You are on page 1of 7

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.

1 April 2009 ISSN : 1907-9931

EFEKTIVITAS ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE MENGGUNAKAN


SUMBER CAHAYA BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAP
IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp.)

Ifa Nur Rosyidah1


Akhmad Farid2
Apri Arisandi2
1
Alumni Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
2
Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
.
ABSTRACT
In fish catching activity, the fishermen in Banyuanyar district use mini tools for catching fish (purse seine)
and use light assist tools for an operation in the night day. The light, that is used, is kerosene pressure lantern
and mercury lights or lamp that is used on water surface (surface lamp). This kind of light is used to collect
“pelagic” fish that has positive phototaxis characteristic. Puffer fish’s response towards different sourse of
light, that’s kerosene pressure lantern and mercury light is needed to be known. Therefore, we can know the
source of light that is more effective in order to collect the fish. It is hoped that the productivity of puffer fish
will be developed for the fishermen. During the research with ten times repeating, the total account of puffer
fish’s haul that is resulted with two different treatment by using kerosene pressure lantern and mercury light
is that 810 kg and 1.460 kg. The data of puffer fish’s haul that is gotten after using Mann-Whitney test shows
that the kerosene pressure lantern and mercury light not to really different, especially in the haul of puffer fish
in significant standart (0,05) is 2,262, while in Mann-Whitney test account is 0,171. That means the
fishermans in Banyuanyar can use kerosene pressure lantern and mercury light for catching fish as the light
assist tools for an operation in the night day.

Keywords : Purse Seine, Mercury Light and Kerosene Pressure Lantern, Puffer Fish (Rastrellinger sp.).

PENDAHULUAN teknologi yang mendukung (Dinas Kelautan


dan Perikanan Kabupaten Sampang, 2007).
Kabupaten Sampang merupakan salah Dalam kegiatan menangkap ikan,
satu Kabupaten yang mempunyai sumber nelayan di Kelurahan Banyuanyar
daya laut yang cukup besar, baik sumber menggunakan alat tangkap mini purse seine
daya yang dapat diperpaharui maupun dan menggunakan alat bantu cahaya buatan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui untuk pengoperasian pada malam hari. Lampu
serta jasa-jasa lingkungan yang berada di yang dipergunakan adalah lampu petromak
lautan maupun di wilayah pesisirnya. Lautan dan lampu merkuri yaitu lampu yang
wilayah Kabupaten Sampang juga memiliki dipergunakan diatas permukaan air (surface
keanekaragaman hayati dan kaya akan lamp). Jenis lampu ini di gunakan untuk
bahan-bahan tambang dan mineral serta mengumpulkan ikan-ikan pelagis yang
sangat berpotensi bagi pengembangan mempunyai sifat fototaksis positif.
aktivitas industri, pariwisata, perikanan dan Ikan kembung (Rastrelliger sp.) yang
sebagainya. Namun, potensi tersebut belum tertangkap oleh nelayan purse seine
dapat dimanfaatkan secara optimal karena hasilnya belum maksimal. Di duga
adanya keterbatasan SDM, modal dan dipengaruhi oleh sumber cahaya, karena
nelayan Banyuanyar belum mengetahui

50
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

lampu mana yang lebih tepat untuk kegiatan Cahaya Sebagai Alat Bantu
menangkap ikan. Penangkapan Ikan
Menurut Winugroho (2006), Purse seine
atau pukat cincin merupakan salah satu alat Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu
tangkap yang banyak digunakan di dunia. Hal penangkapan ikan dilakukan dengan
ini dikarenakan dalam satu kali pengangkatan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya buatan
hasil tangkapan dapat mendapatkan jumlah itu sendiri. Masuknya cahaya ke dalam air
yang banyak. Di Indonesia, jenis alat tangkap sangat erat hubungannya dengan panjang
yang memiliki konstruksi hampir sama antara gelombang yang dipancarkan oleh cahaya
lain : pukat langgar, pukat senangin, gae tersebut. Semakin besar panjang
dan giob. gelombangnya maka semakin kecil daya
Pengoperasian alat tangkap ini tembusnya kedalam perairan. Faktor lain
tergantung besar kecilnya alat tangkap yang yang juga menentukan masuknya cahaya ke
digunakan bila berukuran kecil maka tenaga dalam air adalah absorbsi (penyerapan)
yang dibutuhkan cukup dengan 12 – 16 orang cahaya oleh partikel-partikel air, kecerahan,
dengan perahu motor luar (out board motor), pemantulan cahaya oleh permukaan laut,
sedangkan untuk yang berukuran besar musim dan lintang geografis, dengan
dibutuhkan nelayan sebanyak 23 – 40 orang adanya berbagai hambatan tersebut, maka
yang masing–masing bertugas sebagai juru nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya
mudi, juru mesin dan pandega. Perahu yang akan menurun dengan semakin
digunakan adalah perahu motor dengan meningkatnya jarak dari sumber cahaya
kekuatan ±160 PK. Pengoperasian alat tersebut (Wiyono, 2006).
tangkap dipengaruhi beberapa variabel Berdasarkan sifat-sifat fisik yang
penting, yaitu, kecepatan kapal, daya dimiliki oleh cahaya dan kecenderungan
tenggelam jaring, cepat menutup menjadi tingkah laku ikan dalam merespon adanya
mangkuk (Winugroho, 2006). cahaya, nelayan kemudian menciptakan
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), cahaya buatan untuk mengelabuhi ikan
Dalam pelaksanaan penangkapan ikan ramah sehingga melakukan tingkah laku tertentu
lingkungan yang tujuan utamanya melindungi untuk memudahkan dalam operasi
ekosistem dan lingkungan perairan, serta penangkapan ikan. Tingkah laku ikan
menjaga kelestarian Sumberdaya ikan yang kaitannya dalam merespon sumber cahaya
tersedia, harus diciptakan alat tangkap yang yang sering dimanfaatkan oleh nelayan
selektif ini diharapkan dalam operasi adalah kecenderungan ikan untuk
penangkapannya nanti tujuan dari berkumpul di sekitar sumber cahaya
penangkapan ikan ramah lingkungan ini (Wiyono, 2006).
dapat tercapai, hal ini dapat dilihat dari Ikan cenderung tertarik mendekati
desain dan konstruksi alat penangkap ikan cahaya, ikan-ikan tersebut kemudian
yang digunakan dan hasil tangkapan yang dikumpulkan sampai pada jarak jangkauan
diperoleh dapat terseleksi, dilihat dari ukuran, alat tangkap (catchability area) dengan
jumlah dan harga jual ikan hasil tangkapan. menggunakan cahaya yang relatif rendah
frekuensinya, secara bertahap. Cahaya
merah digunakan pada tahap akhir
penangkapan ikan (Wiyono, 2006).

51
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

Berkebalikan dengan cahaya biru, cahaya sekitar cahaya pada jarak dan rentang waktu
merah yang mempunyai panjang gelombang yang tertentu. Selain menghindar dari
yang relatif panjang diantara cahaya serangan predator (pemangsa), beberapa
tampak, mempunyai daya jelajah yang teori menyebutkan bahwa berkumpulnya
relatif terbatas, sehingga ikan-ikan yang ikan disekitar lampu adalah untuk kegiatan
awalnya berada jauh dari sumber cahaya mencari makan (Subani,1972).
(kapal), dengan berubahnya warna sumber Namun demikian, tingkat gerombolan
cahaya, ikut mendekat ke arah sumber ikan dan ketertarikan ikan pada sumber
cahaya sesuai dengan daya tembus cahaya cahaya bervariasi antar jenis ikan.
merah dan setelah ikan terkumpul di dekat Perbedaan tersebut secara umum
kapal (area penangkapan alat tangkap), disebabkan karena perbedaan faktor
baru kemudian alat tangkap yang sifatnya phylogenetic dan ekologi, selain juga oleh
mengurung gerombolan ikan seperti purse karakteristik fisik sumber cahaya,
seine, sero atau lift nets dioperasikan dan khususnya tingkat intensitas dan panjang
mengurung gerakan ikan, dengan gelombangnya. Hasil kajian beberapa
dibatasinya gerakan ikan tersebut, maka peneliti menyebutkan bahwa tidak semua
operasi penangkapan ikan akan lebih jenis cahaya dapat diterima oleh mata ikan.
mudah (Wiyono, 2006). Hanya cahaya yang memiliki panjang
gelombang pada interval 400 sampai 750
Tabel. 1 Panjang Gelombang pada Berbagai Warna nanometer yang mampu ditangkap oleh
Cahaya Tampak mata ikan (Wiyono, 2006).
Panjang gelombang cahaya
Warna berhubungan erat dengan penetrasinya
Panjang Gelombang
Cahaya
kedalam air. Semakin besar panjang
Biru 3.900 – 4.550
Violet 4.550 – 4.920
gelombangnya, maka semakin kecil daya
Hijau 4.920 – 5.770 tembusnya masuk kedalam perairan.
Kuning 5.770 – 5.970 Tinggi rendahnya intensitas penyinaran
Orange 5.970 – 6.220 juga akan mempengaruhi jaraknya ikan
Merah 6.220 – 7.700 berkumpul dari sumber cahaya (Sudirman
dan Mallawa, 2004).

Secara umum, respon ikan terhadap


sumber cahaya dapat dibedakan menjadi METODE PENELITIAN
dua kelompok, yaitu bersifat phototaxis
positif (ikan yang mendekati datangnya arah Penelitian di lakukan di Selat Madura
sumber cahaya) dan bersifat phototaxis pada bulan Mei – Juli 2008. Unit
negatif (ikan yang menjauhi datangnya arah penangkapan mini purse seine yang
sumbercahaya). (Subani,1972). digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
Ikan-ikan yang bersifat phototaxis positif kapal penangkap ikan, jaring purse seine
secara berkelompok akan bereaksi terhadap dan perlengkapannya, 6 (enam) lampu
datangnya cahaya dengan mendatangi arah petromak dan 6 (enam) lampu merkuri
datangnya cahaya dan berkumpul di

52
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

dalam brangka sebagai alat bantu dalam digunakan untuk mengetahui apakah suatu
mengumpulkan ikan. data berdistribusi normal atau tidak. Untuk
Lampu-lampu petromak tersebut mengetahui data normal atau tidak dapat
dibandingkan pengaruhnya dengan lampu digunakan distribusi normal histogram. Jika
merkuri diatas permukaan air yang kurva menunjukkan sama maka data hasil
mempunyai daya 22 watt, lampu tersebut tangkapan dikatakan normal.
menggunakan bantuan mesin genset dengan Apabila data berasal dari distribusi
tegangan 1.200 volt dengan bahan bakar normal, maka untuk mengetahui pengaruh
berupa bensin. perbedaan sumber cahaya lampu petromak
Dalam kegiatan penelitian digunakan dan lampu merkuri terhadap hasil tangkapan
experimental fishing dengan mengikuti ikan kembung dilakukan analisis data
langsung pengoperasian mini purse seine menggunakan Uji t secara berpasangan,
bersama nelayan setempat dengan karena 2 (dua) perlakuan secara bersamaan
menggunakan dua sumber cahaya yang dilakukan pada media yang sama atau pada
berbeda, pengoperasian kedua lampu kondisi yang sama sehinggga jumlah
dilakukan pada malam hari pada waktu ulangan kedua perlakuan juga sama.
bulan gelap dan penurunannya dilakukan
secara acak. HASIL DAN PEMBAHASAN
Lampu merkuri diletakkan pada rakit
yang berbeda dengan lampu petromak. Hasil Tangkapan Ikan
Lampu petromak diturunkan terlebih dahulu
sampai mencapai jarak ± 1 km kemudian Ikan hasil tangkapan nelayan purse
lampu merkuri diturunkan. seine di Banyuanyar, umumnya dari jenis
Setelah masing-masing lampu diturunkan ikan pelagis kecil (Tabel 2). Jenis ikan yang
selama ± 2-3 jam, dilakukan setting tertangkap selama operasi penangkapan
(pelingkaran) jaring purse seine dan akan menentukan hasil yang diperoleh
kemudian dilakukan hauling karena berbeda jenis ikan, maka harga ikan
(pengangkatan) jaring purse seine, setelah pun akan berbeda.
itu hasil tangkapan diambil menggunakan
serok dan dimasukkan dalam palka. Tabel 2. Ikan hasil tangkapan
Hasil tangkapan masing-masing sumber
Nama
cahaya dipisahkan dan ditimbang untuk Nama Lokal
Indonesia
Nama Latin
mengetahui panjang dan berat hasil Maddhai Kembung Rastrelliger sp.
Sesse’ Tembang Sardinella fimbriata
tangkapan dari masing-masing perlakuan Lajur Layur Trichiurus sp.
sumber cahaya. Tengereh Tengiri Scomberomorus sp.
Bawal Bawal hitam Formio niger
Metode penelitian untuk mengetahui Selar Selar Atule mate
gambaran umum perikanan mini purse seine Tongkol Tongkol Euthynnus sp.
dan jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan
bantuan cahaya lampu dilakukan dengan Total hasil tangkapan ikan kembung
metode survey. selama 10 kali ulangan dengan
Data hasil tangkapan yang diperoleh menggunakan lampu petromak dan lampu
terlebih dahulu diuji kenormalannya merkuri berturut turut adalah 810 kg dan
menggunakan SPSS. Uji normalitas 1460 kg. Grafik hasil tangkapan ikan

53
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

kembung selama penelitian dapat dilihat mentransformasikan data tersebut


pada Gambar 1. menggunakan logaritma, setelah uji t di
transformasikan menggunakan logaritma,
Hasil Tangkap Ikan Kembung data yang diperoleh tetap tidak menyebar
300 normal, maka data hasil tangkapan dihitung
Jumlah Tangkapan

250 menggunakan statistika non parametrik


200
dengan uji Mann Whitney (Uji U),
(Kg)

150
100
menunjukkan bahwa perbedaan sumber
50 cahaya petromak dan lampu merkuri tidak
Petromak
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
berbeda nyata pada hasil tangkapan ikan
Merkuri
Ulangan ke- kembung pada taraf signifikan (0,05) adalah
2,262, dan pada p value sebesar 0,171.
Gambar 1. Grafik hasil tangkapan ikan kembung
selama penelitian
. 400

Panjang rata - rata ikan kembung yang


tertangkap selama penelitian dari sumber 300

cahaya lampu petromak dan lampu merkuri 200


adalah berkisar antara 15,15 cm - 15,30 cm.
Sedangkan persentase berat total ikan 100

kembung terhadap dua perlakuan dapat


Hasil Tangkap

dilihat pada Gambar 2 0

-100
Persentase Berat Total Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) N= 10 10

Terhadap Dua Perlakuan Petr omak Merkuri


120

100
Lampu

80
Persentase

Gambar 3. Grafik hasil uji-t


(%)

60 Petromak

40 Merkuri

Kondisi perairan, utamanya faktor


20

-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kecerahan, ikut menentukan cara operasi
penangkapan ikan di P. Mandangin. Apabila
Perlakuan

kondisi perairan keruh, nelayan setempat


Gambar 2. Grafik persentase berat total ikan cenderung melakukan operasi penangkapan
kembung
dengan cara berburu (bura’an). Mereka
mencari gerombolan ikan dengan
Hasil Analisis Statistik mengamati kilatan yang ditimbulkan oleh
sisik ikan yang sedang berenang.
Data hasil tangkapan ikan kembung Sebaliknya bila kondisi perairan cerah
yang diperoleh setelah uji kenormalan dengan warna air bening kebiruan, nelayan
menggunakan SPSS menunjukkan bahwa melakukan operasi penangkapan dengan
data tidak menyebar normal, maka cara soloan, yaitu menggunakan bantuan
data hasil tangkapan di uji menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan.
uji- t secara berpasangan dengan

54
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

Ikan mendekati lampu karena dua hal yang senantiasa bergerak menyebabkan
yaitu ikan tersebut memang bersifat pemantulan sinar hampir ke segala arah,
fototaksis positif dan kedua ikan tersebut adanya percikan-percikan putih (white cap)
datang untuk mencari makan karena cahaya pada permukaan laut akan meninggikan
merupakan indikasi adanya makanan. Bagi pemantulan sinar.
ikan yang bersifat fototaksis positif bila Lampu merkuri tidak berbeda nyata
terlalu lama berada di dekat lampu maka pada hasil tangkapan ikan kembung pada
dikhawatirkan mereka akan mengalami taraf signifikan (5%) adalah 2,262,
kejenuhan, sehingga mereka akan pergi lagi sedangkan pada uji Mann-Whitney adalah
menjauhi lampu. Jika setting dilakukan 0,171. Hal ini berarti alat bantu cahaya yang
pada saat ikan telah menjauhi lampu digunakan antara lampu merkuri dan lampu
demikian, maka sudah pasti operasi petromak adalah sama – sama efektif,
penangkapan akan mengalami kegagalan. disebabkan karena daya pancar antara
Demikian pula halnya dengan jenis-jenis lampu merkuri dan petromak relatif sama
ikan predator, apabila mereka sudah sehingga hasil tangkapan yang diperoleh
kenyang dikhawatirkan mereka akan tidak berbeda jauh. Dalam hal ini nelayan
menjauhi lampu. Hal ini dikarenakan ikan dapat menggunakan lampu petromak atau
yang kenyang umumnya lebih sulit untuk lampu merkuri sebagai alat bantu cahaya
terpikat daripada ikan yang sedang lapar dalam penangkapan ikan.
(Zusser dalam Gunarso, 1985).
Selama penelitian dengan sepuluh kali KESIMPULAN
ulangan jumlah total hasil tangkapan ikan
kembung yang dihasilkan oleh kedua Banyak faktor yang menentukan
perlakuan menggunakan lampu petromak berhasil tidaknya suatu usaha perikanan
sebesar 810 kg dan lampu merkuri light fishing diantaranya adalah:
sebesar 1.460 kg atau sekitar 80,25% dari pemantulan, penyerapan, refraction,
keseluruhan hasil tangkapan ikan kembung. extinction, peristiwa lainnya dari cahaya
Hal ini kemungkinan disebabkan karena yang dihasilkan oleh lampu yang
ikan kembung cenderung menyukai cahaya mengenai permukaan perairan. Tak
pada lampu merkuri. Perbedaan hasil dari kalah pentingnya adalah faktor desain, tata
seluruh spesies ikan yang tertangkap pada letak lampu dan penentuan lokasi dan faktor
lampu merkuri dan lampu petromak kesesuaian alat dengan kondisi lingkungan
mencapai 48,29%. Hal ini diduga karena perairan (Ayodhyoa, 1972).
cahaya lampu petromak yang masuk ke
perairan hanya sedikit sehingga kurang
menarik ikan kembung terutama yang
berada jauh dari lampu.
Sidjabat (1973) menyatakan kalau satu
berkas cahaya jatuh ke permukaan air, maka DAFTAR PUSTAKA
sebagian cahaya dipantulkan dan sebagian
lagi diteruskan ke dalam air. Jumlah sinar Ayodhyoa, 1972. Craft and Gear.
yang dipantulkan tergantung pada sudut Corespondence Course Centre.
jatuh dari sinar dan kondisi perairan. Air

55
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

Direktorat Jenderal Perikanan, Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci


Departemen Pertanian, Jakarta. Identifikasi Ikan. Bina Cipta,
________, 1981. Metode Penangkapan Bandung.
Ikan. Yayasan dewi Sri, Bogor. Sidjabat, M. 1973. Pengantar Oceanografi.
Burhanuddin, S. Martosewojo, Adrim M. Bagian Oceanografi Institut
dan Hutomo M. 1984. Sumberdaya Pertanian Bogor, Bogor.
Ikan Kembung. Proyek Studi Potensi Subani, W. 1972. Alat dan Cara
Sumberdaya Alam Indonesia: Studi Penangkapan Ikan di Indonesia,
Potensi Sumberdaya Hayati Ikan. Jilid 1. Lembaga Penelitian
Lembaga Oseonologi Nasional – Perikanan Laut, Jakarta.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Sudirman dan Mallawa. 2004. Teknik
Indonesia, Jakarta. Penangkapan Ikan. Rineka Cipta,
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2007. Jakarta.
Perikanan Dalam Angka. Kabupaten Sondita, A. Teknik Perikanan Tangkap yang
Sampang. Bertanggung Jawab. Departemen
Direktorat Jendral Perikanan. 1990. Buku Pemanfaatan Sumberdaya
Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Perikanan Laut. Direktorat Jendral Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Perikanan, Departemen Pertanian, Bogor (IPB), Bogor
Jakarta. Winugroho, 2006. Purse seine.
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. http://www.kapal purse seine.com/.
2004. Klasifikasi Ikan Laut. Statistik Diakses 23 Maret 2008
Perikanan Tangkap. Departemen Wiyono, S. 2006. Menangkap Ikan
Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Menggunakan Cahaya. Artikel
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan IPTEK – Bidang Biologi, Pangan
Hubungannnya degan Alat, Metode dan Kesehatan.
dan Taktik Penangkapan. Fakultas http://www.easier but not
Perikanan, Institut Pertanian Bogor, simplier.com/. Diakses 18 Maret
Bogor. 2008.
Laevastu, M. and Hayes M.L. 1981.
Fisheries Oceanography and
Ecology. Fishing News (Book) Ltd,
London.
Nomura, M. and Yamazaki T. 1977.
Fishing Techniques 1. Japan
International Cooperation Agency, .
Tokyo.
Rawung, A, 1971. Sinopsis Biologi Ikan
Kembung (Rastrelliger sp.). LPPL,
Jakarta.

56

You might also like