You are on page 1of 19

1

ANALISIS PEMENUHAN 8 STANDAR NASIONAL PENDIDKAN


PADA SMP NEGERI DI SULAWESI SELATAN
1) 2)
Ratmawati dan Ismail Tolla
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar

Abstract: The purpose of this study is to assess the fulfillment of eight national
education standards (SNP) at SMP Negeri in South Sulawesi. The research method
used a combination of quantitative descriptive approach and qualitative approach.
Qualitative descriptive approach is depiction of research results in percentage form.
Qualitative approach is the depiction of research results in the form of categories.
The research location covers 3 districts / cities as the sample which is determined
based on the location of the region that is, the South region is represented Makassar
City, the West area is Parcare City, and Southeast region, represented by Regency of
Bone. samples, 2 SMPNs were chosen, each 1 SMPN accredited A and 1 SMPN
accreditation B, so the number of samples is 6 SMPN. The instruments used were
questionnaires developed from national education standard indicators (SNPs)
equipped with documentation, and interviews. The result of data analysis shows that
the percentage of compliance level of 8 national standard of education at SMP
Negeri in South Sulawesi successively as follows: (1) standard content 86% or very
good category, (2) standard process 88% or very good category, (3) ) the
competency standard is 84% or good category, (4) standard of educator and
educational staff 72% or good category, (5)) standard of facilities and infrastructure
75% or good category, (6) 90% management standard or very good category, (7)
73% financing standard or good category, and (8) 87% rating standard or very good
category. Among the eight standards that include low level of engagement, one of
them is the standard of educators and education personnel, especially the education
personnel, namely principals, labors, and librarians are still many who have not met
the standards because they do not have a certificate of competence. Suggestions for
the follow-up that ownership of competency certificates for school principals, labors,
and school librarians should be a priority requirement by local governments in
recruitment.

Keywords: Fulfillment of Eight National Standard of Education (SNP)

Pemenuhan delapan Standar local, nasional, dan global. Undang-


Nasioal Pendidikan (SNP) merupakan Undang Nomor 20 Tentang Sistem
serangkaian proses memenuhi tuntutan Pendidikan Pasal 1 Ayat (17) berbunyi
mutu pendidikan nasional yang menjadi “Standar Nasional Pendidikan adalah
acuan pada setiap jenjang satuan kriteria minimal tentang sistem
pendidikan. Implementasinya diatur pendidikan di seluruh wilayah hukum
secara bertahap, terencana, terarah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan Selanjutnya, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun berdasarkan Pancasila dan Undang-
2013 Tentang Standar Nasional Undang Dasar Tahun 1945. Pasal 3
Pendidikan (SPN) Pasal 2 ayat (1) menyatakan pendidikan nasional
ditetapkan lingkup standar nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
pendidikan, meliputi: (1) standar isi, (2) dan membentuk watak serta peradaban
standar proses, (3) standar kompetensi bangsa yang bermartabat dalam rangka
lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga mencerdaskan kehidupan bangsa,
kependidikan, (5) standar sarana dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) peserta didik agar menjadi manusia yang
standar pembiayaan, dan (8) standar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
penilaian pendidikan. Pasal 3 Standar Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
Nasional Pendidikan berfungsi sebagai berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, menjadi warga negara yan demokratis
dan pengawasan pendidikan dalam serta bertanggung jawab. Sementara
rangka mewujudkan pendidikan nasional SNP dijadikan sebagai instrumen
yang bermutu. Selanjutnya, Pasal 4 penetapan kriteria minimal tentang
Standar Nasional Pendidikan bertujuan sistem pendidikan di seluruh wilayah
menjamin mutu pendidikan nasional hukum Negara Kesatuan Republik
dalam rangka mencerdaskan kehidupan Indonesia. SNP berfungsi sebagai dasar
bangsa dan membentuk watak serta penjaminan dan pengendalin dalam
peradaban bangsa yang bermartabat. perencanaan, pelaksanaan, dan
Undang-Undang No. 20 Tahun pengawasan pendidikan dalam rangka
2003 Tentang Sistem Pendidikan mewujudkan kualitas pendidian nasional
Nasional menjadi pedoman dalam yang dilakukan melalui evaluasi,
penyelenggaran pendidikan nasional. akreditasi dan sertifikasi. Berikut
Bab II disebutkan Dasar, Fungsi, dan diuraikan dalam tabel indikator
Tujuan Pendidikan Nasional. Pasal 2 pemenuhan 8 Standar Nasional
berbunyi pendidikan nasional Pendidikan (SNP)
Keterpenuhan SNP pada tingkat yang dijadikan lokasi penelitian.
satuan pendidikan (sekolah) merupakan Populasi (sumber data) adalah kepala
tanggung jawab kepala sekolah sebagai sekolah dan guru-guru di setiap SMP
top leader dalam kaitannya penjaminan yang diberi tugas oleh kepala sekolah
mutu sekolah. Pemenuhan 8 SNP pada memonitoring pelakasanaan 8 standar
SMP Negeri menjadi fokus pengkajian nasional pendidkan.
penelitian ini. Hal ini dipandang penting Penentuan sampel dilakukan 3
untuk perumus an kebijakan peningkatan (tiga) tahap. Pertama, penentuan sampel
pemenuhan Standar Nasional Pendidikan kabupaten/kota yang dipilih purposive,
pada SMP Negeri secara berkelanjutan. meliputi (1) Kota Makasar, (2) Kota
Lokasi penelitian dilaksanakan di Parepare, dan (3) Kabupaten Bone.
Sulawesi Selatan. Adapun rumusan Kedua, dari setiap kabupaten/kota
masalah yang menjadi kajian dalam sampel dipilih 2 buah SMP Negeri
penelitian ini sebagai berikiu: a). masing-masing 1buah akreditasi A, dan
Bagaimana gambaran gambaran 1 buah akreditasi B. Ketiga, sumber data
pemenuhan 8 standar nasional adalah kepala sekolah dan guru-guru
pendidikan (SNP) pada SMP Negeri di yang ditugasi oleh kepala sekolah
Sulawesi Selatan?, dan b). Faktor-faktor memonitoring pelaksanaan 8 standar
apa yang dihadapi oleh pihak nasional pendidikan pada setiap SMPN
manajemen SMP Negeri dalam sampel. Melalui prosedur tersebut,
pemenuhan 8 standar nasional terpilih 6 buah SMP Negeri masing-
penedidikan di Sulawesi Selatan? masing 3 buah SMP akreditasi A dan 3
buah SMP akreditasi B. Jumlah sumber
METODE PENELITIAN data yaitu 6 kepala sekolah dan 48 guru
yang bertugas memonitotoring
Penelitian ini termasuk jenis
pelaksanaan pemenuhan 8 standar
penelitian deskriptif dengan
nasional pendidikan. Kriteria purposive
menggunakan teknik analisis persentase.
sampling yang digunakan didasarkan
Lokasi penelitian adalah Sulawesi
pada jumlah SMP Negeri yang
Selatan. SMP Negeri di Sulawesi Selatan
berakreditasi A dan B yang terdapat di Analisis data yang digunakan
kabupaten/kota yang bersangkutan. dalam penelitian ini adalah teknik
Instrumen yang digunakan dalam analisis persentase (%) dalam
penelitian ini adalah angket, mendeskripsikan capaian 8 standar
dokumentasi dan wawancara. Angket nasional pendidikan pada tingkat SMP.
dikembangkan dari indikator 8 standar
HASIL DAN PEMBAHASAN
nasional pendidikan, dokumen
Hasil penelitian keterpenuhan 8
digunakan untuk menjaring dokumen-
standar nasional pendididkan pada SMP
dokumen bukti keterlaksanaan program,
Negeri di Sulawesi Selatan sudah berada
dan wawancara digunakan untuk
pada kategori Baik, hal ini dapat dilihat
mengklarifikasi perolehan data dan
pada hasil analisis data dari 3 wilayah
informasi yang dipandang belum
diwakili Kota Makasar, Wilayah Barat
lengkap.
diwakili Kota Parepare, dan Wilaya
Teknik pengumpulan data yang
Tenggara diwakili Kabupaten Bone.
digunakan adalah angket, dokementasi,
Dari setiap Kabupaten/Kota sampel
dan wawancara. Angket digunakan
dipilih 2 buah SMP Negeri yaitu 1buah
menjaring data persepsi responden
SMPN akreditasi A, dan 1 buah SMPN
tentang kondisi objektif kegiatan
akreditasi B. Hasil analisis data yang di
pemenuhan 8 standar nasional
analisis deskriptif (%) untuk data yang
pendidikan yang berlangsung di SMP
dijaring melalui angket berdasarkan
sampel. Dokumentasi digunakan
kriteria pemenuhan 8 SNP sebagai
menjaring data dokumen pelaksanaan
berikut:
program 8 standar SNP yang tersedia
pada SMPN sampel.
Hasil Rekapitulasi Pemenuhan 8 SNP Pada SMPN Di Sul-Sel

No Komponen Standar Hasil Ketercapaian


dalam %
1 Standar Isi 86% Sangat Baik
2 Stabdar Proses 88% Sangat Baik
3 Sntandar Kelulusan 78% Baik
4 Standar Pendidik dan Tenaga 73% Baik
Kependidikan
5 Standar Sarana Dan Prasarana 75% Baik
6 Standar Pengelolaan 90% Sangat Baik
7 Sntadar Pembiayaan 74% Baik
8 Standar Penilaian 93% Sangat Baik

Temuan penelitian ini terpenuhi sekaligus menjadi kekuatan


menunjukan sebagian dari semua antara lain: guru-guru mengembangkan
indicator pada 8 SNP sudah terpenuhi Silabus secara mandiri, guru-guru
seperti indikator standar isi yang melaksanakan proses pembelajaran
terpenuhi pada SMP Negeri di Sulawesi sesuai KTSP. Demikian juga kepala
Selatan, namun masih ada Indikator sekolah telah melaksanakan supervisi
yang terkesan masih lemah dalam pembelajaran yang mencakup:
penerapannya, antara lain perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian,
pengembangan silabus mata pelajaran kepala sekolah menindak lanjuti hasil
yang menggunakan 7 langkah supervise. Namun demikian masih
pengembangan, penyusunan RPP yang terdapat beberapa indikator pelaksanaan
berdasarkan prinsip mendorong yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
partisipasi aktif dalam pembelajaran, Penelitian ini menemukan
pengembangan budayan membaca dan beberapa indikaor yang masih lemah
menulis, pemanfaatan teknologi antara lain lain; masih banyak guru
informasi dan komunikasi dalam belum menerapkan berbagai jenis tes
pembelajaran. dalam mengevaluasi pembelajaran
Temuan penelitian menunjukkan melalui penilaian formatif dan
bahwa indikator standar proses yang summative. Pada hal penggunaan jenis-
jenis tes dalam menilai pembelajaran penilaian guru dalam pelaksanaan
amat penting dalam memberikan pembelajaran (LPPKS, 2016).
pengalaman siswa unuk memahami Temuan penelitian terhadap
penerapan jenis-jenis tes. Demikian juga pemenuhan standar kompetensi
perilaku supervisi akademik kepala kelulusan menunjukan bahwa hasil
sekolah, masih banyak yang belum belajar: (1) rata-rata nilai mata pelajaran
menerapkan teknik-teknik supervisi setiap kelas menunjukkan peningkatan
akademik secara simultan dalam dari setiap semester, (2) tingkat
mengembangkan kemampuan kelulusan meningkat dari tahun ke tahun,
profesionalisme guru. Temuan penelitian (3) angka tinggal kelas dan drop out
menunjukan teknik supervisi akademik menurun. Temuan penelitian yang
kunjungan kelas yang paling sering memerlukan peneguhan, antara lain;
dilakukan oleh kepela sekolah, hasil belajar peserta didik belum semua
sementara teknik observasi kelas, teknik mata pelajaran melampau standar
pertemuan individual, teknik kunjungan nasional yaitu nilai 75.
antar kelas, teknik menilai diri sendiri, Indikator keterpenuhan standar
dan teknik supervisi kelompok sangat pendidik dan tenaga kependidikan,
jarang diterapkan. Temuan ini sejalan meliputi: (1) 75% kualifikasi guru S-
dengan kasus yang diungkapkan oleh 1/
LPPKS, 2015) : sering dijumpai adanya D.IV; (2) 75% guru mengajar sesuai
seorang kepala sekolah dalam latar belakang ijazah; (3) kualifikasi
melaksanakan supervisi akademik hanya pendidikan kepala sekolah, wakasek dan
datang ke sekolah dengan membawa tenaga pendidik semua sudah S-1; (4)
instrumen pengukuran unjuk kerja. mempunyai Tata Usaha sesuai standar;
Kemudian masuk ke kelas melakukan (5) tenaga laboran, pustakawan dan
pengukuran terhadap unjuk kerja guru tenaga administrasi 75% sesuai keahlian
yang sedang mengajar. Setelah itu, pendidikan; (6) tenaga pendidik dan
selesailah tugasnya, seakan-akan tenaga kependidikan 90% berperilaku
supervisi akademik sama dengan baik; (7) kepala sekolah memiliki
pengalaman sebagai pendidik; (8)
memiliki guru BK yang cukup memadai; Indikator sarana dan prasarana,
(9) kepala sekolah melaksanakan secara umum indikator sarana dan
supervise dengan baik. Temuan prasarana tersedia pada semua sekolah,
penelitian menujukan bahwa semua namun dari segi kualitas tampaknya
indikator tersebut di atas memiliki belum memadai. Komponen prasarana
dokumen di sekolah. Namun ada yang masih belum banyak sekolah
beberapa hal yang masih perlu di ulas memilikinya adalah kamar mandi
lebih lanjut. Pertama, persyaratan kepala khusus kepala sekolah dan ruang
sekolah dari segi kualifikasi S-1/D IV serbaguna untuk pengembangan minat
sudah terpenuhi bahkan sudah beberapa dan bakat siswa. Misalnya, penggiatan
kepala SMP berkualifikasi S-2 dan S-3. berbagai lomba seperti olah raga,
Demikian pula persyaratan kualifikasi kesenian, drama, puisi, dan layanan
guru S-1/D IV sudah melampaui standar klinis lainnya. Untuk indikator sarana
75%. Selain kekuatan, juga terdapat yang belum memadai, terutama
beberapa kelemahan, antara lain; peralatan pembelajaran laboratorium
pengangkatan kepala sekolah realitasnya IPA, Biologi, dan Fisika, peralatan
lebih berorientasi ke kepentingan politis perpustakaan seperti computer untuk
praktis seperti pengkavlingan jabatan. menyimpan data katalog atau
Konsekuensinya, sertifikat kepala perpustakaan digital, fasilitas dan
sekolah (SKS) yang dipersyaratkan oleh peralatan olah raga dan kesenian.
Pemrmen 13 Tahun 2007 Tentang Berdasarkan temuan tersebut, maka
Kompetensi Kepala Sekolah nyaris tidak prioritas kebijakan pemenuhan standar
berlaku dalam pengangkatan kepala sarana dan prasarana perlu lebih
sekolah. Temuan penelitian lainnya, ditekankan pada kelengkapan peralatan
terdapat beberapa SMP belum memiliki pembelajaran dan modernisasi layanan
tenaga laboran dan pustakawan. Apabila perpustakaan melalui perpustakaan
SMP belum memiliki tenaga laboran dan digital. Hal ini dimungkinkan dapat
pustakawan, maka tugas tersebut mendorong budaya gemar membaca oleh
menjadi tugas tambahan guru. warga sekolah terutama para siswa.
Pembahasan hasil penelitian (KKM). Juga telah melakukan
dikemukakan menurut komponen 8 SNP pengembangan kurikulum muatan lokal
berikut: (1) standar isi, (2) standar yang berorientasi pada kebutuhan
proses, (3) standar kompetensi daerah, kebutuhan social masyarakat,
lulusan, pengembangan budaya, pengembangan
(4) standar penidik dan tenaga potensi social yang bedaya saing
kependidikan, (5) standar saran dan nasional maupun internasional.
prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) Indikator yang terkesan masih
standar pembiayaan, dan (8) standar lemah dalam penerapannya, antara lain
penilaian. pengembangan silabus mata pelajaran
Standar Isi yang menggunakan 7 langkah
Temuan penelitian ini pengembangan, penyusunan RPP yang
menunjukan sebagian besar indikator berdasarkan prinsip mendorong
standar isi yang terpenuhi pada SMP partisipasi aktif dalam pembelajaran,
Negeri di Sulawesi Selatan. Indikator pengembangan budayan membaca dan
yang sudah terpenuhi itu antara lain: menulis, pemanfaatan teknologi
telah melaksanakan KTSP pada semua informasi dan komunikasi dalam
mata pelajaran, telah melaksanakan pembelajaran.
kegiatan pengembangan KTSP sesuai Standar Proses
ketentuan, memiliki dokumen kurikulum Temuan penelitian menunjukkan
berupa dokumen I (buku KTSP) dan indikator standar proses yang terpenuhi
silabus untuk semua mata pelajaran, sekaligus menjadi kekuatan antara lain:
memiliki dokumen kegiatan remedial guru-guru mengembangkan Silabus
dan pengayaan oleh guru, memiliki secara mandiri, guru-guru melaksanakan
dokumen kegiatan Bimbingan Konseling proses pembelajaran sesuai KTSP, guru-
dan ekstra kurikuler, memiliki dokumen guru menyusun RPP dengan
Standar Kompetensi (SK) untuk semua memperhatikan karakteristik peserta
mata pelajaran, memiliki dokumen didik yaitu: kemampuan awal peserta
kalender akademik, telah memiliki didik, tingkat intelektuan, minat dan
dokumen Kriteria Ketuntasan Minimal
bakat, motivasi belajar, kemampuan tes. Demikian juga perilaku supervisi
social, gaya belajar, kebutuhan khusus, akademik kepala sekolah, masih banyak
dan latar belakang budaya (multi kultur). yang belum menerapkan teknik-teknik
Demikian juga kepala sekolah telah supervisi akademik secara simultan
melaksanakan supervisi pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan
yang mencakup: perencanaan, profesionalisme guru. Temuan penelitian
pelaksanaan, dan penilaian, kepala menunjukan teknik supervisi akademik
sekolah menindak lanjuti hasil supervise. kunjungan kelas yang paling sering
Kepala sekolah melaksanakan supervise dilakukan oleh kepela sekolah,
pembelajaran dengan memperhatikan 4 sementara teknik observasi kelas, teknik
tahap pembelajaran: (1) persiapan, (2) pertemuan individual, teknik kunjungan
pelaksanaan, (3) evaluasi pembelajaran, antar kelas, teknik menilai diri sendiri,
dan (4) rencana tindak lanjut. dan teknik supervisi kelompok sangat
Dari semjumlah indikator standar jarang diterapkan. Temuan ini sejalan
proses yang dikemukakan telah tersedia dengan kasus yang diungkapkan oleh
di sekolah dan dilaksanakan sesuai LPPKS, 2015) :sering dijumpai adanya
standar. Namun demikian masih terdapat seorang kepala sekolah dalam
beberapa indikator pelaksanaan yang melaksanakan supervisi akademik hanya
perlu ditingkatkan kualitasnya. datang ke sekolah dengan membawa
Penelitian ini menemukan beberapa instrumen pengukuran unjuk kerja.
indikaor yang masih lemah antara lain Kemudian masuk ke kelas melakukan
lain; masih banyak guru belum pengukuran terhadap unjuk kerja guru
menerapkan berbagai jenis tes dalam yang sedang mengajar. Setelah itu,
mengevaluasi pembelajaran melalui selesailah tugasnya, seakan-akan
penilaian formatif dan summative. Pada supervisi akademik sama dengan
hal penggunaan jenis-jenis tes dalam penilaian guru dalam pelaksanaan
menilai pembelajaran amat penting pembelajaran (LPPKS, 2016).
dalam memberikan pengalaman siswa Perilaku supervisi akademik
unuk memahami penerapan jenis-jenis sebagaimana digambarkan di atas
10

merupakan salah satu contoh perilaku setiap kelas menunjukkan peningkatan


supervisi akademik yang salah. Karena dari setiap semester, (2) tingkat
supervisi akademik sama sekali bukan kelulusan meningkat dari tahun ke tahun,
penilaian unjuk kerja guru melainkan (3) angka tinggal kelas dan drop out
meningkatkan kualitas kompetensi guru. menurun. Temuan penelitian yang
Standar Kompetensi Kelulusan memerlukan peneguhan, antara lain;
Temuan penelitian pemenuhan hasil belajar peserta didik belum semua
standar kompetensi kelulusan mata pelajaran melampau standar
menunjukan beberapa hal: (1) memiliki nasional yaitu nilai 75.
dokumen Kriteria Ketuntasan Minimal Standar Pendidik dan Tenaga
(KKM) untuk kelompok mata pelajaran Kependidikan
yang meliputi: Iptek, IPS dan Seni Indikator keterpenuhan standar
Budaya; (2) guru mengajar dengan pendidik dan tenaga kependidikan,
mengutamakan keterlibatan siswa secara meliputi: (1) 75% kualifikasi guru S-
aktif dalam proses pembelajaran; (3) 1/
guru melaksanakan proses pembelajaran D.IV; (2) 75% guru mengajar sesuai
sebagian besar menggunakan CTL; (4) latar belakang ijazah; (3) kualifikasi
menggunakan media pembelajaran pendidikan kepala sekolah, wakasek dan
lingkungan; (5) melatih siswa berfikir tenaga pendidik semua sudah S-1; (4)
kritis, kreatif dan inovatif; (6) mempunyai Tata Usaha sesuai standar;
melaksanakana proses pembelajaran (5) tenaga laboran, pustakawan dan
pembiasan; (7) siswa memperoleh tenaga administrasi 75% sesuai keahlian
pengalaman di bidang seni dan pendidikan; (6) tenaga pendidik dan
budaya; tenaga kependidikan 90% berperilaku
(8) siswa dilatih memperoleh baik; (7) kepala sekolah memiliki
pengalaman berjiwa/ sikap sportif; (9) pengalaman sebagai pendidik; (8)
siswa diberi pengalaman dalam memiliki guru BK yang cukup memadai;
kehidupan sosial bermasyarakat dan (9) kepala sekolah melaksanakan
bernegara. Temuan penelitian hasil supervise dengan baik.
belajar: (1) rata-rata nilai mata pelajaran
11

Temuan penelitian menujukan tenaga laboran dan pustakawan. Apabila


bahwa semua indikator tersebut di atas SMP belum memiliki tenaga laboran dan
memiliki dokumen di sekolah. Namun pustakawan, maka tugas tersebut
ada beberapa hal yang masih perlu di menjadi tugas tambahan guru.
ulas lebih lanjut. Pertama, jenis Standar Sarana dan Prasarana
ketenagaan yang terdapat di SMP terdiri Indikator sarana dan prasarana,
atas (1) kepala sekolah, (2) wakil kepala meliputi: (1) memiliki luas lahan sesuai
sekolah, (3) guru mata pelajaran, (4) ketentuan; (2) memiliki gedung sekolah
guru pembimbing, (5) laboran, (6) sendiri; (3) memiliki ruang Kepala
pustakawan, (7) pegawai tata usaha Sekolah dengan ruang TU; (4) memiliki
(termasuk keamanan sekolah). Kedua, sarana /prasarana belajar yang cukup; (5)
persyaratan kepala sekolah dari segi memiliki ruang laboratorium (IPA
kualifikasi S-1/D IV sudah terpenuhi Biologi, IPA Fisika, Ruang Perpustakaan
bahkan sudah beberapa kepala SMP dan Ruang Keterampilan; (6) memiliki
berkualifikasi S-2 dan S-3. Demikian ruang BK, OSIS, Pramuka, UKS; (7)
pula persyaratan kualifikasi guru S-1/D memiliki ruang guru; (8) terdapat
IV sudah melampaui standar 75%. Musholla; (9) terdapat fasilitas olah raga
Selain kekuatan, juga terdapat beberapa (alat dan lapangan); (10) terdapat
kelemahan, antara lain; pengangkatan gudang dan aula.
kepala sekolah realitasnya lebih Meskipun secara umum,
berorientasi ke kepentingan politis indikator sarana dan prasarana tersebut
praktis seperti pengkavlingan jabatan. di atas tersedia pada semua
Konsekuensinya, sertifikat kepala sekolah,namun dari segi kualitas
sekolah (SKS) yang dipersyaratkan oleh tampaknya belum memadai. Komponen
Pemrmen 13 Tahun 2007 Tentang prasarana yang masih belum banyak
Kompetensi Kepala Sekolah nyaris tidak sekolah memilikinya adalah kamar
berlaku dalam pengangkatan kepala mandi khusus kepala sekolah dan ruang
sekolah. Temuan penelitian lainnya, serbaguna untuk pengembangan minat
terdapat beberapa SMP belum memiliki dan bakat siswa. Misalnya, penggiatan
berbagai lomba seperti olah raga, tenaga kepandidikan; (6) terdapat
kesenian, drama, puisi, dan layanan dokumen pengelolaan pembiayaan; (7)
klinis lainnyUntuk indikator sarana yang memiliki dokumen pembinaan
belum memadai, terutama peralatan kesiswaan; (8) memiliki dokumen
pembelajaran laboratorium IPA, Biologi, pengelolaan sarana dan prasarana; (9)
dan Fisika, peralatan perpustakaan ada aturan untuk mengendalikan tata
seperti computer untuk menyimpan data tertib dan keamanan sekolah; (10)
katalog atau perpustakaan digital, memiliki dokumen pengelolaan
fasilitas dan peralatan olah raga dan pembelajaran; (11) memiliki dokumen
kesenian. supervisi guru; (12) memiliki dokumen
Berdasarkan temuan tersebut, pengelolaan pegawai.
maka prioritas kebijakan pemenuhan Temuan penelitian keterpenuhan
standar sarana dan prasarana perlu lebih standar pengelolaan menunjukkan
ditekankan pada kelengkapan peralatan bahwa pencapaian indikator standar
pembelajaran dan modernisasi layanan pengelolaan pada umumnya sudah
perpustakaan melalui perpustakaan berada di atas rata-rata berdasarkan hasil
digital. Hal ini dimungkinkan dapat pengkajian dokumen yang dimiliki
mendorong budaya gemar membaca oleh sekolah. Tidak kalah pentinganya,
warga sekolah terutama para siswa. temuan penelitian ini menunjukkan
Standar Pengelolaan bahwa sistem informasi manajemen
Indikator Standar Pengelolaan, (SIM) sekolah belum terkelola secara
meliputi: (1) terdapat rumusan visi-misi, efektif dan efisien. Artinya belum
dan tujuan sekolah; (2) memiliki sepenuhnya mendukung
program kerja menengah (4 tahun) dan penyelenggaraan administrasi
program kerja tahunan; (3) memiliki pendidikan yang efektif dan efesien, dan
dokumen pengelolaan 8 Standar akuntabel. SIM sahinya menyediakan
Nasional Pendidikan; (4) memiliki dokumen fasilitas infomasi atau
struktur organisasi sekolah; (5) ada pangkalan data yang muda diakses baik
program pemberdayaan pendidik dan berupa permintaan informasi maupun
pemberian informasi dari pemangku Tentang Sistem Pndidikan Nasional,
kepentingan berkaitan dengan pasal 34 ayat (2) berbunyi
pengelolaan sekolah baik secara lisan “Pememerintah dan Pemerintah Daerah
maupun tertulis. Untuk itu menjamin terselengaranya wajib blajar
pengembangan SIM di sekolah perlu minimal pada jenjang pendidikan dasar
menjadi prioritas dalam meningkatkan tanpa memungut biaya”. Pemerintah
efkektivitas dan efesiensi standar menyediakan pembiayaan sekolah
pengelolaan. melalui dua jenis anggaran yaitu dana
Standar Pembiayaan BOS dan Hibah yang disertai SOP.
Indikator Standar Pembiayaan Dengan demikian, tugas utama sekolah
meliputi: (1) memiliki dokumen nilai dalam standar pembiayaan hanya
asset; (2) terdapat Rencana Kerja membuat Rencana Kerja Anggaran
Anggaran Sekolah (RKAS); (3) Sekolah (RKAS) dan dokumen realisasi
memiliki modal kerja/anggaran untuk seperti tersebut di atas.
pembiayaan sekolah; (4) memiliki data Standar Penilaian Pendidikan
pembayaran gaji/upah; (5) memiliki Indikator Standar Penilaian,
anggaran pembiayaan sarana dan meliputi: (1) setiap guru merancang
prasarana; (6) memiliki anggaran kriteria penilaian yang di muat dalam
pembiayaan ujian semester, ujian silabus; (2) setiap silabus mata pelajaran
sekolah dan UN; (7) memiliki data dilengkapi dengan indikator pencapaian
sumber dana yang jelas dan teratur; (8) Kompetensi Dasar (KD); (3) guru
terdapat laporan pertanggung jawaban memiliki dan mengembangkan berbagai
keuangan tahunan. instrumen penilaian; (4) setiap mata
Temuan penelitian ini pelajaran dilengkapi dengan pedoman
menunjukan bahwa satuan pendidikan penilaian sesuai bentuk dan tekniknya;
tingkat SLTP termasuk jenjang (5) guru memiliki dokumen hasil
pendidikan dasar yang melaksanakan penilaian; (6) guru menganalisis hasil
wajib belajar sebagaimana diatur dalam penilaian untuk kegiatan perbaikan; (7)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun setiap mata pelajaran di tetapkan KKM-
2003
nya; (8) sekolah memiliki program individual maupun kelompok.
evaluasi semester dan ujian akhir Berdasarkan temuan tersebut, maka
semester; (9) sekolah memiliki prioritas untuk kebijakan pembinaan
dokumen hasil ujian 2 tahun terakhir; guru lebih diarahkan pada kemampuan
(10) sekolah memiliki dokumen dan keterampilan pengembangan
penerbitan Ijazah. berbagai bentuk dan jenis instrumen
Temuan penelitian pemenuhan penilaian seperti instrumen evaluasi,
standar penilaian menujukkan bahwa instrument pengukuran, dan asesmen
semua indikator standar penilaian hasil belajar. Hal ini berguna untuk
tersebut di atas terpenuhi berdasarkan peningkatan kemampuan dan
dokumen yang terdapat di sekolah. keterampilan penilaian sebagai salah
Namun terdapat beberapa indikator yang satu tugas pokok guru sebagai agen
masih perlu dibahas lebih lanjut. pembelajaran.
Temuan yang tidak kalah pentingnya
SIMPULAN
dari penilitian ini, antara lain belum
semua guru menggunakan berbagai Standar Isi
bentuk dan jenis tes dalam menilai hasil Indikator standar isi yang terpenuhi
belajar melalui tes formatif dan tes berdasarkan kepemilikan dokumen
summative. Hanya bentuk tes essai dan meliputi: (1) dokumen pengembangan
tes pilihan ganda yang paling populer kurikulum; (2) dokumen pengelompokan
bagi para guru yang digunakan pada tes kurikulum mata pelajaran; (3) dokumen
formatif dan summative. Pada hal penysunan kurikulum untuk setiap mata
idealnya semua jenis tes penting pelajeran; (4) dokumen kalender
diterapkan melalui tes formatif dan tes pendidikan; (5) dokumen pengembangan
summative agar siswa memiliki kurikulum muatan local; (6) dokumen
pemahaman luas terhadap berbagai penyusunan silabus dan RPP, demikian
bentuk dan jenis tes. Demikian juga juga pelaksanaanya sudah termasuk
masih jarang guru memiliki fortopolio kategori baik.
rekaman jejak perilaku siswa baik secara
Standar Proses dokumen melaksanakana proses
Kriteria standar proses yang terpenuhi pembelajaran pembiasan; (7) dokumen
sesuai indikator, meliputi: (1) dokumen siswa memperoleh pengalaman di
silabus menjadi acuan dalam bidang seni dan budaya; (8) dokumen
pngembangan RPP; (2) dokumen siswa dilatih memperoleh pengalaman
identitas mata pelajaran; (3) Standar berjiwa/ sikap sportif; (9) dokumen
Kompetensi & Kompetensi Dasar; (4) siswa diberi pengalaman dalam
dokumen indikator pencapaian kehidupan sosial bermasyarakat dan
kompetesi; (5) dokumen materi ajar; (6) bernegara. Temuan penelitian yang
dokumen penilaian hasil belajar; (7) dan memerlukan peneguhan, antara lain;
dokumen capaian kemajuan hasil belajar hasil belajar peserta didik belum semua
meningkat secara berkelanjutan dari mata pelajaran melampau standar
tahun ke tahun. Sedangkan Indikator nasional yaitu nilai 75.
yang belum terpenuhi adalah supervisi Standar Tenaga Pendidik dan Tenaga
kepala sekolah yang belum menerapkan Kependidikan
teknik-teknik supervise dalam Indikator standar pendidik dan tenaga
pengembangan dan pembinaan kependidikan yang terpenuhi, meliputi:
pelaksanaan profesionalisme guru. a. Tenaga Pendidik: 75% kualifikasi
Standar Kompetensi Kelulusan guru S-1/ D.IV; dan guru mengajar
Indikator standar kompetensi kelulusan sesuai latar belakang ijazah; dan
yang terpenuhi, meliputi: (1) memiliki berperuilaku baik. b. Tenaga
dokumen Kriteria Ketuntasan Minimal Kependidikan (kepala sekolah).
(KKM); (2) memiliki dokumen guru Indikator yang terpenuhi: (1) kualifikasi
mengajar; (3) memiliki dokumen guru pendidikan sudah S-1/D IV; (2)
melaksanakan proses pembelajaran memiliki pengalaman sebagai pendidik
menggunakan CTL; (4) dokumen (3) memiliki sertifikat pendidik (4)
menggunakan media pembelajaran tenaga pendidik dan tenaga
lingkungan; (5) dokumen melatih siswa kependidikan 90% berperilaku baik.
berfikir kritis, kreatif dan inovatif; (6)
Indikator yang belum terpenuhi, memiliki kamar mandi khusus, (2)
meliputi: (1) pendidikan tenagaTata perpustakan dengan fasilitas digital
Usaha sebagian sebagian besar belum belum merata ke semua sekolah, (3)
sesuai standar; (2) tugas laboran dan sarana olah raga ketersediaanya
pustakawan sebagian besar dijalankan bevariasi.
oleh guru mata pelajaran, (3) sebagian Standar Pengelolaan
besar tugas BK dijalankan oleh guru Indikator standar Pengelolaan, meliputi:
mata pelajaran; (4) rekrutmen kepala (1) terdapat rumusan visi-misi, dan
sekolah belum sepenuhnya berdasar tujuan sekolah; (2) memiliki program
pada sertifikat kepala sekolah (SKS) dari kerja menengah (4 tahun) dan program
LPPKS. kerja tahunan; (3) memiliki dokumen
Standar Sarana dan Prasarana pengelolaan 8 Standar Nasional
Indikator sarana dan prasarana yang Pendidikan; (4) memiliki struktur
terpenuhi, meliputi: (1) memiliki luas organisasi sekolah; (5) ada program
lahan sesuai ketentuan; (2) memiliki pemberdayaan pendidik dan tenaga
gedung sekolah sendiri; (3) memiliki kepandidikan; (6) terdapat dokumen
ruang Kepala Sekolah dengan ruang TU; pengelolaan pembiayaan; (7) memiliki
(4) memiliki sarana/prasarana belajar dokumen pembinaan kesiswaan; (8)
yang cukup; (5) memiliki ruang memiliki dokumen pengelolaan sarana
laboratorium (IPA Biologi, IPA Fisika, dan prasarana; (9) ada aturan untuk
Ruang Perpustakaan dan Ruang mengendalikan tata tertib dan keamanan
Keterampilan; (6) memiliki ruang BK, sekolah; (10) memiliki dokumen
OSIS, Pramuka, UKS; (7) memiliki pengelolaan pembelajaran; (11)
ruang guru; (8) terdapat Musholla; (9) memiliki dokumen supervisi guru; (12)
terdapat fasilitas olah raga (alat dan memiliki dokumen pengelolaan pegawai.
lapangan); (10) terdapat gudang dan Dari 12 indikator tersebut di atas,
aula. Indikator yang belum terperpenuhi indikator yang belum sepenuhnya
sepenuhnya, antara laian (1) ruang terpenuhi adalah supervise guru oleh
kantor kepala sekolah belum semua kepala sekolah. Kepala sekolah masih
memiliki pemahaman beragam terhadap BOS dan blockgrant sangat terbatas
supervise akademik. Masih banyak untuk mengembangkan kreativitas
kepala sekolah memahami supervise sekolah.
akademik sama dengan menilai kinerja Standar Penilaian Pendidikan
guru, pada hal supervise akademik Indikator Standar Penilaian yang
adalah untuk mengembangkan terpenuhi, meliputi: (1) setiap guru
kompetensi professional guru. merancang kriteria penilaian yang di
Standar Pembiayaan muat dalam silabus; (2) setiap silabus
Indikator standar pembiayaan yang mata pelajaran dilengkapi dengan
terpenuhi dari aspek dokumen, meliputi: indikator pencapaian Kompetensi Dasar
(1) memiliki dokumen nilai asset; (2) (KD); (3) guru memiliki dan
terdapat Rencana Kerja Anggaran mengembangkan berbagai instrumen
Sekolah (RKAS); (3) memiliki modal penilaian; (4) setiap mata pelajaran
kerja/anggaran untuk pembiayaan dilengkapi dengan pedoman penilaian
sekolah; (4) memiliki data pembayaran sesuai bentuk dan tekniknya; (5) guru
gaji/upah; (5) memiliki anggaran memiliki dokumen hasil penilaian; (6)
pembiayaan sarana dan prasarana; (6) guru menganalisis hasil penilaian untuk
memiliki anggaran pembiayaan ujian kegiatan perbaikan; (7) setiap mata
semester, ujian sekolah dan UN; (7) pelajaran di tetapkan KKM-nya; (8)
memiliki data sumber dana yang jelas sekolah memiliki program evaluasi
dan teratur; (8) terdapat laporan semester dan ujian akhir semester; (9)
pertanggung jawaban keuangan tahunan. sekolah memiliki dokumen hasil ujian 2
Semua dokumen tersebut, tersedia di tahun terakhir; (10) sekolah memiliki
sekolah. Artinya sekolah telah mampu dokumen penerbitan Ijazah. Hal yang
mengelola anggaran secara efektif dan masih menjadi kelemahan pada guru
efesien untuk memenuhi standar adalah belum menerapkan jenis-jenis tes
tersebut. Namun pada umumnya sekolah dalam menilai hasil pembelajaran
masih merasakan anggaran yang hanya melalui tes formatif dan tes summative.
bersumber dari pemerintah melalui dana
DAFTAR RUJUKAN Guru sebagai

Abbas, Hafid. 2014. Jangan Pernah Ada Kepala


Anak Indonesia yang Tertinggal. Sekolah/Madrasah. Jakarta.
Orasi Ilmiah. Diesnatalis ke 53
UNM Makassar. Harris, Alma & Lembert Linda. (2003).
Achmady, Z.A. (1995). Reformasi Buliding Leadership Capacity For
Administarsi Dalam Pendidikan: School Improvement. Philadelphia: Open
Beberapa Pelajaran University Press Maidenhead.
Kemendikbud. (2014).
Tentang Implementasi Kebijakan. Pelaksanaan Penilaian
Malang: Universitas Brawijaya. Potensi Kepemimpinan Calon
Bryk, A., & Schneider, B. (2002). Trust Kepala
Sekolah/Madrasah
in Schools. New York: Russel Sage. ------- (2019). Peraturan Pemerintah RI
Bryk. A., Sebring, P., Karbow, D., Nomor 19 Tahun 2017 Tentang
Rollow, S., & Easton, J. (1998). Perubahan
Carting Chic School Reform. Atas Peraturan Pemerintah
Boulder, CO, Westview Press. Nomor 74 Tahun 2008 Tentang
Day, C., Harris, Alma., Hadfied, M.,
Toley, H., & Beresford, J. (2000). Guru.
Leading Schools in Times Leith, K., Bauer, S., & Riedlinger, B.
of Change. Buckingham. UK: Open (2006). Developing and
University Press. Sustaining School Principals. In
Depdiknas. (2005). B. Davies (Ed.), Sustaining and
Peraturan Pemerintah Developing Leaders. London
Sage.
Republik Indonesia Nomor 19 Lembaga Pengembangan dan
Tahun 2005 Tentang Standar Pemberdayaan Kepala Sekolah
(LPPKS) Indonesia. (2013).
Nasional Bahan Pembelajaran Diklat
Pendidikan. Jakarta. Calon Kepala Sekolah. Solo:
LPPKS.
-------. (2007). Peraturan Pemerintah McLaughlin, M., & Talbert, J. (2006).
Republik Indonesia Nomor 13 Buliding School-Based Teacher
Learning Communities. New York:
Tahun 2007 Tentang Standar Teacher College Press.
Kepala Newman, F., King, B., & Young, P.
(2000). Profesional
Development that Address
Sekolah/Madrasah. Jakarta. School Capacity.
-------. (2010). Peraturan Pemerintah Paper Presntes at the annual
meeting of the American
Republik Indonesia Nomor 38 Edcation Research
Tahun 2010 Tentang Association. New Orleans.
Pusat Pengembangan Tenaga
Penugasan Kependidikan Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Selatan. Hasil Penelitian
Penjaminan Mutu Pendidikan Ujung Pandang.
Kementerian Pendidikan Nasional ……..(2010). Peranan Kepala Sekolah
Tahun 2011. Buku Kerja Kepala Sebagai
Sekolah. Jakarta.
Pusbangtendik. (2011). Kepemimpinan Pemimpin
Pembelajaran: Materi Pendidikan. Makalah
Pelatihan Penguatan yang disajikan pada Temu
Kemampuan Kepala Ilmiah Internasional
Sekolah. Jakarta: ISMAPI di
Pusbangtendik. Yogyakarta.
Supovitz, J. (2006). The Case For -------(2015). Kualitas
District-Based Reform. Cambrige: Leadership Kepala
Harvard Educational Press. Sekolah
Tolla, Ismail. (2003). Pengembangan dalam Meningkatkan
Standar Manajmen Sekolah
dan Kompensi
Pelayanan Guru Dalam Pembelajara.
Minimum Makalah: Disajikan dalam
Pendidikan Seminas Nasional Forum
Dasar di Pascasarjana UPI di Bandun
Sulawesi

You might also like