You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323616196

ANALISIS KONDISI VERTICAL WINDSHEAR TERHADAP PERGERAKAN


MESOSCALE CONVECTIVE COMPLEX DI LAUT JAWA SAAT DESEMBER 2014.
ANALYSIS OF VERTICAL WINDSHEAR CONDITIONS TO MESOSCALE C....

Conference Paper · April 2016

CITATIONS READS

0 217

3 authors, including:

Bony Septian Pandjaitan


Meteorological Climatological and Geophysical Agency
10 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Mesoscale Convective System View project

IDENTIFIKASI KEBAKARAN HUTAN DI PAPUA DAN PAPUA BARAT MENGGUNAKAN SATELIT HIMAWARI 8 View project

All content following this page was uploaded by Bony Septian Pandjaitan on 07 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

ANALISIS KONDISI VERTICAL WINDSHEAR TERHADAP


PERGERAKAN MESOSCALE CONVECTIVE COMPLEX DI
LAUT JAWA SAAT DESEMBER 2014
Bony Septian Pandjaitan, Andersen Panjaitan, dan Sugeng Indarto
Sub bidang Pengelolaan Citra Satelit BMKG
Jl. Angkasa I, No.2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720
Pos-el : bonyseptian89@gmail.com

Abstract

Mesoscale Convective Complex (MCC) is a kind of Mesoscale Convective System


that has coverage area over 100,000 km2, which can develop the severe weather
and continuous rain. The MCC research in Indonesian Maritime Continent are still
fewer than in the subtropics. Previous research generated spatial and temporal
map distribution of MCC's events in Indonesian Maritime Continent for 5 years.
Several case studies of MCC in Indonesian Maritime Continent regarding aspects
of atmospheric dynamics, life time phases and the conditions of precipitation were
conducted comprehensive concept of the MCC's movement in the Indonesian
Maritime Continent facilitated some meteorologist to predict the areas passed by
MCC after it had appeared. Several studies in the subtropical region of MCC stated
the movement of MCC is influenced by vertical wind shear conditions. Therefore,
the author tried to study the vertical wind shear conditions on the movement of the
MCC, with the period of observation of two MCC events in the Java Sea on 10 until
11 December 2014 and 27 until 28 December 2014 using the infrared channels of
MTSAT satellite data and reanalysis data of Era Interim ECMWF with resolution
0.1250 x 0.1250. After studies, it was concluded that the movement of the MCC
during the period of observation in the Java Sea has the same direction as the
vertical wind shear vector direction and it moves towards region which the vertical
wind shear values is greater than the original territory.

Keywords : MCS, MCC, Satellite, Vertical Windshear

Abstrak

Mesoscale Convective Complex (MCC) merupakan salah satu jenis Mesoscale


Convective System dengan luas wilayah lebih dari 100.000 km2 yang dapat
menghasilkan cuaca buruk dan hujan berkelanjutan. Penelitian MCC di wilayah
BMI masih sangat sedikit dibandingkan di wilayah Subtropis. Penelitian
sebelumnya telah menghasilkan peta ditribusi spasial dan temporal dari kejadian
MCC di BMI selama 5 tahun. Beberapa studi kasus MCC di wilayah BMI
mengenai aspek dinamika atmosfer, fase hidup dan kondisi presipitasi pernah
dilakukan. Selanjutnya, pemahaman konsep yang baik terhadap pergerakan MCC di
wilayah BMI akan memudahkan ahli meteorologi untuk memprakirakan wilayah
yang akan dilewati MCC setelah MCC muncul. Beberapa kajian di wilayah
Subtropis menyebutkan bahwa pergerakan MCC dipengaruhi oleh kondisi vertical
wind shear. Oleh karena itu, penulis disini mencoba untuk mengkaji kondisi
vertical wind shear terhadap pergerakan MCC dengan periode pengamatan pada
tanggal 10-11 Desember 2014 dan 27-28 Desember 2014 di Laut Jawa
menggunakan bantuan data satelit MTSAT kanal inframerah dan data reanalisis Era
Interim ECMWF beresolusi 0,1250 x 0,1250. Setelah dilakukan kajian, disimpulkan
bahwa pergerakan MCC pada studi kasus di Laut Jawa ini mempunyai arah yang

43
Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

sama dengan arah vektor vertical windshear dan bergerak menuju wilayah yang
memiliki nilai vertical windshear yang lebih besar daripada wilayah asal.

Kata Kunci : MCS, MCC, Satelit, Vertical Windshear

1. PENDAHULUAN

Banyak konsep meteorologi berkembang dan berasal dari negara – negara maju yang pada
umumnya terletak di daerah subtropis.1 Salah satu konsep tersebut adalah Mesoscale Convective
System (MCS) yang merupakan sebuah kumpulan terorganisir awan Cumulunimbous (CB) yang
memproduksi area presipitasi yang berdekatan dengan radius sepanjang 100 km atau lebih dalam
setidaknya satu arah.2 Maddox membagi MCS dalam ke dalam beberapa tipe yaitu linear type
dengan contoh squall line dan circular type dengan contoh Mesoscale Convective Complex
(MCC).3
MCC adalah kumpulan awan Cumulunimbous luas yang memiliki ciri-ciri perisai (shield)
awan dengan suhu pada citra satelit kanal inframerah sebesar -32°C dengan area seluas 100.000
km2 dan mempunyai perisai awan dingin dengan suhu -52°C dengan area seluas 50.000 km2
dengan durasi aktif minimum 6 jam dan berbentuk mendekati bulat dengan nilai eksentris dari
perisai awan lebih besar dari 0,7.3 Karakter fisik suatu sistem konvektif dikategorikan sebagai
MCC adalah seperti yang tercantum pada Tabel 1 dimana juga terdapat syarat-syarat masing-
masing fase hidup suatu MCC. MCC dapat menghasilkan cuaca buruk dan hujan yang
berkelanjutan.3,4,5

Gambar 1. Citra satelit inframerah untuk kejadian MCC di Amerika Serikat. (Sumber:
Maddox, 1980)

Penelitian MCC di wilayah BMI masih sangat sedikit dibandingkan di wilayah Subtropis.
Kajian tentang MCC di wilayah Indonesia pernah dilakukan oleh Ismanto dengan membuat
distribusi spasial terhadap kemunculan MCC menggunakan data selama 5 tahun yang salah satu
hasilnya menyebutkan bahwa Laut Jawa merupakan salah satu tempat kemunculan MCC.6
Beberapa kajian lain tentang MCC di wilayah Indonesia pernah dilakukan oleh Pandjaitan dalam
bentuk studi kasus kemunculan MCC di Selat Makasar tanggal 27-28 Mei 2014 dengan melakukan
kajian untuk mengetahui waktu masing-masing fase hidup MCC, kondisi presipitasi dan kondisi
dinamika atmosfer skala meso dari kemunculan MCC tersebut.7 Kajian MCC dalam bentuk studi

44
Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

kasus juga dilakukan oleh Pandjaitan dan Prakoso8 yang mengkaji dua kejadian MCC di Laut Jawa
yang muncul tanggal 10-11 Desember 2014 dan 27-28 Desember 2014 dengan tujuan kajian yang
hampir sama seperti studi kasus MCC di Selat Makassar tanggal 27-28 Mei 2014 yang dilakukan
oleh Pandjaitan7, namun pada kajian dua kejadian MCC yang dilakukan oleh Pandjaitan dan
Prakoso belum terdapat analisis dinamika atmosfer seperti apa yang berkontribusi terhadap
pergerakan dari MCC.8

Tabel 1. Tabel karakter fisik MCC (Sumber: Maddox,1980)

Karakter Fisik
Ukuran Perisai awan dengan suhu IR rendah ≤ -320 C secara
berkelanjutan dengan area ≥ 100.000 km2
Wilayah interior dingin awan dengan suhu ≤ -520 C
dengan area ≥ 50.000 km2
Inisiasi Definisi ukuran A dan B mulai terpenuhi
Durasi Definisi ukuran A dan B harus terpenuhi untuk periode ≥ 6
jam
Ukuran Perisai awan dingin secara berlanjut (Suhu IR ≤ -320 C)
Maksimum mencapai ukuran maksimum
Bentuk Eksentrisitas (axis minor/axis mayor) ≥ 0,7 pada waktu
ukuran maksimum
Punah Definisi ukuran A dan B mulai tidak terpenuhi

Salah satu hal yang perlu dikaji selanjutnya adalah pemahaman terhadap arah pergerakan
dari MCC di Indonesia dengan melakukan kajian kasus per kasus di berbagai wilayah yang akan
memudahkan para ahli meteorologi untuk memprakirakan wilayah yang akan dilewati MCC
setelah MCC muncul. Menurut Laing dan fritsch9, pergerakan MCC di wilayah Subtropis
dipengaruhi oleh kondisi vertical windshear lapisan 1000 - 700 mb sehingga penulis disini
mencoba untuk mengkaji kondisi vertical windshear lapisan 1000 - 700 mb terhadap pergerakan
MCC dengan mengambil studi kasus dua kejadian MCC di Laut Jawa pada tanggal 10-11
Desember 2014 dan 27-28 Desember 2014.

2. METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satelit MTSAT kanal infra merah dan
data reanalisis meteorologi Era Interim ECMWF pada tanggal 10-11 Desember 2014 dan 27-28
Desember 2014 dengan wilayah meliputi Laut Jawa sebagai wilayah penelitian. Data satelit
MTSAT kanal infra merah menggunakan format sataid (.z) dan netcdf (.nc), sedangkan data
renalisis meteorologi Era Interim ECMWF mempunyai format netcdf (.nc). Resolusi spasial satelit
MTSAT kanal infra merah adalah sebesar 4 km, sedangkan resolusi spasial data renalisis
meteorologi Era Interim ECMWF adalah 0,1250 (13,875 km). Dalam penelitian ini, penulis
mengkaji kondisi vertical windshear antara lapisan 1000-700mb terhadap pergerakan MCC di
wilayah Laut Jawa dengan mengikuti Laing dan fritsch yang telah mengkaji kondisi vertical
windshear antara lapisan 1000-700 mb terhadap pergerakan MCC di wilayah subtropis dengan
hasil pergerakan MCC subtropis dipengaruhi kondisi vertical windshear lapisan 1000 – 700 mb.9
Metode awal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan analisis pola
MCC dengan menggunakan data citra satelit kanal inframerah dan bantuan perangkat lunak Sataid
GMSLPW dan Grads, dimana pada tahap ini penulis akan menentukan wilayah dan waktu kejadian
masing-masing fase hidup MCC (fase initial, mature, dan punah) serta arah pergerakan dari MCC.

45
Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

Penentuan pola MCC tersebut disesuaikan dengan aturan karakter fisik MCC yang ditetapkan oleh
Maddox dimana suatu sistem konvektif apabila memenuhi aturan luas, suhu, durasi, dan
eksintrisitas (tingkat kelonjongan) seperti yang tercantum pada Tabel 1 dapat disebut MCC.3
Setelah analisis pola MCC selesai dilakukan, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis
kondisi vertical windshear antara lapisan 1000 – 700 mb dengan menggunakan data angin
reanalisis Era Interim ECMWF dan bantuan perangkat lunak Grads. Menurut Markowski dan
Ricahrdson10, vertical wind shear merupakan perubahan arah dan kecepatan angin yang diukur
pada level ketinggian yang berbeda. Oleh karena itu pada penelitian ini penulis mencari besar
perbedaan kecepatan angin antara lapisan 1000 mb dengan lapisan 700 mb serta besar perubahan
arah angin antara lapisan 1000 mb dengan lapisan 700 mb.

Gambar 2. Contoh perhitungan dari vertical windshear. (Sumber: meted.ucar.edu)

Secara umum, langkah kerja dalam penelitian pada makalah ini antara lain :
a. Mengumpulkan data MTSAT kanal inframerah dan data reanalisis Era Interim ECMWF dari
http://apps.ecmwf.int/datasets/data/interim_full_daily/)
b. Melakukan analisis pola dan pergerakan MCC dari citra satelit kanal inframerah
c. Melakukan analisis kondisi vertical windshear antara lapisan 1000 – 700 mb
d. Melakukan analisis terhadap hasil analisis kondisi vertical windshear antara lapisan 1000 – 700
mb dengan pergerakan MCC

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisis Pola dan Pergerakan MCC


Untuk kasus MCC tanggal 10-11 Desember 2014 di Laut Jawa, awal kemunculannya
berasal dari MCC yang telah terbentuk sebelumnya di luar wilayah Laut Jawa seperti yang dibahas
juga dalam kajian yang telah dilakukan oleh Pandjaitan dan Prakoso.8 Hal tersebut bisa terlihat dari
Gambar 3 yang menunjukkan bahwa MCC mulai muncul atau fase initial terjadi pada tanggal 8
Desember 2014 sekitar jam 16.00 UTC di wilayah perairan Selat Makassar bagian selatan dan terus
tumbuh hingga menjadi MCC sesuai kriteria fisik suatu sistem awan bisa disebut MCC seperti yang
terdapat pada Tabel 1. MCC tersebut mulai melemah dengan ditandai dengan bentuk yang mulai
tidak menyerupai bulat setelah jam 12.00 UTC walau bila dilihat cakupan wilayah dengan suhu
kanal inframerah yang dingin masih cukup luas dengan pergerakan menuju wilayah perairan Laut
Jawa.

46
Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

Gambar 3. Citra satelit kanal inframerah sebelum MCC memasuki wilayah Laut Jawa
untuk kasus MCC tanggal 10-11 Desember 2014

Gambar 4. Citra satelit kanal inframerah saat MCC memasuki wilayah Laut Jawa untuk
kasus MCC tanggal 10-11 Desember 2014

47
Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

Gambar 4 menujukkan MCC yang telah memasuki wilayah Laut Jawa untuk kasus MCC
tanggal 10-11 Desember 2014. Menurut kajian sebelumnya yang dilakukan oleh Pandjaitan dan
Prakoso8, pola awan konvektif kembali menunjukkan tanda-tanda untuk kembali menjadi MCC
lagi sesuai kriteria fisik suatu sistem awan bisa disebut MCC seperti yang terdapat pada Tabel 1
mulai jam 18.00 UTC tanggal 9 Desember 2014 dan memasuki wilayah Laut Jawa. Selanjutnya
pola MCC di Laut Jawa ini berlangsung hingga keesokan harinya yaitu hingga tanggal 11
Desember 2014 jam 03.00 utc. Ukuran MCC semakin mengecil setelah jam 03.00 UTC tanggal 11
Desember 2014 dan akhirnya tidak memenuhi kriteria MCC yang disyaratkan oleh Maddox seperti
yang tercantum pada Tabel 1 yaitu pada tanggal 11 Desember 2014 jam 09.00 utc. Bila dilihat pada
Gambar 2 dan Gambar 3, terlihat bahwa arah pergerakan MCC yaitu ke arah barat daya.

Tabel 2. Tabel siklus hidup MCC di Laut Jawa tanggal 10 – 11 Desember 2014

Fase Wilayah Waktu


Initial Laut Jawa bagian timur 09 Desember 2014 jam 18 utc
Mature Laut Jawa bagian timur 10 Desember 2014 jam 00 utc – 11 Desember 2014 jam
03 utc
Punah Perairan dekat pesisir 11 Desember 2014 jam 06 utc
utara Jawa Tengah
MCC di Laut Jawa berasal dari pergerakan sisa-sisa formasi MCC dari Selat Makassar

Gambar 5. Citra satelit kanal inframerah untuk kasus MCC di Laut Jawa tanggal 27-28
Desember 2014

48
Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

Pada kasus MCC di Laut Jawa tanggal 27-28 Desember 2014 ini seperti yang ada pada
Gambar 5, terlihat bahwa fase initial atau fase awal pertumbuhan MCC terjadi di wilayah Laut
Jawa sebelah selatan Kalimantan Tengah sekitar pukul 18.00 UTC tanggal 27 Desember 2014.
Selanjutnya sistem tersebut semakin berkembang dan memenuhi kriteria MCC pada pukul 22.00
UTC tanggal 27 Desember 2014. Formasi MCC ini muncul hingga pukul 07.00 UTC tanggal 28
Desember 2014. Setelah itu, ukuran formasi MCC semakin mengecil dan akhirnya sudah tidak
memenuhi kriteria MCC yang dibuat Maddox pada Tabel 1 pada pukul 10.00 UTC tanggal 28
Desember 2014. Bila dilihat pada Gambar 5, terlihat bahwa arah pergerakan MCC yaitu ke arah
barat daya.

Tabel 3. Tabel siklus hidup MCC di Laut Jawa tanggal 27 – 28 Desember 2014

Fase Wilayah Waktu


Initial Laut Jawa bagian tengah 27 Desember 2014 jam 18 utc
Mature Laut Jawa bagian tengah 27 Desember 2014 jam 22 utc – 28 Desember
2014 jam 07 utc
Punah Laut Jawa bagian barat 28 Desember 2014 jam 09 utc
MCC di Laut Jawa berasal dari pergerakan sisa-sisa formasi MCS dari pesisir utara Jawa Tengah

3.2. Analisis Vertical Wind Shear lapisan 1000 – 700 mb

Bila dilihat kondisi nilai vertical wind shear lapisan 1000-700 mb untuk kasus MCC
tanggal 10-11 Desember 2014 seperti yang ada pada Gambar 6a hingga Gambar 6g dan
dibandingkan dengan posisi MCC mulai dari tanggal 9 Desember 2014 jam 18 UTC hingga tanggal
11 Desember 2014 jam 06 UTC seperti yang terdapat pada Gambar 4, terlihat bahwa pada masing-
masing waktu dari keberadaan MCC berada di sekitar wilayah maksimum dari nilai vertical wind
shear lapisan 1000–700 mb yaitu berada pada wilayah dengan nilai vertical wind shear sebesar 16
– 22 knot. Selanjutnya bila kondisi vertical wind shear lapisan 1000-700 mb tesebut dilakukan
komposit yaitu dengan mencari nilai rata-rata dan pola umum mulai dari posisi awal seperti pada
Gambar 6a hingga akhir kemunculan MCC seperti pada Gambar 6g dengan hasil komposit yang
ada pada Gambar 6h, maka pergerakan MCC dari posisi awal hingga akhir kemunculan MCC
berada pada wilayah yang memiliki nilai vertical wind shear yang lebih kecil menuju ke wilayah
yang memiliki nilai yang lebih besar. Selain itu, jika membandingkan arah vektor vertical wind
shear lapisan 1000-700 mb pada Gambar 6 dengan arah gerak dari MCC seperti Gambar 4 pada
tiap waktunya maupun saat dilakukan komposit dari awal hinga akhir kemunculan dari MCC pada
kasus 1 ini, makamenunjukkan arah yang hampir sama.
Bila dilihat kondisi nilai vertical wind shear lapisan 1000-700 mb untuk kasus MCC
tanggal 27-28 Desember 2014 seperti yang ada pada Gambar 7a hingga Gambar 7c lalu
dibandingkan dengan posisi MCC mulai dari tanggal 27 Desember 2014 jam 18 UTC hingga
tanggal 28 Desember 2014 jam 09 UTC seperti yang terdapat pada Gambar 5, terlihat bahwa pada
masing-masng waktu dari keberadaan MCC juga berada di sekitar wilayah maksimum dari nilai
vertical wind shear lapisan 1000–700 mb yaitu berada pada wilayah dengan nilai vertical wind
shear sebesar 10 – 22 knot. Namun pada kasus 2 ini telihat bahwa nilai vertical wind shear lapisan
1000-700 mb lebih kecil dibandingkan pada kasus 1. Selajutnya bila kondisi vertical wind shear
lapisan 1000-700 mb tersebut dilakukan komposit yaitu dengan mencari nilai rata-rata dan pola
umum mulai dari posisi awal seperti pada Gambar 7a hingga akhir kemunculan MCC seperti pada
Gambar 7c dengan hasil komposit seperti yang ada pada Gambar 7d, maka hampir sama seperti
kasus MCC 1 yaitu pergerakan MCC dari posisi awal hingga akhir kemunculan MCC juga berada

49
Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

pada wilayah yang memiliki nilai vertical wind shear yang lebih kecil menuju ke wilayah yang
memiliki nilai yang lebih besar.

Gambar 6. Nilai dan vektor vertical wind shear (knot) lapisan 1000-700 mb : (a-g) tiap
6 jam pada tanggal 9 – 11 Desember 2014 dan (h) komposit pada seluruh
fase MCC mulai 9 Desember 2014 pukul 18 UTC hingga 11 Desember
2014 pukul 06 UTC serta arah gerak MCC ditunjukkan oleh panah hitam
tebal

Selain itu, jika membandingkan arah vektor vertical wind shear lapisan 1000-700 mb pada
Gambar 7 dengan arah gerak dari MCC seperti Gambar 5 pada tiap waktunya maupun saat
dilakukan komposit dari awal hinga akhir kemunculan dari MCC pada kasus 2 ini, maka juga
menunjukkan arah yang hampir sama.

50
Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

Gambar 7. Nilai dan vektor vertical wind shear (knot) lapisan 1000-700 mb : (a-d) tiap
6 jam pada tanggal 27 – 28 Desember 2014 dan (d) komposit pada seluruh
fase MCC mulai 27 Desember 2014 pukul 18 UTC hingga 28 Desember
2014 pukul 06 UTC serta arah gerak MCC ditunjukkan oleh panah hitam
tebal

Gambar 8. Vertical windshear lapisan 1000-700 mb untuk komposit kasus MCC di


Amerika Serikat, Cina, Amerika Selatan dan Afrika. Garis kontur
menunjukkan magnitude dari vertical wind shear (m/s). Vektor dari vertical
wind shear ditunjukkan oleh panah kecil, sedangkan panah besar
menunjukkan arah gerak MCC. (Sumber: Laing dan Fritsch 2000).

51
Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

Gambar 9. Komposit nilai dan vektor vertical wind shear (knot) lapisan 1000-700 mb
pada seluruh fase MCC di Selat Makassar mulai 27 Mei 2014 pukul 12:00
UTC hingga 18 Mei 2014 pukul 06:00 UTC serta arah gerak MCC
ditunjukkan oleh panah hitam tebal (Sumber: Pandjaitan, 2015)

Berdasarkan pembahasan tentang kondisi vertical windshear lapisan 1000-700 mb terhadap


arah gerak dari MCC pada kasus 1 dan 2 yang ada pada kajian ini, maka keduanya memiliki hasil
yang hampir sama dengan beberapa kajian serupa yang pernah ada sebelumnya. Berdasarkan kajian
serupa dari Laing dan Fritsch,9 arah pergerakan MCC hasil komposit banyak studi kasus MCC
dengan wilayah kajian berada di Amerika Serikat, Cina, Amerika Selatan, dan Afrika tersebut
hampir menyerupai arah dari vektor vertical windshear lapisan 1000-700 mb seperti yang terlihat
pada Gambar 8. Hal yang hampir sama juga ditunjukkan dari hasil kajian yang dilakukan oleh
Pandjaitan dengan melakukan studi kasus di Selat Makassar yang menyimpulkan bahwa arah
pergerakan MCC di wilayah Selat Makassar tersebut hampir menyerupai arah dari vektor vertical
windshear lapisan 1000-700 mb seperti yang terlihat pada Gambar 9.7

4. KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisis, maka dapat disimpulkan bahwa pergerakan MCC pada studi
kasus 2 kejadian MCC di Laut Jawa tersebut mempunyai arah pergerakan yang sama dengan arah
vektor vertical windshear selain itu pergerakan MCC tersebut menuju wilayah yang memiliki nilai
vertical windshear yang lebih besar daripada wilayah awal kemunculan. Jika dikaitkan dengan
kajian serupa yang telah ada, maka hasil kajian 2 kasus MCC disini mirip dengan hasil kajian yang
dilakukan oleh Laing dan Fritsch yang mengkaji MCC di Subtropis dan studi kasus MCC di Selat
Makassar yang dilakukan oleh Pandjaitan.7,9

UCAPAN TERIMA KASIH.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Bidang Inderaja BMKG dan Kepala Sub
Bidang Pengelolaan Citra Satelit BMKG yang telah memberikan kelancaran dalam penelitian ini.

52
Prosiding SNSA 2016 - ISBN : 976-602-6465-05-4

DAFTAR PUSTAKA
1
Tjasyono, B. H. K. dan S.W.B. Harijono, 2006. Meteorologi Indonesia 2: Awan & Hujan Monsun. Jakarta.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
2
Houze, R. A. Jr., 1993. Cloud Dynamics. San Diego, Calif: Academic. 573 pp.
3
Maddox, R. A., 1980. Mesoscale Convective Complexes, Bull. Amer. Meteor. Soc., 61, 1374 - 1387.
4
Fritsch, J. M., R. J. Kane and C. R. Chelius, 1986. The Contribution of Mesoscale Convective Weather
System to the Warm Season Precipitation in the United States. J. Climate Appl. Meteor., 25, 1333 -
1345.
5
McAnelly, R. L. dan W. R. Cotton, 1989. The Precipitation life cycle of Mesoscale Convective Complexes
over the Central United States. Mon. Wea. Rev., 117, 784 - 808.
6
Ismanto, H., 2011. Karakteristik Kompleks Konvektif Skala Meso di Benua Maritim. Tesis. Program Studi
Magister Sains Kebumian. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
7
Pandjaitan, B. S., 2015. Analisis Kejadian Mesoscale Convective Complex di Selat Makassar. Skripsi. Prodi
Sarjana Terapan Meteorologi. Tangerang Selatan: Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika.
8
Pandjaitan, B. S., dan A. Prakoso, 2015. Analisis Dinamika Atmosfer Pada Kejadian Mesoscale Convective
Complex di Laut Jawa. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Vol.2, No.2.
9
Laing, A. G. and J. M. Fritsch, 1996. The Global Population of Mesoscale Convective Complexes, Q. J. R.
Meteorology Soc., 123, 389-405.
10
Markowski, P. and Y. Richardson, 2006. On the classification of vertical wind shear as directional shear
versus speed shear. Weather and Forecasting, 21, 242–247.
11
Principles of Convection II: Using Hodographs. (http://www.meted.ucar.edu/mesoprim/hodograf/
print.php#page_2-3-0, diakses pada 20 Maret 2016

53

View publication stats

You might also like