You are on page 1of 13

PERIBAHASA DAYAK KENINJAL KAJIAN SEMANTIK

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH
THERESIA IDAYANI
NIM F2161151015

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018

1
2
PERIBAHASA DAYAK KENINJAL: KAJIAN SEMANTIK

Theresia Idayani, Paternus Hanye, Patriantoro


Pascasarjana Bahasa Indonesia, FKIP Univesitas Tanjungpura, Pontianak
Email: theresiaidayani08@gmail.com

Abstract
Proverb research aims to inventory, classifying the type, form, function and meaning
using the study of semantics. This research is the study of Linguistics or linguistic. The
results of this research can contribute and are expected to add insight in linguistic
contexts. The study of proverbs is a semantic study Keninjal Dayak in methods of
descriptive and qualitative form. The approach used in this study is the semantic
approach. The source of the data in this study are the Dayak languages Keninjal. The
technique of determining the source of the data used is the purposive sampling. The
data in the study totaled 165 proverb research data collection technique is the
technique of fishing rods, interview techniques, recording Techniques. Types Ferox
Keninjal Proverb is the adage, parable, perbilangan, slogan, thimble and
expression. Types Ferox Keninjal proverb of the most prominent is the parable. Dayak
proverb Keninjal shaped phrases divided into phrases endosentris, eksosentrik phrase,
noun phrases, verbal phrases, phrases, idiomatic phrase phrase adjektifa
konotatif. There is also a proverb shaped sentences consist of complete sentences,
elliptical sentences sentences sideline, and minor sentences. The function of proverbs
Keninjal Dayak is to advise, quips, rebuke and to declare certain circumstances. The
meaning of the proverb Dayak Keninjal consists of grammatical meaning, in
denotative, konotatif, conceptual, idiomatic full, partial and idiomatic meanings of
proverbs.

Keywords: Proverbs, Inventory, Type, Form, Function, Meaning

PENDAHULUAN bangsa Indonesia. Sebagaimana bahasa-


Suatu bahasa yang ada pada dasarnya bahasa lainnya, dalam bahasa Keninjal
merupakan suatu lambang yang sangat banyak sekali ditemukan peribahasa.
mudah untuk mengidentifikasi wilayah asal Gaya bahasa digunakan untuk
dan suku penuturnya. Setiap penutur bahasa mengekspresikan berbagai keperluan
hidup dan bergerak dalam sejumlah manusia. Ekspresi yang berupa ungkapan-
lingkungan dan adat-istiadatnya atau tata ungkapan sering lebih tepat disampaikan
cara pergaulanya yang berbeda yang dengan bentuk gaya bahasa daripada secara
kemudian kita kenal dengan istilah bahasa literal. Gaya bahasa dibatasi sebagai cara
daerah. Dengan demikian bahasa daerah mengungkapkan pikiran melalui bahasa
sebagai khasanah budaya bangsa dan secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
penopang bahasa Indonesia patut dipelajari kepribadian pengarang atau pemakai
dan dikembangkan serta dilestarikan. Salah bahasa.Seperti diketahui bahwa gaya bahasa
satu bahasa daerah yang menjadi kekayaan mencakup semua jenis ungkapan yang
budaya bangsa adalah bahasa Keninjal. bermakna lain dengan makna harfiahnya
Bahasa Keninjal merupakan bagian dari yang bisa berupa kata, frase, ataupun satuan
sejumlah bahasa daerah yang dimiliki sintaksis yang lebih luas.

3
Peribahasa banyak digunakan dalam yang mempunyai hubungan sosial dengan
kehidupan keseharian orang pada masa dulu komunitas pemilik peribhasa tersebut.
dan diturunkan dari generasi ke generasi, Upaya pelestarian peribahasa bahasa
karena dianggap sebagai jalan yang paling merupakan suatu kebutuhan bagi
mudah bagi mereka untuk memberi nasihat, keberagaman kekayaan bahasa Nusantara.
teguran atau sindiran. Demikian sebaliknya, Salah satu tujuan pelestarian tersebut
isinya mudah ditangkap oleh pihak yang untuk menghindari kepunahan bahasa
dinasehati. Peribahasa mempunyai minoritas dalam suatu bangsa. Hal tersebut
pengaruh, peran, dan kedudukan dalam dilakukan dengan penuh kesadaran sebagai
kehidupan berbudaya penuturnya. Oleh reaksi adanya masalah kebahasaan akibat
karena itu Peribahasa menjadi bagian yang pemilihan bahasa nasional dalam
sangat penting dalam kajian semantik percakapan sehari-hari. Dalam kajian
sebagai cabang ilmu linguistik. Studi sosiolinguistik, dikenal juga terjadi
mengenai peribahasa melalui kajian kebertahanan bahasa minoritas oleh
semantik sangat menarik untuk diteliti penuturnya. Kebertahanan bahasa minoritas
karena hasil kajiannya dapat menghasilkan perlu dilakukan secara sengaja dan
berbagai informasi baru berupa direncanakan. Hal tersebut perlu dilakukan
inventarisasi bentuk, fungsi, makna dan mengingat perkembangan yang sangat pesat
nilai-nilai berbentuk bahasa yang telah ada terhadap penggunaan bahasa berlatar sosial
di tengah-tengah masyarakat sejak dahulu budaya dan psikologis penuturnya, letak
hingga sekarang. Peribahasa merupakan geografis, dan demografis. Kebertahanan
salah satu hasil karya kebudayaan etnis terhadap bahasa daerah sebagaimana yang
yang di dalamnya tercermin pula berbagai dipaparkan di atas juga perlu dilakukan
kompleksitas gagasan, nilai, norma, terhadap Bahasa Dayak Keninjal yang
pandangan hidup, bahasa, cita rasa merupakan salah satu bahasa daerah yang
keindahan, dan kepercayaan dari masyarakat berada di Indonesia. Perkembangan
yang bersangkutan. Dengan demikian dapat globalisasi dan teknologi yang sangat pesat
dikatakan bahwa peran spritual peribahasa turut dirasakan oleh penutur bahasa keninjal.
Nusantara sebagai pembentuk watak Hal tersebut cukup mempengaruhi
masyarakat Indonesia tidaklah kecil. Salah kehidupan sosial budaya dan bahasa
satu fenomena yang dapat diketengahkan masyarakat tersebut. Bahasa Dayak Keninjal
kaitannya dengan semakin tenggelamnya memiliki beragam gaya bahasa atau yang
peribahasa daerah adalah mengenai bahasa, lebih kita kenal dengan peribahasa.
baik dalam perspektif internal maupun Keberadaan peribahasa daerah perlu
eksternal. Kendala secara internal, seperti mendapat perhatian khusus dalam upaya
munculnya kecenderungan“meningggalkan” pelestarianya.
dengan sengaja penggunaan peribahasa Berdasarkan latar belakang suku yang
daerah oleh mayoritas generasi muda. berbeda maka di Kalimantan Barat terdapat
Peribahasa hanya kerap dituturkan penutur bermacam-macam bahasa salah satunya
dewasa atau kaum tua dan tokoh-tokoh adalah bahasa Keninjal yang mempunyai
adat, sedangkan kalangan generasi muda bahasa berbeda dan tersendiri dari bahasa
sudah sangat jarang diujarkan. Sementara suku-suku dayak lainnya. Namun ada
itu keberadaan peribahasa daerah sebagaian kemiripan dengan beberapa bahasa dari
ada yang belum tertulis atau masih bersifat rumpun suku lainnya, seperti bahasa
lisan, hingga tidak mustahil suatu saat kebahan, kubin, linoh, barai. Kemiripan
peribahasa daerah tersebut akan punah dan tersebut dapat dilihat pada penggunaan
tercabut dari dan budaya nusantara. fonem yang sama, namun berbeda dalam
Sedangkan kendala eksternal, peribahasa proses fonologinya. Setiap bahasa yang ada
daerah nyaris tidak direspon dan dipelajari di Kalimantan Barat khususnya mempunyai
oleh masyarakat daerah lain, kecuali mereka

4
keunikan dan ciri khas tersendiri yang patut pandangan Jacobson terhadap fungsi bahasa
dikembangkan menjadi lima macam, yakni (1)
Dayak Keninjal adalah salah satu informasional, (2) ekspresif, (3) direktif, (4)
rumpun suku yang berada di aliran Sungai aestetik, dan (5) fatis.
Pinoh dan merupakan rumpun suku yang Menurut Kamus Besar Bahasa
mendominasi daerah pemukiman di Indonesia (Depdiknas, 2008:864) makna
sepanjang aliran sungai Pinoh. Pada adalah arti, maksud pembicara atau peneliti,
mulanya rumpun suku ini merupakan suku pengertian yang diberikan kepada suatu
yang bermigrasi dari wilayah Kalimantan bentuk kebahasaan. Saussure menyatakan
Tengah karena terjadi perang suku pada saat bahwa setiap tanda linguistik terdiri atas dua
itu. Dalam kehidupan berbahasa, suku ini unsur, yaitu (1) yang diartikan (Inggris:
memiliki berbagai jenis budaya lisan, satu di signified) yang sebenarnya tidak lain adalah
antaranya adalah peribahasa. Peribahasa konsep atau makna dari suatu tanda bunyi
kerap mereka tuturkan terutama oleh kaum dan (2) yang mengartikan (Inggris: signifier)
tua pada berbagai ragam kegiatan baik pada yang tidak lain dari pada bunyi-bunyi itu,
kegiatan resmi seperti upacara adat, atau yang terbentuk dari fonem-fonem yang
kegiatan santai lainnya. bersangkutan Chaer (2002:29). Berdasarkan
Bahasa adalah sistem lambang bunyi pendapat tersebut, menurut Chaer makna
yang arbitrer yang digunakan oleh adalah pengertian atau konsep yang dimiliki
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi atau terdapat pada sebuah tanda-linguistik
dan mengidentifikasikan diri Kridalaksana Chaer (2007:287). Tanda linguistik yang
(dalam Merry 2016:1). Menurut Rasyid, dimaksud dapat berupa kata, leksem,
Mansyur dan Suratno (2009: 126) bahasa morfem, dan sebagainya.
merupakan struktur dan makna yang bebas Adapun Bloomfield (dalam Raudloh 2012)
dari penggunanya, sebagai tanda yang membagi makna dalam dua kategori yaitu
menyimpulkan suatu tujuan. lambang- central meaning merupakan makna yang
lambang bunyi. dimiliki suatu unsur bahasa dan digunakan
Alwasilah (dalam Merry (2016:1) untuk menggambarkan suatu hal atau
mengemukakan hakikat bahasa sebagai peristiwa yang berada diluar bahasa dan
berikut: (1) Bahasa itu sistematik, (2) metaphoric meaning merupakan makna lain
Bahasa itu arbitrer, (3) Bahasa adalah selain makna leksikal yang terbentuk karena
ucapan vokal, (4) Bahasa adalah simbol, adanya makna tambahan dipengaruhi oleh
(5) Bahasa itu mengacu pada dirinya, (6) konteks. Charles Carpenter Fries dalam
Bahasa itu manusiawi. Revesz (dalam Tarigan (2015:10) membagi makna atas dua
Sudaryanto, 1990: 9) menyatakan bahwa bagian, yaitu: (1) Makna linguistik, dan (2)
fungsi bahasa adalah indikatif atau Makna sosial (kultural). Saussure
menunjuk, imperative atau menyuruh, dan menyatakan bahwa setiap tanda linguistik
interogatif atau menanyakan. Adapun terdiri atas dua unsur, yaitu (1) yang
mengenai pandangan Jacobson terhadap diartikan (Inggris: signified) yang
fungsi bahasa ada enam macam, yakni (1) sebenarnya tidak lain adalah konsep atau
fungsi referensial, pengacu pesan; (2) fungsi makna dari suatu tanda bunyi dan (2) yang
emotif, pengungkap keadaan pembicara; (3) mengartikan (Inggris: signifier) yang tidak
fungsi konatif, pengungkap keinginan lain dari pada bunyi-bunyi itu, yang
pembicara yang langsung atau segera terbentuk dari fonem-fonem yang
dilakukan atau dipikirkan oleh sang bersangkutan Chaer (2002:29). Berdasarkan
penyimak; (4) fungsi metalingual; (5) fungsi pendapat tersebut, menurut Chaer makna
fatis, pembuka, pembentuk pemelihara adalah pengertian atau konsep yang dimiliki
hubungan atau kontak antara pembicara atau terdapat pada sebuah tanda-linguistik
dengan penyimak; dan (6) fungsi puitis, (Chaer, 2007:287). Tanda-linguistik yang
penyandi pesan. Leech menyederhanakan dimaksud dapat berupa kata, leksem,

5
morfem, dan sebagainya. Unsur bahasa yang kelompok perkataan yang tetap susunannya
termasuk dalam lingkup sintaksis adalah: dan biasanya mengiaskan maksud tertentu.
Frasa adalah menurut Sasangka (2008: 151) (poerwadarminta, 1976:738).
mengatakan frasa sama saja dengan Peribahasa bersifat universal karena
kelompok kata. Verhaar (2001: 291) terlebih maknanya dapat disesuaikan dengan konteks
dahulu mengartikan bahwa frasa merupakan yang bersifat universal. Brunvand (dalam
kelompok kata yang merupakan bagian Danandjaja, 2007:28) menyebutkan
fungsional dari tuturan yang lebih panjang. peribahasa mempunyai tiga sifat hakiki yaitu
Frasa menurut Chaer (2007: 225) dapat (a) peribahasa harus berupa satu kalimat
dibedakan menjadi frasa (1) eksosentris, (2) ungkapan; (b) peribahasa ada dalam bentuk
frasa endosentrik (disebut juga frasa yang sudah standar; (c) peribahasa harus
subordinatif atau modifikatif, (3) frasa mempunyai vitalitas tradisi lisan yang dapat
koordinatif, dan (4) frasa apositif. Klausa dibedakan dari bentuk-bentuk klise tulisan.
menurut Ahmad (2012:93) merupakan Tarigan (2015:148) membagi peribahasa
satuan gramatikal yang berupa gabungan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) Pepatah, (2)
kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas Perumpamaan, (3) Ungkapan. Aldi Al
subjek dan predikat. Kalimat Dalam Magasari dalam e-jurnal.com/2013/12
kaitannya dengan satuan satuan sintaksis berpendapat bahwa Peribahasa dapat
(kata, frasa, klausa) kalimat dipandang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
sebagai satuan konstruksi yang disusun dari peribahasa yang memiliki arti lugas dan
konstituen dasar, yang biasanya berupa peribahasa yang memiliki arti simbolis.
klausa, disertai intonasi final dan bila Peribahasa yang memiliki arti lugas
diperlukan dilengkapi dengan konjungsi terdiri dari dua jenis, yaitu bidal dan
ahmad (2012:145). Berdasarkan pepatah, sedangkan peribahasa yang
kelengkapan fungsi sintaksisnya, kalimat memiliki arti simbolis. Bidal adalah bahasa
dapat dibagi menjadi kalimat lengkap dan berkias yang digunakan secara halus,
kalimat tidak lengkap. artinyan terang sehingga orang yang
Pamuntjak (dalam Tarigan (2015:148). mendengarkannya harus mendalami dan
Peribahasa digunakan untuk mengatur tata meresapkan arti serta maksud ddalam
tertib pergaulan sesama manusia (Shariff, hatinya sendiri. Pepatah ialah ungkapan
2002:137) Peraturan tersebut dimaknai bahasa yang pada dan ringkas untuk meberi
sebagai alat yang hatus dipatuhi setiap pengajaran dan nasihat. Perbilangan
anggota masyarakat. Dalam setiap memiliki konotasi adat dan dari segi isi
peribahasa bujan hanya terkandung makna tergolong teroba. Teromba adalah ungkapan
kamus, melainkan juga makna majas, tidak ad norma-norma adat. berasal dari kata
hanya arti kata-kata yang sebenarnya tetpi patah-patah kata. Perumpamaan ialah
juga arti kiasan, yang merupakan garapan susunan bahasa yang ringkas dan padat yang
dan pengajaran semantik. Tarigan (2014 : bermakna dua lapis, yaitu menyebutkan
148). Peribahasa adalah kelompok kata atau suatu maksud tertentu dengan memberikan
kalimat yang menyatakan suatu maksud, perumpamaan kepada suatu perkara lain
keadaan seseorang, atau hal yang yang serupa dengannya. Lidah pendeta atau
mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau lidah pendita sebenarnya masih termasuk
hal mengenai diri seseorang. Peribahasa bidal, tetapi asal muasalnya lidah pendeta
merupakan satu susunan bahasa yang indah diucapkan oleh orang-orang pandai/pertapa.
dan menarik dituturkan oleh orang ramai Kiasan adalah ungkapan bahasa yang
sejak berapa lama dan membawa pengertian melukskan sesuatu maksdu dengan
yang bijaksana, maka susunan bahasa yang dikiaskan kepada perkara-perkara yang
dipakai orang menjadi teladan , lainnya. Kadangkala tidak disebutkan akan
perbandingan dan pengajaran (Hamid, perbandingan itu. Tamsil adalah bahasa
2001:267). Peribahasa adalah kalimat atau

6
berkias yang bersampiran, bersajak, dan atas tiga pokok bahasan, yaitu: (1) Sintaksis,
berirama (Kristantohadi, 2010:14). (2) Semantik, (3) Pragmatik (edward dalam
Peribahasa begitu penting tarigan 2015:2). Menurut Yurni dkk (2013:
kedudukannya sehingga digunakan untuk 5) semantik jenis-jenis semantik adalah:
tujuan tertentu. Berdasarkan tujuan, fungsi Sematik leksikal, Semantik gramatikal ,
peribahasa dibagi menjadi empat, yaitu Semantik sintaksial, Semantik maksud.
nasihat,sindiran,pujian, dan bahasa Peran semantik ada dua, yaitu (1) peran
diplomasi. Peribahasa sering dipakai nasihat, semantik khusus, (2) peran semantik makro ,
sindiran(cacian halus), pujian dan digunakan Khairah dan Ridwan (2014:101).
sebagai bahasa diplomasi atau penegasan
(Djamaris, 1993:26). Susana 2017 : 117 METODE PENELITIAN
menjelaskan bahwa dalam peribahasa Jawa
Sedikitnya ditemukan ada tiga fungsi yang Penelitian ini dilakukan di desa
terkandung dalam peribahasa-peribahasa Madyaraya Kecamatan Sayan Kabupaten
yaitu untuk menasehati, menegur, dan Melawi. Desa ini dipilih mengingat
menyindir. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai
Berdasarkan bentuknya, Sumarlam Juli 2017. Penelitian dalam Kajian semantik
(2006) membagi proverba atau peribahasa terhadap peribahasa dalam bahasa Dayak
menjadi yaitu 5 bentuk yaitu: (1) proverba Keninjal ini menggunakan metode penelitian
yang berstruktur kata, (2) proverba deskriptif. Hampir seluruh warga desa
berstruktur frasa, (3) proverba berstruktur tersebut merupakan suku Keninjal yang
klausa (konstruksi predikatif), (4) proverba menggunakan bahasa Keninjal dalam
berstruktur kalimat, baik itu yang berstruktur berkomunikasi sehari-hari. Moleong
kalimat tunggal maupun kalimat (2012:82) menyatakan bahwa dengan
majemuk, dan (5) proverba yang metode deskriptif data-data yang berupa
berkonstruksi kalimat imperatif, baik kata-kata, gambaran, dan bukan angka-
imperatif positif maupun imperatif negatif. angka sehingga laporan penelitian akan
Makna merupakan hubungan antara bahasa berisi kutipan-kutipan data yang objektif.
dengan dunia luar yang telah disepakati Bentuk penelitian adalah penelitian
bersama oleh pemakai bahasa sehingga kualitatif yaitu penelitian yang
dapat dimengerti. (Bolinger dalam menghasilkan data desktriptif yang berupa
Aminuddin, 1981:108). Makna adalah arti mengungkapkan pendapat/taggapan
yang tersimpul dari suatu kata. Jika suatu masyarakat tentang pengertian, makna dan
kata tidak bisa dihubungkan dengan nilai nilai yang dikandung dalam sebuah
bendanya, maka peristiwa atau keadaan peribahasa. Pendekatan yang digunakan
tertentu tidak bisa memperoleh makna dari dalam penelitian ini adalah pendekatan
kata tersebut. (Tjipta, 1984:19). Semantik pragmatik. Menurut Levinson (dalam
dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Tarigan 1987:33) Pendekatan pragmatik
Inggris semantics, berasal dari bahasa adalah telaah mengenai relasi antara bahasa
Yunani sema (verba) yang berarti dengan konteks yang merupakan dasar bagi
‘menandai”. Istilah tersebut digunakan para suatu catatan atau laporan pemahaman
pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa.
bahasa yang mempelajari makna dalam Teknik pengumpulan. Pengujian ini
bahasa dan menjadi salah satu dari tiga data dalam penelitian ini yaitu: Teknik
tataran analisis bahasa, yaitu fonologi, pancing, Teknik wawancara, Teknik rekam,
gramatika/tata bahasa, dan semantik. Secara Catatan lapangan. Adapun alat pengumpulan
singkat dan populer dapat dikatakan bahwa data atau instrument penelitian ini Peneliti
semantik adalah telaah mengenai makna sendiri sebagai instrumen, Instrumen berupa
(George, 1964:1) dalam tarigan (2015:2) pedoman wawancara yang berisi pertanyaan
Dalam pengertian yang luas, semantik terdiri yang berkaitan dengan permasalahan yang

7
diteliti kata-kata tertulis atau lisan dari orag HASIL PENELITIAN DAN
lain dan perilaku yang dapat diamati. PEMBAHASAN
Metode penelitian ini dipilih untuk Hasil Penelitian
Instrumenberupa gambar untuk memancing Penelitian ini menghasilkan 166 data
respon respondan pada tema tertentu Peribahasa Dayak Keninjal. Yang diambil
gambar dicatat dan ditranskripsikan ke dari 215 peribahasa yang terkumpul.
dalam bahasa tulis pada kartu pencatatan, Sebanyak 49 peribahasa yang terkumpul
(4) Transliterasi/terjemahan teks, (5) tidak dapat dijadikan data penelitian karena
Klasifikasi Data. yang kemudian akan ditemukan kesamaan tuturan dari beberapa
dideskripsikan oleh informan ke dalam informan, yaitu terdapat persamaan diksi
peribahasa, Instrumen berupa daftar kata dengan makna Peribahasa tersebut kemudian
dari bahasa Dayak Keninjal yang digunakan divalidasi dengan berkonsultasi kepada
untuk memancing informan, Lembar pembimbing sehingga diputuskan data yang
Observasi, Penggunaan alat rekam, kamera terkumpul sebanyak 166 peribahasa.
digital, serta handycam untuk mengambil Peribahasa yang memiliki kesamaan bunyi
data pada saat dilapangan, merekam semua dan maknanya dihitung sebagai satu
percakapan yang terjadi pada saat proses peribahasa, bukan sebagai variasi. misalnya
perekaman dan pengambilan foto dilapangan Ncaok aik pakai ragak dengan Ngamik aik
yang akan dijadikan observasi dilapangan, pakai ragak, pokak morah puak kopu
Kertas pencatat catatan lapangan untuk dengan nada panai morah puak kopu,
mencatat informasi yang terkait dengan Monai ara nada ke tolok dengan Nesik ara
peribahasa dayak keninjal yang disampaikan nada ke toluk.Peribahasa-peribahasa tersebut
oleh informan. Teknik menguji keabsahan memiliki kemiripan kalimat dan maknanya
data dilakukan dengan memastikan
kebenaran dan keakuratan data yang Pembahasan
didapatkan dilakukan melalui tiga tahapan Jenis Peribahasa Dayak Keninjal
berikut:Kecukupan referensi, (2) Ketekunan dsitemukan enam (6) jenis peribahasa
pengamat sangat diperlukan dan harus Dayak Keninjal dari data yang berhasil
dilakukan oleh peneliti dalam melakukan dikumpulkan. Berikut adalah jenis-jenis
pengambilan data di lapangan, hal ini peribahasa Dayak Keninjal Pada teknik
bertujuan agar tidak terjadi kekeliruan dan pengumpulan data ditemukan bahwa
ketidaklengkapan data. Triangulasi adalah sebagian besar informan lebih mudah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang mengungkapkan peribahasa melalui
meanfaatkan sesuatu yang lain di luar data pancingan berupa daftar kosakata.
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut.
(moleong, 2011:330).
Tabel 1. Inventrisasi Peribahasa Dayak Keninjal
Jenis Peribahasa Jumlah Persentase (%) Ket
Pepatah 5 3,1 5
Perumpamaan 114 69,3 1
Perbilangan 3 1,8 6
Pameo 14 8,4 3
Bidal 7 4,2 4
Ungkapan 23 13,2 2
Jumlah 166 100

8
Pepatah sedikit.Abih papat makat langkat,abih
Dalam Penelitian ini diketahui terdapat dindik makat lantai. 'Habis makan papan
5 buah peribahasa Dayak Keninjal berjenis dasar sampai ke dinding, dinding makan
pepatah. Berikut adalah jenis peribahasa lantai. Peribahasa ini adalah sebuah
Dayak Keninjal yang berjenis pepatah: perumpamaan tentang seeorang yang hidup
Bakah nada ditamah senik nada berfoya-foya sehingga menghabiskan
dipansap.'Besar tidak perlu ditambah, kecil seluruh harta atau uang yang ada. Akah-akah
tidak perlu dipotong.' (Peribahasa ini botok bolah.Tergeletak betung terbelah
berjenis. papatah karena isinya mengandung Peribahasa ini adalah Sebuah perumpamaan
ajaran agar bersikaf jujur)sBakah dipesenik, tentang kesombongan seseorang dengan
Senik dIpehabih (Besar diperkecil, kecil mengambil perbandingan tentang bambu
dihabiskan’. Seringkali dalam betung yang tergeletak di jalan.
menyelesaikan perkara melalui hukum adat,
ditemukan ada oknum-oknum tertentu yang Perbilangan
mencoba merekayasa perkara dengan Berdasarkan analisis pada data tentang
membesar-besaarkan masalah dengan tujuan peribahasa Dayak Keninjal terdapat tiga
mendapat sanksi adat yang lebih besar). peribahasa Dayak Keninjal yang berjenis
Banyak ingan sikit pengamat. 'Banyak perbilangan. Adat istiadat suku Dayak
bicara sedikit bekerja.'(Karakter labih Keninjal yang dikandung dalam ketiga
banyak bekerja daripada berbicara perbilangan tersebut adalah (1). adat peti
merupakan salah satu karakter yang atau adat yang harus dibayar jika melakukan
diproyeksikan oleh suku Keninjal melalui perbuatan yang mengakibatkan orang lain
bahasa lisanya dalam konteks bekerja. cedera atau meninggal, (2). Kewajiban
Pengelompokkan tersebut didasarkan pada masyarakat adat untuk mentaati hukum adat
dua hal yaitu (1). makna nasihat dan yang telah ditetaapkan, dan (3) Etika atau
pengajaran yang dikandung, (2). atat krama dalam melaksanakan adat ngora,
Penyampaian peribahasa tersebut dan ngari atau mabak ori yang merupakan
dilakuakan dalam bentuk selapis saja. bentuk kerja sama atau bergotong royong di
kalangan suku Keninjal.
Perumpamaan
Penelitian ini diketahui terdapat seratus Pameo
lima belas peribahasa berbentuk Berdasarkan analisis data terdapat
perumpamaan. Berikut perumpamaan dalam empat belas (14) peribahasa Dyak Keninjal
bahasa Peribahasa Dayak Keninjal. Ari ujat yang berjenis pameo. Keempatbelas
ari besimpat, ari angin ari bekalut. 'Hari peribahasa tersebut mengandung dorongan
hujan, hari berkemas, hari angin hari untuk membangkitkan semangat. Pameo
bersibuk. Peribahasa ini diklasifikasikan dalam peribahasa Dayak Keninjal berisi
berjenis perumpamaan. Perumpamaan ini semboyan yang berfungsi untuk
untuk menyindir seseorang yang tidak mengobarkan semangat dan menghidupkan
mempersiapkan segala sesuatu dengan baik suasana.Pameo yang dimiliki oleh suku
sebelum memulai sebah Asa Begantok ubuk Dayak Keninjal berisi semboyan tentang
sekatak. Seperti bergantung rambut sehelai.' hal-hal berikut: (1) kebersamaan ( Aik sama
pekerjaan. Sikaf yang teledor tersebut nubak, buah sama mantoh, tanah sama
diumpamakan dengan orang yang behuma), (Daripada ngumpan babi rimba,
menjemur padi. Peribahasa ini adalah kasa ngumpat babi laman); (2) keuletan
sebuah perumpamaan. Menggunakan kata (Basah langkak basah rokok); (3) Daya
seperti sebagai kata penghubung untuk juang (Dari pada buta kasa kicek. ), ( Kalau
mengiaskan tentang harapan yang sangat mudik sampai ke unsak,kalau ilik sampai ke
tipis, masalah yang dihadapi sangat berat nanga), (Nesik uwi rampu pai jadi),
dan peluang untuk berhasil sangat (Pantap rantas, tuhuk tomus); (4)

9
Musyawarah (Daut birah daut kentorik,); logis atau secara gramatikal, dan bertumpu
(5) Kreatifitas (Kaki mijak jari jari pada makna-makna yang membentuknya.
nyopot.); (6) Kerja sama ( Luat becuhar Ungkapan atau idiom tersebut merupakan
kemudi bekayoh); tanggung jawab (Luang kelompok kata khusus yang digunakan
bosi luang batu); Bijaksana (Munsak unang untuk menyatakan suatu maksud tertentu
turut asuk unang nyalak.) (Nyipat lantar di dengan arti kiasan. Hal ini menjadi slah satu
tongah lomak, kayu unang patah lantar indikator bahwa secara umum suku ini
unang mati ; Persaudaraan ( Totak aik nada memiliki karakter yang halus dan santun
putus). ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Selain pepatah sebagai jenis yang paling
Bidal menonjol, terdapat ungkapan yang
Berdasarkan analisis data yang telah menduduki peringkat kedua, pameo pada
dikumpulkan diketahui terdapat tujuh (7) urutan ketiga, bidal pada urutan keempat ,
peribahasa Dayak keninjal yang berjenis pepatah pada urutan kelima dan perbilangan
bidal. Ketujuh peribahasa tersebut berisi pada urutan keenam
sindiran dan nasihat yang memiliki sajak
atau rima. Bentuk Peribahasa Dayak Keninjal
Peribahasa merupakan tuturan
Ungkapan tradisional yang bersifat tetap
Berdasarkan analisis data diketahui ada pemakaiannya, mengandung makna kias,
dua puluh dua (22) jenis peribahasa Dayak tidak mengandung makna simile
Keninjal yang berjenis ungkapan. Peribahasa sebagai satuan lingual yang
Ungkapan-ungkapan tersebut memiliki konstituennya bersifat ajeg (konstan)
makna yang tidak dapat diterangkan secara memiliki berbagai bentuk sebagai berikut.
Tabel 2. Bentuk Peribahasa Dayak Keninjal
Persentase
Makna Jumlah Ket
(%)
frasa 23 13,9 IV
Kalimat lengkap 43 25.9 II
Kalimat elips 64 38, I
Kalimat sampingan 24 14,5 III
Kalimat minor 12 7,2 V
Jumlah 166 100

Peribahasa Berbentuk Frasa dan frasa adjektiva. Berikut adalah frasa


Berdasarkan analisis kelas kata pada peribahasa Dayak Keninjal sebagai
terhadap frasa peribahasa Dayak Keninjal berikut:
maka ditemukan frasa nomina, frasa verba

Tabel 3. Analisis Frasa Pada Peribahasa Dayak Keninjal

FN: N+N Inti Pewatas Makna yang dihasilkan


kolik Selubak selubak kolik memiliki kesamaan
pengayoh kelobat pengayoh kelobat dayung keleban
FN: N+Ad Inti Pewatas Makna yang dihasilkan
anak kumang anak kumang anak yatim piatu
Bujak kemosap bujak kemosap kaki-laki remaja

10
FN: Ad+N Inti Pewatas Makna yang dihasilkan
Banyak sengkubak sengkubak banyak Banyak rayuan
Uba pacat pacat uba numpang makan
FN: N+V Inti Pewatas Makna yang dihasilkan
Mata locet mata locet tidak menggunakan mata
FA: A+Nomina Inti Pewatas Makna
Putih mata putih mata Tidak berhasil
salah basa salah basa melanggar etika
FA: A+nomina Inti Pewatas Makna
tobal ponek ponek tebal tidak mendengar nasihat
FV: V+Nomina Inti Pewatas Makna
Gura asuk gurau asuk bercanda secara kasar
Jumpat darat darat jumpat manapuse

Peribahasa Berbentuk Kalimat Fungsi Peribahasa Dayak Keninjal


Peribahasa Dayak keninjal berbentuk Berdasarkan kajian pada peribahasa
kalimat dianalisis berdasarkan kelengkapan Dayak Keninjal dalam penelitian ini maka
fungsi sintaksisnya. Berdasarkan fungsi fungsi peribahasa tersebut adal alah sebagai
sintaksisnya kalimat dapat dibagi menjadi berikut:
kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap

Tabel 4. Fungsi Peribahasa Dayak Keninjal

Fungsi Peribahasa Jumlah


Untuk menasehati 49
Untuk menyindir 50
Menegur 23
Mengungkapkan keadaan tertentu 43
Jumlah keseluruhan 166

Makna Peribahasa Dayak Keninjal nyopot batu. Buang kuhat amik jeriau.
Berdasarkan analisis makna pada Sengkuang di lombak Ubai dinatai, Yang
peribahasa Dayak Keninjal, maka didapati salah dibuak Yang konak dipakai.
ada sembilan peribahasa yang mengandung Sengkubak buntau baok. kerja keras. Nilai
nilai kesejahteraan. Menurut proyeksi suku kerja keras ini disampaikan melalui sindiran
dayak dalam hal ini adalah akan didapat jika dan nasihat serta teguran. Untuk menyindir
menerapkan hidup hemat. Ada lima orang yang malas yaitu Putih mata, Siku
peribahasa yang bermakna agar memiliki tumpul, Sampau di pucuk lokar. Uba
Peribahasa yang dimaksud Diap pucuk pacat.
kerangan nada ulih nada

Tabel 6. Nilai yang dikandung dalam Peribahasa Dayak Keninjal

Nilai Jumlah Persentase Ket


Kesejahteraan 9 5.5 V

11
Kerja keras 22 13 III
Disiplin 5 3.0 VII
Pendidikan 64 37.8 1
Gotong royong 4 2.4 VIII
Pengelolaan gender 2 1,2 X
Pelestarian dan kretivitas budaya 8 4,2 VI
Kesopanan 3 1,8 IX
Kejujuran 7 4,2 VI
Kesetiakawanan sosial 13 7,8 IV
Kerukunan 7 4,2 VI
Penyelesaian konflik 19 11.5 II
Pikran positif 3 1.8 IX
Jumlah 166 100 %

SIMPULAN DAN SARAN kecamatan yang berbeda. Penelitian


Simpulan peribahasa Dayak Keninjal ini dikaji dengan
Hasil peneliian ini terbagi atas Jenis menggunakan pendekatan semantik.
Peribahasa Dayak Keninjal yaitu Pepatah, Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
Perumpamaan, perbilangan, pameo, Bidal mengkajinya dengan pendekatan yang
dan ungkapan. Jenis peribahasa Dayak berbeda sehingga dapat ditemukan lebih
Keninjal yang paling menonjol adalah banyak lagi aspek-aspek yang terkandung
perumpamaan. Bentuk Peribahasa Dayak dalam peribahasa Dayak Keninjal.
Keninjal adalah berbentuk frase, berbentuk
kalimat terdiri atas kalimat lengkap DAFTAR RUJUKAN
berjumlah dan kalimat tak lengkap. Kalimat Ahmad, 2012. Linguistik Umum. Jakarta:
tak lengkap berupa (1) kalimat elips PT Gelora Aksara Pratama.
sebanyak 18 kalimat; (2) kalimat sampingan Aminudin. 1981. Sintaksis Bahasa
berjumlah 23; dan (3) Kalimat minor Indonesia. Jakarta: PT Pustaka
sebanyak 15. Fungsi Peribahasa Dayak Alwisyah. 1985. Sintaksis Untuk Mahasiswa
Keninjal adalah untuk menasehati, untuk Strata Satu Jurusan Bahasa Atau
menyindir, dan untuk menyatakan Linguistik dan Guru Bahasa Indonesia
keadaan. Melalui penelitian ini ditemukan Untuk SMA/SMK.jakarta: PT Grasindo.
bahwa suku Dayak Keninjal banyak Chaer, Abdul. 2010. Psikolinguistik :
menggunakan unsur-unsur alam dalam Kajian Teori.Jakarta: Rineka Cipta
sistem komunikasi meraka. Kedekatan suku Chaer, Abdul. 2013. Kajian Bahasa Struktur
ini pada alam tampak pada pemilihan diksi Internal, pemakaian dan pembelajaran.
bernuasa alam dalam peribahasa mereka. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2014. Linguistik
Saran Umum.Jakarta: Rineka Cipta.Chaer,
Berdasarkan penelitian dan analisis Abdul. 2015. Filsafat Bahasa. Jakarta:
data, terdapat beberapa saran yang perlu Rineka Cipta
dikemukakan sebagai berikut: Penelitian Endraswara, Suwardi. 2016. Antropologi
peribahasa dalam penelitian ini hanya Sastra Jawa, Konsep, Kajian, dan
mengumpulkan data dari satu desa saja yaitu Aplikasi.Yogyakarta: Morfolingua
desa Madyaraya Kecamatan Sayan Endraswara, Suwardi. 2016. Sastra
Kebupaten Melawi, oleh karena itu Ekologis, Teori dan Praktik Pengkajian.
penelitian selanjutnya diharapkan dapat Yogyakarta: CAPS (Center for academic
mengumpulkan data beberapa desa Publishing Service)
pemukiman suku Dayak Keninjal di

12
Hamid, Ismail. 1991. Perkembangan Moleong, Lexy J.2014. Metode Penelitian
Kesusatraan Melayu Lama. Selangor: Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Pearson Education Malaysia. Remaja Rosdakarya
Herman. 2015. Jurnal. "Fungsi dan Makna Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus
Peribahasa" (On Line) Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN
Httpswww.academia.edu5595432. Balai Pustaka.
diakses tanggal 18 Agustus 2017 Salzman Zdenek. 1993. Lunguage Culture
Keraf, Gorys. 2007. Tata Bahasa Indonesia. and Society An Introduction To
Ende-Flores: Penerbit Nusa Inda Linguistic Antropology.San Fransisco:
Kridalaksana, Harimurti.1983. Kamus Westview Press, In
Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Sari, Kumala.1996. Sejarah Kebudayaan
Kristohandi, Harimurti. 2008. Indonesia. Bandung: ITB.
Peribahasa Lengkap dan Kesusastraan Silalahi, Ulber. 2015. Metode Penelitian
Melayu Lama. Yokyakarta: Tabora Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Media. Tarigan, Hendry Guntur. 1985. Pengajaran
Kosakata. Bandung: Angkasa

13

You might also like