You are on page 1of 14

SUTRISNO

Program Studi Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


trizumy@yahoo.com

Predisposisi Partisipasi Masyarakat


dalam Perencanaan Kampung
Wisata (Studi Kasus Kampung
Wisata Santan)

DOI: 10.18196/agr.2124

ABSTRACT
This study aimed to analyze predisposi- Once people get the socialization though still very limited, affective response
tion (readiness), especially understanding was very positive and support the tourist village. They hoped that Kampung
and attitudes towards the tourist village Santan be more advanced and increased economy. Public participation in the
program and to analyze community tourist village program showed improved symptoms, ranging from participa-
participation in the declaration and plan tion since the planning, at the time of the declaration and the time after the
of participation in the program tourist launching. Forms of participation can be seen from the amount of involve-
village. The experiment was conducted in ment of communities themselves and plan the most desirable programs.
the village (Kampung) Santan Village Tourism Village program were most interested in the community is the
Guwosari, Pajangan Bantul. Respondents provision of infrastructure, because the program is expected to bring direct
are determined by the census. The results benefits to the community. It is recommended that the socialization and
showed general cognitive understanding solidarity of citizens needs to be improved so that participation can be
people’s understanding of the tourist improved.
village, the knowledge of the planning Keywords: predisposition, response, participation, tourist village.
and launching of Kampung Dusun Santan
as Tourism is still largely lacking (only INTISARI
know a little bit). This is due to the Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis predisposisi (kesiapan), terutama
constraints of socialization and domina- pemahaman dan sikap masyarakat terhadap program kampung wisata, serta
tion of the village leaders in planning the menganalisis partisipasi masyarakat dalam pencanangan dan rencana
tourist village less evenly involve villagers. partisipasi dalam program kampung wisata. Penelitian dilaksanakan di Dusun
(Kampung) Santan, Desa Guwosari, Pajangan Kabupaten Bantul. Responden
ditentukan secara sensus. Hasil penelitian menunjukkan, secara umum
pemahaman kognitif masyarakat terhadap pengertian kampung wisata,
pengetahuan akan perencanaan dan pencanangan Dusun Santan sebagai
Kampung Wisata masih kurang (hanya tahu sedikit). Hal ini disebabkan
terdapatnya kendala sosialisasi dan dominasi para tokoh kampung dalam
perencanaan kampung wisata yang kurang melibatkan warga kampung secara
merata. Setelah masyarakat mendapatkan sosialisasi meskipun masih sangat
terbatas, respon afektifnya sangat positif dan mendukung program kampung
wisata. Masyarakat berharap agar Kampung Santan bisa lebih maju dan
meningkat perekonomiannya. Partisipasi masyarakat dalam program kampung
37
Vol.2 No.1 Januari 2016

wisata menunjukkan gejala yang meningkat, mulai dari dari luar negeri yang datang langsung ke Dusun Santan
partisipasi dalam perencanaan, pada saat pencanangan, dan untuk membeli produk kerajinan tempurung telah
pada saat pasca pencanangan. Program Kampung Wisata menjadikan Kampung Santan terlihat ramai. Ramainya
yang paling diminati masyarakat adalah penyediaan sarana orang yang datang ini telah memancing kesadaran warga
prasarana, karena program ini diharapkan mendatangkan untuk memanfaatkan monentum kunjungan tamu
keuntungan langsung pada masyarakat. Pemerataan dengan menyediakan beberapa fasilitas seperti warung
sosialisasi dan kekompakan warga perlu diupayakan agar makan, penginapan dan fasilitas lain. Kondisi ini
partisipasi dapat ditingkatkan. menggugah keinginan warga untuk menjadikan Dusun
Kata kunci: predisposisi, respon, partisipasi, kampung Santan sebagai Kampung Wisata berbasis kerajinan
wisata. tempurung. Bertepatan dengan kunjungan Bapak Fadel
Muhammad (Menteri Perikanan dan Kelautan tahun
PENDAHULUAN 2010) muncullah gagasan untuk mensosialisasikan Dusun
Santan sebagai Kampung Wisata. Pencanangan Kampung
Dusun Santan, merupakan salah satu pedusunan yang
Wisata (soft lounching) baru dilakukan pada 29 Mei 2011
terletak di pusat Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan,
dengan memanfaatkan media internet oleh Pemda
Kabupaten Bantul, Propinsi DIY; yang berjarak kurang
Kabupaten Bantul (Dinas Pariwisata).
lebih 6 km dari pusat kabupaten dan sekitar 25 km dari
Perbincangan tentang kampung wisata melanda
pusat propinsi DIY. Dusun dengan luas wilayah sekitar
seluruh elemen masyarakat baik di Dusun Santan, dusun
14, 2115 ha, terdiri atas tanah pekarangan (10,1960 ha),
sekitar bahkan meluas lewat media masa. Kampung
tanah tegalan (10,905), tanah sawah (2,2115 ha) dan
Wisata Santan mendapat respon yang sangat beragam.
tanah wakaf (0,7135 ha); berbatasan dengan Dusun
Hal ini terlihat jelas adanya perbedaan partisipasi
Karangber di sebelah utara, Dusun Wijirejo di sebelah
masyarakat mulai dari pencanangan sampai pasca
selatan, Dusun Kalakijo di sebelah barat dan Dusun
pencanangan sebagai Kampung Wisata. Apakah variasi
Gilangharjo di sebelah timur.
partisipasi ini terjadi karena perbedaan pemahaman
Penduduk Dusun Santan berjumlah 516 jiwa, yang
(persepsi) dan sikap berbagai elemen masyarakat tentang
terdiri atas 270 orang laki-laki dan 246 orang perempuan;
Kampung Wisata? Secara teoritis pemahaman, persepsi
terbagi dalam 138 KK, yang tersebar di 4 (empat) RT.
dan sikap merupakan predisposisi seseorang sebelum
Pendidikan masyarakat di Dusun Santan relatif bagus,
melakukan tindakan partisipasi. Perbedaan pemahaman
pada tahun 2013 terdapat 192 orang lulusan SD, 87 orang
dan sikap ini akan menimbulkan perbedaan perilaku
SMP, 132 orang SMA, 22 orang PT dan 83 orang tidak
(partisipasi) masyarakat dalam merespon gagasan
atau belum tamat SD. Mata pencaharian penduduk
pengembangan Kampung Wisata. Tidak jarang perbedaan
terbanyak petani, disusul buruh dan wiraswasta. Jenis
ini menimbulkan gagalnya komunikasi sosial terutama
ternak yang dominan dipelihara masyarakat Dusun
dalam pengelolaan sehingga merugikan pengembangan
Santan, antara lain sapi (11 ekor), kambing (42 ekor) dan
Kampung Wisata. Oleh karena itu, kajian tentang
ayam buras (sumber: Kepala Dusun Santan).
predisisposisi atau kesiapan masyarakat menjadi penting
Kerajinan tempurung kelapa, merupakan salah satu
dalam merencanakan Kampung Wisata.
usaha kerajinan yang saat ini dikembangkan masyarakat
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
di Kampung Santan. Bermula dari satu rumah tangga
predisposisi (kesiapan) terutama pemahaman dan sikap
yang merintis usaha kerajinan tempurung pada tahun
masyarakat terhadap program kampung wisata serta
1992, sekarang terdapat 10 rumah tangga yang
menganalisis partisipasi masyarakat dalam pencanangan
mengandalkan mata pencahariannya dari kerajinan
dan perencanaan program kampung wisata. Jika
tempurung kelapa (bathok). Dimulai dari perdagangan
gambaran predisposisi masyarakat dapat diketahui baik
yang hanya bersifat lokal, pada tahun 1995 salah satu
menyangkut pemahaman, persepsi dan sikap; maka
pengrajin, yaitu UKM Cumplung Aji, melakukan
perilaku masyarakat, dalam hal ini partisipasi masyarakat,
terobosan ekspor ke beberapa negara yaitu Jepang, Timur-
dapat diarahkan pada tujuan program Kampung Wisata
Tengah, Perancis dan Malaysia, meskipun masih
dengan cara memodifikasi berbagai faktor yang masih
menggunakan jasa trader internasional.
kurang dipahami atau dipersepsi dan disikapi secara
Banyaknya pembeli (buyer) dari dalam maupun
negatif oleh masyarakat. Jika perilaku masyarakat dapat
38
Jurnal AGRARIS

diarahkan, maka perencanaan kampung wisata akan aspek nilai, aspek keaslian, dan aspek handicraft. Pasal 29
menjadi lebih mudah untuk mencapai tujuan yang Bab IV Undang–Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang
diharapkan. Meskipun penelitian ini merupakan studi Kepariwisataan menyebutkan bahwa kawasan pariwisata
kasus, namun hasilnya diharapkan dapat menjadi merupakan suatu usaha yang kegiatannya membangun
referensi pengembangan kampung atau desa wisata, atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk
mengingat di Kabupaten Bantul saja terdapat sekitar 26 memenuhi kebutuhan pariwisata.
desa wisata dengan tingkat perkembangan yang sangat Kampung wisata harus didesain mengarah pada
bervariasi. Secara keilmuan hasil penelitian diharapkan sustainable tourism sehingga perlu direncanakan sebaik-
ini akan memperkaya wacana dan ilmu pengetahuan, baiknya dengan melibatkan masyarakat. Menurut Lansing
khususnya tentang perencanaan dan manajemen dan De Vries (2007) kampung wisata adalah konsep
pariwisata pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Konsep ini
Pedesaan atau kampung memiliki peluang yang besar diklaim sebagai konsep baru yang mampu mengatasi
jika dikembangkan menjadi obyek wisata, karena persoalan pengembangan wisata secara konvensional.
menjanjikan brand image yang berbeda. Dimasa yang akan Ada tiga hal penting dalam konsep kampung wisata,
datang branding wisata akan lebih kompleks, setelah pertama pemanfaatan sumber daya lingkungan secara
branding tempat menjadi mudah tergantikan dan sulit optimal dengan menjaga proses-proses ekologi utama dan
dibedakan (Pike, 2005). Pengembangan wisata pedesaan memelihara warisan alam serta biodiversitasnya; kedua
(rural tourism) sudah sejak lama menjadi topik kajian, menghargai aspek sosial budaya masyarakat asli dan
termasuk di Amerika (Gartner, 2004) wisatawan; dan ketiga dalam jangka panjang menjamin
Desa wisata adalah suatu wilayah yang menawarkan kemudahan penyediaan manfaat sosial ekonomi bagi
suasana keaslian pedesaan, baik dari segi sosial budaya, masyarakat (Welford dan Yttrhus, 2004; Lansing dan De
adat istiadat, arsitektur tradisional, serta mempunyai Vries, 2007). Wisata berbasis pedesaan sesuai dengan
potensi kerajinan yang dapat dikembangkan menjadi konsep community base tourism yang juga merupakan salah
sebuah tujuan pariwisata. Desa wisata merupakan satu model sustainable tourism (Blackstok, 2005).
pengembangan suatu wilayah dengan memanfaatkan Tourism adalah kegiatan besar dan bersifat global,
unsur–unsur yang ada dalam masyarakat desa yang sehingga diperlukan perencanaan yang spesifik.
berfungsi sebagai atribut produk wisata, menjadi suatu Perencana harus mengumpulkan banyak pengalaman
rangkaian aktivitas pariwisata yang terpadu dan memiliki dalam pendekatan metode perencanaan. Penelitian yang
tema. Di dalam desa tersebut juga mampu menyediakan berkelanjutan dan percobaan dibutuhkan khususnya
dan memenuhi serangkaian kebutuhan suatu perjalanan untuk menentukan bentuk optimum dari pengembangan
wisata, baik dari aspek daya tarik maupun berbagai yang dilakukan (Inskeep, 1988). Perencanaan tourism juga
fasilitas pendukungnya (Nugroho, 2011) bisa dilakukan dengan pendekatan 4 A yaitu : attractions,
Untuk menjadi tujuan wisata dan dapat menarik actors, actions dan atmospheres (Echtner, 2002).
untuk dikunjungi oleh wisatawan, suatu daerah harus Inskeep (1988) juga menyatakan bahwa komponen
memiliki 3 syarat. Pertama, suatu daerah harus penting dalam proses perencanaan wisata antara lain: i)
mempunyai “something to see”, artinya di tempat tersebut sajian dan aktivitas wisata; ii) fasilitas akomodasi dan
harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda pelayanan, fasilitas pendukung seperti biro tour & travel,
dengan yang dimiliki daerah lain, yang menjadi daya tarik rumah makan, fasilitas kesehatan, keamanan, pos, bank
khusus. Kedua, di daerah tersebut harus tersedia “some- dan money changer, fasilitas transportasi, infrastruktur
thing to do”, artinya di samping banyak yang dapat dilihat, pendukung seperti penyediaan air, telekomunikasi dan
harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat sumber energi (daya listrik); iii) kelembagaan pemasaran,
membuat wisatawan betah tinggal lebih lama di tempat pendidikan dan pelatihan, kebijakan dan peraturan
itu. Ketiga, di daerah tersebut harus ada “something to pemerintah, serta kebijakan dan bentuk investasi, baik
buy”, artinya di tempat itu harus ada fasilitas untuk dapat pemerintah maupun swasta.
berbelanja, terutama souvenir kerajinan Dalam implementasi perencanaan model diperlukan
Suatu daerah bisa menjadi objek pariwisata karena monitoring dan evaluasi untuk perbaikan perencanaan.
daerah tersebut mempunyai atraksi wisata, di mana dalam Evaluasi dapat dilakukan dengan studi kelayakan yang
atraksi tersebut mempunyai beberapa aspek historis, memuat analisis tentang masalah yang mungkin terjadi
39
Vol.2 No.1 Januari 2016

jika suatu perencanaan dijalankan dan kemungkinan Disamping jumlah wisman yang makin meningkat,
untuk mengatasinya secara efektif. Menurut Warnell saat ini telah terjadi perubahan consumers-behaviour pattern
(1986) dalam Damanik & Weber (2006), studi kelayakan atau pola konsumsi dari para wisatawan. Pergeseran ini
dilakukan untuk mengevaluasi kondisi nyata suatu terjadi dari wisata yang hanya bersantai (plesure), ke jenis
produk atau jasa, mengevaluasi peluang wisata santai sambil menikmati produk atau kreasi
pengembangannya, mengevaluasi peluang penciptaan budaya (culture) dan peninggalan sejarah (heritage) serta
produk dan jasa baru dan mengeidentifikasi penyandang nature atau keindahan alam dari suatu daerah atau
dana yang potensial untuk suatu proyek. Menurut Steck negara. Perubahan pola wisata ini perlu disikapi oleh
(1999) dalam Damanik & Weber (2006), studi kelayakan masyarakat dengan berbagai strategi pengembangan
kampung wisata dapat diarahkan untuk menjawab produk pariwisata. Pemerintah daerah perlu melakukan
pertanyaan: tujuan apa dan kepentingan siapa yang harus perubahan skala prioritas kebijakan, sehingga peran
dicapai dalam proyek dan pelaku kampung wisata? masyarakat dan swasta lebih optimal.
Kelayakan menunjuk pada kepatutan secara ekonomi, Sejak bulan Juli 2000, Bank Dunia melontarkan
sosial, budaya dan teknologi? Apakah kondisi lingkungan, gagasan menanggulangi masalah kemiskinan melalui
sosial dan budaya lokal benar-benar mampu mendukung sektor pariwisata yang kemudian dikenal dengan commu-
pengembangan kampung wisata? Apakah kondisi dasar nity-based tourism (CBT). Tiga kegiatan pariwisata yang
sosial, politik dan kelembagaan setempat cukup kuat dapat mendukung konsep CBT yakni adventure travel,
sehingga memungkinkan keuntungan kampung wisata cultural travel dan ecotourism. Yang perlu mendapatkan
dapat digunakan atau dinikmati oleh kelompok sasaran? perhatian khusus dalam konsep CBT adalah wisatawan
Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program domestik (wisnus). Obyek-obyek wisata yang sering dan
Perencanaan Nasional Pariwisata mengamanatkan bahwa padat dikunjungi oleh wisnus akan memperoleh manfaat
pariwisata diharapkan turut mempercepat pemulihan lebih besar. Makin banyak wisnus berkunjung, makin
ekonomi nasional dan memulihkan citra Indonesia di terkenal obyek wisata tersebut dan pada akhirnya
dunia internasional. Namun, penugasan ini semakin sulit merupakan promosi untuk menarik datangnya wisman
akibat terjadinya tragedi 11 September 2001 di Amerika (Santosa, 2002).
Serikat dan ancaman terorisme. Subsektor pariwisata
diharapkan dapat menggerakan ekonomi rakyat, karena METODE PENELITIAN
dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana Penelitian dilakukan di Kampung Santan Desa
dan prasarana dibandingkan dengan sektor usaha Guwosari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul.
lainnya. Harapan ini dikembangkan dalam suatu strategi Tahapan pertama dilakukan survei pendahuluan
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan berdasarkan data atau informasi dasar. Studi ekspolarasi
pariwisata yang berbasis kerakyatan atau community-based dilakukan untuk penentuan lokasi dan penentuan
tourism development. responden penelitian. Lokasi penelitian ditentukan
Prospek pariwisata ke depan memberikan peluang secara sengaja dengan pertimbangan kampung tersebut
besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan akan dijadikan wilayah dampingan dalam Program
jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) Pemberdayaan Masyaraka oleh pihak UMY melalui
berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang Program Desa Mitra yang akan dilaksanakan mulai tahun
pada tahun 2010 dan 1,602 milyar orang pada tahun 2013 – 2017.
2020, masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Angka ini mampu ekploratif yang dilakukan dengan metode survei.
menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun Penelitian dilakukan secara sensus terhadap kepala
pada tahun 2020. Berdasarkan angka perkiraan tersebut keluarga dengan pertimbangan bahwa kepala keluarga
maka, para pelaku pariwisata Indonesia perlu melakukan masih memiliki peran sentral dalam menentukan
perencanaan yang matang dan terarah untuk menangkap tindakan anggota keluarganya baik menyangkut
peluang tersebut. Diperlukan “re-positioning” pariwisata kepentingan individu maupun kepetingan sosial
Indonesia mulai dari pembuatan produk pariwisata, kemasyarakatan. Jumlah responden dalam penelitian ini
investasi, promosi, jaringan pemasaran internasional, dan adalah 137 orang, dengan sebaran 30 orang di RT 01, 35
penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas.
40
Jurnal AGRARIS

orang di RT 02, 35 orang di RT 03, dan 27 orang di RT secara umum masih kurang. Dari Tabel 1 dapat dicermati
04. Pengambilan data primer dilakukan dengan bahwa hampir separuh masyarakat hanya tahu sedikit
wawancara (interview) menggunakan kuisioner atau bahkan tidak tahu sama sekali adanya musyawarah
panduan pertanyaan. Data primer yang diambil meliputi perencanaan Dusun Santan sebagai kampung wisata
data tentang profil responden, pemahaman, sikap dan (45%) maupun diresmikannya Kampung Wisata Santan
partisipasi responden terhadap program kampung wisata pada tahun 2010 (50%).
di lokasi penelitian. Pengukuran data kualitatif dilakukan Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa 52 persen
dengan metode skor yang kemudian dianalisis dengan masyarakat Dusun Santan hanya tahu sedikit mengenai
bantuan tabel silang dan distribusi frekuensi yang apa yang dimaksud dengan kampung wisata, 29 persen
dianalisis secara deskriptif. tahu sebagian besar, dan 10 persen tidak tahu sama
Untuk melakukan konfirmasi atas data yang telah sekali; sedangkan yang tahu secara lengkap hanya 9
dikumpulkan dan untuk memantapkan kesimpulan persen. Hal tersebut menandakan bahwa sebagian besar
dilakukan diskusi terfokus (FGD). Hasil FGD akan warga masih belum mengerti arti dari kampung wisata.
menjadi dasar perencanaan program kampung wisata. Masyarakat yang tahu secara lengkap (13 orang) arti dari
Secara skematis tahapan dan kerangka berpikir kampung wisata adalah para tokoh penggagas kampung
penelitian dapat dilihat pada bagan berikut. wisata, baik tokoh formal maupu tokoh non formal. Jika
dilihat lebih jauh lagi, dari 13 orang yang tahu secara
mendetil arti kampung wisata, 9 orang diantaranya
berdomisili di RT 03 yang menjadi pusat informasi dan
kegiatan kampung wisata di Dusun Santan. Hal ini
berarti, masyarakat yang tinggal di dekat pusat kegiatan
dapat menangkap informasi lebih banyak dibandingkan
dengan warga yang tinggal atau berdomisili dengan jarak
lebih jauh.
Sebagian besar masyarakat (44%) hanya tahu sedikit
mengenai perencanaan pencanangan Kampung Wisata
Dusun Santan; sedangkan yang mengetahui secara
lengkap hanya 11 persen. Hal tersebut menggambarkan
bahwa sebagian besar masyarakat Dusun Santan masih
kurang informasi mengenai adanya musyawarah
Gambar 1. Tahapan Penelitian dan Kerangka Berpikir Penelitian Predisposisi pencanangan Kampung Wisata Dusun Santan. Sebagian
Partisipasi dalam Perencanaan Kampung Wisata
besar (8 orang) warga yang mengetahui secara lengkap
mengenai adanya musyawarah pencanangan kampung
HASIL DAN PEMBAHASAN wisata Santan berada di RT 03, yaitu para pengrajin
Predisposisi partisipasi masyarakat terhadap bathok kelapa yang menjadi pelopor gagasan berdirinya
pencanangan Kampung Wisata Dusun Santan dianalisis kampung wisata. Pada awalnya, ide menjadikan Dusun
dari pengetahuan (pemahaman kognitif) dan sikap Santan memang datang dari para pengrajin bathok kelapa
afektif; sedangkan partisipasi dilihat dari keikutsertaan yang kebanyakan tinggal di RT 03 Dusun Santan.
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan Sebanyak 36 persen masyarakat Dusun Santan
pencanangan desa wisata, serta bentuk-bentuk program mengetahui banyak tentang peresmian Dusun Santan
yang diminati dalam pengelolaan kampung wisata. sebagai kampung wisata, sedangkan 35 persen masyarakat
mengetahui sedikit tentang adanya peresmian tersebut.
PENGETAHUAN ATAU PEMAHAMAN (SIKAP Hal ini menunjukkan masih banyak masyarakat Dusun
KOGNITIF) MASYARAKAT TENTANG KAMPUNG Santan yang memperoleh sedikit informasi tentang
WISATA adanya peresmian Kampung Wisata Santan. Jumlah
Sikap kognitif berupa pengetahuan atau pemahaman terbanyak warga yang mengetahui secara lengkap
masyarakat tentang Kampung Wisata Dusun Santan, mengenai peresmian Kampung Wisata Santan berada di
RT 03, yaitu 12 orang. Hal ini terjadi karena pusat
41
Vol.2 No.1 Januari 2016

TABEL 1. DISTRIBUSI FREKUENSI PEROLEHAN SKOR BERDASARKAN SIKAP KOGNITIF

Keterangan skor:
a. Tahu secara lengkap b. Tahu sebagian besar c. Tahu sedikit d. Tidah tahu sama sekali

TABEL 2. DISTRIBUSI FREKUENSI PEROLEHAN SKOR BERDASARKAN SIKAP AFEKTIF

Keterangan Skor:
a. Sangat senang / mendukung b. Senang / Mendukung c. Kurang Senang / Mendukung
d. Tidak senang / setuju sama sekali
42
Jurnal AGRARIS

kegiatan pencanangan kampung wisata berada di RT 03, yang setuju, tetap terdapat satu dua orang yang tidak
informasi bersumber dari RT 03 kemudian menyebar ke setuju terhadap pencanangan Kampung Wisata Santan.
RT yang lain. Pencangan kampung wisata pada akhirnya Warga yang tidak setuju memiliki persepsi bahwa dengan
diambil alih oleh pengurus kampung, sehingga menjadi kampung wisata, Dusun Santan akan menjadi
melibatkan banyak elemen masyarakat mulai dari ramai dan kurang bersih. Masyarakat yang tidak setuju
pengurus kampung, para pengrajin bathok, ibu-ibu PKK, kebanyakan adalah pemuka agama yang merasa takut
kelompok kesenian dan lain sebagainya. Yang akan terjadi pergaulan bebas jika Dusun Santan menjadi
disayangkan masih banyak masyarakat yang hanya tahu kampung wisata.
secara sekilas atau sedikit tentang pencanangan Santan Tabel 2 menunjukkan bahwa 70 persen masyarakat
sebagai kampung wisata, yaitu anggota masyarakat yang Dusun Santan senang dengan diresmikankanya Dusun
kurang aktif, terutama yang jarak tempat tinggalnya cukup Santan menjadi kampung wisata, bahkan ada 29 persen
jauh dari pusat kegiatan peresmian tersebut. merasa sangat senang dengan pencanangan kampung
Berdasarkan ketiga indikator sikap kognitif tersebut wisata Dusun Santan; sedangkan yang kurang senang
dapat disimpulkan bahwa informasi mengenai kampung hanya 1 persen saja. Tidak ada satupun warga yang
wisata belum menyebar secara merata, yang dapat dilihat menolak atau tidak senang dengan adanya pencanangan
dari sebagian besar masyarakat Dusun Santan yang kampung wisata Dusun Santan. Meskipun berdasarkan
kurang tahu tentang kampung wisata, pencanangan eksplorasi sebelumnya banyak warga yang belum tahu
kampung wisata sampai peresmian Kampung Wisata tentang pengertian kampung wisata, tetapi setelah
Santan. Warga yang mengetahui secara lengkap mengenai mendapatkan gambaran pemahaman yang cukup, mereka
Kampung Wisata Santan adalah para tokoh masyarakat setuju dan merasa sangat senang dengan pencanangan
atau mereka yang berdomisili di lokasi pusat informasi Dusun Santan sebagai kampung wisata. Masyarakat
atau pusat kegiatan kampung wisata. Masyarakat yang merasa senang karena dengan menjadi kampung wisata,
tinggal di lokasi lebih jauh memiliki informasi yang lebih Dusun Santan menjadi lebih maju dan masyarakatnya
sedikit dibandingkan dengan masyarakat yang berasal menjadi lebih produktif. Hanya satu orang yang merasa
dari wilayah pusat informasi. kurang senang, yaitu salah satu warga RT 01 dengan
alasan bahwa masyarakat Dusun Santan dianggap masih
SIKAP AFEKTIF MASYARAKAT TERHADAP kurang kompak sehingga belum siap untuk dijadikan
PENCANANGAN KAMPUNG WISATA kampung wisata.
Sifat afektif dalam penelitian ini adalah perasaan atau Dari Tabel 2 dapat dilihat 68 persen masyarakat
emosi masyarakat terhadap pencanangan Kampung Dusun Santan setuju mengenai perlunya perencanaan
Wisata Santan. Walaupun masyarakat kurang mendapat kampung wisata yang sebaik-baiknya, sisanya 32 persen
informasi tentang pencanangan Dusun Santan sebagai sangat setuju dengan hal tersebut. Dengan kata lain warga
kampung wisata, hampir semua masyarakat (100%) Dusun Santan setuju dan tidak ada yang kurang setuju
mendukung bahkan sangat mendukung diresmikannya atau tidak setuju dengan perlunya perencanaan kampung
Kampung Wisata Santan (Tabel 2). wisata yang sebaik-baiknya. Masyarakat Dusun Santan
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa 62 persen memiliki keinginan untuk membangun kampung wisata
masyarakat setuju dengan pencanangan kampung wisata yang berhasil sehingga program-programnya pun harus
Dusun Santan, sedangkan 36 persen yang lain sangat direncanakan dengan sebaik-baiknya agar terkonsep dan
setuju, dan hanya 1 persen yang kurang setuju dan tidak tersusun dengan rapi. Selain dari pada itu masyarakat
setuju terhadap pencanangan kampung wisata Dusun ingin agar pendapat masyarakat Dusun Santan dapat
Santan. Sebagian besar masyarakat Dusun Santan setuju ditampung dan didiskusikan dengan baik agar
dengan pencanangan Kampung Wisata Santan, karena menghasilkan program-program berkualitas sesuai
masyarakat berharap pencanangan kampung wisata akan dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
memberikan dampak yang positif bagi warga Dusun Tabel 2 menunjukan bahwa 100 persen warga
Santan. Masyarakat berharap Dusun Santan akan lebih mendukung pogram Kampung Wisata. Masyarakat Dusun
maju dan mengangkat perekonomian masyarakat Santan memberikan dukungan terhadap program
setempat. Akan tetapi diantara banyaknya masyarakat kampung wisata demi kemajuan Kampung Wisata
Santan, masyarakat juga bangga bahwa lokasinya telah
43
Vol.2 No.1 Januari 2016

TABEL 3. DISTRIBUSI FREKUENSI PARTISIPASI MASYARAKAT DUSUN SANTAN

Keterangan skor:
a. Terlibat secara penuh; b. Terlibat sebagian besar; c. Terlibat sebagian kecil; d. Tidak terlibat

mengalami kemajuan dengan menjadi sebuah kampung baiknya.


wisata. Masyarakat berharap jika Kampung Wisata Santan
maju, maka usaha masyarakatnya pun akan ikut maju PARTISIPASI MASYARAKAT
sehingga perekonomian masyarakat setempat akan naik. Partisipasi dalam penelitian ini adalah kecenderungan
Berdasarkan keempat komponen sikap afektif tindakan atau keterlibatan masyarakat dalam pencana-
masyarakat Dusun Santan mengenai pencanangan ngan kampung wisata. Walaupun tidak banyak
kampung wisata Dusun Santan dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang terlibat secara penuh dalam pencana-
sebagian besar warga senang dan setuju terhadap ngan Dusun Santan sebagai kampung wisata, namun
dicanangkannya Dusun Santan sebagai kampung wisata. nampak adanya peningkatan keterlibatan seiring berja-
Masyarakat merasa bahwa daerahnya berubah menjadi lannya program. Jika pada kegiatan perencanaan kurang
lebih baik setelah dusun santan diresmikan menjadi dari 10% warga yang terlibat penuh, pada acara peres-
kampung wisata, baik dilihat dari segi ekonomi maupun mian warga yang terlibat penuh meningkat menjadi 14%,
sosial. Pasca tragedi gempa bumi besar yang melanda dan menjadi 20% setelah program berjalan (Tabel 3).
Kabupaten Bantul pada tahun 2006 banyak masyarakat Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar (36,7%)
yang terpuruk dan menjadi malas bekerja, hal tersebut masyarakat tidak terlibat dalam musyawarah Kampung
berangsur menjadi lebih baik setelah Dusun Santan Wisata Dusun Santan, 25 persen masyarakat terlibat
dicanangkan menjadi kampong wisata. Masyarakat sedikit dalam musyawarah. Hanya 9,6 persen warga yang
Santan cenderung menjadi lebih semangat bekerja dan secara penuh dan yang terlibat sebagian besar hanya
aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Masyarakat Dusun 28,7%. Sebagian besar ketidak ikut sertaan masyarakat
Santan juga memikirkan akan keberhasilan kampung Dusun Santan disebabkan karena sikap kognitif
wisata di daerahnya, hal tersebut terbukti dengan masyarakat yang rendah, masyarakat tidak tahu mengenai
banyaknya masyarakat yang setuju dengan perlunya adanyanya musyawarah kampung wisata, sehingga
perencanaan kampung wisata Dusun Santan yang sebaik- masyarakat banyak yang tidak terlibat karena merasa tidak
44
Jurnal AGRARIS

diundang dalam musyawarah. Sebagian yang lain atau tidak setuju terhadap program kampung wisata. Akan
mengetahui adanya musyawarah kampung wisata, tetapi tetapi setelah program telah berjalan masyarakat mulai
memiliki kegiatan lain yang harus dilakukan sehingga merasakan manfaat dari kampung wisata, sehingga
tidak dapat turut andil dalam kegiatan musyawarah. masyarakat yang tadinya tidak senang atau tidak setuju
Masyarakat yang paling banyak terlibat dalam dengan kampung wisata menjadi senang dan turut
musyawarah adalah masyarakat yang berasal dari RT 03. berpartisipasi.
Hal tersebut disebabkan karena RT 03 adalah pusat
informasi dan kegiatan, sehingga sikap kognitif
masyarakat RT 03 cenderung lebih tinggi dari RT yang TABEL 4. DISTRIBUSI FREKUENSI PROGRAM KAMPUNG WISATA YANG
lain, yang akhirnya berdampak pada keterlibatan dalam PALING DIMINATI
musyawarah kampung wisata. Masyarakat RT 04 banyak
yang tidak terlibat dalam musyawarah karena lokasinya
yang paling jauh dari pusat informasi dan kegiatan.
Keterlibatan warga dalam peresmian Kampung Wisata
Dusun Santan berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa
31 persen masyarakat tidak terlibat dalam peresmian
kampung wisata, 28 persen hanya mengikuti sebagian
kecil, sedangkan yang terlibat sebagian besar hanya 27
persen dan yang terlibat secara penuh hanya 14 persen
saja. J ika dilihat dari tabel distribusi frekuensi partisipasi
masyarakat, maka akan terlihat bahwa masyarakat RT 03
mendominasi masyarakat yang terlibat dalam peresmian. Tabel 4 menjelaskan bahwa 41 persen masyarakat
Hal tersebut karena lokasi RT 03 menjadi pusat lebih berminat berpartisipasi pada sarana wisata.
informasi dan kegiatan, sehingga masyarakat yang berada Partisipasi dalam sarana wisata tersebut meliputi
di RT 03 memiliki informasi lebih banyak mengenai pengadaan homestay bagi para pengunjung wisata.
acara peresmian kampung wisata. Masyarakat yang Kemudian minat yang selanjutnya adalah kerajinan yang
memiliki lokasi rumah lebih jauh akan lebih sedikit tidak lain adalah kerajinan bathok kelapa yaitu sebesar 22
menerima informasi dan lebih segan untuk datang persen, disusul dengan kuliner 16 persen dan pertanian 7
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki rumah persen. Banyaknya peminat terhadap sarana wisata
dekat dengan lokasi informasi dan kegiatan. dikarenakan masyarakat dapat memanfaatkan rumah
Tabel 3 menunjukkan bahwa 37 persen masyarakat pribadinya sebagai homestay, disaat ada pengunjung yang
terlibat sebagian besar, sedangkan 30 persen masyarakat menginap di Kampung Wisata Santan, sehingga dapat
hanya terlibat sebagian kecil, kemudian 22 persen terlibat dijadikan sebagai pemasukan tambahan bagi keluarga di
secara penuh dan 11 persen tidak terlibat sama sekali samping pekerjaan utama. Masyarakat yang memilih
pada program Kampung Wisata setelah pencanangan. kerajinan bathok kelapa adalah para perajin bathok kelapa,
Berdasarkan dari ketiga komponen dapat disimpulkan karena memang pekerjaan itulah yang menjadi pekerjaan
bahwa masyarakat Dusun Santan kurang terlibat dalam pokok masyarakat tersebut. Presentase minat yang paling
pencanangan kampung wisata Dusun Santan, baik ketika kecil adalah terhadap pertanian, hal tersebut dikarenakan
musyawarah untuk pencanangan maupun ketika masyarakat yang masih menjadi petani murni memang
peresmian kampung wisata itu sendiri. Meskipun sudah tidak banyak.
demikian, setelah program kampung wisata telah
dilaksanakan masyarakat cukup banyak yang terlibat HARAPAN MASYARAKAT
sebagian besar, begitu pula yang terlibat secara lengkap
Harapan masyarakat pada penelitian ini adalah
juga terbilang cukup banyak. Hanya sedikit masyarakat
sesuatu yang ingin dicapai oleh masyarakat dengan
yang tidak terlibat sama sekali.
adanya pencanangan kampung wisata. Dalam hal ini
Pemahaman kampung wisata yang kurang dapat
harapan masyarakat dikelompokan menjadi tiga yang
menyebabkan masyarakat menjadi takut dan berpikiran
digambarkan dalam sebuah diagram ven (Gambar 2).
buruk, sehingga banyak masyarakat yang tidak senang
45
Vol.2 No.1 Januari 2016

Masyarakat memiliki harapan bahwa dengan berwisata. Dengan adanya pencanangan kampung wisata
peresmian kampung wisata akan menimbulkan manfaat santan masyarakat tetap menginginkan timbal balik dari
bagi penduduk Dusun Santan. Berdasarkan data yang usaha yang telah dilakukan, pendapatan yang didapatkan
tertera pada Gambar 2 dapat dilihat berbagai macam dari kampung wisata diharapkan dapat kembali kepada
variasi pendapat masyarakat mengenai sumber masyarakat Dusun Santan.
keuntungan yang akan didapat dari pengunjung kampung
wisata Dusun Santan. Sebagian besar (63%) masyarakat
memiliki harapan bahwa setiap orang yang datang untuk
menikmati keindahan, kerajinan bathok, dan kebudayaan,
akan menginap satu malam. Sementara 23 persen
masyarakat lainnya memiliki harapan, bahwa setiap orang
yang datang untuk menikmati keindahan, kerajinan, dan
kebudayaan kemudian pulang. Terdapat 14 persen warga
yang memiliki harapan, bahwa setiap orang yang datang
hanya menikmati keindahan alam dan lokasi wisata Gambar 3. Pendapat Warga berkaitan Dengan Tarif Berwisata ke Kampung
Wisata Santan
kemudian langsung pulang.

GAMBAR 4. HARAPAN MASYARAKAT TENTANG HAK PENDAPATAN


KAMPUNG WISATA
GAMBAR 2. DIAGRAM VEN PERSENTASE HARAPAN WARGA TERHADAP Gambar 4 menunjukkan bahwa 71 persen masyarakat
PENGUNJUNG KAMPUNG WISATA SANTAN memiliki harapan bahwa hasil dari pendapatan kampung
Keterangan : wisata adalah untuk kas warga, 16 persen yang lain
a. Orang datang menikmati keindahan alam dan lokasi berpendapat hasil dari kampung wisata sebaiknya untuk
wisata kemudian langsung pulang warga yang terlibat saja, sedangkan 10 persen masyarakat
b. Orang datang menikmati keindahan alam, kerajinan yang lain lagi mengatakan bahwa hasil dari kampung
bathok, dan kebudayaan kemudian pulang wisata adalah untuk pengelola. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat
c. Orang datang menikmati keindahan, kerajinan
menginginkan keuntungan dari kampung wisata
bathok, dan kebudayaan dengan menginap 1 malam
digunakan untuk kesejahteraan masyarakat Dusun Santan
kemudian pulang sendiri guna memperbaiki infrastruktur yang nantinya
d. Orang datang menikmati keindahan alam, kerajinan akan digunakan oleh warga setempat.
bathok,kebudayaan dan kalau bisa terlibat dalam
kegiatan masyarakat yang khas (unik) menginap lebih HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK,
dari 1 malam SOSIAL DAN RESPON MASYARAKAT
Dalam penelitian ini diteliti juga bagaimana
Merujuk kepada Gambar 3, sebagian besar (73%) hubungan faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan
masyarakat mengatakan bahwa tarif biaya berwisata ke sosial terhadap respon masyarakat Dusun Santan. Faktor
Dusun Santan perlu dilakukan, sedangkan 27 persen yang lingkungan fisik dilihat dari jarak domisili rumah
lain mengatakan tidak perlu menetapkan tarif biaya masyarakat dengan lokasi pusat kegiatan dan informasi.
46
Jurnal AGRARIS

TABEL 5. HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN RESPON MASYARAKAT DUSUN SANTAN

Pusat kegiatan terletak pada RT 03, sehingga rumah hubungan (korelasi) antara jarak domisili warga dengan
warga yang berada di RT 03 memiliki jarak paling dekat respon masyarakat dalam hal ini sikap kognitif, afektif
dengan pusat informasi dan kegiatan. Lokasi RT 03 dan partisipasi. Korelasi antara jarak domisili warga
berada di antara RT 01dan RT 02 sehingga lokasi yang dengan sikap kognitif adalah negatif, demikian juga
paling jauh adalah RT 04. Hubungan faktor lingkungan korelasi antara jarak domisili warga dengan sikap afektif
fisik terhadap respon masyarakat Dusun Santan dapat dan partisipasinya.
dilihat pada Tabel 5. Secara parsial dapat dinyatakan bahwa korelasi jarak
Berdasarkan Tabel 5 terlihat berbagai macam variasi domisili warga dengan sikap kognitif menunjukan nilai
jumlah skor respon sesuai dengan rumah warga koefisien korelasi -0,200. Artinya bahwa makin jauh jarak
berdasarkan rukun tetangga (RT). Jumlah rata-rata sikap (skor semakin besar) maka sikap kognitifnya semakin
kognitif berkisar antara 1 sampai dengan 4, begitu pula rendah atau sebaliknya. Dalam hal ini makin jauh jarak
dengan sikap afektif dan partisipasi. Berdasarkan jumlah domisili warga dengan pusat kegiatan kampung wisata
rata-rata skor respon, diperoleh total respon yang terdiri maka pengetahuan warga terhadap kampung wisata
dari jumlah skor sikap kognitif, afektif, dan partisipasi. semakin rendah atau semakin kecil. Hasil yang kedua
Jumlah total skor respon masyarakat yang tertinggi menyatakan bahwa korelasi jarak domisili warga dengan
terdapat pada RT 03, yaitu berjumlah 8,7; diikuti dengan sikap afektif menunjukan nilai koefisien korelasi -0,224.
jumlah skor respon RT 01 berjumlah 7,8; kemudian Artinya bahwa makin jauh jarak (skor semakin besar)
jumlah skor respon RT 02 berjumlah 7,4; dan yang maka sikap afektif semakin rendah atau sebaliknya.
terakhir sekaligus yang terjauh adalah jumlah respon RT Dalam hal ini makin jauh jarak domisili warga dengan
04 yaitu berjumlah 7,3. pusat kegiatan kampung wisata maka perasaan senang
Berdasarkan data tersebut, dilakukan pula analisis atau persetujuan warga terhadap warga terhadap kampung
korelasi rank spearman untuk mengetahui korelasi antara wisata semakin rendah atau semakin kecil. Hasil analisis
faktor lingkungan fisik dan respon masyarakat. Hasil data yang ketiga menyatakan bahwa ada hubungan yang
korelasi dapat dilihat pada Tabel 6. rendah antara jarak dengan partisipasi. Hasil uji korelasi
menunjukan nilai koefisien korelasi -0,299. Berdasarkan
hasil analisis korelasi tersebut menunjukkan terdapat
TABEL 6. KORELASI PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN RESPON hubungan negatif yang signifikan antara jarak dan
MASYARAKAT DUSUN partisipasi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa jarak antara rumah warga dengan
pusat informasi dan kegiatan desa wisata memiliki
hubungan yang signifikan dengan arah korelasi negatif
dengan keseluruhan respon masyarakat terhadap
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). pencanangan kampung wisata Dusun Santan.
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keseluruhan respon yang dimaksud adalah sikap kognitif,
Hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat
afektif dan partisipasi. Berdasarkan arah korelasi yang
47
Vol.2 No.1 Januari 2016

TABEL 7. PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESPON MASYARAKAT DUSUN SANTAN

TABEL 8. HASIL KORELASI FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN RESPON MASYARAKAT

* Terdapat korelasi lemah tapi pasti

negatif dapat dijelaskan bahwa semakin dekat rumah pada sikap afektif dan partisipasi masyarakat. Semakin
warga dengan pusat informasi dan kegiatan kampung besar informasi yang diperoleh masyarakat, maka
wisata maka sikap kognitif, sikap afektif dan partisipasi menimbulkan perasaan senang dan persetujuan yang
warga semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin besar pula didalam diri para warga kampung
masyarakat pedesaan masih menggunakan model Dusun Santan. Masyarakat yang memahami makna
komunikasi interpersonal, dalam model ini masyarakat kampung wisata akan mengetahui manfaat-manfaat yang
memperoleh informasi secara langsung dari sumbernya akan ditimbulkan dengan adanya pencanangan kampung
dengan cara melihat, mendengar, atau merasakan sendiri wisata. Masyarakat akan memiliki pemikiran yang
secara lansung kejadian atau peristiwa yang menjadi semakin maju seiring dengan adanya program kampung
pesan komunikasi. Informasi yang didapat akan wisata dan memiliki keinginan untuk memperbaiki
mempengaruhi pengetahuannya kemudian pengetahuan ekonomi keluarganya kearah yang semakin baik dari
akan mempengaruhi sikap dan pada akhirnya akan sebelumnya. Pemikiran tersebut akhirnya memancing
mempengaruhi tindakan dalam hal ini adalah partisipasi. masyarakat untuk berpartisipasi dalam program Kampung
Berbagai informasi yang kemungkinan didapat oleh Wisata Santan.
warga berupa berbagai hal, mulai dari pengetahuan Pada penelitian ini faktor lingkungan sosial dapat
mengenai definisi kampung wisata, pengetahuan dilihat dari kekompakan masyarakat berdasarkan
mengenai perencanaan pencanangan kampung wisata, pandangan para tokoh dengan partisipasi pada
pengetahuan mengenai peresmian kampung wisata kenyataannya. Lokasi yang dinilai paling kompak adalah
sampai dengan informasi tentang program-program RT 03, kemudian diikuti oleh RT 01, RT 02, dan yang
kampung wisata. Meskipun sosialisasi telah dilakukan terakhir adalah RT 04. Faktor lingkungan sosial dapat
terhadap seluruh warga melalui pertemuan-pertemuan, digambarkan pada Tabel 7.
namun mayoritas warga akan lebih memahami, Berdasarkan Tabel 7 terlihat jumlah skor respon
merasakan dan timbul motivasi untuk berpartisipasi jika sesuai dengan kekompakan masyarakat di tingkat RT
warga mengetahui atau mendapatkan informasi secara menurut penilaian para tokoh. Jumlah rata-rata sikap
langsung. kognitif berkisar antara 1 sampai dengan 4, begitu pula
Pengetahuan yang diperoleh masyarakat berdampak dengan sikap afektif dan partisipasi. Semakin mendekati
48
Jurnal AGRARIS

angka 1 maka respon yang ditunjukan semakin kecil, sehingga informasi yang didapat adalah dengan cara
begitu pula sebaliknya, semakin mendekati angka 4 maka saling bertemu dan berbicara secara langsung.
semakin tinggi respon yang ditunjukan. Total respon Pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang kompak
adalah jumlah dari rata-rata skor sikap kognitif, sikap akan kampung wisata akan lebih matang dibandingkan
afektif dan partisipasi. Jika ditarik kesimpulan secara dengan lokasi yang kurang kompak.
garis besar berdasarkan tabel di atas, lokasi yang dinilai Dengan adanya kekompakan maka akan timbul
memiliki kekompakan paling tinggi adalah RT 03 kebersamaan, sehingga dengan adanya kebersamaan yang
memiliki total jumlah skor respon yang paling tinggi juga terjalin dapat menimbulkan rasa senang di kalangan
yaitu 8,7; kemudian diikuti oleh lokasi yang dinilai paling masyarakat. Masyarakat yang lebih kompak akan senang
kompak selanjutnya RT 01 yaitu sebesar 7,8; dilanjutkan terhadap program dan agenda kampung wisata Dusun
oleh RT 02 yaitu sebesar 7,4 dan yang terakhir RT 01 Santan dibanding dengan masyarakat yang kurang
dengan penilaian kekompakan paling rendah yaitu 7,3. kompak. Jika rasa senang dan persetujuan telah muncul,
Hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat maka masyarakat akan lebih mudah untuk berpartisipasi
hubungan (korelasi) antara kekompakan warga dengan tanpa adanya paksaan. Rasa senang dan rasa segan yang
respon masyarakat dalam hal ini sikap kognitif, afektif muncul diantara individu akan mendorong masyarakan
dan partisipasi. Korelasi antara kekompakan warga untuk lebih aktif dan simpati diantara sesama, selain dari
dengan sikap kognitif adalah positif, demikian juga pada itu rasa nyaman terhadap sesama akan
korelasi antara kekompakan warga dengan sikap afektif menimbulkan sikap tenggang rasa dan toleransi diantara
dan partisipasinya. satu warga dengan warga yang lainnya.
Secara parsial dapat dinyatakan bahwa korelasi
kekompakan warga dengan sikap kognitif menunjukan KESIMPULAN
nilai koefisien korelasi 0,239 Artinya bahwa semakin Predisposisi atau kesiapan masyarakat dalam
kompak (skor semakin besar) maka sikap kognitifnya perencanaan kampung wisata ditunjukkan oleh
semakin tinggi atau sebaliknya. Dalam hal ini semakin pemahaman, sikap dan partisipasi masyarakat mulai dari
kompak warga dalam sebuah RT maka pengetahuan perencanaan (persiapan), pencanangan (peresmian)
warga terhadap kampung wisata semakin tinggi. Hasil maupun pasca pencanangan kampung wisata. Secara
yang kedua menyatakan bahwa korelasi kekompakan umum pemahaman kognitif masyarakat terhadap
warga dengan sikap afektif menunjukan nilai koefisien pengertian kampung wisata, pengetahuan akan
korelasi 0,215 bernilai positif. Artinya bahwa semakin perencanaan dan pencanangan Dusun Santan sebagai
kompak (skor semakin besar) maka sikap afektifnya kampung wisata sebagian besar masih kurang (hanya tahu
semakin tinggi atau sebaliknya. Dalam hal ini semakin sedikit). Hal ini karena kendala sosialisasi dan dominasi
kompak warga dalam sebuah RT maka perasaan senang para tokoh kampung dalam perencanaan kampung wisata
atau persetujuan warga terhadap kampung wisata semakin yang kurang melibatkan warga kampung secara merata.
tinggi. Sikap afektif masyarakat terhadap pencanangan kampung
Hasil analisis data yang ketiga menyatakan bahwa ada wisata Santan menunjukkan kecenderungan persetujuan,
hubungan yang rendah antara kekompakan warga dengan rasa senang dan mendukung. Setelah masyarakat
partisipasi. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai mendapatkan sosialisasi meskipun masih sangat terbatas,
koefisien korelasi 0,257. Hasil analisis korelasi tersebut respon afektifnya sangat positif dan mendukung program
menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan kampung wisata. Masyarakat berharap agar Dusun Santan
antara kekompakan warga dan partisipasi. Berdasarkan bisa lebih maju dan meningkat perekonomiannya.
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kekompakan Partisipasi masyarakat pada program kampung wisata
masyarakat dapat mempengaruhi penyebaran informasi menunjukkan gejala yang meningkat, mulai dari
diantara masyarakat Dusun Santan. Lokasi yang dinilai partisipasi sejak perencanaan, pada saat pencanangan dan
memiliki kekompakan lebih tinggi di bandingkan lokasi pada saat pasca pencanangan. Bentuk partisipasi dapat
lain memungkinkan masyarakatnya lebih sering bertemu dilihat dari jumlah keterlibatan diri masyarakat dan
dan bertegur sapa sehingga informasi akan lebih cepat rencana program yang paling diminati. Program kampung
menyebar luas. Masyarakat pedesaan cenderung masih wisata yang paling diminati masyarakat adalah
menggunakan sistem komunikasi interpersonal saja,
49
Vol.2 No.1 Januari 2016

penyediaan sarana prasarana, karena program ini Based Tourism Planning Model. Pinel & Association
diharapkan mendatangkan keuntungan langsung pada Research & Planning, Canada.
pelaksana. Terdapat hubungan yang signifikan antara Santosa, S. P. 2002. Pengembangan Pariwisata Indonesia.
domisili dan kekompakan warga dengan respon
www.google.com. Diunduh pada tanggal 20 Mei 2009.
masyarakat terhadap program kampung wisata.
Simon, H. 1999. Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat (Coop-
Sosialisasi tentang program kampung wisata
perlu terus dilakukan misalnya dengan penyebaran erative Forest Management). Teori dan Aplikasi pada Hutan
brosur, menempel pamflet atau secara langsung dalam Jati di Jawa. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
forum-forum pertemuan masyarakat seperti pertemuan Welford, R. dan B. Ytterhus. 2004. Suistainable develop-
RT, atau pertemuan ibu PKK. Peningkatan volume ment and tourism destination management: A case
sosialisasi diyakini dapat meningkatkan pemahaman, study of the Lillahammer region, Norwey. International
sikap dan partisipasi masyarakat dalam program kampung Journal of Sustainable Development and World Ecology,
wisata. Predisiposisi (kesiapan) masyarakat dalam 11:410 – 422.
perencanaan kampung wisata menunjukan gejala yang
positif dapat dimanfaatkan sebagai modal sosial
masyarakat dalam perencanaan program kampung wisata
Dusun Santan dimasa yang akan datang. Kekompakan
warga perlu ditingkatkan, terutama peningkatan peran
para tokoh dalam mendorong partisipasi warga, misalnya
dalam bentuk gerakan gotong royong.

DAFTAR PUSTAKA
Awang, S.A.; H. Santoso; W.T. Widayati; Y. Nugroho;
Kustomo; Sapardiono. 2001. Gurat hutan rakyat di
kapur selatan. Yogyakarta: Debut Press.
Blackstock, K. 2005. A critical look at community base
tourism. Community Development Journal 40(1): 39 – 49.
Echtner, C. M. 2002. The content of the third world
tourism marketing: a 4A Approach. International
Journal of Tourism Research 4: 413-434.
Damanik, J. & H. F. Weber. 2006. Perencanaan Kampung
Wisata: Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Pusat Studi
Pariwisata dan Penerbit Andi.
Gartner, W. C. 2004. Rural tourism development in the
USA. International Journal of Tourism Research 6: 151 –
164.
Lansing, P., and P. De Vries. 2007. Sustainable tourism:
ethical alternative or marketing ploy?. Journal of
Business Ethics 72:77-85.
Nugroho, I. (2011). Ekowisata dan Pembangunan
Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pike, S. 2005. Tourism destination branding complexity.
The Journal of Product and Brand Management 14(4): 258
– 259.
Pinel, D. P. 1998. Create A Good Fit: A Community-

You might also like