You are on page 1of 7

PAWA, NURISJAH, WIBOWO

RENCANA PENATAAN LANSKAP DESA WISATA SECARA PARTISIPATIF


DI ENSAID PANJANG SINTANG KALIMANTAN BARAT

Participative Landscape ABSTRACT


Arrangement Plan for Tourism Ensaid Panjang village is a rich and unique area in terms of landscape and culture.
Village in Desa Ensaid Panjang Dayak cultural preservation in Ensaid Panjang potentially under threat because of the
Sintang, West Kalimantan infiltration of foreign culture and land clearing. It is necessary to preserve the culture
of Ensaid Panjang. One of the effort is the village planning Ensaid Panjang as a
tourist village based on local tradition and culture. This study aims to answer the
problems of tourism development planning through participatory approach in the
perspective of landscape architecture to create community based plan for sustainable
landscape. This research was conducted using a participatory approach using
quantitative descriptive method. The method of analysis used participatory mapping
to determine the boundaries of the planning area, potential tourism objects and
attraction analysis performed by scoring, and the visual quality attractions was
conducted by Scenic Beauty Estimation ( SBE ), the analysis of community
participation was done with FGD method using matrix scoring techniques. The
results showed that Ensaid Panjang has an area 3426,88 ha, consist of sacred zone
2.64 ha (0.07 % ) , natural protection zone 1599 ha (46,67 % ), and utilization zone
covering an area of 1825,12 ha (53,26 % ). Potential tourist object and attractions of
Ensaid Panjang village consists of cultural objects and attractions in the form of
betang house traditional architecture and residential communities, and the potential
Janiarto Paradise Pawa of nature tourism in the form of hills forest, swamp forest, and natural features such
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas as waterfalls and rivers. Ensaid Panjang community supports tourism development in
Pertanian, IPB their village by being a part of the tourist attractions and supporting tourism
e-mail : paradisepawa@gmail.com activities, this activity including villagers as weavers, tour guide, blacksmith, artist,
homestay host. The concept plan of development and structuring of tourism villages
Siti Nurisjah
Program Studi Arsitektur Lanskap,
Ensaid Panjang is "Participatory Rural Tourism Landscape and Cultural
Fakultas Pertanian, IPB Preservation of Dayak Desa." This concept is implemented with the involvement of
local communities with emphasis on maximum benefit for the community and the
Soeryo Adiwibowo preservation of local culture.
Staf Pengajar Departemen Sains
Keyword: Ensaid Panjang, longhouse, village tourism, landscape planning,
Komunikasi dan Pengembangan
partisipatory.
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia,
IPB

PENDAHULUAN Kelestarian budaya suku Dayak di untuk menyusun alternatif


Ensaid Panjang berpotensi perencanaan lanskap kawasan
Desa Ensaid Panjang adalah
mengalami gangguan yang wisata yang dapat diterima
kawasan yang kaya dan unik dilihat
disebabkan ancaman dari luar desa masyarakat serta berkelanjutan.
dari sisi lanskap dan budayanya.
antara lain infiltrasi budaya luar,
Desa ini berada di Kecamatan Kelam
pembukaan lahan untuk
Permai, Kabupaten Sintang, METODOLOGI
pembangunan perkebunan sawit dan
Kalimantan Barat. Lanskap desa
pembangunan pemukiman. Lokasi dan Waktu Penelitian
terdiri dari lanskap hutan perbukitan
Kawasan hutan yang tersisa di
dan hutan rawa dengan sumber daya Lokasi penelitian adalah wilayah
Ensaid Panjang saat ini juga menjadi
flora dan faunanya, serta lanskap Desa Ensaid Panjang, Kecamatan
target penebangan liar dan
pertanian dan perkebunan yang Kelam Permai, Kabupaten Sintang,
pembukaan perkebunan yang baru Propinsi Kalimantan Barat (Gambar
semuanya menjadi bagian dan
oleh pihak-pihak diluar desa. 1). Secara geografis desa berada pada
mempengaruhi kehidupan
koordinat 00° 04’01”LU - 00°09’39”
masyarakat. Diperlukan upaya untuk
LU dan 111° 39’49” BT - 111°
melestarikan budaya masyarakat 42’27’’BT. Penelitian dilakukan pada
Beragam bentuk budaya masyarakat
Desa Ensaid Panjang, salah satunya bulan Maret 2013 sampai dengan
tradisional dijumpai di Desa Ensaid
adalah dengan merencanakan desa Januari 2014.
Panjang, misalnya arsitektur,
Ensaid Panjang sebagai desa wisata
kerajinan tangan, seni sastra dalam
yang berbasis kekayaan budaya Metode Penelitian
bentuk cerita-cerita lama dan 1. Pengumpulan dan
lokal. Penelitian ini bertujuan
mantra, ragam tarian dan musik Pengklasifikasian Data
menjawab permasalahan Data yang dikumpulkan dalam
serta upacara-upacara adat,
perencanaan pengembangan wisata penelitian ini terdiri dari data primer
khususnya ritual tahunan yang
melalui pendekatan partisipatif dan data sekunder. Data primer
disebut sebagai Gawai (Armayadi
dalam perspektif arsitektur lanskap dikumpulkan dengan pengamatan
dan Agustinus 2011).

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014 17


PAWA, NURISJAH, WIBOWO

lapang dan penggunaan metode perhitungan nilai SBE adalah sebagai pertambahan luas sebesar 2505,31
partisipatif untuk mengumpulkan berikut: dan bernilai negatif karena sebagian
data dari masyarakat. Alat penelitian wilayah adat desa Ensaid Panjang
partisipatif dalam penelitian ini SBEx = (ZLX-ZLS) x 100 seluas 593,65 Ha dibagian timur.
adalah pemetaan partisipatif, Focus
Penentuan batas wilayah suatu desa
Group Discussion (FGD), mental Keterangan : SBEx = nilai SBE
map, dan matrix scoring (Geilfus harus merujuk pada hak asal-usul
lanskap-x, ZLx = nilai rata-rata z
2008). FGD melibatkan tujuh orang lanskap-x, ZLs = nilai rata-rata z sebelum terbentuknya desa.
partisipan yang terdiri dari Kepala yang digunakan sebagai standar (Pramono et.al 2013; Unesco 1992;
Dusun Rentap Selatan, Ketua Adat UU No. 32 Tahun 2004). Karena itu
Desa Ensaid Panjang, Ketua dan Hasil analisis potensi wisata akan batas wilayah desa Ensaid Panjang
Sekretaris Lembaga Pengelola menunjukkan jenis dan sebaran untuk pengembangan wisata harus
Tawang Mersibung dan Ketua potensi wisata. (c) Peran serta
Lembaga Pengelola Bukit Rentap didasarkan pada batas-batas yang
masyarakat, dianalisis secara
dan dua orang perwakilan warga partisipatif bersama masyarakat telah di tetapkan oleh masyarakat
desa. Data sekunder dikumpulkan dengan penggunaan teknik matrix secara adat.
dengan studi pustaka yang terkait scoring menurut Ling (2011), (d) Tata Bukit Rentap yang berstatus sebagai
dengan tujuan penelitian. ruang pengembangan kawasan hutan lindung dapat
wisata, zonasi kawasan yang direkomendasikan untuk menjadi
Analisis dihasilkan dari tahap analisis yang sebagai hutan desa yang
meliputi analisis aspek kawasan adat
Analisis dilakukan dengan memungkinkan masyarakat untuk
dan aspek kepariwisataan
pendekatan partisipatif diintegrasikan dengan teknik mengelola kawasan tersebut secara
menggunakan metode deskriptif tumpang susun menggunakan mandiri, termasuk untuk wisata.
kualitatif, analisis terdiri dari: (a) software ArcGIS 9.3, menghasilkan Kawasan Bukit Rentap dapat
Batas kawasan wisata, dibuat peta zona potensial kawasan. integrasikan kedalam batas wilayah
berdasarkan berdasarkan
sehingga menghasilkan rekomendasi
adat/budaya dan batas administrasi Rencana Pengembangan Lanskap
desa. Batas adat/budaya ditentukan batas kawasan perencanaan Desa
secara partisipatif dengan membuat Wisata Ensaid Panjang.
Rencana pengembangan dan
mental map, dan batas administratif penataan kawasan wisata Masyarakat Ensaid Panjang saat ini
didapatkan dari peta rencana tata berdasarkan zona potensial kawasan masih mempertahankan adat dan
ruang pemerintah daerah Sintang. untuk kemudian dilakukan budaya warisan dari leluhur mereka.
Kedua peta di overlay untuk pengembangan dan penataan Termasuk dalam adat dan budaya
mendapatkan peta batas kawasan kawasan wisata. Rencana tersebut adalah perlindungan
pengembangan wisata yang berbasis pengembangan dan penataan
adat dan kemudian dianalisis secara terhadap kawasan-kawasan yang
kawasan wisata dalam bentuk
deskriptif, (b) Analisis potensi Konsep pengembangan dan dipercaya sebagai tempat suci dan
wisata, potensi wisata dibedakan penataan yang akan dilaksanakan tempat berdiamnya leluhur mereka.
menjadi potensi berbasis budaya dan adalah “kawasan wisata Tata guna lahan desa Ensaid Panjang
alam (Gunn 1994). Bersama partisipatif”. dibagi menjadi tiga peruntukan
masyarakat, wilayah desa dibagi
lahan: lahan keramat, lahan
berdasarkan tata guna lahan,
perlindungan alam dan lahan
potensi objek dan atraksi wisata HASIL DAN PEMBAHASAN
budaya dan wisata alam pada setiap pemanfaatan (Gambar 2). Luasan
kawasan didaftar dan prioritas Batas kawasan perencanaan wisata masing-masing kawasan dapat
pengembangan objek wisata partisipatif dilihat di Tabel 1.
ditentukan menggunakan matrix Berdasarkan perbandingan peta Zona keramat adalah area yang
scoring (Ling 2011). Scoring batas desa yang dimiliki masyarakat dipercaya masyarakat sebagai
dilakukan dengan skala nilai 1-5, dengan peta batas yang terdapat tempat yang suci dan tidak boleh di
nilai 1 untuk nilai terendah dan 5
dalam database milik Pemkab ganggu atau dimasuki, pelanggaran
untuk nilai tertinggi. Potensi wisata
Sintang, kedua peta menunjukkan terhadap aturan ini akan
budaya dan alam di integrasikan
untuk menghasilkan peta jenis dan perbedaan gari batas wilayah menyebabkan seluruh warga desa
sebaran objek dan atraksi wisata (Gambar 2). mengalami sakit (McCarthy 2001:22).
potensial. Kualitas visual objek Menurut RTRW Pemkab Sintang, Zona perlindungan alam adalah
wisata sebagai salah satu daya tarik desa Ensaid Panjang memiliki luasan kawasan yang dilindungi secara
wisata alam dianalisis dengan wilayah sebesar 4905,75 Ha, kolektif oleh masyarakat untuk
metode Scenic Beauty Estimation
sedangkan menurut masyarakat luas menjaga kelestarian alam dan
(Daniel dan Boster 1976). Titik-titik
pengambilan foto untuk analisis SBE wilayah desa mereka adalah 2960,69 lingkungan serta sebagai cadangan
ditentukan berdasarkan hasil FGD Ha. Perbedaan ini memiliki nilai sumber daya alam di desa Ensaid
dengan masyarakat desa. Responden positif dan nilai negatif terhadap Panjang. Kawasan ini dilindungi
untuk menilai keindahan dari luasan wilayah Desa Ensaid Panjang. dengan tetap dimanfaatkan secara
lanskap sebanyak 60 orang. Rumus Penggunaan peta berdasarkan terbatas. Kawasan perlindungan
RTRW bernilai positif karena ada alam dapat dikembangkan sebagai

18 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014


PAWA, NURISJAH, WIBOWO

kawasan wisata dengan aktifitas Tabel 1 Luasan Pembagian Kawasan Adat


terbatas. Kekayaan sumber daya
alam yang terdapat di dalamnya
Luasan Kawasan
berpotensi untuk menjadi objek Zonasi
wisata edukasi dan penelitian. Zona Ha %
pemanfaatan adalah kawasan desa
Ensaid Panjang yang dapat Zona Keramat 2,64 0,07
dimanfaatkan oleh masyarakat
Zona Perlindungan Alam 1599,12 46,67
sesuai kebutuhan mereka. Area
pemanfaatan mencakup lahan Zona Pemanfaatan 1825,12 53,26
pemukiman, pertanian (sawah dan
ladang), dan perkebunan.
Jumlah total 3426,88 100
Batas kawasan wisata dihasilkan dari Sumber : Data partisipatif 2013
integrasi peta batas kawasan
menurut adat masyarakat desa
Ensaid Panjang dengan kawasan
hutan lindung Bukit Rentap yang
diajukan yang potensial untuk di
kembangkan sebagai objek atraksi
wisata. Batas kawasan wisata Desa
Ensaid Panjang terdiri dari kawasan
pemanfaatan, kawasan lindung, dan
kawasan keramat (Gambar 3).
Pengembangan aktifitas wisata dapat
dikembangkan di dua area, yaitu
area perlindungan alam dan area
pemanfaatan. Batas wilayah
perencanaan ini ditentukan dengan
memperhatikan hukum ada yang
ada di Desa Ensaid Panjang, potensi
konflik yang minimal dan potensi
wisata yang terdapat pada kawasan
tersebut. Gambar 3 Batas kawasan perencanaan wisata Desa Ensaid Panjang
5.2 Potensi Objek dan Atraksi
Wisata masyarakat. Rumah betang Ensaid dengan herbisida, gulma yang telah
Pilihan dan Penilaian Objek dan Panjang memiliki nilai keunikan dan mati kemudian digilas dengan log
atraksi wisata budaya pilihan keaslian yang karena merupakan kayu berukuran diameter 20 cm.
masyarakat satu-satunya rumah betang yang Menurut Hashim (2011),
Objek dan atraksi wisata potensial di tersisa di Kabupaten Sintang. sawah memiliki nilai potensial
desa Ensaid Panjang yang telah di Keaslian suatu objek wisata wisata karena memiliki nilai
daftar bersama masyarakat merupakan salah satu faktor penarik kecantikan, keindahan, dan dapat
selanjutnya di analisis untuk pengunjung yang sangat penting, menjadi sumber pendapatan bagi
mengetahui tingkat potensi yang nilai keaslian yang rendah dapat masyarakat.
dimilikinya. Hasil penilaian oleh menyebabkan jumlah pengunjung Kawasan perkebunan karet dan
masyarakat tersebut dapat dilihat yang lebih sedikit (Halpern 2009). sawit memiliki nilai keaslian dan
pada Tabel 2. Berdasarkan penilaian Aktifitas pertanian bersawah sudah keunikan yang rendah karena
dan analisis terhadap potensi wisata sejak lama dilaksanakan oleh aktifitas berkebun karet dan sawit
budaya di Ensaid Panjang, dibuat masyarakat, aktifitas ini memiliki sangat mudah ditemukan di
peta potensi wisata budaya Desa nilai keaslian yang relatif tinggi. berbagai tempat lain di Sintang.
Ensaid Panjang seperti ditunjukkan Nilai keunikan kawasan sawah Karena itu kawasan perkebunan
pada Gambar 4. relatif tinggi karena proses tidak potensial untuk dikembangkan
Berdasarkan penilaian masyarakat pengolahan lahan yang masih sebagai objek atraksi wisata budaya.
kawasan sekitar rumah betang dan menggunakan sistem tradisional. Pilihan dan penilaian objek dan
pemukiman merupakan kawasan Masyarakat Ensaid Panjang tidak atraksi wisata alam pilihan
dengan potensi wisata budaya yang melakukan pengolahan tanah untuk masyarakat
paling tinggi. Pada kawasan ini menggemburkan tanah sebelum Objek dan atraksi wisata alam
terdapat rumah betang yang menjadi penanaman bibit. Perlakuan yang potensial di desa Ensaid Panjang
pusat berbagai aktifitas budaya diberikan hanya pembersihan gulma yang telah di daftar bersama

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014 19


PAWA, NURISJAH, WIBOWO

masyarakat selanjutnya di analisis menjadikan hutan rawa ini sebagai Sedangkan nilai terendah
untuk mengetahui tingkat potensi salah satu fitur alam yang memiliki ditunjukkan kawasan welcome area
yang dimilikinya. Hasil penilaian nilai keunikan yang sangat tinggi. Rumah Betang. Pada kawasan
oleh masyarakat tersebut dapat Alternatif objek wisata yang dapat welcome area rumah betang
dilihat pada Tabel 3. Sebaran objek dikembangkan adalah sesuai dengan dibutuhkan perbaikan kualitas visual
dan atraksi wisata alam tersebut kekayaan hayati di tawang ini, yaitu untuk menjadikan kawasan rumah
dapat dilihat pada Gambar 5. wisata pendidikan terkait flora dan betang menjadi lebih kawasan yang
Kawasan Bukit Rentap memiliki fauna seperti bird watching, lebih menarik.
objek wisata yang terdiri dari hutan interpretasi lingkungan atau trail. Berdasarkan hasil overlay batas
perbukitan, Air Terjun Rendung dan Sumber daya alam berupa fitur alami kawasan perencanaan wisata dengan
Tebing Rendung. Menurut Inskeep di desa Ensaid Panjang selanjutnya peta potensi wisata budaya dan alam
(1991: 79), fitur lingkungan seperti yaitu Sungai Kebiau. Penilaian dibuat peta yang mengintegrasikan
air terjun dan tebing alam penting masyarakat menyatakan bahwa potensi wisata desa Ensaid Panjang
untuk wisata pemandangan secara Sungai Kebiau memiliki potensi (Tabel 5 dan Gambar 7)
umum dan untuk wisatawan dengan wisata alam sedang. Nilai keunikan
ketertarikan khusus, misalnya panjat dari Sungai Kebiau rendah, karena 5.3 Peran Serta Masyarakat
tebing. Sebagai salah satu sumber air sungai merupakan fitur alam yang Usaha untuk merencanakan suatu
permukaan bagi desa Ensaid relatif mudah untuk di temukan di kawasan yang berkelanjutan dan
Panjang, masyarakat menganggap lokasi-lokasi lain di Kabupaten dapat meningkatkan kesejahteraan
penting untuk mengonservasi air Sintang. harus melibatkan masyarakat
terjun Rendung agar tetap lestari. Tawang Serimbak dan Tawang sebagai perencana dan pelaksana.
Air Terjun Rendung di Bukit Rentap Semilas memiliki nilai potensi wisata Menurut He et al. (2006), distribusi
merupakan potensi yang relatif besar sedang. Kondisi kawasan yang keuntungan dari pariwisata akan
untuk dikembangkan sebagai objek sedikit terpengaruh oleh aktifitas lebih merata dengan adanya
wisata karena tidak terdapat fitur pertanian masyarakat mengurangi keterlibatan masyarakat. Masyarakat
serupa di tempat lain di sekitar nilai keunikan sebagai kawasan desa Ensaid Panjang pada saat ini
kecamatan Kelam Permai. hutan rawa. Tawang Sepayan pada telah menyadari potensi desa
Keberadaan Air Terjun Rendung saat ini berada dalam kondisi rusak mereka untuk dikembangkan
dilengkapi dengan adanya Tebing akibat aktifitas perkebunan sawit sebagai desa wisata, selanjutnya
Rendung. Suasana alami dan potensi dan hanya menyisakan luasan hutan lebih mudah bagi mereka untuk
rekreasi olah raga seperti panjat dengan jumlah yang kecil. Kawasan menyesuaikan diri dengan sistem
tebing menjadikan objek ini sangat ini memiliki nilai potensi wisata kerja dalam pengelolaan wisata desa
potensial untuk dikembangkan yang rendah karena kerusakan. mereka secara mandiri. Beberapa
sebagai objek atraksi wisata. Namun Tawang Sepayan harus peluang bagi masyarakat untuk
Menurut masyarakat kawasan Bukit dipertahankan untuk menjadi berperan dalam wisata partisipatif di
Rentap memiliki nilai keunikan kawasan pendukung Tawang desa Ensaid Panjang dapat dilihat
tinggi, Bukit Rentap adalah fitur Mersibung. dilihat pada Tabel 6.
lingkungan khusus yang masih Peran serta masyarakat
memiliki hutan lebat dan 5.2.4 Kualitas Visual Objek dan yang paling penting dalam
menyimpan cadangan air yang Atraksi Wisata pengembangan wisata di desa
cukup besar. Analisis kualitas visual kawasan mereka adalah sebagai penunjuk
Bukit Rentap sangat potensial untuk desa Ensaid Panjang yang dilakukan jalan, penenun kain tenun ikat,
dikembangkan sebagai objek atraksi dengan metode SBE menghasilkan penganyam, dan pandai besi. Empat
wisata dengan tetap memperhatikan nilai-nilai yang ditampilkan Tabel 4, aktifitas ini berpotensi
nilai konservasinya yang tinggi. gambaran spasial hasil penilaian mendatangkan pendapatan yang
Kawasan Bukit Rentap memiliki tersebut dapat di lihat pada gambar besar bagi masyarakat. Keempat
kualitas visual tinggi, terutama pada 6. Berdasarkan hasil analisis visual, 6 aktifitas ini juga memerlukan
bagian atas bukit, air terjun dan titik pengamatan menunjukkan kontribusi waktu dan kerja keras
tebing. Bagian atas bukit kualitas visual yang tinggi. Kawasan besar. Aktifitas sebagai pemandu
memungkinkan pengamat untuk dengan kualitas visual tinggi jalan dan pandai dilakukan oleh pria
melihat seluruh kawasan desa tersebut terdiri dari objek dan atraksi dewasa di desa Ensaid Panjang.
Ensaid Panjang. wisata di kawasan hutan Bukit Untuk menjadi penunjuk jalan,
Tawang Mersibung memiliki potensi Rentap dan persawahan serta daerah seringkali warga harus
yang tinggi untuk dikembangkan tepian sungai Kebiau. Kualitas visual meninggalkan pekerjaannya di
sebagai objek wisata. Kondisi sedang terdapat di kawasan hutan sawah atau kebun. Karena itu
lingkungan di sekeliling Tawang mersibung, perkebunan karet dan masyarakat berharap ada
Mersibung yang didominasi oleh area sungai kebiau yang dekat kompensasi yang sesuai untuk
lahan pertanian dan perkebunan dengan pemukiman masyarakat. waktu yang mereka habiskan. Saat

20 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014


PAWA, NURISJAH, WIBOWO

ini belum ada ketetapan tarif untuk Berdasarkan klasifikasi potensi ini terdapat fasilitas pusat informasi
aktifitas ini. wisata kawasan desa, dibuat rencana umum kawasan wisata desa.
Menenun kain tenun ikat dan pengembangan kawasan wisata 3. Ruang Pelayanan
menganyam dilakukan oleh wanita desa. Ruang wisata desa Ensaid Merupakan ruang yang berfungsi
dewasa. Aktifitas ini biasanya hanya Panjang memiliki pembagian ruang memberikan kemudahan bagi
dilakukan pada waktu senggang saat sebagai berikut: wisatawan berupa fasilitas umum
tidak bekerja ke sawah atau kebun, • Zona potensi wisata tinggi; ataupun jasa. Pada ruang ini
namun memerlukan waktu yang dikembangkan sebagai ruang utama terdapat fasilitas pelayanan
relatif lama. Aktifitas ini berpotensi wisata budaya, terdiri dari tiga pengunjung seperti penginapan,
besar mendatangkan pendapatan kawasan pemukiman masyarakat, restoran, galeri seni, pusat souvenir,
tambahan dan sangat penting bagi yaitu pemukiman Dusun Ensaid camping ground.
pengembangan wisata. Aktifitas Baru, Rentap Selatan, dan Ensaid Ruang penyangga adalah ruang
memasak sangat potensial untuk Pendek. Pengembangan dilakukan yang berfungsi untuk menyangga
menjadi salah satu sumber secara terbatas untuk (konservasi) kawasan desa wisata
pendapatan masyarakat. Penyajian mempertahankan keaslian karakater dari aktivitas wisata, sebagai tempat
makanan-makanan khas dan tradisional kawasan. aktifitas budaya masyarakat serta
penggunaan bahan makanan lokal • Zona potensi wisata sedang; untuk mempertahankan kelestarian
dapat menjadi nilai lebih bagi dikembangkan sebagai ruang utama lingkungan sekaligus
program wisata di Ensaid panjang. wisata alam, terdiri dari kawasan mempertahankan fungsi kawasan
Penyediaan homestay dapat persawahan, hutan rawa dan hutan sesungguhnya. Gambar rencana tata
dilakukan oleh semua keluarga perbukitan. Pengembangan kawasan ruang kawasan desa wisata Ensaid
yang ada dirumah betang. Kegiatan dilakukan secara terbatas dengan Panjang dapat dilihat pada Gambar
ini sangat potensial untuk tujuan untuk memanfaatkan potensi 7.
mendatangkan pendapatan tanpa yang ada dengan tetap Rencana Sirkulasi
menghabiskan waktu dan kerja mempertahankan sumber daya alam Sistem sirkulasi adalah
keras. yang terdapat di dalamnya. infrastruktur yang menyediakan
• Zona potensi wisata rendah; akses "ke" dan "dari" tapak. Konsep
5.4 Pengembangan Aktifitas dan terdiri dari kawasan perkebunan rencana sirkulasi wisata desa Ensaid
Fasilitas karet, perkebunan sawit, semak dan Panjang terdiri dari:
Fasilitas wisata dalam suatu ladang masyarakat. Zona potensi 1. Sirkulasi primer, jalur
kawasan wisata adalah salah satu wisata rendah dikembangkan sirkulasi yang menghubungkan
bagian penting yang harus di survey sebagai ruang pendukung aktifitas ruang-ruang utama wisata. Sirkulasi
dan di evaluasi dengan wisata dan ruang penyangga. Ruang primer memiliki lebar 4-6 meter.
mempertimbangkan tipe, jangkauan, pendukung aktifitas wisata terdiri 2. Sirkulasi sekunder
dan kesesuaian pada saat ini dan di dari merupakan sirkulasi dalam ruang
masa depan terhadap tingkatan dan 1. Ruang penerimaan adalah yang menghubungkan objek-objek
tipe wisata yang dikembangkan ruang pertama yang dimasuki wisata. Sirkulasi ini berupa jalan
(Inskeep 1991: 111). Pengembangan wisatawan ketika berkunjung pada kecil dan jalan setapak dengan lebar
fasilitas wisata harus didasarkan kawasan wisata desa Ensaid 1-2 meter.
pada aktifitas wisata yang akan di Panjang, berfungsi sebagai tempat 3. Sirkulasi air, adalah jalur
kembangkan. Aktifitas wisata masuk menuju kawasan wisata sirkulasi yang memanfaatkan jalur
diarahkan pada aktifitas yang budaya. Ruang penerimaan terdapat sungai dengan lebar 4-6 meter
bersifat mengajak pengunjung pada dua area, hal ini dikarenakan sebagai jalur wisata. Jalur ini dapat
terlibat langsung dalam berbagai terdapat dua akses masuk menuju ditempuh dengan menggunakan
atraksi wisata agar memperoleh kawasan wisata ini. Akses dari arah sampan.
pengalaman baru yang timur melalui desa Baning Panjang Rencana sirkulasi kawasan wisata
menyenangkan sehingga dan dari arah barat melalui desa desa Ensaid Panjang dapat dilihat
pengunjung memiliki keinginan Merpak. Akses dari arah Baning pada Gambar 8.
untuk menjaga dan melestarikan Panjang dijadikan ruang penerimaan 5.5.3 Rencana Lanskap
kekayaan budaya dan sumber daya utama, pada ruang ini dibangun Konsep utama rencana
alam lingkungan Desa Ensaid gerbang dan pintu masuk area pengembangan dan penataan
Panjang. Arahan pengembangan wisata Desa Wisata Ensaid Panjang. kawasan desa Ensaid Panjang adalah
aktifitas wisata dapat dilihat pada 2. Ruang Transisi Merupakan "Lanskap Desa Wisata dan
Tabel 7. ruang persiapan di dalam kawasan Pelestarian Budaya Dayak Desa
menuju ruang utama desa wisata, Partisipatif". Konsep ini
55. Perencanaan Lanskap Wisata serta sebagai penunjang aktivitas dilaksanakan dengan keterlibatan
Partisipatif wisata pasif yang direncanakan di masyarakat lokal secara maksimum
Konsep Ruang Wisata dalam kawasan wisata. Pada ruang dengan menekankan pada

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014 21


PAWA, NURISJAH, WIBOWO

sungai.

3. Masyarakat Ensaid Panjang


mendukung pengembangan wisata
di desa mereka dengan keinginan
untuk ikut berperan serta menjadi
bagian dari atraksi wisata dan
menjadi pendukung aktifitas wisata.

4. Konsep rencana pengembangan


dan penataan kawasan desa wisata
Ensaid Panjang adalah "Lanskap
Desa Wisata dan Pelestarian Budaya
Dayak Desa Partisipatif". Konsep ini
dilaksanakan dengan keterlibatan
masyarakat lokal secara maksimum
dengan menekankan pada
pentingnya keuntungan bagi
komunitas serta kelestarian budaya
Gambar 8 Rencana tata ruang kawasan
setempat untuk pengembangan
pentingnya keuntungan bagi sampaikan, dapat disimpulkan wisata.
komunitas serta kelestarian budaya sebagai berikut:
setempat untuk pengembangan Saran
1. Kawasan adat desa Ensaid
wisata. Panjang terdiri dari zona keramat
Perencanaan tapak yang seluas 2,64 ha (0,04%), zona 1. Kawasan Ensaid Panjang
baik akan membawa ketertiban dan perlindungan alam seluas 919,46 ha memerlukan perlindungan kawasan
harmoni pada lingkungan (15,66%), dan zona pemanfaatan hutan mereka secara hukum formal
terbangun. Konsep rencana secara seluas 4948,1 ha (84,29%). yang mengikat agar tidak terjadi
spasial mengorganisasikan pelanggaran oleh pihak luar.
bangunan-bangunan, sistem
2. Potensi wisata desa Ensaid
sirkulasi, dan ruang terbuka pada panjang terdiri dari potensi wisata 2. Masyarakat sebagai pelaksana
tapak (LaGro Jr. 2008:251). Hasil budaya berupa arsitektur tradisional pariwisata di desa Ensaid Panjang
perencanaan kawasan wisata Desa rumah betang, pemukiman membutuhkan peningkatan
Ensaid Panjang dapat dilihat pada masyarakat dan beragam budaya kapasitas sumber daya manusia
Gambar 9. tradisional, seni dan sastra, serta yang berhubungan dengan
potensi wisata alam berupa kawasan pariwisata.
SIMPULAN
hutan perbukitan, hutan rawa, serta
Berdarkan pembahasan yang telah di fitur alami seperti air terjun dan
3. Masyarakat membutuhkan
pendampingan oleh berbagai pihak
yang berkompeten untuk
membimbing mereka dalam
pengembangan kegiatan wisata
mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Armayadi D, Agustinus. 2011.
Pengembangan Hutan Desa di
Ensaid Panjang, Pontianak: PRCF
Indonesia.
Daniel TC dan Boster RS. 1976.
Measuring landscape esthetics:
The scenic beauty estimation
method. USDA.
Geilfus F. 2008. 80 Tools For Participatory
Development. San Jose: Inter-
American Institute for
Cooperation on Agriculture
(IICA).
Gambar 10 Rencana lanskap wisata Desa Ensaid Panjang

22 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014


PAWA, NURISJAH, WIBOWO

Gunn CA. 1994. Tourism Planning,


Basics, Concepts, Cases. USA:
Taylor and Francis.
Halpern, C. (2009). Creative Destruction
and Participatory Tourism
Planning in Rural British
Columbia : The Case of Salt
Spring Island by.
Hashim, H. (n.d.). Cultural landscape
values of a rural landscape :
Perception of outsiders and
tourists, January 2011.
He G, Chen X, & Liu W. (2008).
Distribution of Economic Benefits
from Ecotourism : A Case Study
of Wolong Nature Reserve for
Giant Pandas in China, No. 42
1017–1025.
Inskeep E. 1991. Tourism Planning. An
Integrated and Sustainable
Development Approach. VNR
Tourism and Commercial
Recreation Series. New York :
Van Nostrand Reinhold.
LaGro JrAL. 2008. Site Analysis A
Contextual Approach to
Sustainable Land Planning and
Site Design (Second Edi.).
Ling RSIAJ. 2011. The PRA Tools for
Qualitative Rural Tourism
Research. Systems Engineering
Procedia 1 (2011) 392–398.
McCarthy JF. 2001. Decentralisation and
forest management in Kapuas
District, Central Kalimantan.
Bogor: Center for International
Forestry Research.
Pramono, A. H., Harizajuddin, & Abidin,
S. (2013). Task 4 : Panduan
Penataan Batas Desa secara
Partisipatif Support Services for
Land Use Planning , District
Readiness , Strategic
Environmental Assessment and
Related Preparatory Activities for
the Green Prosperity Project in
Indonesia.
Stepanus J. 2009. Rencana Pengembangan
Dan Penataan Lanskap Kawasan
Wisata Berkelanjutan Kabupaten
Sintang Propinsi Kalimantan
Barat. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Unesco. 1992. The Rio Declaration On
Environment and development
(1992) Preamble. Rio de Janeiro.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Desa.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014 23

You might also like