You are on page 1of 11

JurnalIlmiahPlatax Vol.

5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

IDENTIFIKASI KERAPATAN DAN KARAKTER MORFOMETRIK LAMUN


Enhalus acoroides PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA DI PANTAI
TONGKEINA KOTA MANADO
(Study on Density and morphometrics of seagrass Enhalus acoroides from
Different Substrates on Coastal Waters of Tongkeina, City of Manado)

Metris S. Wangkanusa¹, Dr. Khristin I. F. Kondoy, S.Pi., M.Si²., Ir. Ari B.


Rondonuwu, M.Sc., M.Si2
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara.
Phone/Email: psmsdp@yahoo.co.id
2
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRACT
This research was conducted in coastal waters of Tongkeina, Bunaken
Sub-district, Manado City, North Sulawesi. The purpose of this research is to
know the density and morphometric characters of seagrass, Enhalus acoroides
on different substrates in Tongkeina waters. Data collection was conducted by
using quadrant transect method. At the location of the study, three data retrieval
points consist of muddy substrate, muddy sand substrate, and rubble were
established. To collect data, 6 quadrant transects were lied down parallel to the
coastline along the seagrass bed with a total distance of 50 m while the distance
of 10 m between quadrant were applied. At each sampling point a 50 cm x 50 cm
quadrant transect is placed systematically on 6 points in the each sub-station.
Density observation was done by counting the number of seagrass stands on the
transect at each observation point at each station. Pictures were taken with a
waterproof camera and were classified accordingly based on the size of the
squares. The highest numbers seagrass and morphometric characters of
seagrass were found on the muddy substrate. This is because the substrate
relatively in quiet waters and the growth of the seagrass is more concentrated on
the length and width of the leaf. While the peak of the leaf blade is often eroded
by the wave energy and the openness of the study site to the tides in relatively
shallow waters, it could be also caused by environmental factors such as the
strong currents that obtained at these stations. This fact also contributing to
cause the growth of seagrasses is centered on leaves and roots as a form to
defend themselves on fine sediments. Density and morphometric of seagrass
such as leaf length, leaf width, and root length on the substrate indicate
significant value or show a relationship.
Keyword : Density, morphometrics, seagrass
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di perairan pantai Tongkaeina Kecamatan
Bunaken Kota Manado Sulawesi Utara. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui Kerapatan dan karakter morfometrik Lamun Enhalus acoroides
pada substrat yang berbeda di perairan Tongkeina. Manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan mampu memberikan
kontribusi bagi upaya pengelolaan Lamun Enhalus acoroides di Desa Tongkeina
di masa yang akan datang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
metode transek kuadran. Pada lokasi penelitian, di tentukan tiga titik
pengambilan data, yaitu substrat berlumpur, substrat pasir berlumpur, dan

210
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

pecahan karang (rubble). Pada setiap kedalaman diletakkan 6 transek ulangan


kuadran sejajar dengan garis pantai sepanjang areal lamun dengan jarak 50 m
sedangkan jarak antara kuadran 10 m. Pada tiap stasiun untuk pengambilan
sampel diletakan secara sistematis transek kuadran 1 x 1 sebanyak 6 titik pada
tiap sub-stasiun. Untuk pengamatan kerapatan dilakukan dengan menghitung
jumlah tegakan lamun dalam transek pada setiap titik pengamatan pada setiap
stasiun. Kemudian mengambil gambar dengan kamera kedap air dan gambar
diambil sesuai dengan ukuran kuadrat. Kerapatan dan morfometrik lamun
tertinggi ditemukan pada substrat berlumpur, hal ini disebabkan karena pada
substart belumpur perairannya relatif tenang dan pertumbuhan lamun lebih
terpusat pada panjang dan lebar daun. Sedangkan puncak dari helaian daun
seringkali terkikis oleh energi gelombang dan keterbukaan terhadap pasang surut
pada perairan yang relatif dangkal juga disebabkan oleh faktor lingkungan seperti
arus yang kuat didapatkan pada stasiun ini menyebabkan pertumbuhan lamun
terpusat pada daun dan akar untuk mempertahankan diri pada sedimen halus.
Kerapatan dan morfometrik lamun seperti panjang daun, lebar daun, dan panjang
akar terhadap substrat menunjukkan nilai yang signifikan atau memperlihatkan
adanya hubungan.
Kata kunci: Kerapatan, morfometrik, lamun.

PENDAHULUAN padat atau pun jarang (Azkab,


Sumberdaya lautan perikanan 2006). Padang lamun juga adalah
merupakan salah satu sumberdaya salah satu vegetasi pantai yang bisa
yang terpenting untuk dapat menjadi solusi dalam pencegahan
meningkatkan ekonomi penduduk perubahan iklim. Dalam beberapa
Indonesia pada saat ini. Hal ini tahun terakhir, peran padang lamun
disebabkan oleh Indonesia sebagai salah satu penyerap karbon
mempunyai kawasan perairan laut Emisi di laut yang sedang dibahas
yang sangat luas dengan luas (Duarte, et al., 2005, 2011) dalam
kawasannya mencapai 3,1 juta km2 Kondoy (2014)
dengan panjang garis pantai 81.000 Menurut Kiswara (2004),
km (Dahuri, dkk., 2001). Salah satu kerapatan jenis lamun dipengaruhi
potensi sumberdaya alam yang oleh faktor tempat tumbuh dari
melimpah di Indonesia adalah lamun tersebut. Beberapa faktor
Lamun. yang mempengaruhi kerapatan jenis
Lamun merupakan tumbuhan lamun diantaranya adalah
berbunga (Angiospermae) yang kedalaman, kecerahan, arus, air
dapat tumbuh dan mampu hidup dan tipe substrat. Selain itu
terendam di bawah permukaan air morfologi lamun juga berpengaruh
di lingkungan laut dangkal. terhadap kerapatan jenis lamun.
Tumbuhan dari kelompok ini Fungsi dan peranan lamun,
biasanya membentuk komunitas bergantung pada jumlah helaian
yang lebat yang disebut padang daun, panjang daun, lebar daun,
lamun (Wood dkk.,1969). Padang serta biomassa total, kesemua itu
lamun merupakan hamparan sangat ditentukan kondisi
tumbuhan lamun yang menutupi setempat. Hal ini merupakan salah
suatu area laut dangkal yang dapat satu parameter yang sangat penting
terbentuk dari satu jenis lamun saja untuk diketahui dalam usaha
(monospesifik) atau lebih (mixed pengelolaan sumberdaya lamun di
vegetation) dengan kerapatan yang suatu daerah

211
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

Hampir semua tipe substrat Dengan adanya penelitian ini


dapat ditumbuhi lamun, mulai dari diharapkan dapat memperoleh
substrat berlumpur sampai substrat gambaran mengenai identifikasi
berbatu. Padang lamun yang luas kerapatan karakter morfometrik
lebih sering ditemukan di substrat Enhalus acoroides di daerah
lumpur-berpasir yang tebal antara spemanfaatan seperti Tongkaina
hutan rawa mangrove dan terumbu Kecamatan Bunaken sehingga
karang. Substrat berperan dapat di jadikan sebagai informasi
menentukan stabilitas kehidupan awal bagi penelitian selanjutnya
lamun, sebagai media tumbuh bagi yang berhubungan dengan
lamun sehingga tidak terbawa arus kerapatan karakter morfometrik
dan gelombang, sebagai media Enhalus acoroide pada substrat
untuk daur dan sumber unsur hara. yang berbeda di perairan Sulawesi
Perbedaan komposisi jenis substrat Utara.
dapat menyebabkan perbedaan Tujuan Penelitian
komposisi jenis lamun, juga dapat Adapun tujuan dari penelitian
mempengaruhi perbedaan ini adalah :
kesuburan dan pertumbuhan lamun. 1. Untuk mengetahui kerapatan
Hal ini didasari oleh pemikiran dari lamun Enhalus acoroides.
bahwa perbedaan komposisi ukuran 2. Mendeskripsikan karakter dari
butiran pasir akan menyebabkan morfometrik lamun Enhalus
perbedaan nutrisi bagi pertumbuhan acoroides pada substrat yang
lamun dan proses dekomposisi dan berbeda.
meneralisasi yang terjadi di dalam Manfaat
substrat (Kiswara,1992). Manfaat yang diharapkan dari
Studi tentang lamun melalui penelitian ini dapat menjadi sumber
penelitian- penelitian yang telah informasi dan mampu memberikan
kontribusi bagi upaya pengelolaan
dilakukan di wilayah perairan
lamun Enhalus acoroides di Desa
Sulawesi Utara sudah cukup banyak Tongkeina di masa yang akan datang.
seperti (Wagey dkk, 2016) namun
khusus Pantai Tongkaina untuk METODOLOGI PENELITIAN
spesies Enhalus acoroides untuk
mengidentifikasi kerapatan karakter Penelitian ini dilaksanakan di
Morfometrik lamun E. acoroides Pantai Tongkaina Kecamatan Bunaken
pada substrat yang berbeda Kota Manado pada bulan juli 2016
dipantai Tongkaina Kecamatan gambar 1. Lokasi penelitian dilakukan
Bunaken Kota Manado, belum ada pada tiga stasiun berdasarkan
sama sekali. bentuksubstrat lihat tabel 1.

Table 1. Lokasi penelitian berdasarkan bentuk substrat


No Stasiun Titik Koordinat
1 Berlumpur 1°34'57"LU - 124°49'08"BT
2 Pasir Berlumpur 1°34'59"LU-124°49'07"BT
3 Pecahan Karang 1°35'01."LU-124°49'05"BT

212
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Analisis Data mencakup panjang daun, lebar daun,


Analisis data dari sampel yang panjang akar dan panjang rhizoma.
sudah di peroleh mencakup beberapa Panjang daun diukur dari ujung hingga
tahap, yaitu : pangkal daun, sedangkan lebar daun
1. Kerapatan jenis lamun diukur pada bagian yang paling lebar.
Untuk pengamatan kerapatan Daun dan akar yang sudah terpotong
dilakukan dengan menghitung jumlah tidak diukur. Selanjutnya menggunakan
tegakan lamun dalam transek pada metode grafik untuk membandingkan
setiap titik pengamatan pada setiap bagian-bagian dari morfologi lamun.
stasiun. Kerapatan lamun dihitung 3. Mengukur Parameter Lingkungan
dengan rumus (Brower, et al, 1990). Parameter lingkungan yang di
ukur mencakup Salinitas, Suhu, pH,
substar, Alat yang di gunakan adalah
Keterangan : Salinometer, Thermometer dan pH
D : Kerapatan jenis (tegakan/m2) meter. Pengukuran Salinitas, pH dan
Ni : Jumlah tegakan Suhu di lakukan 3 kali ulangan dalam
A : Luas daerah yang disampling (m2) tiap sub-stasiun.
2. Karakter Morfometrik
Perhitungan karakter morfometrik
HASIL DAN PEMBAHASAN
lamun Enhalus acoroides di lakukan
Kerapatan Lamun
secara visual dengan melihat
Berdasarkan hasil penelitian yang
kenampakan luarnya. Pengukuran
diperoleh bahwa rata-rata kerapatan
dilakukan dengan menggunakan
lamun tertinggi ditemukan pada
mistar, bagian-bagian yang di ukur
substrat berlumpur sebesar 1,2 ± SEM

213
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

0,8 tegakan/m2, kemudian diikuti kerapatan lamun Enhalus acoroide


substrat pasir berlumpur dengan rata- yang hidup pada substrat lumpur
rata kerapatan sebesar 0,96 ± SEM 0,7 secara signifikan lebih tinggi di
tegakan/m2 dan yang terendah bandingkan yang hidup pada substrat
ditemukan pada substrat dengan rata- pasir, dan kerapatan terendah substrat
rata kerapatan sebesar 0,56 ± SEM 0,4 pecahan karang. (Gambar 4)
m2 dengan hasil ini menunjukan bahwa

1.8

1.6

1.4
Kerapatan (ind/m2)

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Belumpur Pasir Berlumpur Pecahan Karang
Substrat

Gambar 4. Rata-rata Kerapatan Enhalus acoroide pada stasiun penelitian

60

50
Panjang Daun (cm)

40

30

20

10

0
Belumpur Pasir Berlumpur Pecahan Karang
Substrat

Gambar 5. Rata-rata panjang daun pada setiap stasiun penelitian

214
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

Tabel 2. Hasil pengukuran lamun Enhalus acoroides di perairan Tongkaina


Panjang
No stasiun Panjang Lebar daun Panjang Rhizoma
Daun (cm) (cm) Akar (cm) (cm )
6,3-7,1
1. Substrat 42,6-70,3 1-1,5 5,1-16,9
berlumpur
4,1-8,9
2. Substrat pasir 23,6-45,1 1-1,1 3,1-10,9
berlumpur
Substrat 4,2-5,5
3. pecahan karang 31-48,6 0,9-1,1 10,5-17,5

1.4

1.2

1
Lebar Daun (cm)

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Belumpur Pasir Berlumpur Pecahan Karang
Substrat

Gambar 6. Rata -rata Lebar Daun pada setiap stasiun penelitian

16

14

12
Panjang Akar (cm)

10

0
Belumpur Pasir Berlumpur Pecahan Karang
Substrat

Gambar 7. Rata –rata panjang akar pada setiap stasiun penelitian

215
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

6
Panjang Rhizoma

0
Belumpur Pasir Berlumpur Pecahan Karang
Substrat

Gambar 8. Rata- rata panjang Rhizoma pada stasiun penelitian

Lebar daun lingkungan lainnya seperti suhu,


Nilai rata-rata lebar daun yang salinitas dan pH ketiga stasiun ini
didapatkan pada stasiun berlumpur masih berada pada kisaran yang sesuai
yaitu 1.16 ± SEM 1.07, pada stasiun untuk keberadaan lamun.
pasir berlumpur yaitu 0.84 ± SEM 0.63,
Panjang Akar
sedangkan pada stasiun pecahan
Nilai rata-rata panjang akar yang
karang 0.8 ± SEM 0.60 (Gambar 6)
didapatkan pada penelitian ini pada
Pada hasil yang diperoleh
stasiun substrat berlumpur 8.52± SEM
panjang daun dan lebar daun ketiga
5.51, stasiun substrat pasir berlumpur
stasiun yang stasiun substrat
yaitu 7.2 ± SEM 5.95, dan pada stasiun
berlumpur, pasir berlumpur dan
pecahan karang 10.98 ± SEM 8.00
pecahan karang berbedah, dan
(Gambar 7)
selanjutnya hasil uji lanjut
mempertegas bahwa lamun yang hidup Dari data yang di dapatkan
di substrat berlumpur mempunyai daun substrat pecahan karang memiliki
terpanjang dan yang terpendek panjang akar tertinggi dan yang
ditemukan pada substrat pecahan terendah pada substrat Pasir
karang. Hal ini disebabkan karena berlumpur. Hal ini disebabkan karena
lamun pada substrat lumpur memiliki lamun pada substrat pecahan karang
ukuran butir sedimen yang lebih halus. memiliki ukuran butir sedimen yang
Dengan ukuran butiran halus tersebut kasar dan tingkat porositas yang besar
sehingga membutuhkan lebih banyak dan seragam sehingga memerlukan
akar untuk mengikat sedimen. Seperti akar yang lebih panjang untuk
yang dijelaskan Bengen, (2002) salah mencengkeram kuat substrat supaya
satu fungsi padang lamun yaitu dapat bertahan dari arus dan
mengikat sedimen dan menstabilkan gelombang.
substrak lunak, dengan sistem Fraksi sedimen juga memainkan
perakaran yang padat dan saling peranan dalam sistem perakaran
menyilang. Sedangkan parameter lamun. Lamun yang hidup di substrat

216
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

yang ukuran butiran sedimen kasar pertumbuhan lamun. Hal ini didasari
atau besar cenderung memiliki oleh pemikiran bahwa perbedaan
perakaran yang lebih kuat komposisi ukuran butiran pasir akan
dibandingkan yang hidup di substrat menyebabkan perbedaan nutrisi bagi
dengan ukuran butir sedimen lebih pertumbuhan lamun dan proses
halus (Badaria, 2007). Sedangkan dekomposisi dan menteralisasi yang
parameter lingkungan lainya seperti terjadi di dalam substrat.
suhu, salinitas, pH pada ketiga stasiun Kerapatan dan morfometrik
masi berada pada kisaran yang sesuai lamun tertinggi ditemukan pada
untuk keberadaan lamun. substrat berlumpur. Hal ini disebabkan
karena pada substart belumpur
Panjang Rhizoma
perairannya relatif tenang. Pada
Nilai rata-rata panjang rhizoma
perairan tenang pertumbuhan lamun
yang didapatkan pada penelitian ini
lebih terpusat pada panjang dan lebar
yaitu pada stasiun substrat berpasir
daun. Sedangkan puncak dari helaian
4.08± SEM 2.41, stasiun substrat pasir
daun seringkali terkikis oleh energi
berlumpur yaitu 5.36 ± SEM 3.81, dan
gelombang dan keterbukaan terhadap
pada daerah stasiun pecahan karang
pasang surut pada perairan yang relatif
yaitu 4.8 ± SEM 4.54 (Gambar 8).
dangkal, juga disebabkan oleh faktor
lingkungan seperti arus yang kuat
Dari data yang di dapatkan
didapatkan pada stasiun ini,
stasiun substrat berlumpur memiliki
menyebabkan pertumbuhan lamun
rhizoma terendah dan yang tertinggi terpusat pada daun dan akar untuk
pada substrat pecahan karang, hal ini mempertahankan diri pada sedimen
disebabkan karena lamun pada halus.
substrat pecahan karang memiliki Kerapatan dan morfometrik lamun
ukuran butir sedimen yang kasar dan
seperti panjang daun, lebar daun, dan
tingkat porositas yang besar dan
panjang akar terhadap substrat
seragam. Khususnya sedimen organik menunjukkan nilai yang signifikan.
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
lamun. Sedangkan parameter Parameter Lingkungan Perairan
lingkungan lainya seperti suhu, salinitas
Parameter fisika dan kimia suatu
dan pH ketiga stasiun ini masih berada perairan memegang peranan penting
pada kisaran yang sesuai untuk bagi kehidupan lamun. Keadaan
keberadaan lamun. parameter fisika-kimia optimum sangat
Kerapatan Karakter Morfometrik dibutuhkan oleh tumbuhan lamun untuk
Lamun Enhalus acoroides pada menunjang kehidupannya. Berdasarkan
Substrat. hasil penelitian di Perairan Pantai
Menurut Tomascik dkk. (1997), Tongkeina, adapun parameter yang
Enhalus acoroides merupakan spesies diukur pada stasiun penelitian adalah
yang paling umum ditemukan di suhu, salinitas dan pH. Dapat dilihat
sedimen halus hingga lumpur tetapi pada table 3.
pada sedimen sedang hingga kasar Jenis substrat yang di dapat pada
tetap dapat tumbuh sebab akar- perairan pantai Tongkeina, adalah
akarnya panjang dan kuat sehingga substar berlumpur, substrat pasir
mampu menyerap makanan dengan berlumpur dan pecahan karang atu
baik dan dapat berdiri dengan kokoh. puing karang (Rubble). Diketahui
Substrat menentukan sejauh bahwa substrat yang lebih dekat
mana lamun tumbuh, umumnya lamun dengan mangrove kebanyakan
tumbuh pada substrat berlumpur bersubstrat lumpur disebabkan
sampai substrat berbatu. Perbedaan kemampuan mangrove dalam
komposisi jenis substrat dapat menangkap sedimen (Datta dkk. 2012).
menyebabkan perbedaan komposisi
jenis, lamun juga dapat mempengaruhi
perbedaan kesuburan dan

217
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

Tabel 3. Parameter Fisika dan kimia di Pantai Tongkeina


Parameter Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Substar Berlumpur SubstarPasir Substrat pecahan
Berlumpur karang
Suhu (°C) 29 28,77 28,34
Salinitas (‰) 28,3 28,3 28.7
pH 7 7 6

KESIMPULAN DAN SARAN dan morfometrik lamun sepanjang


pertumbuhannya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
DAFTAR PUSTAKA
telah dilakukan dapat ditarik
Azkab, M.H., 2006. Ada apa dengan
kesimpulan sebagai berikut:
Lamun. Oseana, Volume XXXI,
1. Rata-rata kerapatan lamun
Nomor 3, 2006: 45-55. Pusat
tertinggi ditemukan pada substrat
penelitian dan pengembangan
berlumpur diikuti substrat pasir
Oseanologi-LIPI. Jakarta.
berlumpur dan yang terendah
Badaria, S., 2007. SKRIPSI. Laju
ditemukan pada substrat pecahan
Pertumbuhan Daun Lamun
karang. Tingginya kerapatn E.acoroides
(Enhalus acoroides) Pada Dua
pada substrat lumpur disebabkan
Substrat Yang Berbeda Di Teluk
perairan yang relatif sehingga sangat
Banten. Program Studi Ilmu dan
mendukung untuk pertumbuhan lamun.
Teknologi Kelautan, Fakultas
2. Spesies Enhalus acoroides di
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Tongkeina yang diukur antara lain
Institut Pertanian Bogor.
panjang daun berkisar 42,6-70,3 cm di
Bengen. D.G., 2002. Sinopsis:
daerah substrat berlumpur,23-45,1 cm
Ekosistem Dan Sumberdaya
didaerah substrat pasir berlumpur dan
Alam Pesisir Dan Laut Serta
substrat pecahan karang adalah 31-
Prinsip Pengelolaannya. Pusat
48,6 cm. Lebar daun berkisar 1-1,5 cm
Kajian Sumberdaya Pesisir Dan
pada daerah substrat berlumpur , 1-
Lautan. Institut Petanian Bogor
1,1 cm substrat pasir berlumpur dan
(IPB). Bogor
substart pecahan karang 0,9-1,1cm.
Brower, J.E.; Zar, J.H. & Von Ende,
panjang akar berkisar 5,1-16,9 cm
C.N., 1990. Field and laboratory
pada daerah substrat berlumpur, 3,1-
methods for general ecology. 3rd
10,9 cm daerah substrat pasir
ed. Dubuque
berlumpur dan substrat pecahan
Dahuri R., Rais Y., Putra S., G. Sitepu,
karang 10,5-17,5 cm. Panjang rhizoma,
M.J. 2001. Pengelolaan
6,3-71 cm daerah substrat berlumpur,
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
4,1- 8,9 cm daerah substarat pasir
Lautan Secara Terpadu. PT.
berlumpur dan pada daerah pecahan
Pradnya Paramita. Jakarta.
karang 4,2-5,5 cm. Spesies Enhalus
Data D, Chattopadhyay RN, Guha P.
acoroides umumnya tumbuh di daerah
2012. Community based
substrat pasir berlumpur sampai pasir
mangrove management: A review
kasar di daerah perairan laut dangkal
on status and sustainability.
sampai estuaria. Jadi jenis substar
Journal of Enviromental
berpengaruh terhadap kerapatan dan
Management. 107: 84 97.
morfometrik Lamun Enhalus acoroides
Den Hartog. 1970. The seagrass of the
Saran
world. North Holland Publising
Perlu dilakukan penelitian lebih
Company.London
spesifik mengenai faktor lingkungan
Den Hartog., 1977. Structure, Function
yang paling mempengaruhi kerapatan
and Clasification in Seagrass

218
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

Comunities. Marcell Dekker. New Hutomo, M., 1999. Proses Peningkatan


York. Nutrient Mempengaruhi
Djais. F. H., Anzori S.,Yvonne, I.P., Kelangsungan Hidup Lamun. LIPI
Pandu, P., 2002. Modul Kiswara W. 2004. Kondisi Padang
Sosialisasi dan Orientasi Lamun (seagrass) di Teluk
Penataan Ruang Laut, Pesisir Banten 1998 – 2001. Pusat
dan Pulau-pulau Kecil. Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Jendral Pesisir Dan Pulau-pulau Oseanologi – Lembaga Ilmu
Kecil, Dinas Kelautan Dan Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Perikanan. Jakarta. Kiswara W. 1997. Inventarisasi dan
Erftemeijer P I. A dan Middelburg. J.J. evaluasi Sumberdaya pesisir :
1993. Sediment-nutrient Struktur Komunitas padang
Interactions in Tropical Seagrass Lamun di Teluk Banten. Makalah
Beds: a Comparison Between a Biologi Indonesia XV. Jakarta,
Terrigenous and a Carbonate Indonesia.
Sedimentary Environment in Kiswara, W. 1992. Vegetasi lamun
South Sulawesi (Indonesia). (seagrass) di rataan terumbu
Marine Ecology Progress Series, Pulau Pari, Pulau-Pulau Seribu,
Vol,102: 187-198. Netherlands Jakarta. Oseanologi di Indonesia
Institute of Ecology, Centre for 25 : 31 – 49.
Estuarine and Coastal Ecology. Kondoy, K.I.F., E.Y. Herawati, M.
Netherland Mahmudi, R. Azrianingsih. 2014.
Faiqoh, E. 2006. Laju Pertumbuhan CO2 application as growth
dan Produksi Daun Enhalus stimulatorof sea grass, Thalassia
acoroides (L.f) Royle di Pulau hemprichii under laboratory
Burung , Kepulauan Seribu, conditions. Juornal of Biodiversity
Jakarta. Skripsi. Fakultas and Environmental Sciences.Vol
Perikanan dan Ilmu Kelautan. 5 (6).
IPB. Bogor. Lanuru, M. 2011. Bottom Sediment
Hendra, 2011.Pertumbuhan dan Characteristics Affecting the
Produksi Biomassa Daun Lamun Success of Seagrass (Enhalus
Halophyla ovalis, Syringodium acoroides) Transplantation in the
isoetifolium, dan Halodule Westcoast of South Sulawesi
uninervis Pada Ekosistem (Indonesia). 3rd International
Padang Lamun di Perairan pulau Conference on Chemical,
Barrang Lompo.Jurusan Ilmu Biological and Environmental
Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Engineering. IPCBEE vol. 20
dan Perikanan. Universitas (2011)© (2011) IACSIT Press,
Hasanuddin. Makassar Singapore.
Hutabarat, S dan Evans, S. 1986. McKenzie, L. 2008. Seagrass Watch.
Pengantar Oseanografi. Penerbit, Prosiding of Workshop for
Universitas Indonesia. Press. Mapping Seagrass Habitats in
Jakarta. North East Arnhem Land,
Hutabarat, S., dan Evans, S. 2000. northern Territory. 18-20 Oktober.
Pengantar Oseanografi. Cairns, Australia. Hal : 9-16.
Universitas Indonesia (UI-Press). Moore, K.A., 1996. Zoostera marina
Jakarta (eelgrass) growth and survival
Hutomo H. 1997. Padang lamun along a gradient of nutrients and
Indonesia : salah satu ekosistem turbudity in the lower
laut dangkal yang belum banyak Chesapeake Bay. Marine Ecology
dikenal. Puslitbang Oseanologi- Progress series 142:247-259..
LIPI. Jakarta. 35 pp. Nontji. A. 2009. Rehabilitasi Ekosistem
Lamun dalam Pengelolaan

219
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN: 2302-3589

Sumberdaya Pesisir. Lokakarya Skripsi. Fakultas Perikanan dan


Nasional I Pengelolaan Ilumu Kelautan. IPB. Bogor
Ekosistem Lamun. 18 November Wagey, B.T. 2013a. Variasi
2009. Jakarta, Indonesia. morfometrik beberapa jenis
Nybakken JW., 1992. Biologi Laut lamun di perairan kelurahan
Suatu Pendekatan Ekologis. tongkeina kecamatan bunaken.
Penerbit PT. Gramedia Jakarta. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis,
Patiri, J. 2013. Sintasan dan Volume 3 (6)
Pertumbuhan semaian lamun Wagey, B.T. Lasabuda R., Tilaar F.,
Enhalus acoroides di Perairan Katuuk V. 2016. Spatial
Pulau Barrang Lompo. Skripsi. Morphological Variability of the
Fakultas Ilmu Kelautan dan Seagrass Halophila ovalis (R.Br.)
Perikanan Universitas Hooker f in Minahasa Peninsula.
Hasanuddin. Makas Asian Journal of Biodiversity
Soedharma D, D.G. Bengen, N.P. Volume 7: 56-78
Zamani. 2007. Jenis-Jenis Wagey, B.T. 2015. Morfometric study
Lamun. Sistem Informasi Ekologi on the Leaf Width of the
Laut Tropis, Institut Pertanian seagreass, Halodule in Relation
Bogor. to Density, Exposure, Light and
Romimohtarto, K., 1991. Ekosistem Temperature in Central Visayas,
Laut dan Pantai. Jakarta Philippines. Asian Jurnal of
Tomascik, T. Mah, A. J. Nonji, A, dan Biodiversity. Vol. 6 :223-237.
Moosa, M. K. 1977. The Ecologi http:// asian scientific Jurnals.
Of Indonesian Seas Part two. The Com/publication/index.php/ajob/is
Ecologi of Indonesia Series. sue/view/86
Volume VII.Tomascik. Canada: Wood,E. J. F.,W.E. Odum dan
Periplus Edition J.C.Zieman. 1969. Influenceof the
Tomascik, T., Mah, A.J., Nontji, A. dan seagrasses on the productivity of
Moosa, M.K. 1997. The Ecology coastal lagoons, laguna
of The Indonesian Seas Part Costeras.UnSimposioMem.
Two. Periplus Edition. Singapore. Simp.Intern. U.N.A.M.-UNESCO,
Yulianti, Anti. 2006. Struktur Komunitas Mexico,D.F., Nov., 1967. pp 495 -
Perifiton di Perairan Tanjung 502.
Merah Bitung Sulawesi Utara.

220
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax

You might also like