You are on page 1of 14

Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 2, Agustus 2013, hlm.

441-454

PEMBERDAYAAN TOUR GUIDE EKOTURISME


DI KAWASAN CAGAR BUDAYA
DANAU TAMBLINGAN-BATUKARU BALI
oleh :
I Nyoman Wardi 1) , I Gusti Alit Gunadi 2) , I Nyoman Sedeng 3), Abd.Rahman As-syakur 4)
1)
PS Arkeologi Universitas Udayana;
2)
PS Agro-Ekoteknologi Fak. Pertanian Universitas Udayana,
3)
PS. Sastra Inggris Fak. Sastra Universitas Udayana;
4)
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana
wardi_ecocultrure@yahoo.co.id

Abstract

Training Ecotourism Tour Guide Batukaru Heritage Region-Lake Tamblingan performed at


Munduk Buleleng on 1 until 7 September 2012. The community service was held in SD 3
hall Tamblingan and the meeting was attended by 20 participants from organisation guide
(OBB) including the head of OBB (Organisasi Bangkit Bersama). The aims of this training
to enhance the knowledge and skills as a tracking tour guide in Batukaru-Tamblingan.
Training is also intended to provide a briefing on the knowledge ecosystem of lakes, forest
and about the history and function of the cultural heritage in the region Batukaru-
Tamblingan which now has been declared by UNESCO as a World Cultural Landscape in
Bali.
As a local tour guide, which is still weak foreign language skills, age, and education level
of the participants is quite heterogeneous effect on the rate of absorption ability and spirit
training. Ecotourism tour guide training is expected to re-integrate the social cohesion
and sustainable society in harmony.
Recognizing the heterogenity of the condition of the trainee, techniques and methods of
presentation of training materials, must be adapted to the conditions so that the material
can be absorbed optimal. The first material was delivered in a lecture and presented by
using the Microsoft Power Point program and discussion to increase participants interest
on the topic. Second, the practice of direct methods on objects that exist in the empirical
Tamblingan Munduk Village. The practice of tour guide in the field for two days with short
track and medium tract.
Based on the evaluation performed the training process, and from the impressions and
messages conveyed by the trainees at the time of closing, was satisfied and happy training.
A participants gave very enthusiastic responses and are expected to continue to be the
quality of human resources and OBB members of the community can be improved.

Keywords: ecosystem, cultural heritage, cultural landscape, ecotourism tour guide

1. Pendahuluan Keberhasilan ekoturisme sangat ditentukan oleh


Ekoturisme adalah perjalanan ke daerah-daerah berbagai faktor, yaitu : (1) konsumen, (2) pengelola,
yang masih asli untuk memahami dan melestarikan (3) penduduk asli, (4) dan para pemasok, (5)
kebudayaan dan ekosistem alam sambil keanekaragaman, kualitas dan kestabilan ekosistem
meningkatkan kesejahteraan dan memelihara ( Lindberg, K.dan Hawkins, D.E. , 1995).
keterpaduan penduduk lokal pada suatu daerah. Kawasan Cagar Budaya Batukaru – Danau

441
Wardi, dkk. : Pemberdayaan Tour Guide Ekotorisme di Kawasan Cagar Budaya Danau .....

Tamblingan sebagai objek ekoturisme yang berada wisata yang cukup populer bagi wisatawan
di kawasan hutan lindung. Cagar Budaya Batukaru Mancanegara, dan dikaitkan dengan trecking tour
yang terletak di Desa Wangaya Gede Kabupaten dengan objek alam dan budaya di kawasan Danau
Tabanan Utara merupakan sebuah pura yang Tamblingan, dan juga dengan objek subak Jatiluwih
tergolong salah satu Kahyangan Jagat yang berada dan sumber air panas di Penebel. Di kawasan
pada titik kordinat Barat Laut (wayabya) dalam Batukaru belum terbentuk kelompok tour guide secara
konteks kosmologi budaya Hindu di Pulau Dewata. terorganisir, atau kegiatan memandu wisata masih
Dalam sumber babad, Pura Batukaru yang dipuja bersifat individual, dan lebih sering kegiatan
oleh seluruh umat Hindu, sering disebut sebagai memandu wisatawan diserahkan ke tour guide dari
tempat stana Sang Hyang Tumuwuh (Dewa Penguasa travel agent yang menghatar tamunya. Berdasarkan
Tumbuh -Tumbuhan). Situs Cagar Budaya ini kenyataan itu terkesan bahwa masyarakat lokal belum
tergolong berada dalam satu kawasan dengan pusat menikmati manfaat sosial ekonomi dari kegiatan
Subak yang terkenal di Bali, yaitu Jatiluwih yang pariwisata yang berlangsung pada potensi warisan
kini ( sejak 20 Juli 2012) telah ditetapkan UNESCO ( budaya dan alam yang ada di sekitarnya, dan mereka
PBB) sebagai salah satu World Cultural Lanscape lebih banyak berperan sebagai penonton.
of Bali Province. Terkait dengan potensi warisan budaya di
Dalam konteks warisan budaya, di cagar budaya sekitar Danau Tamblingan Tamblingan, tampaknya
Batukaru terdapat beberapa tinggalan purbakala, mempunyai sejarah yang cukup tua, yaitu sejak
yaitu arca, candi, bangunan bebaturan yang berupa zaman Bali Kuno sudah disebut sebagai Karaman
pelinggih batu yang menggambarkan tradisi Tamblingan seperti diungkap dalam prasasti Gobleg
megalitik. Dalam konteks struktur kosmologis lokal, Pura Batur A (tahun Icaka 837-858), Prasasti Gobleg
keberadaan Pura Batukaru mempunyai posisi sentral Pura Batur C (tahun Caka 1320). Hasil ekskavasi di
yang cukup penting dan dikaitkan dengan situs Tamblingan yang dilakukan oleh Balai
keberadaan cagar budaya lainnya (dalam kesatuan Arkeologi Denpasar, menunjukkan banyaknya
Catur Angga) yang mencerminkan oposisi biner atau temuan pecahan gerabah, keramik dan uang kepeng
dualisme kosmis yaitu Pura Puncaksari dan Pura China (dari dinasti Sung, Ming, dan Ching), temuan
Temu Waras yang berada di sibak kauh ( sebelah fragmen tombak besi, bijih dan lelehan logam bekas
barat), dan Pura Petali dan Wesi Kalung yang berada kerajinan logam (pande). Selain itu, juga ditemukan
di sibak kangin ( sebelah timur) (Arsana, Gde Kt., arca menhir, palungan batu, dan pelinggih berupa
1991 : 78- 80). Diasumsikan, bahwa penggolongan bebaturan batu yang sebagai gejala budaya dari masa
lokal dualisme kosmis itu menandakan tipe nilai megalitik. Dalam ekskavasi itu juga ditemukan sisa-
budaya dari masyarakat purba (Wouden, van sisa tulang hewani dari anjing, babi, sapi, rusa, kijang,
F.A.E.1985:93- 117). landak, harimau. Temuan ini mencerminkan bahwa
Selain memiliki potensi historis, kultural, dan sejak masa purba, situs Danau Tamblingan
ekologis, Cagar Budaya Batukaru masih banyak mempunyai arti penting dan sudah dihuni oleh
menyimpan misteri, khususnya nilai religius-magis penduduk dengan mata pencaharian sebagai
dan keunikan lainnya seperti Pura Batukaru sebagai pengrajin logam, bertani, berburu, sebagai nelayan,
simbol lingga (gunungH”PurusaH”laki-laki), dan dan berdagang (Sutaba, I Made, 2007).
Pura Dalem Tamblingan (danau) sebagai simbol yoni Berdasarkan sebutan Jumpung Waisnawa
(simbol pradana atau perempuan). Konsep pemujaan dalam prasasti, masyarakat Tamblingan diperkirakan
Lingga-Yoni dalam filosofis Hindu sering dikaitkan memuja Dewa Wisnu (Dewa Air). Hingga kini di
dengan pemujaan dewa kesuburan. Dalam kawasan Tamblingan masih ditemukan cagar budaya
kenyataannya, Pura Batukaru memang dipadang dalam bentuk monument (pura), yaitu Pura Dalem
sebagai Pura Hulu Amerta (pusat kehidupan) bagi Tamblingan, Pura Dalem Gubug, Pura Endek, Pura
komunitas Subak di Kabupaten Tabanan dan Petimbangan, dan pura lainnya. Kini cagar budaya
masyarakat umum lainnya di Bali, demikian pula di kawasan Tamblingan ini dikelola oleh masyarakat
halnya Pura Dalem Tamblingan. Catur Desa Gobleg. Sebagai pemucuk dalam
Kini Cagar Budaya Batukaru selain difungsikan pengelolaan Cagar Budaya di kawasan Tamblingan
sebagai tempat suci (pura), juga menjadi daya tarik ini berasal dari keluarga Keraton atau Puri Gobleg.

442
Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 2, Agustus 2013, hlm. 441-454

Sedangkan kawasan hutan lindung Batukaru- eksotik dan budaya yang unik. Walaupun demikian,
Tamblingan berada dibawah penguasaan KSDA dalam hal meningkatkan jumlah kunjungan
(Konservasi Sumbebdaya Alam) Bali. wisatawan, kedua kawasan ini belum melakukan
Kini kehidupan masyarakat di kawasan promosi yang optimal melalui kerja sama dengan tour
Tamblingan bergantung pada hasil pertanian kebun operation (travel agent) yang ada di Bali, sehingga
campuran, sebagai nelayan danau, dan penghasilan kunjungan wisatawan ke objek wisata ini belum
pariwisata dari retribusi karcis masuk ke objek optimal. Selain itu, dalam memandu wisatawan dalam
Tamblingan dan jasa memandu wisata. Secara tracking tour (Tamblingan-Batukaru) yang jaraknya
perlahan pertumbuhan penduduk lokal secara alami sekitar 5 km, mereka tidak mempunyai kontak dengan
(mortalitas>natalitas) menyebabkan kepemilikan pemandu objek yang ada di kawasan Batukaru. Tidak
lahan cendrung semakin sempit, dan penghasilan adanya kordinasi dan kerja sama yang baik, dapat
pertanian mereka cendrung juga menurun. menciptakan peluang terjadinya persaingan yang
Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan tidak sehat (konflik) antar tour guide yang dapat
teknis yang dimilikinya, serta terbatasnya peluang merugikan semua pihak.
kerja dan berusaha, cukup menyulitkannya untuk Permasalahan aktual yang dihadapi oleh mitra
mencari mata pencaharian baru di tempat lain. Jika (masyarakat lokal) yang ada di Kawasan Cagar
hal ini terus berlangsung, kondisi sosial ekonomi Budaya Batukaru -Danau Tamblingan, yaitu seperti
mereka cendrung akan bertambah buruk dan dapat berikut.
mengganggu kelestarian lingkungan alam dan - kurangnya pengetahuan dan pemahaman
warisan budaya yang ada di sekitarnya. Salah satu masyarakat terhadap keberadaan cagar budaya
harapan yang diperkirakan dapat membantu dan ekosistem alam yang ada di kawasan
memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kelestarian Batukaru – Danau Tamblingan;
lingkungan alam dan warisan budaya yang ada di - kurangnya penguasaan dan keterampilan
sekitarnya yaitu melalui pemberdayaan masyarakat bahasa inggris dan teknik handling wisatawan.
lokal dengan program optimalisasi ekotourisme. - kecendrungan terjadinya gangguan kawasan
Di kawasan Tamblingan sebenarnya telah cagar budaya dan pencurian pratima;
terbentuk kelompok tracking tour guide yang - terbatasnya peluang kerja dan rendahnya
anggotanya berasal dari anak para petani dan nelayan pendapatan masyarakat di sekitar;
yang ada di sekitarnya dengan pendidikan maksimal - terbatasnya lapangan kerja yang ada, dan
SMA. Mereka tidak dibekali dengan keterampilan kurangnya penguasaan keterampilan dan
bahasa asing (Inggris), pengetahuan sejarah, pendapatan, memicu mesyarakat cendrung
budaya/kepurbakalaan, ekosistem danau, hutan dan melakukan pencurian kayu hutan atau
satwa yang ada di sekitarnya. Selain itu, mereka perburuan satwa langka yang ada di kawasan
hanya mengandalkan semangat, tenaga muda yang tersebut;
energik dan kebaikan keperibadian, dan tidak - kecendrungan terjadinya penyerobotan hutan
dilengkapi dengan keterampilan teknis memandu lindung pada lereng-lereng bukit oleh petani
wisatawan (halding tourist). Kegiatannya sebagai (kebun) yang ada di sekitarnya;
tour guide dihimpun dalam wadah pemandu wisata - cendrung terjadi konversi lahan kopi menjadi
yang disebut Organisasi Bangkit Bersama (OBB) tanaman musiman (jeruk dan kembang pecah
Adventure Tablingan (informan: Mangku Made seribu) memperburuk ekosistem hutan dan
Hartawan/Ketua Kelompok Pemandu Trecking Tour terjadinya erosi dan peluang terjadinya longsor.
Tablingan-Munduk, 28-4-2011). - Kecendrungan terjadinya konflik dalam
Objek di kawasan Batukaru-Danau Tamblingan penguasaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
ini mempunyai potensi daya tarik wisata yang cukup dan budaya di sekitarnya.
potensial dan eksotik, khususnya untuk ekoturime.
Melalui perbukitan dan kawasan hutan yang Pelatihan Tour Guide Ekoturisme bertujuan
didonimasi oleh aneka ragam vegetasi dan memberikan pengetahuan pariwisata berwawasan
keanekaragaman satwa hutan, wisatawan menikmati budaya dan lingkungan, dan untuk meningkatkan
keaslian dan keasrian pemandangan alam yang keterampilan warga lokal dalam memberikan

443
Wardi, dkk. : Pemberdayaan Tour Guide Ekotorisme di Kawasan Cagar Budaya Danau .....

pelayanan sebagai peramu wisata, serta Dalam proses pendidikan yang berlangsung di
mempraktikan teori-teori yang telah diberikan selama ruang kelas, sekali-sekali diberikan kesempatan
pembekalan di dalam kelas ( SD No. 3 Desa Munduk kepada peserta didik untuk bertanya, terkait dengan
Tamblingan) yang berlangsung dari tagl 1 s.d. 7 Sept keberadaan air danau dan ekosistem biologi yang
2012. ada di dalamnya, ekosistem hutan, sejarah, fungsi
Selain itu juga dimaksudkan untuk menyerap dan makna warisan budaya, dan aspek lainnya.
informasi tentang tradisi budaya dan kondisi empirik Demikian juga perserta didik diberikan kesempatan
objek yang menjadi daya tarik wisata masyarakat muntuk menyampaikan tentang kesulitan-kesulitan
lokal. Adapun paket tracking tour ekoturisme yang yang sering dihadapi ketika menghandle (memandu)
ditawarkan di Kawasan Tamblingan-Batukaru yaitu wisatawan di lapangan, seperti masalah cuntaka (
(a) Short Track dan (b) Medium Track dan (c) Long pencemaran spiritual), masalah pemakaian selendang
Track ke tampat suci (pura), makna pelinggih meru dengan
tumpak atapnya yan ganjil, dan istilah-istilah (jargon-
2. Metode Pemecahan Masalah jargon) dalam bahasa Inggris tentang keunikan lokal.
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan Mereka juga dipesilakan merespon jika penjelasan
apresiasi masyarakat lokal dalam konservasi warisan para tutor yang menurutnya tidak sesuai dengan
budaya dan warisan alam, dapat dilakukan melalui kondisi setempat, serperti masalah keamanan pedahu,
pendidikan keterampilan teknis memandu wisatawan lapisan dan kedalaman air danau, dan informasi lain.
asing atau domestik dalam ranah ekoturisme sesuai Dalam acara pelatihan dalam ruang kelas cukup
dengan potensi objek yang ada di sekitarnya. Metode sering diselingi dengan lelucon dari para peserta
yang ditempuh dalam proses pelatihan tour guide atau tutor, tetapi masih dalam tataran ilmiah , rasional
ekoturisme ini meliputi : dan koheren. Hal ini dimaksudkan agar para peserta
didik yang kebanyakan dari petani/peternak, nelayan
2.1 Metode Pendidikan dan menega yang tidak terbiasa duduk lama di
Pendidikan dilakukan di dalam kelas ruangan, tidak merasa lelah dan bosan mendengarkan
berlangsung dengan metode ceramah dan diskusi ceramah materi pelatihan.
dengan contoh-contoh studi kasus tentang
lingkungan dan warisan budaya yang banyak ada 2.2 Metode Praktikum Tour Guide
dan terjadi di sekitarnya. Materi pendidikan yang Dalam metode peraktikum tour guide ekoturisme
diberikan oleh berbagai tutor (expert pada di lapangan disertai dengan teknik pengumpulan data
bidangnya), di antaranya meliputi : ,melalui observasi dan wawancara informal.
• Geomorfologi Kawasan Danau Tamblingan- Observasi dilakukan dengan pengamatan secara
Buyan-Bratan dan Batukaru; langsung di lapangan, mengamati suasana dan kodisi
• Pengantar Pariwisata/Ekoturisme dan Tour pelatihan di dalam ruangan kelas, dan dalam pelatihan
Guide (Cagar Budaya); praktikum tour guide di lapangan. Observasi disertai
• Bahasa Inggris Umum 1 dan 2; dengan pencatatan data objek, situasi dan kondisi
• Bahasa Inggris terapan Tour Guide Ekoturisme lingkungan alam secara manual dan perekaman
1 dan 2; gambar (foto) dilapangan. Dalam praktikum tour
• Ekosistem Kawasan Hutan Batukaru-Danau guide ekoturisme ini, disertai pula dengan
Tamblingan; pengukuran jarak dan posisi titik kordinat objek
• Teknik Tour Guide Ekoturisme; strategis tracking tour Ekoturisme di Kawasan
• Teknologi Informasi Ekoturisme; Tamblingan.
• Etika Tour Guide (Wisata Budaya); Wawancara dilakukan kepada peserta pelatihan
• Cagar Budaya dan Ekologi Budaya Kawasan yang dipandang berkompenten memberikan
Batukaru-Danau Tamblingan; informasi, karena mereka pada umumnya cukup lama
• Ekosistem Danau Tamblingan-Buyan-Bratan; berinteraksi dengan lingkungan budaya dan alam di
• Kearifan Lokal (Environmental Wisdom); sekitarnya, sehingga mereka (khususnya yang sudah
• Ekosistem Subak Jatiluwih, Buyan-Tamblingan dewasa/tua) dipandang lebih banyak tahu dan
sebagai World Cultural Landscape of Bali. berpengalaman dengan warisan budaya/warisan

444
Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 2, Agustus 2013, hlm. 441-454

alam lokal serta fungsi dan maknanya bagi warga merugikan diri sendiri, jika tidak ilegal.
masyarakat sekitarnya ( paham tentang local Permasalahannya rumit dan mendasar. Jika tidak
knowledge, khususnya environmental wisdom). memperhatikan kondisi masyarakat dan budaya
Untuk mendapatkan gambaran umum yang jelas asli (lokal), pariwisata dapat menghancurkan
tentang hasil pelatihan, kemudian data yang budaya asli dan mengacaukan perekonomian
terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif, terkait asli.( Linberg ,K., dan Hawkins D.E.(ed).1995: 8
dengan variabel potensi sumberdaya budaya dan – 10) ;
lingkungan alam, kearifan lingkungan, karakteristik 4) Sosial Ekonomi
dan tingkat kemampuan tour guide ekoturisme, dan Aspek ekonomi merupakan suatu
posisi geografis (titik kordinat) dan jarak antarobjek komponen penting dari isu-isu sosial.
ekoturisme di kawasan wisata Tamblingan. Ekoturisme perlu mengenali bukan hanya
dampak yang mereka hasilkan pada lingkungan
3. Hasil dan Pembahasan dan budaya, tetapi juga terhadap perekonomian
negara. Karena itu sangat penting untuk
3.1 Konsepsi Ekoturisme mempertimbangkan masukan saran-saran
Secara umum dipahami, bahwa ekoturisme mengenai barang dan jasa yang dibeli oleh
merupakan konsep yang paling sesuai dengan model wisatawan. Pada setiap keadaan, tujuannya
pembangunan berkelanjutan. Aspek-aspek adalah untuk mengurangi kerugian dari
ekoturisme, di antaranya menyangkut : wisatawan luar negeri dan memberikan
1) Ekologi keuntungan yang sebesar-besarnya pada
Kerentanan spesies dan habitat, masyarakat setempat dan kawasan konservasi
permasalahan polusi pembuangan sampah dan itu sendiri.
gangguan terhadap proses-proses ekologi yang
penting oleh pariwista atau masyarakat, sangat 3.2 Karaktersitik Tour Guide di Lingkungan
sedikit disadari. Sering terjadi, dampak industri Danau Tamblingan
wisatawan yang tengah berkembang jauh dari Berdasarkan Kep.Dirjen Pariwisata No.:Kep 17/
kemampuan kita dalam mengukur kerusakan. U/IV/89 tentang Pedoman Pembinaan Pramuwisata
2) Estetika/Keindahan. dan Pengatur Wisata, diuraikan ,bahwa pramuwisata
Pengunjung rela membayar tinggi (mahal) ( Tour Guide) adalah seseorang yang bertugas
untuk menyaksikan keindahan alam yang asli memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk
dan liar serta atraksi budaya yang unik, alami tentang objek wisata serta membantu segala sesuatu
dan menarik. Pengelolaan suatu objek yang yang diperlukan wisatawan; Berdasarkan
kurang baik (tidak bijaksana), kegiatan International Travel Dictionary diterbitkan oleh The
pariwisata sering mengganggu keaslian, Academic Internationale du tourisme of Monte
keutuhan dan nilai estetis warisan Carlo principality of Manaco (dalam Yuti, Oka, A,
budaya.Kerumunan orang (terlalu banyak) 2000: 10), pengertian pramuwisata dijelaskan :
dapat mengurangi daya tarik keindahan dan “ From the tourist point of view, the tour guide
menurunkan keinginan pengunjung untuk is a person employed , either directly , by the
membayar (mahal); traveller, an official or private tourist
3) Sosial-Budaya. organization or Travel Agent to inform
Aspek sosial-budaya pernah terlupakan directly and advice the tourists before and
dalam konservasi sumberdaya alam. Mengambil during his journey “.
atau menetapkan lahan untuk taman atau obejk
wisata ekoturisme penuh resiko dan Berdasarkan perjelasan di atas, maka tugas
ketidakadilan dalam dunia yang lebih sadar akan seorang pramuwisata (tour guide) mencakup kegiatan
hak dan tanggungjawab. Pengasingan : menuntun, memimpin, memberi penjelasan dan
penduduk lokal telah menjadi isu utama dalam penerangan, petunjuk atau saran kepada rombongan
konservasi .Konservasi dan pariwisata yang wisatawan selama perjalanan wisata berlangsung.
menolak hak keprihatinan masyaraakat lokal Selain sebagai Tour Guide, ia juga bertindak sebagai

445
Wardi, dkk. : Pemberdayaan Tour Guide Ekotorisme di Kawasan Cagar Budaya Danau .....

interpreter (penerjemah), teman dalam perjalanan menggemburkan tanah kebun pada lahan kebun
(escode) , dan dapat pula berlaku sebagai seorang majikannya. Pada sore harinya mereka mencari pakan
kurir ( courier). ternak (sapi, kambing).
Sementara itu, Ekoturisme adalah perjalanan Bagi anggota pramuwisata sebagai nelayan,
bertanggung jawab ke wilayah-wilayah alami, yang mereka memancing ikan atau memasang jaring di
melindungi lingkungan dan meningkatkan danau. Sementara itu, juru dayung pada umumnya
kesejahteraan penduduk setempat ( Linberg ,K., dan bekerja mengemudikan pedahu/jukung wisatawan
Hawkins D.E. .(ed).1995 : 8 ). Menurut Santriago, H yang berekreasi di danau, memancing dan sekedar
(1996 : 123), ekoturisme ( ecotourism) adalah keliling danau untuk menikmati keidahan
perjalanan ke daerah-daerah yang masih asli untuk pemandangan. Jika mereka (juru dayung) tidak
memahami kebudayaan dan sejarah ekologi memandu wisatawan, mereka juga ikut makuli
lingkungan tersebut, sambil memelihara keterpaduan (sebagai buruh tani) seperti teman lainnya.
ekosistem-nya dan memberikan kesempatan ekonomi Tinggal dan bekerja di kampung sendiri, memiliki
kepada penduduk asli di negara atau daerah tuan keuntungan sosial bagi masyarakat lokal, yaitu dapat
rumah wisata. menunaikan kewajiban sosial secara langsung dan
Peserta pelatihan Tour Guide Ekoturisme ( 20 intensif yang sangat kental mewarnai kehidupan
orang) berasal dari Catur Desa ( Desa Gobleg, masyarakat di Bali pada umumnya, seperti ngayah
Munduk, Gesing dan Desa Umajero). Catur Desa gotong royong bersih lingkungan, ritual kematian/
yang termasuk wilayah Kecamatan Banjar Kabupaten ngaben, upacara piodalan (upacara pura), ritual
Buleleng merupakan persekutuan 4 desa, sebagai potong gigi (mesangih), perkawinan, dan jenis ritual
pemilik dan pengelola warisan budaya dan lainnya.
lingkungan alam yang ada di kawasan Tamblingan, Ditinjau dari aspek pendidikan masyarakat,
dan Desa Gobleg dengan aristokrat dari Puri Gobleg khususnya peserta pelatihan tour guide ekoturisme
merupakan desa pamucuk dalam pengelolaan cukup bervariasi (20 orang), yaitu seperti padaa
kawasan Danau Tamblingan. Desa Munduk sebagai tabel 1
lokasi pelatihan, merupakan Desa Dinas dan
sekaligus sebagai Desa Adat. Desa Dinas Tabel 1 : Karakteristik Pendidikan Penduduk/
Munduk terdiri atas 4 dusun, yaitu Tamblingan, Peserta Pelatihan
Munduk, Bulakan dan Dusun Beji. Desa Munduk
ditandai oleh keberadaan sebuah danau, yaitu Danau Jumlah
Tamblingan. Berdasarkan catatan kependudukan No. Tingkat Pendidikan
BPS Kabupaten Buleleng tahun 2010, jumlah (orang) %
penduduk Desa Tamlingan mencapai 5.273 jiwa,
terdiri atas 2.578 orang laki-laki, dan 2.686 orang 1 SD/SR 5 25
perempuan. 2 SMP 7 35
Di lingkungan Danau Tamblingan telah terdapat 3 SMA/SMK 8 40
sebuah kelompok peramu wisata (tour guid) yang
disingkat kelompok OBB ( Organisasi Bangkit Jumlah 20 100
Bersama). Status sosial mitra (dalam hal ini kelompok
guide Organisasi Bangkit Bersama/OBB ) Peranan mitra (kelompok guide Organisasi
Tamblingan-Munduk, pada umumnya sebagai Bangkit Bersama/OBB ) sangat penting dalam
petani/peternak, nelayan dan menega (juru dayung/ pelatihan Tour Guide Ekoturisme. Sebagai warga
pengemudi pedahu /jukung). Sebagai petani masyarakat setempat yang kebanyakan berprofesi
pekebun, kebanyakan di antaranya juga sebagai sebagai petani-kebun/peternak, nelayan dan juru
peternak. Jika tidak ada pekerjaan memandu dayung (juru mudi pedahu/jukung) yang pendidikan
wisatawan, mereka bekerja sebagai petani (buruh), serta penghasilannya rata-rata masih rendah (miskin),
seperti memetik cengkeh, memetik buah alpokat, tetapi memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat
memetik bunga pecah seribu, memetik buah jeruk, eksotik, memiliki peranan sangat penting dalam
membersihkan rumput (ngudud) atau menjaga, melestarikan lingkungan dan warisan

446
Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 2, Agustus 2013, hlm. 441-454

budaya serta memanfaatkannya untuk kegiatan sangat rendah yaitu n nilai berkisar antara
ekoturisme. 0,0332 – 0,0425 satuan yang berarti bahwa tidak
terjadi dominansi oleh satu jenis atau kelompok
3.2 Potensi Sumberdaya Alam dan Warisan Budaya plankton tertentu.

1) Sumberdaya Alam (Natural Heritage) • Danau Buyan


Danau Tamblingan adalah sebuah danau Struktur komunitas plankton di Danau
bentukan vulkanisme.Menurut sejarah geologi, Buyan adalah : Kekayaan jenis (species
Gunungapi Buyan-Bratan Purba (Tamblingan) dan richness) termasuk tinggi yaitu 20-23 jenis .
Batur Purba telah mengalami ledakan hebat Jenis-jenis yang mendukung adalah
sehingga menimbulkan kaldera (caldera Amphypora peludosa, Asterionella sp,
lake).Pembentukan Kaldera Batur menyebabkan Coelosparium dubium, Cloroederia sitigera,
runtuhnya bagian pucak Batur Purba diperkirakan Gloerotrica echiculata, Hairotina Lyngbya,
terjadi sekitar 22.000 – 1.500 tahun yang lalu ( Spirulinoides reticulate, Melosira granulata,
interpretasi hasil penelitian C-14 = Carbon Dating) Microcystus airoginose, Nitzschia acicularia,
Kaldera Buyan-Bratan (Tamblingan) diperkirakan Pediastrum duplex, Synedra acus, Synedrra
terjadi lebih awal (tua) daripada Gunungapi Batur tabulata, Branchionus sp dan Cyprinidopsis
Purba (Hadiwidjojo, Purbo, 1978:86 ) sp. Kelimpahan plankton berkisar 1494-1737

Tabel 2: Luas Permukaan, Volume dan Kedalaman Danau Tamblingan dan Buyan

No Nama Danau Luas Permukaan Volume Air Kedalaman

1 Tamblingan 1,15 km2 27,05 juta m3 23,5 m (mak 40,5 m)


2 Buyan 3,67 km2 116,25 juta m3 31,7 m (mak 69 m)

• Danau Tamblingan induvidu per liter, tergolong tingkat kelimpahan


Struktur komunitas plankton di Danau rendah. Keanekaragaman jenis plankton yang
Tamblingan adalah Kekayaan jenis (species ditunjukkan dari indeks keanekaragaman
richness) termasuk tinggi yaitu 21 -23 jenis. Shannon-Wiener berkisar antara 4,2705-
Jenis-jenis yang mendukung sp, Asterionella 4,4860 bit, yang berarti bahwa keanekaragaman
sp, Alona sp, Cypris candida, dan jenis plankton di Danau Tamlingan tergolong
Cyprinidopsis sp; sedangkan jenis lainnya tinggi. Nilai indeks keseragaman berkisar antara
seperti : Melosira sp, Tabellaria sp, Suerirella 0,9881-0,9917 satuan, yang berarti tingkat
sp, Anabaena sp, Synedra sp, Fragilaria sp, keseragaman atau kemerataan jenis dalam
Microspira sp, Ulothrix sp, Asterionella sp, komunitas sangat tinggi/merata. Nilai indeks
Nitzschia sp, Pediastrum dan Straurastrum sp.; dominansi jenis sangat rendah yaitu dengan
dan kelompok zooplankton terdiri dari : Cyclops, nilai berkisar antara 0,0457 – 0,0535 satuan
Branchionus, Monas sp, dan Tintinnidium sp. yang berarti bahwa tidak terjadi dominansi oleh
Kelimpahan plankton berkisar 1694-1872 satu jenis atau kelompok plankton tertentu
induvidu per liter, tergolong tingkat kelimpahan (Restu, I Wayan, 2012).
rendah; Keanekaragaman jenis plankton Kawasan Danau Tamblingan-Batukaru
berkisar antara 4,3345 – 4,8102 bit, yang berarti termasuk kawasan hutan lindung yang
bahwa keanekaragaman jenis plankton di Danau didominasi oleh pohon-pohon besar dan tinggi
Tamlingan tergolong tinggi. Nilai indeks seperti pinus (cemara), lateng, bunut, dan jenis
keseragaman berkisar antara 0,99404-0,9868 pohon-pohon lainnya, yang kini ( sejak 20 Juli
satuan, yang berarti tingkat keseragaman atau 2012) telah ditetapkan sebagai salah satu world
kemerataan jenis dalam komunitas sangat cultural landscape of Bali Province.
tinggi/merata. Nilai indeks dominansi jenis

447
Wardi, dkk. : Pemberdayaan Tour Guide Ekotorisme di Kawasan Cagar Budaya Danau .....

2) Warisan Budaya (Cultural Heritage) 3.3 Aktivitas Tracking Tour Ekoturisme di


Terkait dengan keberadaan warisan budaya Kawasan Tamblingan-Batukaru
(benda cagar budaya) yang ditemukan di sekitar
Danau Tamlingan, yaitu warisan budaya yang bersifat 1) Short Track Tour (Rute Tracking Tour Jarak
trtulis ( prasasti) dan dalam wujud monument Pendek)
(bangunan suci (pura). Prasasti Bali I (R Goris, 1954) Kegiatan praktik Tour Guide Ekoturisme diawali
: Prasasti No.110 Gobleg, Pura Batur A (Prasasti dengan pengarahan dan penekanan kembali teknik-
Tamblingan I ) – tipe prasasti Yumu Pakatahu teknik tour guide yang harus dilakukan.Terkait
dikeluarkan oleh Paduka Raja Sang Ratu Sri Ugrasena dengan topik ekoturisme, dalam pengarahan ini,
( 922 M dan 966 M) menyebut nama Desa Tamblingan kembali ditekankan apa yang harus dilakukan mulai
atau Tambelingan. dari awal dan sepanjang perjalanan tracking, dan
• Prasasti No.1011 Gobleg, Pura Batur B (5 apa yang tidak boleh (dilarang) untuk dilakukan.
lempeng tembaga) (Prasasti Tamblingan II) Terkait dengan perilaku wisatawan misalnya karena
menyebut : “Karaman I Tambelingan ( Penduduk kawasan Tamblingan-Batukaru ini tergolong sakral,
Desa Tamblingan) (tanpa tahun diperkirakan maka wisatawan tidak diperkenalkan berbicara
dari antara tahun 1049 M – 1054 M atau abad sumbang. Menurut kepercayaan masyarakat
XI M); setempat, kawasan tracking di Munduk Tamblingan
• Prasasti No.902 Gobleg, Pura Batur C ( 1398 M ini, cukup sakral (pingit). Jika seseorang bicara
atau abad XIV M) (Prasasti Tamblingan III) sumbang, ia dapat terkena petaka, misalnya kena
menyebut : Raja Sang Mota Ring ebun saet mingmang ( tersesat dan berputar-putar
Wisnubhawana (beliau yang mulia dan tidak tahu jalan keluar hutan), kecelakaan jatuh,
didharmakan/dicandikan di Wisnubhawana). bahkan bisa kesurupan, dan bentuk petaka atau
Prasasti juga menyebutkan :” pande wsi ring kendala lain.
tambelingan.”. Kedua, bagi wisatawan yang sedang dalam
• Prasasti Tamblingan III ( 1398 M atau abad XIV) kondisi cuntaka ( kotor secara spiritual, seperti
menyebut nama Paduka Bhattara Sri menstruasi, atau keluarga sedang dalam kondisi
Parameswara Sang Mokta Ring berkabung) juga tidak diperkenankan masuk areal
Wisnubhawana bangunan suci (pura). Selain itu, wisatawan dilarang
• Tampaknya nama Desa Tambelingan yang dulu merokok sepanjang perjalanan tracking di tengah
kini menjadi nama Danau ( Danau Tamblingan). hutan karena berbahaya ( dapat menimbulkan
• Sementara itu, warisan budaya monument kebakaran hutan) akibat kelalaian membuang
(bangunan suci/pura), di antaranya, yaitu : puntung rokok yang tidak dimatikan. Wisatawan juga
1) Pura Gubug. dilarang membuang sampah sembarangan di tengah
2) Pura Penimbangan. hutan. Jika ada sampah yang ditemukan sepanjang
3) Pura Sanghyang Kauh. perjalanan tracking, tour guide atau wisatawan wajib
4) Pura Embang . memungut dan mengumpulkan dengan wadah
5) Pura Dalem Tamblingan. kantong plastik dan mengelolanya sesuai dengan
6) Pura Ulun Danu Tamblingan aturan pengelolaan sampah.
7) Pura Tirta Mengening. Semua peserta pelatihan secara bergiliran
8) Pura Padma Nglayang. diberikan kesempatan yang sama untuk
9) Pura Endek. mempraktikan keterampilannya menghandle
10) Gua Naga loka. (memandu) wisatawan. Dalam hal ini instruktur (staf
11) Pura Tajun. pengajar dalam pengabdian) berperan sebagai
12) Pura Guna Anyar. wisatawan yang akan bertanya apa saja terkait
13) Yeh Mua. dengan route, objek, kondisi dan tradisi budaya dan

448
Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 2, Agustus 2013, hlm. 441-454

sejarah yang ada di kawasan Munduk Tamblingan- waktu sekitar 45 menit perjalanan dari Pura Endek,
Batukaru. rombongan sudah tiba pada daya tarik (objek)
Praktik tour guide diawali dengan simulasi yaitu warisan budaya kedua, yaitu Pura Ulun Danu
peserta praktik guide satu-persatu memberikan Tamblingan. Pada Pura Ulun Danu terdapat sebuah
welcome greeting kepada wisatawan (dalam hal ini bangunan suci (pelinggih meru tumpang tiga) dan
intsruktur berperan sebagai wisatawan), kemudian sebuah pelinggih (atap tunggal) sebagai stana untuk
memperkenalkan diri sebagai tour guide lokal. pemujaan Dewi Danu yang diyakini oleh para Subak
Selanjutnya diilustrasikan waktu yang diperlukan dan (Subak Catur Desa, Subak Buleleng dan Tabanan)
route perjalanan serta objek-objek yang dikunjungi sebagai sumber air untuk irigasi lahan sawah (subak)
dalam perjalanan tracking ini, dan kemungkinan atau tegalan atau sumber kemakmuran dan
bahaya yang ada (perlu kewaspadaan). Karena pada kesejahteraan para petani. Pura ini disungsung
kawasan Munduk Tamblingan ini cukup banyak ada (diemong) oleh subak yang ada di Catur Desa (
warisan budaya (pura tinggalan Arkeologis) dan Gobleg, Munduk, Gesing, dan Umajero) serta
lingkungannya sangat sakral (pingit). Tour guide juga masyarakat subak dari Desa Banjar dan Buleleng.
mempersilakan para wisatawan menggunakan Pura Ulun Danu Tamblingan terletak di antara
selendang untuk diikatkan dipinggang sesuai Danau Buyan (sebelah timur) dan Danau Tamblingan
dengan tradisi budaya setempat ( Hindu). Peserta ( di sebelah Barat). Setelah para peserta menjelaskan
juga dibekali aqua (minuman) dan tongkat kayu kecil kondisi dan keberadaan warian budaya Pura Ulun
(wooden stick) sebagai penopang berat badan jika Danau tamnblingan, peserta pelatoiahn istirahat
kondisi lereng menanjak dan terasa lelah. makan siang. Seluruh sisa makanan dan minuman
Kemudian tracking tour dimulai. Setelah dikumpulkan (botol aqua, kantong plastik,dsb)
melintasi jalan setapak dan jalan menanjak yang ada dibawa untuk dikelola di TPS yang ada di post parkir
di tengah hutan yang kurang lebih berlangsung 45 OBB ( Organisasi Bangkit Bersama) yaitu di Gemulak
menit, rombongan pelatihan kemudian tiba di Pura Munduk Tamblingan.
Endek. Pura Endek yang juga disebut Pura Kentel Kemudian perjalanan tracking dilanjutkan naik
Gumi merupakan salah satu warisan budaya yang canoe (bahasa Bali/lokal : pedahu). Anggota
berciri megalitik yaitu berupa pelinggih bebaturan rombongan pelatihan tour guide ekoturisme
(dari batu besar) serta pelinggih Hindu dan pada dijemput oleh juru dayung ( pengemudi jukung
halaman kedua terdapat tempat suci budha (Pagoda lokal/tradisional) yang sudah lebih awal datang
Budha). Di tempat ini, ketika dilakukan pemugaran dan menunggu di teluk yang ada di sebelah barat
dan perluasan tempat suci (penggalian tanah), Pura Ulun Danu Tamblingan atau teluk bagian
ditemukan prasasti (yang tersipan dalam guci dalam Timur Danau Tamblingan. Rombongan diangkut
tanah). Prasati itu bersal dari masa pemerintahan raja- dengan pedahu (jukung) yang double atau
raja Bali Kuno (abad IX-XIV M). Pura Endek ini cukup berpasangan (dua pedahu diikat menjadi satu
unik karena juga menjadi tempat pemujaan umat pasang) , yaitu diangkut dengan 3 pasang pedahu.
Budhis (etnis China). Bagi masyarakat, Pura Endek Satu pasang pedahu dikendalikan oleh seorang juru
atau Pura Kentel Gumi yang terletak di lereng bukit dayung.
ini diyakini sebagai tempat untuk memohon Suasana gembira terpancar dari semua wajah
kesejahteraan (analog dengan stana Dewi Kuan peserta pelatihan ketika memasuki wilayah perairan
Im).Setelah berlangsung sekitar 30 menit berada di danau yang tenang dan udara berembus sangat segar
Pura Endek, pejalanan Tracking dilanjutkan dengan seakan menyapu kelelahan semua anggota tim karena
menuruni lereng dan melewati jalan setapak di tengah perjalanan tracking yang cukup panjang. Sang juru
hutan. Suara burung (burung jolok) terdengar sangat dayung menggerakan sampannya dan peserta
indah sepanjang perjalanan. pelatihan semuanya juga berpartisipasi ikut
Dalam melintasi jalan setapak yang tidak terlalu mendayung dengan sampan kayu untuk
terjal ini, kondisi jalan penuh dengan remah daun- mempercepat laju pedahu. Juru dayung juga sempat
daunan yang berguguran dari pohonya. Pohon- menjelaskan tentang kedalaman air danau, jenis ikan
pohon tua dan besar yang tubang karena angin, yang ada di danau, kegiatan para nelayan danau yang
terkadang melintang menghadang perjalanan . Dalam menjaring atau menangkap ikan, dan daya tarik

449
Wardi, dkk. : Pemberdayaan Tour Guide Ekotorisme di Kawasan Cagar Budaya Danau .....

budaya (warisan budaya yang ada), dan bahaya yang yang pada waktu itu halamannya masih terendam
ada di air. oleh kenaikan air danau (sejak Desember 2011)
Laju pedahu kemudian semakin berkurang dan terdapat beberapa pelinggih (bangunan suci meru),
ternyata rombongan sudah tiba pada sebuah pusat yaitu Meru Tumpang 11, tumpang 7 dan tumpang
perairan yang dipandang sakral yang bernama Tirtha lima. Pelinggih meru tumpang 7 sebagai tempat
Mangening. Pinggir danau yang berupa dinding pemujaan bagi subak yang ada di wilayah Kabupaten
batuan vulkanik yang terjal yang dihiasi dengan Tabanan, sedangkan meru tumpang lima menjadi
tumbuhan dan akar menggantung berpadu dengan tempat persembahyangan Desa Banjar, dan tumpang
pemandangan alam danau sangat menakjubkan dan 11 menjadi tempat pemujaan komunitas dari Catur
suasana tenang dan sakral menyelimutinya. Dari atas Desa.
pedahu, Tim Pelatihan menghaturkan sesajen di Perjalanan tracking ditutup dengan makan-
sebuah ceruk bebatuan danau yang ditopang akar makan ikan goreng/ikan bakar mujair yang diperoleh
pohon kayu, untuk memohon keselamatan dan oleh nelayan dari Danau Tamblingan.
kelancaran perjalanan tracking tour.
Setelah menghaturkan sesajen, tim rombongan a) Medium Track Tour (Rute Tracking Tour
dengan 3 pasang pedahu melanjutkan perjalanan Jarak Menengah)
dengan mengayuh sampan yang dibawa oleh Perjalanan praktik tracking tour guide
masing-masing peserta pelatihan.Kegembiraan Ekoturisme yang kedua ( Kamis 6 Sept 2012) dimulai
tampak terpancar dari wajah-wajah peserta pelatihan, dari areal parkir pukul 08.00 wita. Perjalanan tour
dan juru dayung pun dengan senang melanjutkan kedua ini tergolong lebih berat dan lebih menantang,
tugasnya. Ketika rombongan akan meninggalkan karena mendaki puncak Gunung Lesung yang
kawasan perairan suci Tirtha Mangening, terlihat tingginya mencapai 1800 m di atas permukaan laut.
beberapa kera warna abu-abu ekor panjang turun Perjalanan tour ini diawali dengan absensi peserta
lereng tebing danau untuk mencari makanan dari pelatihan, kemudian dilanjutkan dengan pengarahan
sesajen yang telah dipersembahkan. Pedahu dan penjelasan, serta praktik English Tour Guide of
rombongan kemudian melaju ke arah teluk yang Ecotourism.
terdapat di sebuah bangunan suci. Dalam praktik tour guide ini juga dilakukan
Kemudian padahu merapat di sebuah teluk yang perekaman dan pencatatan data seperti jenis objek
ternyata merupakan halaman jaba ( halaman luar) dan lingkungannya, ketinggian topografi, jarak
Pura Dalem Tamblingan. Pura Dalem Tamblingan antara satu objek dengan objek lainnya, dan tentang
merupakan warisan budaya terbesar dan menjadi cerita sejarah atau folklor yang ada terkait dengan
pusat dari semua warisan budaya (pura) yang ada di objek itu.
kawasan Catur Desa ( Desa Gobleg, Munduk , Gesing Penjelasan dan peringatan untuk menjaga
dan Umajero) Kecamatan Banjar Kabupaten keamanan dan keselamatan diri masing-masing
Buleleng. peserta selalu mendapat tekanan, karena medan yang
Peserta pelatihan menjelaskan tentang sejarah cukup jauh dan berat (terjal) (altitude puncak 1800 m
dan fungsi pura dan pelinggih (bangunan suci), ritual dpl) dan kawasan ini termasuk sakral.
yang sering diadakan, dan status pura terkait dengan Mengingat medan tracking kedua ini lebih berat,
jaringan tempat-tempat suci lain yang terkait dan jauh, dan lebih menantang, kegiatan praktik tour
yang ada di kawasan Tamblingan dan Catur Desa guide dimulai lebih awal, yaitu pk. 08.00 wita. Setelah
pada umumnya. memberikan penjelasan dan pengarahan, serta praktik
Perjalanan tracking tour dilanjutkan dengan greeting dan penjelasan awal tour guide telah
naik pedahu lagi dan perjalanan dirahkan ke teluk dilakukan, kemudian rombongan berangkat dari titik
danau yang ada di bagian barat Danau Tamblingan. area. parking Peserta lengkap dengan selendang,
Perjalanan canoe (pedahu) berakhir di garis finish tongkat,perbekalan minuman dan makanan (nasi
dengan merapat di teluk pendok juru pedahu. Di bungkus) yang dibagikan ke masing-masing peserta,
lokasi ini terdapat sebuah warisan budaya, yaitu Pura peralatan perobatan P3K, dan sesajen ( /canang
Gubug, sebagai tempat pemujaan (penyawangan) dan pejati serta segehan/sesajen), pada pk 08.45
semua para dewa dari pura-pura yang tidak mampu perjalanan sudah dimulai.
dijangkau oleh para pemedek/jema’ah. Di dalam pura

450
Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 2, Agustus 2013, hlm. 441-454

Pendakian ke Puncak Gunung Lesung dimulai berstana di Naga Loka dan Puncak Lesung, dan
dari lereng bagian barat. Perjalanan tracking dimulai parhyangan lainnya yang ada di kawasan Gunung
dari Gemulak (nama tempat di sekitar parkir objek Lesung dan Tamblingan.
wisata Tamblingan), kemudian jalan setapak Setelah menghaturkan canang, tim melanjutkan
(pathway) menanjak mulai di lingkungan Sribupati. perjalanan dan tiba di jalan setapak persimpangan.
Terlihat dari ketinggian lereng , yaitu Danau Menurut peserta pelatihan tour guide yang senior
Tamblingan yang sangat indah dan desa-desa Catur (I Nyoman Sukra), jalan setapak yang harus ditempuh
Desa (Munduk, Gobleg, Umajero, Gesing), Banyuatis, untuk mencapai Goa Naga Loka dan Pucak Lesung
Banjar, bahkan hingga ke pesisir Lovina-Buleleng harus ke arah kiri, yaitu mulai memasuki jalan setapak
Barat. Di sebelah selatan terlihat bukit pucuk. menuju tengah hutan. Dalam perjalanan melintasi
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan, jalan setapak dari Sribupati ke lokasi sakral, yaitu
beberapa lahan hutan tampaknya mengalami Parhyangan Nagaloka, para tutor juga meminta
perubahan fungsi, yaitu sebelumnya dibudidayakan informasi dari peserta pelatihan tour guide senior,
kopi dengan pohon dadap sakti sebagai peneduh terkait dengan nama jenis tanaman dan fungsinya
(penahu) diganti dengan budidaya jeruk, dan bagi kehidupan budaya dan masyarakat setempat.
budidaya bunga pecah seribu (bunga pelung), dan Oleh bu Wayan Sinten dan I Nyoman Sukra dan
bahkan ada yang menanam sayur kubis, dan Bu Made Sulastri, di antaranya dijelaskan berbagai
budidaya buah markisa yang merupakan buah khas jenis tanaman yang tergolong etnobotani yang
dari daerah ini dan sekitarnya. Hal ini menyebabkan berguna bagi masyarakat dan budaya untuk ritual
beberapa lereng Bukit Pucuk tampak gundul. dan bahan makanan dan bahan kayu bangunan dan
Pada lereng bagian bawah, yaitu tepatnya masih untuk obat-obatan. Di antaranya , yaitu :
termasuk wilayah dusun Munduk Tamblingan yang - pohon merambat yaitu buah markisa buah lokal
berbatasan dengan Desa Gesing, ditambang untuk yang khas (bisa dimakan)
mencari batu dan pasir. Borok terlihat pada lereng - pohon yang merambat yaitu buah gungung
pada bagian bawah akibat galian, sedangkan lereng (buahnya yang masak warna merah seperti
yang lebih di atas, kopi dan pohon-pohon hutan liar strowbery) tetapi ukurannya kecil (sebesar
seperti bunut, cemara pandak, cemara geseng, pohon kelereng);
seming, pulet-pulet, dan semak-semak lain ditebangi - jenis paku-pakuan: paku kedis (pucuknya bisa
dan dibakar. Pada beberapa lokasi terlihat petani dipakai sayur), paku jukut (paku sayur), paku
menggunakan zat kimia (herbisida) untuk membunuh pipid (untuk plawa dan hiasan) paku simbah
rumput-rumputan (semak-semak) seperti padang (tum,buh pada batang pohon, gunanya untuk
rowana, dan semak lain yang dipandang untuk hiasan) paku lemputu (pakis) ukuran
mengganggu tanaman budidaya. Keprihatian muncul batang besar, dan tinggi sekitar 4- 7m) atau paku
dibenak, yaitu kemungkinan terjadinya bencana aji;
longsor, akibat penambangan pada lereng bawah dan - daun kumbang :morfologi daun seperti daun
penggundulan pada lereng atas puncak bukit pucuk. keladi yang tumbuh di tanah. Fungsinya , daun
Perjalanan tracking telah melalui daerah Gemulak, dipakai untuk ritual mengambil dan mewadahi
Sribupati, dan Penyimpangan. tanah (simbol jasad si kurban) dalam upacara
Kondisi jalan setapak tampak semakin melasti;
menanjak. Jalan setapak (pathway) yang cukup - pohon de ngencel : (anggrek yang tumbuh di
tinggi membuat nafas para peserta mulai tersengal- tanah- bunganya putih), artinya tidak boleh
sengal dan udara mulai terasa hangat dan badan melakukan percintaan dan perbuatan porno di
berkeringat. Kemudian rombongan peserta pelatihan lokasi itu.
tiba di bangunan pelinggih penyimpangan yang - Daun acem-acem, seperti pohon keladi,
ditandai dengan sebuah bangunan suci darurat dari batangnya berair dan terasa sedikit asam. dapat
bahan alami. Perwakilan tim peserta tracking, dimakan sepanjang perjalanan untuk menambah
dipimpin oleh ibu Wayan Sinten dan Made Sulastri energi, dan . menghilangkan rasa haus dan lapar.
dan I Nyoman Wardi yang berada pada posisi paling - Buah baas-baas, yaitu batang pohon berkayu
belakang, mengahaturkan canang atau sesajen untuk (perdu), buah dapat dimakan, babakan boleh
memohon keselamatan kepada Ida Bhatara yang dipakai boreh (param)

451
Wardi, dkk. : Pemberdayaan Tour Guide Ekotorisme di Kawasan Cagar Budaya Danau .....

- Pohon delima gunung- pohon berkayu keras - bun sere-sere: (babakan/daun) bisa digunakan
baik untuk gagang pisau (patin tiyuk) atau golok, sebagai obat (obat kanker) , obat bengkak,
dan kayunya dapat dibuat untuk permainan dipakai boreh diisi ketumbah, kunyit dan garam
gansing oleh warga desa. (uyah).
- Kayu kajuang – batang berkayu juga untuk - Bunga komuning - bunganya kuning untuk
gagang pisau (patin pisau) upacara, akar bisa dipakai obat (boreh);-
- Kayu sembung alas (sembung hutan)– berkayu ditemukan di Pura Pangukusan;
dan kayunya daipakai bahan bangunan (umah); - Kayu seming – untuk bahan usuk bangunan
- Buah lempeni hutan – yang masak bisa dimakan; rumah/dapur;
- Kayu ombo – obat sakit gigi, tatapi gigi bisa - Pohon lempeni alas – kayunya yanbghlurus-
hancur; ;lurus dan berbuah (bisa dimakan), kayunya
- Pohon peji – untuk pitra yadnya (upacara dapat dijadikan bahan kayu usuk untuk dapaur.
ngaben) Tinggi sekitar 3 sd 4 meter;
- Beleng – base (sirih) alas; - Pohon kedukduk – termasuk pohon perdu
- Merica alas- untuk bumbu makanan (tinggi 3 – 5 m) bunganya seperti anggrek
- Daun tabia bun – bumbu makanan; dan bahan (indah);
obat - Gungung bukit (daunnya lebih besar daripada
- Jamur gajih – untuk dikonsumsi (sayur); gunung biasa);
- Pohon sembung bangke ( bentuk pinggir daun
Kemudian, rombongan pelatihan tiba di tempat bulat memanjang- tidak runcing-runcing /
suci pernyimpangan kedua yang terletak di atas maringgitan): daun ini bisanya digunakan
Gunung Lesung (menjelang Goa Naga Loka). untuk memandikan jasad orang yang meninggal
Persembahan sesajen dan canang dimulai. dalam upacara kematian. Kono daun ini
Persembahan ini dimaksudkan agar perjalanan membuat ras tis (sejuk) bago roh yang
tracking tour lancar dan selamat dalam perjalanan. meninggal;
Peserta pelatihan Tour Guide Ekoturisme tiba di - Daun sembung loloh – bentuk dan warna daun
situs Goa Naga Loka. Ketinggian situs Naga Loka (hijanu memanjang) mirip dengan sembung
sekitar 1.700 m dpl. Posisi topografi menjelang bangke tetapi pingggir-pinggor daun
puncak goa Nagaloka tampak datar (terletak di leher meringgitan (runcing-runcing)- loloh obat
Gunung Lesung), tetapi di pinggir kiri dan kanan panes;
tampak ngarai (jurang yang terjal). Lereng di sebelah
kanan yang terjal dan nun jauh di bawah sana terlihat Setelah menghaturkan sesajen dan mengamati
cekungan yang disebut oleh penduduk lokal Mulan dan menjelaskan situs dan warisan budaya di
Kuali (Mulan Kuali = asal penggorengan). Konon Puncak Gunung Lesung, perjalanan tracking tour
Mulan Kuali ini duhulunya merupakan sebuah danau dilanjutkan Kemudian perjalanan tracking
yang kini sudah mengering (kaldera kering ditumbuhi dilanjutkan menuruni jalan setapak pada lereng yang
padang ilalang dan semak-semak). Kemudian terjal dan ditumbuhi semak-semak-belukar. Sekitar
perjalanan di lanjutkan ke situs Padma Nglayang di 45 menit dari Pucak Lesung, rombongan kemudian
Puncak Gunung Lesung, dan Yeh Mua (Mata Air di tiba pada pusat mata air yang dikenal dengan nama
Lereng Gunung Lesung). Puncak Gunung Lesung Yeh Mua ( mata air di lereng gunung). Terakhir sekitar
atau warisan budaya Pura Padma Nglayang. Untuk pukul 15.00 Wita tim tiba di Pura Pangukusan ,yaitu
menuju Puncak Lesung, perjalanan haris berlipat warisan budaya berupa bebaturan di lantai tanah; Di
sedikit kembali ke arah jalan setapak yang sudah sekitarnya terdapat pohon komuning, dan jenis
dilewati sebelumnya. pohon hutan lainnya. Bunga kumoning dapat dipakai
Dalam perjalanan melintasi jalan setapak di upacara dan akarnya dapat dipakai sebai bahan obat
tengah hutan dan pada igir Gunung Lesung, tradisional. Rombongan kemudian kembali meyusuri
identifikasi jenis tumbuh-tumbuhan etnobotani pinggir danau Tamblingan, dan kembali ke tempat
dilakukan dengan penjelasan yang diberikan ole bu parkir (titik start dan finish), dan pejalanan middle
Wayan Sinten, Nyoman Sukra dan bu Made Sulastri. track tour berakhir sekitar pukul 15.30 Wita.
Di antara etnobotani yang dijumpai, yaitu :

452
Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 2, Agustus 2013, hlm. 441-454

4. Simpulan dan Saran legalitas dari Majelis Utama Desa Pekraman


(MUDP) Provinsi Bali tampaknya kurang
4.1 Simpulan kondusif, karena keputusannya tidak
1) Pengetahuan dan keberanian peserta tour guide didasarkan atas latar sejarah dan budaya
terkait dengan materi lingkungan ekologi) dan masyarakat setempat. Untuk memecahkan
warisan budaya (cultural heritage), serta teknik masalah itu perlu proses waktu dan upaya
dan kemampuan berbahasa asing (inggris) merekonsiliasikan melalui Pelatihan Tour Guide
meningkat. Hal ini dibuktikan ketika diawal Ekoturisme lanjutan dengan memodifikasi
pelatihan peserta pelatihan ditanyai sesuatu materi pelatihan seperti materi bahasa Perancis.
terkait dengan potensi objek (dalam bahasa Karena banyak wisatawan perancis yang juga
Inggris) mereka tidak berani atau tidak bisa datang ke objek Tamblingan.
menjawab pertanyaan tutor, setelah • Promosi via internet dan VCD tentang objek
mendapatkan pelatihan teoretik dan praktik, wisata kawasan Tamblingan-Buyan dan
mereka lebih merasa yakin diri dalam Batukaru perlu diwujudkan guna
memberikan jawaban; pengembangan ekoturisme Tamblingan dan
2) Ketika dilakukan acara penutupan pelatihan sekitarnya.
dengan memberikan kesempatan menyampaikan
kesan dan pesan kepada semua peserta Ucapan Terima Kasih
pelatihan, respon semua peserta pelatihan (100 Tim Pengabdian menyampaikan ucapan terima
% peserta = 20 orang) termasuk pembina lokal) kasih kepada:
menyatakan senang dan puas, tetapi masih 1. Rektor Universitas Udayana,
merasakan kurang, dan berharap pelatihan bisa 2. Ketua Lembaga Pengabdian kepada
dilanjutkan untuk meningkatkan kualitas SDM Masyarakat Universitas Udayana,
Tour Guide Ekoturisme (pada pelatihan ke depan, 3. Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana,
materi perlu ditambahkan atau diberikan Bahasa 4. Ketua Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra
Perancis, karena jumlah wisatawan ini mulai Universitas Udayana
meningkat); 5. Pemuka Adat dan Dinas Desa Munduk
Tamblingan
4.2 Saran 6. Ketua Organisasi Bangkit Bersama Desa
• Permasalahan yang paling kompleks yang Munduk Tamblingan
sedang terjadi di lokasi pelatihan, yaitu masih 7. Semua pihak yang telah membantu dalam
adanya pernik-pernik konflik di Desa Munduk pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada
akibat pemekaran Desa Adat dari Catur Desa. masyarakat ini.
Konflik pemekaran Desa Adat yang mendapat

Daftar Pustaka
Arsana, Gde Kt., 1991. “Kedudukan dan Peranan Pemimpin Upacara di Pura Batukaru dalam Kaitannya
dengan Struktur Sosial Masyarakat Wangaya Gede Kabupaten Tabanan Bali Indonesia” dalam Temple
Festival in Bali.Research and Exchange Program of Osaka University with the South Pacific Region.
BPS Kabupaten Buleleng. 2010. Kecamatan Banjar Dalam Angka. Singarraja.
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. 2011. Cultural Landscape of Bali Province: Nomination for Inscription
on The UNESCO World Heritage List. Denpasar.
Goris, R. 1975. Bali Atlas Kebudayaan :Cult and Customs. Pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta.
Lindberg ,K.dan Hawkins, D.E. 1995. Ekoturisme : Petunjuk untuk Perencana dan Pengelola. (terjemahan)
. The Ecotourism Society, Nort Bennington, Vermont.
Pusat Pendidikan Perhotelan dan Pariwisata Bali. Tanpa Tahun (tt). Guiding Techniques. Denpasar.
Restu, I Wayan. 2012. “Kondisi Ekosistem Danau Tamblingan, Buyan Dan Beratan. Materi” disampaikan
dalam Pelatihan Tour Guide Ekoturisme di Desa Munduk Tamblingan , Tgl 1 s,d 7 Sept 2012.
Sutaba, I Made. 2007.Situs Tamblingan . Balai Arkeologi Denpasar.
Wouden, van F.A.E.1985. Klen, Mitos dan Kekuasaan: Struktur Sosial Indonesia Bagian Timur. Penerbit
Pt Grafiti Pers, Jakarta
Yuti, Oka,A.1977. Guiding System. Pradnya Paramita, Jakarta.

453
Wardi, dkk. : Pemberdayaan Tour Guide Ekotorisme di Kawasan Cagar Budaya Danau .....

Lokasi Pelatihan :
Tour Guide Ekoturisme

454

You might also like