You are on page 1of 13

Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol.

23(1):85-97 P-ISSN : 1410-8852 E-ISSN : 2528-3111

Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendronciliatum (Forsskall)


Hartog 1970 (Kelas: Magnoliopsida, Famili : Cymodoceaceae)
Berdasarkan Tipe Substrat di Perairan Pantai Timur
Kabupaten Bulukumba

Chair Rani*, Muhammad Basri,Devi Yulianti Bahar dan Meggy Yolanda

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanudin
Jl.Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea,Makassar, Sulawesi Selatan90245
Email:erickch_rani@yahoo.com

Abstract

Morphological characteristics of Thalassodendron ciliatum (Forsskall) Hartog 1970,


(Class:Magnoliopsida,Family:Cymodoceaceae) Based on Substrat In Pantai Timur Water,
Bulukumba

This study aims to determine the seagrass morphological characteristic based on substrates
and analyze the relationship of environmental factors with the morphology of Thalassodendron
ciliatum. A sampling at each station was done purposively according to the substrate. Sampling
was carried out in 3 areas as replication by digging and taking seagrass complete with rhizome
and its roots as many as 25 stands. Then the seagrass was cleaned from the sand and put into a
sample bag and stored in a cooler. At the same time, sand and water samples were also taken to
measure the nitrate and phosphate. The measured water quality in situ includes current speed,
temperature, salinity, depth, and wave height. In the laboratory, measurements of morphological
parameters of seagrass were done on the leaves, stems, rhizomes, and roots. The results showed
that the sandy substrate (Kasuso Station: more protected) showed a longer and thicker leaf
character, and a longer root with a greater number of roots, but had a number of leaves, rhizoma
length, internode distance, and root diameter smaller than the area with the substrate was
dominated by coral fragments (Panrangluhu Station). Under weak current conditions with high
nitrate and phosphate content, they were characterized by the larger stem and leaf lengths with a
large number of roots. Whereas in strong currents, seagrass was characterized by a greater number
and area of leaves and root diameter. Areas with high waves, characterized by seagrasses that
have larger stem diameters, longer rhizomes with larger diameters, and also longer internode
distances

Keywords:morphometrics; seagrass; Thalassodendron ciliatum; substrate; Bulukumba

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeterminasi karakter morfologi lamun berdasarkan tipe
substrat dan menganalisis keterkaitan faktor lingkungan dengan morfologi lamun Thalassodendron
ciliatum. Sampling pada setiap stasiun dilakukan secara purposif dengan memperhatikan susbstrat
dasar. Sampling dilakukan pada 3 area sebagai ulangan dengan cara menggali dan mengambil
lamun lengkap dengan rhizoma dan akarnya sebanyak 25 tegakan. Kemudian lamun dibersihkan
dari pasir dan dimasukkan ke dalam kantong sampel yang berisi air laut dan disimpan dalam kotak
pendingin. Bersamaan dengan itu, juga diambil sampel pasir dan air untuk diukur kandungan
nitrat dan fosfatnya. Kualitas air yang diukur secara insitu meliputi kecepatan arus, suhu, salinitas,
kedalaman, dan tinggi gelombang. Di laboratorium diukur parameter morfologi lamun pada
bagian daun, batang, rhizoma, dan akar. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada substrat
berpasir (Stasiun Kasuso:lebih terlindung) memperlihatkan karakter daun yang lebih panjang dan
tebal, serta akar yang lebih panjang dengan jumlah akar yang lebih banyak, namun memiliki

*) Corresponding author Diterima/Received : 12-10-2019, Disetujui/Accepted : 10-01-2020


www.ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt DOI: https://doi.org/10.14710/jkt.v23i1.6090
Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

jumlah daun, panjang rhizoma, jarak internode, dan diameter akar yang lebih kecil dibandingkan
dengan daerah yang substratnya didominasi oleh pecahan karang (Stasiun Panrangluhu). Pada
kondisi arus yang lemah dengan kandungan nitrat dan fosfat yang tinggi, dicirikan oleh panjang
batang dan daun yang lebih besar dengan jumlah akar yang banyak. Sedangkan pada arus
yang kuat, lamun dicirikan oleh jumlah dan luasan daun serta diameter akar yang lebih besar.
Daerah dengan gelombang yang tinggi, dicirikan oleh lamun yang memiliki diameter batang
yang lebih besar, rhizoma yang lebih panjang dengan diameter yang besar, dan jarak internode
yang juga lebih panjang.

KataKunci:morfometrik; lamun;Thalassodendron ciliatum;substrat; Bulukumba

PENDAHULUAN mengambil unsur hara melalui akar. Substrat


memiliki peranan penting bagi pertumbuhan
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air lamun, sebagai media tumbuh agar tidak
berbunga (Anthophyta) yang hidup dan terbawa arus dan gelombang serta sebagai
tumbuh terbenam di lingkungan laut, sumber unsur hara. Lamun dapat tumbuh
berpembuluh, berimpang (rhizoma), berakar, pada berbagai jenis karakteristik substrat,
dan berkembang biak secara generatif (biji) seperti substrat berlumpur, berpasir hingga
dan vegetatif (Wagey, 2013). Lamun juga pecahan karang (Yunitha et al., 2014)
merupakan satu-satunya kelompok
tumbuhan yang hidup di perairan laut Keberadaan substrat sangat penting
dangkal dan tumbuh padat membentuk bagi lamun, sebagai pemasok nutrisi
padang lamun dengan kepadatan dantempat hidup. Substrat yang menjadi
mencapai 4.000 tegakan/m2 dan tempat hidup lamun adalah lumpur, pasir,
mempunyai biomassa sebesar 2 kg/m2. karang mati (rubble), campuran dari dua
Padang lamun dapat membentuk vegetasi jenis substrat tersebut atau campuran
tunggal, tersusun atas satu jenis lamun yang ketiganya (Kiswara, 2000). Laju pertumbuhan
tumbuh membentuk padang lebat, lamun berbeda-beda dari lokasi yang satu
sedangkan vegetasi campuran terdiri dari 2- dengan yang lainnya, karena kecepatan
12 jenis lamun yang tumbuh bersama-sama atau laju pertumbuhan lamun dipengaruhi
pada satu substrat. Spesies lamun yang oleh beberapa faktor antara lain tingkat
biasanya tumbuh dengan vegetasi kesuburan substrat, ukuran butiran, dan atau
campuran adalah Cymodocea rotundata, kandungan hara di kolom air (De Silva &
Halodule pinifolia, dan Syringodium Amarasinghe, 2007; Yunitha, 2014; Amale et
isoetifolium. Sedangkan yang tumbuh al., 2016; Sahertian & Wakano, 2017).
dengan vegetasi tunggal adalah Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila Thalassodendron ciliatum merupakan
ovalis, Halodule uninervis, Cymodocea salah satu jenis lamun yang dominan namun
serrulata, dan Thalassodendrom ciliatum memiliki sebaran yang terbatas. Menurut
(Sakey et al., 2015). Sjafrie et al. (2018), dari 366 lokasi penelitian
di Indonesia, jenis T. ciliatum hanya
Beberapa hasil penelitian ditemukan pada 33 lokasi atau hanya sekitar
memperlihatkan bahwa karakteristik 9%. Di Sulawesi Selatan hingga saat ini hanya
lingkungan dapat memengaruhi morfometrik ditemukan di sekitar Laut Flores saja, yaitu di
lamun (Caboco et al., 2009; Amale et al., kabupaten Selayar dan Bulukumba (Verheij,
2016; Putri et al., 2018). Menurut Supriharyono 1993; Kiswara, 1996). Lamun tersebut
(2007), tingginya unsur hara dalam substrat biasanya ditemukan tumbuh membentuk
menggambarkan kondisi perairan yang komunitas monospesifik yang dominan pada
subur, sehingga akar lamun menjadi lebih substrat pasir, rubble (pecahan karang mati),
pendek karena tidak melakukan usaha lebih dan substrat keras (Priosambodo, 2007).
terhadap akarnya dalam mendapatkan Beberapa hasil penelitian memperlihatkan
nutrisi. Ketika kondisi unsur hara dalam bahwa karakteristik lingkungan, termasuk
substrat lebih tinggi dibandingkan dengan substrat dapat mempengaruhi morfometrik
kolom perairan, maka lamun akan lamun. Informasi dasar mengenai karakter

86 Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.)


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

morfometrik dari jenis lamun ini, kaitannya berdasarkan tipe substrat dan (2)
dengan substrat dasar perairan belum menganalisis keterkaitan faktor lingkungan
tersedia dalam literatur. Hal ini bisa dengan morfometrik lamun T. ciliatum di
dimaklumi karena sebarannya yang terbatas. Perairan Pantai Kasuso dan Pantai
Beberapa kajian mengenai jenis lamun T. Panrangluhu, Kabupaten Bulukumba.
ciliatum yang bisa diakses misalnya
mengenai perkembangan serbuk sari dan MATERI DAN METODE
penyerbukan dalam air (Ducker et al., 1978),
ultrastruktur daun, serta komposisi dan struktur Penelitian dilaksanakan di Pantai
pembuluh pada daun (Barnabas & Naido, Kasuso dan Panrangluhu, Kecamatan
1980; Barnabas, 1982, Barnabas, 1983), Bontobahari Kabupaten Bulukumba (Gambar
struktur bunga (Kay, 2008), sistimatika dan 1). Analisis tekstur sedimen dilakukan di
aspek ekologinya (Duarte et al., 2012), epifit Laboratorium Oseanografi Fisika dan
dan avertabrata yang berasosiasi (Browne et Geomorfologi Pantai Fakultas Ilmu Kelautan
al., 2013), dan kemampuan dalam menyerap dan Perikanan, sedangkan pengukuran
karbon (Mashorenget al., 2019a). kadar nutrien sedimen dilakukan di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
Hasil pengamatan pendahuluan jenis Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
lamun T. ciliatum di perairan kabupaten
Bulukumba, ditemukan di perairan Pantai Stasiun pengamatan ditentukan
Kasuso dan Pantai Panrangluhu. Kedua lokasi dengan menggunakan teknik purposive
tersebut memiliki substrat yang berbeda, sampling, yaitu berdasarkan keterwakilan
yaitu di Pantai Kasuso memiliki substrat pasir jenis substrat yang ditumbuhi lamun
yang dominan dibanding pecahan karang T.ciliatum. Lokasi penelitian dibagi kedalam 2
dan sebaliknya di Pantai Panrangluhu yang stasiun, yaitu Stasiun I berada di Pantai
lebih didominasi oleh pecahan karang. Kasuso yang mewakili lamun T. ciliatum yang
Perbedaan karakteristik substrat diduga tumbuh pada substrat pasir berkarang dan
berpengaruh terhadap morfometrik lamun Stasiun II di Pantai Panrangluhu, mewakili
sebagai respons terhadap perbedaan kondisi lamunT.ciliatumyang tumbuh pada substrat
lingkungan (Amale et al., 2016). Berdasarkan rubble. Setiap stasiun dibagi menjadi 3
hal tersebut, perlu dilakukan penelitian substasiun dan semua substasiun diambil titik
tentang analisis morfometrik lamun T. ciliatum koordinatnya dengan GPS.
berdasarkan tipe substrat di perairan Pantai
Kasuso dan Pantai Panrangluhu, Kecamatan Pengambilan sampel lamun dilakukan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba. dengan menggali lamun menggunakan
sekop sampai pada akarnya dan diusahakan
Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui akarnya tidak terputus. Lamun yang diambil
perbedaan morfometrik lamun T. ciliatum sebanyak 25 tegakan setiap substasiun.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian dan penempatan stasiun di Pantai Kasuso dan Pantai
Panrangluhu, Kabupaten Bulukumba

Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.) 87


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

Kemudian lamun tersebut dibersihkan dengan menggunakan spektrofotometer


daripasir yang menempel. Setelah itu, sampel (APHA, 2017)
lamun dimasukkan ke dalam kantong sampel
dan disimpan dalam coolbox yang berisi es Pengukuran morfometrik lamun
(McDonalds et al., 2016). dilakukan dengan menggunakan caliper.
Bagian lamun yang diukur seperti disajikan
Pengambilan sampel sedimen dasar pada Gambar 2.Panjang dan lebar daun,
perairan dilakukan pada setiap substasiun panjang batang, panjang rhizoma, panjang
tempat mengambil sampel lamun sebanyak internode, dan panjang akar diukur dengan
3 kali ulangan. Sedimen diambil dengan menggunakan mistar dalam satuan mm.
menggunakan pipa PVC paralon Sedangkan diameter batang, rhizoma, dan
berdiameter 9 cm dengan cara ditancapkan akar serta tebal daun diukur dengan
kedalam sedimen dan ditekan sampai menggunakan caliper digital. Sedangkan
kedalam 20 cm. Kemudian sampel sedimen luas lamun dihitung menurut Mashoreng et
dimasukkan kedalam kantong sampel untuk al.(2019b) dengan cara meletakkan daun
dianalisis kandungan nitrat dan fosfat lamun dari setiap tegakan pada kertas yang
sedimen dengan spketrofotometer (APHA, telah diberi garis batas (bingkai) dengan
2017). ukuran 15 cm x 15 cm, kemudian dipindai (di-
scan). Garis batas dimasukkan agar luas
Parameter kualitas air yang diukur bingkai dapat diketahui. Selanjutnya gambar
secara in situ, yaitu kecepatan arus dengan hasil scan dianalisis menggunakan software
menggunakan layang-layang arus, suhu Image-J untuk mendapatkan nilai persen
dengan termometer, salinitas dengan hand tutupan daun lamun terhadap luas bingkai.
refractometer, kedalaman dengan tiang Nilai persen tutupan daun lamun dikali
berskala, tinggi gelombang(H1/3) dengan dengan luas bingkai sehingga didapatkan
tiang berskala. Semua parameter tersebut luas daun lamun. Formula yang digunakan
diukur secara in situ di setiap substasiun. adalah :
Untuk kandungan nitrat dan fosfat perairan, Ld = Pd x Lb
diambil sampel air sebanyak 600 mL dan
dimasukkan dalam coolbox untuk dianalisis di Keterangan : Ld = Luas daun (cm2) Lb = Luas
laboratorium. Prosedure pengukuran nitrat bingkai (cm2); Pd = Persentase tutupan daun
dan fosfat perairan mengikut metode Brucine lamunterhadap bingkai (%)

Gambar 2. Sketsa Pengukuran Morfometrik Lamun Thalassodendron ciliatum. a. panjang daun;


b:lebar daun; c: panjang batang; d: diameter batang; e: panjang rhizoma; f: diameter
rhizoma; g: panjang internode; h: panjang akar; i: diameter akar; j: jumlah daun; k:
tebal daun; l: jumlah akar (Collier, 2013)

88 Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.)


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

Perbandingan setiap nilai variabel Lebih panjangnya daun T. ciliatum


morfometrik antara tipe substrat dianalisis yang tumbuh di Stasiun Pantai Kasuso karena
dengan uji t-student. Sedangkan keterkaitan perbedaan substrat. Lamun pada Stasiun
antara ukuran faktor lingkungan dan butiran Pantai Kasuso tumbuh pada substrat pasir
sedimen dengan karakter morfometrik lamun kasar yang memilliki kandungan nutrien lebih
dianalisis dengan menggunakan analisis tinggi dibandingkan dengan lamun pada
Principal Component Analysis (PCA). Proses Stasiun Pantai Panrangluhu yang tumbuh
perhitungan uji t-student dilakukan dengan pada substrat pasir yang sangat kasar
bantuan perangkat lunak Microsoft Excel (banyak pecahan karang). Selain itu,
sedangkan analisis PCA digunakan program keadaan perairan pada Stasiun Pantai
XL-Stat. Hasil analisis disajikan dalam bentuk Kasuso yang lebih tenang sehingga banyak
tabel dan grafik. mengendapkan sedimen,khususnya sedimen
organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN lamun. Pada perairan tenang pertumbuhan
lamun lebih terpusat pada panjang dan
Hasil pengukuran rata-rata panjang
lebar daun. Sedangkan ketebalan daun
daun, lebar daun, ketebalan daun, jumlah
lamun T. ciliatum pada Stasiun Pantai Kasuso
daun, dan luasan daun disajikan pada
yang lebih tebal juga terkait dengan kondisi
Gambar 3.Dari 5 variabel yang diukur di
substrat. Lamun yang tumbuh pada substrat
bagian daun, hanya 3 varibael yang
pasir sedang memiliki daun yang lebih tebal
menunjukkan perbedaan yang nyata
dibandingkan dengan lamun yang tumbuh
(p<0,05) antara stasiun penelitian. Rata-rata
panjang daun T. ciliatum yang didapatkan di pada substrat pasir kasar. Jika dibandingkan
Stasiun Pantai Kasuso lebih tinggi (70,5 mm) panjang daun di lokasi penelitian dengan
dan berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan rata-rata 6,58–7,05 cm, lebih pendek dari
dengan Stasiun Panrangluhu (65,8 mm), yang dilaporkan oleh Pranata et al. (2018) di
demikian pula untuk ketebalan daun. perairan Banggai Kepualauan, Sulawesi
Namun di sisi lain, jumlah daun nyata lebih Tengah yang bisa mencapai 15 cm. Banyak
banyak di Stasiun Panrangluhu dibandingkan faktor lingkungan yang diduga berbeda di
Stasiun Pantai Kasuso. Parameter lebar dan kedua lokasi kajian, seperti gerakan air (arus
luasan tidak memperlihatkan perbedaan dan gelombang) dan perbedaan substrat
yang nyata antara kedua stasiun(Gambar 3). dan kesuburannya.

8.00 *
*
7.00
7.44
Dimensi Daun (mm/Helaian)

6.00 ns
6.58

5.00
5.456

Stasiun 1 Stasiun 2
4.00
7.05

6.75

3.00
5.204

2.00 ns
*
1.00
1.35

0.16
0.15
1.17

0.00
Panjang Daun x 10 (mm) Lebar Daun (mm) Tebal Daun (mm) Jumlah Daun (helai) Luasan Daun x 10 (cm2)

Bagian Daun

Gambar 3. Karakteristik pada daun lamun T. ciliatum pada kedua stasiun penelitian di Pantai
Kasuso dan Pantai Panrangluhu, Kabupaten Bulukumba.(*: berbeda nyata pada alfa
5% berdasarkan uji t-student; ns: tidak berbeda nyata).

Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.) 89


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

Jumlah daun T. ciliatum yang tumbuh kondisi perairan pada Pantai Kasuso lebih
pada Stasiun Pantai Kasuso memiliki jumlah keruh dibandingkan dengan Pantai
helaian daun yang lebih sedikit Panrangluhu. Hal ini diduga menyebabkan
dibandingkan dengan lamun yang tumbuh kondisi perairannya lebih sedikit
Stasiun Pantai Panrangluhu. Laju mendapatkan pencahayaan matahari,
pertumbuhan lamun berbeda-beda dari sehingga lamun mengupayakan dirinya
lokasi yang satu dengan yang lainnya, dengan memanjangkan tangkai untuk
karena kecepatan atau laju pertumbuhan mendapatkan cahaya matahari dalam
lamun dipengaruhi oleh beberapa faktor melangsungkan proses fotosintesis.
antara lain tingkat kesuburan substrat dan Pemanjangan morfologi lamun tersebut
kandungan nutrien dalam perairan terjadi jika kondisi intensitas cahaya yang
(Kiswara,1992). Ketika kondisi unsur hara rendah (Abal et al., 1994).
pada kolom perairan lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi dalam Diameter batang T. ciliatum yang
substrat, maka lamun akan mengambil unsur didapatkan pada kedua stasiun
hara melalui daun (Supriharyono, 2007). menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata
dengan nilai masing-masing sebesar 2,35 mm
Meskipun panjang dan jumlah daun di Pantai Kasuso dan 2,41 mm di Pantai
memperlihatkan perbedaan yang nyata Panrangluhu (Gambar 4). Ukuran diameter
namun, luasan daun tidak berbeda di kedua batang bisa mencerminkan pertumbuhan
stasiun. Fenomena yang menarik bahwa lamun. Lamun yang memiliki diameter
jumlah daun di Stasiun Panrangluhu lebih batang yang lebar biasanya memiliki
banyak, namun panjang daunnya lebih pertumbuhan yang lambat (Marba & Duarte,
pendek, sehingga luasan daun tidak 1998). Hasil pengukuran rata-rata rhizoma
berbeda di kedua stasiun tersebut. lamun T. ciliatum yang meliputi panjang, dan
diameter rhizome, serta jumlah node dan
Hasil pengukuran rata-rata panjang jarak internode pada rhizoma di kedua
dan diameter batang dari lamun T. ciliatum stasiun penelitian, disajikan pada Gambar 5.
di kedua stasiun penelitian disajikan Gambar
4.Panjang batang T. ciliatum yang Panjang rhizoma T.ciliatum yang terukur
didapatkan pada Stasiun 1 (Pantai Kasuso), di perairan Pantai Panrangluhu lebih
yaitu138,2 mm dan pada Stasiun 2 (Pantai panjang (34,3 mm) dan berbeda nyata
Panrangluhu) sebesar 115,0 mm. Hasil uji t- dengan yang terukur di Pantai Kasuso (29,8
student menunjukkan bahwa panjang mm). Lebih pendeknya rhizoma lamun di
batang lamun T.ciliatum pada Stasiun 1 lebih Pantai Kasuso masih terkait dengan kondisi
panjang dan berbeda nyata dengan Stasiun substrat. Fenomena yang sama ditemukan
2. Berdasarkan pengamatan secara visual, oleh Wangkanusa et al. (2017), di Pantai

16.00
*
14.00
Dimensi Batang (mm)

12.00
10.00 Stasiun 1 Stasiun 2
8.00
11.50
13.82

6.00
4.00 ns
2.00
2.41
2.35

0.00
Panjang Batang x 10 Diameter Batang
(mm) (mm)
Bagian Batang

Gambar 4. Karakteristik pada batang lamun T. ciliatum pada kedua stasiun penelitian di Pantai
Kasuso dan Pantai Panrangluhu, Kabupaten Bulukumba. (*: berbeda nyata pada alfa
5% berdasarkan uji t-student; ns: tidak berbeda nyata).

90 Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.)


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

Tongkeina, Kota Manado bahwa lamun yang yang relatif lebih lebar dibandingkan dengan
hidup pada substrat berlumpur memiliki jenis substrat yang berkomposisi pasir.
rhizoma yang lebih pendek dibandingkan
dengan lamun yang hidup pada substrat Jumlah node T. ciliatum pada kedua
pecahan karang. Lamun yang hidup pada lokasi penelitian masing-masing sebanyak 4
substrat pecahan karang memiliki ukuran buah (Gambar 5) dan tidak menunjukkan
butir sedimen yang kasar dan tingkat perbedaan yang nyata, namun jarak
porositas yang besar dan seragam. Kondisi internode memperlihatkan bahwa jarak
substrat yang lebih berpori lebih labil internode lamun di Pantai Panrangluhu lebih
dibanding substrat yang lebih halus. Olehnya panjang (8,8 mm) dan berbeda nyata
itu agar lamun mampu bertahan maka dengan yang terukur di Panatai Kasuso (7,5
mereka harus memperkuat sistem perakaran mm). Berdasarkan hasil penelitian yang
dan rhizomanya dengan tumbuh lebih dilakukan pada kedua stasiun penelitian
panjang. Selain ketidakstabilan sedimen tersebut, jarak internode berbanding lurus
pada substrat yang lebih kasar, juga terkait dengan panjang rhizoma. Semakin panjang
dengan kandungan hara yang lebih rendah rhizoma maka jarak internode juga semakin
(porositasnya lebih besar: cepat terbilas). panjang seperti yang terukur di Pantai
Menurut Supriharyono (2007), bahwa Panrangluhu.
tingginya unsur hara dalam substrat
menyebabkan akar lamun menjadi lebih Hasil pengukuran rata-rata bagian akar
pendek karena tidak melakukan usaha lebih lamun T. ciliatum yang meliputi panjang, dan
terhadap akarnya dalam mendapatkan diameter akar, serta jumlah akar di kedua
nutrisi. stasiun penelitian disajikan pada Gambar 6.
Panjang akar T. ciliatum yang didapatkan
Diameter rhizoma T. ciliatum yang pada kedua lokasi penelitian yaitu 82,1 mm
terukur di Pantai Kasuso sebesar 4,39 mm dan di Pantai Kasuso dan 77,4 mm di Pantai
di Pantai Panrangluhu sebesar 4,53 mm Panrangluhu. Kedua nilai tersebut tidak
(Gambar 5). Hasil uji t-student menunjukkan berbeda nyata (p>005). Berdasarkan hasil
bahwa kedua nilai tersebut tidak berbeda penelitian yang dilakukan Wangkanusaet al.
nyata (p>0,05). Hasil ini juga seiring dengan (2017) di Pantai Tongkeina Kota Manado
hasil penelitian yang dilakukan Putri et al. bahwa lamun yang hidup pada substrat
(2018), substrat pasir dan bercampur dengan pecahan karang memilikipanjang akar lebih
pecahan karang memiliki diameter rhizoma panjang dan terpendek pada substrat pasir

10.00
*
9.00
Stasiun 1 Stasiun 2
8.80

8.00
Dimensi Rhizoma (mm)

7.00
6.00
5.00 ns
ns
4.00 *
7.50
4.53

4.00

3.00
4.39

4.00

2.00 *
2.98

1.00
3.43

0.00
Panjang Rhiz x 10 (mm) Diameter Rhiz (mm) Jumlah Node (buah) Jarak Internode (mm)

Bagian Rhizoma
Gambar 5. Karakteristik pada rhizoma lamun T. ciliatum pada kedua stasiun penelitian di Pantai
Kasuso dan Pantai Panrangluhu, Kabupaten Bulukumba. (*: terdapat perbedaan yang
nyata pada α 5% berdasarkan uji t-student; ns: tidak berbeda nyata).

Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.) 91


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

9.00 ns
8.00
7.00
Dimensi Akar (mm)

6.00 Stasiun 1 Stasiun 2


*

7.74
5.00

8.21
4.00

4.29
3.00

5.16
2.00
*
1.00

0.97
0.85
0.00
Panjang Akar x 10 Diameter Akar Jumlah Akar
(mm) (mm) (buah)
Bagian Akar

Gambar 6. Karakteristik pada akar lamun T. ciliatum pada kedua stasiun penelitian di Pantai
Kasuso dan Pantai Panrangluhu, Kabupaten Bulukumba. (*: berbeda nyata pada alfa
5% berdasarkan uji t-student; ns: tidak berbeda nyata)

berlumpur. Lamun pada substrat pecahan di Pantai Kasuso sebesar 5,16 buah dan di
karang memiliki ukuran butir sedimen Pantai Panrangluhu sebesar 4,29 buah
yangkasar dan tingkat porositas yang besar (Gambar 6). Substrat yang lebih halus di
dan seragam sehingga memerlukan akar Pantai Kasuso menyebabkan jumlah akar
yang lebih panjang untuk mencengkeram yang lebih banyak untuk mengikat sedimen
kuat substrat agar dapat bertahan dari arus namun ukurannya lebih pendek. Menurut
dan gelombang. Namun dalam penelitian ini, Hasanuddin (2013), ukuran butiran yang lebih
didapatkan panjang akar yang relatif sama. halus, membutuhkan jumlah akar yang lebih
banyak untuk mengikat sedimen.
Meskipun panjang akar tidak
memperlihatkan perbedaan, namun Variabel lingkungan yang diukur pada
diameter akar yang terukur di Pantai kedua lokasi, yaitu suhu, salinitas, kecepatan
Panrangluhu lebih besar (0,97 mm) dan arus, kedalaman, gelombang, nitrat dan
berbeda nyata dibandingkan Pantai Kasuso fosfat. Hasil rata-rata pengukuran variabel
(Gambar 6). Faktor kekasaran substrat lingkungan disajikan pada Tabel 1 dan
menjadi faktor kunci. Substrat di Pantai kandungan nutrient disajikan pada Tabel 2.
Panrangluhu yang memiliki ukuran butir
sedimen yang sangat kasar, dan tingkat Rata-rata nilai parameter di setiap
porositas yang besar dan seragam sehingga stasiun menunjukkan kisaran dan rataan yang
diperlukan akar yang kuat (berdiameter relatif sama, kecuali kecepatan arus yang
besar) untuk mencengkeram substrat. Lamun lebih tinggi di Stasiun Panrangluhu (Tabel 1).
yang hidup di substrat yang ukuran butiran
sedimen kasar atau besar cenderung Kisaran nilai semua kondisi perairan
memiliki perakaran yang lebih kuat masih dalam batas yang normal untuk
dibandingkan yang hidup di substrat dengan kehidupan lamun. Suhu perairan yang
ukuran butir sedimen lebih halus (Barko et al., berkisar 30-31oC di kedua stasiun masih
1991; Fonseca et al., 1998). dalam kondisi yang sesuai untuk
pertumbuhan lamun. Kisaran suhu tersebut
Jumlah akar yang didapatkan pada dapat membantu dalam respirasi lamun dan
kedua lokasi penelitian memperlihatkan sangat mendukung dalam pertumbuhan dan
perbedaan yang nyata. Jumlah akar lamun perkembangan lamun. Menurut Phillips &

92 Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.)


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

Menez (1988), lamun dapat mentolerir suhu subtidal. Kedalaman suatu perairan sangat
perairan antara 26-360C, akan tetapi untuk erat hubungannya dengan penetrasi cahaya
melakukan fotosintesis, suhu lamun yang matahari ke dalam kolom air yang
optimum berkisar antara 28-300C. Demikian digunakan oleh tumbuhan berklorofil untuk
pula untuk kisaran salinitas masih berfotosintesis.
dapatditolerir. Lamun memiliki toleransi
salinitas yang lebar (euryhaline) dengan Kecepatan arus yang didapatkan
adaptasi morfologi daun yang memiliki pada Stasiun Pantai Kauso berkisar 0,03-0,04
kutikula yang tipis sehingga daun mampu m/detik dan Stasiun 2 Pantai Panrangluhu
mengabsorbsi nutrien secara langsung dari berkisar 0,07-0,11 m/detik. Kecepatan arus
kolom air (Stapel et al., 996). Kisaran pada Stasiun Pantai Panrangluhu relatif lebih
kedalaman tempat lamun ditemukan cepat dibandingkan Stasiun Pantai Kasuso.
merupakan perairan yang tergolong Keterbukaan perairan di pantai Panrangluhu
dangkal. Perbedaan kedalaman disebabkan menjadi alasan tingginya kecepatan arus,
karena adanya perbedaan topologi dasar dibandingkan dengan Pantai kasuso yang
perairan baik pada daerah intertidal maupun lebih terlindung. Secara keseluruhan stasiun

Tabel 1. Rata-rata nilai parameter kualitas lingkungan di perairan Pantai Kasuso dan Pantai
Panranglyhu, Kabupaten Bulukumba

Stasiun
Variabel Statistik
Kasuso Panrangluhu
Kisaran 30-31 30-31
Suhu (oC)
Rataan 30,4 30,7
Salinitas (o/oo) Kisaran 33-34 33-34
Rataan 33,7 33,3
Kedalaman (cm) Kisaran 144-180 99-214
Rataan 163 157,7
Kecepatan Arus (m/det) Kisaran 0,03-0,04 0,07-0,17
Rataan 0,039 0,107
Tinggi Gelombang (H1/3) (cm) Kisaran 3-6 2-6
Rataan 3,61 3,53

Tabel 2. Rata-rata nilai kandungan nitrat dan fosfat pada kolom air dan sedimen di perairan Pantai
Kasuso dan Pantai Panranglyhu, Kabupaten Bulukumba

Stasiun
Parameter Statistik
Kasuso Panrangluhu
Kisaran 0,024-0,117 0,016-0,075
NO3 – Air (mG/L)
Rataan 0,047 0,041
PO4-Air (mG/L) Kisaran 0,010-0,019 0,010-0,015
Rataan 0,013 0,012
NO3 Sedimen (mG/L) Kisaran 0,590-1,260 0,460-2,240
Rataan 0,849 1,082
PO4 Sedimen (mG/L) Kisaran 5,110-9,490 1,670-6,370
Rataan 7,083 4,228

Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.) 93


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

penelitian termasuk dalam perairan dengan dimensi, hasil dari analisis PCA yang
kecepatan arus berkategori lambat (Mason, menggambarkan sebaran dari 6 substasiun
1981). Arus dengan kecepatan 0,5 m/detik berdasarkan karakter dari lingkungan dan
mampu mendukung pertumbuhan lamun morfometrik lamun (Gambar 7).
dengan baik. Arus juga sangat penting untuk
membersihkan endapan atau partikel partikel Teridentifikasi 5 kelompok sebaran
pasir yang menempel pada lamun. substasiun berdasarkan karakter lingkungan
dan morfometrik lamun. Kelompok 1, yang
Tinggi gelombang perairan yang terdiri dari Substasiun K-1 dan K-2 yang
didapatkan di kedua stasiun relatif sama. berada di Stasiun Kasuso, dicirikan dengan
Gelombang sangat berpengaruh pada daun yang tebal, akar yang panjang, dan
komunitas lamun yang tumbuh di daerah terkait dengan gelombang yang rendah.
perairan yang dangkal. Sedangkan saat Kelompok II, beranggotakan Substasiun K-3
musim gelombang/ombak yang besar, (Pantai Kasuso), dicirikan oleh panjang daun
kebanyakan daun lamun akan gugur, dan batang yang lebih besar, serta jumlah
terlepas dari batang atau rhizomanya akar yang lebih banyak. Karakter tersebut
(Shortdan Coles, 2003). terkait dengan kandungan fosfat dan nitrat
air yang tinggi dan arus yang lemah.
Untuk kandungan nutrien pada kolom Kelompok III, hanya terdiri dari substasiun PL-1
air juga menunjukkan nilai yang relatif sama yang berada di Stasiun Panrangluhu, dicirikan
antar kedua stasiun. Kisaran nilai kandungan dengan jumlah dan luasan daun serta
nitrat sebesar 0,016-0,117 mG/L tergolong diameter akar yang besar yang terkait
perairan oligotrofik dan mesotrofik, karena dengan kecepatan arus yang kuat.
nilainya masih di bawah 0,29 mG/L Kelompok IV, hanya terdiri dari substasiun PL-2
(Hakanson & Brhyn, 2008). Perbedaan yang berada di Stasiun Panrangluhu, dicirikan
kandungan hara terlihat pada kandungan oleh lebar daun yang besar dan terkait
sedimen, yaitu rata-rata kandungan nitrat di dengan suhu dan kandungan nitrat sedimen
Stasiun Panrangluhu lebih tinggi (1,082 mG/L) yang tinggi. Sedangkan Kelompok V, hanya
dibandingkan Stasiun Pantai Kasuso (0,849 berasal dari substasiun PL-3 (Stasiun Pantai
mG/L). Namun sebaliknya kandungan Fosfat Panrangluhu), dicirikan oleh diameter batang
di Stasiun Pantai Kasuso lebih tinggi (7,083 yang besar, panjang dan diameter rhizoma
mG/L) dibanding Stasiun Pantai Panrangluhu yang besar, serta jarak internode yang lebih
(4,228 mG/L) (Tabel 2). Keterkaitan antara lebar. Karakter tersebut terkait dengan
kondisi lingkungan dan karakteristik lamun T. salinitas dan gelombang yang lebih tinggi
ciliatum disajikan dalam bentuk garfik dua (Gambar 7).

Gambar 7. Analisis Principal Component Analysis (PCA) keterkaitan faktor lingkungan dengan
morfologi lamun

94 Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.)


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

KESIMPULAN Barnabas, A.D. & Naidoo,Y. 1980.


Ultrastructure features of the leaves of
Lokasi Pantai Kasuso dengan substrat Thalassodendron ciliatum (Frossk.) den
berpasir dan terlindung memiliki karakter Hartog. ProceedingElectron Microscopy
daun yang lebih panjang dan tebal, serta in Southern Africa. 10:45-46.
akar yang lebih panjang dengan jumlah akar Barnabas, A.D. 1982. Fine structure of the leaf
yang lebih banyak, sedangkan di Pantai epidermis of Thalassodendron ciliatum
Panrangluhu dengan substrat pasir yang (Forsk.) den Hartog. Aquatic Botany.,
didominasi oleh pecahan karang 12:412-415
memperlihatkan jumlah daun, panjang Barnabas, A.D. 1983. Composition and fme
rhizoma, jarak internode, dan diameter akar structural features of longitudinal veins in
yang lebih besar. Pada kondisi arus yang leaves of Thalassodendron ciliatum.
lemah dengan kandungan nitrat dan fosfat South African Journal of Botany, 2(4): 317-
yang tinggi, lamun T. ciliatum, dicirikan oleh 325
panjang batang dan daun yang lebih besar
Browne, C.M., Milne, R., Griffiths, C., Bolton,
dengan jumlah akar yang banyak.
J.J.& Anderson, R.J. 2013. Epiphytic
Sedangkan pada arus yang kuat, lamun
seaweeds and invertebrates associated
dicirikan oleh jumlah dan luasan daun serta
with South African populations of the
diameter akar yang lebih besar. Daerah
rocky shore seagrass Thalassodendron
dengan gelombang yang tinggi, dicirikan
leptocaulea hidden wealth of
oleh lamun yang memiliki diameter batang
biodiversity. African Journal of Marine
yang lebih besar, rhizoma yang lebih panjang
dengan diameter yang besar, dan jarak Science, 35(4): 523-531. doi : 10.2989/181
internode yang juga lebih panjang. 4232X.2013.864332
Caboco, S., Machas, R.& Santos, R. 2009.
DAFTAR PUSTAKA Individual and Population Plasticity of the
seagrass Zostera noltii along a Vertical
Abal, E.G., Loneragan, N., Bowen,P., Perry, Intertidal Gradient. Estuarine, Coastal
J.,Udy, J.W.& Dennison, W.C. 1994. and Shelf Science, 82(2):301–308.
Physiological and morphological Collier, C. 2013. Illustration of the morphology
responses of the seagrass Zostera of Thalassodendron ciliatum. Integration
capricorni Aschers, to light intensity. and Application Network, Center for
Journal of Experimental Marine Biology Environmental Science, University of
and Ecology, 178(1):113-129. doi Maryland. Maryland USA.
:10.1016/0022-0981(94)90228-3 De Silva, K.H.W.L. & Amarasinghe, M.D., 2007.
Amale, D., Kondoy, K.I., & Rondonuwu,A.B. Substrate characteristics and species
2016. Struktur Morfometrik Lamun diversity of marine angiosperms in a
Halophila ovalis di Perairan Pantai micro-tidal basin estuary on west coast of
Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Sri Lanka. Sri Lanka Journal Aquatic
Manado dan Pantai Mokupa Sciences. 12:103 114. doi : 10.4038/sljas.
Kecamatan Tombariri, Kabupaten v12i0.2217.
Minahasa. Jurnal Ilmiah Platax, 4(2):67- Ducker, S.C., Pettitt, J.M., & Knox, R.B.. 1978.
75. Biology of Australian seagrasses: Pollen
APHA. 2017. Standrad Methods for the development and submarine pollination
Examination of Water and Wastewater. in Amphibolis antarctica and
23rd edition. American Public Health Thalassodendron ciliatum
Association. 800 1 Street, NW. Washington (Cymodoceaceae). Australian Journal of
DC, 20001-3710. Botany, 26(3):265–285. doi :10.1071/BT9
Barko, J.W., Gunnison, D.,& Carpenter, S.R. 780265
1991. Sediment interaction with Duarte, M.C., Bandeira, S. & Romeiras, M.M.
submersed macrophyte growth and 2012. Systematics and Ecology of a New
community dynamics. Aquatic botany, Species of Seagrass (Thalassodendron,
41(1-3): 41-65. doi: 10.1016/0304-3770(91) Cymodoceaceae) from Southeast
90038-7 African Coasts. Journal for Botanical

Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.) 95


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

Nomenclature, 22(1):16-24. doi :10.3417/ McDonalds, A., Prado, P., Heck, K.,
2010079 Fourqurean, J.W., Frankovich, T., Dunton,
Fonseca, M.S., KenworthyW.J. & Thayer, G.W. K.H. & Cebrian, J. 2016. Seagrass growth,
1998. Guidelines for the conservation and reproductive, and morphological
restoration of seagrasses in the United plasticity across environmental gradients
States and adjacent waters, Silver Spring over a large spatial scale. Aquatic
(MD) National Oceanic and Atmospheric Botany, 134:87-96. doi : 10.1016/j.aqua
Administration (NOAA) Coastal Ocean bot.2016.07.007
Office, NOAA Coastal Ocean Program Phillips, R.C. & Menez, E.G. 1988. Seagrass.
Decision Analysis Series no. 12. Smithsonian Institution Press, Washington,
Hakanson, L.& Brhyn, A.C.2008.Eutrophication D.C.
intheBalticSeaPresentSituation, Nutrien Pranata, A., Suwastika, I.N. & Paserang, A.P.
Transport Processes, Remedial Strategies. 2018. Jenis - jenis Lamun (Seagrass) di
Springer-Verlag Berlin Heidelberg Kecamatan Tinangkung, Banggai
Kay, Q.O.N. 2008. Floral structure in the Kepulauan, Sulawesi Tengah. Natural
marine angiosperms Cymodocea Science: Journal of Science and
serrulata and Thalassodendron ciliatum Technology, 7(3):349-357.
(Cymodocea ciliata).Botanical Journal of Priosambodo, D. 2007. Sebaran Jenis-Jenis
the Linnean Society, 64(4): 423-429. doi : Lamun Di Sulawesi Selatan.Jurnal
10.1111/j.1095-8339.1971.tb02155.x Bionature, 8(1): 8-17.
Kiswara, W. 1992. Vegetasi lamun (seagrass) Putri, I.A.R.M., Dirgayusa, I.G.N.P.,& Faiqoh, E.
di rataan terumbu Pulau Pari, PulauPulau 2018. Perbandingan Morfometrik dan
Seribu Jakarta. Oseanologi di Indonesia, Meristik Lamun Halophila ovalis di
25:31-49. Perairan Pulau Serangan dan Tanjung
Kiswara, W. & Azkab, M.H. 2000. Spesismen Benoa, Bali. Journal of Marine and
Lamun (Seagrass) yang Tersimpan di Aquatic Sciences, 4(2):213-224.
dalam Koleksi Referensi Puslitbang Sahertian, D.E. & D. Wakano. 2017. Laju
Oseanologi-LIPI, Jakarta.Pusat Penelitian Pertumbuhan Daun Enhalus Acoroides
dan Pengembangan Oseanologi- Pada Substrat Berbeda Di Perairan Pantai
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Desa Poka Pulau Ambon. Jurnal Biology
Jakarta. Science & Education, 6(1):62-68
Kiswara, W. 1996. Inventory of Seagrass in Sakey, W.F., Wagey, B.T.,&Gerung G.S. 2015.
Kuta and Gerupuk Bays, Lombok Variasi Morfometrik Pada Beberapa
Indonesia. Seagrass Biology : Lamun di Perairan Semenanjung
Proceedings of an international workshop Minahasa. Jurnal Pesisir dan Laut,1(1):1-7.
Rotness Island Western Australia 25-29 Short, F.T. & Coles, R.G. 2003. Global Seagrass
January 2006. pp 27-32. Research Methods. Elsevier Science.
Marba, U. & Duarte, C.M. 1998. Rhizome Netherlands.
elongation and seagrass clonal growth. Sjafrie, N.D.M., Hernawan, U.E., Prayudha, B.,
Mar. Ecol. Prog. Ser., 174(11):269-280. Supriyadi, I.H., Iswari, M.Y., Rahmat, K.
Mashoreng, S., Rahman, R., Rahman, Anggraini, Rahmawati, S., & Suyarso.
N.A.,&Rahman, F.N .2019a. Serapan 2018. Status padang lamun Indonesia
Karbon Lamun Thalassodendron ciliatum 2018. Ver. 02. Coremap-CTI – Pusat
di Perairan Panrangluhu Kabupaten Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta.
Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan. Stapel, J. Aarts, T.L., van Duynhoven, B.H.M.,
Prosiding Simposium Nasional Kelautan de Groot, J.D., van den Hoogen, P.J.W.
dan Perikanan VI, Universitas & Hemminga, M.A. 1996. Nutrient uptake
Hasanuddin, Makassar, 21 Juni 2019. by leaves and roots of the seagrass
Mashoreng, S., Alprianti, S., Samadi, W., Isyrini, Thalassia hemprichii in the Spermonde
R. & Inaku, D.F. 2019b. Serapan Karbon Archipelago, Indonesia. Marine Ecology
Lamun Thalassia Hemprichii Pada Progress Series., 134(4):195-206
Beberapa Kedalaman. Spermonde: Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem
Jurnal Ilmu Kelautan, 5(1):11-17. doi : Sumber Daya Hayati. (1stEd.)
10.20956/jiks.v5i1.7031 Yogyakarta, Indonesia. Pustaka Pelajar

96 Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.)


Jurnal Kelautan Tropis Maret 2020 Vol. 23(1):85-97

Verheij, E. 1993. Marine Plants On The Reefs of Kerapatan dan Karakter Morfometrik
The Spermonde Archipelago, SW Lamun Enhalus acoroides Pada Substrat
Sulawesi, Indonesia : Aspect of yang Berbeda Di Pantai Tongkeina Kota
Taxonomy, Floristics and Ecology. Rijks Manado. Jurnal Ilmiah Platax, 5(2):210-
herbarium/Hortus Botanicus. Leiden. 320 220
pp. Yunitha, A., Wardianto, Y. & Yulianda, F. 2014.
Wagey, B.T. 2013. Morphometric Analisis of Diameter Substrat dan Jenis Lamun di
Seagrass Species In Negros Oriental. Pesisir Bahoi Minahasa Utara: Sebuah
Jurnal Ilmiah Sains, 13(2):93–97 Analisis Korelasi. Jurnal Ilmu Pertanian
Wangkanusa, M.S., Kondoy, K.I.F., & Indonesia, 19(3):130-135.
Rondonuwu, A.B. 2017. Identifikasi

Karakteristik Morfologi Lamun Thalassodendron ciliatum (C. Rani et al.) 97

You might also like