You are on page 1of 4

Khutbah Jumat, Oleh Saenal Abidin, S.I.P.,M.

Hum

Memaknai Ujian Hidup : Kita Lahir Untuk Ditagih

ْ‫شور َأ ْن ُفس َنا َومن‬ ُ ُُ ‫اهلل ّم ْن‬ ‫ب‬


ُ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ َ ْ َ ‫َّ َ ْ َ ه‬
‫وذ‬ ‫ ونع‬،‫لِل نـحمده ونستعينه ونستغفره‬
ّ ّ ّ ‫إن الـحمد‬
َّ َ ُ ّ َ ْ َ َ ُ َ ِ َ َ َ َ ْ ّ ْ ُ ْ َ َ ُ َ ّ َّ ُ َ َ ُ ّ
ّ
ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ِّ َ
‫ وأشهد أن ال‬،‫ ومن يض ّلل فَل ه ّادي له‬،‫ من يه ّد ّه هللا ف ََل م ّض َل له‬،‫ات أعم ّالنا‬ ‫سيئ‬
ُ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َّ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َُ َ ُ َ ْ َ َّ ّ َ َ
‫شيك له وأشهد أن مـحمدا عبده ورسوله‬ ِ ‫إله ّإال هللا وحده ال‬.ّ
َ ُ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ َّ َّ ُ ُ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َّ ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫يا أيها ال ّذين آمنوا اتقوا الِل حق تق ّات ّه وال تموتن ّإال وأنتم مس ّلمون‬
َ‫ث م ْن ُهما‬ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َْ ْ ُْ ََ َ َّ ُ ُ َّ َ ُ َّ ُ َّ َ ُّ َ َ
ّ ‫جه ُا وب‬ ‫احد ٍة وخلق ّمنها زو‬ ‫يا أيها الناس اتقوا ربكم ال ّذي خلقكم من نفس و‬
‫ان َع َل ْيك ْم َرقيباا‬َ َ َ َّ َّ َ َ ْ َ ّ ْ َ ٍ َ ُ َ ّ َ َ َّ َ َّ ُ َّ َ ‫َ ا َ ا َ َ ا‬
ّ ‫ك‬ ‫الِل‬ ‫ن‬ ‫إ‬ّ ‫ام‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫اْل‬‫و‬ ‫ه‬ ّّ‫ب‬ ‫ون‬ ‫ل‬ ‫اء‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ذ‬
ّ ‫ال‬ ‫الِل‬ ‫وا‬ ‫ق‬ ‫ِرجاال ك ّث ريا و ّنساء وات‬
‫ا‬ ‫َّ َ ُ ُ َ ا‬ ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫الِل َوقولوا ق ْوال َس ّديدا‬ ‫آمنوا اتقوا‬ ‫يا أيها ال ّذين‬
‫يما‬‫ول ُه َف َق ْد َف َاز َف ْو ازا َعظ ا‬
َ ُ َ َ َ َّ
‫س‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫الِل‬ ‫ع‬ ‫ط‬ ‫ي‬ َ ‫ُي ْصل ْح َل ُك ْم َأ ْع َم َال ُك ْم َو َي ْغف ْر َل ُك ْم ُذ ُن‬
ُ ‫وب ُك ْم َو َم ْن‬
ّ ِ ّ ّ ّ
ُ ْ َ َّ َ
‫أما بعد‬
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Terlebih dahulu marilah sama-sama kita bertafakkur sejenak huduril qalbi maallah, setelah
tetap ingatan kita, pandangan kita, pendengaran kita, marilah sama-sama kita panjatkan puji dan syukur
kita kepada Allah SWT, yang telah menggerakkan hati nurani kita ke jalan bermakrifatullah, yang mana
dengan makrifat itulah, Allah terus-menerus membimbing kita, menunjuki kita ke jalan yang diridhai-
Nya, yang mudah-mudahan sampai saat ini kita masih dijadikannya sebagai hamba-hamba Allah yang
beriman di permukaan bumi ini.
Shalawat berangkaikan salam marilah sama-sama kita persembahkan keharibaan junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, tabi-tabiin, para ulama mutaqaddimin dan
mutaakhirin yang merupakan pewaris dakwah nabi kita Muhammad Rasulullah SAW. dan semoga kita
semua, senantiasa istiqomah mengikuti ajaran beliau hingga akhir waktu.
Hadirin sekalian, tiada keselamatan melainkan dengan iman. Iman itu mengandung tauhid, dan tauhid
itu mengandung persaksian dan janji setia kita. Sebuah kalimat persaksian “laa Ilaaha Illallah.
Muhammadurrasulullah. Melalui kesempatan ini, saya ingin mengingatkan, khususnya bagi diri saya
pribadi dan bagi jamaah sekalian pada umumnya, bahwa kita hidup di dunia ini, hanya untuk di ditagih.
Apa buktinya? Sebelum kita lahir, bukankah ruh kita telah bersaksi dihadapan Allah? Sebagaimana
dalam Al-quran surah al-a’raf ayat 127 :
َ ‫أَلَسْتُ ِب َر ِب ُك ْم قَالُوا َبلَى‬
...............................................................‫ش ِهدْنَا‬
Apakah Aku adalah Tuhanmu? Lalu ruh kita pun menjawab, aku bersaksi bahwa engkau adalah
tuhanku.

Kalimat persaksian ini, secara otomatis mengikat sebuah tanggung jawab bagi kita sebagai
hamba Allah, memiliki kewajiban memanifestasikan sifat-sifatNya dalam kehidupan sehari-hari. Allah
telah menitipkan sifat kasih sayangnya, pengasihnya, serta sifatnya yang lain untuk kita amalkan dan
akan ditagih nantinya. Bukankah Allah telah membanggakan kita dihadapan para malaikatNya?
Dihadapan semua makhluk ciptaanNya? Menjadikan kita sebagai khalifah atau wakil-Nya di permukaan
Bumi ini?. Tetapi sayangnya, seringkali kita tidak memahami makna dari hidup ini, dan lebih parahnya
kita tidak mau tahu dan tak mau belajar. Yang kita lakukan hanya memperturutkan hawa nafsu kita,
membawa kita kepada kelalaian. Padahal Allah telah mengingatkan kita dalam surah al-munafiqun:
yaayyullazinaamanu, la tulhikum amwalukum wa laa auladukum anzikrillah, wamayyaf al zalika fa
ulaika humul hasirun. “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah, siapa yang berbuat demikian maka sungguh termasuk dalam
golongan yang merugi”.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Tentunya kita tidak ingin termasuk golongan orang yang rugi, maka yang perlu kita persiapkan
adalah senatiasa meningkatkan iman dalam diri kita, senantiasa melakukan amal shaleh, senantiasa
mengajak kepada kebenaran, senantiasa mengajak kepada kesabaran.
Apabila kita telah melaksanakan keempat hal itu, maka kita akan termasuk ke dalam kategori orang yang
beruntung di dunia maupun di akhirat kelak, dan sudah barang tentu kita termasuk orang-orang yang
beriman. Kemudian jika kita telah beriman maka bukan berarti kita tidak mendapatkan ujian, justru
semakin tinggi sebuah pohon maka semakin kuat angin bertiup menerpanya demikian juga iman.
Semakin kuat keimanan seseorang maka semakin kuat pula goncangan ujiannya dalam hidupnya.
Namun yang perlu kita ingat bahwa orang orang yang kuat imannya takkan goyah sedikitpun walau
badai sebesar apapun menghadang. Yang harus kita sadari, bahwa semakin tinggi sebuah pohon maka
semakin kuat pula akarnya, semakin kokoh batangnya dan semakin rimbun daunnya dan sudah pasti
semakin besar manfaatnya. Demikian pula manusia, Allah swt mengujinya bukan tanpa alasan, tetapi
agar derajatnya dihadapan Allah semakin tinggi, semakin memperoleh ridha dan ampunanNya. Allah
SWT berfirman : َ َ َ
َ ُ َ ْ َ ُ َّ ۟ ُ ُ ۟ ُ ْ َّ َ َ
‫اس أن ُي َيك ٓوا أن َيقول ٓوا َء َامنا َوه ْم ال ُيفتنون‬
ُ ‫ٱلن‬ ‫أح ّسب‬
َ ْ َ َ ُ
۟ َ َ َ
َ‫وا َول َي ْعل َم َّن ٱلك ــذبي‬ َّ ُ َ
َّ َّ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َّ َّ َ َ ْ َ َ َ
‫ّ ّر‬ ‫ولقد فتنا ٱل ّذين ّمن قب ّل ّهم ۖ فليعلمن ٱلِل ٱل ّذين صدق‬
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan," Kami telah beriman",
sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta." [Surah Al-Ankabut ayat 2-3].
Dalam suatu riwayat dikisahkan, suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW,
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab: “Para nabi,
kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat
keshalihannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah
cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin
akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” (HR Bukhari).

Maasyiral muslimin rahimakumullah


Kita tak perlu takut dengan ujian, jika kita ingin berkembang, semakin tinggi, semakin
bermanfaat, maka jalanilah ujian itu dengan penuh ketaatan, peganglah dua kunci :
1. kunci yang pertama ialah Kesabaran, Dalam sebuah hadits Nabi SAW, bersabda: “Seorang
Muslim yang tertimpa kecelakaan, kemelaratan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, maupun
kedukacitaan, walau pun hanya tertusuk duri, niscaya Allah akan mengampuni dosanya sesuai
apa yang menimpanya.” (HR Bukhari dan Muslim). manakala kita diuji dengan musibah,
kesedihan, kesengsaraan, maka tiada lain yang penawarnya ialah kesabaran. Seperti saat
sekarang ini, selama beberapa bulan ini kita diuji dengan hadirnya virus covid-19. Kita
diperintahkan untuk tinggal dirumah sementara waktu, mentaati protokol kesehatan dengan
memakai masker, memakai hand sanitizer, kita diperintahkan menjaga jarak satu sama lain. Lalu
ada yang bergumam, ah ini kan akal akalan saja, ini adalah konspirasi dan sebagainya. Perlu kita
ingat bahwa Allah swt berfirman, yaayyuhallazina amanu atiullaha, waatiurrasul, waulilamri
minkum. Selama pemerintah tidak melarang kita menjalani ritual beragama, beribadah, selama
yang dianjurkan adalah kebaikan maka kita wajib mengikuti sebab itu pun bagian dari perintah
Allah untuk taat kepada pemimpin.
Berbagai ujian lain mungkin kita rasakan, mulai dari ujian ekonomi, ujian keluarga, ujian dalam
lingkungan sosial mungkin kita diremehkan, diacuhkan, bahkan mungkin kita dihina, ucapkanlah
hasbiyallah wanikmal wakil, nikmal mawlaa wa nikmannasir. Cukuplah allah sebagai bagiku,
dan hanya Allah sebaik baik penolong. Ditimpa kesempitan dan ketakutan ucapkanlah laa ilaha
illa anta subhanaka inni kuntu minazzalimin. Inilah doa nabi yunus dalam kegelapan yang
luarbiasa dalam perut ikan. Bukan kah rasulullah ayyub telah melewati ujian laurbiasa dalam
hidupnya? Seluruh harta bendanya habis, anaknya semua meninggal, belum lagi diberikan
penyakit aneh yang tidak pernah diberikan kepada orang lain selain dirinya namun semua itu tak
pernah melalaikannya dari ketaatan kepada Allah. Malah beliau semakin bertambah
keimanannya. Bukankah rasulullah SAW dalam dakwahnya dilempari dengan kotoran, dihina,
difitnah, dan lain sebagainya, namun semua itu dihadapi dengan kesabaran yang luar biasa.
Semua itu adalah teladan yang Allah kirimkan bagi kita semua. Innallaha maassabirin, Allah akan
bersama-sama dengan hambanya yang sabar. Tetapi manakala kita gagal dalam ujian, maka kita
pun akan gagal menapaki tangga kemuliaan. Gagal menjadi pohon yang tinggi. Kita tinggal
memilih menjadi rumput biasa atau menjadi pohon yang tinggi menjulang penuh dengan buah
yang bermanfaat. Pilihan tentu kitalah yang menentukan sendiri.
2. kunci yang kedua adalah rasa syukur, Semua ni’mat yang kita peroleh sejatinya adalah ujian.
Nikmat umur, ilmu, harta, jasad. Semua ujian. Segala yang melekat pada anggota tubuh ini
adalah ujian. Allah hendak menguji apakah mata ini digunakan untuk melihat kebaikan, apakah
mulut ini digunakan untuk mengatakan yang benar, apakah telinga ini digunakan untuk
mendengar kebaikan atau malah sebaliknya, semua digunakan untuk kemaksiatan. Dengan
mensyukuri semua nikmat itu, maka menyadarkan kita bahwa sejatinya semua itu adalah milik
Allah dan tiada daya dan upaya kecuali atas pertolonganNya.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Harta yang terbaik adalah harta yang membawa pada kedekatan kepada Allah, musibah yang
sesungguhnya itu bukanlah gempa bumi, tanah longsor, banjir dan sebagainya, tetapi musibah yang
sesungguhnya itu adalah ketika kita diberikan harta oleh Allah namun harta itu bukannya mendekatkan
kita kepada Allah, tetapi malah membuat kita semakin lalai dari mengingat Allah. Ada pula saudara kita
yang tetap saja diberikan harta yang berlimpah namun kebahagiaan tak kunjung dirasakan, malah
sebaliknya semakin bertambah hartanya semakin jauh rasanya dari Allah, semakin dihantui ketakutan
akan hilang hartanya, maka ia terus berupaya menambahnya agar terus menjadi kaya harta dan malah
melalaikannya dari mengingat Allah. Hal itu terjadi karena ia mungkin kurang bersyukur atas segala
nikmat yang diterima dan mungkin sulit untuk bersedekah sehingga ia selalu merasa kekurangan walau
walau hartanya melimpah. Inilah sesungguhnya musibah yang besar. Di sisi lain, adapula saudara kita
yang mungkin diberikan harta yang tidak begitu banyak. Hanya cukup sekadarnya saja namun hatinya
senantiasa merasa kaya, bibirnya selalu basah dengan kalimat zikir, ibadahnya tak pernah lalai,
hubungan emosionalnya dengan sesama manusia sangat baik dan rona kebahagiaan senantiasa
terpancar dari lubuk hatinya yang paling dalam. Sedekahnya tetap lancar, itulah kebahagiaan yang sejati
diperoleh itu karena ia pandai beryukur. Perlu kita sadari bahwa Allah swt menguji manusia sesuai
kapasitas kemampuan hamba-Nya. Solusi dari masalah kelaparan dan kemiskinan adalah beriman dan
bertaqwa pada Allah Swt. Berusaha merubah keadaan dengan jalan-jalan yang halal, memperbanyak
do’a dan selalu bertawakkal kepada-Nya.

‫ت و ِّى‬
‫الذ ْك ىرا ْْلا ىك ْي ىم‬ ‫ى‬ ‫ىىى‬ ‫ى‬ ‫ى ى‬
‫اَب ار اك هللاُ ىِل اولا ُك ْم ىِف الْ ُق ْرآن ال اْعظ ْي ىم اونا اف اع ىِن اوا اَّي ُك ْم ىِبااف ْيه م ان اْألا اَّي ا‬
‫استا غْ ىف ُرهللاا ال اْع ىظيْ ام ىِل‬ ‫ى‬ ‫اوتا اقبا ال ىم ىِِّن اوىمنْ ُك ْم تىالا اوتاهُ اىناهُ ُه اوال ا‬
ْ ‫ اقُ ْو ُل قا ْوىِل اه اذا او‬.‫س ىميْ ُع ال اْعليْ ُم‬
.‫استا غْ ىف ُرْوهُ اىناهُ ُه اوالْغا ُف ْوُرال ارىح ْي ُم‬ ‫ات والْم ْؤىمنا ى‬
ْ ‫ات فا‬ ‫ى ى‬
ُ ‫ْي اوال ُْم ْسل ام ا‬
‫ى‬
‫سائى ىرال ُْم ْسل ىم ْا‬
‫ى‬
‫اولا ُك ْم اول ا‬
Khutbah Kedua
ْ‫ش ْور َأ ْن ُفس َنا َومن‬
ُ ُُ ‫اهلل ّم ْن‬ ‫ب‬
ُ ُ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ َ ْ َ َّ َ ْ َ ْ َّ
‫وذ‬‫لِل نحمده ونستعينه ونستغفره ونع‬
ّ ّ ّ ‫ّإن الح َمد‬
َ ّ ْ َ ُ َ ْ َ َ ِ ُ َ َ َ َ َ ْ ّ ْ ُ ْ َ َ ُ ّ َ َّ ُ َ َ ّ ُ
ّ
َ َ
‫ وأشهد أن ال‬.‫ من يه ّد ّه هللا ف ََل م ّض َل له ومن يض ّلل فَل ه ّادي له‬،‫ات أ ْع َم ّالنا‬
ْ َ ْ َ
ّ ‫َس ِّيئ‬
َ َّ َ ُ َ َّ َ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ‫َ َ َّ ُ َ ْ َ ُ َ َُ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ ُ َ َّ ا‬
‫السَل ُم‬ ‫ والصَلة و‬.‫شيك له َ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله‬ ‫ّإله ّإال هللا وحده ال‬
ُ ْ َ َّ . ْ َ ِ َ َ َ
‫َعَل ُم َح َّم ٍد َو َعَل ّآل ّه وصح ّب ّه أما بعد؛‬
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita hidup di dunia sebelum akhirat untuk menguji siapa
yang bersungguh-sungguh melangkahkan kakinya menuju surgaNya dan siapa yang tidak bersungguh-
sungguh untuk mencari keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah menjadikan dunia penuh dengan
ujian karena dengan ujian itu Allah ingin memilih siapa orang-orang yang berhak masuk ke dalam
surgaNya dan siapa yang ia akan dimasukkan ke dalam api neraka.
Rasulullah SAW Bersabda: "Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan
hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman
kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari Kiamat'' (HR Imam Ahmad, At Turmidzi, Hakim, Ath
Thabrani, dan Baihaqi).
Sebagai kesimpulan, ujian mencerminkan kasih sayang dan keadilan Allah SWT pada hamba-hamba-Nya
yang beriman. Allah SWT 'tidak rela' menimpakan azab yang luarbiasa sakitnya di akhirat kelak, hingga Ia
menggantinya dengan azab dunia yang 'sangat ringan'. Dalam perspektif seperti ini, musibah berfungsi
sebagai penggugur dosa-dosa. Jadi, semakin Allah cinta pada seseorang, maka ujian yang diberikan
padanya bisa semakin berat. Karena ujian tersebut akan semakin menaikkan derajat dan kemuliaannya
di hadapan Allah. Dan saat kita berjumpa dengan Allah dihari kemudian lalu ditanyakan tentang janji
yang telah kita ikrarkan, maka dengan sendirinya, amalan kita akan menjawabnya dihadapan Allah
bahwa kita tidak termasuk orang-orang yang lalai dari janji. Semoga kita semua termasuk golongan
orang-orang yang beruntung. Amiin3 ya rabbal alamin. Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah Swt.
Semoga kita semua memperoleh berkah dan pertolongan-Nya
َ ْ َ ْ َْ َْ َ َّ َ َ ُ ُ َ ِّ َّ ُ َّ َ
‫و ّم ْن َعذا ّب الق ْْ ِي َو ّم ْن ّفتـن ّة ال َم ْحيا َوال َمما ّت‬،َ ‫عوذ ّبك ّم ْن َعذا ّب َج َهن َم‬ ‫اللهـم إن أ‬
َّ َّ َْ َ ‫َ ْ ّ ْ ي‬
َ ‫سي ِح الدجا ّل‬ ّ ‫و ّمن ّفتـن ّة الم‬
َ ْ ِّ َ َ َ َ ْ ُّ َ ْ ُ َ ْ َّ َ ُّ َ َّ َ َ َ ْ ُّ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َّ
‫ ياأيها ال ّذين َء َامنوا صلوا عل ْي ّه وسل ُموا ت ْس ّل ْي اما‬،‫ب‬ ِّ ْ ‫َل ّئكته يصلون عَل الن‬
‫ي‬ ّ ‫ ّإن هللا وم‬.
ْ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ ُ َ ‫َا َّلل ُه َّم َص ِّل َعَل ُم َح َّمد َو َعَل آل ُم َح َّمد َو َر‬
َ َ
ّ ‫ض هللا ت َعاَل عن ك ِّل صحاب ّة رسو ّل‬
‫هللا‬ ‫ٍ ّ ي‬ ّ ٍ
َ ْ ‫أ ْج َمع‬.َ
‫ي‬
َ ْ َ َْ ْ ُْ َ ْ َ ْ َ ْ ُْ َ َ ْ ْ ُْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ ْ ْ ‫َ َّ ُ َّ ّ ر‬
‫ات‬ّ ‫ات اْلحي ّاء ّمنهم واْلمو‬ ّ ‫ والمؤ ّم ّن ري والمؤ ّمن‬،‫ات‬ ّ ‫اللهم اغ ّفر ّللمس ّل ّم ري والمس ّلم‬
‫َ َّ ُ َّ َ َ ْ َ َّ َ ًّ َ ْ ُ ْ َ ِّ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َ ا َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ُ‬
‫اطل با ّطَل وارزقنا اج ّتنابه‬ ‫‪.‬اللهم أ ِرنا َالحق َ ْحقا وارزق ُنا اتباع ُه‪َ َ ،‬وأ ِرنا الب ّ‬
‫ي إ َماماا‬ ‫اج َع ْل َنا ل ْل ُم َّتق َ‬
‫ب ل َنا م ْن أز َواج َنا َوذ ِّرَّيات َنا ق َّرة أ ْع ُي َو ْ‬ ‫َ‪.‬رَّب َنا َه ْ‬
‫ر‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬
‫َ ٍَ ا َ َ َ َ َ َّ ّ‬ ‫ر‬ ‫ّ‬ ‫َا‬ ‫ّ‬ ‫ُّ ْ‬ ‫ّ‬
‫َ َ‬
‫اآلخ َر ّة ح َسنة و ّقنا عذاب الن ِار‬ ‫ّ‬ ‫‪َ .‬رَّبنا ّآتنا ّ يف الدن َيا َح َسنة َو ّ يف‬
‫ي‬ ‫َل ٌم َع ََل ْال ُم ْر َسل ْ َ‬‫ُ ْ َ َ َ ِّ َ َ ِّ ْ َّ َ َّ َ ُ ْ َ َ َ َ‬
‫سبحان ربك رب ال ّعزّة عما ي ّصفون‪ ،‬وس‬
‫ّر‬
‫ي‬‫َ‪.‬و ْال َح ْم ُد َّلِل َر ِّب ْال َع َالم ْ َ‬
‫ّر‬ ‫ّ ّ‬

You might also like