You are on page 1of 10

Karakteristik Meningioma Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Lokasi Tumor,

Sifat Pertumbuhan, dan Diagnosis Histopatologi


di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode 2014-2015

Dendi Septian1, Teja Koswara2, Rini Roslaeni3


1Fakultas Kedokteran Unjani Cimahi, 2Bagian Patologi Anatomi Fakultas

Kedokteran Unjani Cimahi, 3Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unjani


Cimahi

ABSTRACT
Meningioma is a tumor of the meninges which is derived from cells meningotelial of
the arachnoid mater. Meningioma is generally benign and often found. The incidence
of meningiomas is quite high, about 35% of all primary tumors of central nervous
system (CNS) and 15% of intracranial tumors. Meningioma prognosis is determined
by the diagnosis of histopathology. Data or research on meningioma in Indonesia is
still limited in number. This study aimed to determine the characteristics of
meningioma patients and its histopathology diagnosis. This research uses descriptive
method with secondary data such as medical records of patients diagnosed with
meningioma in Pathology Anatomy and Neurosurgery Department Dr. Hasan Sadikin
Hospital period 2014-2015. In this study, the incidence of meningiomas in 2014-2015
found 216 cases and there are 138 medical records that met the inclusion criteria.
Meningothelial is a subtype of meningioma that is often found with a number 56.52%.
Meningioma more often found on patients between the ages of 41 to 50 years
(42.75%), and is more common in women than men (89.86%). Meningioma is most
commonly found in the sphenoid (43.48%). Meningioma growth properties showed
an average growth of less invasive (80.28%).
Keywords : Diagnosis of histopatology, meningioma, meningothelial

ABSTRAK
Meningioma merupakan tumor meningen yang berasal dari sel-sel meningotelial
araknoid mater yang umumnya bersifat jinak dan sering ditemukan. Angka kejadian
meningioma cukup tinggi, yaitu 35% dari semua tumor primer susunan saraf pusat
(SSP) dan 15% dari tumor intrakranial. Prognosis meningioma ditentukan
berdasarkan penegakan diagnosis yang tepat melalui pemeriksaan histopatologi.
Data atau penelitian mengenai meningioma di Indonesia masih sangat terbatas
jumlahnya. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik pasien

1
meningioma dan diagnosis histopatologinya. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pengambilan data sekunder berupa rekam medis pasien yang
didiagnosis meningioma di Bagian Patologi Anatomi dan Bedah Saraf RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung periode 2014-2015. Angka kejadian meningioma pada
tahun 2014-2015 didapatkan sebanyak 216 kasus dimana terdapat 138 rekam medis
yang memenuhi kriteria inklusi. Meningothelial merupakan subtipe meningioma yang
sering ditemukan sebanyak 56,52%. Meningioma lebih sering mengenai pasien
antara usia 41 hingga 50 tahun (42,75%), dan lebih sering ditemukan pada wanita
dibandingkan pria (89,86%). Meningioma paling sering ditemukan di daerah
sphenoid (43,48%). Sifat pertumbuhan meningioma rata-rata menunjukan
pertumbuhan yang tidak invasif (80,28%).
Kata Kunci: Diagnosis histopatologi, meningioma, meningothelial

PENDAHULUAN
Meningioma merupakan tumor yang berasal dari sel-sel meningotelial araknoid
mater yang umumnya bersifat jinak dan sering ditemukan. Pertumbuhan tumor ini
lambat sehingga pasien tidak merasakan gejala klinis yang bersifat akut. Gejala
klinis baru terasa saat telah terjadi penekanan yang bermakna yang berlangsung
lambat pada otak atau jaringan sekitar akibat desakan tumor.1,2
Angka kejadian meningioma sekitar 35% dari semua tumor primer susunan saraf
pusat (SSP), 15% dari tumor intrakranial, dan sekitar 25% dari tumor intraspinal,
dengan tingkat kejadian diperkirakan sekitar 6.29% per 100.000 orang pertahun.3
Berdasarkan penelitian di dua rumah sakit di bandar lampung menyebutkan bahwa
meningioma merupakan tumor primer otak yang paling sering ditemukan dengan
temuan 100 kasus (57,8%) dari total 173 penderita tumor otak.4 Meningioma dapat
terjadi pada berbagai usia, namun yang tersering pada usia lanjut. Meningioma
sering didapatkan pada usia 40–70 tahun.5 Data dari Central Brain Tumor Registry of
The United States (CBTRUS) menunjukan angka kejadian meningioma pada wanita
dua kali lipat lebih tinggi [disesuaikan menurut usia (per 100.000 orang/tahun)]
dibandingkan dengan pria, yaitu 8,36 untuk wanita dan 3.61 untuk pria dengan
perbandingan sekitar 2:1.6 Hal ini diduga karena faktor hormonal esterogen,
progesteron, dan androgen yang terkait pola menstruasi dan kehamilan.2,3,5
Meningioma dapat terjadi pada seluruh meningen baik intrakranial maupun
intraspinal. Lebih dari 90% meningioma merupakan tumor intrakranial dan 10%

2
merupakan tumor intraspinal.7 Pada tingkat intrakranial, meningioma mempunyai
predileksi terbanyak di falx dan parasagital, disamping lokasi-lokasi lainnya seperti:
convexitas (20%), sphenoid (20%), olfactory groove (10%), fossa posterior (10%),
suprasellar (10%), spinalis (kurang dari 10%), intraorbital (kurang dari 10%),
intraventrikular (2%).7,8 Pada tingkat intraspinal, meningioma secara jelas terlihat
pada regio thoraks dan jarang pada bagian servikal dan lumbal. 9,10
Pembagian meningioma menurut WHO dibagi menjadi tiga kelompok besar
yaitu: meningioma jinak (WHO grade I), meningioma atipik (WHO grade II), dan
meningioma anaplastik/maligna (WHO grade III). Tiga sub-tipe histologis yang sering
muncul adalah tipe meningothelial (syncytial), transitional, dan fibroblastic
meningioma.11 Disamping itu ada beberapa tipe meningioma yang berpotensi
menjadi keganasan yaitu clear cell, chordoid, papillary, dan rhabdoid meningioma.
Sebagian besar meningioma merupakan meningioma grade I, dan sekitar 20%
merupakan bentuk-bentuk yang lebih agresif, termasuk grade II dan III, yang
berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Dengan kata lain grading
WHO ini berkorelasi dengan prognosis, dan grading tersebut hanya bisa ditentukan
dengan pemeriksaan histopatologi.3,11
Meningioma umumnya menyebabkan pendesakan terhadap struktur otak
disekitarnya, namun sebagian meningioma dapat menginvasi parenkim otak, dura
mater, dan jaringan tulang di sekitarnya. Lesi pada meningioma ini sering ditemukan
dengan ukuran yang besar, kecepatan pertumbuhan yang sangat lambat, tingkat
kesulitan diagnosis mengakibatkan jangka waktu yang cukup panjang antara
diagnosis dan gejala awal yang timbul pada pasien.2,5 Usia penderita, besar masa
tumor, lokasi tumor, kecepatan tumbuh dari tumor dan tipe patologi anatomi (jinak,
atipik, maligna) turut menentukan prognosis penderita meningioma.12,13

3
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan
data sekunder berupa catatan rekam medis pasien yang di diagnosis meningioma di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2014 sampai dengan 31
Desember 2015. Kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu rekam medis pada periode
1 Januari 2014˗31 Desember 2015 yang mencantumkan usia, jenis kelamin, lokasi,
sifat pertumbuhan, dan diagnosis histopatologi. Kriteria eksklusi dari penelitian ini,
yaitu lokasi tumor yang tidak spesifik dan varian histopatologi yang tidak
dicantumkan dalam rekam medis. Metode penelitian ini dipilih untuk mengetahui
karakteristik meningioma berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi, sifat pertumbuhan,
dan diagnosis histopatologi di Bagian Patologi Anatomi dan Bedah Saraf Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2014˗31 Desember 2015. Ethical
clearance diperoleh dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data rekam medis di bagian Patologi Anatomi dan Bedah Saraf
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama periode 1 Januari 2014 sampai dengan
31 Desember 2015 di dapatkan kasus meningioma sebanyak 216 kasus. Terdapat
138 rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi sedangkan 78 rekam medis pasien
lainnya termasuk ke dalam kriteria eksklusi.
Pada penelitian ini meningioma paling banyak ditemukan pada usia 41 hingga 50
tahun sebanyak 59 kasus (42,75%) dengan rata-rata usia pasien 43 tahun.
Meningioma pada anak-anak berusia 1 hingga 10 tahun ditemukan sebanyak 1
kasus (0,72%) dengan usia termuda, yaitu 8 tahun, sedangkan usia tertua pada
penelitian ini didapatkan pada usia 74 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Fyann yang menyebutkan bahwa insidensi meningioma mencapai puncaknya pada
usia 40-60 tahun.14 Meningioma pada usia dewasa lebih sering terjadi dibandingkan
dengan usia anak-anak.15

4
Gambar 4.1 Distribusi meningioma berdasarkan usia.

Penelitian ini menunjukan meningioma lebih banyak ditemukan pada perempuan


sebanyak 124 kasus (89,86%) dibandingkan laki-laki yang berjumlah 14 kasus
(10,14%). Hal ini sesuai dengan penelitian Claus yang mengemukakan bahwa
insidensi meningioma pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan
perbandingan 2:1.6 Hal ini diduga karena faktor hormonal estrogen, progesteron, dan
androgen yang terkait pola menstruasi dan kehamilan. Pertumbuhan meningioma
bertambah selama kehamilan dan fase luteal dari siklus menstruasi.16 Berbagai studi
menunjukan bahwa sebagian besar meningioma mengekspresikan reseptor hormon
pada membran sel dengan berbagai variasi. Studi menunjukan reseptor progesteron
yang positif ditemukan secara signifikan pada menigioma jinak dan berasosiasi
dengan prognosis yang lebih baik.17

Gambar 4.2 Distribusi meningioma berdasarkan jenis kelamin.

5
Penelitian ini menunjukan meningioma paling banyak ditemukan pada daerah
sphenoid sebanyak 60 kasus (43,48%), diikuti daerah convexitas sebanyak 30
kasus (21,74%), falx dan parasagital sebanyak 25 kasus (18,12%). Hal ini berbeda
dengan penelitian Samadi dimana sekitar 35% meningioma terdapat di daerah
convexitas diikuti parasagital dan sphenoid masing-masing sebanyak 20%.18
Angka kejadian meningioma intraspinal pada penelitian ini berjumlah 11 kasus
(7,97%). Penelitian lain menyebutkan bahwa angka kejadian meningioma intraspinal
secara keseluruhan mencapai 7,5-12,7% dari seluruh meningioma dimana hal ini
menunjukan bahwa frekuensi meningioma intraspinal lebih sedikit dibandingkan
dengan meningioma intrakranial.19 Dijelaskan di berbagai literatur bahwa pada
umumnya meningioma intraspinal bersifat jinak.19,20 Distribusi Meningioma
berdasarkan lokasi dapat dilihat pada Gambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.3 Distribusi meningioma berdasarkan lokasi tumor.

Sebagian besar kasus meningioma memperlihatkan sifat pertumbuhan yang


tidak menginvasi yaitu sebanyak 114 kasus (80,28%). Namun sebagian meningioma
memperlihatkan adanya invasi yaitu pada tulang sebanyak 11,97%, diikuti invasi
dura mater 11,97%. Invasi pada struktur otak hanya ditemukan 1 pasien (0,70%)
dengan diagnosis histopatologi anaplastic meningioma (grade III). Pada penelitian
Samadi invasi lokal pada tulang sekitar (meskipun tidak menunjukan fitur keganasan)
terlihat pada 26 pasien (10,9%). Pada penelitian Samadi, tak satupun dari tumor
menginvasi otak.18
Meningioma grade I bisa menyerang struktur disekitarnya seperti tulang dan
jaringan lunak. Invasi membuat reseksi lengkap lebih sulit dan menjadi faktor
predisposisi rekurensi lokal.21 Dalam klasifikasi grading WHO 2007, semua kasus
grade I yang menunjukan invasi ke otak diklasifikasikan sebagai meningioma grade

6
II, hal ini juga berpengaruh terhadap penatalaksanaan selanjutnya dimana pasien
dengan grade II memerlukan terapi radiasi.18,22 Sifat pertumbuhan pada pasien
meningioma dapat dilihat pada Gambar 4.4 sebagai berikut :

Gambar 4.4 Sifat pertumbuhan pada pasien meningioma.

Berdasarkan data yang diperoleh pada periode 2014 hingga 2015 di Bagian
Patologi Anatomi & Bedah Saraf RSUP Dr. Hasan Sadikin bandung didapatkan
bahwa sebanyak 124 dari 138 kasus meningioma menurut grading dari WHO
termasuk dalam grade I (89,86%), sedangkan sisanya 10 kasus (7,25%) merupakan
meningioma grade II dan 4 kasus (2,90%) meningioma grade III. Hal yang sama
didapatkan pada penelitian Dumitrescu yang menyebutkan bahwa sebanyak 82,85%
meningioma merupakan meningioma grade I, diikuti 11,42% merupakan grade II dan
hanya 5,71% meningioma yang merupakan grade III.23 Diagnosis histopatologi
meningioma berdasarkan grade WHO pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
4.5.
Penelitian ini menunjukan bahwa diagnosis histopatologi terbanyak adalah
meningioma grade I dengan varian meningothelial meningioma merupakan varian
yang terbanyak yaitu sebanyak 78 dari 138 kasus (56,52%), diikuti dengan varian
angiomatous sebanyak 15 kasus (10,87%) dan psammomatous sebanyak 14 kasus
(10,14%). Penelitian lain dari Violaris juga menyebutkan bahwa meningothelial
meningioma merupakan varian histopatologis yang sering muncul dengan
persentase 32% diikuti fibrous 14,5%, psammomatous 14,5%, dan transitional
13,5%.24 Distribusi meningioma berdasarkan varian histopatologi pada penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 4.6, Gambar 4.7, dan Gambar 4.8.

7
Gambar 4.5 Distribusi meningioma berdasarkan grading WHO.

Gambar 4.6 Distribusi meningioma berdasarkan varian histopatologi meningioma


grade I.

Gambar 4.6 di atas menunjukkan bahwa varian histopatologi meningioma


terbanyak yang ditemukan untuk grade I merupakan varian meningothelial yaitu
sebanyak 78 kasus (62,90%). Hal ini sesuai dengan penelitian Celtikci yang
menyebutkan bahwa pada grade I, varian terbanyak yang sering ditemukan adalah
varian meningothelial meningioma sebanyak 69,05%.25 Hingga saat ini belum
diketahui penyebab pasti yang menyebabkan timbulnya meningioma. Banyak faktor
yang berperan dalam terbentuknya meningioma pada seseorang, yaitu faktor
genetik, faktor hormonal yang berhubungan dengan jenis kelamin dan faktor
lingkungan seperti riwayat terpapar radiasi dan trauma kepala.8,26

8
Gambar 4.7 Distribusi meningioma berdasarkan varian histopatologi meningioma
grade II.

Gambar 4.7 menunjukan bahwa varian meningioma grade II yang paling banyak
ditemukan adalah varian atypical meningioma sebanyak 7 kasus (70%), diikuti clear
cell 2 kasus (20%), dan chordoid 1 kasus (10%). Hal ini sesuai dengan penelitian
Celtikci yang menyebutkan bahwa pada grade II, varian terbanyak yang sering
ditemukan adalah varian atypical meningioma sebanyak 91%.25 Secara umum
meningioma grade II menunjukan pertumbuhan yang lebih cepat, lebih agresif dan
invasif, memiliki tingkat rekurensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan meningioma
grade I, dan biasanya terjadi pada orang dewasa terutama dekade ke 4 dan 5.20,28

Gambar 4.8 Distribusi meningioma berdasarkan varian histopatologi meningioma


grade III.

Gambar 4.8 menunjukan bahwa varian meningioma grade III yang paling banyak
ditemukan adalah varian rhabdoid yaitu sebanyak 2 kasus (50%), diikuti papillary dan
anaplastic masing-masing sebanyak 1 kasus (25%). Hal ini sedikit berbeda dimana
pada penelitian Celtikci didapatkan hasil bahwa varian anaplastic merupakan varian

9
terbanyak meningioma grade III (83,33%), sedangkan untuk varian rhabdoid
didapatkan sebanyak (16,67%).25 Untuk meningioma grade III memiliki risiko
rekurensi yang tinggi, sifat tumor yang agresif, dan secara histopatologi menunjukan
ciri-ciri keganasan.29,30

SIMPULAN
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Angka kejadian meningioma di RSUP Dr. Hasan sadikin Bandung periode
2014–2015 sebanyak 216 kasus.
2. Meningioma sering didapatkan pada perempuan sebanyak 89,86% dengan
usia terbanyak antara 41 hingga 50 tahun (42,75%), dan lokasi tersering di
sphenoid (43,48%).
3. Berdasarkan sifat pertumbuhan meningioma didapatkan 80,28% tidak invasif,
11,97% menginvasi tulang, 7,04% menginvasi dura mater, dan 0,70%
menginvasi otak.
4. Diagnosis histopatologi yang paling banyak ditemukan adalah meningioma
grade I (89,86%) dan varian histopatologi yang tersering adalah
meningothelial meningioma (56,52%).

You might also like