You are on page 1of 58

KERAGAMAN JAMUR ANTAGONIS PADA RHIZOSFER TANAMAN

KARET (Hevea brassiliensis Muell.Arg.) SEHAT DAN TERSERANG


JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr))
YANG BERPOTENSI SEBAGAI AGENS ANTAGONIS

SKRIPSI

OLEH :

IRMA ARYANI
130301097
AGROTEKNOLOGI - HPT

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


KERAGAMAN JAMUR ANTAGONIS PADA RHIZOSFER TANAMAN
KARET (Hevea brassiliensis Muell.Arg.) SEHAT DAN TERSERANG
JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr))
YANG BERPOTENSI SEBAGAI AGENS ANTAGONIS

SKRIPSI

OLEH :

IRMA ARYANI
130301097
AGROTEKNOLOGI - HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana


di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


Judul Penelitian : Keragaman Jamur Antagonis Pada Rhizosfer Tanaman Karet
(Hevea Brassiliensis Muell.Arg.) Sehat dan Terserang Jamur
Akar Putih (Rigidoporus Microporus (Swartz: Fr) yang
Berpotensi sebagai Agens Antagonis
Nama : Irma Aryani
Nim : 130301097
Prodi : Agroteknologi
Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

Dr. Lisnawita, SP., M.Si Ir.Lahmuddin Lubis, MP


Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Sarifuddin, M.S.


Ketua Program Studi Agroteknologi

Universitas Sumatera Utara


i

ABSTRACT

IRMA ARYANI. 2018. The Diversity of Antagonistic Fungi in Rhizosphere of


Rubber Plants (Hevea brassiliensis Muell.Arg) Healthy and Attacted White Root
Disease (Rigidoporus microporus Swartz: Fr) Potential as Agents Antagonist,
under the guided by Lisnawita, and Lahmuddin Lubis. This study aims to
determine the diversity of antagonistic fungi found in the soil around root
(rhizosphere) healthy rubber plants and attected White Root disease that has the
potential to control white root disease. This research was conducted in rubber
plantation of Silomlom Village, Simpang Empat Sub-district, of Asahan Regency
and Plant Disease Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Sumatera Utara
from October 2017 until March 2018. The research was conducted by colecting of
soil samples from healthy rubber plant and attacked White Root Disease then was
isolated in the laboratory until obtained a pure fungi isolates and antagonistic test
and identified to the genus level. The results showed that fungi obtained in healthy
plant rhizosphere such as Mortierella, Humicola, Fusarium, Aspergillus,
Gliocladium, Penicillium, Trichoderma and on the plant rhizosphare attacted
white root disease obtained fungi Trichoderma Humicola, and Phialophora. The
results of antagonistic test showed that the highest inhibition is Mortierella that
was 90%, then Trichoderma was 71,85%, Aspergillus 66,46% and the lowest is
Humicola 27,78%.

Keywords : Rhizosphere, Rubber, White Root Disease, Antagonistic Test

Universitas Sumatera Utara


ii

ABSTRAK

IRMA ARYANI. 2018. Keragaman Jamur Antagonis Pada Rhizosfer Tanaman


Karet (Hevea Brassiliensis Muell.Arg.) Sehat dan Terserang Jamur Akar Putih
(Rigidoporus Microporus (Swartz: Fr) yang Berpotensi sebagai Agens Antagonis,
di bawah bimbingan Lisnawita, dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui keragaman jamur antagonis yang terdapat pada tanah sekitar
perakaran (rhizosfer) tanaman karet sehat dan yang terserang jamur akar putih
yang berpotensi untuk mengendalikan jamur akar putih. Penelitian ini
dilaksanakan di kebun karet Desa Silomlom, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Asahan dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2017 sampai Maret 2018.
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel tanah dari tanaman karet yang
sehat dan terserang jamur akar putih kemudian diisolasi di laboratorium hingga
didapat biakan murni jamur serta dilakukan uji antagonis dan diidentifikasi
sampai tingkat genus. Hasil penelitian menunjukkan jamur yang diperoleh pada
rhizosfer tanaman sehat diantaranya yaitu Mortierella, Humicola, Fusarium,
Aspergillus, Gliocladium, Penicillium, Trichoderma dan pada rhizosfer tanaman
terserang diperoleh jamur Trichoderma Humicola, dan Phialophora. Hasil uji
antagonis menunjukan bahwa daya hambat tertinggi terdapat pada jamur
Mortierella yaitu sebesar 90%, kemudian Trichoderma sebesar 71,85%,
Aspergillus 66,46%, dan daya hambat terendah terdapat pada jamur Humicola
sebesar 27,78%.

Kata Kunci : Rhizosfer, Karet, Jamur Akar Putih, Uji Antagonis

Universitas Sumatera Utara


iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran, Sumatera Utara pada tanggal 19 Maret 1996

merupakan anak tunggal dari pasangan Ayahanda Fitriadi dan Ibunda Suwartik.

Tahun 2007 penulis lulus dari SD 014683 Sukadamai, Kisaran. Tahun

2010 penulis lulus dari SMP Negeri 4 Kisaran. Tahun 2013 penulis lulus dari

SMA Negeri 4 Kisaran dan pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Program Studi Agroteknologi melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur Undangan

Bidikmisi pilihan pertama.

Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti kepanitiaan Gamadiksi

Green Camp Season 3 pada tahun 2016 dan menjadi anggota dalam Ikatan

Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) pada tahun 2017. Penulis

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Perkebunan Nusantara V

Kebun Tandun, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau pada

bulan Juli-Agustus 2016. Penulis melaksanakan penelitian di Desa Silomlom,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Asahan dan di Laboratorium Penyakit

Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Keragaman Jamur Antagonis Pada

Rhizosfer Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell.Arg.) Sehat dan Terserang

Jamur Akar Putih (Rigidoporus Microporus (Swartz: Fr) yang Berpotensi sebagai

Agens Antagonis” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi

pembimbing Dr. Lisnawita, SP., M.Si. selaku Ketua pembimbing dan

Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku Anggota pembimbing yang telah memberikan

saran dan kritik serta berbagai masukan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

perbaikan usulan penelitian ini di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2018

Penulis

Universitas Sumatera Utara


v

DAFTAR ISI

ABSTRACT .............................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian........................................................................................ 3
Kegunaan Penulisan ....................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Patogen .............................................................................................. 4
Daur Hidup Patogen ...................................................................................... 4
Gejala Serangan ............................................................................................ 5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit ................................................ 6
Potensi Pengendalian Penyakit JAP .............................................................. 7
Keberadaan Jamur Pada Rhizosfer................................................................ 9

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 10
Bahan dan Alat .............................................................................................. 10
Metode Penelitian.......................................................................................... 10
Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 11
Pemilihan Kebun .................................................................................... 11
Penetapan Sampel Tanaman .................................................................. 11
Isolasi Jamur........................................................................................... 11
Perhitungan Keanekaragaman dan Kelimpahan Jamur .......................... 12
Uji Antagonis ......................................................................................... 12
Interaksi Jamur dengan JAP ................................................................... 13
Identifikasi Jamur ................................................................................... 14
Peubah Amatan ............................................................................................. 14
Daerah Hambatan (Inhibiting Zone) (%) ............................................... 14
Diameter Koloni (cm) ............................................................................ 14
Bentuk Interaksi ..................................................................................... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN


Isolat jamur yang diperoleh ........................................................................... 15

Universitas Sumatera Utara


vi

Identifikasi Jamur Pada Rhizosfer Tanaman Sehat ....................................... 16


Identifikasi Jamur Pada Rhizosfer Tanaman Terserang................................ 21
Presentase Daerah Hambatan ........................................................................ 25
Diameter Koloni Isolat .................................................................................. 27
Bentuk Interaksi ............................................................................................ 29

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ................................................................................................... 31
Saran.............................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


vii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


1 Hasil identifikasi jamur rhizosfer tanaman sehat ................... 17
2 Hasil identifikasi jamur rhizosfer tanaman terserang JAP...... 22
3 Daerah hambatan pemberian jamur rhizosfer terhadap JAP.. 25
4 Diameter koloni pertumbuhan jamur yang diperoleh............. 28

Universitas Sumatera Utara


viii

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1 Uji antagonisme jamur rhizosfer dengan JAP.............................. 12
2 Uji interaksi jamur rhizosfer terhadap JAP.................................. 13
3 Jumlah keseluruhan isolat jamur yang diperoleh dari rhizosfer
karet.............................................................................................. 16
4 Interaksi antara jamur rhizosfer dan JAP..................................... 29

Universitas Sumatera Utara


ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1 Foto uji antagonis jamur rhizosfer terhadap JAP.................... 35
2 Data daerah hambatan isolat rhizosfer sehat terhadap JAP.... 37
3 Data daerah hambatan isolat rhizosfer terserang terhadap
JAP......................................................................................... 42

Universitas Sumatera Utara


x

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet (Hevea brassilliensis) merupakan komoditas perkebunan yang

sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja

bagi sekitar 1,4 juta kepala keluarga, komoditas ini juga memberikan kontribusi

yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa non-migas, pemasok bahan baku

karet dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi

baru di wilayah-wilayah pengembangan karet (Budiman, 2012).

Luas areal perkebunan karet di Indonesia dari tahun 2013 hingga 2015

mengalami peningkatan, pada tahun 2013 luas areal karet sebesar 3.555.946 ha

hingga tahun 2015 meningkat menjadi 3.621.587 ha. Namun produksi dari tahun

2013 sebesar 1083 kg/ha/tahun mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi

1036 kg/ha/tahun. Terlebih lagi pada perkebunan karet rakyat yang

produktivitasnya rendah padahal luas areal perkebunan rakyat adalah 85% dari

total luas areal di Indonesia dibandingkan dengan perkebunan swasta sebesar 9%

dan perkebunan negara sebesar 6% (Direktorat Jendral Perkebunan, 2015).

Sumatera Utara memiliki beberapa Kabupaten yang merupakan sentra

produksi tanaman karet, di antaranya Kabupaten Batubara, Asahan, Simalungun,

Padang Lawas Utara, Pakpak Barat dan Serdang Bedagai. Rata-rata produksi karet

di Asahan pada tahun 2013 yaitu 6.896,96 ton dengan luas lahan 6.585,80 ha

(BBPPTP, 2014).

Kabupaten Asahan merupakan salah satu sentra perkebunan karet di

Sumatera Utara. Produksi karet mengalami penurunan dari 7.934,88 ton pada

tahun 2011 menjadi 5.073,79 ton pada tahun 2014. Rata-rata produksi karet di

Universitas Sumatera Utara


2

Asahan pada tahun 2014 yaitu 5.073,88 ton dengan luas lahan 5.252,21 ha

(Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan, 2015).

Rendahnya produktivitas tanaman karet rakyat ini karena umumnya usaha

tani karet rakyat diusahakan dalam skala kecil dan tidak dikelola dengan baik.

Penyebab lainnya adalah banyaknya areal kebun karet yang telah tua/rusak dan

terserang oleh peyakit jamur akar putih (JAP/Rigidoporus microporus) sehingga

kurang produktif dan perlu segera diremajakan. Pada tahun 2014 luas serangan

per ha JAP di Kabupaten Asahan mencapai 361,17 ha dengan taksasi kehilangan

hasil per tiga bulan adalah 216,7 ha. Kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp.

1.159.671.750 dengan presentase kerugian mencapai 8,53 % (BBPPTP, 2014).

Pengendalian yang umum dilakukan oleh para petani di perkebunan rakyat

di Kabupaten Asahan sebagian besar dengan membersihkan lahan, namun ada

yang melakukan pengerokan pada tanaman yang terserang. Permukaan akar yang

ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian akar yang

busuk dipotong dan dibakar. Pengendalian hayati dilakukan dengan menaburkan

biakan jamur Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak

200 g/lubang tanam (Rahayu, 2016).

Mikroorganisme menguntungkan yang berada disekitar perakaran

(rhizosfer) sangat melimpah jumlahnya. Potensi tersebut, khususnya jamur

antagonis, digunakan untuk mengendalikan patogen tular tanah termasuk juga

dalam pengendalian JAP yang merupakan patogen tular tanah. Lapisan rizosfer di

perkebunan karet mengandung mikrobiologis sebagai biofungisida dan

biofertilizer yang berpotensi dalam peningkatan produktivitas karet

(Amaria et al., 2014)

Universitas Sumatera Utara


3

Melihat adanya penurunan produksi tanaman karet akibat serangan JAP di

Kabupaten Asahan serta pengendalian yang belum maksimal maka peneliti

tertarik untuk mencari jamur-jamur yang bisa di manfaatkan sebagai agens

biokontrol untuk mengendalikan serangan JAP. Hasilnya akan diharapkan lebih

efisien dan efektif untuk pengendalian jamur.

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui keragaman jamur antagonis yang terdapat pada tanah

sekitar perakaran (rhizosfer) tanaman karet sehat dan yang terserang JAP yang

berpotensi untuk mengendalikan jamur akar putih (JAP).

Hipotesis Penelitian

Ada beberapa jenis jamur dan perbandingan antara jamur yang terdapat

pada rhizosfer tanaman karet sehat dan terserang JAP yang berpotensi untuk

mengendalikan serangan jamur akar putih.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan. Serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


4

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Patogen

Menurut Alexopoulus et al. (1996) penyakit Jamur Akar Putih (JAP) yang

disebabkan oleh Rigidoporus microporus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Fungi ; Filum : Basidiomycota ; Kelas : Basidiomycetes ; Ordo :

Aphylloporales ; Famili : Polyporaceae ; Genus : Rigidoporus ; Spesies :

Rigidoporus microporus.

Basidiospora bulat, tidak berwarna, dengan garis tengah 2,8-5,0 nm,

banyak dibentuk pada tubuh buah yang masih muda. Basidium pendek (buntak),

lebih kurang 16 x 4,5-5,0 nm, tidak berwarna, mempunyai 4 sterigma (tangkai

basidiospora). Diantara basidium-basidium terdapat banyak sistidium yang

berbentuk gada, berdinding tipis dan tidak berwarna (Semangun, 2008).

Warna permukaan tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan

kandungan airnya. Pada permukaan tubuh buah benang-benang jamur berwarna

kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 μm, mempunyai banyak sekat (septum) yang

tebal. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah kecokelatan

dengan zona gelap yang agak menonjol. Permukaan bawah berwarna jingga,

tepinya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan. Jika menjadi tua atau

kering tubuh buah menjadi suram, permukaan atasnya cokelat kekuningan pucat

dan permukaan bawahnya cokelat kemerahan. Tepinya menggulung ke bawah dan

warnanya tidak kuning lagi, tetapi putih kotor (Yuniarti, 2010).

Daur Hidup Patogen

JAP merupakan penyakit tular tanah (soil borne disease) yang dapat

bertahan sebagai sumber infeksi selama bertahun-tahun sehingga tidak mudah

Universitas Sumatera Utara


5

dalam pengendaliannya. Infeksi JAP dimulai sejak di pembibitan sampai tanaman

menghasilkan sehingga upaya pengendalian maupun pencegahan terhadap

patogen dan sumber infeksi dapat dilakukan sejak awal (Amaria et al., 2014).

JAP terutama menular karena adanya kontak antara tanaman sehat dengan

akar tanaman sakit, atau dengan kayu-kayu yang mengandung jamur tadi. Agar

dapat mengadakan infeksi pada akar yang sehat, jamur harus mempunyai alas

makanan (food base) yang cukup. Dari akar-akar yang halus, yang tidak banyak

mengandung kayu, misalnya akar-akar tanaman penutup tanah kacangan, jamur

tidak mampu menginfeksi akar karet yang sehat (Semangun, 2008).

JAP dapat menular dengan perantaraan rizomorf. Setelah mencapai akar

tanaman yang sehat rizomorf lebih dulu tumbuh secara epifitik pada permukaan

akar sampai agak jauh sebelum mengadakan penetrasi ke dalam akar. Kemajuan

infeksi di dalam akar ditentukan oleh kemajuan rizomorf pada permukaan akar

bersangkutan. Seterusnya jamur masuk ke dalam kayu melalui jari-jari empelur.

Tanaman mengadakan reaksi terhadap infeksi dengan membentuk kambium gabus

atau barier luka, tetapi pertahanan ini pada umumnya dapat ditembus oleh jamur.

Pertumbuhan dan penetrasi jamur pada akar ke arah pangkal berlangsung lebih

kurang dua kali lebih cepat daripada ke arah ujung (Omorusi, 2012).

Gejala Serangan

Meskipun dapat timbul pada semua umur tanaman, penyakit akar putih

lebih banyak terdapat di kebun karet muda. Tanaman yang terserang mula-mula

daunnya tampak kusam, kurang mengkilat dan melengkung ke bawah. Setelah itu

daun-daun menguning dan rontok. Pada pohon dewasa gugurnya daun, yang

disertai dengan matinya ranting-ranting, menyebabkan pohon mempunyai

Universitas Sumatera Utara


6

mahkota yang jarang. Akar-akar busuk, sehingga pohon mudah rebah

(Semangun, 2008).

Gejala serangan penyakit jamur akar putih adalah daun-daun tanaman

menjadi pucat kuning dengan tepi ujungnya berlipat kedalam. Daun-daun ini

kemudian gugur dan rantingnya mati. Adakalanya tanaman yang sakit membentuk

daun muda dan buah yang lebih awal. Pada akar tanaman tampak benang-benang

jamur berwarna putih dan agak tebal. Benang-benang tersebut menempel kuat

pada akar sehingga sulit dilepas. Akar tanaman yang sakit pada akhirnya akan

membusuk, lunak dan berwarna coklat (Nazaruddin, 1992).

Pada permukaan akar yang sakit terdapat benang-benang miselium jamur

(rizomorf) berwarna putih menjalar sepanjang akar. Disana-sini benang-benang

meluas atau bercabang-cabang seperti jala. Pada ujungnya benang meluas seperti

bulu. Benang-benang melekat erat pada permukaan akar. Kadang-kadang benang

berwarna kekuningan. Dalam tanah merah warnanya dapat kemerahan atau

kecokelatan. Kulit yang sakit busuk dan berwarna cokelat (Semangun, 2008).

Untuk memastikan gejala tersebut penyebabnya adalah JAP beberapa

pohon karet yang dicurigai sebaiknya diperiksa dengan membuka leher akar.

Apabila tanaman tersebut terserang JAP maka akan terlihat adanya rizomorf

jamur berwarna putih menyelimuti permukaan akar. Terkadang bagian akar yang

diserang sudah berwarna cokelat dan membusuk sehingga tanaman terserang

mudah tumbang (Rahayu et al., 2006).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit

Perkembangan penyakit JAP terutama dipengaruhi oleh banyaknya

sumber infeksi di dalam kebun. Kebun karet yang dibangun bekas hutan atau

Universitas Sumatera Utara


7

kebun karet tua yang pengolahan tanahnya (land clearing) tidak dapat dilakukan

dengan baik, tanaman akan banyak menderita serangan JAP. Pada kebun

bertunggul yang berasal dari kebun karet tua atau hutan primer menunjukkan

bahwa laju perkembangan kematian tanaman sangat cepat (Rahayu et al., 2006).

Jamur dapat juga menular ke tanaman pembibitan. Disini biasanya

penyakit tidak sempat menimbulkan gejala. Pada waktu bibit dibongkar untuk

tanaman atau dipindah ke polibag, ketauan bahwa akar tunggang bibit diliputi

rizomorf. Namun pada lahan pembibitan bekas pertanaman karet tua yang

terserang berat oleh jamur akar putih dan pengolahan lahannya tidak baik, yaitu

masih tersisa banyak potongan akar sakit, gejala dan kematian karena jamur akar

putih akan sering dijumpai (Semangun, 2008).

Keadaan kelerangan sangat menentukan untuk menduga potensi

kebanjiran/genangan di suatu wilayah. Wilayah berlereng aliran air akan terjadi

lebih cepat dibandingkan wilayah datar, dengan demikian kemungkinan terjadinya

banjir/genangan di wilayah datar lebih besar dibandingkan wilayah berlereng.

Sehingga berpotensi meningkatkan intensitas serangan penyakit pada tanaman

karet (Fauzi, 2008).

Potensi Pengendalian Penyakit JAP

Penggunaan bibit unggul yang sehat serta penjagaan kebersihan kebun dari

sisa-sisa tunggul dan akar tanaman lama, pemeliharaan tanaman yang intensif

merupakan cara yang dapat mencegah/preventif terjadinya serangan JAP. Namun

secara umum kebun-kebun petani di lokasi kurang dilakukan pemeliharaan seperti

tidak atau kurang melakukan pemupukan, tidak menggunakan tanaman penutup

Universitas Sumatera Utara


8

tanah dan masih banyaknya ditemukan sisa-sisa tunggul dan akar tanaman lama

yang dapat menjadi sumber penyebaran JAP (Neliyati et al., 2015).

Pengendalian terhadap jamur R. microporus yang biasa digunakan ialah

dengan pemberian fungisida sintetis. Penggunaan fungisida sintetis ini oleh petani

dirasakan lebih cepat mengendalikan patogen, namun dampak negatifnya tidak

bisa dihindari. Pemberian fungisida sintetis secara terus menerus akan

menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, adanya resiko mutagenik,

teratogenik, dan karsinogenik terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya, serta

dapat menyebabkan OPT menjadi resisten terhadap fungisida tersebut

(Widiantini et al., 2016).

Pengaplikasian T. harzianum dalam bentuk granular pada tanah disekitar

akar tanaman karet juga merupakan suatu pengendalian hayati untuk

mengandalikan penyakit JAP. Karena jamur T. harzianum merupakan jamur

endofit dalam tanah yang dapat menekan perkembangan jamur akar putih. Dengan

diaplikasikannya T. harzianum diharapkan terdapat jamur-jamur endofit lain yang

dapat menjadi pengendali jamur akar putih dalam tanah (Pulungan et al., 2014).

Mikroorganisme menguntungkan sangat melimpah jumlahnya, baik yang

berada di sekitar perakaran (rizosfer) maupun jaringan tanaman (endofit). Potensi

tersebut, khususnya jamur antagonis, digunakan untuk mengendalikan patogen

tular tanah. Pada lapisan rizosfer di perkebunan karet mengandung mikrobiologis

sebagai biofungisida dan biofertilizer yang berpotensi dalam peningkatan

produktivitas karet. Selain rizosfer, mikroorganisme endofit juga berperan penting

dalam pengendalian penyakit tanaman, yaitu bersifat induksi ketahanan. Jamur

Universitas Sumatera Utara


9

endofit antagonis mempunyai aktivitas tinggi dalam menghasilkan enzim yang

dapat digunakan untuk mengendalikan patogen (Amaria et al., 2014).

Keberadaan Jamur pada Rhizosfer

Rizosfir merupakan bagian dari tanah yang memiliki aktivitas

metabolisme tertinggi yang didefinisikan sebagai sebagian kecil volume tanah

yang langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan dan metabolisme akar tanaman.

Tanaman dan mikroba berinteraksi dan saling menstimulasi yang disebabkan oleh

eksudat akar (Schröder dan Hartmann, 2003).

Jamur rizosfir merupakan salah satu faktor biotik yang dapat menginduksi

ketahanan tanaman terhadap penyakit. Jamur yang ada di rhizosfer dapat

melindungi tanamanterhadap patogen dan meningkatkan kesuburan pertumbuhan

tanaman sehinggga digolongkan sebagai jamur pemacu kesuburan tanaman

(Purwitasari dan Hastuti 2009).

Rizosfer merupakan bagian tanah yang berada di sekitar perakaran tanaman

dan berperan sebagai pertahanan luar bagi tanaman terhadap serangan patogen akar.

Populasi mikroorganisme di rizosfer biasanya lebih banyak dan beragam

dibandingkan pada tanah bukan rizosfer (Purwantisari dan Rini, 2009).

Universitas Sumatera Utara


10

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kebun karet di Desa Silomlom Kecamatan

Simpang Empat Kabupaten Asahan dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini di laksanakan pada

bulan Oktober 2017 sampai Maret 2018.

Alat dan Bahan

Adapun alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gelas

ukur, petridish, objek gelas, toolbox, ember, beker gelas, batang pengaduk, pinset,

jarum inokulasi, kaca pereparat, tissu, kotak inokulasi, slotip, kantong plastik,

shakeer, aluminium foil, oven, laminar air flow, hot plat, tabung gas, timbangan,

batang pengaduk, mikroskop compound, pH meter, loop, cangkul,ember,

kalkulator, buku data, kamera, meteran dan alat – alat yang mendukung lainnya.

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah sekitar

tanaman karet, aquadesh, alkohol 70 %, PDA, methanol, imersi oil, methil blue.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Pengambilan data dilakukan dengan metode purposive random sampling (acak)

pada kebun di Desa Silomlom. Sampel yang diambil dari tanaman karet yang

sehat dan yang terserang JAP. Mengambil sampel tanah di sekitar akar (rhizosfer)

dari tanaman karet pada kedalaman ± 0-15 cm dari permukaan tanah dan

selanjutnya di amati di Laboratorium.

Universitas Sumatera Utara


11

Pelaksanaan Penelitian

Pemilihan Kebun

Pemilihan kebun berdasarkan data luas tanaman karet perkebunan rakyat

menurut kecamatan dan desa. Pekerjaan dimulai dengan survei atau pengecekan

lapangan tanaman karet terserang JAP yang ditunjukkan dengan gejala serangan.

Gejala serangan dilihat dari gejala di atas permukaan tanah dari batang hingga

daun.

Pengambilan Sampel Tanah

Sampel jamur antagonis diambil dari pohon karet yang sehat dan yang

terserang JAP. Pengambilan setiap sampel tanah dilakukan dengan cara

mengambil tanah di sekitar perakaran tanaman karet (rhizosfer) dari empat titik

dengan kedalaman 20 cm dari permukaan tanah. Tanah yang diambil lalu

dikompositkan dengan total lebih kurang sebanyak 200 g, dimasukkan ke dalam

kantong plastik yang telah disediakan dan diberi label. Label yang ditulis berupa

nama kebun dan titik sampel pengambilan. Sampel di simpan pada box.

Selanjutnya di bawa ke Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara (Amaria et al., 2013)

Isolasi Jamur

Cara isolasi jamur yaitu dengan mengambil sebanyak 10 g tiap sampel

tanah yang telah dikompositkan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 90

ml air steril, lalu di shaker selama 15 menit. Suspensi kemudian diencerkan

hingga pengenceran Untuk pengenceran sampai diambil 1 ml

kemudian dibiakkan dalam media PDA, dan diinkubasi selama 3 hari paada suhu

ruang. Setiap koloni jamur yang tumbuh dicatat, dihitung jumlahnya dan

Universitas Sumatera Utara


12

dikelompokkan berdasarkan bentuk dan warna koloni kemudian dimurnikan pada

media PDA (Amaria et al., 2013).

Perhitungan Keanekaragaman Jamur

Keanekaragaman jamur ditentukan dengan mengelompokkan koloni

berdasarkan perbedaan bentuk koloni, warna permukaan atas dan bawah, serta

tepiannya.

Uji Antagonis

Uji antagonis dilakukan untuk mengetahui potensi isolat jamur yang

didapatkan. Uji antagonis dilakukan dengan menumbuhkan isolat jamur akar putih

dan agens hayati pada bagian tepi yang berbeda dan berjarak 3 cm, kemudian

diinkubasi pada suhu ruang, sedangkan untuk kontrol yaitu dengan metelakkan

isolat jamur akar putih saja pada cawan petri yang telah berisi media PDA. Tiap

pengujian dilakukan 3 kali ulangan (Gambar 1).

Pengamatan dilakukan selama 7 hari dengan mengukur diameter koloni

jamur akar putih pada kontrol dan diameter koloni jamur akar putih pada

perlakuan. (Amaria et al., 2013).

x y

R2 R1

Gambar 1. Uji antagonisme jamur rhizosfer dengan JAP

Universitas Sumatera Utara


13

Keterangan:

R1 = jari-jari koloni jamur akar putih yang menjauhi agens

R2 = jari-jari koloni jamur akar putih yang mendekati agens

x = isolat jamur antagonis

y = jamur patogen (JAP)

Interaksi Jamur dengan JAP

Pengujian ini dilakukan untuk melihat interaksi isolat yang didapat dan

JAP dalam satu cawan petri yang berdiameter 7 cm. JAP dan isolat yang didapat

diletakkan berhadapan kamudian dibagian tengah diletakkan objek glass yang

telah diberi lapisan tipis PDA (Gambar 2).

x y

Gambar 2. Uji interaksi jamur rhizosfer terhadap JAP

Keterangan :

x = Patogen (JAP)

y = Agens Antagonis

Pengamatan bentuk interaksi ini dilakukan setelah terjadi pertemuan kedua

ujung jamur dengan cara mengangkat objek glass. Selanjutnya ditetesi dengan

Universitas Sumatera Utara


14

methyl blue dan diamati di bawah mikroskop bentuk interaksi antara patogen dan

isolat yang didapat.

Identifikasi Jamur

Biakan murni jamur diidentifikasi dengan mengambil koloni

menggunakan selotip transparan sampai hifa jamur menempel. Kemudian selotip

ditempelkan pada kaca preparat yang telah ditetesi methil blue dan diamati di

bawah mikroskop. Identifikasi morfologi dicocokkan menggunakan buku kunci

identifikasi yang ditulis Watanabe (2002).

Peubah amatan

1. Daerah hambatan (Inhibiting zone) (%)

Pengamatan dilakukan dengan mengukur daerah hambatan yang

dihasilkan agens hayati terhadap JAP. Untuk mengukur presentase

penghambatannya dapat dihitung dengan rumus: IZ = x 100 %.

Keterangan :
IZ = persentasi zona penghambat pertumbuhan (%)

R1 = jari-jari koloni jamur akar putih yang menjauhi agens


R2 = jari-jari koloni jamur akar putih yang mendekati agens
Kriteria seleksi dilakukan terhadap persentase daya hambat, nilai >70%
dikategorikan sebagai isolat terseleksi.
2. Diameter koloni (cm)

Data diperoleh dengan mengamati dan mengukur diameter pertumbuhan

koloni jamur yang terbentuk setiap hari sampai 7 hari setelah inokulasi (hsi).

3. Bentuk interaksi

Pengamatan dilakukan dengan melihat bentuk interaksi antara agens hayati

dan JAP pada objek glass di bawah mikroskop

Universitas Sumatera Utara


15

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Isolat Jamur yang diperoleh

Hasil eksplorasi jamur pada rhizosfer tanaman karet sehat (2°55’18,222”

LU/99°42’31,398” BT) didapatkan 12 isolat jamur sedangkan pada rhizosfer

tanaman karet terserang JAP ( 2°52’19,842” LU/99°42’31,464” BT) terdapat 11

isolat jamur.

12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Sehat Terserang

Gambar 3. Jumlah keseluruhan isolat jamur yang diperoleh dari rhizosfer karet

Dari 12 isolat jamur dari sampel tanaman sehat dan diidentifikasi

diperoleh 8 genus jamur diantaranya yaitu Mortierella, 2 genus Humicola,

Fusarium, 3 genus Aspergillus, Penicillium, Gliocladium, dan 3 genus

Trichoderma. Sedangkan dari 11 isolat jamur dari sampel tanaman terserang JAP

dan diidentifikasi diperoleh hanya 3 genus diantaranya yaitu 2 genus Humicola, 5

genus Trichoderma, 2 genus Phialophora, dan 2 isolat jamur yang tidak

teridentifikasi. Genus yang diperoleh lebih beragam pada tanaman sehat

dibandingkan pada tanaman terserang. Dengan beragamnya genus yang terdapat

pada tanaman sehat ini memungkinkan tanaman terlindungi dari patogen seperti

Universitas Sumatera Utara


16

JAP. Purwitasari dan Hastuti (2009), menyebutkan bahwa jamur rizosfir

merupakan salah satu faktor biotik yang dapat menginduksi ketahanan tanaman

terhadap penyakit. Jamur yang ada di rhizosfer dapat melindungi tanaman

terhadap patogen dan meningkatkan kesuburan pertumbuhan tanaman sehinggga

digolongkan sebagai jamur pemacu kesuburan tanaman.

2. Identifikasi Jamur dari Rhizosfer Tanaman Sehat

Selanjutnya semua isolat jamur yang diperoleh diidentifikasi dengan

melihat bentuk koloni, warna permukaan atas dan bawah, serta tepiannya, dan

mikroskopisnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil identifikasi jamur rhizosfer tanaman sehat


No Genus Ciri-ciri Kode
Isolat
1 Mortierella Makroskopis: SS1
- Koloni berwarna putih
- Permukaan koloni halus
seperti kapas
- Tepi koloni rata

a
Mikroskopis:
- Spora berbentuk lonjong
b - Memiliki columella (strukur
steril di dalam sporangium)
- Hifa bersekat

(a) spora, (b) collumella


2 Humicola Makroskopis: SS2
- Koloni berwarna putih
- Permukaan koloni kasar
- Tepi koloni rata

Universitas Sumatera Utara


17

Mikroskopis:
a - Hifa tidak bersekat dan
hialin
- Terbentuk aleurioconidia
tunggal dan ada yang
b berpasangan

(a) hifa, (b) aleurioconidia


3 Fusarium Makroskopis: SS3
- Koloni berwarna putih
- Miselium berwarna hialin
- Permukaan koloni kasar
- Tepiannya rata

Mikroskopis:
- Konidiofor bercabang-
cabang
a - Makroonidia berbentuk
seperti sabit yang bersekat
b

(a) konidiofor, (b)makrokonidia


4 Humicola Makroskopis: SS4
- Koloni berwarna putih
- Permukaan koloni kasar
- Tepi koloni rata

Mikroskopis:
- Hifa tidak bersekat dan
a hialin
- Terbentuk aleurioconidia
tunggal dan ada yang
b berpasangan

(a) hifa, (b) aleurioconidia

Universitas Sumatera Utara


18

5 Aspergillus Makroskopis: SS5


- Koloni berwarna hijau
- Permukaan koloni kasar
- Tepi koloni tidak rata

Mikroskopis:
a - Konidiofor panjang
- Konidia terdiri dari satu sel
b berbentuk bulat

(a) spora, (b) konidiofor, (c)


konidia
6 Aspergillus Makroskopis: SS6
- Koloni berwarna kehitaman
- Permukaan koloni kasar dan
pertumbuhannyatidak
beraturan
- Tepi koloni tidak rata

Mikroskopis:
- Konidiofor panjang
- Konidia terdiri dari satu sel
a berbentuk bulat

b
c

(a) konidia, (b) konidiofor, (c)


spora
7 Trichoderma Makroskopis: SS7
- Koloni awalnya berwarna
putih kemudian menjadi
kehijauan setelah 7 Hsi
- Permukaan koloni
bertekstur seperti kapas
- Tepi koloni tidak rata

Universitas Sumatera Utara


19

Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
konidiofor
a - Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
b memiliki percabangan
c

(a) konidia, (b) konidifor (c)


spora
8 Penicillium Makroskopis: SS8
- Koloni berwarna hijau
- Permukaan koloni kasar
- Tepi koloni tidak rata

Mikroskopis:
- Konidia terdiri dari 1 sel
a dan tumbuh berantai
- Konidia bulat telur
- Konidiofor panjang muncul
b dari hifa

(a) konidia (b) konidiofor


9 Gliocladium Makroskopis: SS9
- Koloni berwarna putih
kemudian terdapat warna
hijau menggumpal setelah 7
Hsi
- Permukaan koloni kasar
- Tepi koloni rata

a Mikroskopis:
- Konidiofor hialin dan
b
bercabang
- Hifa bersekat
(a) konidiofor, (b) hifa

Universitas Sumatera Utara


20

10 Aspergillus Makroskopis: SS10


- Koloni berwarna hijau
- Permukaan koloni kasar dan
pertumbuhannya tidak
beraturan
- Tepi koloni tidak rata

a Mikroskopis:
- Konidiofor panjang
- Konidia terdiri dari satu sel
yang ujungnya berbentuk
b
bulat

(a) konidia, (b) konidiofor


11 Trichoderma Makroskopis: SS11
- Koloni awalnya berwarna
hijau
- Permukaan koloni
bertekstur seperti kapas
- Tepi koloni rata

Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
a konidiofor
b - Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
memiliki percabangan

(a) konidia, (b) konidiofor


12 Trichoderma Makroskopis: SS12
- Koloni awalnya berwarna
putih kemudian menjadi
kehijauan setelah 7 Hsi
- Permukaan koloni
bertekstur seperti kapas
- Tepi koloni rata

Universitas Sumatera Utara


21

Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
konidiofor
- Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
a memiliki percabangan
b

(a) konidiofor, (b) konidia

3. Identifikasi Jamur dari Rhizosfer Tanaman Terserang JAP

Pada rhizosfer tanaman terserang JAP didapat 11 isolat dengan 2 isolat

jamur yang tidak teridentifikasi dengan kode isolat SK1 dan SK2.

Tabel 2. Hasil identifikasi jamur rhizosfer tanaman terserang JAP


No Genus Ciri-ciri Kode
Isolat
1. Humicola Makroskopis: SK3
- Koloni berwarna putih
- Permukaan koloni kasar
- Tepi koloni rata

Mikroskopis:
a - Hifa tidak bersekat dan
hialin
b - Terbentuk aleurioconidia
tunggal dan ada yang
berpasangan
(a) aleurioconidia, (b) hifa
2. Trichoderma Makroskopis: SK4
- Koloni awalnya berwarna
putih kemudian menjadi
kehijauan setelah 7 Hsi
- Permukaan koloni
bertekstur seperti kapas
- Tepi koloni rata

Universitas Sumatera Utara


22

Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
konidiofor
a - Konidia berbentuk bulat
b - Konidia bersekat dan
memiliki percabangan

(a) konidia, (b)konidiofor


3. Humicola Makroskopis: SK5
- Koloni berwarna putih
- Permukaan koloni kasar
- Tepi koloni rata

a Mikroskopis:
- Hifa tidak bersekat dan
hialin
b - Terbentuk aleurioconidia
tunggal dan ada yang
berpasangan

(a) areulioconidia, (b) hifa


4. Trichoderma Makroskopis: SK6
- Koloni awalnya berwarna
putih kemudian menjadi
kehijauan setelah 7 Hsi
- Permukaan koloni
bertekstur seperti kapas
- Tepi koloni rata

Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
konidiofor
a - Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
b memiliki percabangan

(a) konidiofor, (b) konidia

Universitas Sumatera Utara


23

5. Trichoderma Makroskopis: SK7


- Koloni awalnya berwarna
putih kemudian menjadi
kehijauan setelah 7 Hsi
- Permukaan koloni
bertekstur seperti kapas
- Tepi koloni rata

Mikroskopis:
a - Memiliki konidia dan
konidiofor
b - Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
memiliki percabangan

(a) konidiofor, (b) konidia


6. Trichoderma Makroskopis: SK8
- Koloni awalnya berwarna
putih kemudian menjadi
kehijauan setelah 7 Hsi
- Permukaan koloni
bertekstur seperti kapas
- Tepi koloni rata

Mikroskopis:
- Memiliki konidia dan
a konidiofor
- Konidia berbentuk bulat
b - Konidia bersekat dan
memiliki percabangan

(a) konidia, (b) konidiofor


7. Phialophora Makroskopis: SK9
- Koloni berwarna putih
dengan hijau dibagian
tengah
- Permukaan koloni halus
seperti kapas
- Tepi koloni rata

Universitas Sumatera Utara


24

Mikroskopis:
- Konidiofor tegak dan
a bercabang
- Hifa bersekat
b - Memiliki fialid yang pendek
dan tebal
c

(a) hifa, (b) konidiofor, (c)


fialid
8. Trichoderma Makroskopis: SK10
- Koloni awalnya berwarna
putih kemudian menjadi
kehijauan di bagian tengah
setelah 7 Hsi
- Permukaan koloni
bertekstur seperti kapas
- Tepi koloni rata

Mikroskopis:
a - Memiliki konidia dan
b konidiofor
- Konidia berbentuk bulat
- Konidia bersekat dan
memiliki percabangan

(a) konidia, (b) konidiofor


9. Phialophora Makroskopis: SK11
- Koloni berwarna putih
kemudian agak kehijauan
dibagian tengah
- Permukaan koloni halus
seperti kapas
- Tepi koloni rata

Mikroskopis:
a - Konidiofor tegak dan
bercabang
b - Hifa bersekat dan memiliki
fialid yang pendek dan tebal

(a) fialid, (b) konidiofor

Universitas Sumatera Utara


25

4. Presentase Daerah Hambatan (Inhibiting Zone)

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa nilai daerah hambatan isolat

jamur yang didapat berpengaruh sangat nyata terhadap JAP. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Daerah hambatan pemberian jamur yang diperoleh terhadap JAP


Daerah Hambatan
Sampel Perlakuan
1 Hsi 2 Hsi 3 Hsi 4 Hsi 5 Hsi 6 Hsi 7 Hsi
SS1 15,00 59,59 ab 85,71 a 90,00 a 91,11 a 90,00 a 90,00 a
SS2 15,00 47,91 bc 77,20 ab 81,11 ab 85,55 ab 85,55 ab 85,55 ab
SS3 16,67 19,27 e 40,83 ef 68,89 bc 70,00 cd 72,22 bc 72,22 bc
SS4 0,00 21,78 de 27,78 f 27,78 e 27,78 f 27,78 f 27,78 f
SS5 0,00 25,38 de 47,56 de 57,98 cd 57,98 cde 59,09 cde 62,42 cde
SS6 11,11 23,93 de 62,14 bcd 66,46 c 66,46 cd 66,46 cd 66,46 cd
SS
SS7 8,33 20,75 e 66,85 bc 71,85 bc 71,85 bc 71,85 bc 71,85 bcd
SS8 11,00 44,1 c 35,04 ef 47,78 d 45,55 e 45,55 e 46,66 e
SS9 0,00 62,32 ab 59,37 cd 59,37 cd 59,37 cde 59,37 cde 59,37 cde
SS10 0,00 16,02 e 64,45 bcd 64,45 c 64,44 cd 64,45 cd 64,45 cd
SS11 8,33 37,12 cd 65,56 bc 70,45 bc 56,01 de 56,01 de 56,01 de
SS12 6,67 64,84 a 60,40 cd 64,44 c 64,44 cd 64,44 cd 64,44 cd
SK1 11,11 6,11 d 6,08 d 26,66 ef 12,22 fg 11,11 gh 23,33 fg
SK2 0,00 10,25 d 5,51 d 8,89 f 8,89 g 8,89 h 8,89 g
SK3 0,00 68,06 a 78,86 a 49,98 bc 49,98 bcd 49,98 bcd 49,98 bcde
SK4 16,67 62,9 a 74,44 a 57,40 ab 57,40 abc 57,40 abc 57,40 abcd
SK5 16,67 38,33 bc 27,78 c 36,11 cde 36,11 de 36,11 def 36,11 def
SK SK6 16,67 38,89 bc 57,40 b 30,00 de 30,00 def 30,00 efg 30,00 efg
SK7 11,11 35,55 c 35,55 c 19,44 ef 19,44 efg 19,44 fgh 19,44 g
SK8 0,00 36,29 bc 50,00 b 46,67 bcd 46,67 cd 46,67 cde 46,67, cde
SK9 0,00 49,29 b 70,93 a 70,58 a 70,58 a 70,58 a 70,58 ab
SK10 0,00 64,61 a 71,39 a 68,36 a 68,36 ab 68,36 ab 68,36 abc
SK11 0,00 40,97 bc 55,83 b 73,33 a 73,33 a 73,33 a 73,33 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%. SS: sampel
dari tanaman sehat, SK: sampel dari tanaman terinfeksi, SS1:
Moertierella, SS2 dan SS4: Humicola, SS3: Fusarium,
SS5,SS6,SS10: Aspergillus, SS8: Penicillium, SS9: Gliocladium,
SS7,SS11,SS12: Trichoderma, SK1,SK2: tidak teridentifikasi,
SK3,SK5: Humicola, SK4, SK6, SK7, SK8, SK10: Trichoderma,
SK9,SK11: Phialophora.

Universitas Sumatera Utara


26

Tabel 3 menunjukkan bahwa JAP mengalami hambatan pertumbuhan

karena kehadiran jamur antagonis. Daya hambat tertinggi pada 7 Hsi terdapat

pada perlakuan SSI yaitu jamur Mortierella. sebesar 90 % dan daya hambat

terendah terdapat pada perlakuan SS4 yaitu jamur Humicola. sebesar 27,78%.

Dari data daya hambat jamur Mortierella adalah yang tertinggi dibanding dengan

semua perlakuan, hal ini diduga bahwa jamur Mortierella ini memiliki suatu

senyawa kimia yang tidak dimiliki jamur lain yang dapat menghambat JAP.

Peningkatan daerah hambatan dari 1-7 Hsi menunjukkan jamur yang berasal dari

rhizosfer tanaman sehat ini mampu menghambat pertumbuhan JAP. Cook dan

Baker (1989) menjelaskan bahwa salah satu syarat suatu organisme disebut

sebagai agens hayati adalah apabila mempunyai kemampuan antagonisme atau

kemampuan menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme lainnya.

Trichoderma juga mampu menghambat pertumbuhan JAP dengan nilai

daerah hambatan sebesar 71,85% pada 7 Hsi. Serta hampir semua jamur yang

terdapat pada rhizosfer tanaman sehat dapat menghambat pertumbuhan JAP

seperti Aspergillus, Penicillium dan Gliocladium. Suwandi (2008) menyatakan

kelompok jamur Trichoderma mempunyai mekanisme antagonis kompetisi,

antibiosis dan mikoparasit yang efektif dalam menekan perkembangan patogen.

Pada pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa terdapat perbedaan

yang nyata pada uji jarak duncan di seluruh perlakuan. Presentase daerah

hambatan pada seluruh perlakuan yang teridentifikasi berkisar antara 50-80%.

Namun presentase yang >70% hampir semua terdapat pada sampel tanah yang

sehat. Diketahui bahwa pada tanah yang sehat terdapat mikroorganisme yang

berpotensi sebagai agens antagonis. Agens antagonis tersebut memiliki suatu

Universitas Sumatera Utara


27

senyawa yang dapat menekan atau mematikan sel-sel dari jamur lain yang bukan

agens antagonis. Selain itu, Habazar dan Yaherwandi (2006) menyatakan bahwa

kemampuan agens hayati dalam menghambat pertumbuhan cendawan patogen

sering dikaitkan dengan kemampuannya dalam menghasilkan enzim kitinase.

Enzim ini menyebabkan kerusakan sel cendawan patogen yang akhirnya dapat

menyebabkan kematian sel.

Pada Tabel diketahui bahwa presentase daerah hambatan dari sampel

tanaman terserang terhadap JAP tidak semua isolat jamur dapat menghambat

pertumbuhan JAP. Dapat dilihat pada perlakuan SK2 daya hambat pada 7 Hsi

yang sangat rendah sebesar 8,89%. Namun terdapat juga jamur-jamur lain yang

dapat menghambat pertumbuhan JAP seperti Trichoderma, Humicola, dan

Phialophora walaupun daya hambat tertinggi hanya 73,33 %. Rendahya daya

hambat pada jamur-jamur ini disebabkan oleh tanah tempat pengambilan sampel

adalah tanah yang telah berkembangnya patogen JAP. Winarno (1992)

menyatakan jumlah koloni jamur tanah di lahan endemis patogen lebih rendah

dibandingkan di lahan non endemis. Hal ini diduga akibat rusaknya sumberdaya

hayati dan kurangnya peran jamur tanah lahan endemis dalam mengendalikan

patogen. Sehingga jamur patogen di lahan endemis lebih banyak berperan

dibandingkan di lahan non endemis.

4. Diameter Koloni Isolat

Hasil pengamatan diameter pertumbuhan selama 7 hsi menunjukkan

adanya isolat yang pertumbuhannya sangat lambat. Selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara


28

Tabel 4. Diameter koloni pertumbuhan jamur yang diperoleh


Kode Diameter Pertumbuhan
Perlakuan
Isolat 1 Hsi 2 Hsi 3 Hsi 4 Hsi 5 Hsi 6 Hsi 7 Hsi
SS1 1,50 b 3,87 d 6,93 b 8,77 ab 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SS2 0,87 d 3,93d 6,50 c 8,13 bc 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SS3 0,87 d 2,17 e 3,97 de 5,67 d 6,90 b 8,03 bc 8,8 a
SS4 2,10 a 5,30 c 7,70 ab 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SS5 0,87 d 2,60 e 3,87 de 5,13 d 6,67 b 7,77 c 9,00 a
SS6 1,00 d 2,63 e 4,17 d 5,67 d 6,93 b 7,77 c 9,00 a
SS
SS7 1,27 c 3,87 d 5,67 c 7,40 c 8,40 a 8,83 ab 9,00 a
SS8 0,57 e 1,03 f 1,50 f 1,93 e 2,73 c 3,10 e 4,10 c
SS9 1,93 a 5,50 bc 7,70 ab 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SS10 0,60 e 2,17 e 3,17 e 4,93 d 6,17 b 6,73 d 7,80 b
SS11 1,50 b 5,97 ab 8,43 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SS12 1,93 a 6,27 a 8,33 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SK1 0,50 d 0,93 f 1,30 d 1,73 b 1,93 b 2,23 b 2,60 b
SK2 0,50 d 0,97 f 1,27 d 1,67 b 1,90 b 2,30 b 2,63 b
SK3 2,00 ab 6,50 abc 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SK4 2,27 a 6,40 bc 8,43 bc 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SK5 1,27 c 6,47 bc 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SK SK6 1,67 bc 5,83 de 8,33 c 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SK7 1,97 ab 6,83 ab 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SK8 2,20 a 6,93 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SK9 1,13 c 6,20 cd 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SK10 1,57 bc 5,83 de 8,33 c 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a
SK11 1,40 c 5,60 e 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a 9,00 a

Pertumbuhan koloni jamur dari rhizosfer tanaman sehat sangat cepat.

Dilihat dari grafik pertumbuhan pada 7 Hsi telah memenuhi keseluruhan ruang

cawan petri. Sedangkan pertumbuhan koloni jamur dari rhizosfer tanaman

terserang tidak semuanya tumbuh dengan cepat. Terdapat 2 isolat jamur yang

pertumbuhannya hanya 2,3-3 cm pada 7 hsi. Dilihat dari uji antagonis kedua isolat

ini juga merurupakan isolat dengan daya hambatnya terendah dan tidak memiliki

kemampuan untuk menghambat pertumbuhan JAP. Hal ini disebabkan karena

kedua isolat ini bukan merupakan agens antagonis. Cook dan Baker (1989)

Universitas Sumatera Utara


29

menjelaskan bahwa salah satu syarat suatu organisme disebut sebagai agens hayati

adalah apabila mempunyai kemampuan antagonisme atau kemampuan

menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme lainnya. Amaria et al

(2014) menyatakan bahwa isolat jamur yang merupakan isolat antagonis yang

pertumbuhan koloninya lebih cepat dibandingkan koloni patogen dan tampak

perkembangan koloni antagonis dapat menutupi dan menekan perkembangan

koloni patogen.

5. Bentuk Interaksi
A
B

C D

Gambar 6. Interaksi antara jamur rhizosfer


E dan JAP. (A) Aspergillus dan JAP, (B)
Trichoderma dan JAP, (C) Aspergillus dan
JAP, (D) Trichoderma dan JAP, (E)
Trichoderma dan JAP.

Universitas Sumatera Utara


30

Dari hasil pengamatan bentuk interaksi antara hifa JAP dengan jamur

antagonis didapat adanya jamur yang melilit hifa JAP (Gambar 5A dan 5B)

sehingga hifa jamur antagonis yang memenuhi semua ruang. Hifa patogen lama-

kelamaan menipis dan hilang tergantikan oleh hifa jamur rhizosfer. Hal ini sesuai

dengan Dolakatabadi et al. (2012) yang menyatakan bahwa jamur endofit

membentuk kait di sekitar hifa patogen sebelum penetrasi. Mekanisme kerja

senyawa antimikroba dalam melawan mikroorganisme patogen dengan cara

merusak dinding sel, mengganggu metabolisme sel mikroba, menghambat sintesis

sel mikoba, mengganggu permeabilitas membran sel mikroba, menghambat

sintesis protein dan asam nukleat sel mikroba.

Pada Gambar 5C terlihat bahwa hifa patogen menjadi keriting, dan pada

Gambar 5D hifa patogen menjadi terputus-putus. Sedangkan pada Gambar 5E hifa

patogen menjadi tidak berwarna (transparan). Ini dikarenakan jamur rhizosfer

sebagai agens hayati mampu mengambil nutrisi dari patogen sehingga hifa

patogen mengalami kerusakan berupa perubahan bentuk serta kematian sel. Hal

ini sesuai dengan literatur (Soesanto, 2008) yang menyatakan bahwa cendawan

antagonis memanfaatkan sumber gula dan karbohidrat sebagai sumber karbon

yang memiliki peran sebagai prekursor dari metabolit sekunder untuk

menghambat perkecambahan spora cendawan patogen. Sunarwati dan Yoza

(2010) menyatakan bahwa mekanisme lisis pada hifa patogen ditandai dengan

berubahnya warna hifa patogen menjadi jernih dan kosong karena isi sel

dimanfaatkan oleh agen hayati sebagai nutrisi serta kemampuan agen hayati

menghasilkan enzim yang dapat melisiskan dinding sel patogen.

Universitas Sumatera Utara


31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jamur yang didapat pada rhizosfer tanaman sehat dan terserang

diantaranya yaitu Trichoderma, Aspergillus, Fusarium, Penicillium ,

Gliocladium , Mortierella , Humicola , dan Phialophora .

2. Terdapat perbedaan keragaman jamur pada rhizosfer tanaman sehat dan

terserang JAP. Pada rhizosfer tanaman sehat diperoleh jamur yang lebih

beragam dan daya hambat terhadap JAP lebih tinggi.

3. Interaksi yang terjadi antara jamur antagonis dan JAP yaitu perubahan

bentuk hifa patogen serta lisis.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang antagonisme jamur

rhizosfer terhadap jamur akar putih di lapangan.

Universitas Sumatera Utara


32

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus CJ., Mims CW & Blackwell M. 1996. Introduction Micology


4 EditionJohn Wiley and Sons, New York.869 p.

Amaria W., Taufiq E dan Harni R. 2014. Seleksi dan Identifikasi Jamur Antagonis
Sebagai Agens Hayati Jamur Akar Putih Rigidoporus microporus pada
Tanaman Karet. Buletin Ristri. 4 (1): 55-64.

BBPPTP. 2014. Laporan Serangan OPT Penting Perkebunan. Balai Besar


Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Medan

Budiman H. 2012. Budidaya Karet Unggul Prospek Jitu Investasi Masa Depan.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Cook, J. R. and F. K., Baker. 1989. The Nature and Practice of Biological Control
of Plant Patogen. APS Press. The American Phytopatological Society St.
Paul Minnesota.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan. 2015. Daftar Luas Areal
dan Produksi Tanaman Karet Kabupaten Asahan. Asahan.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas


Karet 2014-2016. Direktoral Jenderal Perkebunan, Jakarta.

Dolakatabadi, H. K., E. M. Goltapeh, N. Mohammadi, M. Rabiey, N. Rohani, and


Varma. Biocontrol Potential of Root Endophytic Fungi and Trichoderma
Species Against Fusarium Wilt of Lentil Under In vitro and Greenhouse
Conditions. J. Agr. Sci. Tech. (2012) Vol. 14: 407-420.

Fauzi A. 2008. Kesesuaian Lahan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)


Berdasarkan Aspek Agroklimat di Sulawesi Tenggara. Departemen
Geofisika dan Meteorologi afakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Habazar, T dan Yaherwandi. 2006. Pengendalian Hayati Hama dan Penyakit


Tumbuhan. Andalas University Press. Padang.

Nazarudin B F. 1992. Karet: Budidaya dan Pengolahanya. Dalam Karakterisasi


Biologi Isolat-Isolat Rigidoporus Microporus pada Tanaman Karet
(Hevea Brasiliensis) Asal Cilacap. (Editor. Nugroho). Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Neliyati., Gusniwati., Lisdawati dan Kartika E. 2015. Ibm Kelompok Tani Karet
Penerapan Teknologi Pengendalian Terpadu Penyakit Jamur Akar Putih
Pada Tanaman Karet di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir,
Kabupaten Tebo. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat. 3 (2):1-8.

Universitas Sumatera Utara


33

Omorusi VA. 2012. Effect of White Root Rot Disease on Hevea brasilienis
(Muell. Arg.). Challenges and Control Approach. Plant Protect Division.
Rubber Research Institute of Nigeria. PMB Iyanomo. Benin City.
Nigeria.

Pulungan M A., Lubis L., Zahara F dan Fairuzah Z. 2014. Uji Efektifitas
Trichoderma harzianum Dengan Formulasi Granular Ragi untuk
Mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus
(Swartz:Fr.) Van Ov) pada Tanaman Karet di Pembibitan. Jurnal Online
Agroekoteknologi. 2 (2) : 497- 512.

Purwitasari, S., dan Hastuti, R. B. 2009. Isolasi dan Determinasi Jamur


Indigenous Rhizosfer Tanaman Kentang dari Lahan Pertanian Kentang
Organik di Desa Pakis, Magelang. BIOMA. FMIPA Universitas
Diponegoro. Semarang. Vol. 11, No. 2. 45-53

Purwantisari S, Rini BH. 2009. Isolasi dan identifikasi cendawan indigenous rizosfer
tanaman kentang dari lahan pertanian kentang organik di Desa Pakis,
Magelang. J Bioma. 11(2):45–53.

Purwitasari, S., dan Hastuti, R. B. 2009.Isolasi dan Determinasi Jamur Indigenous


Rhizosfer Tanaman Kentang dari Lahan Pertanian Kentang Organik di
Desa Pakis, Magelang. BIOMA. FMIPA Universitas Diponegoro.
Semarang. Vol. 11, No. 2. 45-53

Rahayu M S. 2016. Distribusi Peta Awal Serangan Penyakit Jamur Akar Putih
(JAP) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada beberapa Perkebunan
Karet Rakyat di Kabupaten Asahan. Skripsi Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU. Medan.

Rahayu S., Sujatno dan Pawirosoemardjo. 2006. Manajemen Pengedalian


Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet. Balai Penelitian Karet.
Sungai Putih. hal: 259-262

Semangun H. 2008. Penykit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Cetakan


Kelima. UGM Press. Yogyakarta.

Schröder, P and A. Hartmann. 2003. New Developments in Rhizosphere


Research. J Soils & Sediments 3 (4): 227

Soesanto L, 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Jakarta:


Rajawali Pers.

Sunarwati, D. dan R. Yoza. 2010. Kemampuan Trichoderma dan Penicillium


dalam Menghambat Pertumbuhan Cendawan Penyebab Penyakit Busuk
Akar Durian (Phytophthora palmivora) Secara In Vitro. Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika. Seminar Nasional Program dan Strategi

Universitas Sumatera Utara


34

Pengembangan Buah Nusantara. Solok, 10 Nopember 2010. Hal. 176-


189.

Suwandi, 2008. Evaluasi kombinasi isolat Trichoderma mikoparasit dalam


mengendalikan penyakit akar putih pada bibit karet. J. HPT Tropika 8 (1)
: 55-62.

Watanabe T. 2002. Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi Morphologies of


Cultured Fungi and Key to Species. Secend Editions. CRC Press. New
York.

Widiantini F., Purnama A., Yulia E dan Formanda D. 2016. Keefektifan


Oligochitosan dalam Menekan Pertumbuhan Jamur Patogen Rigidoporus
lignosus [(Klotzsch) Imazeki] Penyebab Penyakit Jamur Akar Putih pada
Tanaman Cengkeh secara in Vitro. Jurnal Agrikultura. 27 (1): 59-64.

Winarno, R. 1992. Ekologi Sebagai Dasar untuk Memahami Tatanan dalam


Lingkungan Hidup. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Malang.

Yuniarti F. 2010. JAP Pada Tanaman Karet. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan (BBPPTP). Surabaya.

Universitas Sumatera Utara


35

Lampiran 1. Foto uji antagonis jamur rhizosfer terhadap JAP

Universitas Sumatera Utara


36

Universitas Sumatera Utara


37

Lampiran 2. Data daerah hambatan isolat rhizosfer sehat terhadap JAP

1 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 20,00 25,00 0,00 45,00 15,00
SK2 x JAP 20,00 25,00 0,00 45,00 15,00
SK3 x JAP 25,00 25,00 0,00 50,00 16,67
SK4 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK5 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK6 x JAP 0,00 0,00 33,33 33,33 11,11
SK7 x JAP 0,00 0,00 25,00 25,00 8,33
SK8 x JAP 33,00 0,00 0,00 33,00 11,00
SK9 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK10 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK11 x JAP 25,00 0,00 0,00 25,00 8,33
SS12 x JAP 20,00 0,00 0,00 20,00 6,67
Total 143,00 75,00 58,33 276,33
Rataan 11,92 6,25 4,86 7,68

FK 2121,063
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 1345,57 122,32 0,80 2,22
Galat 24 3683,26 153,47
Total 35 5028,83
KK 161%

2 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SS1 x JAP 66,66 45,45 66,66 178,77 59,59
SS2 x JAP 43,75 63,63 36,36 143,74 47,91
SS3 x JAP 22,22 8,33 27,27 57,82 19,27
SS4 x JAP 32,00 33,33 0,00 65,33 21,78
SS5 x JAP 46,15 0,00 30,00 76,15 25,38
SS6 x JAP 7,69 30,76 33,33 71,78 23,93
SS7 x JAP 12,50 18,18 31,57 62,25 20,75
SS8 x JAP 62,50 42,85 27,27 132,62 44,21
SS9 x JAP 71,42 60,00 55,55 186,97 62,32
SS10 x JAP 0,00 23,07 25,00 48,07 16,02

Universitas Sumatera Utara


38

SS11 x JAP 41,66 36,36 33,33 111,35 37,12


SS12 x JAP 73,33 66,66 54,54 194,53 64,84
Total 479,88 428,62 420,88 1329,38
Rataan 39,99 35,72 35,07 36,93

FK 49090,311
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 10961,23 996,48 5,14 2,22
Galat 24 4651,09 193,80
Total 35 15612,32
KK 38%

3 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SS1 x JAP 90,00 86,36 80,76 257,12 85,71
SS2 x JAP 73,33 80,00 78,26 231,59 77,20
SS3 x JAP 51,72 57,14 13,63 122,49 40,83
SS4 x JAP 50,00 33,33 0,00 83,33 27,78
SS5 x JAP 78,57 27,27 36,84 142,68 47,56
SS6 x JAP 53,33 86,95 46,15 186,43 62,14
SS7 x JAP 55,55 65,00 80,00 200,55 66,85
SS8 x JAP 50,00 36,36 18,75 105,11 35,04
SS9 x JAP 53,84 60,00 64,28 178,12 59,37
SS10 x JAP 66,67 66,67 60,00 193,34 64,45
SS11 x JAP 66,67 70,00 60,00 196,67 65,56
SS12 x JAP 50,00 54,54 76,66 181,20 60,40
Total 739,68 723,62 615,33 2078,63
Rataan 61,64 60,30 51,28 57,74

FK 120019,52
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 9545,17 867,74 3,32 2,22
Galat 24 6263,47 260,98
Total 35 15808,64
KK 28%

4 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III

Universitas Sumatera Utara


39

SS1 x JAP 90,00 93,33 86,66 269,99 90,00


SS2 x JAP 76,66 83,33 83,33 243,32 81,11
SS3 x JAP 70,00 66,66 70,00 206,66 68,89
SS4 x JAP 50,00 33,33 0,00 83,33 27,78
SS5 x JAP 83,33 27,27 63,33 173,93 57,98
SS6 x JAP 72,72 73,33 53,33 199,38 66,46
SS7 x JAP 55,55 80,00 80,00 215,55 71,85
SS8 x JAP 40,00 53,33 50,00 143,33 47,78
SS9 x JAP 53,84 60,00 64,28 178,12 59,37
SS10 x JAP 66,67 66,67 60,00 193,34 64,45
SS11 x JAP 64,70 70,00 76,66 211,36 70,45
SS12 x JAP 50,00 66,66 76,66 193,32 64,44
Total 773,47 773,91 764,25 2311,63
Rataan 64,46 64,49 63,69 64,21

FK 148434,26
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 8203,59 745,78 4,22 2,22
Galat 24 4242,87 176,79
Total 35 12446,46
KK 21%

5 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SS1 x JAP 90,00 93,33 90,00 273,33 91,11
SS2 x JAP 90,00 83,33 83,33 256,66 85,55
SS3 x JAP 70,00 66,66 73,33 209,99 70,00
SS4 x JAP 50,00 33,33 0,00 83,33 27,78
SS5 x JAP 86,66 27,27 60,00 173,93 57,98
SS6 x JAP 72,72 73,33 53,33 199,38 66,46
SS7 x JAP 55,55 80,00 80,00 215,55 71,85
SS8 x JAP 40,00 53,33 43,33 136,66 45,55
SS9 x JAP 53,84 60,00 64,28 178,12 59,37
SS10 x JAP 66,67 66,67 60,00 193,34 64,45
SS11 x JAP 64,70 70,00 33,33 168,03 56,01
SS12 x JAP 50,00 66,66 76,66 193,32 64,44
Total 790,14 773,91 717,59 2281,64
Rataan 65,85 64,49 59,80 63,38

FK 144607,81

Universitas Sumatera Utara


40

Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 9218,50 838,05 3,93 2,22
Galat 24 5111,99 213,00
Total 35 14330,49
KK 23%

6 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SS1 x JAP 90,00 93,33 86,66 269,99 90,00
SS2 x JAP 90,00 83,33 83,33 256,66 85,55
SS3 x JAP 70,00 66,66 80,00 216,66 72,22
SS4 x JAP 50,00 33,33 0,00 83,33 27,78
SS5 x JAP 90,00 27,27 60,00 177,27 59,09
SS6 x JAP 72,72 73,33 53,33 199,38 66,46
SS7 x JAP 55,55 80,00 80,00 215,55 71,85
SS8 x JAP 40,00 53,33 43,33 136,66 45,55
SS9 x JAP 53,84 60,00 64,28 178,12 59,37
SS10 x JAP 66,67 66,67 60,00 193,34 64,45
SS11 x JAP 64,70 70,00 33,33 168,03 56,01
SS12 x JAP 50,00 66,66 76,66 193,32 64,44
Total 793,48 773,91 720,92 2288,31
Rataan 66,12 64,49 60,08 63,56

FK 145454,52
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 9106,48 827,86 3,68 2,22
Galat 24 5400,01 225,00
Total 35 14506,49
KK 24%

7 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SS1 x JAP 90,00 93,33 86,66 269,99 90,00
SS2 x JAP 90,00 83,33 83,33 256,66 85,55
SS3 x JAP 70,00 66,66 80,00 216,66 72,22
SS4 x JAP 50,00 33,33 0,00 83,33 27,78
SS5 x JAP 93,33 27,27 66,66 187,26 62,42
SS6 x JAP 72,72 73,33 53,33 199,38 66,46

Universitas Sumatera Utara


41

SS7 x JAP 55,55 80,00 80,00 215,55 71,85


SS8 x JAP 40,00 53,33 46,66 139,99 46,66
SS9 x JAP 53,84 60,00 64,28 178,12 59,37
SS10 x JAP 66,67 66,67 60,00 193,34 64,45
SS11 x JAP 64,70 70,00 33,33 168,03 56,01
SS12 x JAP 50,00 66,66 76,66 193,32 64,44
Total 796,81 773,91 730,91 2301,63
Rataan 66,40 64,49 60,91 63,93

FK 147152,8
Sk db JK KT Fhitung F 5%
Perlakuan 11 8929,17 811,74 3,46 2,22
Galat 24 5632,76 234,70
Total 35 14561,92
KK 24%

Universitas Sumatera Utara


42

Lampiran 3. Data daerah hambatan isolar rhizosfer terserang terhadap JAP

1 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 0,00 33,33 0,00 33,33 11,11
SK2 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK3 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK4 x JAP 50,00 0,00 0,00 50,00 16,67
SK5 x JAP 50,00 0,00 0,00 50,00 16,67
SK6 x JAP 50,00 0,00 0,00 50,00 16,67
SK7 x JAP 0,00 0,00 33,33 33,33 11,11
SK8 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK9 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK10 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SK11 x JAP 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Total 150,00 33,33 33,33 216,66
Rataan 13,64 3,03 3,03 6,57

FK 1303,932
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 1936,66 193,67 0,66 2,30 tn
Galat 22 6481,19 294,60
Total 32 8417,85
KK 261%

2 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 8,33 0,00 10,00 18,33 6,11
SK2 x JAP 0,00 0,00 30,76 30,76 10,25
SK3 x JAP 72,72 76,92 54,54 204,18 68,06
SK4 x JAP 68,75 53,33 66,66 188,74 62,91
SK5 x JAP 40,00 50,00 25,00 115,00 38,33
SK6 x JAP 33,33 33,33 50,00 116,66 38,89
SK7 x JAP 33,33 33,33 40,00 106,66 35,55
SK8 x JAP 20,00 33,33 55,55 108,88 36,29
SK9 x JAP 46,66 46,66 54,54 147,86 49,29
SK10 x JAP 64,28 75,00 54,54 193,82 64,61
SK11 x JAP 56,25 46,66 20,00 122,91 40,97

Universitas Sumatera Utara


43

Total 443,65 448,56 461,59 1353,80


Rataan 40,33 40,78 41,96 41,02

FK 50910,4
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 16821,54 1682,15 11,41 2,30 *
Galat 22 3244,24 147,47
Total 32 20065,79
KK 30%

3 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 4,54 8,69 5,00 18,23 6,08
SK2 x JAP 0,00 4,54 12,00 16,54 5,51
SK3 x JAP 85,00 82,35 69,23 236,58 78,86
SK4 x JAP 86,66 70,00 66,66 223,32 74,44
SK5 x JAP 25,00 33,33 25,00 83,33 27,78
SK6 x JAP 66,66 50,00 55,55 172,21 57,40
SK7 x JAP 33,33 33,33 40,00 106,66 35,55
SK8 x JAP 33,33 50,00 66,66 149,99 50,00
SK9 x JAP 73,91 66,66 72,22 212,79 70,93
SK10 x JAP 69,23 72,22 72,72 214,17 71,39
SK11 x JAP 75,00 65,21 27,27 167,48 55,83
Total 552,66 536,33 512,31 1601,30
Rataan 50,24 48,76 46,57 48,52

FK 71226,71
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 27479,71 2747,97 23,82 2,30 *
Galat 22 2538,30 115,38
Total 32 30018,01
KK 22%

4 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 26,66 23,33 30,00 79,99 26,66
SK2 x JAP 0,00 0,00 26,66 26,66 8,89

Universitas Sumatera Utara


44

SK3 x JAP 8,00 72,72 69,23 149,95 49,98


SK4 x JAP 72,22 33,33 66,66 172,21 57,40
SK5 x JAP 50,00 33,33 25,00 108,33 36,11
SK6 x JAP 40,00 0,00 50,00 90,00 30,00
SK7 x JAP 0,00 25,00 33,33 58,33 19,44
SK8 x JAP 50,00 40,00 50,00 140,00 46,67
SK9 x JAP 73,33 70,00 68,42 211,75 70,58
SK10 x JAP 69,23 72,22 63,63 205,08 68,36
SK11 x JAP 76,66 73,33 70,00 219,99 73,33
Total 466,10 443,26 552,93 1462,29
Rataan 42,37 40,30 50,27 44,31

FK 59397
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 19729,56 1972,96 6,68 2,30 *
Galat 22 6496,11 295,28
Total 32 26225,67
KK 39%

5 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 0,00 0,00 36,66 36,66 12,22
SK2 x JAP 0,00 0,00 26,66 26,66 8,89
SK3 x JAP 8,00 72,72 69,23 149,95 49,98
SK4 x JAP 72,22 33,33 66,66 172,21 57,40
SK5 x JAP 50,00 33,33 25,00 108,33 36,11
SK6 x JAP 40,00 0,00 50,00 90,00 30,00
SK7 x JAP 0,00 25,00 33,33 58,33 19,44
SK8 x JAP 50,00 40,00 50,00 140,00 46,67
SK9 x JAP 73,33 70,00 68,42 211,75 70,58
SK10 x JAP 69,23 72,22 63,63 205,08 68,36
SK11 x JAP 76,66 73,33 70,00 219,99 73,33
Total 439,44 419,93 559,59 1418,96
Rataan 39,95 38,18 50,87 43,00

FK 55929,1
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 21512,65 2151,27 6,42 2,30 *
Galat 22 7369,83 334,99
Total 32 28882,48

Universitas Sumatera Utara


45

KK 43%

6 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 0,00 0,00 33,33 33,33 11,11
SK2 x JAP 0,00 0,00 26,66 26,66 8,89
SK3 x JAP 8,00 72,72 69,23 149,95 49,98
SK4 x JAP 72,22 33,33 66,66 172,21 57,40
SK5 x JAP 50,00 33,33 25,00 108,33 36,11
SK6 x JAP 40,00 0,00 50,00 90,00 30,00
SK7 x JAP 0,00 25,00 33,33 58,33 19,44
SK8 x JAP 50,00 40,00 50,00 140,00 46,67
SK9 x JAP 73,33 70,00 68,42 211,75 70,58
SK10 x JAP 69,23 72,22 63,63 205,08 68,36
SK11 x JAP 76,66 73,33 70,00 219,99 73,33
Total 439,44 419,93 556,26 1415,63
Rataan 39,95 38,18 50,57 42,90

FK 55666,9
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 21697,16 2169,72 6,62 2,30 *
Galat 22 7214,46 327,93
Total 32 28911,62
KK 42%

7 HSI

Ulangan
Isolat Total Rataan
I II III
SK1 x JAP 0,00 0,00 70,00 70,00 23,33
SK2 x JAP 0,00 0,00 26,66 26,66 8,89
SK3 x JAP 8,00 72,72 69,23 149,95 49,98
SK4 x JAP 72,22 33,33 66,66 172,21 57,40
SK5 x JAP 50,00 33,33 25,00 108,33 36,11
SK6 x JAP 40,00 0,00 50,00 90,00 30,00
SK7 x JAP 0,00 25,00 33,33 58,33 19,44
SK8 x JAP 50,00 40,00 50,00 140,00 46,67
SK9 x JAP 73,33 70,00 68,42 211,75 70,58
SK10 x JAP 69,23 72,22 63,63 205,08 68,36
SK11 x JAP 76,66 73,33 70,00 219,99 73,33

Universitas Sumatera Utara


46

Total 439,44 419,93 592,93 1452,30


Rataan 39,95 38,18 53,90 44,01

FK 58588,2
Sk db JK KT Fhitung F 5% Keterangan
Perlakuan 10 20038,89 2003,89 4,53 2,30 *
Galat 22 9740,53 442,75
Total 32 29779,42
KK 48%

Universitas Sumatera Utara

You might also like