiri dari satu sel
a berbentuk bulat
b
c
Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
konidiofor
a - Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
b memiliki percabangan
c
Mikroskopis:
- Konidia terdiri dari 1 sel
a dan tumbuh berantai
- Konidia bulat telur
- Konidiofor panjang muncul
b dari hifa
a Mikroskopis:
- Konidiofor hialin dan
b
bercabang
- Hifa bersekat
(a) konidiofor, (b) hifa
a Mikroskopis:
- Konidiofor panjang
- Konidia terdiri dari satu sel
yang ujungnya berbentuk
b
bulat
Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
a konidiofor
b - Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
memiliki percabangan
Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
konidiofor
- Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
a memiliki percabangan
b
jamur yang tidak teridentifikasi dengan kode isolat SK1 dan SK2.
Mikroskopis:
a - Hifa tidak bersekat dan
hialin
b - Terbentuk aleurioconidia
tunggal dan ada yang
berpasangan
(a) aleurioconidia, (b) hifa
2. Trichoderma Makroskopis: SK4
- Koloni awalnya berwarna
putih kemudian menjadi
kehijauan setelah 7 Hsi
- Permukaan koloni
bertekstur seperti kapas
- Tepi koloni rata
Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
konidiofor
a - Konidia berbentuk bulat
b - Konidia bersekat dan
memiliki percabangan
a Mikroskopis:
- Hifa tidak bersekat dan
hialin
b - Terbentuk aleurioconidia
tunggal dan ada yang
berpasangan
Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
konidiofor
a - Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
b memiliki percabangan
Mikroskopis:
a - Memiliki konidia dan
konidiofor
b - Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
memiliki percabangan
Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
a konidiofor
- Konidia berbentuk bulat
b - Konidia bersekat dan
memiliki percabangan
Mikroskopis:
- Konidiofor tegak dan
a bercabang
- Hifa bersekat
b - Memiliki fialid yang pendek
dan tebal
c
Mikroskopis:
a - Memiliki konidia dan
b konidiofor
- Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
memiliki percabangan
Mikroskopis:
a - Konidiofor tegak dan
bercabang
b - Hifa bersekat dan memiliki
fialid yang pendek dan tebal
jamur yang didapat berpengaruh sangat nyata terhadap JAP. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 3.
karena kehadiran jamur antagonis. Daya hambat tertinggi pada 7 Hsi terdapat
pada perlakuan SSI yaitu jamur Mortierella. sebesar 90 % dan daya hambat
terendah terdapat pada perlakuan SS4 yaitu jamur Humicola. sebesar 27,78%.
Dari data daya hambat jamur Mortierella adalah yang tertinggi dibanding dengan
semua perlakuan, hal ini diduga bahwa jamur Mortierella ini memiliki suatu
senyawa kimia yang tidak dimiliki jamur lain yang dapat menghambat JAP.
Peningkatan daerah hambatan dari 1-7 Hsi menunjukkan jamur yang berasal dari
rhizosfer tanaman sehat ini mampu menghambat pertumbuhan JAP. Cook dan
Baker (1989) menjelaskan bahwa salah satu syarat suatu organisme disebut
daerah hambatan sebesar 71,85% pada 7 Hsi. Serta hampir semua jamur yang
yang nyata pada uji jarak duncan di seluruh perlakuan. Presentase daerah
Namun presentase yang >70% hampir semua terdapat pada sampel tanah yang
sehat. Diketahui bahwa pada tanah yang sehat terdapat mikroorganisme yang
senyawa yang dapat menekan atau mematikan sel-sel dari jamur lain yang bukan
agens antagonis. Selain itu, Habazar dan Yaherwandi (2006) menyatakan bahwa
Enzim ini menyebabkan kerusakan sel cendawan patogen yang akhirnya dapat
tanaman terserang terhadap JAP tidak semua isolat jamur dapat menghambat
pertumbuhan JAP. Dapat dilihat pada perlakuan SK2 daya hambat pada 7 Hsi
yang sangat rendah sebesar 8,89%. Namun terdapat juga jamur-jamur lain yang
hambat pada jamur-jamur ini disebabkan oleh tanah tempat pengambilan sampel
menyatakan jumlah koloni jamur tanah di lahan endemis patogen lebih rendah
dibandingkan di lahan non endemis. Hal ini diduga akibat rusaknya sumberdaya
hayati dan kurangnya peran jamur tanah lahan endemis dalam mengendalikan
pada Tabel 4.
Dilihat dari grafik pertumbuhan pada 7 Hsi telah memenuhi keseluruhan ruang
terserang tidak semuanya tumbuh dengan cepat. Terdapat 2 isolat jamur yang
pertumbuhannya hanya 2,3-3 cm pada 7 hsi. Dilihat dari uji antagonis kedua isolat
ini juga merurupakan isolat dengan daya hambatnya terendah dan tidak memiliki
kedua isolat ini bukan merupakan agens antagonis. Cook dan Baker (1989)
menjelaskan bahwa salah satu syarat suatu organisme disebut sebagai agens hayati
(2014) menyatakan bahwa isolat jamur yang merupakan isolat antagonis yang
koloni patogen.
5. Bentuk Interaksi
A
B
C D
Dari hasil pengamatan bentuk interaksi antara hifa JAP dengan jamur
antagonis didapat adanya jamur yang melilit hifa JAP (Gambar 5A dan 5B)
sehingga hifa jamur antagonis yang memenuhi semua ruang. Hifa patogen lama-
kelamaan menipis dan hilang tergantikan oleh hifa jamur rhizosfer. Hal ini sesuai
Pada Gambar 5C terlihat bahwa hifa patogen menjadi keriting, dan pada
sebagai agens hayati mampu mengambil nutrisi dari patogen sehingga hifa
patogen mengalami kerusakan berupa perubahan bentuk serta kematian sel. Hal
ini sesuai dengan literatur (Soesanto, 2008) yang menyatakan bahwa cendawan
(2010) menyatakan bahwa mekanisme lisis pada hifa patogen ditandai dengan
berubahnya warna hifa patogen menjadi jernih dan kosong karena isi sel
dimanfaatkan oleh agen hayati sebagai nutrisi serta kemampuan agen hayati
Kesimpulan
terserang JAP. Pada rhizosfer tanaman sehat diperoleh jamur yang lebih
3. Interaksi yang terjadi antara jamur antagonis dan JAP yaitu perubahan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amaria W., Taufiq E dan Harni R. 2014. Seleksi dan Identifikasi Jamur Antagonis
Sebagai Agens Hayati Jamur Akar Putih Rigidoporus microporus pada
Tanaman Karet. Buletin Ristri. 4 (1): 55-64.
Budiman H. 2012. Budidaya Karet Unggul Prospek Jitu Investasi Masa Depan.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Cook, J. R. and F. K., Baker. 1989. The Nature and Practice of Biological Control
of Plant Patogen. APS Press. The American Phytopatological Society St.
Paul Minnesota.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan. 2015. Daftar Luas Areal
dan Produksi Tanaman Karet Kabupaten Asahan. Asahan.
Neliyati., Gusniwati., Lisdawati dan Kartika E. 2015. Ibm Kelompok Tani Karet
Penerapan Teknologi Pengendalian Terpadu Penyakit Jamur Akar Putih
Pada Tanaman Karet di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir,
Kabupaten Tebo. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat. 3 (2):1-8.
Omorusi VA. 2012. Effect of White Root Rot Disease on Hevea brasilienis
(Muell. Arg.). Challenges and Control Approach. Plant Protect Division.
Rubber Research Institute of Nigeria. PMB Iyanomo. Benin City.
Nigeria.
Pulungan M A., Lubis L., Zahara F dan Fairuzah Z. 2014. Uji Efektifitas
Trichoderma harzianum Dengan Formulasi Granular Ragi untuk
Mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus
(Swartz:Fr.) Van Ov) pada Tanaman Karet di Pembibitan. Jurnal Online
Agroekoteknologi. 2 (2) : 497- 512.
Purwantisari S, Rini BH. 2009. Isolasi dan identifikasi cendawan indigenous rizosfer
tanaman kentang dari lahan pertanian kentang organik di Desa Pakis,
Magelang. J Bioma. 11(2):45–53.
Rahayu M S. 2016. Distribusi Peta Awal Serangan Penyakit Jamur Akar Putih
(JAP) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada beberapa Perkebunan
Karet Rakyat di Kabupaten Asahan. Skripsi Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU. Medan.
Yuniarti F. 2010. JAP Pada Tanaman Karet. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan (BBPPTP). Surabaya.
1 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 20,00 25,00 0,00 45,00 15,00
SK2 x JAP 20,00 25,00 0,00 45,00 15,00
SK3 x JAP 25,00 25,00 0,00 50,00 16,67
SK4 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK5 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK6 x JAP 0,00 0,00 33,33 33,33 11,11
SK7 x JAP 0,00 0,00 25,00 25,00 8,33
SK8 x JAP 33,00 0,00 0,00 33,00 11,00
SK9 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK10 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK11 x JAP 25,00 0,00 0,00 25,00 8,33
SS12 x JAP 20,00 0,00 0,00 20,00 6,67
Total 143,00 75,00 58,33 276,33
Rataan 11,92 6,25 4,86 7,68
FK 2121,063
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 1345,57 122,32 0,80 2,22
Galat 24 3683,26 153,47
Total 35 5028,83
KK 161%
2 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SS1 x JAP 66,66 45,45 66,66 178,77 59,59
SS2 x JAP 43,75 63,63 36,36 143,74 47,91
SS3 x JAP 22,22 8,33 27,27 57,82 19,27
SS4 x JAP 32,00 33,33 0,00 65,33 21,78
SS5 x JAP 46,15 0,00 30,00 76,15 25,38
SS6 x JAP 7,69 30,76 33,33 71,78 23,93
SS7 x JAP 12,50 18,18 31,57 62,25 20,75
SS8 x JAP 62,50 42,85 27,27 132,62 44,21
SS9 x JAP 71,42 60,00 55,55 186,97 62,32
SS10 x JAP 0,00 23,07 25,00 48,07 16,02
FK 49090,311
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 10961,23 996,48 5,14 2,22
Galat 24 4651,09 193,80
Total 35 15612,32
KK 38%
3 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SS1 x JAP 90,00 86,36 80,76 257,12 85,71
SS2 x JAP 73,33 80,00 78,26 231,59 77,20
SS3 x JAP 51,72 57,14 13,63 122,49 40,83
SS4 x JAP 50,00 33,33 0,00 83,33 27,78
SS5 x JAP 78,57 27,27 36,84 142,68 47,56
SS6 x JAP 53,33 86,95 46,15 186,43 62,14
SS7 x JAP 55,55 65,00 80,00 200,55 66,85
SS8 x JAP 50,00 36,36 18,75 105,11 35,04
SS9 x JAP 53,84 60,00 64,28 178,12 59,37
SS10 x JAP 66,67 66,67 60,00 193,34 64,45
SS11 x JAP 66,67 70,00 60,00 196,67 65,56
SS12 x JAP 50,00 54,54 76,66 181,20 60,40
Total 739,68 723,62 615,33 2078,63
Rataan 61,64 60,30 51,28 57,74
FK 120019,52
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 9545,17 867,74 3,32 2,22
Galat 24 6263,47 260,98
Total 35 15808,64
KK 28%
4 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
FK 148434,26
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 8203,59 745,78 4,22 2,22
Galat 24 4242,87 176,79
Total 35 12446,46
KK 21%
5 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SS1 x JAP 90,00 93,33 90,00 273,33 91,11
SS2 x JAP 90,00 83,33 83,33 256,66 85,55
SS3 x JAP 70,00 66,66 73,33 209,99 70,00
SS4 x JAP 50,00 33,33 0,00 83,33 27,78
SS5 x JAP 86,66 27,27 60,00 173,93 57,98
SS6 x JAP 72,72 73,33 53,33 199,38 66,46
SS7 x JAP 55,55 80,00 80,00 215,55 71,85
SS8 x JAP 40,00 53,33 43,33 136,66 45,55
SS9 x JAP 53,84 60,00 64,28 178,12 59,37
SS10 x JAP 66,67 66,67 60,00 193,34 64,45
SS11 x JAP 64,70 70,00 33,33 168,03 56,01
SS12 x JAP 50,00 66,66 76,66 193,32 64,44
Total 790,14 773,91 717,59 2281,64
Rataan 65,85 64,49 59,80 63,38
FK 144607,81
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 9218,50 838,05 3,93 2,22
Galat 24 5111,99 213,00
Total 35 14330,49
KK 23%
6 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SS1 x JAP 90,00 93,33 86,66 269,99 90,00
SS2 x JAP 90,00 83,33 83,33 256,66 85,55
SS3 x JAP 70,00 66,66 80,00 216,66 72,22
SS4 x JAP 50,00 33,33 0,00 83,33 27,78
SS5 x JAP 90,00 27,27 60,00 177,27 59,09
SS6 x JAP 72,72 73,33 53,33 199,38 66,46
SS7 x JAP 55,55 80,00 80,00 215,55 71,85
SS8 x JAP 40,00 53,33 43,33 136,66 45,55
SS9 x JAP 53,84 60,00 64,28 178,12 59,37
SS10 x JAP 66,67 66,67 60,00 193,34 64,45
SS11 x JAP 64,70 70,00 33,33 168,03 56,01
SS12 x JAP 50,00 66,66 76,66 193,32 64,44
Total 793,48 773,91 720,92 2288,31
Rataan 66,12 64,49 60,08 63,56
FK 145454,52
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 9106,48 827,86 3,68 2,22
Galat 24 5400,01 225,00
Total 35 14506,49
KK 24%
7 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SS1 x JAP 90,00 93,33 86,66 269,99 90,00
SS2 x JAP 90,00 83,33 83,33 256,66 85,55
SS3 x JAP 70,00 66,66 80,00 216,66 72,22
SS4 x JAP 50,00 33,33 0,00 83,33 27,78
SS5 x JAP 93,33 27,27 66,66 187,26 62,42
SS6 x JAP 72,72 73,33 53,33 199,38 66,46
FK 147152,8
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 8929,17 811,74 3,46 2,22
Galat 24 5632,76 234,70
Total 35 14561,92
KK 24%
1 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 0,00 33,33 0,00 33,33 11,11
SK2 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK3 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK4 x JAP 50,00 0,00 0,00 50,00 16,67
SK5 x JAP 50,00 0,00 0,00 50,00 16,67
SK6 x JAP 50,00 0,00 0,00 50,00 16,67
SK7 x JAP 0,00 0,00 33,33 33,33 11,11
SK8 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK9 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK10 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK11 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Total 150,00 33,33 33,33 216,66
Rataan 13,64 3,03 3,03 6,57
FK 1303,932
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 1936,66 193,67 0,66 2,30 tn
Galat 22 6481,19 294,60
Total 32 8417,85
KK 261%
2 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 8,33 0,00 10,00 18,33 6,11
SK2 x JAP 0,00 0,00 30,76 30,76 10,25
SK3 x JAP 72,72 76,92 54,54 204,18 68,06
SK4 x JAP 68,75 53,33 66,66 188,74 62,91
SK5 x JAP 40,00 50,00 25,00 115,00 38,33
SK6 x JAP 33,33 33,33 50,00 116,66 38,89
SK7 x JAP 33,33 33,33 40,00 106,66 35,55
SK8 x JAP 20,00 33,33 55,55 108,88 36,29
SK9 x JAP 46,66 46,66 54,54 147,86 49,29
SK10 x JAP 64,28 75,00 54,54 193,82 64,61
SK11 x JAP 56,25 46,66 20,00 122,91 40,97
FK 50910,4
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 16821,54 1682,15 11,41 2,30 *
Galat 22 3244,24 147,47
Total 32 20065,79
KK 30%
3 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 4,54 8,69 5,00 18,23 6,08
SK2 x JAP 0,00 4,54 12,00 16,54 5,51
SK3 x JAP 85,00 82,35 69,23 236,58 78,86
SK4 x JAP 86,66 70,00 66,66 223,32 74,44
SK5 x JAP 25,00 33,33 25,00 83,33 27,78
SK6 x JAP 66,66 50,00 55,55 172,21 57,40
SK7 x JAP 33,33 33,33 40,00 106,66 35,55
SK8 x JAP 33,33 50,00 66,66 149,99 50,00
SK9 x JAP 73,91 66,66 72,22 212,79 70,93
SK10 x JAP 69,23 72,22 72,72 214,17 71,39
SK11 x JAP 75,00 65,21 27,27 167,48 55,83
Total 552,66 536,33 512,31 1601,30
Rataan 50,24 48,76 46,57 48,52
FK 71226,71
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 27479,71 2747,97 23,82 2,30 *
Galat 22 2538,30 115,38
Total 32 30018,01
KK 22%
4 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 26,66 23,33 30,00 79,99 26,66
SK2 x JAP 0,00 0,00 26,66 26,66 8,89
FK 59397
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 19729,56 1972,96 6,68 2,30 *
Galat 22 6496,11 295,28
Total 32 26225,67
KK 39%
5 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 0,00 0,00 36,66 36,66 12,22
SK2 x JAP 0,00 0,00 26,66 26,66 8,89
SK3 x JAP 8,00 72,72 69,23 149,95 49,98
SK4 x JAP 72,22 33,33 66,66 172,21 57,40
SK5 x JAP 50,00 33,33 25,00 108,33 36,11
SK6 x JAP 40,00 0,00 50,00 90,00 30,00
SK7 x JAP 0,00 25,00 33,33 58,33 19,44
SK8 x JAP 50,00 40,00 50,00 140,00 46,67
SK9 x JAP 73,33 70,00 68,42 211,75 70,58
SK10 x JAP 69,23 72,22 63,63 205,08 68,36
SK11 x JAP 76,66 73,33 70,00 219,99 73,33
Total 439,44 419,93 559,59 1418,96
Rataan 39,95 38,18 50,87 43,00
FK 55929,1
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 21512,65 2151,27 6,42 2,30 *
Galat 22 7369,83 334,99
Total 32 28882,48
KK 43%
6 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 0,00 0,00 33,33 33,33 11,11
SK2 x JAP 0,00 0,00 26,66 26,66 8,89
SK3 x JAP 8,00 72,72 69,23 149,95 49,98
SK4 x JAP 72,22 33,33 66,66 172,21 57,40
SK5 x JAP 50,00 33,33 25,00 108,33 36,11
SK6 x JAP 40,00 0,00 50,00 90,00 30,00
SK7 x JAP 0,00 25,00 33,33 58,33 19,44
SK8 x JAP 50,00 40,00 50,00 140,00 46,67
SK9 x JAP 73,33 70,00 68,42 211,75 70,58
SK10 x JAP 69,23 72,22 63,63 205,08 68,36
SK11 x JAP 76,66 73,33 70,00 219,99 73,33
Total 439,44 419,93 556,26 1415,63
Rataan 39,95 38,18 50,57 42,90
FK 55666,9
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 21697,16 2169,72 6,62 2,30 *
Galat 22 7214,46 327,93
Total 32 28911,62
KK 42%
7 HSI
Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 0,00 0,00 70,00 70,00 23,33
SK2 x JAP 0,00 0,00 26,66 26,66 8,89
SK3 x JAP 8,00 72,72 69,23 149,95 49,98
SK4 x JAP 72,22 33,33 66,66 172,21 57,40
SK5 x JAP 50,00 33,33 25,00 108,33 36,11
SK6 x JAP 40,00 0,00 50,00 90,00 30,00
SK7 x JAP 0,00 25,00 33,33 58,33 19,44
SK8 x JAP 50,00 40,00 50,00 140,00 46,67
SK9 x JAP 73,33 70,00 68,42 211,75 70,58
SK10 x JAP 69,23 72,22 63,63 205,08 68,36
SK11 x JAP 76,66 73,33 70,00 219,99 73,33
FK 58588,2
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 20038,89 2003,89 4,53 2,30 *
Galat 22 9740,53 442,75
Total 32 29779,42
KK 48%