You are on page 1of 5

Literasi Matematika Adi Asmara, Risnanosanti

LITERASI MATEMATIKA SISWA SMP


MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Adi Asmara, Risnanosanti


Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Muhammadiyah Bengkulu
asmaraadi@ymail.com,risnanosanti@umb.ac.id

ABSTRACT

Indonesian students' mathematical literacy based on PISA and PIRLS assessments is still in the
low category. Mathematical literacy covers how students are able to know and use basic
mathematics to solve problems in real life contexts. Problem Based Learning Model is a
learning model that can solve problems in real life contexts by facilitating the development of
junior high school students' mathematical literacy. The main principle of Problem Based
Learning emphasizes mathematical problems that are human activities and must be meaningful
for students, become a motivator to improve mathematical literacy skills through the stages of
learning. This article examines the mathematical literacy ability of SMP Negeri 11 Bengkulu
students before and after going through the Problem Based Learning Model. students'
mathematical literacy skills prior to the application of the Problem Based Learning model
have a percentage of 25% for the medium category and 75% are in the low category. Then for
students' mathematical literacy ability after applying the Problem Based Learning model has a
percentage of 5% for the medium category, 90% is in the low category, and 5% is in the high
category. The results of inferential statistical analysis (Paired Sample T-test) obtained a
significance value <0.05. This means that there is an increase in students' mathematical
literacy skills after the application of the Problem Based Learning model in class VII SMP
Negeri 11 Bengkulu City.

Keywords: Literacy Ability, Problem Based Learning

PENDAHULUAN peringkat ke-64 dari 65 negara yang ikut


Kementrian Pendidikan dan berpartisipasi (OECD, 2014). Literasi yang
Kebudayaan (Kemdikbud) mengembangkan menjadi penilaian PISA ini meliputi literasi
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk bahasa/membaca, literasi matematika, literasi
mengembangkan sumber daya manusia sains dan literasi finansial. Kerangka
melalui pendidikan. GLS ini juga sebagai penilaian PISA ini menunjukkan lite-
upaya menumbuhkan karakter dan kebiasaan rasi tidak hanya dalam mata pelajaran
membaca yang digariskan dalam peraturan bahasa saja, namun juga terdapat literasi
menteri (permen) nomor 23 tahun 2015 sains, literasi matematika, termasuk literasi
tentang penumbuhan budi pekerti. finansial. Namun demikian, literasi sering-
Hasil Programme for International kali dipandang sempit hanya pada
Student Assessment (PISA) 2009 dan mata pelajaran bahasa.
2012 yang menunjukkan bahwa siswa Berdasarkan hasil observasi di SMP 11
Indonesia memiliki kemampuan literasi Kota Bengkulu, pembentukan literasi
dengan rata-rata skor rendah. PISA diarahkan pada tahap pembiasaan dan masih
dilaksanakan oleh Organization for terfokus pada literasi bahasa. Belum
Economic Cooperation and Development tersentuh pembentukan literasi pada ranah
(OECD) yang menguji kemampuan literasi yang lain termasuk literasi matematika. Fakta
siswa setelah mengikuti pendidikan dasar (15 lainnya, ditunjukkan ketidakmampuan siswa
tahun). Siswa Indonesia berada pada dalam menyelesaikan masalah yang
Literasi Matematika Adi Asmara, Risnanosanti

bentuknya merumuskan, menerapkan, Namun faktanya, matematika masih


bahkan menafsirkan matematika ke dalam dianggap mata pelajaran sulit dan merupakan
berbagai konteks. sekumpulan rumus yang terlepas dari
Literasi memiliki kaitan erat dengan konteks kehidupan nyata siswa. Hal ini
tuntutan keterampilan membaca. Literasi diindikasikan dari sebagian besar siswa
mencakup bagaimana seseorang mampu menguasai matematika dengan cara
memahami informasi secara analitis, kritis menghapal tidak dengan pemahaman,
dan reflektif termasuk mendorong kemam- sehingga ketika diberikan soal dengan
puan mengindentifikasi, menentukan, mene- konteks berbeda siswa mengalami kesulitan
mukan, mengevaluasi dan menciptakan dalam menyelesaikannya.
secara efektif dan terorganisir termasuk Literasi matematika esensinya adalah
kemampuan berkomunikasi (Faizah, dkk., siswa mampu menggunakan pengetahuan
2016: 1-2; Wledarti, dkk., 2016:7). Literasi dan kompetensi dasar dalam matematika
dapat diartikan sebagai kemampuan siswa yang dipelajari untuk digunakan secara
untuk membaca tidak hanya buku teks, percaya diri dalam menyelesaikan persoalan
namun berbagai fenomena dalam kehidupan dalam konteks kehidupan sehari-hari
sehari-hari sebagai lingkungan belajar secara (Ojose, 2011: 91). Dengan demikian tepat
analitis, kritis dan reflektif. Dengan apabila literasi matematika dikembangkan
demikian, literasi sangat penting bagi siswa sejak pendidikan dasar. Oleh karena itu,
untuk menjembatani kegiatan pembelajaran perlu dikaji secara teoritis bagaimana literasi
di sekolah dengan aplikasinya dalam matematika dapat difasilitasi atau dikem-
kehidupan sehari- hari. bangkan melalui pembelajaran di SMP.
Carter (2010:40) mengemukakan Pembelajaran matematika di SMP
bahwa matematika tidak hanya sekedar terbagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu
berhitung, tetapi juga merupakan suatu penanaman konsep, pemahaman konsep dan
percakapan. Ia meyakini bahwa anak- anak pembinaan keterampilan (Heruman, 2013: 2).
dapat berpikir matematika secara mendalam Tahapan ini dimaksudkan untuk mencapai
apabila didukung dengan lingkungan belajar tujuan akhir pembelajaran matematika di
yang memberikan rasa nyaman untuk SMP yaitu agar siswa terampil dalam
bertanya dan mencoba ide matematis menggunakan berbagai konsep matematika
ketika berupaya memahami suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada
matematika termasuk melalui percakapan. pengembangan nya seringkali pembelajaran
Implikasi dari pendapat Carter pada menjadi kegiatan hapalan rumus dan tidak
pembelajaran matematika di sekolah yaitu variatif menggunakan konteks nyata di
bagaimana guru perlu menciptakan sekitar siswa. Hal ini berakibat siswa tidak
lingkungan belajar termasuk topik perca- memahami konsep matematika secara
kapan matematika yang sesuai dengan menyeluruh, dan ketika diberikan masalah
konsep matematika sekaligus tingkat matematika pada konteks yang berbeda siswa
perkembangan kognitif siswa. seringkali mengalami kesulitan. Situasi ini
Siswa SMP menurut Piaget berada pada menimbulkan persepsi pada diri siswa
tingkat perkembangan kognitif operasional mengenai matematika yang sulit dan tidak
konkrit (Schunk, 2012: 237-238), sehingga dapat digunakan dalam konteks kehidupan
dalam proses pembelajaran matematika sehari-hari, yang kemudian menjadi
masih bergantung pada objek konkrit yang pemantik tidak berkembangnya kemampuan
pada perkembangannya diarahkan menuju literasi matematika siswa. Oleh karena itu,
sesuatu yang semi abstrak dan abstrak. Oleh perlu dikembangkan pembelajaran yang
karena itu, pembelajaran matematika di SMP menjadikan masalah dalam konteks nyata
harus mengkaji atau menghubungkan untuk meningkatakn kualitas pembelajaran
konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari matematika di SMP. Salah satu model
dalam persoalan matematika yang pembelajaran yang menggunakan
dipelajari. Hal ini akan membantu siswa permasalahan dalam konteks nyata adalah
melihat bahwa matematika hadir dalam model Problem based Learning.
dunia siswa, termasuk mengapresiasi keber-
manfaatan matematika dalam kehidupan.
Literasi Matematika Adi Asmara, Risnanosanti

METODE PENELITTIAN Berdasarkan hasil penelitian yang


Pendekatan yang digunakan peneliti telah dilaksanakan di SMP Negeri Negeri
adalah pendekatan kuantitatif. Dimana 11 Kota Bengkulu. Nilai tes kemampuan
penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian literasi matematika yang diberikan pada
yang menghasilkan penemuan-penemuaan siswa sebelum dan setelah penerapan model
yang dapat dicapai (diperoleh) dengan pembelajaran Problem Based Learning di
menggunakan prosedur-prosedur statistik kelas VII E SMP Negeri 11 Kota Bengkulu
atau cara-cara lain dari kualifikasi telah diolah dengan SPSS versi 20.
(pengukuran). Penelitian ini merupakan Dilakukan test awal (pretest) dengan
penelitian Quasi Eksperimen, bentuk desain hasil nilai terendah yang diperoleh pada
ini merupakan pengembangan dari True kelas VII E adalah 30,00 dan nilai tertinggi
Experimental Design, yang sulit adalah 40,00. Nilai rata-rata yang diperoleh
dilaksanakan. adalah 43,70 dengan standar deviasinya
Desain eksperimental semu bertujuan adalah 6,669. Artinya, penyebaran datanya
untuk memperoleh informasi yang sebagian besar berada pada kumpulan
merupakan perkiraan bagi informasi yang berjarak plus minus 6,669 dari rata-rata.
dapat diperoleh dengan eksperimen yang Setelah diterapkan model Problem Based
sebenarnya dalam keadaan yang tidak Learning, dilakukan test akhir (posttest)
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau dengan hasil nilai terendah yang diperoleh
memanipulasi semua variabel yang adalah 40,00 dan nilai tertinggi adalah
relevan. Desain penelitian yang digunakan 65,00. Nilai rata-rata yang diperoleh yaitu
adalah One Group Pretest- Posttest 51,35 dengan standar deviasinya adalah
Design. Dalam rancangan ini digunakan 5,825. Artinya, penyebaran datanya sebagian
satu kelompok subjek. Pertama-tama besar berada pada kumpulan berjarak plus
dilakukan pengukuran (pretest), lalu minus 5,825 dari rata-rata.
dikenakan perlakuan dalam hal ini Berdasarkan hasil pretest dan posttest
penerapan model Problem Based Learning pada kelas VII E diperoleh nilai rata-rata
untuk jangka waktu tertentu, kemudian kemampuan literasi matematika meningkat,
dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya yakni nilai rata-rata pretest adalah 43,70
(posttest). sedangkan nilai rata-rata posttest adalah
Populasi yang dimaksud dalam 51,35.
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Tingkat penguasaan materi siswa pada
VII SMP Negeri 11 Kota Bengkulu pretest dan posttest sebagai berikut:
Tahun Ajaran 2018/2019 dengan jumlah a. Pada pretest tidak terdapat siswa pada
277 orang yang terdiri dari 7 kelas. kategori sangat rendah, 3 0 siswa
Sampel yang menjadi subjek penelitiannya (75%) berada pada kategori rendah
adalah siswa Kelas VII E dengan jumlah artinya setengah dari jumlah siswa
siswa 40 orang terpilih sebagai kelas hanya mampu menggunakan rumus
penelitian. Adapun instrumen yang matematika, 10 siswa (25%) berada
digunakan dalam penelitian ini adalah tes pada kategori sedang artinya hanya 25%
kemampuan literasi matematika. Tes akan siswa yang mampu menggunakan
diberikan dalam bentuk soal essai. Ada rumus, dan melaksanakan prosedur
dua macam statistik yang digunakan sederhana, dan 0% hasil pretest siswa
untuk analisis data dalam penelitian, berada pada kategori tinggi dan sangat
yaitu statistik deskriptif dan statistik tinggi atau dapat dikatakan bahwa belum
inferensial. Uji prasyarat dalam penelitian ada siswa yang mampu memenuhi
ini adalah uji normalitas selanjutnya semua indikator kemampuan literasi
pengujian hipotesis. matematika.
b. Pada Posttest terdapat 0% siswa berada
HASIL DAN PEMBAHASAN pada kategori sangat rendah, 2 siswa
Deskripsi Kemampuan Literasi (5%) berada pada kategori rendah artinya
Matematika Siswa yang Belajar dengan 5% siswa hanya mampu menggunakan
menggunakan Model Problem Based rumus matematika, 36 siswa (90%)
Learning Pada Kelas VIIE berada pada kategori sedang artinya
Literasi Matematika Adi Asmara, Risnanosanti

hampir semua siswa telah mampu materi segitiga dan segiempat siswa kelas
menggunakan rumus, dan melaksanakan VII di Negeri 11 Kota Bengkulu.
prosedur sederhana, 2 siswa berada Peningkatan kemampuan literasi
pada kategori tinggi artinya hanya ada matematika tersebut dapat dilihat pada
5% siswa yang mampu menggunakan nilai rata-rata siswa sebelum penerapan
informasi yang relevan dari soal, model Problem Based Learning (pretest)
menggunakan rumus dan mampu yaitu sebesar 43,70 sementara setelah
melaksanakan prosedur sederhana untuk penerapan model Problem Based Learning
menjawab pertanyaan. Tidak terdapat nilai rata-rata siswa (posttest) mengalami
siswa (0%) yang berada pada kategori peningkatan yaitu 51,35.
sangat tinggi artinya belum ada siswa
yang mampu memenuhi semua REFERENSI
indikator kemampuan literasi Amir, T. (2015). Inovasi pendidikan
matematika. melalui problem based learning.
Jakarta: Prenada Media Group.
Teknik pengujian yang digunakan As’ari, A. R. (2014). Matematika-studi dan
adalah uji Paired Sample T-testdengan pengajaran. Jakarta: Kemendikbud.
taraf signifikan = 0,05. Berdasarkan Emzir. (2014). Metodologi penelitian
hasil perhitungan Statistical Package For pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Social Science (SPSS) diperoleh nilai Carter, S. (2010). Infusing math with
signifikan = 0,000 sehingga dapat literacy. Reading today, in the
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 classroom.
diterima karena nilai sig < De Lange, Jan. (2015). Mathematical
(0,000<0,05). Jadi, terdapat perbedaan yang literacy for living from OECD- PISA
signifikan antara kemampuan literasi perspective. Tsukuba journal of
matematika siswa kelas VII E SMP Negeri educational study in Mathematics, Vol.
11 Kota Bengkulu sebelum dan setelah 25, 2006. P 13-35.
penerapan model Problem Based Learning. Echols & Shadily.(1996). Kamus Inggris
Penelitian yang dilaksanakan di SMP Indonesia. Gramedia Pustaka Utama:
Negeri 11 Kota Bengkulu bertujuan untuk Jakarta.
mengetahui tingkat kemampuan literasi Hasan, I. (2012). Pokok-pokok materi
matematika siswa dengan menerapkan statistik 2. Jakarta: Bumi Aksara. Jihad,
model Problem Based Learning pada A. (2012). Evaluasi pembelajaran.
pembelajaran matematika kelas VII Tahun Yogyakarta: Multi Presindo. Riduwan.
Ajaran 2018/2019. Sampel dalam (2008). Belajar mudah penelitian.
penelitian ini adalah kelas VII E dengan Bandung: Alfabeta.
jumlah 40 siswa. OECD. (2014). PISA 2012 Results: What
Dari penelitian ini diperoleh hasil Students Know and Can Do –
bahwa terdapat peningkatan kemampuan Student Performance in
literasi matematika siswa yang signifikan Mathematics, Reading and
setelah penerapan model Problem Based Science (Volume I, Revised
Learning. edition, February 2014). Paris:
OECD Publishing, 2014.
KESIMPULAN Ojose, B. (2011). Mathematics literacy:
Berdasarkan hasil penelitian yang Are we able to put the mathematics we
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tingkat learn into everyday use?. Journal of
kemampuan literasi matematika siswa Mathematics Education, June 2011,
kelas VII Negeri 11 Kota Bengkulu Vol.4, No. 1., pp. 89-100.
setelah penerapan model Problem Based Rusman. (2014). Model-model
Learning berada pada kategori sedang. Hal pembelajaran. Jakarta:Rajawali Pers.
ini menunjukkan penerapan model Problem Sugiyono. (2014). Metode penelitian
Based Learning dapat meningkatkan pendidikan. Bandung: Alfabeta. Tiro,
kemampuan literasi matematika pada M. A. (2008). Dasar-dasar statistik.
Makassar: Andira Publisher.
Literasi Matematika Adi Asmara, Risnanosanti

Sari, Rosalia H.N. (2015). Literasi Matematika UNY 2015. 713-


matematika: Apa, mengapa, dan 720.ISBN.978-602-73403-0-5.
bagaimana? Seminar Nasional Trianto. (2013). Mendesain model
Matematika dan pendidikan pembelajaran inovatif-progresif.

You might also like