Professional Documents
Culture Documents
Kekerasan Emosional Menyebabkan Kenakalan Pada Remaja: Holistik Jurnal Kesehatan Volume 14, No.1, Maret 2020: 52-58
Kekerasan Emosional Menyebabkan Kenakalan Pada Remaja: Holistik Jurnal Kesehatan Volume 14, No.1, Maret 2020: 52-58
Abstract
Background: Emotional distress is an act that demeans the child through condemnation of words that continues
to neglect the child, isolate the child from the environment and social relationships, blame the child continuously
and emotional abuse is usually always followed by other violence. Emotional distress can cause physical and
psychological trauma from mild to severe intensity, so that it can lead to misbehavior. Misbehavior is evil or
naughty behavior committed by adolescents so that it irritates oneself and others.
Purpose: Determining the correlation between adolescent emotional distress and misbehavior
Method: A quantitative study with a correlation research design and the approach used is cross sectional. The
sample in this study were 30 teenagers. The study was conducted at the Technical Implementation Unit of Social
Services for Adolescent Development Marsudi Putra Tengku Yuk Pekanbaru. The measuring instrument used
was a questionnaire of emotional distress and misbehavior. The analysis used univariate and bivariate using the
Chi-square test.
Results:The analysis of the study obtained p value 0.01 <0.05, which means there is a correlation between
emotional distress and misbehavior and the risk of adolescents misbehavior as much as 10.8 times.
Conclusion: There is a correlation between emotional distress and misbehavior at the Technical Implementation
Unit of Social Services for Youth Development Marsudi Putra Tengku Yuk Pekanbaru.
Pendahuluan: Kekerasan emosional merupakan tindakan yang merendahkan anak melalui kecaman kata-kata
yang berlanjut dengan melalaikan anak, mengisolasi anak dari lingkungan dan hubungan sosialnya,
menyalahkan anak terus menerus dan kekerasan emosional biasanya selalu diikuti dengan kekerasan lain.
Kekerasan emosional dapat menyebabkan trauma fisik dan psikologis dari intensitas ringan-berat, sehingga
dapat menimbulkan munculnya kenakalan remaja. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau nakal yang
dilakukan oleh remaja sehingga mengganggu diri sendiri dan orang lain.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kekerasan emosional dengan kenakalan remaja.
Metode: Penelitian kuantitaf dengan desain penelitian korelasi dan pendekatan yang digunakan adalah cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang remaja. Penelitian dilakukan di Unit Pelaksanaan
Teknis Pelayanan Sosial Bina Remaja Marsudi Putra Tengku Yuk Pekanbaru. Alat ukur yang digunakan adalah
kuesioner kekerasan emosional dan kenakalan remaja. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat
menggunakan uji Chi-square.
Hasil: Didapatkan p value 0,01 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara kekerasan emosional dengan
kenakalan remaja dan risiko remaja dengan kekerasan emosional melakukan kenakalan remaja sebanyak 10,8
kali .
Simpulan: terdapat hubungan antara kekerasan emosional dengan kenakalan remaja di Unit Pelaksanaan
Teknis Pelayanan Sosial Bina Remaja Marsudi Putra Tengku Yuk Pekanbaru.
52
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 14, No.1, Maret 2020: 52-58
Alfianur 1*, Elfiza Fitriami3 STIKes Pekanbaru Medical Center Pekanbaru Riau. *Email: Alfianurchaniago@gmail.com
Ezalina2 STIKes Payung Negeri Pekanbaru Riau Email: Ezali44@gmail.com
53
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 14, No.1, Maret 2020: 52-58
data kekerasan yang diterima Komnas dari dua bagian utama yaitu, pendidikan
Perlindungan anak cenderung meningkat. perlindungan diri anak terhadap tindak kekerasan
Berdasarkan laporan kekerasan yang terjadi pada secara umum dan pendidikan perlindungan diri
tahun 2010 mencapai 2.046 kasus, laporan anak terhadap tindak kekerasan seksual
kekerasan pada tahun 2011 naik menjadi 2.462 (Soetjiningsih, 2004).
kasus, pada tahun 2012 naik lagi menjadi 2.626 Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan
kasus dan pada tahun 2013 melonjak menjadi di Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan
3.339 kasus bahkan dalam tiga bulan pertama Sosial Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial
tahun 2014, Komnas PA sudah menerima 252 Bina Remaja (PSBR) Marsudi Putra Tengku Yuk
laporan kekerasan pada anak (Munte, 2019). Pekanbaru, jalan Sosial No. 1 Lintas Timur Km 15
Kekerasan terhadap anak umumnya didapatkan data bahwa pada tahun 2013 dilakukan
disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari pembinaan terhadap anak dengan masalah
anak sendiri maupun faktor eksternal yang berasal kenakalan remaja sebanyak 25 orang, pada tahun
dari kondisi keluarga dan masyarakat. Faktor 2014 dilakukan pembinaan sebanyak 25 orang dan
internal dan ekternal itu antara lain: krisis identitas pada tahun 2015 meningkat menjadi sebanyak 30
(gagal mencapai masa integritas), kontrol diri yang orang dengan jenis kenakalan baik kenakalan
lemah, anak mengalami kecacatan, kemiskinan ringan hingga kenakalan berat.
keluarga, keluarga pecah, keluarga yang belum
matang secara psikologis, penyakit parah, riwayat METODE PENELITIAN
penelantaran anak, dan kondisi sosial yang buruk Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
(Huraerah, 2006). Iqbal, 2011; Wahyuningsih, dengan menggunakan desain studi korelasi dan
2010). pendekatan cross sectional. Desain korelasi ini
Kekerasan emosional pada remaja dapat merupakan penelitian atau penelaahan hubungan
menyebabkan trauma fisik dan psikologis dari antara dua variabel pada suatu situasi atau
intensitas ringan hingga berat.Trauma fisik dapat sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat
menyebabkan cacat bahkan kematian sedangkan hubungan antara gejala dengan gejala yang lain,
trauma psikologis dapat mengalami masalah emosi atau variabel satu dengan variabel yang lain.
yang cukup berat yaitu kecemasan, depresi, Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menarik diri, keluhan somatik, masalah mengetahui Hubungan Antara Kekerasan
kemampuan memperhatikan, perilaku agresif dan Emosional dengan Kenakalan.Alat ukur dalam
perilaku melawan hukum (Soetjiningsih, 2010; penelitian ini menggunakan kuesioner yang
Mardiyati, 2015). berjumlah 10 butir untuk kuesioner kekerasan
Penatalaksanaan untuk masalah kenakalan emosional dan 10 butir untuk kenakalan remaja
remaja yaitu perlu adanya tindakan nyata untuk dan telah dilakukan uji validitas dan reabilitas
menyelesaikan masalah tersebut karena tindakan sebelumnya.
kenakalan remaja banyak menimbulkan kerugian Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksanaan
materil dan kesengsaraan batin baik pada obyek Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Bina Remaja
pelaku sendiri maupun para korbannya, (PSBR) Marsudi Putra Tengku Yuk Pekanbaru.
diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat Peneliti memilih lokasi penelitian disini karena
bekerja sama dan melakukan tindakan-tindakan tempat ini merupakan lembaga yang
preventif dan penanggulangan secara kuratif menyelenggarakan kesejahteraan sosial
(Kartono, 2010). khususnya membina anak nakal.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurai Penelitian ini dilakukan pada bulan November
kejadian kekerasan pada anak adalah dengan 2016 dan kegiatan penelitian dilakukan pada
berusaha memenuhi kebutuhan emosi remaja tanggal 18 Mei 2016.Responden dalam penelitian
dengan sebaik-baiknya dan mengetahui faktor- ini adalah seluruh remaja yang dibina di Unit
faktor risiko terjadinya tindak kekerasan pada Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Bina
anak. Strategi pencegahan dilakukan melalui Remaja Marsudi Putra Tengku Yuk Pekanbaru
program perlindungan diri bagi anak yang terdiri tahun 2016 sebanyak 30 orang.
Alfianur 1*, Elfiza Fitriami3 STIKes Pekanbaru Medical Center Pekanbaru Riau. *Email: Alfianurchaniago@gmail.com
Ezalina2 STIKes Payung Negeri Pekanbaru Riau Email: Ezali44@gmail.com
54
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 14, No.1, Maret 2020: 52-58
HASIL
Usia
Remaja pertengahan 17 56,7
(16-17 tahun)
Remaja Akhir (18-19 tahun) 13 43,3
Pendidikan
SD
9 30
SMP
21 70
Kekerasan Emosional
Memiliki
17
Tidak Memilik 56,7
13
43,3
Kenakalan Remaja
Berat
16 53.3
Ringan
14 46.7
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
Tabel.1 didapatkan bahwa dari 30 orang responden, 17 orang (56,7%) berada pada rentang usia remaja
pertengahan (16-17 tahun), 21 orang (70%) remaja dengan pendidikan terakhir SMP, 17 orang (56,7%)
mendapatkan kekerasan emosional dan 16 orang (53,3%) dengan kenakalan remaja berat
Tabel.2 didapatkan hasil bahwa dari 30 remaja artinya ada hubungan antara kekerasan emosional
17 orang (56,7%) mendapatkan kekerasan dengan kenakalan remaja di Unit Pelaksanaan
emosional dengan 13 orang (43,3%) mengalami Teknis Pelayanan Sosial Bina Remaja Marsudi
kenakalan remaja berat sedangkan remaja yang Putra Tengku YukPekanbaru dengan nilai OR 10,8
tidak mendapatkan kekerasan emosional yang artinya remaja yang mendapatkan kekerasan
berjumlah 12 orang (43,3%) dengan 10 orang emosional mempunyai risiko 10,8 kali untuk
(33,3%) mengalami kenakalan remaja ringan. Hasil melakukan kenakalan remaja berat dibandingakan
penelitian dengan menggunaka uji statistik Chi- dengan remaja yang tidak mendapatkan kekerasan
Square di dapatkan nilai ρvalueyaitu 0,01 lebih emosional.
kecil dari 0,05 dengan demikian Ho ditolak yang
Alfianur 1*, Elfiza Fitriami3 STIKes Pekanbaru Medical Center Pekanbaru Riau. *Email: Alfianurchaniago@gmail.com
Ezalina2 STIKes Payung Negeri Pekanbaru Riau Email: Ezali44@gmail.com
55
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 14, No.1, Maret 2020: 52-58
Alfianur 1*, Elfiza Fitriami3 STIKes Pekanbaru Medical Center Pekanbaru Riau. *Email: Alfianurchaniago@gmail.com
Ezalina2 STIKes Payung Negeri Pekanbaru Riau Email: Ezali44@gmail.com
56
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 14, No.1, Maret 2020: 52-58
anaknya untuk kemudian dicontoh oleh anak saat melakukan periuk kekerasan yang sama pada
ia harus bersosialisasi atau melakukan interaksi generasi-generasi berikutnya.
dengan lingkungannya. Tindakan ini akan
membawa anak pada sebuah perilaku SIMPULAN
menyimpang yang apabila dilakukan hingga usia Mayoritas responden berusia 16-17 tahun yang
remaja akan menjadi tindak kenakalan remaja. berjumlah 17 orang (56,7%) dan pendidikan
Asumsi penelitian, orang tua sangat berpengaruh terakhir responden terbanyak adalah SMP
pada masa depan anak, apakah anak tersebut (Sekolah Menengah Pertama) yang berjumlah 21
akan menjadi anak yang baik atau menjadi anak orang (70%), yang mendapatkan kekerasan
yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang emosional sebanyak 17 orang (56,7%) dan remaja
ada, dengan demikian perlunya pengetahuan dengan kenakalan terbanyak adalah kenakalan
orang tua untuk menghindari perilaku yang buruk berat yang berjumlah 16 orang (53,3%).
sehingga anak tidak terjerumus pada perilaku Terdapat menghubungkan antara kekerasan
kenakalan remaja (Nindya, & Margaretha, 2012). emosional dengan kenakalan remaja di Unit
Pelaksaaan Teknis Peyananan Sosial Bina
Hubungan antara kekerasan emosional dengan Remaja Pekanbaru didapatkan ρ value =
kenakalan remaja 0,01<0,05 maka Ho ditolak yang artinya ada
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti hubungan antara kekerasan emosional dengan
pada remaja sebanyak 30 orang di Unit kenakalan remaja.
Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Bina
Remaja Marsudi Putra Tengku Yuk Pekanbaru SARAN
dengan menggunakan uji statistik Chi-Square Menjadikan perhatian bagi orang tua dalam
didapatkan bahwa ρ value yaitu 0,01< 0,05 dalam merawat dan membesarkan anak-anak
sehingga Ho ditolak berarti dapat mereka agar tidak melakukan kekerasan
diinterprestasikan bahwa ada hubungan antara khususnya kekerasan emosional karena dapat
kekerasan emosional dengan kenakalan remaja menimbulkan perilaku nakal bagi remaja sehingga
dengan nilai OR 10,8 kali dibandingkan dengan berujung pada kenakalan remaja.
responden yang tidak mendapatkan kekerasan Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial
emosional. Bina Remaja Pekanbaru bahwasanya faktor
Berdasarkan beberapa kasus kenakalan penyebab kenakalan remaja diantaranya adalah
remaja menunjukkan bahwa remaja nakal sering kekerasan emosional yang diberikan oleh orang
mengalami kekerasan emosional yang berujung tua kepada remaja sehingga Instansi dapat
pada kekerasan lain dibandingkan remaja yang memberikan pengetahuan atau penjelasan kepada
tidak nakal, yang mana hal ini sangat orang tua agar tidak melakukan kekerasan
mempengaruhi kestabilan jiwa bagi remaja. Hasil emosional.
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya Penelitian ini dapat menambah informasi dan
yang dengan hasil, p value 0.000 < 0,05 yang bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya untuk
artinya ada hubungan antara kekerasan emosional mengetahui faktor-faktor kenakalan remaja dengan
dengan kecenderungan kenakalan remaja (Nindya, menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk
& Margaretha, 2012). mengetahui hubungan yang lebih mendalam agar
Asumsi penelitian, bila diperhatikan faktor mengetahui faktor-faktor apa saja yang
resiko timbulnya perilaku menyimpang pada mempengaruhi kenakalan remaja.
remaja semakin rumit. Di satu sisi pihak remaja
sebagai korban kekerasan berpotensi untuk DAFTAR PUSTAKA
berperilaku menyimpang dan dilain pihak perilaku
penyimpangan itu sendiri sebagai penyebab Astiningrum, F. (2013). Hubungan antara
kekerasan yang dilakukan oleh orang tua, namun kecerdesan spiritual dengan kenakalan remaja
perilaku kekerasan pada remaja perlu di SMA Muhammadiyah 2 Genteng (Doctoral
mendapatkan perhatian dan penatalaksaanaan dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana
segera karena tidak saja dapat menjadi masalah
bagi korban kekerasan (remaja) tetapi dapat Malik Ibrahim).
berpengaruh juga pada generasi selanjutnya untuk
Alfianur 1*, Elfiza Fitriami3 STIKes Pekanbaru Medical Center Pekanbaru Riau. *Email: Alfianurchaniago@gmail.com
Ezalina2 STIKes Payung Negeri Pekanbaru Riau Email: Ezali44@gmail.com
57
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 14, No.1, Maret 2020: 52-58
Bahiyatun, S. P. (2009). Buku Ajar Asuhan Nindya, P. N., & Margaretha, R. (2012). Hubungan
Kebidanan Nifas Normal. EGC. antara kekerasan emosional pada anak
terhadap kecenderungan kenakalan
Harsanti, I., & Verasari, D. G. (2013). Kenakalan remaja. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
pada remaja yang mengalami perceraian orang Mental, 1(02), 1-9.
tua. Prosiding PESAT, 5.
Pratiwi, N. S. (2015). Representai kekerasan
Huraerah, A. (2006). Kekerasan Pada dalam film animasi stand by me doraemon
analisis semiotika model charles sanders peirce
Anak. Bandung: Penerbit Nuansa.
(Doctoral dissertation, Universitas Multimedia
Ilham, M. (2013). Kekerasan guru terhadap siswa Nusantara).
(Studi Fenomenologi Tentang Bentuk Pribadi, G. (2015). Studi fenomenologi perilaku
Kekerasan Guru dan Legitimasi kenakalan remaja punk dalam lingkup keluarga
Penggunaannya). Paradigma, 1(3). dan kelompok bermain (peergroup) di desa
Jipang (Doctoral dissertation, Universitas
Iqbal, M. (2011). Perlindungan Hukum terhadap Muhammadiyah Purwokerto).
Anak Korban Tindak Pidana. Kanun: Jurnal
Ilmu Hukum, 13(2), 97-119. Rohmawati, C. (2012). Usaha Guru Untuk
Mengatasi Kenakalan Anak Kelas V SD Negeri
Kartono, K. (2010). PatologiSosial 2 Kenakalan Kliwonan 2 Masaran Sragen Tahun Pelajaran
Remaja Jakarta.Pustaka Nasional 2011/2012 (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Laning, V. D. (2008). Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya. Klaten: Cempaka Putih. Sedlak, A. J., Mettenburg, J., Basena, M., Peta, I.,
McPherson, K., & Greene, A. (2010). Fourth
Lubis, R. (2011). Pola Asuh Orang Tua Dan national incidence study of child abuse and
Perilaku Delinkuensi. Turats, 7(2), 84-90. neglect (NIS-4). Washington, DC: US
Department of Health and Human Services, 9,
2010.
Mardiyati, I. (2015). Dampak trauma kekerasan
dalam rumah tangga terhadap perkembangan Soetjiningsih, S. (2004). Tumbuh Kembang
psikis anak. Jurnal Studi Gender dan Anak, I Remajadan Permasalahannya. Sagung Seto.
(2), 26-29. Jakarta, 320.
Munte, T. (2019). LPSK: Indonesia Darurat Sulistyo, S. A., & Hikmah, H. (2013). Hubungan
Kekerasan Seksual. Diakses dari: Kekerasan dalam RumahTangga Orang Tua
https://www.tagar.id/lpsk-indonesia-darurat- dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas
kekerasan-seksual XI SMA N 1 Kalasan Yogyakarta Tahun
2013 (Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah
Yogyakarta).
Mustafaraj, B. (2015). Some Aspects of the
Juvenile Delinquency in Albania. Academic Wahyuningsih, N. P. R. (2010). Peranan undang-
journal of interdisciplinary studies, 4(1 S2), 105- undang nomor 23 tahun 2002 terhadap
105 kekerasan anak (Doctoral dissertation,
Universitas Warmadewa).
Alfianur 1*, Elfiza Fitriami3 STIKes Pekanbaru Medical Center Pekanbaru Riau. *Email: Alfianurchaniago@gmail.com
Ezalina2 STIKes Payung Negeri Pekanbaru Riau Email: Ezali44@gmail.com
58