(Toxicity Analysis of Forestry Plants Using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Method)

You might also like

You are on page 1of 8

Penelitian Hasil Hutan Vol. 36 No.

3, November 2018: 239-246


p-ISSN: 0216-4329
e-ISSN: 2442-8957
Terakreditasi Peringkat 2, No: 21/E/KPT/2018

ANALISIS TOKSISITAS BEBERAPA TUMBUHAN HUTAN DENGAN


METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)
(Toxicity Analysis of Forestry Plants Using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Method)

Zuraida

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan


Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610, Telp. (0251) 8633234; Fax (0251) 8638111
E-mail : zuraidaus21@gmail.com

Diterima 15 Maret 2018, direvisi 25 Juli 2018, disetujui 12 November 2018

ABSTRACT

Utilization of forest plant seeds of suren (Toona sureni (Blume) Merr.), mimba (Azadirachta indica A.Juss.),
mahogany (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.), and saga (Adenanthera pavonina L.) for curing certain illness have
long been practiced by traditional community. However, there were limited study on observing seeds bioactivity of those
four species. This study aimed to analyze the toxicity activity of suren, mahoni, mimba, and saga seeds. The four
seeds were initially macerated using 96% ethanol. The ethanol extracts were then tested for their toxicity effects on the
Artemia salina larvae by Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method. BSLT results were presented through the
Lethal Concentration 50 (LC50). The LC50 values of ethanol extract of suren seeds, mahogany, mimba, and saga were
75, 84, 323 and 449 μg/mL, respectively. The four extracts had biological activity with LC50 <1000 μg/mL, and
suren seed extract was the most likely to have bioactivity because it had the lowest LC50 value.

Keywords: Toxicity, four sedds, forest plants, BSLT, bioactivity

ABSTRAK

Biji suren (Toona sureni (Blume) Merr.), mimba (Azadirachta indica A.Juss.), mahoni (Swietenia mahagoni
(L.) Jacq.), dan saga (Adenanthera pavonina L.) telah digunakan untuk mengobati penyakit tertentu
oleh masyarakat tradisional, namun demikian penelitian mengenai bioaktivitas keempat biji tersebut
terbatas. Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas toksisitas dari biji suren, mahoni, mimba, dan
saga. Keempat sampel diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%. Ekstrak etanol
yang diperoleh diuji efek toksisitasnya terhadap larva Artemia salina dengan metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT) dan hasil BSLT dipresentasikan melalui Lethal Concentration 50 (LC50). Nilai LC50
dari ekstrak etanol biji suren, mahoni, mimba, dan saga berturut-turut adalah 75, 84, 323 dan 449 µg/
mL. Keempat ekstrak tersebut memiliki bioaktivitas dengan nilai LC50 <1000 µg/mL, dan ekstrak biji
suren paling berpotensi memiliki bioaktivitas paling tinggi karena nilai LC50 paling rendah.

Kata kunci: Toksisitas, empat biji, tanaman hutan, BSLT, bioaktivitas

doi : 10.20886/jphh.2018.36.3.239-246 239


Penelitian Hasil Hutan Vol. 36 No. 3, November 2018: 239-246

I. PENDAHULUAN Metode yang sering digunakan pada analisis


toksisitas yaitu Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Indonesia merupakan salah satu negara Uji ini menggambarkan tingkat ketoksikan
yang terletak di daerah tropis yang kaya ekstrak terhadap larva Artemia salina. Hasil uji
akan keanekaragaman hayati. Hutan tropis ini dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi
Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies bioaktivitas tanaman yang lebih luas. Penelitian
tumbuhan, dan 1.845 spesies di antaranya telah ini bertujuan mempelajari aktivitas toksisitas
diidentifikasi berkhasiat sebagai obat (Abdullah, ekstrak biji keempat tanaman hutan tersebut diuji
Mustikaningtyas, & Widiatningrum, 2010). terhadap larva A. salina.
Tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang
mengandung zat aktif pada salah satu bagian II. METODOLOGI
atau seluruh bagian tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan untuk mengobati penyakit tertentu. A. Lokasi Penelitian
Bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan Penelitian dilaksanakan di Pusat Studi
meliputi daun, buah, bunga, biji, akar, rimpang, Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian dan
batang, kulit kayu, getahnya (Sada & Tanjung, Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor
2010). Masyarakat tradisional menggunakan (PSB-LPPM, IPB), Bogor.
bagian tumbuhan tersebut dengan cara ditumbuk,
direbus, diremas, dan digosokkan (Susiarti, B. Metode
2015).
1. Ekstraksi biji tumbuhan hutan
Pemanfaatan tumbuhan obat saat ini mulai
banyak dikembangkan. Beberapa tumbuhan yang Ekstraksi sampel biji suren, mimba, mahoni,
berkhasiat obat di antaranya suren (Toona sureni) dan saga dalam bentuk serbuk dengan ukuran 80
(Iswandono, Zuhud, Hikmat, & Kosmaryandi, mesh dilakukan dengan metode maserasi dengan
2015), mimba (Azadirachta indica) (Wardani & cara merendam sampel dengan etanol 96% di
Yudaputra, 2015), mahoni daun kecil (Swietenia dalam tabung erlenmeyer selama 3 x 24 jam.
mahagoni) (Sumekar & Fauzia, 2016), dan Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary
saga (Adenanthera pavonina) (Rayhani, 2012). evaporator pada suhu 50ºC sehingga diperoleh
Tumbuhan suren secara tradisional digunakan ekstrak pekat etanol .
sebagai obat demam, disentri, dan sakit perut
(Achmad, Firmansyah, Soekarno, & Witarto, 2. Uji Toksisitas dengan metode Brine Shrime
2015). Pada zaman dulu mimba dimanfaatkan Lethality Test (BSLT)
untuk mengobati cacar air, demam, infeksi kulit, Uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan
tekanan darah tinggi, perawatan mulut, sebagai uji yang dilakukan oleh Meyer, Ferrigni, Putnam,
tonik untuk bisul, dan diabetes (Sandanasamy, Jacobsen, Nichols, dan McLaughlin, (1982).
Hamid, Nizam, & Hamid, 2014). Mahoni Telur A. salina dimasukkan ke dalam tempat
digunakan sebagai obat malaria, diabetes, diare, yang berisi air laut, karena A. salina merupakan
hipertensi, hiperglikemia, luka kulit, anemia, mikroorganisme yang dapat hidup di lingkungan
batuk, dan parasitisme usus (Naveen, Rupini, dengan kandungan garam yang tinggi (hypersaline)
Ahmed, & Urooj, 2014). Masyarakat tradisional (Gajardo & Beardmore, 2012; Kanwar, 2007).
memanfaatkan saga sebagai obat bisul, radang, Telur kemudian diaerasi dan didiamkan di
rematik, epilepsi, kolera, kelumpuhan, dan bawah pencahayaan lampu selama 48 jam agar
gangguan pencernaan (Mujahid, Ansari, Sirbaiya, penetasannya sempurna. Telur A. salina yang
Kumar, & Usmani, 2016). sudah menetas menjadi larva digunakan untuk
Efek farmakologis dari tumbuhan disebabkan uji sitotoksisitas. Larva A. salina sebanyak 10
adanya senyawa metabolit sekunder yang ekor dimasukkan ke dalam plat uji yang telah
terkandung di dalamnya. Efektivitas komponen berisi air laut. Penelitian Meyer et al. (1982),
aktif tersebut sebagai obat herbal dapat ditentukan Asaduzzaman et al. (2015), dan Zakari dan
melalui analisis awal berupa analisis toksisitas. Kubmarawa (2016) menyebutkan bahwa pada

240
Analisis Toksisitas Beberapa Tumbuhan Hutan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
(Zuraida)

pengujian BSLT menggunakan larva udang Dari empat sampel yang diuji, ekstrak biji
berjumlah 10 ekor sebagai objek pengamatan suren paling berpotensi memiliki bioaktivitas
untuk pengujian mortalitas dan LC50-nya. karena menghasilkan nilai LC50 terendah yaitu
Selanjutnya, ditambahkan ekstrak etanol sehingga 75 µg/mL, hal ini sesuai dengan pernyataan
konsentrasi akhirnya menjadi 50, 100, 500, dan Hamidi et al. (2014) bahwa ekstrak etanol biji
1.000 µg/mL, sedangkan untuk kontrol tidak suren memiliki sifat ketoksikan yang tinggi.
ditambahkan larutan ekstrak. Ekstrak etanol yang Penelitian sebelumnya pernah dilakukan uji
diuji yaitu ekstrak biji suren, mimba, mahoni, sitotoksisitas terhadap daun dan kulit kayu
dan saga. Perlakuan sebanyak tiga ulangan pada suren. Hudri, Harneti, dan Supratman (2008)
masing-masing konsentrasi ekstrak dan kontrol, melaporkan bahwa kulit kayu suren yang telah
kemudian dilakukan pengamatan setelah 24 jam diisolasi dengan berbagai metode kromatografi
dengan menghitung jumlah larva yang mati dari dapat menghasilkan fraksi etil asetat teraktif
total larva yang dimasukkan sehingga diperoleh dengan nilai LC50 sebesar 9,07 µg/mL. Senyawa
persen mortalitas. Adapun nilai LC50 diperoleh yang teridentifikasi menggunakan metode nuclear
dengan menggunakan analisis probit LC50 pada magnetic resonance (NMR) dari kulit kayu tersebut
selang kepercayaan 95% menggunakan program adalah triterpenoid juga menyatakan bahwa fraksi
SPSS. hasil kromatografi kolom daun suren memiliki nilai
LC50 sebesar 16,64 µg/mL. Hal ini menunjukkan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa ekstrak biji suren yang telah mengalami
fraksinasi akan menghasilkan efek toksisitas yang
Uji sitotoksisitas dengan metode BSLT lebih kuat. Identifikasi senyawa dari daun suren
menggunakan A. salina merupakan uji menunjukkan struktur senyawa fitol merupakan
pendahuluan untuk mengetahui adanya komponen diterpen pada fraksinya.
bioaktivitas dari suatu sampel. Uji ini berguna Daun dan kulit kayu suren memiliki efek
untuk menentukan berbagai aktivitas biologis sitotoksisitas yang lebih tinggi dibanding bijinya.
pada tanaman seperti aktivitas sitotoksik, Analisis fitokimia biji suren belum pernah
fototoksik, pestisida, inhibisi enzim, dan regulasi dilaporkan sebelumnya, namun demikian Darwiati
ion (Veni & Pushpanathan, 2014). Janakiraman (2009) menganalisis senyawa pada fraksi metanol
dan Johnson (2016) juga menyatakan bahwa uji biji suren menggunakan Gas Chromatography Mass
BSLT dapat digunakan sebagai dasar untuk uji Spechtrometry (GC-MS) menghasilkan 16 senyawa
toksisitas terhadap sel line, aktivitas anti-tumor turunan antara lain delta-Elemene, alpha-
dan anti-kanker. Keuntungan dari uji ini yaitu Copaene, beta-Elemene, Trans-Caryophyllene,
cepat, mudah, hasilnya dapat diulang, serta gamma-Elemene, beta-Cubebene, delta-
tidak membutuhkan biaya yang mahal (Hamidi, Gurjunene, Spathulenol, Benzene, (1-butylheptyl),
Jovanova, dan Panovska, 2014). Benzene, (1-propyloctyl), Benzene, (1-ethylnoyl),
Tabel 1 menampilkan hasil uji sitotoksisitas Benzene, (1-methyldecyl), Hexadecanoic
ekstrak dari biji suren, mimba, mahoni, dan acid, 9,12-Octadecadienoic acid dan 9,12,15-
saga. Hasil uji sitotoksisitas dinyatakan dengan Octadecatrienoic, Stigmast-5-en-3-ol .
Lethal Concentration 50 (LC50), yakni konsentrasi Aktivitas sitotoksisitas terbaik setelah biji
optimum ekstrak yang mampu membunuh suren yaitu biji mahoni. Ekstrak biji mahoni
50% populasi larva A. salina. Nilai LC50 yang memiliki nilai LC50 sebesar 84 µg/mL yang
semakin rendah menunjukkan efek sitotoksisitas tergolong toksisitas yang tinggi (Hamidi et al.,
yang semakin tinggi. Menurut Meyer et al., 2014). Hasil ini lebih rendah daripada penelitian
(1982), suatu senyawa dapat dikatakan memiliki Sahgal, Ramanathan, Sasidharan, Mordi, dan
bioaktivitas jika nilai LC50 <1000 µg/mL karena Ismail (2010) yang menyatakan bahwa ekstrak
memiliki sifat toksik pada rentang nilai tersebut. metanol biji mahoni menghasilkan LC50 sebesar
Berdasarkan penelitian, keempat ekstrak yang 0,68 mg/mL (680 µg/mL) setelah pengamatan
diujikan memiliki potensi bioaktivitas karena 24 jam. Hal ini menunjukkan bahwa biji mahoni
menunjukkan nilai LC50 yang sesuai dengan pada penelitian ini memiliki efek toksisitas yang
pernyataan Meyer et al. (1982). lebih baik. Namun, pada penelitian Haque, Ullah,
241
Penelitian Hasil Hutan Vol. 36 No. 3, November 2018: 239-246

Tabel 1. Hasil uji toksisitas ekstrak beberapa biji tumbuhan hutan


Table 1. Toxicity test result of forestry plants seed’s extract
Sampel Konsentrasi perlakuan Larva udang total Rata-rata mortalitas LC50 Klasifikasi toksisitas
(Sample) (Concentration of treatment, µg/mL) (Total shrimp larvae) (Mean of mortality, %) (µg/mL) (Classification cytotoxicity)
Kontrol (Control) 0 10 0,00 0 –
1000 10 100,00
Ekstrak biji suren 500 10 100,00 Tinggi
75
(T. sureni seed extract) 100 10 70,00 (High)
50 10 30,00
1000 10 100,00
Ekstrak biji mimba 500 10 60,00 Sedang
323
(A. indica seed extract) 100 10 23,33 (Medium)
50 10 30,00
1000 10 100,00
Ekstrak biji mahoni daun kecil 500 10 96,67 Tinggi
84
(S. mahagoni seed extract) 100 10 53,33 (High)
50 10 43,33
1000 10 96,67
Ekstrak biji saga 500 10 50,00 Sedang
449
(A. pavonina seed extract) 100 10 23,33 Medium
50 10 6,67
Keterangan (Remarks): LC50 >1000 µg/mL, tidak toksik (Non toxic), LC50 500-1000 µg/mL, toksik rendah (Low toxic),
LC50 100-500 µg/mL, toksik sedang (Medium toxic), LC50 0-100 µg/mL, toksik tinggi (High toxic)
(Hamidi, Jovanova, dan Panovska, 2014)

dan Nahar (2009) ekstrak dari tiga bagian tanaman Sementara ekstrak etanol daun dan akarnya tidak
mahoni menunjukkan aktivitas yang lebih baik. bersifat toksik karena memiliki nilai LC50 >1000
Ekstrak kloroform daun, kulit kayu, dan biji µg/mL. Aktivitas ekstrak biji mimba dipengaruhi
mahoni memiliki nilai LC50 berturut-turut 30, 34, oleh komponen fitokimianya. Fitriyani (2015)
30, 49, dan 13,75 µg/mL. Sementara ekstrak etil melaporkan bahwa ekstrak etanol 70% biji mimba
asetat daun, kulit kayu, dan biji mahoni memiliki mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan
nilai LC50 berturut-turut 18,78, 11,64, dan 24,68 tannin. Suirta, Puspawati, dan Gumiati (2007)
µg/mL. Sahgal, Ramanathan, Sasidharan, Mordi, mengidentifikasi ekstrak biji mimba dengan GC-
dan Ismail (2009) melaporkan bahwa kandungan MS yang menunjukkan adanya senyawa asam-
fitokimia dari ekstrak metanol biji mahoni yaitu asam organik yaitu asam heksadekanoat, asam
alkaloid, terpenoid, antrakuinon, glikosida, stearat, asam oleat, etil oleat, asam oktadekanoat,
saponin, dan minyak atsiri. etil oktadekanoat, dioktil heksadioat dari ekstrak
Ekstrak biji mimba memiliki efek toksisitas biji mimba yang telah diisolasi.
yang tergolong sedang dengan nilai LC50 sebesar Efek toksisitas dari ekstrak biji saga yang
323 µg/mL (Hamidi et al., 2014). Selain bijinya, dihasilkan menempati urutan keempat dari
bagian tanaman mimba yang telah diketahui ekstrak lainnya dengan nilai LC50 449 µg/mL dan
memiliki efek toksik terhadap A. salina yaitu termasuk sitotoksisitas yang bersifat medium atau
daun, akar, dan kulit kayunya. Ekstrak etanol sedang (Hamidi et al., 2014). Penelitian mengenai
dan kloroform kulit kayu dilaporkan oleh aktivitas sitotoksik terhadap A. salina dari biji saga
Emran, Uddin, Rahman, Uddin, dan Islam belum pernah dilaporkan sebelumnya, namun
(2015) memiliki nilai LC50 berturut-turut 30,20 banyak penelitian yang telah memaparkan berbagai
dan 32,36 µg/mL. Nilai tersebut menunjukkan aktivitas dari biji saga. Aktivitas biologis dari biji
aktivitas toksisitas yang sangat baik. Selain itu, saga yang telah diketahui yaitu antifungi, anti-
ekstrak etanol kulit kayu pada penelitian oleh inflamasi, anti kanker, antidiabetes, dan aktivitas
Sandanasamy, Hamid, Nizam, dan Hamid (2014) hipolipidemia (Krishnaveni, Selvi, & Mohandass,
menghasilkan nilai LC50 sebesar 660,69 µg/mL. 2011; Mujahid, Ansari, Sirbaiya, Kumar, &

242
Analisis Toksisitas Beberapa Tumbuhan Hutan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
(Zuraida)

Usmani, 2016; Pandhare & Sangameswaran, B. Saran


2012). Chauhan, Souza, Shabnam, dan Abraham
(2015) melaporkan bahwa ekstrak metanol biji Penelitian lebih lanjut terkait biji suren,
saga mengandung saponin, alkaloid, tannin, dan mahoni, mimba, dan saga perlu dilakukan untuk
glikosida. menganalisis aktivitas biologis masing-masing
Nilai LC50 yang berbeda pada setiap bagian tumbuhan hutan tersebut. Aktivitas biologis
tanaman dapat disebabkan oleh perbedaan dapat diketahui melalui berbagai uji seperti anti-
kandungan metabolit sekundernya. Hal ini oksidan, anti-inflamasi, anti-kanker, dan perlu
dibuktikan oleh Sari, Syafii, Achmadi, dan dilakukan komponen aktif dari masing-masing
Hanafi (2011) bahwa bagian tanaman yang ekstrak.
berbeda mengandung senyawa fitokimia yang
berbeda serta menghasilkan nilai LC50 yang DAFTAR PUSTAKA
berbeda pula. Kandungan metabolit sekunder
dapat mempengaruhi aktivitas farmakologis Abdullah, M., Mustikaningtyas, D., &
dari tanaman tersebut (Saxena, Saxena, Nema, Widiatningrum, T. (2010). Inventarisasi
Singh, & Gupta, 2013). Selain itu, faktor ekstraksi jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat di
dan pelarut yang berbeda juga mempengaruhi hutan hujan dataran rendah desa Nyamplung
komponen aktif yang tertarik sehingga dapat pulau Karimun Jawa. Biosaintifika: Journal of
menyebabkan bioaktivitas yang berbeda pula Biology & Biology Education, 2(2), 75–81. doi.
(Azmir et al. 2013). org: 10.15294/biosaintifika.v2i2.1153
Uji sitotoksisitas dengan metode BSLT Achmad, Firmansyah, Soekarno, & Witarto.
menggunakan A. salina merupakan uji (2015). Effects of tannin to control
pendahuluan untuk mengetahui adanya leaf blight disease on Toona sureni Merr.
bioaktivitas dari suatu sampel. Uji ini berguna caused by two isolates of Rhizoctonia sp.
untuk menentukan berbagai aktivitas biologis Plant Pathology Journal, 14(3), 148–152. doi:
pada tanaman seperti aktivitas sitotoksik, 10.3923/ppj.2015.148.152/.
fototoksik, pestisida, inhibisi enzim, dan regulasi
Asaduzzaman, M., Rana, M., Hasan, S., Hossain,
ion (Veni & Pushpanathan, 2014). Janakiraman
M., & Das, N. (2015). Cytotoxic (brine
dan Johnson (2016) juga menyatakan bahwa uji
shimp lethality bioassay) and antioxidant
BSLT dapat digunakan sebagai dasar untuk uji
investigation of Barringtonia acutangula (L.).
toksisitas terhadap sel line, aktivitas anti-tumor
International Journal of Pharma Sciences and
dan anti-kanker. Keuntungan dari uji ini yaitu
Research (IJPSR), 6(8), 1179–1185.
cepat, mudah, hasilnya dapat diulang, serta tidak
membutuhkan biaya yang mahal (Hamidi et al., Azmir, J., Zaidul, I.S.M., Rahman, M.M, Sharif,
2014). K.M, Mohamed, A., Sahena, F., Jahurul,
M.H.A., … Omar, A.K.M. (2013).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Techniques for extraction of bioactive
compounds from plant materials: A review.
A. Kesimpulan Journal of Food Engineering, 117, 426–436.
Aktivitas biologis suatu tanaman dapat doi: 10.1016/j.jfoodeng.2013.01.014
diidentifikasi melalui uji pendahuluan seperti Chauhan, R., Souza, H., Shabnam, R., &
BSLT. Hasil uji BSLT ekstrak etanol biji suren, Abraham, J. (2015). Phytochemical and
mahoni, mimba, dan saga memiliki nilai LC50 cytotoxicity analysis of seeds and leaves
berturut-turut 75, 84, 323, dan 449 µg/mL. of Adenanthera pavonina. Research Journal of
Keempat ekstrak tersebut memiliki sifat toksik Pharmacy and Technology, 8(2), 198–203. doi:
(LC50 <1000 µg/mL) dan ekstrak biji suren paling 10.5958/0974-360X.2015.00036.
berpotensi memiliki bioaktivitas karena memiliki
aktivitas toksisitas paling tinggi.

243
Penelitian Hasil Hutan Vol. 36 No. 3, November 2018: 239-246

Darwiati, W. (2009). Uji efikasi ekstrak tanaman Iswandono, E., Zuhud, E., Hikmat, A., &
suren (Toona sinensis Merr) sebagai insektisida Kosmaryandi, N. (2015). Pengetahuan
nabati dalam pengendalian hama daun (Eurema etnobotani suku Manggarai dan implikasinya
spp. dan Spodoptera litura F.) (tesis). Institut terhadap pemanfaatan tumbuhan hutan di
Pertanian Bogor, Bogor. pegunungan Ruteng. Jurnal Ilmu Pertanian
Emran, T., Uddin, M., Rahman, A., Uddin, Indonesia, 20(3), 171–181. doi: 10.18343/
Z., & Islam, M. (2015). Phytochemical, jipi.20.3.171
antimicrobial, cytotoxic, analgesic and anti- Janakiraman, N., & Johnson, M. (2016). Ethanol
inflamatory properties of Azadirachta indica: extracts of selected cyathea species
a therapeutic study. Journal of Bioanalysis & decreased cell viability and inhibited
Biomedicine, 1–7. doi: 10.4172 /1948-593X. growth in MCF 7 cell line cultures. Journal
S12-007 of Acupuncture and Meridian Studies, 9(3),
Fitriyani, N. (2015). Uji aktivitas antifertilitas 151–155. doi: 10.1016/j.jams.2016. 04.004
ekstrak etanol 70% biji mimba (Azadirachta Kanwar, A. (2007). Brine shrimp (Artemia salina)
indica L.) pada tikus putih jantan (Rattus a marine animal for simple and rapid
novergicus ) galur Sprague Dawley secara In Vivo biological assays. Journal of Chinese Clinical
(skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif Medicine, 2(4), 236–240.
Hidayatullah, Jakarta. Krishnaveni, A., Selvi, S., & Mohandass, S.
Gajardo, G., & Beardmore, J. (2012). The brine (2011). Antidiabetic, hypolipidemic activity
shrimp Artemia: adapted to critical life of Adenanthera pavonina seeds in alloxan
conditions. Frontiers in Physiology, 3, 1–8. induced diabetic rats. Journal of Pharmacy
doi: 10.3389/fphys.2012.00185 Research, 4(5), 1440–1442.
Hamidi, М., Jovanova, B., & Panovska, Т. (2014). Meyer, B., Ferrigni, N., Putnam, J., Jacobsen, L.,
Toxicоlogical evaluation of the plant Nichols, D., & Mc Laughlin, J. (1982). Brine
products using Brine Shrimp (Artemia shrimp : A convinient general bioassay for
salina L .) model. Macedonian Pharmaceutical active plant constituents. Journal of Medicinal
Bulletin, 60(1), 9–18. Plant Research, 45, 31–34. doi: 10.1055/s-
Haque, M., Ullah, M., & Nahar, K. (2009). In vitro 2007-971236
antibacterial and cytotoxic activities of Mujahid, M., Ansari, V., Sirbaiya, A., Kumar,
differents parts of plant Swietenia mahagony. R., & Usmani, A. (2016). An insight of
Pakistan Journal of Biological Science, 12(7), pharmacognostic and phytopharmacology
599–602. study of Adenanthera pavonina. Journal of
Hudri, S., Harneti, D., & Supratman, U. (2008). Chemical and Pharmaceutical Research, 8(2),
Toxic triterpenoid from the stem bark 586–596.
of suren (Toona sureni). Proceeding of the Naveen, Y., Rupini, G., Ahmed, F., & Urooj, A.
International on Chemistry, 599–600. (2014). Pharmacological effects and active
Huspa, D., Dewi, A., & Supratman, U. (2011). phytoconstituents of Swietenia mahagoni: a
Diterpenoid compound from leaf of suren review. Journal of Integrative Medicine, 12(2),
(Toona sureni) and their toxicity againts brine 86–93. doi://doi.org/10.1016/S2095-
shrimp. Dalam W. Suratno, U. Supratman, 4964(14)60018-2
Ukun, M.S. Soedjanaatmadja, I. Hastiawan, Pandhare, R., & Sangameswaran, B. (2012). Extract
A. Anggraeni, T. Herlina, I. Rahayu, S. of Adenanthera pavonina L. seed reduces
Ishmayana, H. Riezki, Amalia, Sihabudin, development of diabetic nephropathy
& A. Hardianto (Penyunt.). Proceeding The in streptozotocin-induced diabetic rats.
2nd International Seminar on Chemistry 2011. Avicenna Journal of Phytomedicine, 2(4), 233–
Universitas Padjadjaran (hal 329-331). 242.
Bandung.

244
Analisis Toksisitas Beberapa Tumbuhan Hutan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
(Zuraida)

Rayhani, S. (2012). Pemanfaatan tumbuhan pangan Suirta, I., Puspawati, N., & Gumiati, N. (2007).
dan obat oleh masyarakat di sekitar Taman Isolasi dan identifikasi senyawa aktif
Nasional Laiwangi-Wanggameti (skripsi). larvasida dari biji mimba (Azadirachta indica
Institut Pertanian Bogor, Bogor. A. Juss) terhadap larva nyamuk demam
Sada, J., & Tanjung, R. (2010). Keragaman berdarah (Aedes aegypti). Jurnal Kimia, 1(1),
tumbuhan obat tradisional di Kampung 47–54.
Nansfori Distrik Supiori Utara, Kabupaten Sumekar, D., & Fauzia, S. (2016). Efektivitas
Supiori–Papua. Jurnal Biologi Papua, 2(2), biji mahoni (Swietenia mahagoni) sebagai
39–46. pengobatan diabetes melitus. Majority, 5(3),
Sahgal, G., Ramanathan, S., Sasidharan, S., 168–172.
Mordi, M., & Ismail, S. (2010). Brine Susiarti, S. (2015). Pengetahuan dan pemanfaatan
shrimp lethality and acute oral toxicity tumbuhan obat masyarakat lokal di Pulau
studies on Swietenia mahagoni (Linn.) Jacq. Seram, Maluku. Dalam A.D. Setyawan,
seed methanolic extract. Pharmacognisy Sugiyarto, A. Pitoyo, U. E. Hernawan, &
Research, 2(4), 214–220. doi: 10.4103 /0974- A. Widiastuti (Penyunt.). Prosiding Seminar
8490.69107 Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia,
Sahgal, G., Ramanathan, S., Sasidharan, S., Mordi, 1(5), 1083–1087. doi: 10.13057 /psnmbi/
M. N., Ismail, S., & Mansor, S. M. (2009). m010519
Phytochemical and antimicrobial activity Veni, T., & Pushpanathan, T. (2014). C omparison
of Swietenia mahagoni crude methanolic of the Artemia toxicity of I ndian medicinal
seed extract. Tropical Biomedicine, 26(3), salina and Artemia fransiscana bioassays
274–279. for plants. Journal of Coastal Life Medicine,
Sandanasamy, J., Hamid, N., Nizam, T., & Hamid, 2(6), 453–457. doi: 10.12980/JCLM.2.
N. (2014). Chemical characterization 201414J29
and biological study of Azadirachta indica Wardani, F. F., & Yudaputra, A. (2015).
extracts. European Journal of Academic Essay, Inventarisasi koleksi tumbuhan Kebun
1(10), 9–16. Raya Bogor yang berpotensi sebagai
Sari, R., Syafii, W., Achmadi, S., & Hanafi, M. pestisida nabati. Prosiding Seminar Nasional
(2011). Aktivitas antioksidan dan toksisitas Masyarakat Biodiversitas Indonesia3, 1(3), 528–
ekstrak etanol surian (Toona sinensis). Jurnal 533. doi: 10.13057/psnmbi/m010325
Ilmu Dan Teknologi Hasil Hutan, 4(2), 46– Zakari, A., & Kubmarawa, D. (2016). In vitro
52. cytotoxicity studies and qualitative
Saxena, M., Saxena, J., Nema, R., Singh, D., & investigation of phytochemicals of stem
Gupta, A. (2013). Phytochemistry of bark extracts of Detarium microcarpum
medicinal plants. Journal of Pharmacognosy (Caesalpinioideae), Echinaceae angustifolia
and Phytochemistry, 1(6), 168–182. doi: (Compositae) and Isoberlinia doka (Fabaceae).
10.1007/978-1-4614-3912-7_4 National Journal of Multidisciplinary Research
and Development, 1(1), 22–26.

245

You might also like