You are on page 1of 37

DAKWAH RASULULLAH

A.     Latar Belakang Rasulullah SAW


Nabi Muhammad SAW ialah utusan Allah kepada semua umat manusia. Beliau ialah nabi terakhir,
yang diutus oleh Allah kepada semua manusia, supaya mereka menyembah kepada Allah semata dan tidak
menyekutukan-Nya. Beliau dilahirkan di Makkah pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awwal. Ayah beliau
meninggal sebelum beliau dilahirkan dan dikubur di Madinah. Lalu ibunya yang mengasuh beliau. Beliau
disusui oleh Tsuwaibah Al-Aslamiyah, kemudian Halimah As-Sa’diyah.
Pada umur 6 tahun ibunya meninggal di Abwa’. Beliau diasuh oleh Ummu Aiman dan ditanggung
oleh datuknya. Ketika berumur 8 tahun meninggallah datuknya dan ditanggung oleh pamannya “Abu Thalib”
ketika berumur 9 tahun. Beliau bersama pamannya pergi ke negeri Syam. Pada umur 25 tahun Rasulullah
SAW pergi dengan membawa dagangan Siti Khadijah. Dan ketika berumur 35 tahun beliau bersatu dengan
Qaum Quraisy dalam mendirikan Ka’bah dan beliaulah yang memberi keputusan dalam peletakan Al-Hajarul
Aswad.
Beliau termasyhur diantara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Mereka cinta kepada Nabi dan
menghormati Nabi. Hingga mereka memberi gelar “Al-Amin” kepada Nabi. Ketika umurnya hampir 40 tahun,
Nabi suka menjauhkan diri dari pergaulan dengan manusia. Nabi suka menjalankan ibadahnya di Gua Hira’.
Ketika beliau berumur 40 tahun, Allah mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada
Nabi. Nabi Muhammad SAW diperintah untuk menuju jalan yang lurus yakni agama Islam.

B.     Dakwah Rasulullah di Makkah


Setelah Rasulullah SAW mendapatkan wahyu dari Allah, Nabi mulai berdakwah secara sembunyi-
sembunyi. Orang yang pertama kali beriman kepada beliau ialah Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib
dan Zaid bin Haritsah.
Orang-orang Makkah sebelum kedatangan Islam, orang-orang ini menyekutukan Allah (musyrikin)
yaitu mereka menyembah patung-patung dan menganggapnya suci. Kebiasaan mereka ialah membunuh anak-
anak mereka dan mengubur anaknya hidup-hidup. Mereka melakukan hal itu karena takut miskin, malu dan
takut mendapatkan celaan.
Ketika turun ayat Al-Qur’an :

Nabi Muhammad SAW mengajak manusia/berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Beliau terlebih dahulu
mengajak kerabat-kerabatnya untuk menuju agama yang benar.
Setelah dakwah Rasululah SAW secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun, Nabi diperintahkan untuk
dakwah secara terang-terangan. Lalu beliau pun mengumpulkan kaumnya dan mengancam meraka dengan
adzab akhirat. Ketika turun ayat :
‫ك ْاالَ ْق َر ِبي َْن‬
َ ‫َواَ ْن ِذرْ َعشِ ي َْر َت‬
Artinya : ”Ancamlah keluargamu yang dekat-dekat.”
Nabi mengumpulkan para ahli serta kerabat-kerabatnya dan beliau  pun menyampaikan kepada mereka
tentang agama Allah, tapi paman beliau Abu Lahab menolak dengan cara tidak baik.
Ketika Rasulullah mengajak mereka menyembah kepada Allah dan mengajak meninggalkan
kepercayaan mereka, orang Quraisy sangat marah. Dulu orang Quraisy yang sangat mencintai Nabi bertukar
kecintaan menjadi kemarahan kepada Nabi. Ketika Rasulullah maki tuhan-tuhan mereka menyesatkan bapak-
bapak mereka, orang Quraisy mendatangi paman Nabi dan menyuruh Rasulullah berhenti dalam menyebarkan
agama Islam. Tapi Rasulullah tak sedikitpun menyerah dan beliau tetap menyiarkan agama Islam.
Orang Quraisy pun melihat hal itu, dan mereka mulai menyakiti Nabi, mengejek, mencela, tapi beliau
tetap sabar, tenang, dan memaafkan. Kemudian gangguan itu ditujukan kepada sahabat-sahabat Nabi. Setiap
orang yang masuk Islam, pasti orang Quraisy pun menyiksanya.

C.     Hijrah ke Habsyi
Ketika Nabi melihat gangguan dan macam-macam siksaan yang mengenai sahabat, Nabi
memerintahkan untuk berhijrah ke Habsyi. Maka berhijrahlah 10 orang sahabat laki-laki dan 5 orang
perempuan. Diantara mereka adalah Usman bin Affan dan istrinya yaitu Ruqoyyah binti Rasulullah SAW dan
mereka kembali sesudah 3 bulan. Inilah hijrah pertama dalam Islam.
Pada tahun ke-5 dari kenabian Nabi Muhammad, masuklah Umar bin Al-Khattab dan Hamzah bin
Abdul Muth-Thalib. Kedua orang ini adalah penguat Islam. Ketika Islam tersiar, kaum Quraisy mengepung
Nabi dan keluarganya dan sahabat-sahabatnya di Syi’ib pada tahun ke-7 kenabianNya. Beliau perintah yang
kedua kalinya untuk hijrah ke Habsyi dan pada waktu itu Raja Habsyi masuk Islam.
Dalam tahun kesepuluh Nabi keluar dari kepungan orang Quraisy.
D.    Tahun Duka Cita
Pada tahun kesepuluh dari kenabian Nabi Muhammad, meninggalah istri Nabi (Siti Khadijah) dan
paman Nabi (Abu Thalib). Setelah paman beliau wafat gangguan orang Quraisy semakin bertambah, sehingga
orang Quraisy bermaksud hendak membunuh beliau.

E.     Hijrah ke Thaif
Tatkalah Rasulullah SAW melihat penghinaan Quraisy kepada beliau, berhijralah ke Thaif dalam
tahun kesepuluh bersama Zaid bin Haristah. Zaid bin Haritsah ini adalah orang yang menahan/membela Nabi
dari gangguan orang Quraisy. Tak lama kemudian Nabi kembali ke Makkah, setelah beliau tinggal sebulan di
sana.

F.      Isra’ dan Mi’raj Nabi SAW


Pada tahun kesebelas Nabi, Allah muliakan beliau dengan Isra’ dan Mi’raj.
  Isra’           :  Perjalanan Nabi pada waktu malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

  Mi’raj        :  Naiknya Nabi SAW ke alam atas dan kepadanya diwajibkan sholat 5 waktu.
Pada pagi harinya Jibril mengajarkan sembahyang/sholat 5 waktu itu dan waktu-waktunya kepada
Nabi SAW.

G.     Dakwah Rasulullah di Madinah


Dalam tahun yang kedua belas, datanglah 12 orang laki-laki dari Arab Madinah kepada Nabi. Mereka
beriman kepadaNya dan kembali ke Madinah. Dengan begini tersiarlah agama dan kembali ke Madinah.
Dalam tahun yang ketiga belas datang kepada Nabi 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan dari madinah
datang kembali kepada Nabi. Dan mereka pula beriman kepada beliau. Maka bertambahlah tersiar agama
Islam. Dalam tahun ini Nabi juga memerintahkan sahabat-sahabat beliau berhijrah ke Madinah.
Setelah melewati perjuangan yang berat, akhirnya Rasulullah SAW tiba di Madinah. Dalam perjalanan
Nabi, tepatnya hari Jum’at maka beliau sholat Jum’at dan inilah pertama kalinya sholat Jum’at. Khutbahnya
adalah khutbah tentang Islam. Ketika Rasulullah sampai di kota Madinah, orang-orang menemui Nabi dan
menyambut dengan senang hati atas kedatangan Rasulullah SAW yang sudah dinanti-nanti.
Selain itu Rasulullah SAW kemudian menyebut kalangan muslimin Madinah sebagai kaum Anshar
dan muslimin Makkah sebagai kaum Muhajirin. Oleh Rasulullah SAW mereka semua disatukan dalam
persaudaraan Islam. Sejak itulah, tidak ada lagi perbedaan antara Aus dan Khzraj. Mereka semua adalah
saudara seiman, saudara se-Islam, yakni persudaraan yang terikat karena Allah SWT.

H.    Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah


Di tanah Sahl dan Suhail bin Amr inilah Rasulullah beserta kaum muslimin Madinah membangun
sebuah masjid yang kemudian dinamakan dengan masjid Nabawi. Selain sebagai tempat sholat, fungsi masjid
sebagai tempat menimba ilmu, berkumpul, latihan perang dan tempat untuk menggembleng fisik dan mental
umat. Di masjid inilah Rasulullah SAW menyiarkan agama Islam, membimbing para sahabat untuk menjadi
umat yang teguh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Selain itu juga Rasulullah menerapkan nilai-nilai Islam dalam mengatur Madinah. Ibarat seorang
presiden, Rasulullah SAW berstabilitas keamanan dan kesejahteraan masyarakat Madinah. Maka dakwah
Rasulullah berjalan dengan baik. Sehingga Rasulullah mengadakan perjanjian yang berisi tentang hak dan
kewajiban setiap golongan warga Madinah itu kemudian kita kenal dengan sebutan ”Piagam Madinah”.
Dengan perjanjian ini, dapat kita lihat bahwa keberadaan Rasulullah SAW di Madinah ternyata tidak hanya
berperan sebagai Rasul, melainkan ia berperan sebagai seorang negarawan. Dengan Piagam inilah, kesatuan
dan persatuan yang kokoh di kalangan masyarakat Madinah dapat tercipta.
Strategi dakwah yang digunakan Rasulullah SAW ketika berada di Madinah sangat berbeda dengan
yang diterapkan di Makkah. Tentu saja hal itu disebabkan karena kondisi masyarakat yang jauh berbeda.
Secara garis besar, langkah dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW di Madinah bermuara pada satu tujuan
yakni perdamaian seutuhnya di bumi Madinah. Hal itu dapat kita lihat melalui tiga hal berikut:
a.      Diperdamaikannya antara Aus dan Khazraj
b.     Dipersaudarakannya kaum Muhajirin dan Anshar
c.      Dipersatukannya masyarakat Madinah melalui piagam Madinah
Beberapa hal yang dapat diteladani dari dakwah Rasulullah dalam membina masyarakat Madinah
adalah beliau selalu sabar dan berfikir jernih dalam mengatasi situasi Madinah yang sangat plural. Dengan
budi pekertinya, Rasulullah menunjukan beberapa sikap yang menjadikannya begitu disegani masyarakat
Madinah yakni sikap toleransi, cinta damai, melindungi kaum lemah, murah hati, dan rela berkorban demi
agama dan tanah air. Sikap itu tercermin ketika beliau menghadapi permaslahan yang ada di Madinah.
KATA PENUTUP

Demikian makalah yang saya buat. Apabia ada kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf
sebesar-besarnya.
Dan saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Hasan Ibrahim.2002. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jlid 1-2,terj.H.A. Bahauddin. Jakarta. Kalam Mulia

Djabbar, Abdul Umar.         .Kitab Nurul Yaqien, Jilid 1. Surabaya. Toko Kitab Ahmad Nubhan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

www.google.com
http://harietzachmad.blogspot.co.id/2013/06/makalah-sejarah-kebudayaan-islam-dakwah.html

Ibrah Perjalanan Da’wah Nabi Saw


Periode Makkah
 

Apr 14by 41n9
 
 
 
 
 

 
3 Votes

Muqaddimah

Tetesan darah dan semangat yang tak pernah lelah walau keringat sudah
habis terkuras, namun perjuangan da’wah Nabi dan para sahabat tidak pernah
berhenti hingga malakul maut merenggut nyawa. Periode Makkah merupakan
awal dari sebuah gerakan da’wah Rasulullah Saw, dimana tantangan,
rintangan dan halangan bertubi-tubi yang dialami oleh Nabi dan para
Sahabat, maka Hijrah merupakan srtategi terakhir dalam periode ini.

Kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw, selayaknya mengetahui alur dan
jejak langkah da’wah beliau. Namun, bukan hanya sekedar mengetahui saja
kisahnya, tapi lebih dari itu, kita jadikan Rasulullah Saw sebagai uswah
hasanah. Maka disinilah Sirah bukan hanya sekedar bacaan, tapi ia
merupakan darah segar yang mengalir bagi para pejuang Haq, ia menjadi
sebuah motivasi bagi aktivis da’wah masa kini dan yang akan datang.

Mengkaji sirah perjalanan da’wah Nabi Saw dalam periode Makkah selama 13


tahun tidak cukup dalam waktu 1,5 jam, maka oleh karena itu saya
menuliskan secara global saja, makanya dalam penulisan judul diatas adalah
“Ibrah”, nanti lebih banyak didalam forum diskusi.

Da’wah secara rahasia (Sirriyatud Da’wah)

Dalam dakwah secara rahasia (sirriyatud da’wah) yang berlangsung selama


tiga tahun, pertama beliau merekrut istrinya sendiri Khadijah, Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar As-shidiq dan setelah berkumpul sejumlah orang, Nabi Saw
melakukan dakwah dan pendidikan di rumah Arqam bin Abil Arqam, yang
kebanyakan mereka adalah kaum lemah. Dalam buku Fiqih Sirah,
Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy (1999 : 7) menyebutkan, Ketika orang-
orang yang menganut Islam lebih tiga puluh lelaki dan wanita, Rasulullah
memilih salah seorang dari mereka, yaitu rumah Al-Arqam bin Abil Arqam,
sebagai tempat pertama untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran.
Dakwah pada tahap ini mengahasilkan sekitar empat puluh lelaki dan wanita
penganut Islam. Kebanyakan mereka adalah orang-orang fakir, kaum budak,
dan orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kedudukan.

Dakwah Rasulullah Saw pada tahapan ini merupakan siyasah syar’iah (politik


syariah) darinya sebagai imam, bukan termasuk tugas-tugas tablignya dari
Allah sebagai Nabi. Maka dalam konteks saat ini harus dilihat dalam medan
da’wah tersebut, misal dalam cakupan Negara, bila di Negara Indonesia secara
kontekstual “aman”, maka lakukan da’wah secara terang-terangan
(Jahriyatud Da’wah) dengan lisan dan tulisan tanpa perang, kecuali bila
nanti kondisi Indonesia kembali pada era orde baru yang refresif dan tidak
toleran, maka dalam strategi da’wah yang dipilih adalah Da’wah secara
rahasia (Sirriyatud Da’wah), begitupula bila kondisi Indonesia dijajah
kembali oleh Negara aggressor, maka ini bisa dilakukan da’wah secara terang-
terangan dengan memeranginya dan membawa bendera jihad fi sabilillah, itu
juga dilihat dari persiapan dan peralatan perang, bila musuh memakai senjata
dan peralatan perang berat maka kita juga harus mengukur dari kesiapan kita
juga dari hal tersebut (ulah sosoroh kojor), dan bila musuh menggunakan
media (fikroh) sebagai alat untuk menyerang kita, maka kita pun serang
mereka dengan media juga (ghazwul fikri) dan seterusnya, yang intinya
adalah umat harus siap siaga dalam segala ruang dan waktu serta membekali
diri dengan segala kemampuan kita, Allah Swt berfirman:

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam


barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh. (QS. Ash Shaff  [61]: 4)

 “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu


sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang
dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu
dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya: sedang
Allah mengetahuinya, apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah
niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan
dianiaya (dirugikan)”. (QS Al-Anfal : 60)

Da’wah secara terang-terangan (Jahriyatud Da’wah)

Setelah selama tiga tahun Rasulullah Saw melakukan da’wah secara


tersembunyi. Allah kemudian berfirman kepadanya, “Maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al Hijr [15] : 94).
Maka Rasulullah Saw melakukan da’wah secara terang-terangan yang
mengakibatkan kafir Quraisy membencinya, termasuk pamannya sendiri Abu
Lahab, hingga turunlah surat Al-Lahab.

Reaksi Abu Lahab terhadapnya dan kesepakatan tokoh-tokoh Quraisy untuk


memusuhi dan menentangnya hal ini kiranya cukup menjadi jawaban telak
bagi orang-orang yang berusaha menggambarkan syari’at Islam salah satu
buah nasionalisme (Arab) dan menganggap Muhammad Saw dengan da’wah
yang dilakukannnya sebagai cerminan idealisme dan pemikiran arab pada
masa itu.

Penyiksaan, siasat perundingan, pemboikotan ekonomi.

Penyiksaan yang diterima oleh Rasulullah Saw bersama para sahabat itu


merupakan sebuah konsekwensi dalam perjuangan da’wah, dan itu
merupakan sunnatullah.

Diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Khabab ibnul Arit, ia berkata, “Aku
datang menemui Rasululllah Saw  ketika beliau sedang berteduh di ka’bah.
Pada beliau aku berkata ”wahai Rasulullah, apakah anda tidak memohonkan
pertolongan kepada Allah bagi kami? Apakah anda tidak berdo’a bagi
kami?” beliau menjawab, “diantara orang-orang sebelum kamu dahulu ada
yang disiksa dengan ditanam hidup-hidup, ada yang dibelah kepalanya
menjadi dua, dan ada pula yang disisir rambutnya dengan sisir besi hingga
kulit kepalany terkelupas. Akan tetapi, siksaaan-siksaan itu tidak
menggoyahkan tekad mereka untuk tetap mempertahankan agama. Demi
Allah, Allah pasti akan mengakhiri semua persoalan itu sehingga orang
berani berjalan dari Shan’a ke Hadramaut tanpa rasa takut kepada
siapapun juga selain Allah dan hanya takut kambingnya disergap serigala.
Akan tetapi, kalian tampak terburu-buru.”

Dalam perundingan Seorang tokoh cendikiawan, Utbah bin Rabi’ah harus


bertekuk lutut ketika Rasul membaca surat Fushshilat [41]: 13. Dimana Harta,
tahta dan wanita tidak berlaku kepada seorang pejuang sejati. Seandainya
da’wah Rasulullah Saw semata-mata mengejar kekuasaan dan harta kekayaan,
niscaya beliau tidak akan bersedia menanggung penyiksaan dan tidak akan
menolak tawaran mereka seraya mengatakan : ”Aku tidak berdakwah
menginginkan harta kekayaan, kehormatan, atau kekuasaan tetapi Allah
mengutusku sebagai Rasul. Dia menurunkan kitab kepadaku dan
memerintahkan aku agar menjadi pemberi kabar gembira dan peringatan.
Kemudian aku sampaikan risalah Rabb-ku dan aku sampaikan nasihat
kepadamu. Jika kamu menerima da’wahku kebahagiaanlah bagimu dunia
dan akhirat. Jika kamu menolak ajakanku, aku bersabar mengikuti perintah
Allah hingga Allah memberikan keputusan antara aku dan kamu.”

Ditengah glamournya hedonistik ini menjadi tantangan tersendiri bagi para


da’i pada masa kini, apakah ia akan hanyut didalamnya atau Rasul sebagai
Qudwah?  Himpitan ekonomi, kebutuhan hidup yang semakin urgen dan lain
sebagainya, kalau saja keimanan para da’i ini terlena akan bujuk rayu syetan
untuk menerima harta, tahta dan wanita, maka habislah generasi penerus
Nabi Saw.

Pemboikotan ekonomi. Setelah kaum Quraisy tidak berhasil membunuh


Rasulullah Saw, mereka sepakat untuk mengucilkan Rasulullah Saw dan
kaum Muslimin yang mengikutinya serta Bani Hasyim dan bani Muththalib
yang melindunginya. Untuk tujuan ini, mereka telah menulis suatu perjanjian
bahwa mereka tidak akan mengawini dan berjual beli dengan mereka yang
dikucilkan. Mereka tidak akan menerima perdamaian dan berbelas kasihan
kepada mereka sampai bani Muththalib menyerahkan Rasulullah Saw kepada
mereka untuk dibunuh. Naskah perjanjian itu mereka gantungkan di dalam
Ka’bah.

Rasulullah Saw bersama kaum Muslimin berjuang menghadapi pemboikotan


yang amat keras ini selama tiga tahun, mereka menderita kekurangan bahan
makanan hingga mereka terpaksa makan dedaunan. Ini merupakan sebuah
gambaran bagaimana penderitaan bagi pembawa risalah Allah Swt, oleh sebab
itu tidak aneh bila saat ini, para pelanjut Rasulullah Saw senantiasa mendapat
rintangan dan halangan. Namun dengan demikian yang Haq selalu menang
terhadap yang bathil, Allah Swt mengirimkan anai-anai (rayap) untuk
menghancurkan surat perjanjian tersebut kecuali beberapa kalimat yang
menyebutkan nama Allah.

Tahun berduka cita (‘Amul Huzni)

Pada tahun kesepuluh kenabian, istri Nabi Saw, Khadijah binti Khuwailid, dan
pamannya Abu Thalib wafat. Berkata ibnu Sa’ad dalam thaqabatil, “Selisih
waktu antara kematian Khadijah dan Abu Thalib hanya satu bulan lima hari.”
Nabi Saw menamakan tahun ini sebagai “Tahun Dukacita” karena begitu berat
dan hebatnya penderitaan di jalan da’wah pada tahun ini, karena setelah
kematian keduanya gangguan serta siksaan kafir Quraisy makin memuncak,
mereka lebih berani karena yang membela Nabi Saw sudah tiada.

Disini tampak suatu fenomena penting yang berkaitan dengan prinsip aqidah
Islam. Seandainya Abu Thalib berusia panjang mendampingi dan membela
Rasulullah Saw sampai tegaknya Negara Islam di Madinah dan selama itu
Rasulullah Saw dapat terhindar dari gangguan Kaum Musyrik, niscaya akan
timbul kesan bahwa Abu Thalib adalah tokoh utama yang berada dibalik layar
da’wah ini.

Seandainya Nabi Saw berhasil dalam da’wahnya tanpa penderitaan atau


perjuangan berat, niscaya para sahabatnya dan kaum Muslimin sesudahnya
ingin berda’wah dengan santai sebagaimana yang dilakukan oleh beliau, dan
merasa berat menghadapi penderitaan dan ujian yang mereka temui dijalan
da’wah.

Isra Mi’raj

Isra adalah perjalanan Nabi Saw dari Masjidl Haram di Makkah ke Masjidil


Aqsha di al-Quds. Mi’raj ialah kenaikan Rasulullah Saw menembus lapisan
langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua
makhluk, malaikat, manusia, dan jin. Semua itu ditempuh dalam semalam.
Menurut Ibnu Sa’ad didalam Thabaqat-nya, peristiwah ini terjadi delapan
bulan sebelum Hijrah. Dalam perjalanan ini, Rasulullah Saw
menunggang buraq yakni sejenis binatang yang lebih besar sedikit dari
keledai dan lebih besar sedikit dari unta.

Isra dan mi’raj sebagai penghormatan dari Allah dan penyegaran semangat
dan ketabahannya. Disamping sebagai bukti bahwa apa yang baru dialaminya
dalam perjalanan hijrah ke tha’if bukan karena Allah murka atau
melepaskannya, melainkan hanya merupakan sunatullah yang harus berlaku
pada kekasih-Nya. Sunnah dakwah Islamiyah pada setiap masa dan waktu.

Betapa tinggi dan mulia kedudukan Baitul Maqdis di sisi Allah. Hal ini juga
merupakan bukti nyata akan adanya hubungan yang sangat erat antara ajaran
Isa as dan ajaran Muhammad saw. Seolah-olah hikmah ilahiyah ini
mengingatkan kaum muslimin zaman sekarang agar tidak takut dan
menyerah menghadapi kaum yahudi yang tengah menodai dan merampas
rumah suci ini, untuk membebaskannya dari tangan-tangan najis dan
mengembalikannya kepada pemiliknya kaum muslimin.

Pilihan Nabi Saw terhadap minuman susu, ketika jibril menawarkan dua jenis
minuman, susu dan khamr, merupakan isyarat secara simbolik bahwa Islam
adalah agama fitrah yakni agama yang aqidah dan seluruh hukumnya sesuai
dengan tuntutan fitrah manusia. Di dalam Islam tidak ada sesuatupun yang
bertentangan dengan tabiat manusia. Seandainya fitrah berbentuk jasad
niscaya Islam akan menjadi bajunya yang pas. Islam adalah satu-satunya
system yang dapat memenuhi semua tuntutan fitrah manusia.

Hijrah

Makkah

Cobaan berat yang dialami oleh para sahabat Rasulullah Saw semasa di
Makkah adalah berupa gangguan, penyiksaan, cacian, dan penghinaan dari
kaum musyrik. Setelah Rasulullah Saw mengizinkan mereka berhijrah, cobaan
berat itu kini berupa meninggalkan rumah, tanah air, harta kekayaan dan
keluarga.

Para sahabat dengan setia dan ikhlas kepada Allah Swt menghadapi kedua
bentuk cobaan tersebut. Semua penderitaan dan kesulitan mereka hadapi
dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Hingga ketika Rasulullah Saw
memerintahkan mereka berhijrah ke Madinah, tanpa merasa berat, mereka
berangkat meninggalkan tanah air, kekayaan, dan rumah mereka. Mereka
tidak bisa membawa harta benda dan kekayaan karena harus berangkat secara
sembunyi-sembunyi. Semua itu mereka tinggalkan di Makkah untuk
menyelamatkan agamanya dan mendapatkan ganti berupa ukhuwah yang
menantikan mereka di Madinah. Ini adalah gambaran yang benar tentang
pribadi muslim yang mengikhlaskan agama kepada Allah Swt, tidak
memedulikan harta kekayaan, tanah air, dan kerabat demi menyelamatkan
agama dan aqidahnya. Itulah yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah
Saw di Makkah.

Bagaimana halnya penduduk Madinah yang telah memberikan perlindungan


dan pertolongan kepada mereka? Sesungguhnya, mereka telah menunjukan
keteladanan yang baik tentang ukhuwah Islamiyah dan cinta karena Allah
Swt. Allah Swt telah menjadikan persaudaraan aqidah lebih kuat ketimbang
persaudaraan nasab. Karena itu, pewarisan harta kekayaan di awal
Islam didasarkan pada asas aqidah, ukhuwah dan hijrah di jalan
Allah. Maka di Madinah terbentuklah darul Islam yang kuat.

(Di sampaikan dalam Halaqoh Pasca Tafiq I PD. Pemuda Persis Purwakarta,
Sabtu, 14 April 2012)

https://asepsobirin.wordpress.com/2012/04/14/ibrah-perjalanan-dawah-nabi-saw-periode-makkah/

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telahmemberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul " Dakwah Rasulullah
SAW Periode Mekah " dengan baik.Makalah ini berisikan tentang sejarah dan strategi dakwahRasulullah
SAW periode Mekah.

Kami menyadari bahwa makalah inimasih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini.Semoga Allah SWT meridhai segala usaha kami. Amin .
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                                        

DAFTAR ISI                                                                                                                        

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar belakang                                                                                                           

BAB II PEMBAHASAN

B.     Penyebaran Islam Di Mekah                                                                                      

C.     Strategi Dakwah Rasulullah                                                                                      

D.    Penyebaran islam di mekah                                                                                        

E.     Reaksi kaum quraisy terhadap dakwah rasulullah di mekah substansi dan strategi dakwah rasulullah saw.
Periode mekah hikmah sejarah dakwah periode mekah                                            

F.      Penerapan sikap dan perilaku                                                                                     

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan                                                                                                                

Daftar pustaka                                                                                                                       
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau dimuliakan oleh Allah dengan
nubuwwah dan risalah terbagi menjadi dua periode yang masing-masing memiliki keistimewaan
tersendiri secara total, yaitu:

PERIODE MEKKAH : berlangsung selama lebih kurang 13 tahun

PERIODE MADINAH : berlangsung selama 10 tahun penuh

Dan masing-masing periode mengalami beberapa tahapan sedangkan masing-masing tahapan


memiliki karakteristik tersendiri yang menonjolkannya dari yang lainnya. Hal itu akan tampak jelas
setelah kita melakukan penelitian secara seksama dan detail terhadap kondisi yang dilalui oleh dakwah
dalam kedua periode tersebut.

B.     Tahapan Periode Mekah

Periode Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan:


Tahapan dakwah sirriyyah (sembunyi-sembunyi); berlangsung selama tiga tahun.
Tahapan dakwah secara terang-terangan kepada penduduk Mekkah; dari permulaan tahun ke-empat
kenabian hingga hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah.
Tahapan dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya di kalangan penduduknya; dari penghujung tahun
ke-sepuluh kenabian-dimana juga mencakup Periode Madinah- dan berlangsung hingga akhir hayat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Adapun mengenai tahapan-tahapan Periode Madinah maka rincian pembahasannya akan


diketengahkan pada tempatnya nanti.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Penyebaran Islam Di Mekah

         Muhammad SAW menjadi Nabi dan Rosul.

Ketika menginjak usia 40 tahun, tepatnya malam 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 M, di waktu
Muhammad Saw. sedang berkontemplasi di Gua Hira, Malaikat Jibril datang membawa wahyu dan
menyuruh Muhammad saw. untuk membacanya, yaitu surat Al’Alaq ayat 1-5.
Inilah wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang juga
penobatan Beliau sebagai nabi dan rosul bagi seluruh umat manuusia dan tugasnya untuk berdakkwah.
Kejadian ini diceritakan kepada isterinya, Khadijah dan saat itu juga Khadijah mengimaninya. Dialah
orang yang pertama beriman dan masuk Islam. Pengangkatan Muhammad SAW menjadi Rosul
dibenarkan oleh pendeta Nasrani yang bernama Waraqah bin Naufal. Dua setengah tahun kemudian,
Rosulullah SAW mwnerima wahyu yang kedua, yaitu surat Al- Muddassir ayat 1-7.

Dengan turunnya wahyu tersebut, maka jelaslah misi dakwah yang harus Rosulullah SAW lakukan
dalam menyampaikan risalahnya. Misi tersebut antara lain mengajak manusia menyembah Allah Yang
Maha Esa, yang tidak beranak dan tidak pula di peranakkan serta tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal inilah
permulaan perintah menyiarkan agama Allah kepada Seluruh Umat Manusia.

         Dakwah Rosulullah

Dakwah Rosulullah memiliki dua karakter yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terdapat
di lingkungan masyarakat Mekah. Syiar yang dilakukan beliau antara lain adalah secara sembunyi-
sembunyi dan secara terang-terangan.

a.       Menyiarkan Islam secara Sembunyi-Sembunyi

Sesudah menerima wahyu kedua yang menjelaskan tugas atas dirinya, mulailah beliau
berdakwahsecara sembunyi-sembunyi dan menyeru keluarganya yang terdekat. Mereka ada yang
tinggal satu rumah dan sahabat-sahabat terdekat. Seorang demi seorang di berikan pemahaman agar
mereka meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah Allah yang Maha Esa. Berikut nama-nama
yang mula-mula beriman kepada Rosulullah SAW:

1)      Siti Khadijah (Isteri Rosulullah SAW)

2)      Ali bin Abi Thalib (masih sangat muda) putra paman Rosulullah SAW, Abu Thalib

3)      Zaid bin Harisah, budak Rosulullah SAW yang kemudian menjadi anak angkat

4)      Abu Bakar Siddik (sahabat Rosulullah SAW)

Melalui Abu Bakar, banyak orang-orang yang memeluk Islam, antara lain Usman bin Affan, Zubair
bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, dan lain-lain. Mereka di
beri gelar As Sabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang yang terdahulu atau pertama-tama masuk islam.
Mereka mendapatkan pelajaran tentang islam dari Rosulullah SAW secara langsung ditempat yang
tersembunyi dirumah Arqam bin Abil Arqam di kota Mekah.

b.      Menyiaarkan Islam secara Terang-Terangan

Nabi Muhammad SAW melakukan da’watul afrad , yaitu ajakan memeluk islam secara diam-diam
atau sembunyi-sembunyi dari satu rumah ke rumah lain selama tiga tahun. Kemudian turunlah surat Al
Hijr ayat 94 yang memerintahkan Rosulullah agar menyerukan atau menyiarkan agama Islam secara
terang-terangan atau tidak lagi dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Sejak saat itulah,
Muhammad SAW menyeru kaumnya secara umum ditempat-tempat terbuka agar manusia menyembah
hanya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya. Seruan yang bersifat
umum ini awalnya di tunjukan kepada:

1)      Kerabat-kerabatnya

2)      Penduduk Mekah diberbagai lapisan masyarakat, baik bangsawan, hartawan, maupun hamba sahaya,
tidak terkecuali dai kalangan bangsa quraisy

3)      Kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang datang ke Mekah untuk mengerjakan haji.

Pada mulanya mereka menganggap dakwah nabi Muhammad SAW sebagai:

1)      Gerakan yang tidak mempunyai dasar dan tujuan

2)      Gerakan yang tidak akan bertahan lama

3)      Gerakan yang tidak perlu diacuhkan

4)      Gerakan yang di pimpin oleh Muhammad SAW dan Beliau di anggap sudah tidak waras lagi (sakit jiwa).

Akan tetapi, dengan keyakinan dan bimbingan serta petunjuk Allah SWT, gerakan dakwah Nabi
Muhammad SAW semakin tersebar luas dan pengikutnya semakin bertambah banyak. seruan Nabi
Muhammad SAW juga semakin tegas, lantang, ddan berani, bahkan memperjelas bahwa sesembahan
(berhala) mereka adalah suatu kekeliruan dan sangat menyesatkan.

B.     Strategi Dakwah Rasulullah


Rasulullah Saw adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan mengelola dakwah.
Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana tidak,
hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang
imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah menyebar ke seantero jagad. Jumlah
populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23
tahun tersebut.

Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali merujuk pada
warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad Saw. Allah berfirman :

“Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha suci
Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik “ ( Yusuf ;108 )”

            Beberapa mufassir memberikan keterangan , yang dimaksud ‘ala basyiroh pada ayat diatas adalah
‘ala sunnah atau ala ilmin , maknanya ; dakawah kepada Allah hendaklah berdasar sunnah rasul-Nya.
Perintah ini sangatlah logis, sebab telah terbukti dalam lembar sejarah Muhammad Saw sebagai rasul
terakhir benar-benar telah berhasil dengan gemilang menjadikn Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dan
tak berlebihan kalau kemudian seorang peneliti barat Michael Hurt, menempatkan Muhammad Saw
pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh.

Pada tulisan ini, akan disajikan secara garis besar bagaimana rasulullah Saw dalam meletakkan
strategi dakwah, hingga pengaruhnya semakin meluas sepanjang zaman. Fase Dakwah Rasulullah. Dalam
catatan para sejarawan, disepakati fase dakwah rasulullah secara global ada dua tahapan, dakwah
sirriyah dan dakwah jahriyyah. Dakwah sirriyah dijalaninya selama kurang lebih 3 tahun di awal masa
kenabian, sementara dakwah jahriyyah diawali setelah Allah memerintahkan beliau dengan turunnya
surat Al-Hijr ayat ; 92.

Keberhasilan dakwah rasulullah yang paling menonjol pada masa dakwah sirriyah, dapat diringkas
ada 3 strategi penting dan sangat mendasar , antara lain ;

a)      Dakwah dengan cara rekruitment ( ad-da’wah ‘alal isthifa’ ).

Dari sekian banyak masyarakat quraisy, yang dibidik pertama rasulullah pada masa ini meliputi ; dari
kalangan wanita istrinya sendiri Khadijah, dari kalangan remaja Ali bin Abi Thalib, dan dari kalangan
pemuka dan tokoh masyarakat adalah Abu Bakar As-shidiq. Ketiga tokoh ini , memang menjdi titik
strategis dalam menentukan perjalanan dakwah rasulullah berikutnya, terutama peran Khadijah yang
mendukung total dakwah beliau dengan pertaruhan total seluruh harta dan jiwanya, dan peran Abu
Bakar yang mampu melebarkan dakwah ke kalangan para elit quraisy. Menurut keterangan seorang
sejarawan yang bernama Ibnu Ishak, masuk Islamnya Abu Bakar ( Ibnu Qohafah ) tak lama kemudian
berhasil digandeng pemuka-pemuka quraisy ke dalam barisan dakwah rasulullah, antara lain ; Utsman
bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam , Saad bin Abi Waqas dan Thalhah bin Ubaidillah.
Keenam sahabat inilah yang memiliki peran penting dalam membentuk generasi assabiquunal awwalun (
generasi pertama Islam ).
b)     Dakwah dengan memberdayakan kaum wanita.

Peran wanita di masa awal dakwah terus diberdayakan oleh rasulullah, karena kaum wanita
sesungguhnya memiliki kekuatan dahsyat, bila ini diperdayakan untuk gerakan dakawah akan
menghasilkan hasil yang sangat pesat. Pada konteks ini, yang menjadi titik sentral adalah peran Khadijah
yang berhasil mendidik putri-putri Rasulullah , mendukung dakwah beliau. Peran kedua dijalankan oleh
Asma binti Abu Bakar , yang menjadi pahlawan pada perjalanan hijrah beliau ke Madinah. Dari kedua
wanita iilah secara bertahap wanita-wanita terkemuka quraisy , masuk Islam diantaranya bibi Rasulullah
dari jalur bapaknya.

c)      Dakwah difokuskan pada pembinaan aqidah.

Pembinaan aqidah pada masa awal risalah difokuskan di rumah salah seorang sahabat yang
bernama Arqom bin Abil Arqom, di pinggiran kota Makkah. Inilah tempat pendadaran dan
penggemblengan sejumlah sahabat utama rasulullah. Di rumah ini pulalah Umar bin Khattab diislamkan
Rasulullah. Di rumah ini pullalah sahabat Mus’ab bin Umair dididik rasulullah, yang nantinya sahabat ini
dipercaya rasullah membuka dakwah di kota Yastrib. Kemudian pada fase dakwah jahriyyah, point-point
penting yang mendorong keberhasilan dakwah rasulullah,antara lain ;

         Dakwah kepada kerabat ( da’watul aqrobin ).

Media pertemuan-pertemuan keluarga dijadikan sarana rasulullah untuk mengajak kaum


kerabatnya yang tergolong kelas pemimpin di mata masyarakat quraisy. Pada masa ini , berhasil direkrut
dua paman rasulullah yang menjadi pembela dakwah beliau , pertama Abu Thalib , meski belum mau
menerima ajaran Islam , namun inilah palang pintu utama rasulullah dalam menghadapi intimidasi kaum
quraisy. Kedua , Hamzah bin Abdul Mutholib, selain telah menerima ajaran Islam , beliau inilah yang
menjadi palang pintu kedua rasulullah dalam menghadapi intimidasi dari Abu Jahl dan Abu Lahab.
Ketokohan Hamzah bin Abdul Mutholib dari sisi keparajuritan di mata masyarakat quraisy, jelas
memperkuat posisi dakwah rasul di Makkah saat itu.

         Dakwah dengan menggunakan media umum ( dakwah ‘ammah ).

Media –media umum yang bisa dipergunakan untuk dakwah tak luput dari perhatian rasulullah
dalam menegakkan dakwah risalah. Pada masa ini yang perlu digaris bawahi adalah dipergunakannya
momentum haji oleh rasulullah untuk dakwah, hingga berhasil bergabung dalam barisan dakwah beliau
12 orang dari suku Aus dan Khazroj dari Madinah pada musim haji. Pada musim haji berikutnya , 12
orang ini membawa 70 orang dari Madinah yang bersedia masuk Islam dan setia membela rasul dalam
perjuangan dakwahnya. Peristiwa inilah yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan Ba’aitul aqobah
pertama dan Ba’aitul aqobah kedua.

         Dakwah dengan tulisan ( surat )


Rasulullah tidak meninggalkan peran dunia tulis menulis dalam dakwahnya, meskipun beliau
ditakdirkan sebagai seorarng yang buta huruf, lewat parea sahabatnya beliau menggunakan tulisan
untuk menjangkau sasaran dakwah yang sangat jauh. Seperti beliau mengirim surat kepada para raja,
untuk diajak beriman kepada Allah. Diantaranya yang berhasil masuk Islam adalah raja Najasi di
Habasyah ( Ethiophia – Afrika ), yang dalam perjalanan dakwah Islam raja Najasyi kontribusinya tidak
kecil. Kegiatan tulis menulis inilah yang dikemudian hari dikembangkan oleh para sahabat beliau dan
para tabi’in untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh pelosok dunia. Bahkan di kalangan sahabat
dan tabi’in, hampir semua ulama meninggalkan karya yang bisa dibaca dan diwriskan pada generasi
berikutnya. Itulah beberapa point-point penting yang bisa disajikan dalam tulisan singkat ini, tentunya
tak mungkin kita bahas semua strategi dakwah rasulullah pada kesempatan ini, karena terbatasnya
waktu dan kesempatan. Namun yang paling penting bagaimana kita bisa meneladani strategi dakwah
beliau , di era abad informasi ini, guna terus menggelorakan dakwah Islam di muka bumi ini.

C.    Reaksi Kaum Quraisy Terhadap Dakwah Rasulullah Di Mekah

Reaksi kaum Quraisy terhadap gerakan Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Begitu cepat
berkembang dan hal tersebut sangat menghawatirkan para pemimpin dan pembesar Quraisy. Mereka
takut bahwa kedudukan mereka yang semula begitu dihormati dan berkuasa akan menjadi tersaingi 
dengan kekuatan Islam. Menurut pendapat mereka, tunduk kepada Rasulullah berarti sama dengan
tunduk dan menyerahkan kepemimpinan atau kekuasaan kepada keluarga Muhammad, yaitu bani Abdul
Muthalib. Diantara reaksi kaum Quraisy terhadap dakwah Rasulullah saw. Antara lain sebagai berikut.

1.      Kemarahan Kaum Quraisy

Kaum Quraisy marah karena menganggap bahwa ajaran yang disampaikan Nabi  Muhammad saw.
Menghina tuhan-tuhan berhala mereka.

2.      Intimidasi terhadap Umat Islam

Kaum Quraisy memaksa budak-budak mereka yang telah masuk Islam untuk kembali kepada agama
berhala. Apabila menolak maka mereka disiksa hingga mereka menyerah atau sekarat.

3.      Mempengaruhi Paman Rasulullah (abu Thalib)

Beberapa tokoh Quraisy menemui Abu Thalib dan meminta agar Muhammad menghentikan
kegiatannya dalam menyiarkan Islam. Akan tetapiMuhammad saw. Menolak dan dengan tegas berkata
kepada pamannya,” Demi Allah, wahai paman sekiranya mereka letakkan matahari di tangan kananku
dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan pekerjaan ini (menyeru kepada agama Allah) sehingga
ia tersiar (di muka bumi ini) atau aku akan binasa karenanya, tetapi aku tidak akan menghentikan
pekerjaan ini.
4.      Penganiayaan dan Hijrah ke Habsyah

Kaum Quraisy melancarkan gangguan dan penghinaan kepada Rasulullah saw. Serta menyiksa hingga ke
luar batas kemanusiaan terhadap pengikut-pengikut Beliau. Akhirnya Muhammad saw. Menganjurkan
agar mereka hijrah ke Habsyah (Abesinia) yang masyarakatnya banyak menganut Kristen. Raja Habsyah
pada saat itu bernama Najasyi dan dikenal sangat adil.

D.    Substansi dan strategi dakwah rasulullah saw. Periode mekah

Bagian terpenting yang menjadi fokus dakwah Rasulullah saw. Periode Mekah dapat dilihat antara
lain sebagai berikut.

1.      Memperbaiki akhlak masyarakat Mekah yang mengalami dekadensi moral, seperti tumbuh suburnya
kebiasaan berjudi, minum Khamer, dan berzina.

2.      Memperbaiki dan meluruskan cara menyembah Tuhan. Agama berhala menyembah patung-patung.
Rasulullah saw. Mengajak untuk beralih pada Islam yang hanya menyembah kepada Allah, Tuhan yang
Maha Esa serta menjauhi sikap musyrik.

3.      Menegakkan ajaran Islam tentang persamaan hak dan derajat di antara manusia.

4.      Mengubah kebiasaan bertaklid kepada nenek moyang dan meluruskan segala adat- istiadat,
kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan.

5.      Nabi Muhammad saw. berdakwah dengan sabar, ikhlas, dan tegas di antaranya dengan tidak
memaksakan kehendak dan lemah lembut.

E.     Hikmah Sejarah Dakwah Periode Mekah

     Hikmah yang dapat diperoleh dari sejarah dakwah Rasulullah pada periode Mekah, antara lain
sebagai berikut.

a.          Menyadari bahwa melalui kesabaran dan keuletan dalam berjuang menegakkan agama Allah pasti akan
mendapat pertolongan Allah swt.

b.         Memahami bahwa tugas seseorang rasul hanya sekadar menyampaikan risalah dari Allah swt. Seorang
rasul tidak bisa memberi petunjuk  (hidayah), bahkan kepada keluarga atau orang yang sangat
dicintainya.

c.          Memahami bahwa Allah swt. pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi utusan atau
rasul-Nya (QS Al Hajj: 75 dan Al Baqarah: 214).

d.         Memahami bahwa Nabi Muhammad saw. sangat bijaksana, pandai menggunakan kesempatan yang
berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa menimbulkan kebosanan (QS An Nahl: 125).
e.          Meneladani Nabi Muhammad saw. yang bergelar uswatun hasanah. Artinya, Tingkah laku dan amal
perbuatan Rasulullah saw. sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama terhadap ajaran Islam yang
didakwahkannya.

f.          Melalui dakwah Rasulullah saw., umat manusia, khususnya umat Islam mendapatkan informasi
mengenai agama yang diridai Allah.

g.         Melalui dakwah Islam, Rasulullah saw. memberikan pemahaman tentang hak dan persamaan derajat
antara kaum perempuan dan laki-laki.

h.         Islam menegakkan ajaran persamaan derajat di antara manusia dan pemberantas perbudakan.

i.           Melalui penghapusan perbudakan, maka siapapun manusia status derajatnya di mata Allah adalah sama.

F.     Penerapan Sikap Dan Perilaku

Adapun sikap dan perilaku yang dapat diterapkan antara lain adalah sebagai berikut :

1.         Membaca dan memahami perjuangan Nabi Saw, dan ikut serta menyiarkan Islam sebagai tatanan
kehidupan manusia agar tercapai tujuan hidupnya, selamat dan sejahterah di dunia dan akhirat.

2.         Melaksanakan dan melestarikan sunnah Rasulullah yang tidak bertentangan dengan Al-Quran sesuai
dengan kemampuan masing-masing.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Ketika menginjak usia 40 tahun, tepatnya malam 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 M, di waktu
Muhammad Saw. sedang berkontemplasi di Gua Hira, Malaikat Jibril datang membawa wahyu dan
menyuruh Muhammad saw. untuk membacanya, yaitu surat Al’Alaq ayat 1-5.

Rasulullah Saw adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan mengelola dakwah.
Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana tidak,
hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang
imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah menyebar ke seantero jagad. Jumlah
populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23
tahun tersebut. Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali
merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad Saw.

Reaksi kaum Quraisy terhadap gerakan Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Begitu cepat
berkembang dan hal tersebut sangat menghawatirkan para pemimpin dan pembesar Quraisy. Mereka
takut bahwa kedudukan mereka yang semula begitu dihormati dan berkuasa akan menjadi tersaingi 
dengan kekuatan Islam. Menurut pendapat mereka, tunduk kepada Rasulullah berarti sama dengan
tunduk dan menyerahkan kepemimpinan atau kekuasaan kepada keluarga Muhammad, yaitu bani Abdul
Muthalib. Diantara reaksi kaum Quraisy terhadap dakwah Rasulullah saw. Antara lain sebagai berikut.

DAFTAR PUSTAKA

http://abang-sahar.blogspot.com/2012/11/dakwah-rasulullah-periode-mekah.html

http://ari2abdillah.wordpress.com/2007/06/25/dakwah-periode-mekah/

http://akuadalahakuyangbaru.blog.com/2009/06/20/strategi-dakwah-rasulullah/

http://ahmadmushawwir.blogspot.com/2010/11/substansi-dan-strategi-dakwah.html

http://abang-sahar.blogspot.co.id/2012/11/makalah-dakwah-rasulullah-saw-periode.html
Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw.
1. 1. MAKALAH STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM TENTANG SEJARAH PERADABAN
ISLAM PERIODE NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DISUSUN
OLEH: PAUSIL : 088142085 DOSEN PEMBIMBING: Dr. AHMAD TAUFIK HIDAYAT, M.Ag
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN IMAM BONJOL PADANG 2014/2015
2. 2. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam terbagi menjadi dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah.
Periode Mekkah dimulai dengan diangkatnya beliau menjadi Nabi dan Rasul. Sedangkan periode
Madinah dimulai sejak Hijrahnya Rasulullah dan kaum muslimin ke Madinah setelah lebih kurang 13
tahun berdakwah di Mekkah. Periode Mekkah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdakwah
menegakkan tauhid dan dasar-dasar Islam. Karena kentalnya masyarakat Mekkah dengan agama
nenek moyang mereka dan keengganan mereka meninggalkan sesembahan mereka. Sehingga Nabi
shallallahu alaihi wa sallam banyak mendapatkan kecaman dan siksaan selama berdakwah di Mekkah.
Setelah perjuangan panjang lebih kurang 13 tahun, kemudian beliau memutuskan untuk hijrah ke
Madinah. Pada periode Madinah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berhasil membangun dan
membina masyarakat Islam yang kuat. Hal ini disebabkan karena antusiasnya masyarakat Madinah
dalam memahami Islam yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabat yang telah lebih dahulu
masuk Islam. Penulis dalam hal ini, Insya Allah akan membahas secara ringkas dan terbatas mengenai
Sejarah Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. B. RUMUSAN
DAN BATASAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni: 1. Arab Pra-Islam 2. Periode Mekkah 3.
Periode Madinah
3. 3. 1 BAB II PEMBAHASAN SEJARAH PERADABAN ISLAM PERIODE NABI MUHAMMAD
SAW. A. ARAB PRA-ISLAM 1. Asal Usul Bangsa Arab Para sejarawan membagi kaum-kaum Arab
berdasarkan garis keturunan asal mereka menjadi tiga bagian, yaitu: a. Arab Ba’idah, yaitu kaum-
kaum Arab kuno yang sudah punah dan tidak mungkin melacak rincian yang cukup tentang sejarah
mereka, seperti ‘Ad, Tsamud, Thasm, Judais, Imlaq (bangsa Raksasa) dan lain- lainnya. b. Arab
Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ya’rib bin Yasyjub bin Qahthan,
atau disebut pula Arab Qahthaniyah. c. Arab Musta’rabah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari
garis keturunan Ismail, yang disebut pula Arab Adnaniyah.1 2. Politik dan Pemerintahan Bangsa Arab
sebelum Islam tidak pernah dijajah oleh bangsa asing, bahkan tidak pernah tercipta kesatuan politik di
seluruh Jazirah Arab. Kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Jazirah Arab bagian selatan umumnya
berdaulat atas wilayah mereka yang sempit dan sebatas masyarakatnya. Mereka lebih suka hidup
berkabilah-kabilah dan setiap kabilah atau suku diperintah oleh seorang syaikh, yaitu seorang yang
dianggap tertua dan berani di antara anggota kabilah tersebut. Oleh karena itu, tidak ada rasa
solidaritas sosial yang menyeluruh bagi semua suku Arab, bahkan hubungan kerjasama antar suku
hanya didasari atas kepentingan bersama.2 1 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Perjalanan Hidup Rasul
yang Agung Muhammad saw. dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, (Terjemahan dari judul
asli: ar-Rahiq al-Makhtum), (Jakarta: Darul Haq, 2012), Cet. XIV hal. 2-3 2 Ali Hasan al-Karbuthli
(Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 2001), hal 17)
4. 4. 2 Para penguasa di jazirah Arab bisa dibagi menjadi dua kelompok: a. Raja-raja bermahkota, tetapi
pada hakikatnya mereka tidak memiliki independensi. b. Para pemimpin dan pemuka kabilah atau
suku, yang memiliki kekuasaan dan hak-hak istimewa sama seperti kekuasaan para raja, mayoritas
mereka memiliki independensi penuh. Namun boleh jadi sebagian mereka bersubordinasi dengan raja
bermahkota.3 3. Sosial Kemasyarakatan Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup
dalam budaya kesukuan Badui. Organisasi dan identitas social berakar pada keanggotaan dalam suatu
rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa
kelompok kabilah membentuk suku (tribe) dan dipimpin oleh seorang syaikh. Mereka sangat
menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber
kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku
sering sekali terjadi. Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang
Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah.4 Bahkan
apabila mereka melahirkan anak perempuan, mereka merasa sangat malu dan hina atau mereka kubur
hidup-hidup. Sebagaimana yang terdapat dalam Firman Allah swt.: Artinya: Padahal apabila
seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam
(merah padam), dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang 3 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri,
Op. Cit. hal. 12 4 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 11     
    
    
    
5. 5. 3 banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya
dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah
alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu. Kalaupun anak perempuan itu dibiarkan
hidup, maka akan dibiarkan dalam keadaan hina, tidak diberi warisan juga tidak diperhatikan, dan
lebih cenderung mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan.5 4. Ekonomi dan
perdagangan Terikat oleh keadaan geografis alam yang tandus, kering, dan gersang, maka pada
umumnya kehidupan orang Arab sebelum Islam bersumber dari kegiatan perdagangan dan peternakan.
Maka terkenallah beberapa kota di Hijaz sebagai pusat perdagangan, seperti Makkah, Madinah,
Yaman, dan lain-lain.6 5. Moral dan agama Kondisi akhlak dan moral masyarakat saat itu sangat
merosot dan jauh dari norma-norma. Seringnya terjadi penindasan dan kekerasan, yang kuat menindas
yang lemah, yang kaya menghisap yang miskin, yang pandai memeras yang bodoh, dan
berkembangnya perbudakan. Penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam, antara lain
yang terkenal adalah penyembahan terhadap berhala atau paganisme. Menurut Syalabi penyembahan
berhala itu pada mulanya ialah ketika orang-orang Arab itu pergi keluar kota Makkah, mereka selalu
membawa batu yang diambil dari sekitar Ka’bah. Mereka mensucikan batu dan menyembahnya di
mana mereka berada. Lama-lama dibuatlah patung yang disembah dan mereka berkeliling
mengitarinya (tawaf), dan di saat-saat tertentu mereka masih mengunjungi Ka’bah. Kemudian mereka
memindahkan patung-patung mereka di sekitar Ka’bah yang jumlahnya mencapai 360 buah. Di
samping itu ada patung-patung besar yang ada di 5 Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan: M. Abdul Ghaffar
dan Abdurrahim Mu’thi, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003) Cet. I, hal.
73) 6 Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 2001), hal 20
6. 6. … Artinya: “…Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan
kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya…” Qatadah, as-Suddi, Malik Dari Zaid bin Aslam dan
Ibnu Zaid berkata: “Melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya’, yaitu agar mereka memberikan syafa’at kepada kami dan mendekatkan kedudukan kami
kepada-Nya.” Untuk itu dulu pada masa jahiliyah mereka mengucapkan talbiyah mereka di waktu
haji: “Aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang Engkau miliki,
Engkau memilikinya sedang ia tidak memiliki. Syubhat inilah yang dipegang teguh oleh kaum
musyrikin sejak masa lalu dan masa berikutnya.8 6. Kesenian Sekitar kota Mekkah banyak terdapat
pasar-pasar kesenian. Pasar-pasar tersebut dijadikan pusat keramaian bagi penyair-penyair Arab. Di
antaranya yang terkenal yaitu ‘Ukaz dan Zul Majaz. Di sini penyair-penyair membacakan syair-
syairnya dan biasanya dipertandingkan di antara mereka. Bagi yang terbaik mendapat mu’alaqat
sebagai tanda 7 Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997) Cet. I, hal.
8- 9 8 Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan: M. Abdul Ghaffar dan Abdurrahim Mu’thi, Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 7, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2003) Cet. I, hal. 87)
 4 luar Makkah, yang terkenal ialah
Manah/Manata di dekat Yasrib atau Madinah, al-Latta di Thaif, dan al-Uzza di Hijaz. Hubal ialah
patung yang terbesar yang terbuat dari batu akik yang berbentuk manusia yang diletakkan dalam
Ka’bah. Mereka percaya bahwa menyembah berhala-berhala itu bukan menyembah kepada wujud
berhala itu tetapi hal tersebut dimaksudkan sebagai perantara untuk menyembah Tuhan.7
Sebagaimana diterangkan di dalam al-Qur’an: …
7. 7. 5 penghargaan. Mu’alaqat semacam piagam berisikan syair sang juara yang ditulis dengan tinta
emas dan digantungkan di dinding Ka’bah.9 7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di kalangan bangsa
Arab sebelum Islam berkembang ilmu nujum, ilmu falaq dan sebagainya. Ilmu falaq amat berguna
bagi mereka untuk menentukan cuaca. Ilmu arsitek/bangunan hanya berguna/berkembang pada
umumnya di Yaman.10 B. PERIODE MEKKAH 1. Masa kelahiran Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam Sayyidul Mursalin dilahirkan di tengah kabilah bani Hasyim di Mekkah pada hari
Senin 9 Rabi’ul Awal saat tragedi pasukan bergajah, bertepatan pada tanggal 20 atau 22 April 571
M.11 Menurut Caussin De Parceval dalam essai sur l’ Histoire des Arabes menyatakan bahwa
Muhammad dilahirkan pada bulan Agustus 570 M. Tetapi pada umumnya mengatakan bahwa dia
dilahirkan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.12 Abdul Muthallib, kakek Nabi Muhammad ketika
mendengar kabar kelahiran cucunya, beliau langsung mendatanginya dan menggendongnya
mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dan ia berkata: “Wahai cucuku yang diberkati Allah, aku
akan menamaimu Muhammad. Kelahiran ini diiringi dengan kesucian dan kemenangan bagi Rumah
Suci, semoga berkah selalu baginya!”13 Beliau lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya Abdullah
meninggal dunia ketika Muhammad masih dalam kandungan ibunya Aminah. Muhammad kemudian
diserahkan kepada ibu pengasuh Halimah 9 Maidir Harun dan Firdaus, Op. Cit. hal 22 10 Maidir
Harun dan Firdaus, ibid 11 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Rahiq al-Makhtum, Bahtsun fi as-
Sirah an- Nabawiyah ‘ala Shohibiha Afdhalu ash-Sholatu wa as-Salam, (Beirut: Dar al-Fikr, 2008)
Cet. I, hal 36 12 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera AntarNusa,
1993) Cet. XVI, hal. 49 13 Tahia al-Ismail, Tarikh Muhammad saw. Teladan Perilaku Ummat,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996) Cet. I, hal 12
8. 8. 6 Sa’diyah, yang sebelumnya disusui oleh budak perempuan Abu Jahal yaitu Tsuwaibah.14 Selama
itu beliau saw. banyak membawa keberkahan terhadap keluarga Halimah as-Sa’diyah. Lebih kurang
empat sampai lima tahun beliau tinggal di perkampungan kabilah Bani Sa’ad, hingga terjadinya
peristiwa dibelahnya dada beliau. Dalam peristiwa tersebut Jibril membelah jantungnya dan
mengeluarkan segumpal darah yang merupakan bagian setan, sehingga bila tetap ada niscaya ia dapat
memperdayai Muhammad. Kemudian jantubg tersebut dicuci denga air zamzam dan dikembalikan ke
tempatnya semula. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya.
Ketika berusia enam tahun, dia menjadi yatim piatu. Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib
megambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib
meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib.
Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan keluarga
penduduk Mekkah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan
merenung. Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syria (Syam) dalam
usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah
selatan Syria, ia bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat
tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber
menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah
Syria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat
terhadapnya. Pada usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria membawa barang
dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama 14 Tahia al-Ismail, Op. Cit. hal. 13
9. 9. 7 menjanda, Khadijah yang kemudian menjadi istrinya. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan
Khadijah 40 tahun. Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada
saat usianya 35 tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah rusak berat. Ketika terjadi perselisihan
mengangkat dan meletakkan hajar aswad di tempatnya semula, karena setiap suku merasa berhak
malakukannya. Kemudian para pemimpin Qurays sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke
Ka’bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata
Muhammad yang pertama kali masuk dan yang dipercaya menjadi hakim. Ia membentangkan kain
dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain
itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu Muhammad
meletakkan batu itu pada tempatnya semula. 2. Masa Kenabian dan Kerasulan Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam Tatkala usia beliau mendekati 40 tahun, beliau mulai suka mengasingkan diri. Ketika
pengasingan diri (uzlah) di gua Hira’ memasuki tahun ketiga tepatnya di bulan Ramadhan Allah
mengangkatnya sebagai nabi dengan mengutus Jibril kepadanya yang membawa beberapa ayat al-
Qur’an, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5. Itulah wahyu pertama. Malam terjadinya peristiwa itu kemudian
dikenal sebagai “Malam penuh keagungan” (Lailah al-Qadr), dan menurut riwayat terjadi menjelang
akhir bulan Ramadhan (610).15 Kemudian, Allah memuliakan beliau dengan mengangkat menjadi
rasul dengan diturunkannya al-Qur’an surat al- Mudatsir ayat 1-5, sebelumnya wahyu tidak diturunkan
(vakum) beberapa hari setelah wahyu pertama. a. Perjuangan Dakwah Secara umum, pada periode
Mekkah, kebijakan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad adalah dengan menonjolkan 15 Philip
K. Hitti, History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present, (Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2010), Cet. II, hal. 141
10. 10. 8 kepemimpinannya, bukan kenabiannya. Implikasinya, dakwah dengan strategi politik yang
memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial
(egalitarisme) lebih tepat dibandingkan dengan aspek kenabiannya dengan melaksanakan tabligh.16
Permulaan dakwah Rasulullah disampaikan kepada kerabat dekat dan para tokoh masyarakat Quraisy
seperti Abu Bakar as-Siddiq sebagai sahabat beliau yang paling tulus. Orang yang pertama kali masuk
Islam adalah Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar as-Siddiq, Utsman bin
‘Affan, az-Zubair bin al-‘Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin
‘Ubaidillah. Kemudian diikuti oleh para tokoh Quraisy seperti ‘Ubaidah bin al-Jarrah, al-Arqam bin
Abu al-Arqam,17 dan lain-lain. Perjuangan dakwah ini dilakukan secara rahasia yang berpusat di
rumah al-Arqam bin Abu al-Arqam. Dakwah yang bersifat individu ini berjalan selama lebih kurang
tiga tahun, kemudian turunlah perintah kepada Nabi saw., untuk menyampaikan dakwah kepada
kaumnya secara terang-terangan, dan menentang kebatilan mereka serta menyerang berhala-berhala
mereka. Tatkala turun perintah dakwah dari Allah subhanahu wa ta’ala secara terang-terangan dan
melawan kemusyrikan, sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Hijr ayat 94-95: 49 49
Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu
daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok (kamu). (Q.S. al-Hijr: 94-95) 16 Ajid
Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial,
Politik dan Budaya Ummat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 13 17
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Op. Cit., hal 93
11. 11. 9 dan tatkala turun ayat: 419 Artinya: Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.
(Q.S. asy-Syu’ara’: 214) Rasulullah naik ke atas bukit Shafa, lalu menyeru kepada kabilah-kabilah
Quraisy. Kemudian tak berapa lama mereka pun berkumpul. Lalu Beliau berkata, “Bagaimana
menurut pendapat kalian kalau aku beritahukan bahwa ada segerombolan pasukan kuda di lembah
sana yang ingin menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku?” Mereka menjawab, “Ya,
kamu tidak pernah tahu dari dirimu selain kejujuran.” Beliau berkata, “Sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan kepada kalian akan azab yang amat pedih.” Abu Lahab menanggapi, “Celakalah
engkau sepanjang hari! Apakah hanya untuk ini engkau kumpulkan kami?” Maka ketika itu turun
ayat: “Celakalah kedua tangan Abu Lahab” (Q.S. Al-Lahab: 1). Yakni benar-benar merugi lagi gagal,
amal perbuatan dan usahanya pun tersesat.18 Rasulullah melakukan dakwah Islam secara terang-
terangan di tempat-tempat berkumpul dan bertemunya kaum musyrikin. Beliau membacakan
Kitabullah dan menyampaikan ajakan yang selalu disampaikan oleh para rasul terdahulu kepada kaum
mereka, “Wahai kaumku! Sembalah Allah. Kalian tidak memiliki Tuhan selainNya”. Dan beliau juga
memamerkan praktik ibadahnya kepada Allah, melakukannya di halaman Ka’bah pada siang hari dan
disaksikan oleh khalayak ramai. Dakwah yang beliau lakukan tersebut mendapat sambutan baik dari
mereka sehingga banyak di antara mereka yang masuk ke dalam agama Islam. Manakala musim haji
telah datang yang dilakukan Rasulullah adalah membututi jama’ah-jama’ah yang datang hingga
sampai ke 18 Abdullah bin Muhammad al-Sheikh, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Bogor:
Pustaka Imam Syafi’I, 2003), hal. 568
12. 12. 10 tempat-tempat mereka, di pasar ‘Ukazh, Majinnah, dan Dzul Majaz. Beliau mengajak mereka
untuk menyembah Allah, sedangkan Abu Lahab selalu membututi dan memotong setiap ajakan beliau
dengan berbalik mengatakan kepada mereka “Jangan kalian patuhi dia karena dia adalah seorang
pembawa agama baru lagi pendusta”. Dan kenyataannya, justru dari musim itulah perihal Rasulullah
menjadi pusat perhatian delegasi Arab dan namanya menjadi buah bibir orang di seantero negeri Arab.
Seiring banyaknya orang yang membenarkan ajakan Beliau, seiring dengan itu kebencian para
pembesar Quraisy yang enggan menerima dakwah Rasul juga semakin membara. Sehingga begitu
banyak celaan, cobaan, dan siksaan yang diterima oleh Nabi dan orang Islam saat itu. Di antaranya
Ammar bin Yasir dan kedua orang tuanya pernah diseret oleh orang-orang Quraisy ke al-Abthah
untuk disiksa. Bahkan kedua orang tuanya ditikam oleh Abu Jahal dengan lembih hingga menjadi
syahid. Di antara kaum muslimin yang sangat berat siksaannya adalah Bilal, dia adalah seorang budak
Habsyi yang digambarkan oleh Rasulullah sebagai buah pertama dari kaum Habsyi. Selain itu, yang
juga menerima siksaan yang berat ialah Khabbab bin al-Arut. Siksa yang menimpa kaum muslimin
ketika itu tidak hanya dirasakan oleh kaum laki-laki, juga kaum perempuan. Alkisah Labinah, seorang
budak perempuan kepunyaan Bani Mu’min yaitu Hay Bani ‘Addi bin Ka’b) masuk Islam, kemudian
Labinah dibeli oleh Abu Bakar as-Shiddiq dan memerdekakannya. 19 b. Dakwah di luar kota Makkah
1) Kaum muslimin Hijrah ke Habsyi Pada awal tahun 615 M20 kaum muslimin hijrah ke Habsyi.
Penganiayaan dan intimidasi orang-orang Quraisy merupakan ujian 19 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah
dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) Cet. III, hal. 137 20 Ira M. Lapidus, Sejarah
Sosial Ummat Islam, bagian kesatu & dua, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), hal. 36
13. 13. 11 yang hebat bagi Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Salah satu langkah antisipatif
penyelamatan, Nabi Muhammad telah memerintahkan untuk berhijrah ke Habasyah21 (Habsyi) yang
waktu itu dipimpin oleh Najasyi, seorang yang beragama Nasrani.22 Rombongan ini terdiri dari 12
orang laki-laki dan empat orang wanita, dikepalai oleh Utsman bin Affan.23 Pada tahun yang sama,
tepatnya di bulan Syawwal rombongan ini kembali ke Makkah, karena berita dusta tentang peristiwa
Gharaniq, bahwa orang-orang Quraisy telah masuk Islam. Ternyata berita tersebut berbanding
terbalik, sehingga setelah di Mekkah kaum Quraisy semakin menjadi-jadi melakukan penyiksaan
terhadap kaum muslimin. Oleh karena itu, Rasulullah kembali memerintahkan kaum muslimin untuk
kembali ke Habasyah (Habsyi). Rombongan yang kedua ini terdiri dari 83 laki-laki dan 18 atau 19
perempuan.24 2) Hijrah ke Tha’if Pada bulan Syawwal tahun ke-10 kenabian atau tepatnya pada
penghujung bulan Mei atau awal Juni tahun 619 M Rasulullah pergi menuju kota Thaif yang letaknya
sekitar 60 mil dari kota Makkah.25 Dengan harapan semoga Allah memberikan petunjuk kepada
penduduknya untuk memeluk agama Islam. Pada kenyataannya penduduk Tha’if justru menolak
beliau dengan penolakan yang lebih buruk. Mereka menuntut beberapa mukjizat tertentu darinya
seperti mereka meminta agar beliau dapat membelah bulan menjadi dua, lalu beliau memohonkan
kepada 21 Ketika itu Rasulullah menyaksikan para sahabatnya menderita karena siksaan orang-orang
musyrik Makkah, berkatalah beliau kepada mereka: “Kalian lebih baik hijrah ke tanah Habsyi, karena
di sana rajanya terkenal adil dan bijaksana, tidak seorang pun ada yang teraniaya. Negeri Habsyi
adalah negeri yang aman. Berangkatlah ke sana sampai Allah member jalan keluar dari penderitaan
yang menimpa kalian selama ini. (Hasan Ibrahim Hasan: hal 162) 22 Ajid Thohir, Op. Cit. hal. 14 23
Shafiyurrahman, Op. Cit. hal. 122 24 Op. Cit., hal. 125 25 Op. Cit., hal. 178
14. 14. 12 Allah agar memperlihatkan kepada mereka. Namun, mereka tetap pada kekafirannya. c. Isra’
Mi’raj Isra’ yaitu Rasulullah diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho yaitu Baitul
Maqdis setelah menyebarkan Islam di Mekkah kepada orang-orang Quraisy dan kabilah-
kabilahnya.26 Mi’raj yaitu perjalanan Rasulullah dari Baitul Maqdis naik ke langit ke tujuh.27 Malam
itu Beliau dimi’rajkan dari Baitul Maqdis menuju langit dunia. Di sana beliau melihat Adam, bapak
manusia. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit kedua, di sana beliau melihat Nabi Yahya
alaihissalam dan Isa alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ketiga, di sana beliau
melihat nabi Yusuf alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit keempat, di sana beliau
melihat Nabi Idris alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit kelima, di sana beliau melihat
Nabi Harun alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit keenam, di sana beliau melihat Nabi
Musa alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ketujuh, di sana beliau bertemu dengan
Nabi Ibrahim alaihissalam. Kemudian beliau naik ke Sidratul Muntaha, lalu al-Bait al-Ma’mur
dinaikkan untuknya. Kemudian beliau dimi’rajkan lagi menuju Allah yang Maha Agung lagi
Mahaperkasa. Kemudian Dia mewahyukan kepada hamba-Nya mewajibkan 50 waktu shalat.
Kemudian Beliau kembali hingga melewati Nabi Musa alaihissalam. Musa lalu bertanya kepada
beliau, ‘Apa yang diperintahkan kepadamu?’ Beliau menjawab, ’50 waktu shalat’. Dia berkata,
‘Umatmu pasti tidak sanggup melakukan itu, kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan
untuk umatmu.’ Lalu Jibril membawa beliau kembali naik ke hadapan Allah. Lalu Allah
menguranginya menjadi 10 waktu shalat. Kemudian ketika 26 Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah,
al-Juz’ ats-Tsanyi, (Beirut: Dar al-Kitab al- Araby, 1990) Cet. III, hal. 47 27 Philip K. Hitti, Op. Cit.,
hal. 143
15. 15. 13 melewati Nabi Musa, dan beliau memberitahukan hal tersebut kepadanya. Dia berkata,
‘Kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan!’ Beliau terus mondar-mandir antara Nabi
Musa dan Allah hingga akhirnya Allah menjadikannya 5 waktu shalat.28 d. Bai’at al-‘Aqabah Pada
musim haji sesudah perang Bu’ats, berangkatlah serombongan orang-orang Khazraj menuju Makkah
untuk berhaji. Sesampainya di Makkah mereka ditemui Rasulullah di ‘Aqabah dan pada saat itu pula
mereka mendengar dakwah beliau lalu menerimanya. Ketika tiba musim haji tahun berikutnya,
datanglah ke Makkah dua belas orang penduduk Yatsrib untuk menemui Rasulullah di ‘Aqabah.
Kemudian pada malam harinya mereka melakukan bai’at tanda setia kepada beliau yang disebut
dengan Bai’at an-Nisa’ atau Bai’at al-Aqabah al-Ula.29 Pada tahun 622 M terjadi sumpah setia kedua
(Bai’at al- ‘Aqabah al-Tsaniyah) yang berisikan pernyataan bahwa mereka tidak hanya menerima
Muhammad sebagai nabi dan menjauhi perbuatan dosa, akan tetapi juga sanggup berperang membela
Tuhan dan rasul- Nya.30 Selain itu, mereka mengharapkan Nabi Muhammad hijrah ke Yatsrib, karena
mereka sangat membutuhkan seseorang yang akan menjadi pemimpin mereka dan menyelesaikan
sengketa antara suku Aus dan suku Khazraj yang telah terjadi bertahun-tahun. C. PERIODE
MADINAH 1. Hijrah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam Melihat pesatnya dakwah Islam di
Yatsrib dan masuknya suku Aus dan Khazraj, maka Nabi saw. memerintahkan umatnya untuk
berhijrah ke kota itu secara perorangan atau kelompok kecil agar tidak diketahui oleh 28
Shafiyurrahman, Op. Cit., hal. 197-198 29 Hasan Ibrahim Hasan, Op. Cit., hal. 175-176 30 Maidir
Harun dan Firdaus, Op. Cit., hal. 28
16. 16. 14 orang-orang Quraisy.31 Sedangkan Nabi sendiri menyusul dan sampai di sana pada 24
September 622,32 yang ditemani oleh Abu Bakar as-Shiddiq. 2. Membangun masyarakat Islam
Selama 13 tahun Nabi saw. telah menegakkan tauhid di Mekkah dengan penuh tantangan dan siksaan
dari kaum kafir Quraisy. Selama itu belum terbentuk komunitas Islam karena jumlah yang sedikit dan
penuh tekanan musuh. Maka ketika Nabi hijrah ke Madinah, barulah terbentuk masyarakat Islam.
Usaha Nabi saw. dalam membangun masyarakat Islam di Madinah yaitu: a. Membentuk pemerintahan
Nabi Muhammad saw. di samping sebagai rasul, beliau diangkat oleh suku Auz dan Khazraj sebagai
pemimpin. Usaha yang dilakukan Nabi untuk mengatur umat Islam di Madinah membentuk konstitusi
yang disebut dengan Piagam Madinah, yang berisi 47 pasal diantaranya 5 poin yang terpenting yaitu:
1) Bahwa komunitas ini mempunyai kepentingan agama dan politik 2) Kemerdekaan beragama
terjamin bagi semua komunitas 3) Seluruh penduduk Madinah memiliki toleransi moril dan materil
serta menangkal agresi yang ditujukan kepada Madinah 4) Rasulullah adalah pemimpin tertinggi
penduduk Madinah 5) Penetapan dasar politik, ekonomi, dan sosial bagi setiap komunitas. b.
Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin.
Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan harta mereka.
Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari
persatuan yang berdasarkan kabilah.33 31 Ali Mufrodi, Op. Cit., hal. 23 32 Philip K. Hitti, Op. Cit.,
hal. 145 33 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hal. 63
17. 17. 15 c. Dakwah Rasulullah mendirikan mesjid sebagai tempat penyelenggaraan ibadah dan
pendidikan agama, juga menjadi pusat pertemuan umat Islam untuk bermusyawarah. d. Militer Nabi
Muhammad saw. membentuk pasukan perang yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar,
karena sering terjadi peperangan. e. Ekonomi dan Sumber Keuangan Negara Rasulullah saw.
memperhatikan dan mengatur perdagangan dan transaksi sesuai dengan norma-norma yang
dianjurkan. Seperti bersikap adil, kesaksian yang jujur, dan tidak melakukan praktik riba. Tentang
pengolahan pertanian beliau menyerahkan kepada masyarakat Madinah, karena mereka lebih ahli
daripada orang-orang Mekkah. 3. Masa Peperangan a. Perang Badar al-Kubra Perang ini terjadi di
Badar, 144,5 km sebelah barat daya Madinah pada bulan Ramadhan.34 Besar kekuatan umat Islam
sebanyak 313 orang laki-laki, sementara dari kaum kafir Quraisy berjumlah sekitar 1000 orang. Berkat
pertolongan Allah kemudian dengan perjuangan umat Islam yang dipimpin oleh Nabi saw., umat
Islam mampu memukul mundur pasukan kafir Quraisy. b. Perang Uhud Perang ini terjadi tahun 625
M35 pada pertengahan bulan Sya’ban pada tahun kedua Hijriyah. Perang ini disebabkan oleh perasaan
dendam kaum kafir Quraisy yang meluap karna kekalahannya pada perang Badar. Dalam perang ini
kaum muslimin mengalami kekalahan dan tidak luput Rasulullah pun terluka dan gigi serinya tanggal.
34 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal. 146 35 Ira M. Lapidus, Op. Cit. Hal. 47
18. 18. 16 c. Perang Ahzab (Khandaq) Perang ini terjadi pada tahun kelima Hijriyah, disebabkan oleh rasa
dendam orang-orang kafir Quraisy masih tersisa dan mereka mengira bahwa Nabi Muhammad telah
kalah dan tersingkir karena perang Uhud. Perang ini dinamakan khandaq karena usulan dari Salman
al-Farisi untuk menggali parit. Sebelumnya, kaum muslimin dibaikot sehingga mengalami kelaparan.
Saking laparnya Rasulullah dan kaum muslimin sampai mereka meletakkan batu pada perut. d. Perang
Khaibar Terjadi pada bulan Muharram tahun ketujuh Hijriyah, yang disebabkan oleh orang-orang
Khaibar yang menjadi sarang makar, pusat konspirasi, tempat memprovokasi, sumber keonaran, dan
pemicu api peperangan. Mereka menghasut bani Quraizhah melakukan pengkhianatan dan bersekutu
dengan kaum Zindiq. e. Fathul Mekkah Perang ini terjadi pada tahun kedelapan Hijriyah yang
disebabkan karena pelanggaran kaum kafir Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah saw.
mengingatkan para sahabat bahwa Abu Sufyan akan datang ke Madinah untuk memperkuat
perdamaian dan memperpanjang masanya.36 Dalam peristiwa ini terjadi penaklukan besar-besaran
yang dengannya Allah memuliakan agama, Rasul, tentara, dan kelompoknya yang terpercaya.
Dengannya terselamatkanlah tanah suci dan rumah-Nya yang dia jadikan sebagai petunjukbagi alam
semesta dari cengkeraman orang-orang kafir dan musyrik.37 4. Wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam Pada tanggal 28 atau 29 bulan Safar tahun 11 Hijriyah Rasulullah saw. menghadiri
penguburan jenazah seorang sahabat di Baqi’. Ketika 36 Ibnu Hazam al-Andalusy, Jawami’as-Sirah
an-Nabawiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiah), hal. 177 37 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Zad al-Ma’ad,
(Mesir: al-Mathba’ah al-Misriyyah, 1927), hal. 160
19. 19. 17 kembali, di tengah perjalanan beliau merasakan pusing dan panas mulai merambat disekujur
tubuh. Nabi shalat bersama para sahabat dalam keadaan sakit selama 11 hari, sedangkan jumlah hari
sakit beliau adalah 13 atau 14 hari.38 Rasulullah saw. wafat pada saat waktu Dhuha sedang panas-
panasnya, yaitu pada hari senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah, umur beliau saat itu telah
mencapai 63 tahun lebih empat hari. Rasulullah saw. hidup tiga tahun lamanya setelah memakan
kambing yang telah diracuni di Khaibar sampai beliau jatuh sakit yang mengantarkan kepada
kematian. 39 Dari Aisyah r.a., dia berkata: Nabi saw bersabda pada saat sakitnya yang mengantarkan
beliau pada kematian, “Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakitnya makanan yang telah aaku makan
di Khaibar. Maka inilah saatnya aku merasakan aortaku mulai berhenti disebabkan racun tersebut”.”
(H.R. Bukhari) 38 Shafiyurrahman, Op. Cit., hal. 693 39 Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Pesan-
pesan Rasulullah Menjelang Wafat, (Jakarta: Darul Haq, 2013), hal. 131
20. 20. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari uraian di atas, yaitu: 1. Keadaan
masyarakat Mekkah sebelum munculnya cahaya Islam sangat jauh dari kemanusiawian. Misalnya,
membunuh bayi perempuan, merendahkan kaum perempuan, maraknya perjudian, bermain
perempuan, khamar, dan lain sebagainya. 2. Masa kecil sampai masa remaja Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam merupakan teladan yang baik bagi manusi. Kehidupan yang penuh kemandirian dan
ketekunan sudah selayaknya jadi figur bagi pemuda-pemuda Islam. 3. Dakwah Islam periode Mekkah
berlangsung lebih kurang 13 tahun dengan menegakkan tauhid dan dasar-dasar Islam. 4. Dakwah
Islam periode Madinah menyempurnakan perintah-perintah ibadah dan muamalah serta berperang
membela agama Allah dan Rasul- Nya 5. Rasulullah wafat tidaklah mewariskan uang Dinar dan
Dirham, tetapi beliau mewariskan Ilmu. Maka siapa yang mengambil warisan Rasulullah, maka ia
telah mengambil bagian yang sangat banyak. B. KRITIK DAN SARAN Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis sangat mengharapkan kritikan yang dapat
mendukung untuk lebih baiknya di masa yang akan datang. Penulis juga menyarankan kepada
pembaca, agar membaca buku-buku yang berkaitan dengan Sejarah Peradaban Islam terutama periode
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan buku-buku sirah Nabawiyyah yang telah banyak ditulis
oleh para ulama dan peneliti sejarah. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan
perlindungan, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
21. 21. DAFTAR KEPUSTAKAAN Armstrong, Karen, Muhammad Prophet for Our Time, (Bandung:
Mizan, 2007) Cet. I Al-Andalusy, Ibnu Hazm, Jawami’ as-Sirah an-Nabawiyah, (Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmia) Al-Ismail, Tahia, Tarikh Muhammad Teladan Perilaku Ummat, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada 1996) Cet. I al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim, Zad al-Ma’ad, (Mesir: al-Mathba’ah al-Misriyyah,
1927) al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad saw. dari
Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, (Jakarta: Darul Haq, 2012), Cet. XIV ___________, ar-Rahiq
al-Makhtum, (Beirut: Dar al-Fikr, 2008) Al-Qahthani, Sa’id bin Ali bin Wahf, Pesan-pesan Rasulullah
saw. Menjelang Wafat, (Jakarta: Darul Haq, 2013) Cet. V al-Sheikh, Abdullah bin Muhammad,
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003) ___________, Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003) ___________, Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 8, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003) Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup
Muhammad, (Jakarta: Litera AntarNusa, 1993) Cet. XVI Harun, Maidir, dan Firdaus, Sejarah
Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 2001) Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2009) Cet. III Hitti, Philip K., History of The Arabs; From the Earliest Times
to the Present, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), Cet. II Ibnu Hisyam, as-Sirah an-
Nabawiyah, al-Juz’ ats-Tsanyi, (Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, 1990) Cet. III Lapidus, Ira M, Sejarah
Sosial Ummat Islam (Bagian kesatu & Dua), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999) Cet. I
Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997) Cet. I Supriyadi, Dedi,
Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di
Kawasan Dunia Islam (Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam), (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2004) Cet. I Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II),
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006)
Recommended


Common Core: Exploring K-12 Standards

Online Course - LinkedIn Learning


Brain-Based Elearning Design

Online Course - LinkedIn Learning


Learning to Run Webinars

Online Course - LinkedIn Learning


Peradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAW

STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa

Sejarah Peradaban Islam - Sejarah Islam Masa Nabi Muhammad SAW

Haristian Sahroni Putra

Pertumbuhan peradaban islam pada masa nabi

Roni Patihan

Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam

Rohman Efendi

Sejarah dakwah rasulullah saw periode mekah dan madinah

muhammadfaridfaizal

Makalah sejarah peradaban islam


Putri Diyou

Presentasi dakwah nabi di madinah

Adinda Khairunnisa

https://www.slideshare.net/ibnuilyaspws/makalah-i-studi-spi

You might also like