You are on page 1of 7

www.lppm-mfh.

com ISSN-e: 2548 - 6365


lppm-politeknikmfh@gmail.com

Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Self Nano-Emulsifying Drug Delivery


System (SNEDDS) Ekstrak Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) dengan Virgin
Coconut Oil (VCO) sebagai Fase Minyaknya

Aulia Ul Hafizah*1, Rizki Nugrahani1, Ade Irma Fitria Ningsih1,


1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Nahdaltul Wathan Mataram
1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Nahdaltul Wathan Mataram
Email: auliaadim4@gmail.com
2
Fakultas Ilmu Kesehatan, Nahdaltul Wathan Mataram
Email: rizkinugrahani083@gmail.com
3
Fakultas Ilmu Kesehatan, Nahdaltul Wathan Mataram

ABSTRACT

Common bean (Phaseolus vulgaris L.) is one alternative that can be chosen as source of natural
antioxidant because it contains flavonoid compounds that have the ability as an antioxidant.
However, due to solubility problem, then the extract would be developed in SNEDDS (Self-
nanoemulsifying Drug Delivery System) preparations. The research was done to know the results
of antioxidant formulation and activation test of common bean SNEDDS using Virgin Coconut Oil
as its oil phase. SNEDDS formulation was done by determine the composition of surfactant, co-
surfactant, and oil. Then Extract loading test, clarity and stability test, emulsification time were
done, while the characterization of nanoemulsion droplets was obtained by the measurement of
nanoemulsion droplets. Then antioxidant activation test of common bean extract SNEDDS was
done using DPPH method. In this research obtained optimal formula with VCO 1: 5(Tween 80:
propylene glycol 1:3) composition that produces clear view with 96.33±0.26 transmittan, 20mg/ml
extract loading, emulsification time on aquadest, AGF, and AIF are 5.6±5.28 seconds, 6.6±1.61
seconds, 10.3±2.65 seconds in sequence, nanoemulsion size on aquadest is 228.7 nm with 0.676 PI.
Whereas the 686.5µg/mL common bean SNEDDS antioxidant power is categorized as weak
compared to 7.9µg/mL positive control (BHT) that categorized as strong. So it can be concluded
that common bean SNEDDS has antioxidant effect but still categorized as weak.

Keywords: Nano Herbal, SNEDDS, Common Bean, Antioxidant

1. PENDAHULUAN ekstrak buncis dalam tubuh (Morikawa dkk,


Buah buncis (Phaseolus vulgaris L.) 2003; Chen dkk, 2001). Untuk mengatasi
merupakan salah satu alternatif yang dapat masalah ini maka ekstrak buncis akan dibuat
dipilih sebagai sumber antioksidan alami. dalam bentuk sediaan Self-nanoemulsifying
Berdasarkan penelitian sebelumnya dari drug delivery system (SNEDDS) karena
Nugrahani (2015) Hasil screening fitokimia dengan ukurannya yang kecil (1-1000 nm)
yang sudah dilakukan pada ekstrak buah diharapkan nanoemulsi yang terbentuk ketika
buncis yang akan disiapkan sebagai sediaan berada didalam cairan gastrointestinal
fitofarmaka menunjukkan bahwa dalam memiliki luas permukaan yang lebih luas
ekstrak kasar terdapat senyawa flavonoid dibandingkan partikel yang lebih besar
yang memiliki kemampuan sebagai sehingga akan diikuti dengan meningkatnya
antioksidan meskipun aktivitas kelarutan dan akan berefek pada
antioksidannya lemah (1268,18 μg/mL). meningkatnya bioavaibilitas dari flavonoid
Namun, kelarutan flavonoid yang rendah (Hosokawa, 2007. Selain itu, Kelarutan
bisa berakibat pada rendahnya bioavaibilitas biasanya menjadi masalah yang paling

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 62

Volume 3. No. 2 – Oktober 2019


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

banyak ditemukan dalam formulasi sediaan rpm. Sebanyak 1 mL SNEDDS berisi


oral, 4-10% kandidat obat baru memiliki Ekstrak etanol buah buncis diteteskan ke
bioavaibilitas yang rendah sebagai akibat dari dalam media secara cepat. Kemudan
rendahnya kelarutan ekstrak (Taha dkk., dilakukan pengamatan ukuran droplet
2009), hal ini menyebabkan besarnya dosis nanoemulsi untuk mengetahui ukuran dan
yang diberikan kepada pasien sehingga akan distribusi nanodroplet dilakukan pengukuran
mengurangi kepatuhan dan kenyamanan menggunakan alat particle size analyzer
pasien. (PSA). Sebanyak dua tetes sampel
2. METODE PENELITIAN nanoemulsi ditambahkan lima mL akuades
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dicampur dengan cara membolak-balik.
meliputi: ekstrak etanol buah buncis Setelah itu diambil tiga mL dan dimasukkan
(Phaseoulus vulgaris L) yang diperoleh dari ke dalam kuvet untuk dianalisis. Pengamatan
petani lokal Sembalun Lombok timur. Proses stabilitas nanoemulsi ekstrak di mana
pelaksanaan Penelitian dilakukan dengan SNEDDS yang berisi ekstrak etanol buah
tahapan dimulai dari hasil dari penentuan buncis sebanyak 100 µl ditambah akuades,
jumlah kelarutan ekstrak dalam berbagai artificial gastric fluid, dan artificial intestinal
minyak, surfaktan dan kosurfaktan fluid hingga volume 5 mL. Media dipanaskan
merupakan dasar dari uji penentuan rasio dan dijaga tetap berada pada suhu 37ºC. Hasil
surfaktan-kosurfaktan, dan penentuan minyak pencampuran diamati setiap jam selama 4
dengan surfaktan-kosurfaktan. Rasio menit untuk mengetahui stabilitasnya.
penentuan surfaktan-kosurfaktan serta Langkah selanjutnya dilakukan penguji daya
minyak surfaktan-kosurfaktan hingga uji antioksidan dengan Perendaman Warna
formula SNEDDS sesuai dengan penelitian DPPH. Langkah pertama adalah Penentuan
Patel dkk. (2010) dan dilanjutkan dengan uji Panjang Gelombang Maksimum Larutan DPPH
antioksidan dengan metode DPPH. Larutkan 0,5 mM DPPH dalam metanol diukur
Penentuan Formula SNEDDS dimana panjang gelombangnya mulai dari panjang
dilakukan uji kejernihan dan transmittan di gelombang 450 nm – 600 nm. Dari penelitian
sebelumnya diperoleh panjang gelombang
dapatkan bahwa Sejumlah 100,0 µL calon
maksimum larutan DPPH adalah 517 nm.
formula preconcentrate ditambah akuades
Langkah kedua adalah penentuan aktivitas
hingga volume akhir 5,0 mL, Campuran
antioksidan. SNEDDS ekstrak P Vulgaris L
dihomogenisasikan dengan bantuan vortex
dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu
selama 30 detik. Emulsi yang telah diperoleh
masing-masing 200, 400, 800, 1600,3200 dan
diukur serapannya pada panjang gelombang
6400 ppm sebanyak masing-masing 10 mL
650 nm dengan blanko akuades untuk
Masing-masing larutan ditambahkan 1 ml
mengetahui tingkat kejernihannya. Pada uji
larutan DPPH 0,5 mM dan direndam selama
extract loading dan emulsification time
30 menit dalam ruang gelap agar reaksi lebih
optimasi dilakukan terhadap seri bobot 50,0
sempurna (Wardatun, 2011). selanjutnya
mg; 75,0 mg; 100,0 mg; 150,0mg; 200,0 mg
diukur pada panjang gelombang maksimum
dan 250,0 mg. Ekstrak etanol buah buncis
yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai
ditambahkan ke dalam 5 mL formula optimal
larutan blanko digunakan metanol yang
SNEDDS. Cara pembuatan ini mengacu pada
ditambahkan larutan DPPH 0,5 mM. Adapun
metode solid dispersion technique (Shah
sebagai pembandingnya (kontrol positif)
dkk., 2010). Penghitungan emulsification
digunakan BHT dengan konsentrasi 1, 2, 3,
time dilakukan terhadap SNEDDS kombinasi
4, 5 dan 6 ppm yang ditambahkan 1 ml
ekstrak temulawak dan sambung nyawa
larutan DPPH 0,5 mM.
dalam tiga media yaitu akuades, artificial Adapun untuk menghitung persen penghambatan
intestinal fluid, dan artificial gastric fluid DPPH digunakan persamaan sebagai berikut :
tanpa pepsin. Media 500 mL dikondisikan di
atas magnetic stirer dengan kecepatan 120

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 63

Volume 3. No. 2 – Oktober 2019


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

𝐴 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜−𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam fase


% Penghambatan=
𝐴 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜 minyak. Jumlah minyak yang digunakan
×100%...........(Persamaan 1) pada optimasi ini adalah satu bagian dari
Dimana : komposisi total surfaktan-kosurfaktan-
A blangko= serapan radikal DPPH 0,5 mM minyak. Jika komposisi minyak ditingkatkan,
A sampel = serapan radikal DPPH 0,5 mM maka keseimbangan interaksi tidak tercapai
setelah diberi perlakukan sampel sehingga terbentuk fase yang tidak homogen
Kemudian dibuat kurva antara (memisah).
Penentuan Formula SNEDDS
konsentrasi sampel (sumbu x) dengan persen
penghambatan (sumbu y) yang digunakan a. Kejernihan dan Transmitan
untuk menghitung nilai IC50 yaitu Dalam penelitian ini formula akan diuji
konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan kejernihan dan transmittannya. Kejernihan
untuk menghambat 50% radikal bebas (Zuhra dari formula emulsi akan dibandingkan
dkk, 2008). Semakin kecil nilai IC50, maka dengan kejernihan akuades. Berdasarkan
aktivitas antioksidan semakin kuat. hasil pengamatan dua formula menunjukkan
tampilan yang jernih pada formula SNEDDS
3. HASIL DAN PEMBAHASAN yang menggunakan surfaktan tween 80 dan
Hasil penentuan komposisi surfaktan kosurfaktan propilen glikol dengan rasio
dan kosurfaktan menunjukkan bahwa perbandingan 1:3. Surfaktan-kosurfaktan
komposisi tween 80 hanya mampu yang menggunakan propilen glikol dengan
membentuk campuran yang homogen apabila rasio perbandingan 3:2 menunjukkan
rasio komposisinya lebih besar dibandingkan tampilan yang keruh, sehingga untuk
kosurfaktan. Tween 80 dengan propilen pemilihan formula optimum akan diambil
glikol mampu membentuk campuran yang dari formula yang menunjukkan tampilan
homogen pada rasio komposisi 3:1, dan 3:2. yang jernih
Hasil penentuan komposisi minyak
dengan surfaktan dan kosurfaktan
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini
perbandingan komposisi antara kombinasi
surfaktan dan kosurfaktan dengan minyak
yang paling kecil yang akan diambil sebagai
kandidat formula optimum. VCO sebagai
fase minyak dipilih berdasarkan uji
kestabilan dengan sistem surfaktan- Gambar 1. Hasil Uji Kejernihan dari Calon
kosurfaktan yang sebelumnya telah Formula SNEDDS 1 VCO : 5
dilakukan, hal ini dikuatkan juga oleh (Tween 80: Propilen Glikol)
Hafizah (2014) yang menyatakan bahwa
VCO mampu melarutkan kombinasi ekstrak Tabel 1. Hasil Pengukuran % Transmitan
temulawak dan sambung nyawa paling Formula SNEDDS
banyak dibandingkan minyak nabati lain.
Identifikasi minyak yang sesuai dapat
N Formula Rerata Transmitan
memaksimalkan kelarutan senyawa untuk
O SNEDDS (%)
mendapatkan extract loading yang optimal. Rata-rata±SD
Menurut Shafiq-un-Nabi dkk. (2007)
kelarutan obat dalam minyak pada 1 VCO 1: 96,33±0,26
nanoemulsi merupakan komponen yang (T80:PG 3:1) 5
paling penting, karena terkait dengan 2 VCO 1: 88,20±0,76
kemampuan nanoemulsi untuk menjaga obat (T80:PG 3:2) 5
dalam bentuk terlarut yang sangat

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 64

Volume 3. No. 2 – Oktober 2019


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

Berdasarkan hasil pengukuran mampu dengan segera membentuk lapisan


transmitansi kedua formula di atas formula antarmuka minyak dan air. Ko-surfaktan
pertama memiliki nilai transmitan lebih dari lebih berperan dalam emulsification time
90 %. Menurut Costa dkk. (2012) nanoemulsi bukan pada pengecilan ukuran tetesan. Ko-
yang baik memiliki penampakan visual yang surfaktan akan terselip dan membentuk ruang
jernih dengan transmitan lebih dari 90%. kosong di antara surfaktan sehingga
Sehingga formula pertama akan bisa strukturnya lebih membengkak tetapi
dikatakan dapat membentuk nanoemulsi memiliki fluiditas yang tinggi dan mampu
ketika teremulsifikasikan dalam medium air. membentuk nanoemulsi lebih cepat.
b. Penentuan Extract Loading dan Kemampuan meningkatkan emulsifikasi pada
Emulsification Time kosurfaktan ditentukan pada panjang rantai
Penentuan jumlah ekstrak yang dapat termuat alkil hidrofobiknya. Semakin panjang
dalam sistem SNEEDS dilakukan terhadap rantainya maka kemampuan emulsifikasinya
seri bobot kombinasi ekstrak buncis. Hasil semakin baik (Parmar dkk., 2011)
skrining dengan pengamatan visual Uji Ukuran tetesan Nanoemulsi.
menunjukkan konsentrasi maksimal Karakterisasi ukuran tetesan dilakukan untuk
kombinasi ekstrak buncis menunjukkan mengetahui ukuran tetesan nanoemulsi.
konsentrasi maksimal pada 20 mg/ mL untuk Syarat ukuran tetesan nanoemulsi sediaan
formula VCO:(T80:PG 1:3) 1:5. Uji drug SNEDDS mengacu pada penelitian Shakeel
loading pada 25 mg/mL dan kelipatannya dkk, 2008 yaitu antara 50 – 500 nm(Shakeel,
pada formula VCO:(T80:PEG1:3) 1:5 dkk., 2008). Ukuran partikel ditampilkan
menunjukkan sistem yang sudah tidak pada tabel II
mampu melarutkan ekstrak, ini ditandai
dengan adanya endapan pada tiga hari Tabel II. Hasil Pengukuran Partikel dari
pengamatan. Penentuan emulsification time Nanoemulsi
dilakukan untuk memperoleh gambaran
kemudahan SNEDDS membentuk emulsi Formula Ukuran Polydispersity
saat berada dalam tubuh. Pengerjaan waktu Partikel index (PI)
emulsifikasi hanya memerlukan sedikit (nm) tetesan
energi sebagaimana emulsifikasi tersebut
akan terjadi karena gerak peristaltik di VCO (1) : 228,7 0,676
saluran pencernaan. Pengukuran (T80:PG
emulsification time pada formula 1:3) (5)
VCO:(T80:PG1:3) 1:5 mampu membentuk
nanoemulsi pada media akuades selama Berdasarkan hasil yang tersaji pada
5,6±0.35 detik sementara dalam media tabel 2 menunjukkan bahwa ukuran tetesan
artificial intestinal fluid memerlukan nanoemulsi telah berada dalam rentang 50 -
6,6±0,47 detik dan 10,3±0,63 detik dalam 500 nm. Perolehan ukuran tetesan
artificial gastric fluid. Penentuan nanoemulsi telah mencapai hasil yang
emulsification time dilakukan untuk diharapkan. Hal ini sesuai dengan hasil
memperoleh gambaran kemudahan transmitansi sebelumnya yang memberikan
SNEDDS membentuk emulsi saat berada gambaran awal perolehan ukuran tetesan
dalam tubuh (kurang dari 1 menit). nanoemulsi.
Pengerjaan waktu emulsifikasi hanya Untuk nilai Polydispersity Index (PI)
memerlukan sedikit energi sebagaimana tetesan nanoemulsi diketahui kurang dari 1
emulsifikasi tersebut akan terjadi karena yaitu 0,676. Nilai polydispersity index (PI)
gerak peristaltik di saluran pencernaan. kurang dari satu (0,676) berfungsi sebagai
Emulsification time yang singkat dimediasi indikator distribusi ukuran yang homogen.
oleh kerja surfaktan dan ko-surfaktan yang Hal ini menunjukkan bahwa metode

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 65

Volume 3. No. 2 – Oktober 2019


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

pembuatan SNEDDS yang digunakan untuk Hasil pengujian dengan metode DPPH pada
preparasi nanoemulsi memiliki reliabilitas sampel ekstrak buncis dalam bentuk
yang baik (Hafizah.,2014). SNEDDS dan BHT sebagai pembanding
Uji Aktivitas Antioksidan menunjukkan semakin tinggi nilai
Pengujian aktivitas antioksidan SNEDDS konsentrasi semakin menurun nilai
ekstrak buncis dilakukan dengan metode absorbansi yang diperoleh ini mempunyai
DPPH. Pemilihan metode DPPH untuk uji arti bahwa telah terjadi penangkapan radikal
aktivitas antioksidan menurut Nugrahani, bebas pada DPPH oleh sampel SNEDDS
(2015) sangat mudah di aplikasikan, efisien ekstrak buncis dan BHT. Adanya
terhadap waktu dan jumlah reagen yang penangkapan radikal bebas tersebut
digunakan. DPPH merupakan radikal bebas mengakibatkan ikatan rangkap diazo pada
stabil dengan rumus molekul C18H12N5O6 (Mr DPPH berkurang sehingga terjadi penurunan
= 394,33).. Sebelum dilakukan uji aktivitas absorbansi. Penurunnan nilai absorbansi ini
antioksidan terlebih dahulu dilakukan uji sejalan dengan peningkatan nilai persentase
KLT terhadap sampel ekstrak buncis dalam penghambatan oleh sampel SNEDDS ekstrak
bentuk SNEDDS. Terbukti pada uji KLT buncis (Grafik 1 ) dan BHT sebagai
ekstrak buncis dalam bentuk SNEDDS pembanding (Grafik 2)
positif mengandung senyawa flavonoid.
Flavonoid merupakan senyawa metabolite %Penghambatan
yang memiliki kemampuan sebagai 50 %pengh
y = 5.3747x + 7.4304
antioksidan karena merupakan senyawa % penghambatan 40 R² = 0.7396 ambatan
30
pereduksi yang baik. Flavonoid dapat Linear
20
menghambat berbagai reaksi oksidasi, baik (%peng
10 hambata
enzimatis maupun non enzimatis ( Insanu, 0 n)
dkk., 2017). Penelitian serupa juga 0 1 2 3 4 5 6
menyebutkan bahwa flavonoid dengan konsentrasi
rangka struktur flavon dan flavonon memiliki
aktivitas antioksidan yang kuat karena Gambar 3. Grafik persamaan Linier Uji
adanya gugus hidroksil pada cincin B dan Aktivitas Antioksidan BHT
substitusi pada karbon C3 pada cincin C (
Insanu, dkk., 2017)
%penghambatan
%Pers
50 entasi
%Penghambatan

40 y = 0.0624x + 7.4347 pengh


R² = 0.9965 ambat
30 an
20 Linear
(%Per
10 sentasi
0 pengh
0 200 400 600 ambat
an)
Konsentrasi

Gambar 4. Grafik persamaan Linier Uji


Aktivitas Antioksidan SNEDDS
Gambar 2. Hasil Uji KLT dari Buncis
SNEDDS Buncis dengan kuersetin Kekuatan aktivitas antioksaidan sampel dan
sebagai standar BHT sebagai pembanding ditunjukkan oleh
nilai IC50 yang dihitung dari persamaan

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 66

Volume 3. No. 2 – Oktober 2019


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

regresi linier yang diperoleh dari kurva 5. SARAN


hubungan antara persen penghambatan dan Perlu dilakukan penelitian mendalam untuk
konsentrasi substrat. Dari grafik persamaan mencari fase minyak dan kosurfaktan yang
linier di atas diperoleh IC50 baku BHT adalah mampu memuat ekstrak dalam jumlah besar
7,927 μg/mL sehingga, daya antioksidan sehingga akan memudahkan dalam formula
yang diperoleh dari kontrol positif BHT dan meningkatkan daya antioksidannya
masuk dalam kategori kuat dan nilai IC 50
untuk sampel ekstrak buncis dalam bentuk
SNEDDS adalah 686,5 μg/mL termasuk 6. UCAPAN TERIMAKASIH
kategori lemah. Sedangkan, menurut Kepada:
Nugrahani, (2015) Nilai IC50 untuk masing- Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat,
masing sampel ekstrak buncis yang diolah Direktorat jenderal Penguatan Riset dan
dalam bentuk kapsul yaitu 1268,18 μg/mL. Pengembangan, Kementerian Riset,
menurut Kurnia 2013 Aktivitas antioksidan Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atas Hibah
dari ekstrak kental buah buncis, hasil partisi Penelitian Dosen Pemula.
metanol maupun residu hasil partisi metanol
dalam perhitungan IC50 menunjukkan hasil 7. REFERENSI
berturut-turut 140,81 μg/mL, 98,19 μg/mL, Chen, Y.C., Shen, S.C., Lee, W.R., Hou,
94,31 μg/mL. Hasil akhir penelitian W.C., Yang, L.L., and Lee, T.J.,
menunjukkan bahwa serbuk ekstrak buah 2001, J. Cell. Biochem., 82, 537-
buncis yang telah diformulasikan dalam 548.
bentuk SNEDDS menunjukkan peningkatan Costa, J.A., Lucas, E.F., Queirós, Y.G.C.,
daya antioksidan dari bentuk ekstrak Mansur, C.R.E., 2012. Evaluation of
konvensional meskipun masih masuk dalam nanoemulsions in the cleaning of
kategori lemah dan tidak lebih baik dari polymeric resins. Colloids Surf.
BHT. Hal ini disebabkan bahwa ekstraks Physicochem. Eng. Asp. 415, 112–
yang diformulasikan dalam bentuk SNEDDS 118.doi:10.1016/j.colsurfa.2012.10.0
akan meningkat kelarutannya dalam 11
gastrointestinal sehingga akan berefek pada Hafizah., A, U., .2014. Formulasi dan Uji
bioavaibilitas yang meningkat sehingga efek Aktivitas Anti-Hiperkolesterol Self-
juga akan meningkat. Namun, lemahnya efek Nanoemulsying Drug Delivery
daya antioksidan sampel jika dibandingkan System (SNEDDS) Kombinasi
dengan kontrol BHT disebabkan kecilnya Ekstrak Temulawak (Curcuma
ekstrak loading yang diperoleh dari formula xantharrhiza. Roxb) dan Sambung
optimal, sehingga ini akan berdampak pada Nyawa (Gynura procumbens
kecilnya senyawa ekstrak yang bisa (Lour.) Merr) dengan Virgin
diabsorbsi oleh tubuh. Coconut Oil Sebagai Fase
Minyaknya, Tesis, Universitas
4. KESIMPULAN Gadjah Mada, Yogyakarta.
Formula SNEDDS ekstrak buncis dapat Hosokawa, M., Nogi, K., Naito, M., dan
dibuat menggunakan VCO sebagai fase Yokoyama, T., 2007. Nanoparticle
minyaknya dengan formula SNEDDS yang Technology Handbook, 1st ed.
optimal terdiri dari tween 80: propilen glikol Elsevier, Oxford
(3:1) dan Virgin coconut oil (VCO) dengan Kurnia, N. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan
rasio komposisi (surfaktan: ko-surfaktan): Ekstrak Air Buah Buncis (Pheseolus
minyak 5:1 yang dapat memuat hingga 100 vulgaria L.). Tesis. Universitas
mg ekstrak setiap 5 mL dengan Mataram.
emulsification time sekitar 119,33 detik. Molyneux, P. 2003. The Use of the Stable
Free Radical Diphenylpicryl-

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 67

Volume 3. No. 2 – Oktober 2019


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

hydraziyl (DPPH) for Estimating Andrigraphis paniculata Ness.)


Antioxidant Activity. U. K. Dengan Metode Linoleat-Tiosianat.
(Online,www.google.co.id/?gws_rd= Jurnal Fitofarmaka Vol. 1 No.2.
cr&ei=DWQPVYmTFpfluQSu7YG Zuhra, C.F., Tarigan, J.Br., Sihotang, H.
ADA#q=dpph+%2Bmolyneux). 2008. Aktivitas Antioksidan
Morikawa, K., Nonaka, M., Narahara, M, Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk
Torii, I., Kawaguchi, K., Yoshikawa, (Sauropus androgunus (L) Merr.)
T., Kumazawa, Y., and Morikawa, Jurnal Biologi Sumatera, 3(1)
S., 2003, Life Sci., 26, 6, 709-21.
Nugrahani, R. 2015. Analisis Potensi Serbuk
ekstrak Buncis (Phaseolus vulgaris
L.) Sebagai Antioksidan, Tesis.
Universitas Mataram, Mataram.
Parmar, N., Singla, N., Amin, S., Kohli, K.,
2011. Study of cosurfactant effect on
nanoemulsifying area and
development of lercanidipine loaded
(SNEDDS) self nanoemulsifying
drug delivery system. Colloids Surf.
B Biointerfaces 86, 327–338.
doi:10.1016/j.colsurfb.2011.04.016
Patel, M.J., Patel, N.., Patel, M.., 2010. A
Self-Microemulsifying Drug
Delivery System (SNEDDS). Int J
Pharm Sci 4, 29–33.
Shah, P., Bhalodia, D., dan Shelat, P., 2010.
Nanoemulsion: A pharmaceutical
review. Systematic Reviews in
Pharmacy, 1: 24–32
Shafiq-un-Nabi, S., Shakeel, F., Talegaonkar,
S., Ali, J., Baboota, S., Ahuja, A.,
Khar, R.K., Ali, M., 2007.
Formulation development and
optimization using nanoemulsion
technique: a technical note. AAPS
Pharmscitech 8, E12–E17.
Shakeel F., Baboota S., Ahuja A., Ali J.,
Faisal M.S., dan Shafiq S., 2008,
Stability Evaluation of Celecoxib
Nanoemulsion Containing Tween
80,Thai Journal Pharm. Sci,32: 4-9.
Taha, E., Al-Suwayeh, S.A., El-Badry, M.,
2009. Bioavailability Study of
Indomethacin Self-nanemulsifying
Oral Formulation in Rats. Aust. J.
Basic Appl. Sci. 3.
Wardatun, S. 2011. Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Akar, Kulit Batang
dan Daun Tanaman Sambiloto (

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 68

Volume 3. No. 2 – Oktober 2019

You might also like