You are on page 1of 6

Strategi Pengembangan Pendidikan Konservasi

STRATEGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KONSERVASI PADA MASYARAKAT SUKU


TENGGER DI DESA ENCLAVE TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

(Strategy on the Development of Conservation Education for Tengger Tribe Community in Enclave
Village, Bromo Tengger Semeru National Park)

TRI SAYEKTININGSIH1), RESTI MEILANI2) DAN E.K.S. HARINI MUNTASIB2)


1)
Program Sarjana, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Kampus
Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
2)
Bagian Rekreasi Alam dan Ekowisata, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan
IPB, Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia

Diterima 15 Desember 2007/Disetujui 20 Februari 2008

ABSTRACT

The paper outlines the characteristics and local needs of Tengger Tribe community lived in enclave village of Bromo Tengger Semeru National
Park (BTSNP), conservation education conducted for the community, and the needs for developing a strategy of conservation education development for the
community to balance their interaction with and the use of BTSNP resources. The research was aimed at determining strategy of conservation education
development for the Tengger Tribe community. Data was colected using literature study, interview and observation methods. The research resulted in the
main strategy on the development of conservation education for Tengger Tribe community in the enclave village of BTSNP. Considering the strengths,
weaknesses, threats, and opportunity occured for developing conservation education for the community, the author suggested that the main strategy should
be to implement traditional wisdom based conservation education which focus on skills improvement in local resources management.

Keywords: Bromo Tengger Semeru National Park, Tengger Tribe, conservation education, traditional wisdom, skill improvement.

PENDAHULUAN oleh TNBTS lebih banyak diberikan melalui kegiatan


penyuluhan, baik secara formal maupun non formal. Balai
Dataran tinggi Bromo Tengger Semeru ditetapkan TNBTS belum memiliki program pendidikan konservasi
menjadi taman nasional melalui Surat Keputusan Menteri yang khusus bagi masyarakat enclave, sehingga seringkali
Kehutanan Nomor: 278/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997. pesan konservasi tidak tersampaikan dengan baik kepada
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) masyarakat. Pendekatan khusus atau strategi
merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang pengembangan pendidikan konservasi yang spesifik bagi
memiliki kekhasan berupa fenomena alam yang unik yaitu masyarakat suku Tengger perlu dikembangkan dengan
kaldera di dalam kaldera. Keberadaan TNBTS memberikan memperhatikan karakteristik, kebiasaan dan kebutuhan
fungsi dan manfaat bagi masyarakat pada desa enclave lokal masyarakat, sehingga program-program pendidikan
maupun desa-desa lainnya di sekitar kawasan. konservasi bagi masyarakat menjadi tepat sasaran.
Desa enclave di TNBTS, Desa Ngadas dan Desa Ranu
Pani, dihuni oleh masyarakat suku Tengger yang homogen
dalam kehidupan ekonomi, sosial maupun budaya. METODE PENELITIAN
Interaksi antara masyarakat dengan kawasan TNBTS tidak
Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan
dapat dihindari dengan tinggalnya masyarakat dalam desa
September 2007, berlokasi di Desa Ngadas, Kecamatan
enclave di dalam kawasan TNBTS. Ketergantungan yang
Poncokusumo, Kabupaten Malang dan Desa Ranu Pani,
tinggi terhadap kawasan, tingkat pendapatan yang rendah,
dan kecenderungan memilih pekerjaan yang dapat Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Alat dan bahan
menghasilkan keuntungan dalam waktu singkat mendorong yang digunakan adalah recorder, kamera, panduan
wawancara, kuisioner, dan masyarakat Desa Ngadas dan
masyarakat melakukan interaksi yang dapat mengancam
Ranu Pani.
kelestarian kawasan, seperti perambahan lahan.
Pengambilan data dilakukan dengan cara studi pustaka
Pemanfaatan potensi TNBTS oleh masyarakat harus
diimbangi oleh kegiatan pelestarian kawasan tersebut yang (meliputi: karakteristik masyarakat di Desa Ngadas dan
salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan Ranu Pani, kondisi fisik dan biologi TNBTS, kebijakan
pendidikan konservasi TNBTS, dan program-program
konservasi. Penyampaian pesan konservasi yang dilakukan
pendidikan konservasi yang telah, sedang, dan akan

32
Media Konservasi Vol. 13, No. 1 April 2008 : 32 ± 37

dilaksanakan oleh TNBTS), wawancara terpandu meliputi: (kamu), paran (apa). Dalam masyarakat berlaku dua salam,
pengelola, masyarakat yang terdiri dari anak-anak dengan yaitu salam yang mendapat pengaruh Hindu yakni ³Om
kelas umur 5-12 tahun, remaja dengan kelas umur 13-20 Swastyastu´ GDQ VDODP \DQJ EHUVLIDW DGDW yakni ³Hong
tahun, dewasa muda dengan kelas umur 21-40 tahun, Ulun Basuki Langgeng´
dewasa menengah dengan kelas umur 41-60 tahun, dan tua Ciri masyarakat Tengger lainnya adalah penggunaan
dengan kelas umur >60 tahun. Kegiatan wawancara juga sarung oleh hampir semua masyarakat mulai usia muda
dilakukan terhadap tokoh masyarakat dan para pihak sampai tua, laki-laki dan perempuan. Sarung dipercaya
(meliputi: lembaga pendidikan, LSM, dan mahasiswa). memiliki fungsi untuk mengendalikan perilaku dan ucapan
Cara pengambilan data lainnya adalah melalui kuisioner dan masyarakat, selain fungsinya untuk menahan udara dingin
pengamatan lapang. di pegunungan. Kesenian campur sari dan jaranan masih
Tahapan pengolahan data dilakukan melalui hidup dan digemari oleh masyarakat Suku Tengger.
pengelompokan data ke dalam matriks, penilaian terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dengan kriteria Kearifan Tradisional Masyarakat Suku Tengger
tinggi, sedang, dan rendah, serta penilaian dengan kriteria
Masyarakat Suku Tengger yang tinggal di Desa
baik, sedang, dan buruk untuk sikap dan perilaku.
Ngadas dan Desa Ranu Pani sangat menghormati dan
Pengetahuan GLNDWHJRULNDQ ´tinggi´ apabila diperoleh skor
mengeramatkan, serta memiliki ikatan emosional yang kuat
X > (rataan+SD),´sedang´ apabila diperoleh skor (rataan-
dengan kawasan Gunung Bromo dan Laut Pasir Tengger,
SD) < X < (rataan+SD), dan´rendah´ apabila diperoleh skor
karena berkaitan dengan legenda asal muasal masyarakat
X < (rataan-SD), cara penghitungan tersebut juga digunakan
Suku Tengger tersebut. Masyarakat Suku Tengger, baik
untuk menentukan sikap dan perilaku responden.
yang tinggal di Desa Ngadas maupun Desa Ranu Pani
Pendekatan matrik SWOT digunakan untuk mencocokkan
memiliki kearifan tradisional dalam menjaga tanah dan
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam
kawasan hutan di sekitar mereka.
pengembangan pendidikan konservasi dengan kekuatan dan
Kearifan masyarakat Desa Ngadas dalam mengelola
kelemahan internalnya guna menghasilkan alternatif strategi
wilayah mereka terbentuk dalam sikap mereka yang tidak
pengembangan pendidikan konservasi di TNBTS.
akan mau menjual tanah kepada penduduk yang bukan
warga Desa Ngadas. Masyarakat di desa Ngadas juga
HASIL DAN PEMBAHASAN berlaku suatu ketentuan adat mengenai pelanggaran
lingkungan, yaitu apabila seseorang menebang lima batang
Karakteristik Masyarakat Suku Tengger pohon non komersial di dalam kawasan TNBTS, maka ia
Masyarakat Suku Tengger yang mendiami desa-desa diharuskan membayar dengan 50 sak semen dan menanam
di dalam enclave taman nasional masih memegang tradisi 300 batang pohon cemara pada bekas lokasi tebangan. Ada
nenek moyangnya sehingga masih banyak kegiatan upacara suatu kearifan yang tidak disadari oleh masyarakat desa
adat dan keagamaan Suku Tengger yang dilakukan oleh Ngadas dalam melindungi potensi alam sekitarnya, salah
masyarakat hingga sekarang. Masyarakat Suku Tengger satunya adalah dengan mengeramatkan sumber air Ledok
umumnya memeluk agama Hindu Tengger, namun \DQJ ROHK ZDUJD VHNLWDU GLDQJJDS ³DQJNHU´
berkembang pula agama Islam, Kristen dan Budha. Masyarakat Ranu Pani memiliki kearifan lokal yang
Toleransi dan kerukunan yang tinggi antar pemeluk agama berkenaan dengan pelestarian sumber daya alam dalam
terlihat dari warga yang saling menghormati antar pemeluk bentuk kepercayaan akan keberadaan dewi penunggu emas
agama yang berbeda dan partisipasi semua warga dalam di gua dekat Ranu Regulo, sehingga mereka tidak berani
setiap pelaksanaan kegiatan adat. mengganggu kelestarian alam di daerah tersebut.
Kegiatan adat Suku Tengger dipimpin oleh dukun adat Kedua desa tersebut memiliki kelerengan yang curam,
yang memiliki peranan dan pengaruh yang sangat besar namun masyarakat masih dapat memanfaatkannya untuk
dalam masyarakat. Masyarakat sangat percaya dan mau lahan pertanian dengan bentuk pengolahan tanah dan pola
mengikuti perkataan dukun adat. Dukun adat dipilih secara penanaman yang sesuai, seperti: tanah yang kurang subur
turun temurun dan diangkat melalui upacara adat yang ´GLMDU´ DWDX GLELDUNDQ VHODPD EHEHUDSD WDKXQ GHQJDQ
dilaksanakan di Gunung Bromo. Selain upacara harapan dapat menjadi subur kembali; sistem pola tanam
pengangkatan dukun adat, berbagai upacara adat lainnya polikultur, misalnya dengan menanam jagung di sela-sela
seringkali dilaksanakan di sekitar Gunung Bromo dan Laut tanaman kubis, dan membuat saluran air secara vertikal
Pasir yang berada dalam kawasan TNBTS. pada ladang yang memiliki kelerengan curam untuk
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat adalah menghindari terjadinya longsor pada saat musim hujan.
bahasa Jawa dengan dialek Tengger. Ciri yang paling
mencolok dari bahasa ini yaitu masih mempergunakan kata-
kata di dalam bahasa Jawa kuno seperti ingsun (aku), rika

33
Strategi Pengembangan Pendidikan Konservasi

Interaksi Masyarakat Suku Tengger di Desa Enclave penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya,
dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pariwisata dan rekreasi (Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru, 1995). TNBTS menjadikan pendidikan konservasi
Masyarakat Desa Ngadas dan Ranu Pani
sebagai bagian dari misi pengelolaan TNBTS, yaitu
menggunakan kawasan Laut Pasir Tengger dan Gunung
mengembangkan pemanfaatan jasa lingkungan, wisata alam
Bromo sebagai lokasi upacara adat seperti Yadnya Kasada,
dan pendidikan konservasi. Berbagai bentuk kegiatan
Mendhak Tirta, dan Ritual Kenduri di Watu Kutha.
Pendidikan Konservasi telah, sedang dan akan dilakukan
Pengambilan kayu bakar dan rumput merupakan bentuk
oleh TNBTS pada saat penelitian ini dilakukan.
interaksi yang sering dilakukan oleh masyarakat. Kebiasaan
masyarakat mencari kayu bakar sulit dihilangkan, karena
Kegiatan Pendidikan Konservasi yang Telah Dilakukan
selain digunakan untuk memasak, juga digunakan sebagai
penghangat ruangan. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru telah
Masalah penyerobotan kawasan oleh masyarakat yang merealisasikan kegiatan pendidikan konservasi atau bina
berbatasan langsung dengan wilayah TNBTS sering terjadi cinta alam, baik melalui jalur sekolah yang ada di sekitar
di kawasan TNBTS, terutama di Desa Ngadas. Masyarakat kawasan konservasi, maupun melalui kelompok-kelompok
Desa Ngadas memperluas lahan dengan mencangkul lahan masyarakat seperti PAM SWAKARSA, Masyarakat Peduli
dan memindahkan atau menggeser pal batas sehingga lahan Api (MPA), serta porter dan pemandu wisata.
yang semula termasuk kawasan TNBTS masuk ke lahan Bina cinta alam melalui jalur sekolah yang sudah
masyarakat. Purwaningrum (2006) menyatakan bahwa direalisasikan ditujukan bagi sekolah dasar dan menengah
masyarakat yang tinggal di daerah enclave melakukan yang berada di zona penyangga TNBTS yang berasal dari
perambahan karena terdorong untuk mendapatkan lahan Kecamatan Poncokusumo dan Kecamatan Wajak,
yang relatif subur, dengan harapan mendapatkan hasil Kabupaten Malang (BTNBTS, 1999). Pada tahun 2006
pertanian yang relatif tinggi. juga dilaksanakan bina cinta alam bagi siswa SMP Negeri 1
Bentuk interaksi masyarakat lainnya adalah Poncokusumo yang pesertanya berasal dari anggota OSIS
pemanfaatan air dari dalam kawasan dengan cara membuat dan perwakilan ketua kelas. Metode yang digunakan adalah
bak penampungan dan jaringan pipa air. Jaringan pipa dan ceramah, diskusi, dan pada akhir kegiatan dilakukan
bak penampungan dibangun oleh pihak pemanfaat air evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta.
dengan swadaya. Masyarakat enclave TNBTS juga Materi pembelajaran mencakup konservasi sumber daya
menggunakan kawasan TNBTS sebagai lalu lintas menuju alam hayati dan ekosistemnya, pengenalan TNBTS, serta
ke desa lainnya, seperti ke Desa Ngadisari dan Mororejo. pengenalan jenis flora dan fauna yang dilindungi. Selain itu
juga dilakukan kegiatan lapang seperti widya wisata ke
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Suku kawasan konservasi ex-situ.
Tengger mengenai Kawasan Hutan (TNBTS) Kegiatan pendidikan konservasi yang ditujukan untuk
masyarakat umum dilakukan melalui kegiatan penyuluhan
Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
atau disisipkan dalam pembuatan-pembuatan kesepakatan
berdasarkan skor yang diperoleh oleh masing-masing
dengan masyarakat. Pendekatan lainnya adalah melalui
UHVSRQGHQ WHUPDVXN GDODP NDWHJRUL ³VHGDQJ´ 3HQJHWDKXDQ
kelompok masyarakat khusus seperti porter dan pemandu
yang sedang menunjukkan bahwa masyarakat kurang
wisata, PAM SWAKARSA, dan Masyarakat Peduli Api
mengetahui dan memahami dengan benar mengenai
(MPA). TNBTS juga melakukan pendidikan ketrampilan
kawasan hutan atau TNBTS. Meskipun demikian,
bagi masyarakat seperti pelatihan budidaya anggrek dalam
masyarakat mulai menyadari bahwa kerusakan hutan dapat
upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan.
mengakibatkan desa mereka kekurangan air.
Kegiatan pendidikan konservasi yang ditujukan untuk
Sikap yang sedang menunjukkan bahwa masyarakat
pengunjung taman nasional adalah dengan cara
memiliki preferensi sikap yang kurang peduli untuk
menyuguhkan contoh-contoh kehidupan di alam serta
melestarikan serta tidak menolak keberadaan hutan atau
keterkaitan dengan lingkungan sekitar yang ditampilkan di
TNBTS, dan perilaku yang sedang menunjukkan bahwa
pusat informasi, pusat pengunjung, dan jalur interpretasi,
masyarakat masih melakukan interaksi yang bersifat negatif
brosur, leaflet, poster, papan petunjuk, dan papan
dengan kawasan hutan atau TNBTS tetapi tidak
interpretasi.
menimbulkan kerusakan kawasan yang serius.
Kegiatan Pendidikan Konservasi yang Sedang
Pendidikan Konservasi oleh Pengelola Taman Nasional
Dilakukan
Bromo Tengger Semeru
Pada tahun 2007, kegiatan bina cinta alam yang
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru salah satu
sedang dilaksanakan oleh TNBTS meliputi penyusunan
kawasan pelestarian alam dimanfaatkan untuk keperluan
modul bina cinta alam (modul kemah konservasi, budidaya

34
Media Konservasi Vol. 13, No. 1 April 2008 : 32 ± 37

anggrek, budidaya Nephentes, pengenalan aves, dan Pendidikan setempat, mulai tingkat sekolah dasar sampai
pengenalan primata), pengadaan sarana dan prasarana bina menengah. TNBTS akan mengembangkan modul bina cinta
cinta alam, sosialisasi TNBTS dan bina cinta alam untuk alam untuk pelajar, dan sifatnya masih terintegrasi dengan
siswa sekolah menengah pertama (SMP PGRI pelajaran IPA. Selain itu akan diadakan pelatihan khusus
Poncokusumo). bagi guru-guru sekitar kawasan TNBTS.

Kegiatan Pendidikan Konservasi yang Akan Dilakukan Pendidikan Konservasi oleh Parapihak
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terus Parapihak yang terlibat dalam kegiatan pendidikan
berupaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan konservasi di TNBTS terdiri dari lembaga pendidikan,
kesadaran tentang konservasi sumber daya alam hayati dan Lembaga Paramitra Jawa Timur, dan mahasiswa. Kegiatan
ekosistemnya di kalangan masyarakat. Pendidikan pendidikan konservasi oleh masing-masing pihak disajikan
konservasi secara formal akan dilakukan di sekolah-sekolah dalam Tabel 1.
enclave dan sekitar kawasan bekerja sama dengan Dinas

Tabel 1. Pendidikan konservasi oleh parapihak


No. Pihak Jenis Kegiatan Keterangan
1. Lembaga Pendidikan Mengintegrasikan materi pendidikan Guru-guru berasal dari sekolah yang
lingkungan dengan pelajaran IPA bersangkutan
Mengajak siswa ke hutan Siswa dikenalkan pada pohon-pohon
kehutanan
Melaksanakan penanaman Penanaman dilakukan di pekarangan
sekolah
2. Lembaga Paramitra Jawa Pride Campaign Kampanye bangga melestarikan alam
Timur bekerjasama dengan RARE
3. Mahasiswa Penanaman tanaman obat keluarga Kegiatan pendidikan konservasi
(toga) menjadi bagian dari kegiatan Kuliah
Games konservasi Kerja Nyata mahasiswa Universitas
Kajian etnobotani Brawijaya, Malang

Kendala Pelaksanaan Pendidikan Konservasi mahasiswa dan pelaksanaan kampanye bangga (pride
campaign) oleh Lembaga Paramitra Jawa Timur
Alokasi dana yang kurang mempengaruhi jumlah
menyebabkan kurang tersampaikannya pesan-pesan
kegiatan yang akan dilaksanakan, jumlah petugas pelaksana,
konservasi kepada masyarakat.
dan peserta kegiatan, serta pengadaan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan pendidikan konservasi, termasuk
Strategi Pengembangan Pendidikan Konservasi pada
diantaranya modul-modul pendidikan konservasi. Selain itu
Masyarakat Suku Tengger di Desa Enclave Taman
juga mempengaruhi ketersediaan program-program
Nasional Bromo Tengger Semeru
pendidikan konservasi yang dikembangkan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan masyarakat, sehingga seringkali Strategi utama pengembangan pendidikan konservasi
program yang ada dirasa kurang tepat sasaran. pada masyarakat Tengger di TNBTS berdasarkan
Masyarakat Suku Tengger di desa enclave umumnya pendekatan matrik SWOT adalah menyelenggarakan
memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah, yaitu SD, pendidikan konservasi berbasis kearifan tradisional dan
sehingga tidak semua informasi atau pesan konservasi yang berfokus pada peningkatan keterampilan masyarakat dalam
disampaikan dapat diterima dengan baik. Masyarakat desa pengelolaan sumber daya lokal. Pendidikan konservasi
enclave memiliki anggapan bahwa pendidikan cukup perlu dikembangkan dengan berbasis kearifan tradisional
sebatas bisa membaca, menulis dan menghitung, dan ada karena kearifan tradisional merupakan modal dasar yang
pula anggapan bahwa mencari uang lebih penting daripada dimiliki masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
pendidikan. pelestarian TNBTS dan lingkungan sekitar. Masyarakat
SDM pelaksana pendidikan konservasi masih kurang, enclave memiliki ikatan batin dan emosional yang kuat
baik dari segi jumlah maupun kemampuannya. Pelaksanaan dengan kawasan hutan di sekitarnya, terutama kawasan
pendidikan konservasi di sekolah dibatasi oleh kurangnya Gunung Bromo dan Laut Pasir. Mereka menganggap
pengetahuan dan pemahaman guru mengenai materi dirinya sebagai bagian dari alam. Namun, saat ini kearifan
pendidikan konservasi. Keterbatasan waktu praktek oleh tradisional mulai luntur dan ditinggalkan oleh masyarakat

35
Strategi Pengembangan Pendidikan Konservasi

sebagai akibat adanya proses akulturasi budaya, sehingga unggulan lokal yang bernilai ekonomi tinggi yang dapat
perlu dihidupkan kembali. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Strategi pendidikan konservasi yang berfokus pada Strategi utama dapat tercapai dengan melaksanakan
peningkatan keterampilan masyarakat dalam mengelola berbagai strategi kunci dan strategi pendukung secara
sumberdaya lokal merupakan strategi yang berupaya untuk beriringan. Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan
menghindari ancaman adanya persepsi masyarakat yang dalam pengembangan strategi pendidikan konservasi adalah
menganggap pendidikan hanya sebatas baca-tulis-hitung aspek-aspek SDM selaku pelaksana pendidikan konservasi;
dan mengurus ladang atau mencari uang lebih penting SDM selaku peserta didik atau kelompok sasaran; materi,
daripada pendidikan. Peningkatan keterampilan media, dan metode pelaksanaan; pendanaan, dan kerjasama
dimaksudkan agar masyarakat mau dan mampu mengelola atau kemitraan (KLH 2005). Strategi kunci dan pendukung
sumberdaya lokal sehingga dapat dijadikan produk dari tiap-tiap aspek disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Strategi kunci dan pendukung tercapainya strategi utama pengembangan pendidikan konservasi masyarakat
enclave TNBTS
Aspek Strategi Kunci Strategi Pendukung
SDM selaku pelaksana Meningkatkan kualitas dan kuantitas Melibatkan LSM (Lembaga Paramitra Jawa
pendidikan konservasi SDM pelaksana pendidikan konservasi Timur) dan mahasiswa/perguruan tinggi dalam
di TNBTS kegiatan pendidikan konservasi di TNBTS
Training of Trainer secara intensif bagi
pengelola yang ditugaskan sebagai pelaksana
pendidikan konservasi di TNBTS
Pelatihan bagi guru-guru di desa enclave
TNBTS
SDM selaku peserta didik Pendekatan kepada dukun adat Meningkatkan kemampuan dukun adat dalam
atau kelompok sasaran penyampaian pesan konservasi
Meningkatkan kemampuan organisasi kema-
syarakatan setempat sebagai agen konservasi
Meningkatkan keterampilan masyarakat
enclave dalam mengelola sumber daya lokal
Materi, media, dan metode Memanfaatkan sumber daya lokal, Menyusun program pendidikan konservasi
pelaksanaan kearifan tradisional, dan potensi fisik yang dapat meningkatkan kesejahteraan
dan biologi TNBTS dalam pengem- masyarakat enclave, seperti cara bertani kubis
bangan materi, media, dan metode yang memperhatikan prinsip-prinsip konser-
pendidikan konservasi vasi, pengolahan adas sebagai tumbuhan obat
Menyusun program untuk menghidupkan
kembali kearifan tradisional masyarakat
enclave (materi mengenai kearifan tradisional
masyarakat dalam menjaga kelestarian Laut
Pasir Tengger dan kawasan hutan sekitar,
hukum-hukum adat yang berlaku di
masyarakat, dan pengelolaan lahan pertanian)
Menyusun program pendidikan konservasi
dengan materi yang mampu menumbuhkan
kesadaran akan pentingnya kelestarian TNBTS
dan lingkungan untuk kehidupan masyarakat
enclave
Menyusun program pendidikan konservasi
yang berkelanjutan
Menyusun berbagai modul pendidikan
konservasi bagi pelaksana dan peserta
Implementasi pendidikan konservasi melalui
upacara adat dan keagamaan Hindu Tengger
seperti Yadnya Kasada

36
Media Konservasi Vol. 13, No. 1 April 2008 : 32 ± 37

Tabel 2. (Lanjutan)
Aspek Strategi Kunci Strategi Pendukung
Menggunakan kesenian media lokal seperti
kesenian campur sari, jaranan
Implementasi pendidikan konservasi melalui
organisasi kemasyarakatan setempat
Pendanaan Mendapatkan dukungan dana dari Mendapatkan dukungan dana dari dalam dan
berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri
luar negeri
Kerjasama atau kemitraan Membangun jejaring di antara Membangun kerjasama diantara pengelola
pelaksana pendidikan konservasi di TNBTS, dukun adat dan organisasi masyarakat
TNBTS setempat, LSM, lembaga pendidikan, dan
mahasiswa/perguruan tinggi.

KESIMPULAN [BTNBTS] Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.


1995. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bromo
Strategi utama pengembangan pendidikan konservasi Tengger Semeru 1995 ± 2020: Buku I Rencana
bagi masyarakat suku Tengger di desa enclave TNBTS Pengelolaan Taman NAsional. Malang: BTNBTS.
adalah dengan menyelenggarakan pendidikan konservasi
berbasis kearifan tradisional dan fokus pada peningkatan [KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2005.
keterampilan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta:
lokal. KLH.
Purwaningrum YN. 2006. Kajian Gangguan Perambahan
Kawasan Hutan di Seksi Konservasi Wilayah III Balai
DAFTAR PUSTAKA Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Malang:
Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
[BTNBTS] Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
2006. Rencana Karya Lima Tahun III Balai Taman [TNBTS] Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 1999.
Nasional Bromo Tengger Semeru. Malang: BTNBTS. Laporan Pelaksanaan Bina Cinta Alam bagi Sekolah
Dasar dan Menengah di Zona Penyangga Taman
[BTNBTS] Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Nasional Bromo Tengger Semeru. Malang: BTNBTS.
2005. Rencana Kerja Tahunan Balai Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru. Malang: BTNBTS.

37

You might also like