You are on page 1of 8

PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA

LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA


LDNU KABUPATEN KEDIRI
Sekertariat: Jl. Imam Bonjol 38 Kediri 64122
==============================================================================

Beriman kepada Takdir Allah Ta’ala

Khutbah I
َ‫ َو َخ َذ َل َم ْن َشاء‬،‫ضله َو َك َرمه‬ ْ ‫َا ْل َح ْم ُد لله الذ ْي َوف َق َم ْن َش َاء م ْن َخ ْلقه ب َف‬
ِِ ِِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ
ُ‫ َوأ ْش َهد‬،‫الله َو ْح َد ُه ّل َشرْي َك ل ُه‬ َ َ
ُ ‫ َوأ ْش َه ُد أ ْن ّل ِل َه ِّل‬.‫م ْن َخ ْلقه ب َمش ْي َئته َو َع ْدله‬
ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ ِِ ِ
َ َ ْ َ َ َ ِّ َ ِ َ ِّ َ ُ ُ ُ ْ َ َ ُ ُّ َ َ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َ ُ َ َ ِّ َ َ
‫ اللهم ص ِل وس ِلم وبا ِرك على‬.‫ وص ِفيه وح ِبيبه‬،‫أن س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‬
َ َ َ ‫ َو َع َلى آله َو‬،‫َس ِّيد َنا ُم َحمد ْبن َع ْبد الله‬
‫ َو َم ْن ت ِب َع ُه ْم ِب ِإ ْح َس ٍان‬،‫ص ْح ِب ِه َو َم ْن َواّل ُه‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِِ
َ ُ َ َ ‫ َوّل َح ْو َل‬،‫ِ َلى َي ْوم الق َي َامة‬
َ ْ
.‫الله‬
ِ ِ ِ ‫ب‬ ‫ّل‬ ِ ‫ة‬ ‫و‬ ‫ق‬ ‫ّل‬ ‫و‬ ِ ِ ِ ِ
َ َْ ْ ْ ُ
َ ‫ َفإ ِّني أ ْوص ْي ُك ْم َو َن ْفس ْي ب َت ْق‬،‫أما َب ْع ُد‬ َ
‫الله ال َع ِل ِّ ِي ال َع ِظ ْي ِم الق ِائ ِل ِف ْي ُم ْحك ِم‬ ِ ‫ى‬ ‫و‬ ِ ِ ِ ِِ
ُ ُ ُ ُ ُ ْ ْ َ
َّ‫ار َّعلَّى َّ ُوج ْو ِه ِه َّْم َّذ ْوق ْوا‬
َِّ ‫َّي ْومَّ َّي ْسح ُب ْونَّ َّ ِفى َّالن‬٧٤َّ‫ ِانَّ َّال ُمج ِر ِم ْينَّ َّ ِف َّْي َّضلَّلَّ َّو ُسعر‬:‫ِكت ِاب ِه‬
ُ ْ ُ
ْ
)74-74 :‫َّ(القمر‬٧٤َّ‫َّ ِاناَّكلََّّش َّيءََّّخلقنَّ َّهَّ ِبقدر‬٧َّ‫مسََّّسقر‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini,
khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi
untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan
ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan
semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Khutbah pada siang hari ini mengambil tema “Beriman kepada
Takdir Allah Ta’ala”.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Al Hafizh Abu Nu’aim dalam Tarikh Ashbahan meriwayatkan dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Orang-orang Musyrikin

1
Quraisy mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
menentang Rasulullah dalam masalah qadar (takdir). Kemudian turunlah
ayat-ayat yang kami baca di atas yang maknanya:
“Sesungguhnya orang-orang kafir berada dalam kesesatan (di dunia) dan
dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka
mereka. (Dikatakan kepada mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka!”
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan qadar (yang telah
ditetapkan)” (QS al-Qamar: 47-49)
Salah satu prinsip keyakinan kaum Muslimin adalah beriman
kepada qadar (takdir) Allah subhanahu wata’ala. Ketika ditanya tentang
iman, jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya adalah:
َ َ َْ
)‫َو ِبالق َد ِرخ ْي ِر ِه َوش ِِّر ِه (رواه مسلم‬
Makna hadits ini, engkau beriman bahwa segala sesuatu yang masuk ke
dalam keberadaan (seluruh makhluk yang diciptakan Allah), yang baik
dan yang buruk, semuanya terjadi dengan takdir Allah yang azali (tidak
bermula). Jadi, ketaatan dan kemaksiatan yang muncul dari makhluk dan
dilakukannya, masing-masing terjadi karena diciptakan, diwujudkan,
diketahui dan dikehendaki oleh Allah. Ini tidak berarti bahwa Allah
meridlai keburukan. Juga tidak berarti bahwa Allah memerintahkan
perbuatan maksiat. Melainkan perbuatan hamba yang baik itu terjadi
dengan takdir, cinta dan ridla Allah. Sedangkan perbuatan hamba yang
buruk terjadi dengan takdir Allah, tapi tidak Ia cintai dan tidak Ia ridlai.
Imam Abu Hanifah radhiyallahu ‘anhu yang merupakan salah seorang
ulama salaf menegaskan dalam al Fiqh al Akbar:
َْ ََ ْ َ َ َ َ ََ َ َ َ ْ َ ً َ َ ْ َ َ َ َ ُّ ُ ُ َ َ
‫الله تعالى ومحب ِت ِه و ِب ِرض ِائ ِه و ِعل ِم ِه وم ِشيئ ِت ِه‬ ِ ‫اجبة ِبأم ِر‬ ِ ‫والطاعة كلها ما كانت و‬
َ َ َْ َ َ ْ ُّ ُ َ ‫ضائه َو َت ْقد ْيره َو ْال َم‬ َ ََ
‫اص ي كل َها ِب ِعل ِم ِه َوقض ِائ ِه َوتق ِد ْي ِر ِه َو َم ِش ْيئ ِت ِه ّل ِب َم َحب ِت ِه‬ ِ ‫ع‬ ِِ ِ ِ ِ ‫وق‬
َْ َ َ َ َ
‫َوّل ِب ِرض ِائ ِه وّل ِبأم ِر ِه‬
“Kewajiban-kewajiban seluruhnya terjadi dengan perintah Allah, cinta,
ridla, ilmu, kehendak, qadla’ dan takdir-Nya, sedangkan maksiat-maksiat
seluruhnya terjadi dengan ilmu, qadla’, takdir dan kehendak Allah, bukan
dengan kecintaan Allah, bukan dengan ridla Allah dan bukan dengan
perintah-Nya.”

2
Jadi ada perbedaan antara kehendak dan perintah Allah. Allah
tidak pernah memerintahkan kekufuran dan perbuatan-perbuatan
maksiat, akan tetapi kekufuran orang-orang kafir dan kemaksiatan para
pelaku maksiat tidak mungkin satu pun terjadi seandainya Allah tidak
menghendaki terjadinya. Seandainya terjadi sesuatu yang tidak Allah
kehendaki, hal itu menunjukkan bahwa Allah lemah dan kalah. Padahal
sifat lemah bagi Allah adalah mustahil. Karena Allah ta’ala Mahakuasa
dan Maha Berkehendak, maka kehendak-Nya pasti terjadi.
Oleh karena itu, keimanan, ketaatan, kekufuran dan perbuatan-
perbuatan maksiat, semua itu terjadi dengan kehendak Allah dan takdir-
Nya. Seandainya Allah tidak menghendaki terjadinya kemaksiatan para
pelaku maksiat, kekufuran orang-orang yang kafir, keimanan orang-
orang yang beriman dan ketaatan orang-orang yang taat, niscaya Allah
tidak akan menciptakan surga dan neraka. Seseorang tidak boleh
mengatakan, jika perbuatan maksiat terjadi dengan kehendak Allah lalu
kenapa Allah menyiksa hamba yang melakukan maksiat. Karena Allah
ta’ala tidak dipertanyakan kepada-Nya tentang apa yang diperbuat-Nya
(QS al Anbiya’: 23). Jika Allah ta’ala menyiksa pelaku maksiat, maka itu
terjadi dengan keadilan-Nya tanpa kezaliman. Dan jika Allah memberi
pahala kepada orang yang taat, maka hal itu dengan kemurahan-Nya,
bukan kewajiban bagi-Nya. Yang demikian itu dikarenakan kezaliman
hanya mungkin terjadi dari seseorang yang memiliki “atasan” yang
berhak memerintah dan melarangnya. Padahal tidak ada sesuatu apapun
yang menjadi atasan yang memerintah dan melarang Allah. Maka Allah
berhak berbuat terhadap apa yang dikuasai-Nya sesuai dengan
kehendak-Nya karena Allah-lah pencipta dan pemilik segala sesuatu.
Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ْ‫مواته َل َعذ َب ُه ْم َو ُه َو َغ ْي ُر َظالم َل ُه ْم َو َل ْو َرح َم ُهم‬ َ ‫وس‬َ ‫الله َل ْو َعذ َب َأ ْه َل أ ْرضه‬ َ ‫ِن‬
ِ ٍِ ِِ ِ ِ
َ‫ َو َل ْو َأ ْن َف ْق َت م ْث َل ُأ ُحد َذ َه ًبا في َسب ْيل الله ما‬،‫َك َان ْت َر ْح َم ُت ُه َخ ْي ًرا َل ُه ْم م ْن َأ ْع َماله ْم‬
ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِِ ِ
َ
َ‫ص َاب َك ل ْم َي ُك ْن ل ُي ْخط َئ َك َوما‬ َ َ ْ
َ ‫ َوت ْعل َم أن َما أ‬،‫الله م ْن َك َحتى ُت ْؤم َن بال َق َدر‬ ُ ‫َقب َل ُه‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َِ
َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ
‫أخطأك ل ْم يكن ِل ُي ِصيبك ولو ِمت على غي ِر هذا دخلت الن َار (رواه أبو دود وابن‬
)‫حبان وغيرهما‬

3
Maknanya: “Sungguh, seandainya Allah menyiksa penduduk langit dan
penduduk bumi, niscaya Allah akan menyiksa mereka tanpa Ia berlaku zalim
kepada mereka (dengan penyiksaan tersebut), dan seandainya Allah
merahmati mereka (tidak menyiksa mereka), maka sungguh rahmat Allah
itu lebih baik bagi mereka dari amal perbuatan mereka. Dan seandainya
engkau berinfaq emas seberat gunung Uhud di jalan Allah, maka Allah tidak
menerimanya darimu sampai engkau beriman kepada takdir dan engkau
mengetahui bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan pernah
meleset darimu, dan apa yang (ditakdirkan) tidak menimpamu maka ia
tidak akan pernah menimpamu, dan jika engkau mati tidak dalam
keyakinan ini, maka engkau akan masuk neraka.” (HR Abu Dawud, Ibnu
Hibban dan lain-lain)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah menyatakan bahwa tidak ada
satu pun yang terjadi di alam ini kecuali dengan kehendak Allah. Seorang
hamba tidak akan mengalamai atau ditimpa kebaikan, keburukan,
kesehatan, sakit, kefakiran, kekayaan dan lainnya kecuali dengan
kehendak Allah ta’ala. Demikian pula apapun yang Allah takdirkan dan
Allah kehendaki pada diri hamba, maka hal itu tidak akan pernah meleset
darinya. Abu Dawud dalam Sunannya meriwayatkan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada salah seorang putrinya:
ُ ََْ َ َ َ ُ َ َ َ
)‫الله كان َو َما ل ْم َيشأ ل ْم َيك ْن (رواه أبو دود‬ ‫ما شاء‬
Maknanya: “Apapun yang Allah kehendaki ada atau terjadi, pasti akan ada
dan terjadi, dan apapun yang tidak Allah kehendaki ada atau terjadi, pasti
tidak akan ada dan tidak akan terjadi” (HR Abu Dawud)
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia,
Apa yang dipaparkan di atas tidak berarti bahwa para hamba tidak
memiliki kehendak sama sekali sebagaimana dikatakan golongan
Jabriyyah. Jabriyyah mengatakan bahwa hamba itu seperti bulu di udara
yang tidak memiliki ikhtiar sama sekali. Keyakinan seperti ini adalah
pendustaan terhadap agama. Allah ta’ala berfirman:
ْ ْ
)94 :‫وماَّتشاۤ ُء ْون َِّالاََّّانَّيشاۤءَّاللَّ ُهَّر ُبَّالعَّل ِم ْينََّّ(التكوير‬

4
Maknanya: “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu)
kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS at-Takwir: 29)
Artinya, Allah menetapkan adanya kehendak pada diri hamba akan
tetapi kehendak hamba itu di bawah kehendak Allah ta’ala. Bukan
kehendak hamba mengalahkan kehendak Allah seperti yang dikatakan
oleh golongan Qadariyyah. Mereka mengatakan bahwa Allah
menghendaki kebaikan untuk semua hamba, akan tetapi sebagian hamba
berbuat maksiat dan mengalahkan kehendak Allah secara paksa. Dengan
keyakinan ini, mereka telah menjadikan Allah kalah dan lemah. Keyakinan
yang benar tiada lain adalah bahwa para hamba memiliki kehendak dan
ikhtiar, akan tetapi kehendak mereka di bawah kehendak Allah. Jadi tidak
ada satu pun yang mampu melakukan apa yang tidak Allah kehendaki
terjadi sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh firman Allah dalam surat at-
Takwir ayat 29 di atas.
Ayat tersebut membantah golongan Jabriyyah yang menafikan
kehendak dan ikhtiar dari para hamba sama sekali. Ayat tersebut juga
membantah golongan Qadariyyah yang mengatakan bahwa Allah
menghendaki seluruh hamba untuk menjadi Mukmin yang bertakwa,
termasuk Iblis dan Fir’aun. Akan tetapi Iblis, Fir’aun dan orang-orang kafir
itu membatalkan kehendak Allah dan mengalahkannya. Dengan
keyakinan ini, mereka telah menjadikan Allah kalah. Padahal Allah ta’ala
adalah Dzat yang selalu mengalahkan tanpa terkalahkan sebagaimana
firman-Nya:

)92 :‫واللَّ ُهَّغ ِال ٌبَّعلَّىَّا ْم ِرهََّّ(يوسف‬


Maknanya: “ .... dan Allah berkuasa mewujudkan kehendak-Nya.... ” (QS
Yusuf: 21)
Juga sebagaimana firman Allah yang lain:
ْ ُ ْ ْ ُ ْ ُ ْ ْ ْ
َّ‫َّالجن ِة‬ ‫ن‬ ‫َّم‬ ‫م‬‫ن‬‫ه‬‫َّج‬ ‫ن‬ ‫ـ‬
َّ ‫ل‬‫م‬ْ ‫ا‬‫َّل‬ ْ
‫ي‬ ‫ن‬ ‫َّم‬ ‫ل‬ ‫و‬‫ق‬‫َّال‬ ‫ق‬‫َّح‬ ‫ن‬ْ ‫ك‬ ‫ل‬
َّ‫اَّو‬‫ىه‬ ‫د‬
َّ ‫َّه‬ ‫س‬ ‫ف‬ ‫َّن‬ ‫ل‬‫اَّك‬‫ن‬‫ي‬ ‫ت‬ ‫ا‬
َّ ‫اَّل‬‫ن‬‫ئ‬ ‫ولو َِّش‬
ِ ِ ِِ ِ
ْ
)21 :‫والن ِاسَّاجم ِع ْينََّّ(السجدة‬
Maknanya: “Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan
kepada tiap-tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah menjadi ketetapan-Ku:

5
Sesungguhnya akan aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan
manusia bersama-sama” (QS as Sajdah: 13)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan telah memberitakan
tentang golongan Qadariyyah ini sebelum kemunculan mereka dan
memperingatkan kaum Muslimin agar tidak mengikuti keyakinan mereka
serta menjelaskan bahwa mereka bukanlah bagian dari umat Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ ‫ص ْن َفان م ْن ُأمت ْي َل ْي‬
َ ‫س َل ُه َما َنص ْيب في ْال ْس َلم ْال َق َدري ُة َو ْال ُـم ْرج َئ ُة (رواه‬
ُّ‫الب ْي َه ِقي‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َْ َ
)‫اب القد ِر‬
ِ ‫في ِكت‬
Maknanya: “Ada dua golongan di antara umatku yang tidak mempunyai
bagian dari Islam sama sekali, yaitu golongan Qadariyyah dan Murji’ah” (HR
al Baihaqi dalam kitab al Qadar)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
َ ‫س َهذه ْا ُألمة الذ ْي َن َي ُق ْو ُل ْو َن َّل َق َد َر (رواه أبو‬
‫داود في‬ ُ ْ ‫ل ُك ِّل ُأمة َم ُج ْوس َو َم ُج‬
‫و‬
ِ ِ ِِ ٍ ِ ِ
َ
)‫ُسن ِن ِه‬
Maknanya: “Bagi setiap ummat ada majusinya dan majusi ummat ini
adalah orang-orang yang mengatakan tidak ada takdir” (HR Abu Dawud)
Imam an-Nawawi dalam karyanya Raudhah ath-Thalibin, bab ar-
Riddah, menegaskan bahwa orang yang mengatakan dirinya berbuat
sesuatu tanpa takdir Allah maka ia telah kafir kepada Allah.
Terakhir, kami sampaikan apa yang ditegaskan oleh Sayyidina ‘Ali
radhiyallahu ‘anhu wakarrama wajhahu sebagaimana diriwayatkan Imam
al Baihaqi:
َ َ ً َ َْ َ ُ ْ َ ُْ َ ْ َ ْ ُ َ َ
‫ص ا ِل ْي َمان ِِلى قل ِب ِه َحتى َي ْست ْي ِق َن َي ِقينا غ ْي َر ش ٍِّك أن َما‬ ‫ِن أحدكم لن يخل‬
ِّ ُ َ َ ْ ُ ُ َ ْ ُ ْ َُ ْ ُ ْ ََ َُ ُ ْ َُ َْ َُ َ َ
َ َ َ َ
‫و‬
‫ وي ِقر ِبالقد ِر ك ِل ِه (ر اه‬،‫خطئه وما أخطأه لم يكن ِلي ِصيبه‬ ِ ‫أصابه لم يكن ِلي‬
َْ َ
)‫اب الق َد ِر‬ ُّ َ ْ َ
ِ ‫البيه ِقي في ِكت‬
“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian, iman tidak akan masuk ke
hatinya (dan bersih dari syirik), hingga ia meyakini dengan keyakinan tanpa

6
‫‪keraguan sedikit pun bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpanya tidak‬‬
‫‪akan meleset darinya dan apa yang tidak (ditakdirkan) menimpanya tidak‬‬
‫”‪akan pernah bisa menimpanya, dan menetapkan takdir keseluruhannya.‬‬
‫)‪(Diriwayatkan al Baihaqi dalam kitab al Qadar‬‬
‫‪Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,‬‬
‫‪Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan‬‬
‫‪ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.‬‬
‫أَ ُق ْو ُل َق ْول ْي ه َذا َو َأ ْس َت ْغف ُر َ‬
‫الله ل ْي َو َل ُك ْم‪َ ،‬ف ْ‬
‫اس َت ْغف ُر ْو ُه‪ِ ،‬ن ُه ُه َو ْال َغ ُف ْو ُر الرح ْيمُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫َ‬ ‫ُْ ْ ََ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ ُ َ ِّ ُ ِّ َ‬ ‫َا ْل َح ْم ُ‬
‫صطفى‪َ ،‬و َعلى‬ ‫ص ِل ْي َوأ َس ِل ُم َعلى َس ِِّي ِدنا ُم َحم ٍد الم‬ ‫لله وكفى‪ ،‬وأ‬ ‫ِ‬ ‫د‬
‫ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ ََ ْ َ ُ َ‬ ‫ص َحابه َأ ْهل ال َوفا‪ .‬أش َه ُد أ ْن ّل َ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫آله َو َأ ْ‬
‫ِله ِِّل الله وحده ّل ش ِريك له‪ ،‬وأشهد أن‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِِ‬
‫َ ِّ َ َ ُ َ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُُ‬
‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪.‬‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ ِّ ْ‬
‫ى‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ ُ َ َ َ ُّ َ ْ ُ ْ ُ ْ َن ُ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ ْ َ ْ‬
‫الله الع ِل ِي الع ِظي ِم‬ ‫ِ‬ ‫أما بعد‪ ،‬فيا أيها المس ِلمو ‪ ،‬أو ِصيكم ونف ِس ي ِبتقو‬
‫ْ‬ ‫َ َ َ َ َ َ ِّ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ََ َُ ْ َْ َ ْ ََ َُ‬ ‫َ َْ ُ ْ َ‬
‫واعلموا أن الله أمركم ِبأم ٍر ع ِظي ٍم‪ ،‬أمركم ِبالصل ِة والسل ِم على ن ِب ِي ِه الك ِري ِم‬
‫ص ُّلوا َع َليهْ‬ ‫ين َآم ُنوا َ‬ ‫ص ُّلو َن َع َلى النب ِّي‪َ ،‬يا َأ ُّي َها الذ َ‬ ‫ال‪ِ :‬ن ال َله َو َم َلئ َك َت ُه ُي َ‬ ‫َف َق َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ََ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫يما‪ ،‬الل ُهم َ‬‫َ‬ ‫َو َس ِِّل ُموا ت ْس ِل ً‬
‫َ‬
‫ص ِ ِّل على َس ِِّي ِدنا ُمحم ٍد َوعلى ِآل َس ِِّي ِدنا ُمحم ٍد كما‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ‬
‫صل ْيت َعلى َس ِِّي ِدنا ِِ ْب َر ِاه ْي َم َو َعلى ِآل َس ِِّي ِدنا ِِ ْب َر ِاه ْي َم َو َبا ِر ْك َعلى َس ِِّي ِدنا ُم َحم ٍد‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َو َعلى ِآل َس ِِّي ِدنا ُم َحم ٍد ك َما َب َاركت َعلى َس ِِّي ِدنا ِِ ْب َر ِاه ْي َم َو َعلى ِآل َس ِِّي ِدنا ِِ ْب َر ِاه ْي َم‪،‬‬
‫ْ ْ َ‬ ‫ْ ْ ْ َْ َ ْ ْ‬ ‫ْ َ َ َْ َ َ ْ َ ْ َ‬
‫ات وال ُمؤ ِم ِن ْين‬ ‫ِف ْي العال ِمين ِِنك ح ِميد م ِجيد‪ .‬الل ُهم اغ ِف ْر ِلل ُمس ِل ِمين وال ُمس ِل َم ِ‬
‫ات‪ ،‬اللهم ْاد َف ْع َعنا ْال َب َل َء َو ْال َغ َل َء َو ْال َو َباءَ‬ ‫األ ْموَ‬ ‫ُْ ْ َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬ ‫َ ْ ْ َ‬
‫ِ‬ ‫ات األحي ِاء ِمنهم و‬ ‫وال ُمؤ ِمن ِ‬
‫اْل ْخ َتل َف َة َوالش َدائ َد َو ْاْل َح َن‪َ ،‬ما َظ َه َر م ْنهاَ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُّ ُ ْ َ ْ ُ‬
‫والفحشاء والمنكر والبغي والسيوف‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َو َما َب َط َن‪ِ ،‬م ْن َب َل ِد َنا َه َذا َخاص ًة َو ِم ْن ُب ْل َدان ْال ُم ْس ِل ِم ْي َن َعام ًة‪ِ ،‬ن َك َعلى ُك ِّل َش ي ٍءْ‬
‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ق ِد ْير‬

‫‪7‬‬
‫ْ‬ ‫ُْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬
‫الله َيأ ُم ُر ِبال َع ْد ِل َوال ْح َس ِان َو ِِ ْيت ِاء ِذي الق ْرَبى َوينهَى َع ِن‬ ‫الله‪ِ ،‬ن‬
‫ِعباد ِ‬
‫َ َ‬
‫َ ْ‬ ‫َ َ ُ‬ ‫ُُ َ ُ ََ‬ ‫َ ْ َ َ َُْْ َ َ ْ‬
‫الله ال َع ِظ ْي َم‬ ‫البغ ِي‪َ ،‬ي ِعظك ْم ل َعلك ْم تذك ُر ْون‪ .‬فاذك ُروا‬ ‫الفحش ِاء والمنك ِر و‬
‫َْ‬ ‫َ ْ ُ ُْ ْ ََ ْ‬
‫الله أك َب ُر‪.‬‬
‫ِ‬ ‫ُ‬
‫ر‬ ‫ك‬‫يذكركم ول ِذ‬
‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur‬‬
‫‪dan Aswaja NU Center PCNU Kab. Mojokerto‬‬

‫‪8‬‬

You might also like