You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319238143

Peran Pendidikan Kewirausahaan dan Dukungan Orangtua pada Siswa SMA

Article · August 2017


DOI: 10.21632/ajefb.1.1.25-38

CITATION READS

1 2,010

1 author:

Muhammad Setiawan Kusmulyono


Universitas Prasetiya Mulya
13 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Setiawan Kusmulyono on 05 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Muhammad Setiawan Kusmulyono / Peran Pendidikan Kewirausahaan dan Dukungan Orangtua pada Siswa SMA / 25 - 38

ISSN: 2581-0685

Vol. 1 | No. 1

Peran Pendidikan Kewirausahaan


dan Dukungan Orangtua pada Siswa SMA
Muhammad Setiawan Kusmulyono
Sekolah Bisnis dan Ekonomi, Universitas Prasetiya Mulya
Jl. R.A. Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat, Jakarta 12430

ARTICLE INFO ABSTRACT

Keywords: Entrepreneurs are cultivated by various factors during their lifetime


intention, to determine their decision to be entrepreneurs. It was believed to lead
high school students,
entrepreneurship, the intention of person to choose their career as an entrepreneur. In
parents support, Indonesia, the government have challenges to raise the number of
education entrepreneurs to improve living standards. One of the government
strategy is to introduce entrepreneurship education since high school
Kata Kunci: level. High school has an obligation to teach entrepreneurship to
Niat berwirausaha, students, but the school has authorization to manage the content,
siswa SMA, methods, and delivery process. But, in the real condition, students in
kewirausahaan,
dukungan orangtua, high school level are still being influenced by their parents decision.
dan pendidikan So, the challenges will not be easier for school to increase the student’s
intention to be entrepreneurs. By using quantitative approach, this
research combined the entrepreneurship education and parents
support factors to identify the impact in students decision making to
become startup entrepreneur. The results viewed that school roles
is more influential than parents support in determining the students
decision. It can be occured because in high school students life, school
exposure is more systemmatic than parents involvement.

SARI PATI

Seorang wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor ketika


mengambil keputusan untuk terjun ke dunia kewirausahaan. Faktor-
faktor tersebut diyakini sebagai salah satu motivasi utama seseorang
untuk memilih karir menjadi seorang wirausaha. Indonesia
memiliki tantangan yang sangat besar untuk meningkatkan jumlah
wirausaha yang dapat mendorong peningkatan standar hidup. Salah
satu strateginya, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan
kewirausahaan sejak di level Sekolah Menengah Atas. Sekolah
Menengah Atas pun menerapkan kebijakan tersebut, namun
dengan penyesuaian mulai dari konten, metode pengajaran hingga
cara penyampaiannya. Namun, dalam dunia nyata, siswa SMA
cenderung sangat dipengaruhi oleh orang tuanya dalam mengambil
keputusan. Jadi, hal tersebut tidak akan mudah bagi sekolah untuk
meyakinkan niat siswa untuk menjadi seorang wirausaha. Melalui
Corresponding author: pendekatan kuantitatif, pendelitian ini mencoba mengidentifikasi
setiawan@pmbs.ac.id kombinasi antara pendidikan kewirausahaan di sekolah dengan

- 25 -
AJEFB - Asian Journal of Entrepreneurship and Family Business | Vol. I No. 01 (2017 - 2018)

peran orang tua dalam membentuk minat berwirausaha dari siswa


SMA. Hasilnya menunjukkan bahwa ternyata pembelajaran di
sekolah lebih memiliki pengaruh dibandingkan peran orang tua. Hal
ini dapat terjadi karena eksposur sekolah berjalan lebih sistematis
dibandingkan upaya orang tua dalam memberikan pengaruhnya di
rumah.

© 2017 AJEFB, All rights reserved.

PENDAHULUAN kualitas pendidikan kewirausahaan antar


Sejak tahun 2009, Pemerintah Republik sekolah di Indonesia tergantung dari
Indonesia telah meluncurkan Program komitmen sekolahnya.
Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN).
Gerakan Kewirausahaan Nasional ini Perbedaan yang terlihat antara lain upaya
dilaksanakan secara serentak oleh seluruh sekolah dalam meletakkan mata pelajaran
kementerian dengan Kementerian Koordinator kewirausahaan di dalam kurikulum.
Perekonomian sebagai motor penggeraknya. Walaupun sudah diamanatkan dalam
Kementerian Pendidikan Nasional menjadi kurikulum nasional, sekolah masih memiliki
salah satu yang memberikan respon keleluasaan untuk memprioritaskan
terhadap Gerakan Kewirausahaan Nasional. kewirausahaan atau tidak. Pada akhirnya,
Pada tahun 2013, Kementerian Pendidikan komitmen ini terlihat pada upaya sekolah
Nasional mengujicobakan kurikulum 2013 dalam mempersiapkan fasilitas pendukung,
di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah kesiapan tenaga pengajar, dan peletakan
pertama, dan sekolah menengah atas dengan materi kewirausahaan dalam kurikulum.
menyertakan kewirausahaan dalam paket
mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan Berdasarkan wawancara dengan beberapa
di level sekolah menengah atas. Harapannya, tenaga pengajar di beberapa sekolah
proses pendidikan kewirausahaan yang menengah atas, ditemukan beberapa
berjenjang dapat bermuara pada munculnya informasi yang bermanfaat. Beberapa
wirausaha-wirausaha baru yang tangguh. sekolah memiliki pilihan dalam meletakkan
materi kewirausahaan di dalam kurikulum.
Situasi ini menunjukan bahwa arah Pertama, kewirausahaan disisipkan sebagai
pendidikan nasional, terutama di level bagian dari materi pelajaran ekonomi
menengah atas mulai berkomitmen dan diajarkan oleh guru ekonomi. Kedua,
untuk mengembangkan pendidikan kewirausahaan dilaksanakan sebagai mata
kewirausahaan. Namun, komitmen pelajaran tersendiri dan diajarkan oleh guru
ini tidak dapat dikembangkan dengan yang ditunjuk sekolah. Guru ini bisa saja
mudah, dikarenakan area pengembangan berasal dari guru ekonomi, namun tidak
pendidikan kewirausahaan masih sangat jarang ditemukan guru-guru dengan latar
terbatas. Berdasarkan hasil observasi belakang biologi, fisika, kimia, bahkan agama,
lapangan, komitmen pemerintah ini perlu diminta untuk menjadi pengajarnya. Ketiga,
disinergikan dengan komitmen sekolah untuk kewirausahaan dijadikan sebagai bagian
menjalankan pendidikan kewirausahaan. dari ekstrakurikuler dengan membentuk
Hal ini dikarenakan terjadinya perbedaan komunitas atau organisasi informal seperti

- 26 -
Muhammad Setiawan Kusmulyono / Peran Pendidikan Kewirausahaan dan Dukungan Orangtua pada Siswa SMA / 25 - 38

klub wirausaha. Keempat, sekolah tidak karya kreatif dari siswa yang belajar
menyediakan bagian khusus tentang mata pelajaran kewirausahaan. Sekolah
wirausaha, namun menyediakan wadah ini menyelenggarakan mata pelajaran
rutin seperti pameran usaha bagi siswanya kewirausahaan bagi siswa kelas X, XI, dan XII,
yang ingin memamerkan hasil kreativitasnya namun fokus lebih tinggi dilaksanakan pada
untuk diperjualbelikan. saat siswa studi di kelas XII.

Pada sisi sekolah, keragaman komitmen Kerangka Teoritis dan Hipotesis


ini menjadikan perwujudan pendidikan Peran Pendidikan Kewirausahaan
kewirausahaan di level sekolah menengah Pendidikan kewirausahaan termasuk
atas menjadi menantang. Tantangannya arus baru dalam keilmuan di manajemen.
adalah apakah komitmen tersebut mampu Namun, beberapa penelitian telah
mendorong siswa untuk memiliki minat memberikan indikasi kontribusi pendidikan
berwirausaha yang lebih tinggi selepas kewirausahaan terhadap penciptaan bisnis-
menamatkan pendidikannya. bisnis baru. Penelitian yang dilakukan oleh
Lestari dan Wijaya (2012) di sebuah perguruan
Pada sisi lain, minat berwirausaha pada tinggi menunjukkan bahwa pilihan karir
siswa sekolah tidak hanya didominasi oleh berwirausaha dapat terwujud dengan adanya
peran sekolah, namun juga terdapat peran pendidikan kewirausahaan yang membantu
orangtua. Peran orangtua sangat relevan siswa dalam memiliki pola pikir, sikap, dan
karena keputusan mengenai sekolah yang perilaku wirausaha. Sebuah penelitian dalam
akan diambil oleh siswa pada level pendidikan konteks studi longitudinal yang dilakukan
menengah atas, masih merupakan domain oleh Varela dan Jimenez (2001) juga
dari orangtua. Latar belakang orangtua menunjukkan bahwa level kewirausahaan
yang beragam, baik pengusaha maupun tertinggi diperoleh oleh universitas yang
profesional, juga turut berkontribusi terhadap menginvestasikan pendidikan kewirausahaan
upaya orangtua untuk mendorong minat bagi mahasiswanya dibandingkan universitas
dan cita-cita anaknya selepas menamatkan yang tidak melakukannya.
pendidikannya.
Disertasi yang dilakukan oleh Lorz (2011)
Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan menunjukkan bahwa penelitian tentang
untuk mengetahui peran sekolah dan orangtua pendidikan kewirausahaan sejak tahun
dalam mendorong minat berwirausaha dari 1984 hingga 2010 telah menghasilkan
siswa di level pendidikan menengah atas artikel tentang pendidikan kewirausahaan
di Indonesia. Penelitian ini penting untuk sebanyak 41 buah. Dari jumlah tersebut, 33
dilakukan agar dapat diketahui faktor apa artikel menunjukkan bahwa pendidikan
yang paling berpengaruh kepada minat siswa kewirausahaan memberikan dampak
untuk memiliki usaha di masa depan. positif terhadap minat berwirausaha,
2 artikel menunjukkan dampak negatif
Penelitian ini mengambil konteks pada terhadap minat berwirausaha, dan 6 artikel
sekolah yang memiliki komitmen untuk sisanya menunjukkan hasil campuran,
menyelenggarakan mata pelajaran yaitu tidak signifikan memberikan dampak
kewirausahaan secara khusus dan juga positif maupun negatif terhadap minat
menyediakan pameran bisnis sebagai berwirausaha.
salah satu ajang untuk implementasi Salah satu penelitian yang membahas tentang

- 27 -
AJEFB - Asian Journal of Entrepreneurship and Family Business | Vol. I No. 01 (2017 - 2018)

dampak positif pendidikan kewirausahaan dan memenuhi kualifikasi untuk menjadi


terhadap minat berwirausaha adalah pengusaha tanpa harus bermuara menjadi
Bakotic dan Kruzic (2010). Penelitiannya seorang pengusaha. Namun, dalam konteks
menunjukkan bahwa pendidikan menjadi Isaacs dkk (2007), pendidikan kewirausahaan
salah satu faktor dalam variabel dukungan lebih dikaitkan pada peran sebuah usaha
lingkungan yang mempengaruhi sikap dan dalam melakukan utilisasi sumber daya untuk
minat kewirausahaan. Penelitian Wu dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
Wu (2008) menunjukkan bahwa dampak komunitas.
potensial yang dapat ditimbulkan dari
pemberian pendidikan kewirausahaan Pada penelitian lain yang dilakukan oleh
pada level pendidikan tinggi adalah adanya Linan (2004) menunjukan bahwa terdapat
perubahan dalam pengembangan aspek 4 pendekatan berbeda dalam menjalankan
personal seperti nilai dan sikap, perubahan program pendidikan kewirausahaan.
dalam kemampuan, dan perubahan yang Pendekatan pertama adalah pendidikan untuk
dapat memberikan dampak sosial. meningkatkan kesadaran berwirausaha.
Pendekatan kedua adalah pendidikan untuk
Pendidikan kewirausahaan sendiri memiliki usaha pemula. Ketiga adalah pendidikan
perdebatan dalam definisinya. Menurut untuk dinamika berwirausaha, dan keempat
Fayolle dkk (2006), pendidikan kewirausahaan adalah pembelajaran berkelanjutan bagi
merupakan proses pendidikan untuk wirausaha.
mempersiapkan keterampilan dan sikap
berwirausaha dengan upaya mengembangkan Penelitian Linan (2004) ini tentunya dapat
kualitas-kualitas personal yang unggul. menjembatani konsep dan konteks yang
Fayolle dkk (2006) juga menambahkan bahwa berbeda dalam penelitian antara Fayolle
pendidikan kewirausahaan, terutama pada (2006) dan Isaacs (2007). Penelitian Linan
level pendidikan dasar dan menengah tidak (2004) menunjukan bahwa pendidikan
harus berfokus pada penciptaan bisnis-bisnis kewirausahaan dapat diterapkan secara
baru. berbeda tergantung dengan sasaran yang
ingin dipengaruhi. Menurut Cho (1998)
Pendidikan kewirausahaan menurut Isaacs salah satu hal yang terpenting dalam proses
dkk (2007) adalah suatu struktur formal pendidikan kewirausahaan adalah mampu
yang dipergunakan untuk menyampaikan mendukung motivasi, pengetahuan, dan
pengetahuan tentang kompetensi keterampilan siswa dalam mempersiapkan
berwirausaha yang diterjemahkan dalam sebuah usaha baru. Penelitian Linan (2004)
konsep, keterampilan, dan kesadaran mental ini juga diperkuat oleh temuan yang dirilis
yang dilakukan oleh individu dalam memulai oleh OECD (2005) yang menunjukkan belum
dan menjalankan usahanya. Konteks yang terdapatnya model tunggal yang dapat
diterangkan dalam penelitian Isaacs dkk dijadikan panduan utama dalam pendidikan
(2007) cukup bertentangan dengan konsep dan pelatihan kewirausahaan dan bagaimana
yang dijelaskan oleh Fayolle dkk (2006) dalam kewirausahaan tersebut sebaiknya diajarkan.
penelitiannya.
Peran Dukungan Orangtua
Fayolle dkk (2006) lebih mengarahkan Menurut Prabhu dan Thomas (2014),
pendidikan kewirausahaan pada upaya secara tradisional, kewirausahaan yang
peningkatan kualitas individu yang unggul berkembang di masyarakat difasilitasi oleh

- 28 -
Muhammad Setiawan Kusmulyono / Peran Pendidikan Kewirausahaan dan Dukungan Orangtua pada Siswa SMA / 25 - 38

adanya ekosistem berwirausaha dan jejaring layaknya menjalankan bisnis keluarga.


bisnis yang memiliki hubungan saling
ketergantungan. Konsep ini menunjukkan METODE PENELITIAN
kesesuaian dengan teori yang dikemukakan Pengumpulan Data
oleh Ajzen (1991) yang menunjukkan intensi Analisis dalam kajian literatur menunjukkan
sangat mempengaruhi pola perilaku yang peran sekolah dalam mengembangkan
akan dilakukan oleh seseorang. pendidikan kewirausahaan dapat dikaji
dari tiga aspek, yaitu kurikulum, tenaga
Penelitian yang dilakukan oleh Malebana, pengajar, dan fasilitas yang tersedia. Ketiga
dkk (2015) menunjukkan bahwa orang- aspek tersebut dirangkum menjadi aspek
orang yang berada di sekitar dapat peran sekolah. Konsep kurikulum dan tenaga
memberi dukungan dan keyakinan untuk pengajar merupakan hal umum yang terdapat
melaksanakan kegiatan kewirausahaan. dalam suatu sistem pendidikan sekolah.
Fatoki (2014) dalam penelitiannya tentang Namun, dalam penelitian Haruman, Hendri,
pendidikan kewirausahaan di Afrika Selatan dan Hermawan (2009), menunjukkan adanya
menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua pengaruh positif pengajar dan kurikulum
yang cukup tinggi dapat mempengaruhi dalam kualitas lulusan. Oleh karena itu,
keterampilan berwirausaha dari anak-anak. merujuk pada penelitian tersebut, disusunlah
instrumen yang kemudian disesuaikan
Penelitian dari Marhaini dkk (2014) dengan kondisi sekolah menengah atas.
menyampaikan bahwa agar anak dapat Pada aspek fasilitas, disesuaikan juga
memiliki karir sebagai seorang wirausaha, merujuk peneilitian Haruman, Hendri, dan
maka orangtua harus membuka kesempatan Hermawan (2009) yang lebih berfokus pada
untuk berkomunikasi dengan anak-anak aspek fasilitas di perguruan tinggi. Oleh
terkait masa depan mereka terutama dalam karena itu, dilakukan sedikit pengembangan
bidang kewirausahaan. Marhaini dkk (2014) konten instrumen untuk disesuaikan dengan
juga menambahkan bahwa dukungan kebutuhan di sekolah menengah atas.
positif dan konsisten dapat meningkatkan
kemungkinan anak untuk memilih karir Pada kajian keluarga, aspek yang digunakan
dalam bidang wirausaha di masa depan. lebih beragam dengan tujuan untuk
mengidentifikasi peran keluarga dalam
Dukungan keluarga ini dirasakan cukup mendorong minta berwirausaha anaknya
signifikan karena keluarga dianggap di level pendidikan sekolah menengah atas.
memiliki peran sebagai bagian dari kelompok Instrumen dikembangkan sesuai dengan
berwirausaha (Ruef, 2010). Nordqvist dan tinjauan literatur yang sudah dilakukan.
Melin (2010) juga mengindikasikan bahwa
potensi terbesar bagai seseorang untuk H1: Pihak sekolah dan orangtua memiliki
mulai berwirausaha dapat ditemukan di pengaruh terhadap minat siswa SMA
dalam keluarga. Dalam penelitian Pant untuk berwirausaha
(2015) terdapat 3 hal yang menjadikan
keluarga sebagai salah satu unsur penting Variabel peran sekolah merupakan variabel
dalam munculnya semangat berwirausaha, bebas pertama (XI) yang didefinisikan
yaitu keluarga dianggap sebagai kelompok sebagai aspek-aspek dalam konteks sekolah
pendukung, keluarga menyediakan sumber yang mendukung berjalannya pendidikan
daya, dan keluarga mendukung seperti kewirausahaan. Pada variabel bebas pertama,

- 29 -
AJEFB - Asian Journal of Entrepreneurship and Family Business | Vol. I No. 01 (2017 - 2018)

Peran Pengajaran

Peran
Peran Pengajar
sekolah
Minat Berwirausaha
Peran Fasilitas Siswa Sekolah
Menengah Atas
Peran
Keluarga

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

peneliti mengklasifikasikan adanya peran Bulan Maret hingga April 2017 dan
dari pengajaran, pengajar, dan fasilitas. menggunakan skala Likert dalam kuesioner
yang dipergunakan. Skor untuk tiap-tiap
Variabel peran keluarga (X2) merupakan item bergerak dari 1 hingga 5 dengan
variabel bebas kedua yang didefinisikan memperhatikan sifat item sangat tidak
sebagai aspek-aspek dalam keluarga yang setuju hingga sangat setuju. Sebelum menuju
mendukung siswa untuk memiliki minat kesimpulan dan analisis terhadap variabel
berwirausaha. Variabel terikat pertama (Y1) yang diuji, setiap pertanyaan di dalam variabel
adalah variabel terkait minat berwirausaha kuesioner yang diujikan terlebih dahulu
anak SMA yang menunjukkan gambaran diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil dari
mengenai aspek minat untuk berwirausaha uji validitas dan reliabilitas menghasilkan
bagi anak SMA. variabel yang relevan untuk diuji dengan
menggunakan analisis regresi.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XII sekolah menengah atas yang HASIL DAN PEMBAHASAN
di dalam sekolahnya telah mengajarkan Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian
kewirausahaan sebagai mata pelajaran di atas menunjukkan beberapa informasi.
sekaligus menempatkan kewirausahaan Pada variabel peran sekolah yang terdiri dari
sebagai salah satu keunggulan sekolahnya 3 variabel bebas, yaitu peran pengajaran,
dengan rutin menyelenggarakan pameran peran pengajar, dan peran fasilitas, ketiga
bisnis sebagai ajang untuk menunjukkan hasil aspek tersebut menyajikan data yang
kinerja dari siswanya. Sekolah Menengah Atas erat keterkaitannya dan seluruh aspek
ini demi kepentingan penelitian disamarkan yang ditanyakan dalam kuesioner dapat
namanya dengan nama SMA XYZ. dipergunakan. Hal ini menunjukkan alat
ukur yang dipergunakan tergolong tepat
Limitasi yang terdapat dalam penelitian ini dalam mengukur apa yang ingin diukur
adalah tidak dibedakannya antara siswa dalam penelitian ini karena seluruh hasil uji
yang mengambil jurusan IPA dengan IPS validitas menunjukkan angka muatan faktor
dikarenakan dalam kurikulum yang diajarkan diatas 0,5.
oleh sekolah ini, kedua jurusan tersebut
memperoleh bobot pelajaran kewirausahaan Namun, pada uji reliabilitas aspek peran
yang sama dengan pengajar yang sama. fasilitas, terdapat nilai cronbach alpha yang
Data dikumpulkan dalam kurun waktu lebih rendah (0,427) dari nilai cronbach alpha

- 30 -
Muhammad Setiawan Kusmulyono / Peran Pendidikan Kewirausahaan dan Dukungan Orangtua pada Siswa SMA / 25 - 38

Tabel 1. Profil Respondens

Jumlah Responden : 170 siswa


Jumlah Responden Pria : 79 siswa [46,5%]
Jumlah Responden Wanita : 91 siswa [53,5%]
Rata-rata Usia Responden : 17 tahun
Jumlah Responden dengan Orangtua Memiliki Usaha : 94 siswa [55,3%]
Jumlah Responden dengan Orangtua : 76 siswa [44,7%]
Tidak Memiliki Usaha

Tabel 2. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Muatan Cronbach
No Variabel
Faktor Alpha
Peran Sekolah [All] 0,728

Peran Sekolah [Kurikulum] 0,613


SE 1 Saya memperoleh pengetahuan berwirausaha dari 0,804
pengajaran di sekolah
SE 2 Saya senang mengikuti seminar wirausaha, baik dari sekolah 0,610
maupun di luar sekolah
SE 3 Saya memahami dengan baik tentang mata pelajaran 0,828
kewirausahaan di sekolah

Peran Sekolah [Pengajar] 0,756


SE 4 Guru sekolah memiliki pengetahuan yang baik tentang 0,791
kewirausahaan
SE 5 Guru saya memberikan motivasi dalam peningkatan minat 0,864
berwirausaha saya
SE 6 Saya memahami dengan baik materi kewirausahaan yang 0,807
diajarkan oleh guru

Peran Sekolah [Fasilitas] 0,471


SE 7 Sekolah saya memiliki fasilitas yang memadai untuk 0,694
meningkatkan minat berwirausaha saya
SE 8 Perpustakaan menyediakan buku-buku bacaan yang cukup 0,762
tentang kewirausahaan
SE 9 Saya senang membaca artikel internet tentang bisnis dan 0,650
kewirausahaan

Muatan Cronbach
No Variabel
Faktor Alpha
Peran Keluarga 0,827
OT 1 Orang tua saya selalu memberikan perhatian kepada saya 0,740
OT 2 Keluarga saya mengajarkan nilai moral yang baik 0,875
OT 3 Orang tua mengajarkan saya norma-norma yang baik di
0,864
lingkungan keluarga
OT 5 Orang tua selalu memberikan motivasi agar kelak saya
0,514
menjadi orang yang sukses

- 31 -
AJEFB - Asian Journal of Entrepreneurship and Family Business | Vol. I No. 01 (2017 - 2018)

OT 7 Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam


0,698
keluarga
OT 8 Komunikasi yang baik mampu menciptakan harmonisasi
0,740
dalam keluarga

Minat Berwirausaha Siswa SMA 0,881


MB 1 Saya ingin menjadi wirausaha muda yang sukses 0,811
MB 2 Saya akan memulai berwirausaha setelah lulus sekolah 0,724
MB 3 Saya mau bekerja keras demi menjadi wirausaha muda
0,800
sukses
MB 4 Saya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dengan jurusan
0,665
bisnis
MB 5 Saya ingin membantu menurunkan angka pengangguran
0,843
melalui wirausaha
MB 6 Saya ingin membantu meningkatkan ekonomi lokal di
0,744
sekitar saya
MB 7 Saya akan memberdayakan orang-orang di sekitar saya
0,704
dengan usaha yang saya dirikan
MB 9 Saya berani menghadapi risiko berwirausaha 0,681

yang dapat diterima, yaitu 0,6. Namun, jika pembahasan akan disajikan dibagian
seluruh aspek disatukan dalam variabel peran implikasi manajerial. Pada sisi uji reliabilitas,
sekolah, nilai cronbach alpha yang diperoleh nilai cronbach alpha yang dimiliki sebesar
sebesar 0,728 dapat diterima. Informasi ini 0,827 tergolong baik. Hal ini menunjukkan
menunjukkan bahwa alat ukur dalam aspek bahwa alat ukur ini dapat diandalkan untuk
pengajaran dan pengajar termasuk handal mengukur aspek peran keluarga.
untuk dipergunakan, sedangkan alat ukur
untuk aspek fasilitas perlu dikembangkan Pada aspek minat berwirausaha siswa
lebih lanjut agar lebih handal dan memiliki SMA, peneliti mengajukan 10 variabel
hasil yang lebih konsisten. sebagai faktor yang dipergunakan untuk
mengidentifikasi minat berwirausaha siswa
Pada aspek peran keluarga, peneliti SMA. Namun, terdapat 2 variabel yang
mengajukan 8 variabel sebagai faktor yang memiliki nilai muatan faktor kurang dari
dipergunakan untuk mengidentifikasi yang dipersyaratkan. Kedua variabel tersebut
peran keluarga dalam mendukung minat adalah saya yakin terhadap kemampuan saya
berwirausaha untuk siswa SMA. Namun, bahwa saya akan sukses dan saya mampu
dari 8 variabel yang ditanyakan, terdapat 2 menangani masalah yang saya hadapi. Oleh
variabel yang tidak valid untuk digunakan karena itu, dalam aspek ini, hanya terdapat
sebagai alat ukur, yaitu variabel orang tua 8 variabel yang memiliki nilai muatan faktor
mendukung saya untuk menjadi wirausaha yang dipersyaratkan. Pada sisi uji reliabilitas,
dan variabel orang tua mau membantu saya nilai cronbach alpha yang dimiliki oleh aspek
berwirausaha dari segi finansial. Jika ditinjau ini sebesar 0,881 termasuk baik dan mampu
dari pembahasan kajian literatur, terdapat menunjukkan bahwa alat ukur ini dapat
kontradiksi antara hasil awal dengan kajian diandalkan untuk mengukur aspek minat
yang dibahas. Namun, secara lebih lengkap, berwirausaha.

- 32 -
Muhammad Setiawan Kusmulyono / Peran Pendidikan Kewirausahaan dan Dukungan Orangtua pada Siswa SMA / 25 - 38

Tabel 3. Hasil Analisis Regresi

Hubungan Antar Variabel Beta t-value


Peran Sekolah Minat Berwirausaha Siswa SMA 0,302 4,131
Peran Keluarga Minat Berwirausaha Siswa SMA 0,190 2,601
R 0,392
R2 0,154
F value 15,183
Sig 0,000
Adjusted R 2
0,144

Hasil analisis regresi linear yang disajikan Dalam perhitungan analisis regresi terpisah,
dalam tabel diatas menunjukkan hubungan aspek dari peran sekolah yang lebih
antara peran sekolah dan peran keluarga berkontribusi terhadap minat berwirausaha
dengan minat berwirausaha siswa SMA. siswa SMA adalah peran pengajaran (0,402)
Perhatian pertama diarahkan pada nilai dibandingkan dengan peran guru (-0,311),
koefisien determinasi ganda (R2) yang dan peran fasilitas (0,298).
menunjukkan angka 0,154. Angka ini
mengindikasikan bahwa variabel terikat Jika ditinjau dari hipotesis yang diajukan di
yang dapat dijelaskan oleh kedua variabel kerangka awal penelitian, maka hipotesis
bebas hanya sebesar 15,4%. Informasi ini awal yang diajukan dapat diterima karena
menunjukkan bahwa hampir 84,6% sisanya variabel peran sekolah dan peran keluarga
dijelaskan oleh variabel lain. memiliki pengaruh signifikan terhadap minat
berwirausaha siswa SMA.
Pada sisi nilai signifikansi, nilai 0,000
menunjukkan bahwa variabel peran Temuan
sekolah dan peran orang keluarga secara Hasil analisis regresi linear menunjukkan
bersama-sama mempengaruhi variabel bahwa kombinasi antara peran sekolah dan
minat berwirausaha siswa SMA dengan peran orang tua dalam meningkatkan minat
tingkat keyakinan 95%. Hal ini dapat dilihat berwirausaha siswa SMA memberi kontribusi
dengan nilai signifikansi (0,000) yang lebih sekitar 15,4%. Namun, aras peran sekolah
kecil dari nilai alpha (95%). Pada nilai t memberi kontribusi lebih besar dalam
dalam perhitungan analisis regresi diatas hubungan persamaan dalam menentukan
menunjukkan bahwa nilai kedua variabel minat berwirausaha siswa SMA, yaitu
memiliki pengaruh signifikan dalam sekitar 30,4% dengan kontribusi lebih besar
menjelaskan hubungan karena nilai t hitung diberikan oleh aspek pengajaran.
(4,131 dan 2,601) lebih besar dari nilai t uji
sebesar 1,96. Hasil dari analisis regresi ini tentunya sesuai
dengan hasil dari penelitian Lestari dan
Hasil regresi diatas juga menunjukkan Wijaya (2012) yang menunjukkan bahwa
bahwa variabel peran sekolah (0,302) lebih pilihan karir berwirausaha dapat terwujud
berkontribusi dalam mempengaruhi minat dengan adanya pendidikan kewirausahaan
berwirausaha siswa SMA dibandingkan yang membantu siswa dalam memiliki pola
dengan variabel peran keluarga (0,190). pikir, sikap dan perilaku wirausaha. Di dalam

- 33 -
AJEFB - Asian Journal of Entrepreneurship and Family Business | Vol. I No. 01 (2017 - 2018)

konteks penelitian ini, siswa yang dijadikan Pertama, dapat dijadikan sebagai bahan
responden penelitian adalah siswa yang telah argumentasi adalah orang tua siswa yang
duduk di kelas XII. Hal ini menunjukkan menjadi pengusaha tidak menjadi pengusaha
bahwa responden telah memiliki eksposur melalui jalur pendidikan formal, atau tidak
atas pendidikan kewirausahaan yang menempuh pendidikan kewirausahaan dalam
dilakukan pada SMA tersebut selama hampir proses belajarnya. Sebagian besar jenis usaha
2,5 tahun. Oleh karena itu, hal ini menjadi yang disampaikan oleh responden dalam
sangat wajar karena eksposur yang diterima diskusi diluar penelitian kuantitatif adalah
sudah cukup besar. usaha-usaha yang lebih banyak dilakukan di
bidang perdagangan, seperti pemasok bahan
Salah satu unsur penguat dari SMA yang baku, atau memiliki toko. Temuan lebih lanjut
dijadikan konteks penelitian ini adalah memang diperoleh bahwa beberapa bidang
sudah diajarkannya kewirausahaan sebagai usaha yang ditekuni oleh orang tua siswa
salah satu mata pelajaran dalam kerangka lebih banyak berkaitan dengan pengalaman
kurikulum 2013. Selain itu, SMA XYZ ini orang tua siswa maupun bidang kompetensi
merupakan bagian dari sebuah yayasan yang dimiliki sejak sekolah.
pendidikan besar yang memiliki SMA yang
tersebar hampir di seluruh wilayah Pulau Jawa Dalam situasi orang tua berwirausaha
dan memiliki perhatian yang sangat besar di namun tidak sesuai dengan bidang ilmu
dalam bidang pendidikan. Yayasan dari SMA atau dapat dikatakan mereka mampu
XYZ pun telah membuat suatu panduan dalam membangun usaha secara otodidak, orang tua
pengajaran kewirausahaan di sekolah-sekolah cenderung mengabaikan proses pendidikan
yang berafiliasi di bawahnya. Merujuk hasil kewirausahaan sebagai faktor penting dalam
penelitian Isaacs dkk (2007) adanya kurikulum menentukan minat berwirausaha siswa. Hal
ini menunjukkan bahwa sekolah telah ini terjadi karena orang tua akan melakukan
memiliki struktur formal yang dipergunakan refleksi terhadap pengalaman pendidikan
untuk menyampaikan pengetahuan tentang yang dialaminya. Mereka mengangap bahwa
kompetensi berwirausaha. proses yang dulu dialami dulu tidak memiliki
kontribusi terhadap kesuksesan usaha
Pada sisi keluarga, kontribusi yang diberikan yang saat ini diperolehnya, sehingga hal ini
dalam minat berwirausaha siswa SMA mendorong mereka untuk berpikir bahwa
cenderung lebih minimum jika dibandingkan pendidikan yang dialami anaknya juga
dengan kontribusi dari sisi sekolah. Walaupun, tidak akan berkontribusi untuk kesuksesan
dari sisi jumlah responden, 55,3% siswa usahanya. Hal ini tidak sejalan dengan usulan
yang menjadi responden memiliki orang tua dalam penelitian Marhaini dkk (2011) yang
dengan latar belakang pengusaha. Beberapa menyampaikan bahwa agar anak dapat
temuan dapat dijadikan sebagai bahan memiliki karir sebagai seorang wirausaha,
argumentasi dalam menjelaskan hasil yang maka orang tua harus membuka komunikasi
cukup bertolak-belakang ini, salah satunya dengan anak-anak mereka terkait karir di
adalah penelitian Malebana dkk (2015) yang masa depan.
menunjukkan bahwa orang-orang yang
berada di sekitar dapat memberi dukungan Kontribusi Literatur
dan keyakinan untuk melaksanakan kegiatan Salah satu kontribusi terhadap kajian literatur
kewirausahaan. dalam penelitian ini adalah rendahnya aspek
fasilitas dalam mendukung minat siswa untuk

- 34 -
Muhammad Setiawan Kusmulyono / Peran Pendidikan Kewirausahaan dan Dukungan Orangtua pada Siswa SMA / 25 - 38

berwirausaha. Hal ini dapat dimungkinkan alamiah, disiplin ilmu bidang studi pengajar
karena SMA XYZ ini merupakan sekolah akan juga diterapkan dalam pendidikan
dengan kualitas standar nasional dan kewirausahaan. Hal ini cenderung menjadi
memiliki segmen siswa menengah atas. salah satu tantangan karena umumnya
Tentunya, bagi siswa yang bersekolah di SMA pendidikan kewirausahaan diajarkan dengan
XYZ, fasilitas yang bagus sudah tergolong lebih luwes.
dalam hygiene factors.
Pada sisi lain, apa yang dilakukan di SMA XYZ
Diluar ketidakhandalan faktor fasilitas dalam tersebut juga memberikan dampak positif
mendukung minat berwirausaha siswa, peran bagi perkembangan minat berwirausaha
orang tua juga tidak terlalu signifikan dalam siswa SMA XYZ dengan kontribusi yang cukup
hal ini. Oleh karena itu, diperlukan adanya signifikan dalam penelitian ini. Pertama, guru
suatu kajian penelitian lebih mendalam bidang studi dengan disiplin ilmu berbeda
terkait peran orang tua yang lebih spesifik agar memberikan wawasan yang lebih beragam
dapat berdampingan dengan peran sekolah kepada siswa. Dalam salah satu contoh
untuk mendukung minat berwirausaha bagi kasus yang terjadi di SMA XYZ adalah guru
siswa di sekolah menengah atas. kewirausahaan yang mengajar adalah guru
fisika. Guru tersebut walaupun memiliki
IMPLIKASI PRAKTIS disiplin berbeda dan membuat keluwesan
Namun, merujuk pada wawancara awal yang pendidikan kewirausahaan menjadi
dilakukan oleh peneliti kepada pengajar menantang, namun dalam beberapa konsep
kewirausahaan di SMA XYZ, terdapat yang diajarkan mampu menjadi asosiasi yang
beberapa tantangan meskipun panduan baik bagi siswanya, salah satunya dengan
pengajaran kewirausahaan telah diberikan. contoh pelajaran membuat rangkaian listrik
Pertama, guru yang ditunjuk untuk menjadi untuk lampu.
pengajar kewirausahaan bukan merupakan
guru khusus mata pelajaran kewirausahaan, Selain itu, SMA XYZ ini memiliki perhatian
melainkan guru bidang studi lain yang yang sangat besar terhadap kewirausahaan
diberikan tugas tambahan untuk menjadi guru sehingga melakukan hal-hal yang melebihi
kewirausahaan. Kedua, tidak ada pelatihan indikator yang ditetapkan oleh yayasan
dan monitoring rutin yang dilakukan oleh sekolah tersebut. Salah satunya adalah
pihak yayasan selaku pengarah utama selalu rutin menyelenggarakan seminar dan
bagi guru-guru ini untuk mengembangkan pelatihan kewirausahaan yang kemudian
pengajaran kewirausahaan. dilanjutkan dengan kompetisi kewirausahaan
yang wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas
Jika dilihat dari temuan kualitatif di atas yang XII. SMA XYZ pun mengalokasikan dana
dilakukan sebelum penelitian kuantitatif kegiatan kewirausahaan yang tidak sedikit
dilaksanakan, terlihat adanya tantangan dengan mengalokasikan dana untuk tiap
yang cukup serius dalam hal pemberi materi kelompok siswa yang mengikuti kompetisi
pelajaran. Hal ini dikarenakan, sebagian kewirausahaan internal. Selain itu, SMA
besar guru bidang studi yang diberikan XYZ juga meniadakan pelajaran ketika
tugas tambahan tentunya sudah memiliki masa seminar, pelatihan dan kompetisi
disiplin ilmu dalam bidang studi yang kewirausahaan sehingga siswa dapat lebih
mereka tekuni. Ketika mengajar, maka secara fokus mengikuti aktivitasnya.

- 35 -
AJEFB - Asian Journal of Entrepreneurship and Family Business | Vol. I No. 01 (2017 - 2018)

Pada aspek keluarga, dalam sebuah memiliki panduan pendidikan kewirausahaan


wawancara lain yang dilakukan secara acak yang jelas sehingga dapat diperbandingkan.
dengan responden lainnya mengungkapkan Pada riset kedepannya, penelitian tentang
bahwa ada orang tua yang secara eksplisit kajian teori mendalam tentang aspek-
telah meminta sang anak untuk meneruskan aspek yang berpengaruh terhadap siswa
usahanya selepas menamatkan pendidikan sekolah menengah atas sangat dibutuhkan
tingginya. Bahkan orangtuanya telah untuk menggali faktor-faktor penting yang
menyediakan dana agar sang anak mampu berkontribusi terhadap minat berwirausaha.
menuntut ilmu di luar negeri di bidang
bisnis agar lebih siap ketika menjalankan KESIMPULAN
usahanya kelak. Namun, ada pula orang Kesimpulan yang dapat diperoleh dari aktivitas
tua yang secara implisit menyampaikan penelitian ini adalah sekolah memiliki peran
kepada anaknya terkait cita-cita sang anak. yang signifikan dengan pertumbuhan minat
Hal ini yang kemudian menurut responden berwirausaha siswa SMA, khususnya dalam
dapat ditafsirkan berbeda, apakah harus konteks penelitian di SMA XYZ ini. Hal ini
melanjutkan usahanya atau boleh memiliki memberi bukti kontribusi nyata dari Gerakan
cita-cita dan karir personal. Kewirausahaan Nasional yang didengungkan
oleh pemerintah. Jika dapat dikelola lebih
Situasi tersebut memberikan informasi yang baik lagi, maka pendidikan kewirausahaan
penting dalam menanggapi hasil penelitian dapat memiliki kontribusi yang signifikan
kuantitatif terkait kontribusi keluarga yang dalam pertumbuhan jumlah wirausaha di
lebih sedikit dalam mendukung minat Indonesia.
berwirausaha siswa SMA. Sayangnya, di
dalam penelitian ini belum menyertakan Secara lebih teknis, sekolah yang aktif
variabel yang menanyakan perihal dukungan dalam mengembangkan pendidikan
eksplisit orang tua terhadap karir wirausaha kewirausahaan dan memiliki komitmen untuk
selepas sekolah bagi para responden. menjalankannya menjadi hal yang paling
penting dibandingkan sekolah yang hanya
Batasan dan Penelitian Lanjut bertujuan untuk menggugurkan kewajiban.
Salah satu batasan dalam penelitian ini adalah SMA XYZ pun berani mengalokasikan dana
bahwa kontribusi kedua faktor ini tidak kegiatan kewirausahaan dan waktu khusus
terlalu besar dalam menentukan keputusan untuk menjalankan aktivitas kewirausahaan
mereka untuk berwirausaha. Oleh karena di sekolahnya.
itu, dibutuhkan suatu penelitian literatur
lagi untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain Pada sisi lain, peran keluarga dalam hal
yang memberi pengaruh terhadap keputusan ini orang tua masih memiliki kontribusi
siswa untuk berwirausaha. yang kurang signifikan dalam mendukung
minat berwirausaha siswa, walaupun dalam
Diluar hal tersebut, salah satu limitasinya lagi konteks penelitian ini, jumlah orang tua yang
adalah bahwa penelitian ini dilaksanakan memilik usaha lebih dari 50% responden. Hal
pada sekolah yang memiliki arah pendidikan ini dapat terjadi salah satunya adalah refleksi
kewirausahaan yang lebih jelas. Tentunya, orang tua pada pendidikannya saat zaman
hasil yang diperoleh dari konteks penelitian sekolah yang tidak berkontribusi terhadap
ini perlu dibandingkan dengan sekolah bidang wirausaha yang ditekuninya saat ini.
menengah atas lain yang mungkin belum Untuk kedepannya, masukan yang dapat

- 36 -
Muhammad Setiawan Kusmulyono / Peran Pendidikan Kewirausahaan dan Dukungan Orangtua pada Siswa SMA / 25 - 38

diberikan oleh peneliti untuk meningkatkan 5) Melakukan refleksi yang lebih mendalam
kontribusi yang signifikan baik bagi sekolah dengan menyertakan informasi-informasi
dan keluarga adalah sebagai berikut: terbaru sehingga orang tua tidak
1)
Semakin meningkatkan variasi menggunakan persepsi tunggal dalam
keberagaman kegiatan kewirausahaan di menilai hal yang baik bagi siswanya.
sekolah untuk memberikan pengalaman 6) Memberikan gambaran secara eksplisit
yang lebih baik bagi siswa-siswa. keinginan orang tua kepada anakanya
2) Meningkatkan kualitas pengajar dengan dengan tetap membuka pintu diskusi
bekerjasama dengan perguruan tinggi dan dialog dengan anak agar dapat
yang memiliki program pendidikan mendukung kegiatan yang ingin ditekuni
kewirausahaan agar dapat lebih oleh anaknya di masa depan.
memperkuat struktur dan konten
pengajaran yang diajarkan ke siswa. Menurut peneliti, dalam penelitian
3) Meningkatkan kualitas program yang selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang
bersifat tindakan nyata atau praktik, lebih mengarah kepada peran keluarga
sehingga dapat lebih memperkaya dalam mendukung minat berwirausaha dan
wawasan yang dimiliki oleh siswa. hubungan pekerjaan orang tua dengan minat
4) Meningkatkan peran aktif orang tua berwirausaha yang dimiliki oleh sang anak.
dalam pendidikan kewirausahaan di Namun, jika penelitian ini ingin direplikasi,
sekolah dengan menjalin komunikasi ada baiknya ditambahkan pertanyaan tentang
yang baik antara pihak sekolah dan orang apakah orang tua pernah secara eksplisit
tua terkait kegiatan kewirausahaan yang menyampaikan keinginannya kepada sang
dilakukan oleh siswa. anak.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I., (1991). “The Theory of Planned Behavior.” Organizational and Human Decision Processes, 50, pp. 179-
211.

Bakotic,D., & Kruzic,D., (2010). ”Students’ Perceptions and Intentions Towards Entrepreneurship: The Empirical
Findings From Croatia”, The Business Review, Cambridge, Vol. 14, Num. 2, Summer , 2010

Cho, B. 1998. Study of the effective entrepreneurship education method and its process. Business Education
Research, 2(1):27–47

Fatoki, Olawale. (2014). Parental and Gender Effects on the Entrepreneurial Intention of University
Students in South Africa. Mediterranean Journal of Social Sciences, MCSER Publishing, Rome-Italy. 5(7).

Fayolle, Alain; Gailly, Benoit; and Lassas-Clerc, Narjisse. 2006. Assessing the Impact of Entrepreneurship
Education Programmes: A New Methodology. Journal of European Industrial Training. 30 (9) 701-720.

Haruman,T., Hendri,M.,& Hendrawan, R., (2009). ”The Influence of Curriculum and Lecturers toward Quality
of Entrepreneurial Graduates in Bandung”, in proceding of Indonesian International Conference on
Innovation, Entrepreneurship and Sustainability, CIEL, SBM, ITB.

Isaacs, E., Visser, K., J Friedrich C. & Brijlal, P. 2007. Entrepreneurship education and training at the further
education and training (FET) level in South Africa. South African Journal of Education , 27, 613 - 629.

Lestari, B.R dan Trisnadi Wijaya. 2012. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha
Mahasiswa Di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI. Forum Bisnis dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah
STIEMDP. Vol. 1 No. 02, pp: 112-119.

- 37 -
AJEFB - Asian Journal of Entrepreneurship and Family Business | Vol. I No. 01 (2017 - 2018)

Linan, F. 2004. Intention-based Model of Entrepreneurship Education. Piccola Impressa / Small Business. 3. 11
– 35

Lorz, Michael. 2011. Dissertation: The Impact of Entrepreneurship Education on Entrepreneurial Intention.
University of St. Gallen

Malebana, M.J. & E. Swanepoel. 2015. Graduate Entrepreneurial Intentions In The Rural Provinces Of South
Africa. Department Of Management And Entrepreneurship. Volume 19 Number 1, pp: 89-111.

Marhaini; Dalimunthe, Ritha F; and Qamariah, Inneke. 2014. Role of Parents in Childrens’ Career Selection as an
Entrepreneur. International Journal of Economics, Commerce, and Management. II (12). 1 – 11

Nordqvist, M., & Melin, L. (2010). Entrepreneurial families and family firms. Entrepreneurship and Regional
Development, 22(3-4), 211-239.

Organisation for Economic Co-operation and Development (2005). OECD SME and Entrepreneurship Outlook
2005. OECD

Pant, Sushil Kumar. 2015. Role of the Family in Entrepreneurship Development in Nepali Society. The Journal of
Nepalese Business Studies. IX (1). 37 – 47

Prabhu, Ajit and Thomas, Anisha. 2014. Influence of Parental Factors on the Entrepreneurial Attitude of B School
Students. International Journal of Research and Development – A Management Review. 3 (1). 35 – 38

Ruef, M. (2010). The entrepreneurial group: Social identities, relations, and collective action. Princeton and
Oxford: Princeton University Press.

Syden, Mishi and Gordon K, Shaw. 2014. Entrepreneurial Awareness among High School Learners: Case Study of
Buffalo City Metropolitan Municipality. Mediterranean Journal of Social Sciences. 5 (8). 146 – 159

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003

Varela, R. & Jimenez, J. E. (2001). The effect of entrepreneurship education in the Universities of Cali. Frontiers
of entrepreneurship research, Babson Conference proceedings.

Wu, S & Wu, L., (2008), ” The impact of higher education on entrepreneurial intentions of university students in
China”, Journal of Small Business and Enterprise Development. ,Vol. 15 No. 4, 2008 pp. 752-774 retrieved
from www.emeraldinsight.com/1462-6004.htm

- 38 -

View publication stats

You might also like