Professional Documents
Culture Documents
2018
Fadillah, Sufi
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7494
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERBANYAKAN VEGETATIF SALAGUNDI
(Rhoudolia teysmanii Hook. F.) MELALUI STEK PUCUK
SKRIPSI
SUFI FADILLAH
141201132
SKRIPSI
OLEH :
SUFI FADILLAH
141201132
SKRIPSI
Oleh :
SUFI FADILLAH
141201132
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kata Kunci : Rootone-F, salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.), stek pucuk
ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Sufi Fadillah dilahirkan di Sei Sentosa pada tanggal 3 Agustus 1996 oleh
pasangan Bapak Abu Sopyan dan Ibu Marliana. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Beralamat di Jl. Pembangunan Gang. Mados Desa Sei
Sumatera Utara.
Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada tahun 2008 lulus dari SDN
Yapendak Ajamu dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2014 lulus dari SMAN 3
pada tahun 2014 di Jurusan Kehutanan. Selama masa perkuliahan penulis fokus
Kabupaten Serdang Berdagai selama 10 hari pada tahun 2016 dan Praktik Kerja
(Rhoudolia teysmanii Hook. F.) melalui Stek Pucuk. Kegiatan ini dibimbing oleh
Dr. Kansih Sri Hartini, S. Hut., MP dan Dr. Arida Susilowati, S. Hut., M. Si.
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
melalui Stek Pucuk” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sumatera Utara, Medan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan secara langsung maupun tidak langsung oleh beberapa
Marliana, Ayahanda Abu Sopyan, dan Adinda Wulan Syafitry atas segala bentuk
1. Ibu Dr. Kansih Sri Hartini, S. Hut., MP dan Ibu Dr. Arida Susilowati, S. Hut.,
2. Ibu Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Kehutanan
Budidaya Hutan dan Ibu Dr. Deni Elfiati, SP., MP selaku Sekretaris
5. Ibu Dr. Anita Zaitunah, S. Hut., M. Sc selaku penguji sidang dari Departemen
Manajemen Hutan dan Bapak Arif Nuryawan, S. Hut., M. Si., Ph. D selaku
iv
Universitas Sumatera Utara
penguji sidang dari Departemen Teknologi Hasil Hutan atas segala masukan
6. Ibu/Bapak staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kehutanan atas segala ilmu
dan bantuannya.
Ompusunggu dan Reza Pahlevi), DRUIDAY, HUT D 014, BDH 014, Tim
PKL Balai KPH Yogyakarta dan Suporter (Nurul Rahana Nasution, Elys
Zahlia Nasution, Miranda Bahar, Rima Tamara, dan Utami Meirani) yang
8. Keluarga Besar Rain Forest, BKM Baytul Asyjaar, JIMMKI atas segala
yang tidak tertulis satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas
segala kebaikan yang telah diberikan dengan limpahan rahmat dan karunia-
dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan untuk penyelesaian skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat
Sufi Fadillah
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ......................................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.)............................ 4
Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif dengan Stek Pucuk ................. 4
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Stek.......................... 6
Aplikasi Zat pengatur Tumbuh Rootone-F ............................................. 9
Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Pertumbuhan Stek....................... 10
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 12
Bahan dan Alat Penelitian ....................................................................... 12
Metode Penelitian.................................................................................... 12
Prosedur Penelitian.................................................................................. 14
Parameter Penelitian................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Rekapitulasi nilai P value (Sig) perlakuan Rootone-F terhadap persentase
hidup stek, persentase berakar stek, tinggi tunas, diameter tunas, jumlah
daun, panjang akar dan jumlah akar selama 12 minggu pengamatan. ......... 18
2. Uji lanjut DMRT pada parameter tinggi tunas Salagundi............................ 24
3. Hasil skoring perlakuan berbagai konsentrasi Rootone-F terhadap
parameter stek Salagundi. ............................................................................ 32
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Pertumbuhan stek salagundi, (a) kontrol, (b) Rootone-F 100 ppm, (c)
Rootone-F 200 ppm, (d) Rootone-F 300 ppm, (e) dioles/pasta.. ................. 19
2. Grafik persentase hidup stek pucuk salagundi ............................................. 20
3. Grafik persentase berakar stek pucuk salagundi .......................................... 21
4. Grafik tinggi tunas stek pucuk salagundi ..................................................... 22
5. Stek yang memiliki tunas namun tidak menunjukkan gejala perakaran
pada perlakuan K1 (100 ppm) (a) dan K3 (300 ppm) (b). ........................... 23
6. Grafik diameter tunas stek pucuk salagundi ................................................ 25
7. Grafik jumlah daun stek salagundi............................................................... 26
8. Grafik panjang akar primer dan sekunder stek salagundi ............................ 27
9. Stek yang memiliki akar namun tidak menunjukkan gejala bertunas K2
(200 ppm) (a), K3 (300 ppm) (b) dan K4 (dioles/pasta) (c) ........................ 28
10. Grafik jumlah akar primer dan sekunder stek salagundi ............................. 30
11. Stek yang mengalami serangan jamur ......................................................... 31
viii
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
rumah karena memiliki bentuk batang yang lurus (Pasaribu et al. 2008).
Pemanfaatan jenis yang kurang dikenal sampai saat ini belum didukung oleh data
sifat dasar yang dimilikinya. Penelitian terkait keberadaan salagundi, saat ini
masih cukup terbatas, padahal menurut Pasaribu (2017) jenis ini termasuk jenis
Terkait dengan regenerasinya baik alami maupun buatan, sampai saat ini
informasi tersebut belum diperoleh. Padahal informasi ini penting mengingat kayu
sehingga dikhawatirkan akan mengancam keberadaan jenis ini. Selain itu, karena
kualitas kayunya yang baik, jenis ini juga cukup potensial untuk dikembangkan
dalam skala besar. Oleh karena itu diperlukan strategi penyediaan bibit yang
berkualitas dan dalam jumlah yang memadai. Salah satu strategi yang dapat
metode yang dapat memperbanyak tanaman secara masal dan tidak tergantung
musim buah. Selain itu, teknik ini dapat memperbanyak tanaman yang memiliki
kesulitan dalam memperoleh buah dan biji, benih cepat rusak, dan klon-klon yang
memiliki sifat genetik unggul (Danu dan Putri, 2015). Cara stek banyak dipilih
orang, alasannya karena bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit, tetapi dapat
diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak. Tanaman yang dihasilkan
dari stek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan
pembiakan tanaman dengan stek adalah sulitnya pembentukan akar, dan usaha
pengatur tumbuh (ZPT). Zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh
tanaman disebut fitohormon, sedangkan yang sintesis disebut zat pengatur tumbuh
akar stek maka digunakan ZPT (Rootone-F) dengan beberapa dosis. Penambahan
zat pengatur tumbuh pada stek diharapkan meningkatkan kemampuan berakar dan
Tujuan Penelitian
salagundi.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
pancang rumah. Bentuk pohon dan pancang yang lurus dari jenis ini, menjadikan
berkisar 36 - 45 cm. Pohon ini tidak memiliki banir apabila ada, ukurannya sangat
kecil berupa bagian batang pohon yang menonjol. Tajuk pohon berupa tajuk
pada bagian ranting. Kulit pohon beralur pendek, berwarna coklat dan terdapat
bagian yang putih, tebal kulit berkisar 0,6 – 0,8 cm. Kulit sangat mudah
dipisahkan dengan bagian batang pohon dan terdapat kambium yang sangat
umbi, spora, pucuk dan lain-lain. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan
cara stek, cangkok, merunduk, okulasi, dan sistem kultur jaringan. Penggunaan
(3) pembangunan kebun benih dari pohon induk tunggal, dan (4) konservasi
cara generatif. Dengan cara vegetatif seluruh karakter yang ada pada pohon induk
sangat penting artinya untuk pengembangan klon dan merupakan bagian yang
dengan benih hasil penyerbukan alam. Selain itu dengan teknik perbanyakan
vegetatif dapat diperoleh bibit secara masal dalam waktu relatif singkat
Perbanyakan vegetatif dengan teknik ini menggunakan tunas atau trubusan dari
baik hingga tumbuh dan berkembang menjadi bibit siap tanam di lapangan
potongan pohon induk ke dalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Bahan
vegetatif yang digunakan adalah batang, pucuk, daun, atau akar. Namun untuk
batang dan pucuk. Keunggulan perbanyakan tanaman dengan cara stek adalah :
penyambungan atau okulasi, banyak bibit yang dapat dihasilkan dari satu pohon
induk, produksi bibit tidak bergantung kepada musim masaknya buah dan seluruh
bibit yang dapat dihasilkan memiliki sifat genetis yang sama dengan tanaman/
dipersemaian hingga tunas tersebut berakar (rooted cutting) sebelum semai yang
beberapa faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya adalah tingkat
ketentuan donor stek, kondisi fisiologi stek, waktu pengumpulan stek, dan lain
antara lain adalah faktor internal seperti hormon pertumbuhan. Pemberian zat
untuk meningkatkan persen setek berakar, jumlah dan kualitas akar setek
adalah sumber bahan stek dan perlakuan terhadap bahan stek. Hal yang perlu
media. Berdasarkan pengalaman, pasir merupakan jenis media yang cocok bagi
pertumbuhan awal stek. Pasir memiliki tekstur dan aerasi yang cocok bagi
pertumbuhan akar, namun pasir tidak memiliki kandungan unsur hara yang
sampai bibit siap tanam. Untuk itu perlu dicari media lain sebagai pengganti pasir
yang memiliki aerasi yang baik juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan
Bahan stek pucuk lebih baik dibandingkan dengan bahan stek batang. Hal
ini disebabkan karena bahan stek pucuk lebih juvenil dibandingkan dengan bahan
mengandung zat lilin yang menghambat tumbuhnya akar dalam pengakaran stek
jaringan stek, ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk), hormon endogen
dalam jaringan stek, dan jenis tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
intensitas cahaya dan teknik penyetekan. Media perakaran stek yang digunakan
sebaiknya memiliki aerasi dan drainase yang baik serta ketersediaan air yang
cukup. Ketersediaan cadangan makanan dan zat pengatur tumbuh pada bahan stek
masalah ini adalah dengan pemilihan ukuran bahan stek yang tepat dan pemberian
zat pengatur tumbuh eksogen. Umur pohon induk bahan stek sangat berpengaruh
terhadap persen hidup, persen tunas, persen akar, panjang akar, jumlah akar,
biomasa akar stek. Bahan stek berasal dari tingkat anakan lebih mudah bertunas
dan berakar dibandingkan dengan bahan stek dari pohon muda (belum berbuah)
adalah jenis media yang baik dan harus memiliki pH yang kondusif untuk
pertumbuhan bibit, memiliki struktur yang porus sehingga proses aerasi dan
drainase akan berjalan dengan baik, memiliki daya ikat air yang tinggi dan bebas
perkembangan akar. Hal ini dapat dipahami karena semakin luas permukaan daun
sangat penting pada stek pucuk dan dapat mempengaruhi keberhasilan tumbuh
stek. Namun demikian luas daun yang disisakan pada stek pucuk juga harus
diperhatikan, sebab apabila daun pada stek terlalu banyak (luas) maka laju
harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Media tumbuh harus
hara dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Kesuburan tanah dapat
menambah unsur hara dan memperbaiki struktur serta aerasi tanah sehingga
untuk setiap jenis tanaman, bahkan berbeda pula antar varietas dalam suatu
bahan stek spesies yang digunakan. Zat pengatur tumbuh yang secara alami ada
dalam tanaman berada di bawah optimal, sehingga dibutuhkan sumber dari luar
meningkatkan kualitas bibit serta mengurangi jumlah bibit yang tumbuh abnormal
pengatur tumbuh buatan yang diberi secara eksogen (dari luar). Salah satu zat
pengatur tumbuh dari jenis auksin yang digunakan untuk membantu mempercepat
keluarnya akar pada stek adalah Rootone F. Dalam kebiasaan mempergunakan zat
pengatur tumbuh untuk stek dikenal dua cara untuk merangsang pertumbuhan
akar, yaitu pertama membiarkan stek dalam larutan dengan cara dengan cara
mencelupkan atau merendamnya (cara basah) dan kedua dengan mengolesi bagian
dasar stek dengan zat pengatur tumbuh (ZPT) (cara kering). Perlakuan basah
memudahkan stek menyerap zat dan ZPT perangsang. Tinggi rendahnya hasil dari
penggunaan ZPT tergantung pada beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah
lamanya stek direndam dalam satu larutan. Semakin lama stek berada dalam
larutan semakin meningkat larutan dalam stek (Supriyanto dan Prakasa, 2011).
perendaman selama 15 menit memberi pengaruh nyata terhadap panjang akar dan
jumlah daun pada stek pucuk jabon (Anthocephalus cadamba), hal tersebut diduga
pembelahan sel, perpanjangan sel dan diferensiasi sel sehingga pertumbuhan tunas
dan daun jauh lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi 0 ppm, 100 ppm dan
Rootone-F berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tunas dan jumlah daun
stek pucuk Jambu Air (Syzygium samarangense) dengan konsentrasi 200 ppm dan
pada konsentrasi 300 ppm terbaik untuk panjang akar, jumlah akar dan berat akar.
Hormon adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman yang merupakan
bagian dari proses regulasi pada tumbuhan. Hormon dihasilkan pada bagian yang
sel-selnya masih aktif membelah diri dapat melalui pucuk, batang maupun ujung
akar. Hormon tumbuh adalah zat organik bukan hara yang dihasilkan oleh
Hormon secara alami sudah ada pada tumbuhan, namun zat pengatur
tumbuh (ZPT) tetap diberikan pada stek dengan tujuan meningkatkan kemampuan
kualitas akar, serta mengurangi keragaman jumlah dan kualitas perakaran stek.
yang relatif lebih murah di banding hormon IAA dan IBA, keberadaannya relatif
merangsang pemanjangan sel pada batang yang mengalami pembelahan dan pada
tropik, dan perkembangan kuncup ketiak, bunga dan buah. Setiap hormon
mempengaruhi respon pada banyak bagian tanaman. Respon itu bergantung pada
hormon yang diketahui, dan berbagai faktor lingkungan (Wulandari et al. 2015)
dapat dilakukan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh
sintesis disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik. Zat pengatur tumbuh
didefinisikan sebagai senyawa organik selain hara yang memiliki sifat-sifat seperti
hormon tanaman. Zat tersebut dalam jumlah kecil dapat mendorong, menghambat
pengatur tumbuh buatan yang diberi secara eksogen (dari luar). Salah satu zat
pengatur tumbuh dari jenis auksin yang digunakan untuk membantu mempercepat
keluarnya akar pada stek adalah Rootone-F (Payung dan Susilawati, 2014).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari 22 April 2018 sampai 15 Juli 2018.
Bahan stek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pucuk dari anakan
salagundi dengan tinggi berkisar >50 cm. Adapun media tanam yang digunakan
berupa pasir dan top soil yang telah di sangrai terlebih dahulu dengan
perbandingan pasir : top soil (1 : 1). Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F, dan
untuk tempat menanam stek, ember plastik untuk merendam stek, sendok untuk
mengaduk larutan ZPT, kaliper untuk mengukur diameter stek, termometer untuk
penggaris untuk mengukur tanaman, kertas label untuk memberi tanda pada setiap
Metode Penelitian
(Rootone-F) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kontrol, 100 ppm, 200
ppm, 300 ppm dan dioles. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan dan setiap
ulangan terdiri atas 3 stek. Sehingga jumlah stek yang ditanam adalah 5 x 4 x 3 =
60 stek.
Yij = µ + Ti + βj + ∑ij
Keterangan :
j : 1, 2, 3, 4
pada pertumbuhan stek pucuk salagundi pada umur 3 bulan ke-i, ulangan
ke-j.
µ : Rataan umum.
∑ij : Galat pada perlakuan aplikasi pemberian zat pengatur tumbuh (Rootone-
ulangan ke-j.
for the Social Sciences (SPSS) dan menggunakan analisis sidik ragam ANOVA.
Jika hasil yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan pengujian lanjutan
menggunakan Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada Taraf 5%.
terhadap seluruh parameter dengan skor 1-5 untuk hasil yang tertinggi sampai
Prosedur Penelitian
Bibit salagundi yang akan digunakan sebagai mother plant diperoleh dari
cabutan alam hutan sebagai sumber bahan stek pucuk. Tindakan yang dilakukan
dalam perawatan mother plant adalah penyiraman air, penyiangan dan penyortiran
(grading). Penyiraman dilakukan setiap hari dengan intensitas 2 (dua) kali yaitu
pagi dan sore hari. Pembersihan gulma dan tanaman pengganggu lainnya
mengeluarkan bibit yang busuk atau mati. Tindakan perawatan lainnya adalah
menambah media pada polybag yang telah mengalami erosi akibat penyiraman.
salagundi. Pengambilan bahan stek dilakukan pada sore hari sehingga penguapan
relatif rendah dan telah terjadi fotosintesis. Bahan pucuk dari percabangan
tersebut diambil kemudian dipotong dengan panjang stek sekitar 8-12 cm dan
setiap bahan stek pucuk menyisahkan 2-3 daun yang dipotong 1/3 yang bertujuan
untuk mengurangi penguapan pada bahan stek pucuk ketika di tanam. Bahan stek
3. Penyiapan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media pasir : top soil
(1:1).
ppm, 200 ppm, dan 300 ppm dan dioles/pasta. Penyiapan larutan Rootone-F
1. Kontrol (0 ppm).
2. Konsentrasi 100 ppm, adalah campuran 100 mg Rootone-F dengan 1 liter air.
3. Konsentrasi 200 ppm, adalah campuran 200 mg Rootone-F dengan 1 liter air.
4. Konsentrasi 300 ppm, adalah campuran 300 mg Rootone-F dengan 1 liter air.
Bahan stek dimasukkan ke dalam air sebelum ditanam, setelah bahan stek
dan larutan hormon tersedia sesuai dengan dosis perlakuan kemudian bahan stek
dicelupkan ke dalam larutan tersebut selama 1 jam dan ditanam di media tanam.
5. Penanaman Stek
Bahan stek kemudian ditanam pada media yang telah disiapkan terlebih
dahulu dan disusun sesuai acakan yang telah dibuat secara lengkap, penanaman
dilakukan dengan cara melubangi media terlebih dahulu dengan ukuran kira-kira
sebesar pensil dan kedalaman 2 cm. Setelah itu bahan stek dimasukkan pada
lubang tanam dan ditekan dengan dua jari untuk memadatkan agar stek tidak
6. Pemeliharaan Stek
stek yaitu 2 kali seminggu sampai dengan stek berumur 2 minggu, 1 kali
seminggu untuk stek umur 3 dan 4 minggu, dan 1 kali sebulan untuk stek yang
berumur lebih dari 1 bulan. Penyiraman sungkup propagasi dilakukan 2 hari sekali
pada siang hari guna menjaga suhu di dalam sungkup. Sanitasi daun yang gugur
dan yang mati dikeluarkan dari sungkup dan dibuang untuk menghindari
perkembangan jamur.
Parameter Penelitian
1. Persentase Hidup
Persentase yang hidup dapat dihitung pada akhir penelitian dengan rumus
sebagai berikut :
Persentase stek berakar dapat dihitung pada akhir penelitian dengan rumus
sebagai berikut :
3. Tinggi Tunas
Tunas yang tumbuh diamati dan diukur panjangnya sekali seminggu untuk
4. Diameter Tunas
seminggu bersamaan dengan pengambilan data parameter tinggi tunas dan jumlah
daun.
5. Jumlah Daun
Jumlah daun yang tumbuh pada tunas dihitung manual setiap seminggu
sekali.
6. Panjang Akar
pada setiap stek pada akhir pengamatan dengan menggunakan penggaris. Panjang
7. Jumlah Akar
Jumlah akar primer dan sekunder akan dihitung secara manual pada akhir
penelitian.
bibit baru dengan persentase keberhasilan berakar dan sistem perakaran yang
persentase berakar stek, jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, dan diameter
stek namun memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tunas (Tabel 1). Hormon
secara alami sudah ada pada tumbuhan, namun zat pengatur tumbuh tetap
Tabel 1. Rekapitulasi nilai P value (Sig) perlakuan Rootone-F terhadap persentase hidup
stek, persentase berakar stek, tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, panjang
akar dan jumlah akar selama 12 minggu pengamatan.
Parameter
Sumber
db % % Jumlah
Keragaman Tinggi Diameter PAP PAS JAP JAS
Hidup Berakar Daun
Perlakuan 4 0,26 0,54 0,02* 0,42 0,27 0,36 0,5 0,86 0,48
Kelompok 3 0,37 0,59 0,01* 0,55 0,18 0,38 0,77 0,43 0,52
Keterangan : *= berpengaruh nyata; PAP= panjang akar primer; PAS= panjang akar
sekunder; JAP= jumlah akar primer; JAS= jumlah akar sekunder.
memperlihatkan adanya periode dan gejala kematian stek setelah penanaman. Stek
pucuk mulai mengalami pertumbuhan pada minggu ke-2 yang ditandai dengan
mulai terbentuknya tunas apikal pada stek. Kematian stek terjadi minggu ke-6
setelah penanaman, kematian ini ditandai dengan mengeringnya tunas dan batang
(d) (e)
Gambar 1. Pertumbuhan stek salagundi pada minggu ke-12, (a) kontrol; (b) Rootone-F
100 ppm; (c) Rootone-F 200 ppm; (d) Rootone-F 300 ppm; (e) dioles/pasta.
Persentase Hidup
terdapat pada perlakuan K3 (300 ppm). Sedangkan persen hidup terendah 50%
90 83.33
75 75
Persentase Hidup (%)
80
70 58.33
60 50
50
40
30
20
10
0
Kontrol K1 (100 ppm) K2 (200 ppm) K3 (300 ppm) K4
(Dioles/pasta)
Perlakuan
hidup salagundi pada taraf 5%. Hal ini diduga karena persentase hidup stek
salagundi tidak hanya dipengaruhi oleh ZPT, melainkan juga dipengaruhi oleh
antara faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam terutama meliputi kandungan
cadangan makanan dalam jaringan stek, ketersediaan air, umur tanaman (pohon
induk), hormon endogen dalam jaringan stek, dan jenis tanaman. Faktor luar yang
penyetekan. Media perakaran stek yang digunakan sebaiknya memiliki aerasi dan
Rootone-F berkisar 41,67% - 75%. Persen berakar tertinggi diperoleh pada stek
pemberian ZPT (kontrol) yaitu sebesar 75%. Sedangkan persen berakar terendah
80 75
66.67 66.67
Persentase Berakar (%)
70
60 50
50 41.67
40
30
20
10
0
Kontrol K1 (100 ppm) K2 (200 ppm) K3 (300 ppm) K4
(Dioles/pasta)
Perlakuan
Pada penelitian ini, stek tanpa penambahan ZPT menghasilkan persentase berakar
tertinggi. Hal ini diduga karena salagundi memiliki auksin endogen yang
cukup untuk membentuk perakaran baru. Hasil yang sama juga diperoleh
Menurut Azizah (2008) hormon adalah zat organik yang dihasilkan oleh
tanaman yang merupakan bagian dari proses regulasi pada tumbuhan. Hormon
dihasilkan pada bagian yang sel-selnya masih aktif membelah diri dapat melalui
pucuk, batang maupun ujung akar. Hormon tumbuh adalah zat organik bukan hara
yang dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur
Tinggi Tunas
diperoleh pada perlakuan K3 (300 ppm) yaitu 4,42 cm sedangkan rata-rata tunas
gejala perakaran (Gambar 5). Hal ini diduga masih terdapat cadangan makanan
berupa karbohidrat pada bahan stek yang dapat digunakan untuk pertumbuhan.
5
4.5
4
Tinggi Tunas (cm)
3.5
3 Kontrol
2.5 K1 (100 ppm)
2 K2 (200 ppm)
1.5 K3 (300 ppm)
1
K4 (dioles)
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu ke-n
pada bahan stek, merupakan faktor utama untuk perkembangan tunas dan akar.
sehingga pertumbuhan panjang tunas juga akan lebih cepat. Dengan cadangan
makanan yang cukup, stek akan mampu membentuk tunas lebih banyak. Kondisi
lingkungan yang baik terutama media tanam, suhu dan kelembaban udara serta
(a) (b)
Gambar 5. Stek yang memiliki tunas namun tidak menunjukkan gejala perakaran
pada perlakuan K1 (100 ppm) (a); dan K3 (300 ppm) (b).
kontrol. Hal ini menujukkan zat pengatur tumbuh menembus jaringan tanaman
dan memacu aktifitas auksin yang terkandung dalam tanaman. Zat pengatur
Tabel 2. Uji lanjut DMRT dengan taraf 5% pada parameter tinggi tunas salagundi
Perlakuan Rata-rata
K0 1,44ab
K1 3,00bc
K2 3,37bc
K3 4,42c
K4 0,90a
Berdasarkan hasil uji DMRT dengan taraf 5% pada parameter tinggi tunas
ke-2, hal tersebut diindikasikan dengan kemunculan tunas apikal pada stek. Hal
pertumbuhan awal stek terjadi pada minggu ke-2 setelah penanaman. Hal ini
lingkungan sepertu suhu dan kelembaban yang optimum untuk pertumbuhan stek.
Dalam penelitian ini, stek yang paling cepat bertunas adalah stek yang diberi
perlakuan K3 (300 ppm). Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi tersebut cukup
Diameter Tunas
salagundi tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini diduga
karena waktu penelitian yang sangat singkat sehingga laju pertumbuhan diameter
0.25
0.2
Diameter (mm)
0.15 Kontrol
K1 (100 ppm)
0.1 K2 (200 ppm)
K3 (300 ppm)
0.05
K4 (dioles)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu ke-n
dan akhirnya akan menambah jumlah jaringan pada stek yang menyebabkan
Jumlah Daun
yaitu 5 helai daun. Sedangkan rata-rata jumlah daun terendah terdapat pada
baru pada stek salagundi mulai tampak pada minggu ke-3. Analisis sidik ragam
5
Jumlah Daun
4
Kontrol
3 K1 (100 ppm)
K2 (200 ppm)
2
K3 (300 ppm)
1 K4 (dioles)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu ke-n
salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan akar. Hal ini sesuai dengan
Mashudi dan Adinugraha (2015) pada jenis stek pucuk pulai (Alstonia scholaris)
yang menemukan bahwa stek yang memiliki daun terbanyak setelah 3 bulan
memiliki jumlah dan panjang akar terbaik. Hal ini diduga karena semakin luas
permukaan daun maka fotosintat yang dihasilkan juga semakin besar. Keberadaan
daun sangat penting pada stek pucuk dan dapat mempengaruhi keberhasilan
tumbuh stek. Namun daun yang disisakan pada saat melakukan stek juga harus
diperhatikan. Sebab apabila daun pada stek terlalu banyak/luas maka laju
transpirasi akan menjadi tinggi sehingga menyebabkan stek menjadi layu. Maka
pada penelitian ini daun pada stek disisakan dua buah dan dipotong 1/3 bagian.
K3 (300 ppm) yaitu 1,96 cm sedangkan rata-rata panjang akar primer terendah
terdapat pada perlakuan K4 (dioles/pasta) yaitu 0,68 cm. Rata-rata panjang akar
(dioles/pasta) yaitu 0,28 cm (Gambar 8). Perlakuan terbaik untuk panjang akar
primer dan sekunder terdapat pada perlakuan K3 (300 ppm). Pertumbuhan akar
dalam penelitian ini dipacu dengan memberi perlakuan Rootone-F, yaitu salah
satu zat pengatur sintesis yang mengandung hormon auksin. Pengaruh auksin
2.5
1.96
Panjang Akar (cm)
Primer
2
1.5 1.2 Sekunder
1.16 1.1
1 0.67 0.65 0.68
0.5
0.5 0.33 0.28
Perlakuan
Gambar 8. Grafik panjang akar primer dan sekunder stek salagundi
sekunder stek salagundi. Hal tersebut diduga, kemampuan tumbuh akar salagundi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah zat pengatur tumbuh.
hormon yang digunakan pada setiap jenis spesies berbeda-beda tergantung kepada
(a) (b)
(c)
Gambar 9. Stek yang memiliki akar namun tidak menunjukkan gejala bertunas,
(a) K2 (200 ppm); (b) K3 (300 ppm); dan (c) K4 (dioles/pasta).
batang yang mengalami pembelahan dan pada bagian koleoptil, tetapi hormon ini
bunga dan buah. Setiap hormon mempengaruhi respon pada banyak bagian
Akar sekunder merupakan akar yang tumbuh sepanjang akar primer yang
memiliki fungsi membantu dalam penyerapan unsur hara. Dari hasil pngamatan
akar stek yang dilakukan pada akhir penelitian, ternyata dari seluruh stek yang
bertunas terdapat stek yang belum memiliki perakaran padahal kondisi stek masih
segar. Hal ini diduga lambatnya proses pembentukan akar dikarenakan faktor
ppm) dan K3 (300 ppm) yaitu 5 sedangkan rata-rata jumlah akar primer terendah
Rata-rata jumlah akar sekunder tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (200 ppm)
Rootone-F tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah akar primer dan
sekunder stek pucuk salagundi. Terbentuknya akar pada stek merupakan faktor
penting karena akar dapat menyerap unsur hara dari dalam tanah dan dapat
14 12 12
12 11
10 Primer
Jumlah Akar
10
8
5 5 Sekunder
6 4 4 4
4 3
2
0
Perlakuan
Gambar 10. Grafik jumlah akar primer dan sekunder stek salagundi
terdapat bercak putih menyerupai pasta pada bagian pangkal stek yang diduga
disebabkan oleh serangan jamur (Gambar 11). Pertumbuhan jamur pada pangkal
stek dapat disebabkan oleh kondisi media tanam yang terlalu lembab. Hal
Jinus et al. (2012), kebanyakan jamur yang menyerang stek adalah jenis
Fusarium oxysporum. Jenis jamur ini menyerang hampir seluruh bagian tanaman
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 11. (a) busuk batang akibat serangan jamur pada kontrol; (b) bercak putih
akibat serangan jamur pada akar stek Salagundi pada kontrol; (c) K1
(100 ppm); dan (d) K4 (dioles/pasta).
pada perlakuan (K3) Rootone-F 300 ppm sebesar 12. Sedangkan skoring terendah
Tabel 3. Hasil skoring perlakuan berbagai konsentrasi Rootone-F terhadap parameter stek
Salagundi.
Skoring
Parameter
Kontrol K1 K2 K3 K4
Persentase hidup stek 2 2 3 1 4
Persentase berakar stek 1 2 3 2 4
Tinggi tunas 4 3 2 1 5
Diameter tunas 3 1 2 2 4
Jumlah daun 3 2 2 1 4
Panjang akar primer 3 4 2 1 5
Panjang akar sekunder 3 1 4 2 5
Jumlah akar primer 2 3 1 1 4
Jumlah akar sekunder 2 2 1 1 3
Jumlah 23 20 20 12 38
Keterangan: 1-5 = nilai tinggi – nilai rendah; (K1) Rootone-F 100 ppm; (K2)
Rootone-F 200 ppm; (K3) Rootone-F 300 ppm; dan (K4)
dioles/pasta.
beberapa parameter yaitu persentase hidup stek, tinggi tunas, jumlah daun,
panjang akar primer, jumlah akar primer dan jumlah akar sekunder. Selanjutnya
terbaik untuk diameter tunas dan panjang akar sekunder terdapat pada perlakuan
Rootone-F 100 ppm, serta perlakuan Rootone-F 200 ppm dan Rootone-F 300 ppm
Kesimpulan
hidup stek berkisar 50% - 83,33% dan berakar stek mencapai 41,67% - 75%.
parameter yaitu persentase hidup stek, tinggi tunas, jumlah daun, panjang akar
Saran
yang lebih lama sehingga hasil yang didapatkan lebih baik. Disarankan
Achmad, B. 2016. Efektiitas Rootone-F, Air Kelapa Muda dan Ekstrak Bawang
Merah dalam Merangsang Pertumbuhan Stek Batang Pasak Bumi.
Jurnal Hutan Tropis. 4(3): 224-231.
Danu dan K. P. Putri. 2015. Penggunaan Media dan Hormon Tumbuh dalam
Perbanyakan Stek Bambang lanang (Michelia champaca L). Jurnal
Pembenihan Tanaman Hutan. 3(2): 61-67.
Hidayanto, M., S. Nurjanah dan F. Yossita. 2003. Pengaruh Panjang Stek Akar
dan Konsentrasi Natrium. Nitrofenol terhadap Pertumbuhan Stek Akar
Sukun (Artocarpus cadamba F.). Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. 6(2): 154-160.
Jinus., E. Prihastanti dan S. Haryanti. 2012. Pengaruh Zat Tumbuh (ZPT) Root-
Up dan Super-GA terhadap Pertumbuhan Akar Stek Tanaman Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq). Jurnal Sains dan Matematika. 20(2):
35-40
Kurniaty, R., K. P. Putri dan N. Siregar. 2016. Pengaruh Bahan Setek dan Zat
Pengatur Tumbuh terhadap Keberhasilan Setek Pucuk Malapari
(Pongami apinnata). Jurnal Penelitian Tamanan Hutan. 4(1): 1-8.
Mardi, C. T., H. Setiado dan K. Lubis. 2016. Pengaruh Asal Stek dan Zat
Pengatur Tumbuh Atonik terhadap Pertumbuh dan Produksi Dua
Nurlaeni, Y dan M. I. Surya. 2015. Respon Stek Pucuk Camelia javanica terhadap
Pemberian Zat Pengaruh Tumbuh Organik. Prosiding Seminar
Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 1(5): 1211-1215.
Pasaribu, G., S. Sahwalita dan B. Sipayung. 2008. Sifat Anatomi Empat Jenis
Kayu Kurang Dikenal di Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan. 26(1): 16-29.
Pasaribu, G. 2017. Sifat Fisis dan Mekanis Empat Jenis Kayu Andalan Asal
Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 25: 15-27.
Payung, D dan Susilawati. 2014. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F dan
Sumber bahan Stek Terhadap Pertumbuhan stek Tembesu (Fagrae
afragrans) di PT. Jorong Barutama Greston Kalimantan Selatan.
Enviro Scienteae. 10: 140-149.
Putra, F., Indriyanto dan M. Riniarti. 2014. Keberhasilan Hidup Stek Pucuk Jabon
(Anthocephalus cadamba) dengan Pemberian Beberapa Konsentrasi
Rootone-F. Jurnal Silva Lestari. 2(2): 33-40.
Trisna, N., H. Umar dan Irmasari. 2013. Pengaruh Berbagai Jenis ZPT terhadap
Pertumbuhan STUMP Jati (Tectona grandis L. F). Warta Rimba. 3(1).
Wulandari, A. S,. A. Subiakto dan R. Novan. 2015. Stek Pucuk Merawan (Hopea
cernua Teijsm. &Binn) dengan Perlakuan Media Tumbuh dan
Hormon. Jurnal Silvikultur Tropika. 6(3): 190-195.
Tabel 5. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi Rootone-F terhadap persentase hidup
stek salagundi
Type III Sum of Mean
Source df F Sig.
Squares Square
Corrected Model 7407,681a 7 1058,240 1,225 ,361
Intercept 82187,291 1 82187,291 95,101 ,000
PERLAKUAN 5185,384 4 1296,346 1,500 ,263
KELOMPOK 2963,159 3 987,720 1,143 ,371
Error 10370,474 12 864,206
Total 106666,467 20
Corrected Total 17778,156 19
Tabel 11. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi Rootone-F terhadap pertumbuhan
diameter stek salagundi
Type III Sum of Mean
Source df F Sig.
Squares Square
Corrected Model ,076a 7 ,011 ,979 ,488
Intercept ,464 1 ,464 41,795 ,000
PERLAKUAN ,047 4 ,012 1,050 ,422
KELOMPOK ,024 3 ,008 ,725 ,556
Error ,133 12 ,011
Total ,690 20
Corrected Total ,210 19
Tabel 13. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi Rootone-F terhadap jumlah daun
stek salagundi
Type III Sum of Mean
Source Df F Sig.
Squares Square
Corrected Model 53,435a 7 7,634 2,206 ,109
Intercept 216,152 1 216,152 62,474 ,000
PERLAKUAN 20,025 4 5,006 1,447 ,278
KELOMPOK 19,481 3 6,494 1,877 ,187
Error 41,518 12 3,460
Total 321,216 20
Corrected Total 94,953 19
Tabel 15. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi Rootone-F terhadap panjang akar
primer stek salagundi
Type III Sum of Mean
Source df F Sig.
Squares Square
Corrected Model 4,939a 7 ,706 1,566 ,236
Intercept 30,645 1 30,645 68,028 ,000
PERLAKUAN 2,154 4 ,538 1,195 ,362
KELOMPOK 1,503 3 ,501 1,112 ,382
Error 5,406 12 ,450
Total 40,309 20
Corrected Total 10,345 19
Tabel 17. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi Rootone-F terhadap panjang akar
sekunder stek salagundi
Type III Sum of Mean
Source Squares df Square F Sig.
Corrected Model ,627a 7 ,090 ,778 ,617
Intercept 4,400 1 4,400 38,256 ,000
PERLAKUAN ,408 4 ,102 ,886 ,501
KELOMPOK ,130 3 ,043 ,378 ,771
Error 1,380 12 ,115
Total 6,809 20
Corrected Total 2,007 19
Tabel 19. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi Rootone-F terhadap jumlah akar
primer stek salagundi
Type III Sum of Mean
Source df F Sig.
Squares Square
Corrected Model 34,098a 7 4,871 ,546 ,785
Intercept 350,847 1 350,847 39,292 ,000
PERLAKUAN 11,014 4 2,753 ,308 ,867
KELOMPOK 26,538 3 8,846 ,991 ,430
Error 107,151 12 8,929
Total 562,014 20
Corrected Total 141,249 19
Tabel 21. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi Rootone-F terhadap jumlah akar
sekunder stek salagundi
Type III Sum of Mean
Source df F Sig.
Squares Square
Corrected Model 382,765a 7 54,681 ,819 ,590
Intercept 1812,163 1 1812,163 27,139 ,000
PERLAKUAN 244,552 4 61,138 ,916 ,486
KELOMPOK 158,883 3 52,961 ,793 ,521
Error 801,290 12 66,774
Total 3084,662 20
Corrected Total 1184,056 19