You are on page 1of 12

ISLAM DAN NASIONALISME DI KAWASAN ASIA TENGGARA:

INDONESIA, FILIPHINA DAN THAILAND

Fadliah Mubakkira
Pendidikan Sejarah 2018, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar
E-mail: fadliahmubakkiraaa@gmail.com

ABSTRACT
This article discusses the process of entry of Islam and nationalism movements of countries in
the Southeast Asian region such as Indonesia, the Philippines, and Thailand that aims to make us
aware of the process of islamization and nationalism movement in the country. Southeast Asia is
one of the regions that have diverse social attitudes and beliefs. Socially, the culture of the
population in this region is more predominantly Muslim, but the reality of social reality, culture
and beliefs that develop in it shows diversity and heterogeneity. The development and
civilization of Islam is greatly influenced by the cultural structure adopted by the community.
Nationalism is essentially a modern ideology, like democracy and communism. The emergence of
Nationalism due to long suffering or oppression whether in the economic, social, educational,
legal, political fields carried out by the colonialists and also influenced by the increasing
enthusiasm of other colonized nations in gaining independence among others from Indonesia,
the Philippines, Thailand and the country others are in the Southeast Asian region. The method
used in this study is the historical research method which consists of heuristics (data collection),
criticism (criticizing existing data), interpretation (meaning of words), and historiography
(compiling everything into a complete text based on chronology).
Keywords: Islam, Nationalism, Southeast Asia

Abstrak
Tulisan kali ini membahas tentang proses masuknya Islam dan gerakan nasionalisme
negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Filiphina, dan Thailand
yang bertujuan agar kita dapat mengetahui proses islamisasi dan gerakan nasionalisme di
negara tersebut. Kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang yang mempunyai
sikap sosial dan kepercayaan yang beragam. Secara sosial budaya penduduk di kawasan ini lebih
mayoritas beragama Islam, akan tetapi kenyataan realitas sosial, budaya dan keyakinan yang
berkembang di dalamnya menunjukkan keragaman dan heterogen. Perkembangan dan
peradaban Islam sangat dipengaruhi oleh struktur kebudayaan yang dianut oleh masyarakat.
Nasionalisme pada hakikatnya merupakan suatu ideologi modern, seperti halnya demokrasi ,

1
dan komunisme. Munculnya Nasionalisme dikarenakan adanya penderitaan atau penindasan
yang panjang baik itu dibidang ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, politik yang dilakukan oleh
kaum kolonialis dan juga dipengaruhi oleh meningkatnya semangat bangsa-bangsa terjajah
lainnya dalam meraih kemerdekaan antara lain dari Indonesia, Filiphina , Thailand serta negara
lainnya yang berada di kawasan Asia Tenggara. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik (pengumpulan data),
kritik (mengkritisi data yang telah ada), interpretasi (pemaknaan kata-kata), dan Historiografi
( menyusun semuanya menjadi tulisan yang utuh berdasarkan kronologis).
Kata Kunci: Islam, Nasionalisme, dan Asia Tenggara

Pendahuluan
Pada kajian yang saya buat kali ini berfokus pada islam,nasinonalisme di asia tenggara
dalam kancah di beberapa negara di asia tenggara yaitu Indonesia, Filipina dan Thailand
keunikan pada yang saya buat nanti ini berfokus pada Nasionalisme di Indonesia, Filipina dan
Thailand.
Keunikan lainnya adalah gerakan-gerakan nasionalisme yang dilakukan negara-negara
yang ada di kawasan asia tenggara, yang di latarbelakangi oleh ingin mengusir penjajah yang ada
di asia tenggara. Tentunya gerakan nasionalisme yang ada di asia tenggara berbeda dengan
gerakan nasionalisme yang ada di Indonesia, itu semua berdasarkan negaranya masing-masing.

Nasionalisme adalah salah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara (nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia. Nasinoalisme tiap bangsa di dunia tercipta melalui proses yang berbeda-beda,
sehingga pada saat nasionalisme tersebut menampakkan wujudnya juga mempunyai bentuk dan
ciri yang berbeda.
Asia Tenggara merupakan kawasan yang cukup luas dan cukup berpengaruh di kancah
dunia. Asia Tenggara dipilah dalam dua kelompok yakni Asia Tenggara Daratan yaitu Kamboja,
Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Asia Tenggara Maritim yakni Brunei Darussalam,
Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Timor Leste. Kawasan Asia Tenggara merupakan salah
satu kawasan yang yang mempunyai sikap sosial dan kepercayaan yang beragam. Secara sosial
budaya penduduk di kawasan ini lebih mayoritas beragama Islam, akan tetapi kenyataan realitas
sosial, budaya dan keyakinan yang berkembang di dalamnya menunjukkan keragaman dan
heterogen.

2
Lebih dari setengah jumlah penduduk Asia Tenggara menerima Islam atau Kristen dalam
kadar tertentu selama kurun niaga. Islam (baik Sunni maupun Syiah), Kristen Katolik maupun
kristen Nestorian, Konfusianisme, agama yahudi , dan berbagai aliran hindu dan Budhis ,
Semuanya pernah di bawah oleh para pedagang dan musafir di asia tenggara sejak awal tharik
masehi. (Anthony, 1999:164).
Warga Muslim di Asia Tenggara diperkirakaan jumlah mereka adalah 300 juta jiwa. Atas
dasar tersebut pantas jika dikatakan bahwa negara-negara di Asia Tenggara dapat dikatakan
sangat luas jika dianalogikan itu dari Islam terbentang dari kawasan Afrika Barat Daya sampai
Asia Selatan, yang jumlah Muslimnya terbesar. Negara-negara yang berada di kawasan Asia
Tenggara sebagai besar jumlah penduduknya memeluk agama lslamnya. Salah satunya wilayah-
wilayah yang masuk kawasan India jauh sampai Lautan Cina dan mencakup lndonesia, Malaysia
dan Filipina. Namun kita tidak boleh terlalu berbangga hati dengan data statistik yang di atas,
justru data itu dapat menjadi acuan bagi kita untuk menggali lebih dalam lagi tentang sejarah
masuknya agama Islam di Asia Tenggara dan bagaimana agama Islam bisa menjadi agama yang
mempunyai penganut terbanyak dan menjadi kekuatan sosial yang begitu kuat, padahal Islam
bukan agama yang pertama kali masuk atau agama yang dianut pertama kali oleh masyarakat
yang ada di Asia Tenggara.
Makalah ini akan membahas lebih mendalam lagi tentang kedatangan Islam di Asia
Tenggara, penyebaran Islam dan karakteristik Islam serta gerakan-gerakan nasionalisme, di Asia
Tenggara itu sendiri. Tema ini penting dibahas pada makalah ini, dikarenakan bisa menjadikan
pijakan pertama kita untuk meneliti dan menulis kembali perkembangan Islam di negara-negara
yang ada di Asia Tenggara, terutama perkembangan Islam di negara tercinta kita Indonesia,
Philipina dan Thailand.

Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu metode sejarah, dimana metode
sejarah dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang sistematis dalam merekonstruksi masa
lampau. Metode sejarah bertujuan untuk memastikan dan mengatakan kembali fakta masa
lampau. Pada metode sejarah terdapat empat langkah-langkah yaitu heuristik (mencari dan
mengumpulkan sumber sejarah yang terkait dengan topic penelitian) dimana pada tahap ini
dilakukan pengumpulan sumber data dengan dilakukan studi pustaka dan mencari beberapa
buku acuan di kepustakaan dan data internet lainnya, kritik (mengkritisi sumber yang telah

3
ditemukan), interpretasi (pemaknaan fakta sejarah), dan Historiografi ( menyusun semuanya
menjadi satu tulisan utuh berbentuk narasi kronologis).
Tinjauan Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan hasil-hasil yang telah ada sebelumnya yang
berkaitan dengan penelitian. Dari penelitian Rahmawati (2014) telah banyak menjelaskan
mengenai sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara, mulai dari teori-teori masuknya Islam di
Asia Tenggara hingga negara-negara serta dampak masukna Islam yang dimana didominasi oleh
etnis Melayu.
Sedangkan dalam penelitian Heri Susanto (2016) banyak menjelaskan mengenai
gerakan-gerakan nasionalisme yang dilakukan oleh rakyat yang berada di Negara kawasan Asia
Tenggara itu sendiri.
Dengan demikian maka perasalahan mengenai proses islam dan gerakan-gerakan
nasionalisme yang ada di Negara kawasan Asia Tenggara harus dipahami lebih jauh, agar kita
mengetahui bahwa ada pengaruh Islam bagi perkembangan di Asia Tenggara serta gerakan-
gerakan Nasionalisme yang sangat mempengaruhi perkembangan Negara di kawasan Asia
Tenggara itu sendiri.
Pembahasan
Indonesia
Nusantara adalah sebutan atau nama bagi seluruh Kepulauan Indonesia. Ada sejumlah
teori yang membicarakan mengenai asal-muasal islam yang berkembang di Nusantara saat itu.
Pertama yaitu Teori Gujarat yang dikemukakan oleh Pijnapel, Snouck Hurgonje dan Moquette.
Teori ini mengatakan bahwa islam yang berkembang di Nusantara bukan berasal dari Persia atau
Arab, melainkan dari orang-orang Arab yang telah bermigrasi dan menetap di wilayah India dan
kemmudian membawanya ke Nusantara. Menurut teori ini, ditemukan adanya persamaan
mazhab yang dianut oleh umat Islam Nusantara dengan umat Islam Gujarat dimana mahzabnya
yaitu mahzab Syafi’i. Adapun bukti yang ditemukan yaitu ditemukannya model dan bentuk nisan
pada makam-makam baik di Pasai, Semenanjung Malaya dan di Gresik, yang bentuk dan
modelnya sama dengan yang ada di Gujarat (Agus Kusman, Islam di Asia Tenggara hal 3). Kedua,
yaitu teori Persia yang dikemukakan oleh Umar Amir Husen dan Hoesein Djajaningrat, yang
mengatakan bahwa agama islam yang masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi dimana
agama islam dibawa oleh kaum Syiah, Persia. Adapun bukti yang ditemukan yaitu adanya
kesamaan budaya islam Persia dan Islam Nusantara seperti terdapat bukti maraknya aliran islam
Syiah khas Iran pada awal masuknya Islam di Indonesia.

4
Ketiga, yaitu teori Arab atau Mekkah yang didukung oleh Van Leur, Anthony H. Johns,
T.W Arnold dan Buya Hamka. Teori ini menyatakan bahwa proses masuknya Islam di Indonesia
dibawa oleh orang-orang Arab. Adapun beberapa bukti yang mendukung teori ini yaitu pada
abad ke-7 Masehi, di Pantai Timur Sumatera memang telah terdapat perkampungan Islam khas
dinasti Ummayah, Arab. Keempat, yaitu Teori China yang didukung oleh Slamet Mulyana dan
Sumanto Al Qurtuby yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh perantau
Muslim China yang datang ke Nusantara. Adapun Buktinya yaitu adanya perpindahan orang
muslim China dari Canton ke Asia Tenggara khususnya Palembang pada abad ke 879 M.
Mengenai siapa yang menyebarkan agama Islam di Nusantara ada beberapa teori.
Pertama, yaitu teori da’i, dimana penyebar islam adalah para guru dan penyebar professional
(para da’i). mereka secara khusus memiliki misi untuk menyebarkan Islam. Kedua, yaitu teori
pedagang, dimana Islam disebarkan oleh para pedagang muslim yang berdagang sambil
menyebarkan islam. Ketiga, yaitu teori sufi. A.H Johns mengatakan bahwa para sufi pengembara
yang terutama melakukan penyiaran Islam di kawasan Nusantara ini. Adapun saluran lainnya
yaitu saluran pernikahan, pendidikan, kesenian dan saluran tasawuf.
Nasionalisme Indonesia
Gerakan nasional di Indonesia dimulai dengan berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908,
yang sekaligus menandai lahirnya nasionalisme Indonesia yang pertama. Wadah kaum nasionalis
yang pertama ini dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Hal ini dapat kita lihat dari
peristiwa keluarnya tokoh-tokoh radikal seperti Dr Cipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryaningrat dari organisasi tersebut setelah Pangeran Notoprojo dari Pakualaman memegang
pimpinan tahun 1911.
Berikutnya tercatat Sarekat Islam yang moderat tetapi akhirnya menjadi radikal setelah
kemasukkan Marxisme dan menjadi oposisi pemerintah (1916) dengan anggota sekitar 960 ribu
orang dan pada tahun 1919 dengan jumlah anggota 2,5 juta orang. Setelah gerakan nasional
yang berdasarkan islam dan komunis mengendor, maka muncullah gerakan nasional yang lebih
nasionalistis. Dalam tahun 1927 Soekarno mendirikan PNI yang berkarakteristik agitasi kuat dan
sikap non kooperatif terhadap pemerintah Belanda. Akhirnya Belanda tidak menerima kegiatan
semacam itu, karena PNI kemudian dibubarkan dan para pemimpinnya ditahan (Moedjanto,
1988: 59-60).
Pada masa perang dunia II perjuangan nasionalisme Indonesia terus berlangsung,
bahkan pada masa pendudukan Jepang perjuangan tersebut semakin terstruktur. Para

5
pemimpin pergerakan seolah-olah mau bekerjasama dengan Jepang, namun mereka
mengunakan organisasi-organisasi yang didirkan Jepang untuk melanjutkan perjuangan
mencapai kemerdekaan. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu (14 Agustus 1945), para
pemimpin pergerakan nasional mempersiapkan kemerdekaan, dan pada tanggal 17 Agustus
1945 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.
Filiphina
Sejarah Masuknya Islam
Islam masuk di Filiphina sejak tahun 1360 melalui Malaysia dan Indonesia di bagian
Selatan, Tengah dan Utara Filiphina. Berdasarkan berita Sulu, agama islam masuk di Pulau Sulu
dibawa oleh Syarif Al-Makhdum, seorang mubalig keliling. Demi kelangsungan perjuangan umat
islam dimasa mendatang, Syarif Abu Bakar mendirikan sebuah kerajaan islam dibawah pimpinan
Muhammad Kebungsuan. Ia sebagai sultan Mindanau, namun belum lama berdiri, datanglah
bangsa Portugis ke Filiphina yang dipimpin oleh Villa Jobos dengan membawa ajaran Nasrani
tahun 1543 M disamping ingin mengeruk kekayaan dengan menguasai ekonomi dan
perdagangan negara yang dijajah dan mendapat perlawanan dari putera Muhammad
Kebungsuan yang bernama Syarif Makaalang. (Mukhotib, Sejarah dan Peradaban Islam di Asia
Tenggara, hal 1).
Tidak lama pada tahun 1565 Negara Spanyol menjajah Filiphina dengan misi yang sama
yang dipimpin oleh Legazpi. Karena kekuatan Islam yang sangat besar dengan berdirinya
kesultanan Buayan, Sulu dan Maquindanau, spanyol mendapatkan perlawanan hebat dari
Filiphina. Orang Islam di Filiphina mendapat julukan “Moro” sampai sekarang dan julukan itu
dari orang-orang Khatolik. Perang moro terjadi beberapa kali dan diakhiri dengan kemenangan
Spanyol (Drs. Ja’far Sanusi. DKK, Sejarah Peradaban Islam, 1983). Luzon dapat direbut oleh
Spanyol, lewat Luzon Spanyol ingin menghabiskan Islam Di sebelah selatan cukup kuat.
Kekuatan Spanyol berakhir pada tahun 1889 tanpa menguasai Mindanau.
Tahun 1891 Negara Amerika Serikat menjajah dibawah pimpinan Commodore Dedey
yang berhasil menghancurkan angkatan laut Spanyol di Manila. Pemaksaan untuk membuka
tanah orang filiphina selatan yang hanya untuk kepentingan orang Katholik sangat ditentang
keras oleh orang Islam. Orang-orang Islam merasa berpikiran modern ditempat lain yang sedang
menghadapi situasi serupa, dan dengan kreativitas mereka sendiri menemukan pemecahan
yang diridhoi Tuhan, yang dapat menentramkan hati nurani mereka sebagai Muslim.
Sesungguhpun demikian seperti dinyatakan oleh Profesor Smith dengan jitu sekali mengenai
minoritas Muslim di India:

6
….Sesungguhnya semua Muslim secara keseluruhan mempunyai situasi serupa dengan
umat manusia lain. Sekarang ini, kemerdekaan relatif bagi peradaban telah mati. Setiap
kebudayaan manusia perlu mengembangkan suatu unsur baru, yaitu kemampuan untuk
menyesuaikan diri. Barat barangkali banyak belajar mengenai hal ini, tetapi tidak ada
peradaban yang terkecualikan. Pada masa lampau, peradaban-peradapan hidup dalam isolasi,
berdekatan atau konflik. Kini kita harus belajar hidup dalam kolaborasi. Islam seperti yang lain-
lain harus membuktikan dirinya kreatif dalam hal ini, dan barangkali ia akan mempelajari hal ini
di India.
Di pihak lain, pemerintah dan rakyat non muslim Filiphina dan Thailand harus mengakui,
memahami dan memberikan kelonggaran untuk menangani kesulitan-kesulitan khusus yang
dialami oleh kaum minoritas Muslim dalam menyesuaikan peranan mereka sebagai warga
negara yang penuh dan berjanggung jawab. Bagaimanapun kaum muslim tersebut adalah warga
negara yang tidak mempunyai pilihan karena pendirian negara itu tanpa keikutsertaan mereka,
dan karena itu, sebagai suatu fakta sejarah, mereka ditaklukan.
Norma-norma kewajaran manusia, dan prasyarat perdamaian serta stabilitas di Asia
Tenggara, menuntut kepada umat Kristen Filiphina dan kaum Budhis di Thailand serta
pemerintah mereka agar melakukan upaya yang lebih baik dibanding masa lampau, dalam
membantu kaum Muslim untuk melihat diri mereka sebagai mitra penuh dalam pembangunan
nasional dan berhak penuh atas warisan nasional terisolir dengan pembuatan UU Pax America
yaitu membolehkan daerah-daerah Islam didiami kaum Kristen dan melarang umat Islam yang
berada diluar ke daerah itu.
Setelah merdeka pemerintah Filiphina meneruskan perjuangan Spanyol yaitu ingin
mengapuskan Islam dari bumi Filiphina, sehingga Filiphina menjadi 100% Katolik. Orang Islam
dianggap sebagai warga negara kelas dua dan umat Islam mendapat perlakuan diskriminasi
dalam segala bidang. Dalam pendidikan daerah-daerah Islam sengaja dibuat terbelakang supaya
mereka tetap bodoh. Kalaulah pemerintah Filiphina mendirikan sekolah atau perguruan tinggi di
Filiphina selatan itupun diperioritaskan untuk orang-orang Katolik. Anak orang Islam yang ingin
masuk sekolah atau perguruan tinggi segaja dipersulit dengan bermacam-macam alasan. Di
Filiphina dikenal dengan adanya pasukan Illaga yang dibentuk oleh orang Katolik, pasukan ini
terus-menerus mendesak dan memburu umat Islam. Aparat keamanan Filiphina kelihatan tidak
berusaha untuk mencegah perbuatan-perbuatan keji ini.
Nasionalisme Filiphina

7
Perjalanan Nasionalisme di Filiphina tergolong nasionalisme tertua di Asia Tenggara
dalam proses menentang penjajahan. Hal ini disebabkan karena Filiphina mendapatkan
pendidikan modern tertua di luar Eropa. Pendidikan tersebut diselenggarakan oleh Ordo Yesuit
yang berkarya di Filiphina. Karena Ordo tersebut dilindungi oleh pemerintah Spanyol sebab
dinilai turut mengkonsolidasi kekuasaan pemerintah.
Sekitar tahun 1890-an gerakan nasional Philipina mulai menunjukkan sifat radikal.
Gerakan yang bersifat radikal tersebut berlanjut ke pergolakan-pergolakan. Salaam penjajahan
Spanyol (1571-1898) ada sekitar 100 pergolakan melawan pemerintah kolonial itu. Sejak tahun
1897, dibawah pimpinan Emmilio Aguinaldo salah satu gerakan yang paling keras yaitu
Katipunan berubah menjadi gerakan yang sangat nasionalis. Katipunan berarti persekutuan
tertinggi dan yang paling dihormati diantara putera-putera negeri. Aquinaldo membantu
Amerika Serikat menumbangkan pemerintah Spanyol di Filiphina (1898) dan memproklamasikan
kemerdekaan Filiphina pada tanggal 12 Juni 1898. Namun, Amerika Serikat tidak mengakui
kemerdekaan Filiphina tetapi justru menghancurkannya.
Berada dibawah penjajahan Amerika, kaum Nasionalis Filiphina mengubah strategi
perjuangan. Jalur perjuangan diplomasi dilakukan dengan mendirikan partai sebagai wadah
perjuangan. Tahun 1907, didirikan Partindo Nacionalista (Partsi Nasionalis) dengan pimpinan
Sergio Osmena, Manuel Quezon dan Manuel Roxas. Partai tersebut berubah menjadivlembaga
politik yang besar dan bersifat kompromistis. Dampak positifnya adalah diberi kemudahan
legislative dan pelayanan sipil.
Pada tahun 120-an terjadi krisis pergerakan setelah Amerika berusaha menghambat
emansipasi, berbagai usaha dilakukan kaum nasionalis antara lain melalui usaha mempengaruhi
public lewat seni, pertunjukan dan upaya diplomasi langsung kepada pemerintah Amerika agar
memberikan kemerdekaan kepada Filiphina. Pada tahun 1930, Osmena dan Roxas ke Amerika,
untuk membuat dukungan dan upaya tersebut didukung oleh tokoh-tokoh Amerika yang
mempunyai kepentingan ekonomi. Sebagai tindak lanjut pada tahun 1932 dibuat RUU Hare
Haves Cutting yang menyatakan bahwa setelah 10 tahun menjalani masa peralihan, maka
Filiphina akan dimerdekakan.
Undang-undang kemerdekaan Filiphina tersebut ditolak oleh Quezon dengan alasan
adanya syarat kemudahan militer Amerika Serikat setelah merdeka berlawanan dengan harga
diri Filiphina. Tahun 134 Quezon menyempurnakan RUU sebelumnya dengan kemerdekaan
Filiphina 12 tahun kemudian, dan akhirnya membawa nama Quezo menjadi presiden pertama

8
otonomi tahun 1935. Pada masa peralihan itu meletuslah perang dunia II, dan Filiphina jatu ke
tangan Jepang. Akan tetapi para pemimpin Filiphina tetap setia kepada Amerika sehingga
membantu Amerika melawan Jepang. Setelah Jepang menyera, Amerika kembali ke Filiphina
dan menepati janjinya yakni memberikan kemerdekaan Filiphina pada tanggal 4 Juli 1946
dengan menjadikan Roxes sebagai presidennya. (Susanto, Kolonialisme Dan Identitas
Kebangsaan Negara-Negara Asia Tenggara. Hal 148).
Munculnya Nasionalisme Filiphina juga erat dengan kaitannya dengan perkembangan
keagamaan. Katholisisme Roma di kepulauan mengalami perubahan secara dramatis sebagai
akibat permusuhan anti-Rahib dan pendudukan bangsa Amerika. Unsur yang bersamaan dengan
revolusi menentang Spanyol adalah gerakan nasional religious menentang Roma (Sudharmono,
2017:158).

Thailand
Jalur Masuknya Islam
Agama Islam datang di Thailand pada abad 10 M, dibawa oleh pedagang-pedagang Arab
dan Hindustan. Umat Islam Thailand bertempat tinggal di Bangkok Noi (Bangkok kecil) dengan
izin raja, karena mereka tidak suka hidup bersama penduduk asli yang masih memelihara babi.
Bangsa Thailand menyebut umat Islam Khek Islam. Di Bangkok Noi, umat Islam mendirikan
masjid agung yang pertama kali di Thailand. Pengikut umat Islam pada umumnya keturunan dari
saudagar-saudagar Arab dan Hindustan dalam perkawinannya dengan putri penduduk asli
Thailand. Anak keturunan mereka pada akhirnya sebagai penerus perjuangan agama Islam di
Thailand.
Ketika Thailand diserbu Birma di bawah pimpinan raja Alaung Phya dan berhasil
menduduki kota Ayuthaya, umat Islam Thailand ikut membantu Phya Thaksin berhasil
mengusirnya. Kemudian ia membangun kota Islam, Phiya Thaksin membari kebebasan umat
Islam menyebarkan agama Islam dan bebas datang ke Thailand.
Pengembangan Islam dilakukan juga oleh tawanan-tawanan dari samudera pasai ketika
raja Zainal Abidin di boyong oleh kerajaan Siam/Thailand. Selama tawanan samudera pasai di
Thailand, mereka menyebarkan agama Islam kepada penduduk Thailand. Pelarian tentara
Hasanudin Makasar akibat kekalahannya menghadapi Belanda, ikut aktif juga menyebarkan
agama Islam di Thailand. Penduduk Samsam bertempat tinggal di Thailand yang berdekatan

9
dengan Malaya sudah masuk Islam, karena pengaruh dari Malaya. Dengan demikian,
pengembangan agama Islam di Thailand bertambah maju.
Keadaan Islam di Thailand
Thailand merupakan negara yang berbentuk kenegaraan konstitusional dengan ibu
kotanya Bangkok agama penduduk negeri ini adalah Buda Islam dan Kristen. Penduduk yang
serta agama Islam diperkirakan lebih kurang 10% dari 73 propinsi di Thailand. Umat Islam
mendiami wilayah bagian selatan yaitu Pattani, Yallah, Marathiwat dan Satu. Pada daerah ini
umat Islam berjumlah sekitar 80%. Daerah ini merupakan daerah yang subur dan banyak
menghasilkan tambang.
Masyarakat Islam Pattani pada umumnya adalah keturunan bangsa melayu yang taat
beragama. Sayangnya pemerintah Thailand yang Budhisme sejak dahulu sampai sekarang
kurang memperhatikan nasib umat Islam. Mereka dituduh sebagai sparatis muslim sehingga
pemerintah Thailand selalu memburu mereka. Umat di bawah pemerintahan Budhisme benar-
benar mengalami nasib yang memprihatinkan. Dari segi pendidikan mereka sangat terbelakang,
karena mereka hanya di beri kesempatan mengenyam pendidikan sampai ketingak SLTA saja.
Selebihnya jika mereka ingin meneruskan pelajaran agama, harus berusdaha sendiri keluar negri
misalnya kenegri-negri timur tengah.
Hampir selama 2 abad masyarakat muslim Pattani ingin memisahkan diri dari
pemerintah Thailand akan tetapi pemerintah selalu menghalanginya karena daerah-daerah
Muslim merupakan daerah yang strategis dan sangat subur. Masyarakat muslim Pattani yang
mengolah tanah dan menghasilkan bahan makanan justru tidak dapat menikmati hasil karyanya.
Pendidikan agama pada umumnya diselenggarakan di pondok. Orang Muslim Pattani yang
belajar agama di timur tengah setelah kembali ke daerahnya, mereka mendirikan pondok-
pondok dalam sistem pendidikan dan bangunan ada yang masih kuno dan modern. Mereka
mempunyai 26 Majelis Ulama’ Islam. Majelis ini bertugas untuk mengurus segala sesuatu
tentang umat Islam Pattani.
Nasionalisme Thailand
Gerakan nasionalisme yang dilancarkan oleh raja dan para Bangsawan, bertujuan untuk
mempertahankan kemerdekaan negeri itu dari ancaman bangsa Barat. Nasionalisme Thailand
terwujud dalam diplomasi dan modernisasi. Nasionalisme Thailand tidak bertujuan mengusir
penjajah untuk membentuk Negara merdeka, melainkan mempertahankan kemerdekaan
dengan jalan memajukan bangsa lewat diplomasi dan modernisasi. Politik diplomasi Thailand

10
adalah berusaha agar jangan sampai kebijakan Thailand dapat dijadikan alasan bagi bangsa-
bangsa Barat untuk menyerang Thailand. Di samping membina hubungan baik dengan Inggris,
Thailand juga membina hubungan baik dengan Amerika Serikat, Denmark (1858), Belanda
(1860), dan Prusia (Jerman). Langkah tersebut terbukti sangat efektif membentuk image
Thailand sebegai Negara yang bersahabat dengan Barat.
Selain Inggris, Bangsa barat yang paling berbahaya bagi kemerdekaan Thailand adalah
Prancis. Untuk mencegah ancaman prancis , raja Thailand menghapus sama sekali hak-hak
istimewa orang Inggris di Thailand, antara lain orang Inggris di Thailand. Hal tersebut dilakukan
agar tidak menimbulkan kecemburuan prancis sehingga dijadikan alasan menyerbu Thailand.
Tahun 1896 keduang bangsa barat itu sepakat untuk menempatkan Thailand sebagai pemisah
antara kekuasaan inggris di Myanmar dan prancis di indocina. Dengan demekian kedua barat itu
sungguh-sungguh menghormati bahkan menajaga kedaulatan Thailand. Kehebatan politik
diplmoasi Thailand juga diperlihatkan pada masa berikutnya, sewaktu jepang mulai mengancam
Thailand, maka pada tahun 1898 raja chulangkon mengadakan perjanjian dengan negeri
matahari terbit itu. Sedangkan untuk menghindari bangsa barat yang lain, maka dalam perang
dunia 1 thailand memihak sekutu sehingga negeri itu benar-benar terhindar dari ancaman
bangsa barat.
Dalam rangka untuk mengimbangi kemajuan bangsa Barat maupun Jepang, Thailand
melancarkan modernisasi disegala bidang, terutama politik dan militer. Tindakan yang pertama
yaitu menghapus nama Siam (1939) yang biasa digunakan banyak Negara untuk menyebut
Thailand atau Muangthai. Adapun alasan penggantian nama tersebut karena Siam diartikan
sebagai bangsa budak, sedangkan Muangthai berarti negerinya orang-orang bebas
(Kusumohamidjojo, 1985:50).
Kesimpulan

Daftar Pustaka
Ahmadin, A ( 2016) Nusa Selayar: Sejarah dan Kebudayaan Masyarakat di Kawasan Timur
Nusantara . Rayhan Intermedia, Makassar.

D.G.E . Hall Sejarah Asia Tenggara . Usaha Nasional Surabaya Indonesia

Harrison, Brian.(1957). Southeast Asia : A Short History. London : Mcmillan & Co.

Kusman Agus. Islam di Asia Tenggara. Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kusumohamidjojo, B. 1985. Perang Pasifik 1941-1945. Jakarta: Keng Po.

11
Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad Ke-20. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rifal, P . and Sunarti, L. 2018 The Impact of modernization on the economy for fisherman in
Makassar City’ , Culturual Dynamic in a Globalized World.

Reid Anthony. 1999. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jakarta: LP3ES.

Sudharmono. 2017. Sejarah Asia Tenggara Modern. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Susanto Heri. Kolonialisme Dan Identitas Kebangsaan Negara-Negara Asia Tenggara.

12

You might also like