You are on page 1of 15

69

Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80, 2019

PERMUKIMAN TRADISIONAL DI KAWASAN LANSKAP


PANTAI DI SENDIKI, DESA TAMBAKREJO KECAMATAN
SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG

Irawan Setyabudi dan Petrus Paulus Pain Pati


Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Abstract
Traditional settlements are places that still hold customary and cultural values
related to beliefs or religion that are specific or unique to a particular society. In each
region of Nusantara there are various cultures, and in it there are traditional
settlements as identities. This research is located in the Sendiki beach area which is a
tourist attraction in the southern Malang district, precisely in the village of
Tambakrejo. The problem is the diminishing public awareness in preserving the
existence of settlement forms because of the current of modernization. The unique
settlement pattern model in the village of Tambakrejo lined up along the road
following the traditional settlement pattern of Tanean Lanjeng, because the
settlements were dominated by Madura race. On the other hand because it is located
in East Java, the formation of his house was also adapted to the building form of
joglo. Another problem is the low public awareness in maintaining environmental
quality which impacts the degradation of ecosystem quality. The aims of this research
include identifying the architectural forms of houses, landscapes and traditional
settlements in the village of Tambakrejo, as an effort to preserve them. The research
method was conducted qualitatively by analyzing the data using Focus Group
Discussion (FGD). The research thinking is adapted to the ideas of Rapoport. The
stages of research start from the identification of physical, biophysical, socio-cultural
and economic aspects, to the description of analysis and synthesis in settlement
patterns and traditional homes. The results obtained in the form of a description of
traditional settlement patterns, the formation of residential architecture and landscape
patterns of settlements. The conclusions of this study include documentation of
traditional architecture, landscapes and settlements as knowledge to respect the
natural environment and culture of the people living.

Keywords: Coastal landscape area; Sendiki beach; Tambakrejo Village; traditional


settlements; Malang
70

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80

Pendahuluan daratan (+47.220 km²) dan memiliki garis


pantai sepanjang sekitar 2000 km yang
Indonesia adalah negara aktif dan berpotensi.
kepulauan yang memiliki garis pantai
Wilayah pantai Sendiki adalah
yang panjang dan memiliki karakteristik contoh salah satu pantai di Kabupaten yang
unik. (Van Der Zanden dan Rodie,
Malang yang memiliki permasalahan
2008). Kawasan laut dan pesisir di Jawa lingkungan, seperti akses sirkulasi yang
Timur memiliki luas sekitar dua kali luas
kurang layak dan dapat mengganggu

aktivitas pelaku pengunjung, rusaknya masyarakat tradisional yang memiliki


habitat terumbu karang sebagai rumah lingkungan masih selaras dengan alam.
bagi biota laut, dan adanya pengikisan Rumah yang memiliki arsitektur khas
pantai atau abrasi. Hal tersebut tradisional sesuai dengan budaya
berkiatan dengan aspek ekowisata masyarakat tersebut, yaitu suku Madura
seperti konservasi alam, sosial budaya yang tinggal di kawasan pantai Sendiki.
dan ekonomi masyarakat setempat serta Keunikannya adalah adaptasi bentukan
pendidikannya. rumah Madura namun ada di Malang
Masyarakat setempat masih Selatan. Permasalahannya adalah secara
dapat dikategorisasikan sebagai mikro, eksistensi aksen tipologi rumah

Gambar 1. Peta Kabupaten Malang

Gambar 2. Lokasi Penelitian


71

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80


akan tergeser tidak lagi menjadi rumah Kabupaten Malang, Jawa
tradisional karena masuknya berbagai Timur terdapat 3 Dusun atau
budaya yang masuk karena open-mind Dukuh yang membawahi Desa
sebagai daerah wisata, dalam konteks Tambakrejo tersebut, yakni
meso-makro, atau lingkup lanskap dan Sendang biru, Tamban dan
permukiman dampaknya akan lebih Tambakrejo. Dari ketiga
luas lagi. dusun atau dukuh tersebut
Kajian ini bermaksud masing-masing memiliki
mengidentifikasi dan merekam potensi alam dan sumber daya
bentukan arsitektur dan lingkungan alam yang berbeda dan
masyarakat Kawasan Pantai Sendiki dijadikan sebagai industri
agar menjadi pembelajaran dan dapat pariwisata yaitu berupa pantai.
digunakan secara turun-temurun. Dusun Sendang Biru memiliki
obyek wisata pantai yakni
Metode Penelitian Pantai Sendang Biru, Dusun
Tamban memiliki obyek
Lokasi penelitian berada di
wisata pantai berupa Pantai
pantai Sendiki Desa
Tamban Indah dan Pantai
Tambakrejo, Kabupaten
Sendiki, sedangkan Dusun
Malang. Metode penelitian
Tambakrejo memiliki obyek
dilakukan secara kualitatif,
wisata berupa Pantai Sendiki
dengan analisis data melalui
yang dijadikan sebagai lokasi
Focus Group Discussion
penelitian.
(FGD). Hasil diskusi tersebut
Mayoritas penduduk di
melahirkan konsep pemikiran
ketiga dusun tersebut berbeda,
tentang permukiman
didusun sendang biru,
tradisional yang dituliskan
mayoritas penduduknya yakni
secara deskriptif. Tahapan
suku Bugis dan sebagian suku
penelitian dilakukan dengan
Madura, di dusun Tamban
persiapan awal, identifikasi
mayoritas penduduknya adalah
fisik, biofisik, sosial, budaya
penduduk asli setempat yakni
dan ekonomi. Hasil analisis
dari Desa Sitiarjo dan Desa
berupa identifikasi pola
Tambakrejo, sedangkan di
permukiman tradisional,
Dusun Tambakrejo itu sendiri
lanskap dan arsitektur rumah
mayoritas penduduknya yakni
tinggal.
berasal dari suku Madura dan
sebagian penduduknya adalah
penduduk atau masyarakat
Hasil dan Pembahasan
pendatang yang telah lama
Berdasarkan hasil bermukim disusun
penelitian yang dilakukan Tambakrejo tersebut serta
bahwa Desa penduduk asli Desa
Tambakrejo kecamatan Tambakrejo. Adapun Pola
Sumbermanjing sosialisasi atau pemukiman
Wetan tersebut didasarkan atas
pelakunya, yaitu laki-laki,
72

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80


perempuan dan anak-anak. masyarakat Tambakrejo secara umum
Aktivitas bersama yang terjadi adalah tanean, teras atau emper, ruang
antara lain antara sesama depan atau balai, dapur, langgar, dan
ruang
antar

Gambar 3. Lay out dukuh Tambakrejo, Desa Tambakrejo

Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang

perempuan, perempuan dan bangunan.


anak-anak atau aktivitas
mengasuh, aktivitas bersama Dalam skala permukiman,
antara sesama laki-laki, masjid, jalan, warung menjadi ruang
aktivitas bersama semua (laki- bersama pada waktu tertentu. Pola
laki, perempuan, dan anak- permukiman yang terjadi di Dukuh
anak), dan aktivitas bersama. Tambakrejo yakni pola Tanean Lanjeng
Pola permukiman lanskap yang mana pola tersebut mengikuti
yang terjadi di dukuh arah jalan atau berderet, tanean
Tambakrejo Desa Tambakrejo merupakan ruang bersama pada
Kabupaten Malang yakni masyarakat Madura. Tanean Lanjeng
mengadopsi pola permukiman merupakan bentuk pemukiman
suku madura perantauan yakni tradisional masyarakat Madura terdiri
(Madura Medalungan) yang atas kumpulan rumah dari beberapa
membawa tradisi berhuninya keluarga masih terikat dalam satu sanak
ke daerah yang baru. Salah keluarga. Jarak antara satu rumah
lokasi perantauan masyarakat dengan rumah lainnya pun cukup dekat,
Madura di Jawa Timur adalah hanya dibatasi oleh pekarangan.
dukuh Tambakrejo, selain itu Tanean Lanjeng terjadi karena
juga dapat ditemukan di Kota sejumlah rumah di tata berjajar dengan
Malang yaitu permukiman rumah induk yang berada di tengah-
daerah Buring, juga tengah komplek.
mengadopsi dari Madura Umumnya, rumah utama ini ditandai
Medalungan. Dengan perbedaan latar dengan bentuk hiasan balok nok di atap
lingkungan alam dan budayanya, ruang berupa jengger ayam dengan posisi
bersama masyarakat perlu ditelaah. berhadap-hadapan seperti konfigurasi
Hasil telaah menunjukkan bahwa batu nisan pada sebuah makam. Hiasan
dengan adanya penyesuaian dengan model ini sebagai refleksi diri penghuni
kondisi lokal, ruang bersama
73

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80


rumah pada kematian. Rumah utama Proses terbentuknya
ini ditempati oleh orang tertua pada pola permukiman
keluarga. Orang tua ini memiliki istilah Tanean Lanjeng
kepala somah. Analogi raja kecil,
Awal terbentuknya
kepala somah adalah yang menguasai
rumah induk disebut dengan
semua kebijakan keluarga, seperti
tonghuh atau rumah leluhur
masalah perkawinan yang akan
suatu keluarga. Tonghuh
dilakukan. Penyusunan rumah disusun
dilengkapi dengan kandang,
berdasarkan tingkatan dalam keluarga.
langgar, dan dapur. Apabila
Arah Barat sampai timur adalah arah
sebuah keluarga memiliki
yang menunjukkan urutan dari tua
anak yang sudah berkeluarga,
hingga muda. Ikatan kekeluargaan
khususnya anak perempuan,
menjadi sangat erat berkat
maka orang tua harus
diberlakukan sistem tersebut,
membuatkan rumah bagi anak
sedangkan hubungan antar kelompok
perempuan. Penempatan
cenderung menipis, karena letak
rumah untuk anak perempuan
pemukiman yang diaspora terpisah oleh
berada pada posisi di sebelah
karena luasnya tanah Madura dan
timur. Kelompok pemukiman
sedikitnya penduduk. Di sisi lain, ujung
yang demikian disebut
paling barat merupakan letak musholla
pamengkang, begitu juga bila
atau langgar. Sementara itu susunan
generasi berikutnya Bentuk
barat hingga timur terletak rumah orang
demikian terus menerus
tua, anak anak, cucu hingga cicit dari
berkembang dari waktu ke
keturunan dari pihak wanita. Kelompok
waktu.
keluarga seperti itu disebut sebagai
koren atau rumpun bambu. Istilah Jika susunan ini terlalu
tersebut sesuai karena satu koren panjang, maka susunan
berarti satu keluarga inti. Rumah adat berubah menjadi berhadapan.
Madura hanya memiliki satu pintu di Urutan susunan rumah tetap
bagian depan. Hal tersebut dimulai dari ujung barat
dimaksudkan agar pemilik rumah dapat kemudian berakhir di ujung
memeriksa aktivitas keluar masuk timur. Pertimbangan ini
anggota keluarga. Pintu tersebut dihiasi dikaitkan dengan terbatasnya
ukiran-ukiran asli Madura, dengan lahan pertanian, sehingga
komposisi hijau dan merah yaitu sebisa mungkin tidak
lambang kesetiaan dan perjuangan mengurangi lahan pertanian
pahlawan. Sebuah gambar lukisan yang ada. Jadi, untuk
bunga juga biasanya menghiasi dinding mengidentifikasi satu alur
bagian depan rumah. Lukisan tersebut keturunan dapat dikenali
seperti melambangkan keharmonisan melalui susunan penghuni
keluarga. Bagian dalam rumah berdiri 4 rumahnya. Generasi
buah kolom penyangga menggunakan terpanjang dapat dilihat
kayu Jati. Kolom-kolom ini terhubung sampai dengan lima generasi
satu dengan lainnya, sehingga yaitu di tanean Lanjeng. Posisi
membentuk yang disebut dengan pilar tonghuh selalu ada di ujung
pasarean. barat sesudah langgar.
74

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80


merupakan suatu usaha keberlanjutan.
Langgar selalu berada di ujung barat Begitu pula dalam keberadaan ruang
sebagai akhiran masa bangunan yang bersamanya, yang mengalami
ada. penyesuaian.
Susunan rumah tersebut selalu Namun untuk di Dusun
berorientasi utara ke selatan. halaman Tambakrejo permukiman Tradisonal
di tengah inilah yang disebut tanean Suku Madura dalam hal ini bentuk
lanjeng. hunian berupa rumah tradisional telah
Pada saat masyarakat Madura di kombinasikan dengan budaya Jawa
perantauan, mereka membawa tradisi Timur dikarenakan bentuk hunian suku
berhuni dan mengadaptasi latar madura bersumber atau berakar dari
lingkungan alam dan lingkungan kebudayaan masyarakat Jawa sehingga
budayanya. Dengan adanya adaptasi bentuk hunian trdaisonal suku madura

Gambar 5. Perspektif Tanean Lanjeng Sumber : rumah Adat Madura /


wisatamadura.or.id
dengan latar lingkungan dan budaya, di modifikasi dengan menerapakan
permukiman di Dusun Tambakrejo bentuk hunian tradisional masyarakat
Desa Tambakrejo Kabupaten Malang Jawa yakni rumah Joglo.
memiliki perbedaan dengan yang ada di
Madura. Pengadaptasian tersebut
75

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80


Elemen Pembentuk Lanskap masyarakat Desa Tambakrejo,
Elemen pembentuk lanskap pada khusunya Dusun
permukiman Dukuh Tambakrejo Desa
Tambakrejo Kabupaten Malang yakni
meliputi sumber daya alam dan sumber
daya budaya. Sumber daya alam
misalnya sungai dan laut, vegetasi,
tanah lahan pertanian dan perkebunan,
hutan, bangunan, jalan atau akses dan
iklim. Sedangkan sumber daya budaya
berupa adanya ritual petik laut dan
syukuran nelayan.

Pola Tata Ruang


Permukiman Tradisional
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan bahwa pola tata ruang yang
ada pada permukiman tradisonal Desa
Tambakrejo Kecamatan
Sumbermanjing wetan Kabupaten
Malang yakni berupa tata ruang makro,
tata ruang mikro dan tata ruang meso.
a. Tata Ruang Makro
Ruang makro adalah
ruang lanskap yang
mendukung pada seluruh
kehidupan masyarakat berupa
ruang hutan, ruang
pemukiman, ruang pertanian
dan perkebunan, dan ruang
peternakan. Ruang hutan
berada pada lahan dengan
tofografi dataran rendah dan
dataran tinggi. Ruang
pemukiman adalah ruang
dimana tempat bermukim
masyarakat Desa Tambakrejo,
khusunya Dusun Tambakrejo.
Ruang pertanian berupa sawah,
ladang dan perkebunan yang
ada di sekitar lokasi
pemukiman msyarakat sekitar.
Sedangkan untuk peternakan,
76 A E
A
D F
C
B
I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80
Tambakrejo menggunakan
kandang dan jarang untuk

Kebun tebu, sengon dan sawah di lokasi tapak

Gambar 6. Tata ruang makro

Keterangan :
A= Ladang/sawah
B= Kebun Tebu
C= Sungai
D= Makam
E= Hutan Sengon
F= Arsitektur Tradisional
G= Laut
melepas ternaknya di berada
diluar kandang.
77

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80


b. Tata Ruang Meso . Untuk pola permukiman dan
Ruang meso
merupakan bagian dari ruang penyebaran rumah atau hunian di
makro yang terdiri dari Dukuh Tambakrejo desa Tambakrejo
lingkungan permukiman sebagian besar berkelompok mendekati
masyarakat, ruang ini terdiri sumber mata pencaharian atau dekat
dari elemen-elemen lahan pertanian dan mengikuti pola
pembentuk lanskap linier atau berderet disepajang jalan
pemukiman yaitu, hardscape mengikuti pola jalan di wilayah
berupa bangunan hunian dan tersebut. Jarak antar rumahpun tidak
jalan atau akses serta kuburan terlalu jauh dan saling berdekatan yang
umum dan softscape berupa hanya di pisahkan oleh pekarang atau
vegetasi, sungai dan laut halaman.
78

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80

Gambar 7. Elemen pembentuk lanskap pada tata ruang meso Gambar 8.


Denah bentuk tata ruang meso
Keterangan :
A= Akses menuju desa Tambakrejo
B= Makam
C=Permukiman warga dan berarsitektur tradisional
D= Sungai
E= Vegetasi
F= Laut

c. Tata Ruang Mikro 1. Pendopo


79

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80

A E
D
B C

Ruang mikro adalah bagian dari Tidak seperti rumah ruang permukiman
masyarakat yang gadang, joglo memiliki ruang meliputi bagian pekarangan rumah
dan terbuka di bagian depan rumah bentuk rumah. Bentuk tata ruang dari yaitu
pendopo. Desain terbuka rumah masyarakat dukuh Tambakrejo, yang diterapkan
merupakan Desa Tambakrejo Kecamatan simbol penyatuan dengan alam
Sumbermanjing Wetan Kabupaten sekitar. Meski demikian tidak Malang mengikuti
bentuk kepercayaan sembarang orang boleh melintasi dan filosofi dari rumah
tradisional pendopo untuk masuk ke dalam madura yang kemudian dikombinasikan
rumah. Ada jalan masuk dan dengan rumah tradisonal Jawa yakni keluar rumah
khusus yang rumah tradisonal Joglo yakni pendopo, letaknya terpisah dari pendopo.
pringgitan dan dalem (ruang utama), Fungsi pendopo dalam rumah sentong, gandhok.
Pembagian zonasi joglo antara lain tempat ruang dalam sebuah rumah yakni dengan
menerima tamu, mengadakan menyesuaikan banyaknya anggota pertemuan, upacara
adat, dan keluarga yang tinggal di dalamnya. menggelar kesenian dan hiburan Bentuk
dan fungsi pembagian tata ruang seperti tarian dan wayang kulit.
pada rumah tradisional masyarakat Jawa yaitu
sebagai berikut :

2. Pringgitan Ruangan ini adalah bagian utama


Ruangan ini rumah joglo. Digunakan sebagai tempat
merupakan penghubung pendopo dan berkumpul anggota keluarga
rumah dalam. Bagian ini untuk bersantai dan bercengkerama.
dipergunakan tempat pertunjukan Selain omah njero terdapat omah mburi,
wayang kulit. Wayang dalam bahasa dan dalem ageng.
Jawa juga disebut ringgit. Maka dari
kata ringgit muncul istilah 4. Sentong
pringgitan. Sentong merupakan
tempat beristirahat atau kamar bagi
3. Dalem (ruang utama)
80

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80


keluarga penghuni rumah. Sentong c. Sentong Tengah
terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu: Bagian ini dianggap sakral bagi
a. Sentong Tengen masyarakat Jawa Timur. Biasanya
Sentong tengen atau kamar yang ruang tengah diberi penerangan berupa
berada di bagian kanan merupakan pelita yang menyala sepanjang waktu.
bagian untuk kamar keluarga atau Di dalamnya terdapat cermin dan sisir
anakanak. Selain untuk kamar tidur, dari tanduk binatang serta memiliki
tempat ini sebagai tempat menyimpan hiasan berupa keris.
bahan makanan.
b. Sentong Kiwo 5. Gandhok
Selain sentong tengen, Selain rumah utama, ada
joglo Situbondo mempunyai bangunan tambahan
sentong kiwo di sebelah kiri. memanjang di bagian belakang yang
Bagian ini digunakan sebagai disebut gandhok.
tempat tidur orang tua atau Bagian ini digunakan tempat
kerabat sesepuh. Ruangan ini penyimpanan barang atau bahan
biasanya terhubung dengan makanan.
ruang belakang yang
memisahkan dengan dapur.

A B C

Gambar 9. Denah rumah joglo rakyat biasa

Keterangan
1. Pendapa
2. Pringgitan
3. Omah Njero : a. Sentong kiwa b. sentong tengen c. Senthong tengah 4. Gandhok
81

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80

1 1
2

1 1
3
1 1
4 4
1 1

1 1
C
1 1
A B
1 1

Gambar 10. Denah rumah joglo bangsawan

Keterangan
1. Pendapo
2. Pringgitan
3. Omah Njero : a. Sentong kiwa b. sentong tengen c. Senthong tengah
4. Gandhok

Pendhopo Pringgitan

Dalem (ruang Utama) Sentong

Gandhok

Gambar 11. Bagian ruang mikro rumah tradisional jawa yang di


adaptasi masyarakat kawasan pantai sendiki
82

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80

A B C

A. Balai dusun yang merupakan


ruang bersama masyarakat Dusun
Tambakrejo Desa Tambakrejo

B. Kandang ternak masyarakat


Dukuh Tambakrejo, Desa
Tambakrejo

C, Aula yang digunakan masyarakat


sebagai ruang bersama untuk
kegiatan yang dilakukan oleh Desa

Gambar 12. ruang bersama masyarakat Dusun Tambakrejo,


Desa Tambakrejo
Lanjeng terdapat balai dusun
Yang menjadi dan aula di bagian barat
keunikan pada pemukiman pemukiman yang dijadikan
tradisional Dukuh ruang bersama masyarakat
Tambakrejo ini yakni di ketika ada acara bersih desa
tengah-tengah permukiman atau acaraacara lainnya seperti
warga yang berderet sepanjang syukuran nelayan dengan
jalan dengan bentuk hunian bentuk bangunannya yakni
seperti rumah tadisional rumah joglo, sedangkan untuk
Madura yakni tanenan kandang ternak terdapat di
83

I. Setyabudi dan P.P. Pain Pati/ Buana Sains Vol 19 No 1 : 69-80


bagian belakang pemukiman Hastijnti, 2005. Pengaruh ritual corak
warga yang mana tidak terhadap permukiman Tradisional
mengadopsi sepenuhnya pola Madura. Jurusan Teknik
hunian tanenan Lanjeng yang Arsitektur,
mana di bagian depan rumah Fakultas Teknik Sipil dan
terdapat kandang ternak. Perencanaan – Universitas
Kristen Petra.
http://puslitpetra.ac.id/puslit/jour
nals/.
Kesimpulan
Sasongko, I. 2005. Struktur Ruang
Pola ruang sosial atau permukiman
Permukiman Karangsalah dan
tradisional pada masayarakat Dusun
Segenter di Desa Bayan. Jurnal
Tambakrejo sangat di pengaruhi oleh
Dimensi Teknik Arsitektur. 20 (1)
kondisi lingkungan seperti kondisi fisik
: 16-25.
lingkungan maupun kondisi nonfisik
lingkungan seperti iklim, vegetasi, mata Wiryoprawiro, Z. M. 1986.
pencaharian masyarakat dan struktur Arsitektur Tradisional
ruang permukiman selain itu di Madura Sumenep dengan
pengaruhi pula oleh kecendrungan Pendekatan Historid dan
aktifitas bersama masyarakat dalam Deskriptif, Surabaya:
keseharianya, sehingga berpengaruh Laboratorium Arsitektur
pula pada intensitas pengguna ruang Tradisional, FTSP-ITS.
bersama seperti ruang makro, meso dan
mikro, yang mana pada permukiman
tradisional sedikit mengalami
perubahan dari pola tradisional suku
Madura ke pola tradisional masyarakat
setempat yakni pada ruang peternakan
(kandang) yang mana ruang peternakan
(kandang) pada pola permukiman
tanean Lanjeng berada di bagian depan
hunian sedangkan pada pola
permukiman masyarakat setempat
ruang ternaknya (kandang) berada di
bagian belakang permukiman.

Daftar Pustaka
Burhan, I., Antariksa, & Meidiana, C.
2008. Pola Tata Ruang
Permukiman Tradisional
Gampong Lubuk Sukon,
Kabupaten Aceh Besar,
Arsitektur e – Journal, Volume1
Nomor 3, November 2008.

You might also like