You are on page 1of 10

Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PERKARA


PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL
(Kajian Putusan Nomor: 324/Pid./2014/PN.SGM)
(The Judge Consideration in Case of Defamation Throughon Social Media
(An Analysis of Decision Number: 324/Pid./2014/PN.SGM))
Hardianto Djanggih
Fakultas HukumUniversitas Tompotika Luwuk
Jl. Dewi Sartika, No. 67 Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Email: hardianto_djanggih@yahoo.co.id
Nasrun Hipan
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No 79 luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Email: nasrun.hipan@yahoo.com
Tulisan Diterima: 08-01-2018; Direvisi: 02-03-2018; Disetujui Diterbitkan: 02-03-2018

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2018.V18.93-102

ABSTRACT
Sungguminasa District Court through the decision number 324 / Pid.2014 / PN.SGM has punished the Defendant
(FR) for having been proven to conduct offense defamation through social media with imprisonment for 8
(Eight) months.The problem that arises is how the judges judge judgment of criminal liability to defendants
who have been proven to conduct defamation cases through social media.This research uses normative
juridical research type. The problem approach used in this research includes statute approach, conceptual
approach and case approach. The result of the research shows that the judges’ consideration number 324 /
Pid.2014 / PN.SGM The Sungguminasa District Court has reflected the verdict which has reflected the sense
of justice.Where the judges’ ruling is able to extract judicial and juridical considerations, so that the judge in
his decision finds the defendant’s element of error against Article 27 paragraph (1) of the ITE Law that the
prosecutor suspects.The judge’s verdict on this case that the judge was able to explore the values that live in the
community in this case Adat Bugis-Makassar as Adat who became the philosophy of life in place of criminal
events.
Keywords: Judge Considerations, Defamation, Social Media

ABSTRAK
Pengadilan Negeri Sungguminasa melalui putusan nomor 324/Pid.2014/PN.SGM telah menghukum Terdakwa
(FR) karena telah terbukti melakukan delik pencemaran nama baik melalui media sosial dengan pidana
penjara selama 8 (Delapan) bulan. Permasalahan yang timbul adalah bagaimanakah pertimbangan hakim
menjatuhkan putusan terhadap pertanggungjawaban pidana terhadap terdakwa yang telah terbukti melakukan
kasus pencemaran nama baik melalui media sosial. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis
normatif. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pendekatan undang-undang
(statute approach), pendekatan konseptual (conceptual approach) dan pendekatan kasus (case approach).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan hakim nomor 324/Pid.2014/PN.SGM Pengadilan Negeri
Sungguminasa telah mencerminkan putusan yang telah mencerminkan rasa keadilan. Dimana putusan hakim
mampu menggali pertimbangan-perimbangan secara yuridis dan non yuridis, sehingga hakim dalam putusannya
menemukan unsur kesalahan terdakwa terhadap pasal 27 ayat (1) UU ITE yang disangkakan penuntut umum.
Putusan hakim atas kasus ini bahwa hakim mampu menggali nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dalam
hal ini Adat Bugis-Makassar sebagai Adat yang menjadi falsafah hidup di tempat terjadinya peristiwa pidana.
Kata Kunci: Pertimbangan Hakim, Pencemaran Nama Baik, Media Sosial

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 18 No. 1, Maret 2018: 93 - 102 93


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

PENDAHULUAN Sementara penghinaan khusus diluar KUHP yang


kini terdapat dalam perundang-undangan kita,
Teknologi dan Informasi berkembang ialah penghinaan khusus (pencemaran nama
sangat pesat dewasa ini. Atas fenomena tersebut baik) dalam UndangUndang ITE (Awawangi,
pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang 2014:113).
No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Kasus pencemaran nama baik yang akhir-
Elektronik (UU ITE) UU ITE merupakan payung akhir ini terjadi kebanyakan dilakukan melalui
hukum pertama yang mengatur khusus terhadap dunia maya (cyber), dan kasus-kasus semacam
dunia maya (cyber law) di Indonesia (Djanggih, ini diprediksi akan terus meningkat karena saat
2013:59), UU ITE mengatur tata lalu lintas di ini masyarakat sedang gemar untuk menikmati
dunia maya (Palit, 2013:113). Namun dalam teknologi maya. Salah satu penyebab tingginya
perkembangannya keberadaan UU ITE telah kasus pencemaran nama baik dalam dunia maya
mengalami perubahan dengan diundangkan adalah karena kebanyakan orang masih belum
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang menyadari bahwa dunia maya sekarang sudah
Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun sama dengan dunia nyata (Wibowo, 2012:1).
2008 Tentang Informasi dan Transaski Elektronik
Berbagai kasus yang muncul sejak adanya
UU ITE sebagai antisipasi atas pengaruh UU ITE, telah menyasar pada penggunaan
buruk dari pemanfaatan kemajuan tehnologi. berbagai medium dalam sistem informasi dan
Perbuatan-perbuatan yang menyerang perangkat elektronik, yang tidak terbatas pada
kepentingan hukum orang pribadi, masyarakat atau media yang kemungkinan bisa diakses publik atau
kepentingan hukum Negara (cybercrime) dengan „di muka umum, tetapi melalui medium lainnya
memanfaatkan kemajuan tehnologi ITE adalah yang lebih personal. Hampir keseluruhan medium
merupakan sisi buruk dari kemajuan tehnologi ITE. tersebut dapat dijerat dengan UU ITE, diantaranya:
UU ITE telah menetapkan perbuatan-perbuatan (i) pemberitaan di media online, (ii) forum diskusi
mana yang termasuk tindak pidana di bidang ITE online, (iii) Facebook, (iv) Twitter, (v) blog, (vii)
(cybercrime) dan telah ditentukan sifat jahatnya surat elektronik (email), (viii) Pesan Pendek/SMS,
dan penyerangan terhadap berbagai kepantingan (ix) menggunakan compact disk/CD, (x) status di
hukum dalam bentuk rumusan-rumusan tindak BBM, (xi) medium untuk melakukan advokasi,
pidana tertentu (Kusumastuti, 2012:247). dan lain sebagainya.
Sebagaimana ruang lingkup UU ITE adalah Salah satu kasus penemaran baik yang
mengatur tata lalu lintas dunia maya, yang telah diputus oleh Pengadilan adalah kasus yang
perkembangannya dapat dimanfaatkan secara dilakukan oleh Fadli Rahim pada hari Selasa
positif, namun juga terjadi penyalahgunaan tanggal 6 Mei 2014, dengan perkataan di Media
oleh para pelaku media sosial terhadap aspek- Sosial “Saya setuju Gowa tidak inovatif, money
aspek kehidupan di masyarakat. Salah satu oriented, power legacy……arrrrrrrrrhhhhhh……
penyimpangan sosial adalah kasus pencemaran tena kabajikang……jai jai investor andak jadi
nama baik. Perkembangan dewasa ini, persoalan proyekka”, yang kedua “Kalau yang bilang
eksistensi delik pencemaran nama baik menjadi Bupati Gowa bagus, kalau bukan keluarganya,
mengemuka dan dipermasalahkan oleh banyak antek-anteknya, paling orang suka ngisap/
pihak. penjilat………puehhhh serta beuhhhh……telatko
Tentang tindak pidana penghinaan pii sudahmi kuscreen shoot baru kuprint, besok
(pencemaran nama baik), ada yang merupakan kupajang di lobi Kantor Bupati, sa kasi tag line
penghinaan umum dan ada penghinaan khusus Gowa dimanabnag badai” yang ditujukan kepada
yang diatur dalam KUHP. Diluar KUHP, Ichsan Yasin Limpo (Bupati Gowa).
terdapat pula penghinaan khusus.Penghinaan Kalimat yang disampaikan oleh Fadly Rahim
khusus dalam pengertian yang disebut terakhir tersebut tersebar dan Ichsan Yasin Limpo, selaku
ini berbeda dengan penghinaan khusus dalam Bupati Kabupaten Gowa merasa keberatan karena
KUHP.Penghinaan khusus dalam KUHP adalah menyangkut nama baiknya serta keluarganya
penghinaan yang diatur diluar Bab XVI KUHP. dan kalimat / perkataan yang disampaikan
Penghinaan khusus tersebut terdapat secara atau disebarkan oleh terdakwa tersebut tidak
tersebar didalam jenis-jenis tindak pidana tertentu. benar adanya kemudian Ichsan Yasin Limpo,

94 Pertimbangan Hakim Dalam Perkara... (Hardianto Djanggih, Nasrun Hipan)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang (Faisal, 2016:2). Sehingga Putusan Hakim adalah
berwajib untuk diproses sesuai ketentuan hukum pernyataan dari seorang hakim dalam memutuskan
yang berlaku. suatu perkara di dalam persidangan dan memiliki
Proses hukum terhadap kasus pencemaran kekuatan hukum tetap. Berlandaskan pada visi
nama baik tersebut telah diputus oleh hakim teoritik dan praktik peradilan maka putusan Hakim
Pengadilan Negeri Sungguminasa yang mengadili itu merupakan:
Terdakwa Fadhli Rahim S.Sos Bin Abd.Rahim “Putusan yang diucapkan oleh hakim karena
Hanafi tersebut diatas, terbukti secara sah dan jabatannya dalam persidangan perkara
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pidana yang terbuka untuk umum setelah
“Dengan Sengaja dan Tanpa Hak Mentransmisikan melalui proses dan prosedural hukum acara
Informasi Elektronik Yang Memiliki Muatan pidana pada umumnya berisikan amar
Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik”, dengan pemidanaan atau bebas atau pelepasan dari
putusan pidana kepada terdakwa pidana penjara segala tuntutan hukum dibuat dalam bentuk
selama 8 (Delapan) bulan. Atas putusan pengadilan tertulis dengan tujuan menyelesaikan perkara
terhadap kasus pencemaran nama baik tersebut, (Mulyadi, 2010:127).
menarik bagi penulis untuk menganalisis terhadap Putusan hakim (vonis) sejatinya diadakan
pertimbangan hakim menjatuhkan putusan pidana untuk menyelesaikan suatu perkara atau sengketa
terhadap kasus tersebut. dalam bingkai tegaknya hukum dan keadilan.Para
Dari uraian latar belakang diatas, pencari keadilan (the seeker of justice) tentu saja
permasalahan yang akan diteliti dalam tulisan berharap bahwa putusan seorang hakim benar-
ini adalah bagaimanakah hakim dalam memutus benar memenuhi rasa keadilan masyarakat (sense
perkara dalam kasus pencemaran nama baik of justice).Antara Undang-undang dengan hakim/
melalui media sosial pada putusan Pengadilan pengadilan, terdapat hubungan yang erat dan
Negeri Sungguminasa Nomor: 324/Pid./2014/ harmonis antara satu dengan yang lainnya.Dalam
PN.SGM. yang dikaitkan alat-alat bukti di mencarikan hukum yang tepat dalam rangka
persidangan. menyelesaikan suatu perkara yang dihadapkan
kepadanya, hakim yang bersangkutan harus
METODE PENELITIAN melakukan penemuan hukum (Respationo &
Hamza, 2013:101). Atas dasar tersebut perlu
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kiranya seorang hakim mengetahui secara utuh
yuridis normatif. Pendekatan masalah yang terhadap perkara dan memahami ketentuan
digunakan dalam penelitian ini meliputi perundang-undangan yang mengatur perkara
pendekatan undang-undang (statute approach), tersebut.
pendekatan konseptual (conceptual approach) Dalam praktik peradilan pidana, mayoritas
dan pendekatan kasus (case approach). hakim mengakui dan membenarkan bahwa dalam
Penelitian ini merupakan penelitian deduktif yang perkara pidana yang hendak dicari hakim adalah
menggambarkan peristiwa hukum dan akibat kebenaran formil.Oleh karena itu dalam mencari
hukum dikaitkan dengan Putusan Putusan Nomor: dan menemukan kebenaran, hakim terikat dengan
324/Pid./2014/PN.SGM.Data yang diperoleh keterangan dan bukti-bukti formil yang terungkap
dikumpulkan dan dianalisis secara kualitatif dalam persidangan.Hal ini sejalan dengan
dengan model deskriptif-analitis. Sehingga asas hukum acara pidana yang menyatakan
hasilnya dapat diuraikan secara komprehensif dan bahwa hakim bersikap pasif, yaitu hakim tidak
sistematis mengenai dasar pertimbangan hakim menentukan ruang lingkup atau luas pokok
dalam putusannya. sengketa yang diajukan kepadanya, tetapi yang
menentukan adalah pihak-pihak yang berperkara
KERANGKA KONSEPTUAL sendiri (Lintogareng, 2013:26).
Pasal 10 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 48
Hakim sebagai wakil Tuhan di atas muka
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Pokok Kehakiman
bumi.Predikat sebagai wakil tuhan sangat pantas
menetapkan bahwa “Pengadilan dilarang menolak
disematkan ke pundak seorang hakim karena di
untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu
tangan dialah nasib dan nyawa manusia ditentukan
perkara yang diajukan dengan dalil bahwa hukum

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 18 No. 1, Maret 2018: 93 - 102 95


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib sendiri yang dirasakan adil dan tepat dijatuhkan
memeriksa mengadilinya”. Selanjutnya menurut pada pelaku tindak pidana. Sangat penting
Pasal 53 Ayat (1) UU No.48 Tahun 2009 tentang untuk dipertimbangkan oleh hakim sebagai
Kekuasaan kehakiman, “Dalam memeriksa dan pihak terakhir dalam penentuan persidangan,
memutus perkara, hakim bertanggungjawab atas bahwa keadilan yang dimaksud disini adalah
penetapan dan putusan yang dibuatnya. Pengaturan keadilan yang bersifat obyektif, sesuai dengan
Pasal 53 Ayat (1) dibatasi Ayat (2), yaitu bahwa norma yuridis yang mendasari perbuatan pelaku
“Penetapan dan putusan sebagaimana dimaksud dan sesuai juga dengan keadilan yang hendak
pada Ayat (1) harus membuat pertimbangan digapai oleh korban yakni terpenuhinya hak-hak
hukum hakim yang didasarkan pada ulasan dan korban baik secara formil maupun secara materiil
dasar hukum yang tepat dan benar (Amdani, (Endrawati, Aprilianda, & Farikha, 2015:75).
2015:460). Suatu proses peradilan berakhir dengan
Esensi terpenting dan aktual yang merupakan putusan akhir. Putusan pengadilan tersebut
puncak dari perkara adalah putusan hakim yang merupakan hasil akhir dari suatu jalannya
telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van persidangan terhadap suatu kasus tindak pidana.
gewijsde) dapat dilakukan (Mulyadi, 2010:276). Putusan pengadilan diambil oleh hakim yang
Akan tetapi tidak jarang dijumpai dalam praktik menangani perkara di pengadilan negeri dimana
bahwa pihak yang harus menjalankan putusan tempat sidang perkara tindak pidana berlangsung.
hakim itu tidak secara sukarela memenuhi isi Dalam putusan tersebut hakim menyatakan
putusan sehingga akhirnya terhadap mereka ini pendapatnya mengenai hal-hal yang menjadi
harus dilakukan eksekusi. Eksekusi merupakan pertimbangannya dan putusan itu sendiri
tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara (Djanggih & Saefudin, 2017:415).
karenanya merupakan suatu kesinambungan dari Mengingat putusan hakim adalah merupakan
keseluruhan berproses perkara di pengadilan hukum, maka hakim harus memelihara
(Holijah, 2014:83). keseimbangan dalam masyarakat dengan
Wisnuboroto (Hendrawati, et.al., 2016:103) memulihkan kembali tatanan masyarakat
mengatakan bahwa Dalam rangka penegakan pada keadaan semula (restutitio in integrum).
hukum di Indonesia, hakim merupakan kunci Masyarakat sangat mengharapkan penyelesaian
utama dalam pengambilan keputusan yang adil perkara melalui pengadilan itu akan membawa
dan bermartabat. Posisi hakim sebagai aktor manfaat atau kegunaan bagi kehidupan bersama
utama lembaga peradilan menjadi amat vital, dalam masyarakat. Harapan setidak-tidaknya
terlebih lagi mengingat segala kewenangan putusan hakim dapat memulihkan keseimbangan
yang dimilikinya.Melalui putusannya, hakim tatanan masyarakat, artinya kepada pihak yang
dapat mengubah, mengalihkan, atau bahkan bersalah diberi sanksi, sementara kepada pihak
mencabut hak dan kebebasan warga negara, dan yang dirugikan akan mendapat ganti rugi atau
semua itu dilakukan dalam rangka menegakkan mendapatkan apa yang menjadi haknya (Wantu,
hukum dan keadilan. Hakim merupakan 2012:486).
kongkritisasi hukum dan keadilan yang bersifat
abstrak, dan digambarkan bahwa hakim sebagai PEMBAHASAN
wakil Tuhan di bumi untuk menegakkan hukum
dan keadilan. Sebagaimana topik pembahasan artikel
Tahapan penjatuhan putusan yang dijatuhkan ini untuk mengkaji pertimbangan hakim dalam
oleh Hakim merupakan bagian yang sangat memutus perkara tindak pidana pencemaran nama
penting.Vonis yang dijatuhkan oleh Hakim tersebut baik melalui media sosial pada putusan Pengadilan
harus dibarengi dengan kuantitas dan kualitas dari Negeri Sungguminasa Nomor: 324/Pid./2014/
Hakim itu sendiri.Kuantitas mensyaratkan adanya PN.SGM, maka untuk mengkajinya penulis akan
keseimbangan antara jumlah Hakim dengan kasus- mengulas bagian-bagian pada putusan tersebut.
kasus yang terus menerus semakin meningkat Pelaku atau dalam hal ini sebagai terdakwa
jumlahnya, dan kualitas merujuk kepercayaan adalah Fadli Rahim BinAbd Rahim Hanapi,
diri dari seorang hakim dalam menjatuhkan vonis jenis kelamin laki-laki, berumur 33 tahun,
atau putusan berdasarkan keyakinan dari dirinya berkebangsaan Indonesia, dengan alamat tempat

96 Pertimbangan Hakim Dalam Perkara... (Hardianto Djanggih, Nasrun Hipan)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

tinggal Jl, Andi Tonro No. 68, Kelurahah Bonto- bahwa rumusan Pasal 27 Ayat (3) UU ITE tersebut
Bontoa, Kecamatan Somba Opu, Kabuoaten dikaitkan dengan fakta-fakta persidangan.
Gowa. Fakta persidangan juga menghadirkan
Sebagaimana dalam tuntutan pidana yang keterangan ahli (Donny B, Ahli Linguistik) untuk
diajukan oleh penuntut umum bahwa menyatakan menerangkan atas ungkapan yang dituliskan
terdakwa Fadhli Rahim, Bin Abd Rahim Hanapi terdakwa melalui media sosial yaitu “Saya
bersalah melakukan tindak pidana penghinaan Setuju Gowa tidak Inovatif,Money oriented,
dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana Power Legacy..arrrgghhh.. tena kabajikang..
dakwaan kesatu yaitu melanggar Pasal 27 Ayat jai2mi investor nda jadi invest ka nda dkasiki
(3) Undang-Undang RI No 11 tahun 2008 bagian bupatina..saing diamami..Kl nda ada
tentang Informasi dan Transaksi Elektronika; untungna buat dia nda jd proyekka..” dan pada
Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa jam 14:10 wita yaitu “Kalo ada yg bilang bupati
Fadli Rahim Bin Abdul Rahim Hanapi selama 1 gowa bagus,kl bukan keluarganya, antek2nya
(satu) Tahun dan 6 (enam) bulan dikurangi selama paling org yg suka ngisap2/penjilat…puehhh”.
terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah Atas ungkapan tersebut ahli menerangkan bahwa
supaya terdakwa tetap ditahan. mentransmisikan atau mendistribusikan dalam
Atas tuntutan jaksa penuntut umum tersebut konteks internet adalah bagaimana suatu pesan
Tim Penasehat Hukum Terdakwa melakukan digital bisa tersampaikan kepada orang lain karena
pembelaan dengan pokok pembelaan bahwa ada proses transmisi tadi, artinya ada pengirim ada
Menyatakan seluruh dakwaan dan tuntutan penerima dan pesan dapat dibaca oleh penerima
Jaksa Penuntut umum terhadap para terdakwa pesan. Sehingga dari pendapat ahli majelis
Fadli Rahim adalah batal demi hukum atau hakim berpendapat bahwa ternyata karakteristik
setidaknya tidak dapat diterima dan Menyatakan komunikasi kelompok yang dipaparkan oleh para
terdakwa Fadli Rahim tidak terbukti secara sah ahli tidak terdapat dalam Grup Ikasalis 99 dan
dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak perbuatan terdakwa mentransmisikan informasi
pidana sebagaimana dimaksudkan ketentuan elektronik berupa percakapan dalam grup line
Pasal 27 Ayat 3 UU ITE atau tidak terbukti secara Ikasalis 99 tidak dapat dikategorikan sebagai
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak percakapan privat sehingga majelis menolak
pidana sebagaimana dimaksudkan ketentuan Pasal argumen penasehat hukum yang menyatakan
310 ayat (1) KUHP. bahwa percakapan dalam Grup Ikasalis bersifat
privat atau eksklusif dan harus dilindungi.
Terhadap tuntutan jaksa penuntut umum dan
pembelaan tim penasehat hukum terdakwa, hakim Keterangan ahli (Donny B, Ahli Linguistik)
mengurai pertimbangan-pertimbangan yang diperkuat dengan pendapat ahli lainnya, yakni Ahli
dijadikan dasar dalam putusan terhadap tindak Linguistik dan Budayaan Alwy Rahman dan Ahli
pidana pencemaran nama baik yang dilakukan oleh Bahasa Hasina Fajrin pada pokoknya memiliki
terdakwa. Adapun pertimbangan-petimbangan kesamaaan pendapat yang jika diintisarikan
hakim, diuraikan sebagai berikut: sebagai berikut :
Majelis Hakim mempertimbangkan dakwaan “Bahwa cara bertutur atau berkomunikasi
kesatu yang dikonstruksikan dalam Pasal 27 seseorang dilatar belakangi olehpengalaman
Ayat 3 UU no 11 tahun 2008 tentang Informasi hidupnya, pengalaman budaya.Latar
dan Transaksi Elektronik, yang unsur-unsurnya belakang pendidikan dan Karakteristik/
adalah; Setiap Orang; Dengan Sengaja dan tanpa kepribadiannya”.
Hak; Mendistribusikan dan/atau mentransmisikan Selanjutnya majelis hakim mem-
dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi pertimbangkan keterangan dari saksi M Nasrum
elektronik dan/atau dokumen elektronik yang yang menyatakan bahwa: saksi merupakan
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran penggagas atau pembentuk grup lineIkasalis 99
nama baik. Terhadap pengenaan pasal oleh Jaksa yaitugrup yang menampung alumni SMA 159
Penuntut Umum, hakim telah menguraikan bahwa Sungguminasa angkatan 99 yangbertujuan untuk
unsur Pasal 27 Ayat 3 UU ITE telah tepenuhi. menjalin silaturahmi antar alumni. Grup Line
Hal ini nampak pada uraian pertimbangan hakim Ikasalis 99 ini adalah perpanjangan dari grup dari
BBM yanghanya mampu menampung 30 (tiga

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 18 No. 1, Maret 2018: 93 - 102 97


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

puluh) anggota sedangkan di grup ikasalis99 Majelis hakim juga menimbang penasehat
mampu menampung 200 (dua ratus) anggota. hukum terdakwa memberikan argumentasi bahwa
Saksi telah mengundang para alumni Ikasalis muatan penghinaan atau pencemaran nama baik
99 akan tetapi tidak semua alumni menerima haruslah ditafsirkan berdasarkan pada ketentuan
undangan tersebut dengan alasan bahwa cukup di Bab XVI Buku II KUHP tentang Penghinaan
grup BBM saja. Saksi dan anggota grup lainnya khususnya berkaitan dengan ketentuan Pasal 310
bukanlah satu geng atau satu kelompokdi SMA dan 311 KUHP. Hal ini merupakan konsekuensi
hanya ada beberapa anggota grup yang pernah logis dari tafsiran sistemis bahwa Pasal 310
satu organisasi ketika SMA.Percakapan di grup adalah Genus dari Pasal 27 Ayat 3.Hal ini juga
menjadi ramai pada hari itu karena ada salah diperkuat dengan putusan mahkamah konstitusi
satuanggota grup yaitu Uchu Smile yang baru yang menyatakan bahwa makna dari penghinaan
bergabung digrup tersebut. atau pencemaran nama baik mengikuti Pasal 310
Bertitik tolak dari pendapat ahli tersebut dalam KUHPidana. Maka dalam menafsirkan
dikaitkandengan fakta di persidangan maka unsur ini penasehat hukum terdakwa mengikuti
terbukti bahwa terdakwa sebagai pelaku aktifyang putusan Mahkamah Konstitusi tersebut
telah menuliskan percakapan di Grup Line Ikasalis ketidakhadiran penasehat hukum atau Bupati
99 pada pukul 14:08 witadan 14:10 wita, telah Gowa di persidangan mengakibatkan tidak dapat
menuliskan sebuah tuduhan yang tidak didukung dibuktikan apakah korban merasa terhina atau
oleh data yang valid. nama baiknya tercemarkan.
Sehingga majelis hakim menilai bahwa Dari argumentasi penasehat hukum majelis
terdakwa sepatutnya menyadari bahwa media hakim meimbang bahwa sistem pembuktian yang
sosial berbasis internet dalam bentuk apapun dianut dalam KUHAP diatur dalam Pasal 183
merupakan sebuah medium yang mampu KUHAP yaitu “Hakim tidak boleh menjatuhkan
menyebarkan informasi secara massif dan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
berpotensi menjadi tidak terkendali diluar apa yang sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah
dibayangkan oleh penggunanya sehingga kendali ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
utama ada pada kearifan dan kebijakan dari pelaku pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah
dalam penggunaan media sosial tersebut dan apa yang bersalah melakukannya” sedangkan macam-
yang dilakukan terdakwa mengandung muatan macam alat bukti, hakim dalam pertimbangannya
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. merujuk artikel yang ditulis oleh Reydi Vridell
Awawangi berjudul Pencemaran Nama Baik
Majelis hakim menimbang, pendapat
dalam KUHP dan menurut UU No 11 tahun
pakar hukum Drs.H.Adami Chazawi, SH,dalam
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
bukunya Hukum Pidana Positif Penghinaan,
pada halaman 119 menyatakan “untuk kejahatan
disebutkan dalam frasa yang memiliki muatan
pencemaran nama baik atau penghinaan atau
penghinaan dalam rumusan Pasal 27 Ayat (3) UU
semua penghinaan yang diatur dalam pasal 310
ITE, mengandung makna yuridis adalah semua
sampai dengan pasal 321 KUHP ini adalah delik
bentuk-bentuk penghinaan dalam Bab XVl KUHP
aduan, terkecuali pasal 316 yaitu penghinaan yang
mulai Pencemaran, Fitnah, Penghinaan Ringan,
dilakukan terhadap pegawai negeri yang sedang
Pengaduan Fitnah, Menimbulkan Persangkaan
bertugas yang sah.Penuntutan untuk pasal 316
Palsu sampai penghinaan pada orang mati, sedang
ini tidak membutuhkan pengaduan dari orang
dalam frasa Pencemaran Nama Baik maksudnya
yang dihina (bukan delik aduan).Namun, dalam
adalah Pencemaran (bentuk standar) dalam Pasal
hal praktiknya, pegawai negeri yang dihina itu
310 Ayat (1) KUHP. Dari pendapat pakar hukum
diminta membuat pengaduan (vide yurisprudensi
tersebut hakim berpendapat bahwa penghinaan
HR 17 Nop 1924 N.J 1925 157 W 11305).
dapat diterjemahkan sebagai segala perbuatan
yang merendahkan harga diri dan martabat Sehingga hakim memberi pertimbangan dari
seseorang, baik yang di lakukan secara lisan alat-alat bukti yang saling berkesesuaian maka
maupun tertulis. Bahwa penghinaan atau dalam majelis hakim mendapatkan petunjuk bahwa
bahasa asing disebut dengan defamation, secara benar Bupati Gowa dalam ini Ichsan Yasin Limpo
harafiah diartikan sebagai sebuah tindakan yang merasa keberatan atau tersinggung atas tuduhan
merugikan nama baik dan kehormatan seseorang. yang dilakukan oleh terdakwa dalam grup Ikasalis

98 Pertimbangan Hakim Dalam Perkara... (Hardianto Djanggih, Nasrun Hipan)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

99 kepadanya sebagaimana kalimat-kalimat yang hukum itu sendiri. Pertimbangan hakim dengan
ditulis oleh Bupati Gowa dalam suratnya, dan mempertimbangakan budaya adat istiadat bugis-
kalimat tersebut dirasakan Bupati Gowa telah makassar, menurut penulis hakim telah mampu
mencemarkan nama baiknya.Hal mana uraian menggali nilai-nilai yang hidup yang berlaku di
tersebut sekaligus sebagai pembantah argumen masyarakat setempat, sebagaimana tertuang pada
dari tim penasehat hukum bahwa ketidakhadiran Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun
bupati gowa mengakibatkan pembuktian menjadi 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
summir. Selain itu pula, hakim juga mempertimbang-
Hakim juga menimbang teori Roscoe kan ajaran-ajaran agama, sebagaimaan diuraikan
Pound, yaitu hukum yang menitikberatkan pada dengan mengutip Qalam Al Quran dalam surah
kepentingan-kepentingan (kepentingan umum An Nahl Ayat 125 yang berbunyi :
dan kepentingan masyarakat) sebagaimana dalam “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
teorinya “Law as a tool of social engineering”, dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
hukum diartikan sebagai sarana yang ditujukan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
untuk mengubah perilaku warga masyarakat, Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya
sebelumnya. Bertitik tolak dari teori Roscoe dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
Pound tersebut diatas, maka ternyata dalam mendapat petunjuk. (QS an-Nahl[16]: 125)”
budaya Bugis Makasssar terdapat prinsip
Serta majelis hakim mengutip pula sebuah
atau falsafah hidup yang sangat terkenal yaitu
hadist riwayat Ibnu Abi Ashim dalam Assunnah,
Sipakatau atau melakukan perbuatan/bersifat
Riwayat Ahmad dalam Musnadnya dan Riwayat
memanusiakan manusia, artinya tidak bertindak
Alhakim dalam Mustadraknya menyatakan bahwa
semena-mena terhadap sesama, Sipakalebbi, atau
Rasulullah SAW bersabda:
saling menghormati dan menghargai antar sesama,
senantiasa saling bertoleransi dan tidak membeda- “Barang siapa yang ingin menasehati pe-
bedakan, Sipakainge, atau saling mengingatkan nguasa, maka janganlah menyatakannya
dalam kata dan perbuatan demi kebaikan, artinya di depan umum dengan terang-terangan.
senantiasa saling menasehati. Sehingga kalau Hendaklah ia memegang tangan penguasa
dicermati dari hirarki falsafah hidup orang bugis itu (dan mengajaknya ketempat tersembunyi)
Makassar, maka sipakainge yang berarti saling maka bila penguasa itu mau mendengar
mengingatkan, saling menasehati atau saling nasehat itu, sungguh penasehat itu telah
mengkritik, di tempatkan dalam posisi terakhir, menuaikan apa yang diwajibkan atasnya”.
artinya bahwa dalam menyampaikan pendapat Dari uraian-uraian pertimbangan-hakim
dalam hal kebaikan sekalipun, tetap harus dalam putusan ini, penulis berpendapat bahwa
disinergikan serta dibingkai dengan sipakatau atau majelis hakim untuk mengupas perkara ini dalam
me-manusia-kan manusia dan sipakalebbi atau 3 (tiga) perspektif hukum yaitu hukum agama
saling menghormati atau memuliakan sesama. Islam (agama dari terdakwa), hukum adat Bugis
Dari bingkai budaya adat istiadat inilah yang Makassar (suku dari terdakwa) dan hukum positif
dipandang oleh ahli Alwy Rahman telah bergeser, Negara RI agar penuntut umum maupun terdakwa
nilai-nilai adat istiadat dalam masyarakat mulai dan tim penasehat hukumnya serta seluruh pihak
ditinggalkan sedangkan belum ada nilai-nilai yang setia mengikuti jalannya persidangan ini
baru yang ditemukan sehingga terjadi apa yang paham, bahwa majelis hakim dalam menjatuhkan
disebut dengan kebablasan demokrasi, dimana putusannya telah bersungguh-sungguh dengan
semua menyatakan pendapat tetapi kurang untuk segenap kewajiban dan kewenangan yang melekat
berkontemplasi atau dalam istilah ahli lebih banyak padanya secara konstitusional, untuk melakukan
berada di ruang hadir namun jarang bercakap di penegakan hukum dalam perkara terdakwa ini.
ruang sadar atau diruang batin.Maka disinilah Menarik juga bagaimana majelis hakim
hukum hadir sebagai tool of social engineering menguraikan sebagaimana hadist riwayat Amru
sebagai sarana yang ditujukan untuk mengubah Bin Ash RA yang berbunyi: Bahwa ia mendengar
perilaku warga masyarakat, sesuai dengan tujuan- Rasulullah SAW bersabda: Apabila seorang hakim
tujuan yang telah ditetapkan dan diharapkan oleh memutus perkara dengan berijtihad kemudian

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 18 No. 1, Maret 2018: 93 - 102 99


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

benar, maka ia mendapatkan dua pahala.Dan undangan lain yang bersangkutan mengadili
apabila ia memutuskan perkara dengan berijhtihad terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
lalu salah maka ia memperoleh satu pahala (Shahih bersalah melakukantindak pidana “Dengan
muslim No 3240). Dimana yang dimaksud dengan Sengaja dan Tanpa Hak Mentransmisikan
berijhtihad disini adalah usaha yang sungguh InformasiElektronik yang Memiliki Muatan
sungguh dengan mengerahkan segala kemampuan Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik”.
nalar untuk menyelidiki dan menetapkan hukum Atas dasar itu, maka hakim dalam memeriksa,
suatu perkara. mengadili, dan memutus perkaras dituntut harus
Sehingga dari uaraian-uraian diatas maka berdasarkan atas fakta hukum di persidangan,
majelis hakim berkesimpulan bahwa percakapan norma/kaidah-kaidah hukum, moral hukum, dan
yang terdakwa tuliskan pada jam 14:08 wita doktrin hukum sebagai pertimbangan putusannya
dan 14:10 wita di Grup Ikasalis 99 terbukti terhadap suatu perkara, demi tegaknya keadilan,
mengakibatkan bupati Gowa tersinggung karena kepastian, dan ketertiban hukum, yang merupakan
nama baiknya dicemarkan, sehingga dengan tujuan utama hukum itu sendiri (Maggalatung,
demikian majelis hakim berpendapat terdakwa 2014:186).
telah terbukti menurut hukum mentransmisikan Sehingga dari uraian tersebut, kaitannya
informasi elektronik yang memiliki muatan dengan pertimbangan-pertimbangan hakim pada
penghinaan dan pencemaran nama baik putusan nomor 324 /Pid.B/2014/PN.SGM, atas
sebagaimana tiga unsur yang terdapat dalam perkara Pencemaran Nama Baik Melalui Media
pasal ini.Oleh karena semua unsur dari Pasal 27 Sosial, penulis berpendapat bahwa telah sesuai
Ayat 3 UU no 11 tahun 2008 tentang Informasi dengan putusan yang baik dan memenuhi rasa
dan Transaksi Elektronik telah terpenuhi, maka keadilan. Dasar telaah penulis bahwa hakim telah
terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara memutus perkara dengan menemukan kesalahan
sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana terdakwa sesuai dengan Pasal 27 Ayat (1) UU
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan kesatu ITE serta mengungkap fakta-fakta persidangan
dari penuntut umum dan nota pembelaan dari tim dengan mensinkronkan alat-alat bukti, keterangan
penasehat hukum haruslah dinyatakan ditolak terdakwa, saksi, keterengan ahli dan petunjuk,yang
seluruhnya. lebih penting lagi adalah majelis hakim mampu
Selanjutnya sebelum menjatuhkan pidana menggali teori-teori, pendapar pakar dan nilai-
terhadap terdakwa makaperlu dipertimbangkan nilai hidup yang ada di masyarakat, sebagai
terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan pedoman dalam bertingkah laku dalam tata
yangmeringankan terdakwa ; pergaulan bermasyarakat.yakni nilai-nilai hidup
Keadaan yang memberatkan: masyarakatbugis-masayatakat dalam melakukan
• Terdakwa sebagai seorang Pegawai pergaulan dalam di tempat terjadinya Tindak
Negeri Sipil seharusnya mampubersikap Pidana.
santun dan menjadi suri tauladan bagi
orang-orang disekitarnya; KESIMPULAN
• Bupati Gowa belum memaafkan Putusan pengadilan negeri Sungguminasa
perbuatan terdakwa (belum nomor: 324 /Pid.B/2014/PN.SGMtelah memutus
adaperdamaian dengan Bupati Gowa) ; terdakwa dengan hukuman pidana penjara
Keadaan yang meringankan: 8 (Delapan) bulan. Atas putusan tersebut,
• Terdakwa tulang punggung keluarga terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakikan
• Terdakwa bersikap sopan di persidangan melakukan pencemaran nama baik melalui media
sosial. Atas putusan tersebut, penulis menemukan
• Terdakwa belum pernah dihukum
bahwa hakim mampu menggali nilai-nilai adat
Dari pertimbangan-petimbangan yang telah budaya setempat (Bugis-Makassar). Hakim
diuraikan sebelumnya, majelis hakim dengan atas pertimbangan tersebut telah menjalankan
merujuk ketentuan Pasal 27 Ayat 3 UU No 11 amanah perundang-undangan bahwa hakim
tahun 2008, Pasal 45 Ayat 1UU No 11 tahun 2008 wajib menggali, mengikuti, dan memhami nilai-
dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
HukumAcara Pidana serta peraturan perundang-

100 Pertimbangan Hakim Dalam Perkara... (Hardianto Djanggih, Nasrun Hipan)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

masyarakat. Sehingga putusan hakim yang


dikaitkan dengan Teori Pembuktian Negatif,
bahwa penjatuhan putusan hakim dengan unsur-
unsur hukum dan nonhukum menjadikan
keyakinan kuat bagi hakim memutus terdakwa
terbukti secara sah melakukan kasus pencemaran
nama baik melalui media sosial.Namun putusan
tersebut tidak menjadikan hukum adat Bugis-
Makassar sebagai dasar penjatuhan pidana.

SARAN
Adapun saran dalam penelitian yaitu,
sebaiknya hakim dalam memutus perkara perlu
mendalami secara utuh materi pokok perkara
dengan mempertimbangkan kekuatan alat bukti
yang dihadirkan di persidangan dan terlebih lagi
pada alat bukti yang berkaitan dengan perkara yang
dilakukan melalui media sosial sangat dibutuhkan
pemahaman hakim dengan mengaitkan pada nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat setempat, agar
suatu perkara menjadi jelas dan terang. Sehingga
putusan yang dihasilkan dapat memenuhi rasa
keadilan bagi pencari keadilan yang dilahirkanatas
rasa kemanusiaan dan tercapainya tujuan hukum,
yakni kepastian, keadilan dan kemanfaatan.

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 1, Maret 2018: 93 - 102 101
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

DAFTAR KEPUSTAKAAN Kusumastuti, D. “Pencematan Nama Baik


Dalam Perspektif Konstitusi dan UU ITE”,
Buku Jurnal Wdya Wacana, Volume 8 Nomor 3,
Mulyadi, L. Kompilasi Hukum Pidana Dalam September 2012.
Perspektif Teoritis dan Praktek Peradilan.
Lintogareng, J.V. “Analisis Keyakinan Hakim
Bandung: Mandar Maju, 2005.
Dalam Pengambilan Keputusan Perkara
Jurnal Pidana Di Pengadilan”, Jurnal Lex Crimen,
Volume 2, Nomor 3, Juli 2013.
Amdani, Y. “Implikasi penafsiran Undang-Undang
Oleh Hakim Praperadilan Dalam Perkara Maggalatung, A.S. “Hubungan Antara Fakta,
Tindak Pidana Korupsi”. Jurnal Mimbar Norma, Moral, dan Doktrin Hukum Dalam
Hukum, Volume 27, Nomor 3, Oktober 2015. Pertimbangan Putusan Hakim”.Jurnal Cita
Hukum, Volume 2, Nomor 2, Desember
Awawangi, R.V. “Pencemaran Nama Baik Dalam
2012.
KUHP dan Menurur UU No, 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Palit, F.H. “Kajian Hukum Mengenai Tindak
Elektronik”. Jurnal Lex Crimen, Volume 3, Pidana Pencemaran Nama Baik Yang
Nomor 4, Agustus 2014. Dilakukan Melalui Media Elektronik
(Menurut UU No.11 Tahun 2008)”. Jurnal
Djanggih, H. “Kebijakan Hukum Pidana Dalam
Lex Crimen, Volume 2, Nomor 7, November
Penanggulangan Cybercrime di Bidang
2013.
Kesusilaan”. Jurnal Media Hukum, Volume
1, Nomor 2, September 2013. Respationo, H.M.S. & Hamza, M.G. “Putusan
Hakim: Menuju Rasionalitas Hukum
Djanggih, H, & Saefudin, Y. “Pertimbangan
Refleksif Dalam Penegakan Hukum”. Jurnal
Hakim Pada Putusan Praperadilan: Studi
Yustisia, Volume 68, Nomor 1, Mei 2013.
Putusan Nomor: 09/PID.PRA/2016/PN.Lwk
Tentang Penghentian Penyidikan Tindak Wantu, F.M. “Mewujudkan Kepastian Hukum,
Pidana Politik Uang”, Jurnal Penelitian Keadilan dan Kemanfaatan Dalam Putusan
Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 3, Hakim di Peradilan Perdata”, Jurnal
September 2017. Dinamika Hukum, Volume 12, Nomor 3,
September 2012.
Endrawati L, Aprilianda, N, & Farikha M.
“Rekonstruksi Model Putusan Hakim Wibowo, A. “Kebijakan Kriminalisasi Delik
Perkara KDRT Melalui Pendekatan Hukum Pencemaran Nama Baik di Indonesia”.Jurnal
Progresif”, Jurnal Media Hukum, Volume Pandecta, Volume 7, Nomor 1, Januari 2012.
22, Nomor 1, Juni 2015.
Peraturan Perundang-Undangan
Faisal, A. “Politik Hukum Perlindungan Hakim”.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang
Jurnal Cita Hukum, Volume 4, Nomor1,
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2016.
(KUHP)
Hendrwati, H. et al. “Aspek Penegakan Kode
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
Etik Hakim Dalam Mewujudkan Kekuasaan
Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Kehakiman Yang Bermartabat dan
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Beritegritas”, Jurnal Varia Justicia, Volume
Kekuasaan Kehakiman
12, Nomor 1, Maret 2016.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Holijah.”Dinamika Penguatan Fungsi Putusan
Perubahan Undang-Undang Nomor 11
Mahkamah Agung Sebagai Lembaga
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Peradilan Di Indonesa”.Jurnal Nurani,
Elektonik.
Volume 14, Nomor 2, Desember 2014.
Putusan Pengadilan Negeri Sungguminasa Nomor:
324/Pid./2014/PN.SGM.

102 Pertimbangan Hakim Dalam Perkara... (Hardianto Djanggih, Nasrun Hipan)

You might also like