You are on page 1of 12

J. Tek. Ling. Vol. 9 No. 2 Hal.

109-120 Jakarta, Mei 2008 ISSN 1441-318X

PERSYARATAN LABORATORIUM LINGKUNGAN


DAN KONDISINYA DI INDONESIA
Kardono

Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract

The level of environmental quality is indicated by how much the pollutants enter
into and stay in it, that is whether they are still below or already above the regulated
pollutants standard. In knowing pollutant concentration in the environment, pollutant
measurement must be done by employing appropriate instrument and using
qualified/ certified operator. Therefore, the role of environmental laboratory is
crucial in preparing instrumentation, operator, as well as standard operating
procedure (SOP) in order for sampling and analysis of pollutants to work properly
and result qualified data. This type of laboratory is strongly determined by how
the laboratory is operated with the standard mechanism, called good laboratory
practice (GLP). GLP will be met by the laboratory that owns the current state of
the art instrumentation, capability and experience of the operator/analyst in
conducting sampling and analysis, availability of SOP, capability to control the
quality (Quality Control) and to assure the quality (Quality Assurance) of its work
and the results. Some of laboratory in Indonesia has received certification from
National Committee on Acreditation (KAN). However, the granted certification
from the KAN must be first checked whether it is for all or part of the laboratory
capabilities. Second, whether during the analysis it is already checked the accuracy
and preciseness of the instrument employed. Unlike in developed countries, this
type of such check has not so far been done in Indonesia. In term of Quality
Assurance, the institution that grants the laboratory certification, for example
KAN in Indonesia, will send blind samples to targeted laboratory to analyze how
much the concentration of certain pollutants detected by this laboratory. Third,
whether the operators have strongly followed the existing SOP. Thus, in order to
operate laboratory in a right procedure and accuracy, a lot of work must be done
carefully in order to result a qualified data. This paper is going to describe and to
evaluate how the environmental laboratory is operated and how their condition in
Indonesia.
Key words: good laboratory practice, quality control, quality Assurance.

1. PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang lingkungan hidup organisme)1). Oleh karena itu, penguasaan
akan sangat ditentukan oleh sejauh mana sampling analisa kimia dengan teknik
kemampuan kita dalam pengidentifikasian mutakhir sangat penting dalam pekerjaan
dan penentuan kuantitas limbah dan para- bidang lingkungan. Evolusi perkembangan
meter kimia lainnya di dalam sistem kimia analitika sekarang ini sangat
lingkungan (air, udara, tanah dan menakjubkan dengan adanya kemampuan

Persyaratan Laboratorium... J.Tek.Ling. 9 (2): 109-120 109


mendeteksi kadar komponen kimia limbah Berdasarkan asal mula dan
yang sangat rendah dengan keluaran data perkembangannya di udara, bahan
per satuan waktu yang sangat cepat. pencemar udara dapat dibedakan menjadi
Perkembangan ini membawa dampak positif bahan pencemar udara primer dan
terhadap dunia analisis kadar bahan sekunder16). Bahan pencemar udara primer,
pencemar. Pertama, dengan limit yaitu semua bahan pencemar di udara yang
pendeteksian yang jauh lebih rendah, ada dalam bentuknya yang hampir tidak
instrumentasi sekarang mampu mendeteksi berubah atau sama seperti saat dibebaskan
sejumlah bahan pencemar dengan sangat dari sumbernya sebagai hasil dari proses
teliti. Kedua, keluaran data dari tertentu. Bahan pencemar udara primer,
instrumentasi otomatis dalam banyak hal yang mencakup 90% dari jumlah bahan
mengakibatkan kecepatan kemampuan pencemar di udara seluruhnya, umumnya
manusia untuk mengerti dan memahami berasal dari sumber-sumber aktivitas
parameter-parameter tersebut. Walaupun manusia, seperti industri, dan kendaraan
demikian, dampak positif tersebut sekaligus bermotor. Bahan pencemar udara primer
juga menimbulkan kesulitan dalam umumnya dikelompokkan menjadi 5
penentuan batas maksimum (baku mutu) komponen yaitu karbon monoksida (CO),
untuk berbagai bahan pencemar. nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC),
Kualitas sampling dan analisa sulfur oksida (SO2) dan partikel/debu1,6,7).
laboratorium adalah jauh lebih penting dari Bahan pencemar udara sekunder, yaitu
pada jumlah sampling dan analisis yang semua bahan pencemar di udara yang sudah
dilakukan2). Sampling dan analisis yang berubah karena reaksi tertentu antara dua
terlalu banyak belum tentu menghasilkan atau lebih bahan pencemar. Umumnya
informasi lebih bermanfaat dari pada dengan bahan pencemar sekunder tersebut
jumlah yang lebih sedikit tetapi merupakan hasil-antara salah satu atau lebih
direncanakan secara lebih hati-hati. bahan pencemar primer dengan bahan
pencemar lainnya di udara. Reaksi yang
2. JENIS LIMBAH
menimbulkan bahan pencemar sekunder
Kota-kota besar di Jawa maupun luar adalah reaksi fotokimia dan oksida katalis.
Jawa tidak dapat menghindarkan diri dari Contoh bahan pencemar udara sekunder
pembangunan yang pesat di segala bidang. adalah ozon dan senyawa-senyawa
Dampaknya adalah penurunan kualitas peroksida lainnya.
Lebih dari 70% pencemaran udara di
lingkungan yang tidak dapat dihindari lagi3,4).
kota-kota besar disebabkan oleh kendaraan
Faktor utama penyebabnya adalah
bermotor (sumber bergerak), sementara
masuknya berbagai limbah gas (termasuk
jumlah kendaraan di kota-kota besar terus
partikulat), limbah cair dan limbah padat ke meningkat hingga mencapai 15% per tahun3.
lingkungan yang menyebabkan pencemaran Sedangkan 30% sumber pencemar udara
udara, badan air dan tanah. berasal dari kegiatan industri, rumah
2.1. Limbah Gas dan Partikulat tangga, pembakaran sampah, dan lain-
lain3,5,8).
Limbah gas dan partikulat merupakan
penyebab pencemaran udara1,5,6). Sumber 2.2. Limbah Cair
pencemaran udara dapat dibedakan
menurut jenis sumber emisinya yaitu Pencemaran air adalah penyimpangan
sumber emisi bergerak seperti kendaraan sifat-sifat air dari keadaan normal bukan dari
bermotor, kereta api, dan alat tranportasi kemurniannya. Air yang tidak tercemar
lainnya, dan sumber emisi tidak bergerak bukan berarti air murni, namun air tersebut
seperti emisi dari industri dan dari tidak mengandung bahan-bahan asing
pembakaran sampah/ incinerator5,6). tertentu dalam jumlah melebihi ambang
batas yang ditetapkan sehingga air tersebut
110 Kardono. 2008
dapat digunakan secara normal untuk Limbah padat dapat dikelola dengan
keperluan tertentu, seperti air minum dan beberapa cara yaitu ditimbun di suatu
industri9). tempat, dibakar atau dibuang di sungai/ laut,
Limbah cair berdasarkan sumbernya sehingga setelah mengalami proses
dapat dibedakan menjadi: limbah domestik, tersebut bahan pencemar padat dapat
limbah industri, limbah pertanian dan limbah berubah menjadi bahan pencemar udara dan
rumah sakit1). Air limbah domestik adalah limbah cair.
air limbah yang berasal dari usaha dan atau Penimbunan pada areal tertentu dapat
kegiatan pemukiman, rumah makan, mengakibatkan terjadinya pembusukan
perkantoran, perniagaan, apartemen dan yang kemudian dapat mengakibatkan
asrama. Air limbah ini berasal dari air bekas terlepasnya gas-gas, diataranya gas metan
memasak, mandi, cuci dan kakus. Air dan metil merkaptan. Selain itu,
limbah domestik terdiri dari limbah manusia penimbunan tersebut akan mengakibatkan
yang disebut black water dan air limbah dari penurunan kualitas tanah karena
kamar mandi dan cuci disebut grey water. terkontaminasi bakteri tertentu atau logam
Air limbah industri adalah air limbah yang tertentu. Pembakaran limbah padat dapat
dihasilkan oleh proses produksi yang menghasilkan limbah udara seperti NOx, HC,
kemungkinan mengandung bahan-bahan CO, partikel dan SO2, dan sisa pembakaran
kimia dan biologis yang berbahaya bagi yang masih berupa limbah padatan yang
lingkungan. sudah tereduksi kuantitasnya1,10).
Instalasi air limbah (IPAL) merupakan
salah satu persyaratan bagi industri untuk 3. PEMANTAUAN DAN ANALISIS
mendapatkan ijin pembuangan limbah cair.
Prosedur sampling yang tepat
merupakan bagian penting dari suatu survei
2.3. Limbah Padat
untuk mengkaji kualitas bahan pencemar
Limbah padat adalah hasil buangan dan untuk mengetahui apakah telah
yang berupa padatan, lumpur, dan bubur memenuhi baku mutu. Sebuah sampel yang
yang berasal dari rumah tangga ataupun tidak benar cara pengambilannya,
hasil proses pengolahan1,9). Limbah padat penyimpanannya, transportasinya, atau
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu pengidentifikasiannya akan membuahkan
limbah padat yang dapat didaur ulang dan hasil yang tidak akurat (absah) dan tak
limbah padat yang tidak memiliki nilai berguna, walaupun dianalisis oleh
ekonomis. Limbah padat menurut laboratorium yang mempunyai presisi yang
komposisi zatnya dapat dibedakan menjadi handal1,9). Sedangkan hasil tes ini menjadi
limbah organik dan anorganik. Menurut dasar untuk membuat kebijakan yang
dampaknya, limbah padat dapat dibedakan mempengaruhi kesehatan masyarakat
menjadi limbah biasa dan limbah (publik), Oleh karena itu, prosedur sampling
berbahaya. dan analisis yang baik harus diikuti2).
Sedangkan menurut sumbernya limbah
padat dapat dibedakan menjadi (a) limbah 3.1. Limbah Gas dan Debu
domestik yang umumnya limbah rumah
Metode pemantauan/ penyampelan
tangga yang dapat bersifat organik dan an-
bahan pencemar udara dibedakan
organik, (b) limbah industri di mana dapat
berdasarkan jenis bahan pencemar dan
dibedakan menjadi limbah hasil sisa
lokasinya. Untuk bahan pencemar udara
produksi dan limbah domestik, (c) limbah
dari sumber tidak bergerak adalah mengacu
rumah sakit yang dapat juga dibedakan
pada Keputusan Kepala Bapedal No.205
menjadi limbah medis dan non-medis, dan
tahun 1996 sebagai berikut9,11):
(d) limbah pasar, pertanian yang umumnya
adalah limbah organik1,10).
Persyaratan Laboratorium... J.Tek.Ling. 9 (2): 109-120 111
· Metode pengujian kadar partikulat untuk bahan pencemar air atau cair; yaitu
dalam emisi sumber tidak bergerak grab sampling dan composite sampling9,13,14).
secara Isokinetik dan gravimetrik;
Grab sampling
· Metode pengujian opasitas dalam emisi
sumber tidak bergerak secara visual; Sesuai dengan namanya, suatu
pengambilan sampel yang cepat (grab)
· Metode pengujian kadar Sulfur Dioksida adalah pengambilan sampel secara tunggal
(SO 2 ) dalam emisi sumber tidak dalam waktu yang sangat pendek, kurang
bergerak dengan alat Spektrofotometer dari 15 menit. Hal penting untuk dicatat
secara Turbidimetri; bahwa hasil tes dari grab sample hanya
· Metode pengujian kadar Sulfur Dioksida mewakili kondisi air atau limbah air pada
(SO 2 ) dalam emisi sumber tidak saat dan lokasi sampel diambil. Grab
bergerak secara Titrimetri; sample akan tepat ketika melakukan tes
untuk residu klorin, pH, coliforms, dan
· Metode pengujian kadar Nitrogen dissolved oxygen (DO). Komponen-
Oksida (NOX) dalam emisi sumber tidak komponen ini umumnya diambil secara
bergerak dengan alat Spektrofotometer manual.
secara Kolorimetri;
Composite sampling
· Metode pengujian kadar Total Sulfur
Dalam keadaan tertentu, grab sample
Tereduksi (TRS) dalam emisi sumber
saja tidak cukup untuk menentukan
tidak bergerak secara Oksida Termal;
karakteristik kualitas air atau limbah air. Hal
· Metode pengujian kadar Klorin dan Klor ini akan tidak mungkin dilakukan pada
Dioksida (Cl2 dan ClO2) dalam emisi pengambilan sampel limbah air dan sistem
sumber tidak bergerak secara Titrimetri; pengolahan di mana terjadi perubahan
kualitas dan kuantitas dari waktu ke waktu.
· Metode pengujian kadar Hidrogen Dalam hal ini, composite sampling akan
Klorida (HCl) dalam emisi sumber tidak lebih tepat dilakukan.
bergerak dengan alat Spektrofotometer Composite sample diperoleh dari
secara Merkuri Tiosianat; pencampuran beberapa grab sample yang
· Metode pengujian kadar Hidrogen diambil secara regular selama kurun waktu
Klorida (HCl) dalam emisi sumber tidak tertentu. Misalnya, composite sample
bergerak secara Titrimetri. mungkin terdiri dari suatu campuran sampel-
sampel kecil yang diambil setiap 20 menit
Untuk bahan pencemar udara dalam selama 8 jam. Peralatan sampling secara
udara ambien di Indonesia umumnya otomatis umumnya digunakan dalam
dilakukan dengan cara sebagai berikut3,12): composite sampling.
Metode untuk mengambil dan
· Kadar debu dalam udara ambien diukur
mengawetkan sampel bervariasi tergantung
atau disampel dengan High Volume
pada parameter kualitas air spesifik dan
Sampler;
analisis yang dilakukan. Empat hal yang
· Kadar gas di udara ambien di Indonesia
perlu diperhatikan sebagai konsiderasi
umumnya disampel dengan rangkaian
umum yang berlaku dalam setiap tipe
tabung absorbent secara grab dan
sampel adalah sebagai berikut:
sebagian dengan alat monitoring
otomatis secara kontinyu. a. Sampel harus benar-benar representatif
terhadap kondisi eksisting. Misalnya,
3.2. Limbah Cair
pengambilan sampel air dari kran tanpa
Terdapat 2 (dua) metode sampling dasar menyentorkan air ke luar lebih dulu

112 Kardono. 2008


beberapa saat tidak akan menghasilkan air, komposisi, kandungan abu dan zat yang
hasil yang representatif karena sampel terbakar, nilai kalor limbah dan analisis
yang diperoleh adalah air yang telah elemen. Gambar berikut memberikan
mengendap di ujung pipa tersebut dalam ilustrasi bagaimana limbah padat (sampah)
waktu yang tak diketahui lamanya. di sampling dan dianalisis.
b. Jarak waktu antara pengambilan sampel
dan analisisnya harus secepat mungkin 4. PEMILIHAN LABORATORIUM
agar hasilnya lebih baik. Beberapa tes
misalnya residu klorin atau suhu harus 4.1. Kriteria Laboratorium yang Baik
diukur segera. DO juga harus ditentukan Untuk menentukan kandungan bahan
dengan segera, walaupun juga mungkin pencemar dalam suatu sampel, ketepatan
menambahkan bahan kimia untuk dan akurasi nilainya sangat penting untuk
menjaga atau menahan konsentrasi DO diperhatikan. Salah satu penentu dalam
tetap pada nilainya semula agar bisa memperoleh ketepatan dan akurasi hasilnya
dianalisis kemudian. adalah kemampuan laboratorium dalam
c. Teknik pengawetan yang tepat harus menganalisa sampel tersebut. Banyak faktor
dilakukan untuk memperlambat yang mempengaruhi dan menentukan
perubahan biologik dan kimiawi yang validitas dari laboratorium, antara lain2,9):
mungkin terjadi dalam kurun waktu
antara pengambilan dan analisis · Kelengkapan dan state of the art dari
sampel. Hal ini umumnya menggunakan peralatannya,
pendinginan atau penambahan kimia · Kemampuan dan pengalaman dari
(seperti pada DO). operatornya atau analisnya,
d. Catatan sampling yang akurat dan · Petunjuk analisis baku atau prosedur
langsung harus diterapkan untuk baku atau SOP yang digunakan,
menghindari kesalahan atau · Kemampuan mengontrol mutu (Quality
kebingungan terhadap apa, kapan dan Control) dan pengendalian mutu
dimana sampel diambil serta memenuhi (Quality Assurance) terhadap
persyaratan legal. pekerjaan dan hasil analisis.

3.3. Limbah Padat Dengan kata lain laboratorium harus


menerapkan Good Laboratory Practice
Dalam mengambil sampel limbah (GLP) dengan sangat cermat.
padat, misalnya sampah di tempat Banyak laboratorium yang ada di Indonesia,
penimbunan, pencampuran dan pengadukan sebagian telah mendapatkan sertifikasi
limbah dengan crane bucket akan menjadi Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan
sangat penting. Semakin lama dan semakin sebagian belum. Akan tetapi di dalam
banyak sampel yang diambil, maka akan memilih dan memilah diperlukan kehati-
semakin representatif pengambilan hatian yang amat sangat. Pertama,
sampelnya9,10). Waktu yang tepat untuk sertifikasi yang diberikan oleh KAN misalnya
pengambilan sampel adalah waktu apakah untuk keseluruhan kemampuan
terjadinya penyimpanan limbah yang laboratorium tersebut atau hanya sebagian
tertinggi frekuensinya (waktu puncak) agar atau beberapa kemampuan saja. Kedua,
kemungkinan besar sampel yang apakah dalam pemantaun pelaksanaan
representatif dapat terambil. Jumlah yang analisisnya dilakukan pengecekan
disampling diharapkan mencapai 200 kg keakurasian dan kepresisian dari alat yang
atau lebih. Jenis analisa kualitas limbah digunakan.
umumnya meliputi: berat jenis, kandungan

Persyaratan Laboratorium... J.Tek.Ling. 9 (2): 109-120 113


Gambar. Diagram alir analisa limbah padat (sampah)

Di Indonesia sejauh ini belum ada telah ditentukan sehingga tidak semua nilai
pengecekan yang demikian, seperti kebocoran diperbolehkan. Dalam setiap
umumnya dilakukan oleh negara-negara menganalisa apakah dilakukan kalibrasi
maju yang memang sudah mengerti, sebelumnya dan pada waktu-waktu yang
memahami dan melaksanakan dengan baik seharusnya dilakukan kalibrasi, misalnya
apa yang dinamakan GLP tersebut. Dalam setiap setelah menganalisis 14 sampel.
hal Quality Control misalnya, operator Dalam hal Quality Assurance, apakah
laboratorium harus melakukan pengecekan pemberi sertifikat misalnya KAN akan
kebocoran alatnya, agar supaya hasilnya memberikan sampel buta (blind sample) ke
dapat divalidasi/ dikoreksi dengan laboratorium tersebut untuk dianalisis
penyimpangan akibat kebocoran tersebut2). berapa kadar bahan pencemar tertentu
Batas nilai kebocoran suatu alat biasanya dalam sampel tersebut. Ketiga, apakah
114 Kardono. 2008
para operator telah mengikuti SOP baku dengan perundang-undangan yang berlaku
yang ada dengan baik. Dan masih banyak (Keputusan Ka. BAPEDAL No. 113 Tahun
lagi cara untuk mengontrol dan 2000)15).
mengendalikan mutu suatu pekerjaan dalam
laboratorium lingkungan. 4.2. Kondisi Laboratorium Lingkungan
Intinya adalah bahwa untuk di Indonesia
mengoperasikan laboratorium lingkungan
yang benar dan akurat banyak hal yang Jumlah laboratorium penguji di
harus dilakukan dengan kontinyu dan penuh Indonesia yang telah dan pernah mendapat
kehati-hatian. akreditasi dari KAN mencapai ratusan unit.
Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang Walaupun demikian, yang kira-kira termasuk
mewakili Badan Standarisasi Nasional laboratorium penguji parameter lingkungan
(BSN) adalah instansi yang berwenang dan hidup hanya sedikit jumlahnya (sekitar 35
bertanggung jawab dalam akreditasi di unit), dan beberapa contoh yang
bidang metrology standard, testing and diantaranya berlokasi di Jabodetabek
quality (MSTQ) di Indonesia. Khusus untuk disajikan dalam Tabel berikut.
menentukan kompetensi laboratorium Laboratorium yang terdapat di
penguji, KAN menggunakan pedoman SNI- Jabodetabek ini tersebar di beberapa tempat
19-17025-2000. Pedoman ini diadopsi dari saja, yaitu 6 (enam) di Jakarta, 1 (satu) di
standar internasional ISO/IEC 17025-2000, Bekasi, 2 (dua) di Tangerang, 3 (tiga) di
yaitu – General Requirement for the Bogor, dan 1 (satu) di Kota Depok.
Competence of Testing and Calibration Terlihat dalam Tabel dibawah ini bahwa
Laboratories. sebagian terbesar dari laboratorium yang
Pedoman SNI 19-17025-2000 terakreditasi di Jabodetabek tersebut
merupakan standar sistem mutu yang berisi mempunyai kemampuan menganalisis air
persyaratan manejemen dan persyaratan dan air limbah, hanya 6 (enam) laboratorium
teknis yang harus dipenuhi oleh yang mampu melakukan sampling dan
laboratorium penguji yang ingin menerapkan menganalisis contoh udara ambien, dan
sistem mutu, mempunyai kompetensi hanya 2 (dua) laboratorium yang mampu
secara teknis, serta menghasilkan data melakukan sampling dan analisis emisi.
pengujian yang dapat dipercaya. Demi Perlu difahami bahwa akreditasi dari
keabsahan data secara formal setidaknya KAN hanya diberikan untuk sekelompok
analisis sampel tidak dapat dilakukan oleh parameter tertentu sesuai dengan
sembarang laboratorium, tetapi oleh kemampuan lobaratorium yang
laboratorium yang mendapatkan akreditasi bersangkutan. Dengan demikian suatu
yang dianggap kompeten. Walaupun laboratorium tidak selalu mempunyai
demikian, secara substansi harus tetap kewenangan menguji untuk semua
dilihat apakah laboratorium itu melakukan parameter, tetapi hanya parameter yang
GLP dengan melakukan QA/QC yang diakreditasi saja. Tetapi yang terjadi dalam
disebutkan di atas. praktek di lapangan adalah sangat berbeda,
Untuk melaksanakan pengujian atau setiap laboratorium yang terakreditasi
analisis sampel yang berkaitan dengan tersebut menawarkan pengujian paramater
limbah maka sebaiknya dilakukan oleh kepada para pelanggan dalam jumlah
laboratorium lingkungan. Laboratorium parameter yang lebih banyak dan lebih
lingkungan adalah laboratorium yang beragam, jauh melebihi kewenangannya.
mempunyai kemampuan dan kewenangan Keberadaan laboratorium selain
untuk melakukan analisis parameter fisik, tersebar di kota-kota besar, juga ditemukan
kimiawi, biologik dalam menunjang di daerah Kabupaten/ Kota. Laboratorium itu
pengelolaan lingkungan hidup sesuai umumnya berada di bawah naungan instasi

Persyaratan Laboratorium... J.Tek.Ling. 9 (2): 109-120 115


sektoral seperti Dinas Kesehatan, PDAM · Belum menerapkan QC/QA dan GLP
(Perusahaan Daerah Air Minum), Balai sesuai dengan persyaratan manajemen
PSDA (Pengelolaan Sumber Daya Air), mutu laboratorium, walaupun mereka
laboratorium milik Perguruan Tinggi dan milik sebenamya sudah menyadari perlunya
swasta. Tetapi sayangnya kemampuan sistem mutu tersebut.
laboratorium tersebut pada umumnya jauh · Banyak laboratorium menggunakan
dari harapan sebagai laboratorium yang bangunan dan ruangan bekas per
dapat diandalkan. Kendala umum yang untukan lainnya sehingga sering tidak/
dihadapi oleh laboratorium di Kabupaten/ belum memenuhi persyaratan teknis
Kota, adalah2: ruangan untuk kegiatan laboratorium
tertentu (misal ruang penyimpanan
· Kurangnya personil yang berpendidikan contoh uji, ruang timbang; ruang
atau berpengalaman. analisis). Kecuali itu laboratorium milik
· Terbatasnya peralatan, sehingga hanya instansi sektoral sejak awal dirancang
mampu menganalisis parameter dasar, dan disesuaikan dengan tugas dan
terutama untuk keperluan pengujian air fungsi dari departemen induknya.
minum Demikian pula laboratorium swasta dan
· Belum adanya keseragaman dalam perguruan tinggi dimana sesuai dengan
penggunaan metode standar baik tugas pokoknya adalah untuk
teknik pengambilan contoh uji maupun melakukan fungsi utamanya,
metode analisisnya,sehingga akan sementara yang berkaitan dengan
menyebabkan data aboratorium pelayanan analisis laboratorium yang
kurang dapat dipertanggung-jawabkan menunjang pengelolaan lingkungan
secara ilmiah dan hukum. hidup hanya merupakan kegiatan
sampingan atas permintaan pihak luar

Tabel. Contoh laboratorium lingkungan di Jabodetabek yang terakreditasi oleh KAN

116 Kardono. 2008


4.3. Peran Laboratorium
Kebutuhan pelayanan laboratorium telah merangsang makin tingginya
yang kompeten dan mampu memberikan kebutuhan hidup, meningkatnya kegiatan
hasil pengujian yang benar dan terpercaya ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya
sangatlah penting. Kebutuhan tersebut sehingga mengakibatkan makin
adalah untuk memantau pencemaran bertambahnya kerusakan lingkungan dan
lingkungan yang bersumber dari kegiatan tingginya tingkat pencemaran pada badan
industri, domestik, maupun transportasi. air, udara, dan tanah. Dengan demikian
Terjadinya peningkatan jumlah penduduk peran laboratorium makin bertambah besar

Persyaratan Laboratorium... J.Tek.Ling. 9 (2): 109-120 117


dan bertambah penting dalam menunjang perlu dipantau simpul 3 (biomarker, seperti
kegiatan pemantauan lingkungan dan darah, urine, kuku dan lain sebagainya) dan
pengelolaan lingkungan. simpul 4 (kesehatan kelompok penduduk
Pengukuran kualitas lingkungan dalam yang terpajan dan rentan).
rangka program pemantauan lingkungan
seharusnya hanya dilakukan oleh 5. KESIMPULAN DAN SARAN
laboratorium yang mampu menghasilkan
data yang validitasnya tidak diragukan lagi, 5.1. Kesimpulan
disamping harus memenuhi persyaratan • Jenis bahan pencemar yang terjadi dapat
peraturan perundang-undangan yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok,
ditetapkan15. Persyaratan kemampuan dan yaitu limbah gas dan debu, limbah cair,
kewenangan sebagai laboratorium penguji dan limbah padat. Limbah gas dan debu
dan/ atau laboratorium lingkungan adalah terutama berasal dari kendaraan
penting agar hasil pemantauan dapat bermotor dan industri. Limbah cair
dipertanggung-jawabkan secara ilmiah serta utamanya berasal dari limbah domestik
hasil pemantauan dapat saling dan industri serta limbah pertanian yang
diperbandingkan. masuk ke badan air khususnya sungai
Mengingat jumlah dan kemampuan dan embung. Limbah padat terutama
laboratorium yang kompeten yang dapat berasal dari sampah kota dan rumah
melakukan analisis parameter fisika, kimia sakit.
dan biologi sangat terbatas, maka kebijakan • Jumlah dari ketiga jenis limbah di kota-
dan strategi bagaimana memanfaatkan dan kota besar di Indonesia sudah melampui
meningkatkan kemampuan laboratorium batas kemampuan pengelolaannya
penguji untuk menunjang kegiatan sehingga belum semua penduduk
pemantauan lingkungan dan pengelolaan mempunyai akses kepada fasilitas
lingkungan disarankan sebagai berikut: pembuangan atau pengelolaan limbah
• Analisis terhadap parameter contoh uji yang benar sehingga menyebabkan
yang berkaitan dengan kegiatan menurunnya kualitas lingkungan, yang
pengelolaan lingkungan hidup harus dan pada gilirannya meningkatkan biaya
hanya dilakukan oleh laboratorium sosial yang tinggi.
sesuai dengan parameter yang telah • Rendahnya kepedulian dan partisipasi
mendapat akreditasi dari KAN. pemerintah, pihak swasta dan
• Perlu menyediakan fasilitas analisis masyarakat dalam pengelolaan limbah
yang memerlukan waktu cepat dan menambah beratnya permasalahan
mudah dilakukan sendiri, yang biayanya lingkungan ini. Rendahnya kepedulian
tidak terlalu mahal. dan partisipasi ini karena permasalahan
• Selalu memonitor perkembangan sanitasi belum menjadi prioritas dan
jumlah dan mutu laboratorium yang ada dianggap pekerjaan sampingan atau
sesuai dengan kebutuhan dan ikutan. Peraturan tentang lingkungan
persyaratan mutu yang diperlukan, hidup cukup memadai akan tetapi
sehingga sewaktu-waktu perpindahan usaha menerapkannya belum optimal
analisis ke laboratorium yang lebih baik dan belum ditegakkan dengan
dapat dilakukan. konsisten.
• Kemampuan sarana dan prasarana
Pada umumnya yang dipantau simpul dalam menunjang pengelolaan sampah
1 (sumber pencemaran) dan simpul 2 sangat terbatas, khususnya dalam
(ambien). Untuk mencegah dan memantau melakukan monitoring atau sampling
timbulnya dampak kesehatan dari dan analisis. Walaupun demikian,
pencemaran yang telah berlangsung lama beberapa laboratorium baik yang

118 Kardono. 2008


terakreditasi oleh KAN maupun yang Pemda. Apabila sumber daya manusia
belum menunjukkan adanya dan biaya investasi untuk pengadaan
kemampuan yang dapat disinergikan peralatannya dan gedungnya belum
dalam pemantuan dan analisis limbah. atau tidak ada, maka kerjasama
Dengan demikian, sumber daya yang dengan laboratorium yang
ada dapat dioptimalkan. berkemampuan dan yang berlokasi
cukup dekat dengan Kota tersebut perlu
5.2. Saran dilakukan.
• Untuk monitoring kualitas udara,
• Fasilitas pendukung yang berupa mengingat dampak akibat kendaraan
laboratorium lingkungan atau bermotor terhadap kualitas udara
laboratorium yang berkecimpung dalam semakin tinggi maka
sampling dan analisis limbah sangat direkomendasikan agar Pemerintah
diperlukan dalam mendukung Daerah melakukan investasi alat
suksesnya program pengelolaan monitoring secara kontinyu di satu atau
lingkungan. Oleh karena itu disarankan lebih lokasi yang padat kendaraan
agar dalam monitoring dan analisis Apabila kemampuan investasi alat
limbah dapat menggunakan monitoring kualitas udara ini lebih dari
laboratorium-laboratorium yang mampu satu, disarankan untuk membuat 1
menangani limbah dan sampel-sampel (satu) mobile dan satu atau lebih
lingkungan dan kesehatan lainnya. stationer. Parameter yang dimonitor
Untuk parameter-parameter sederhana merupakan parameter primer yang
dan diperlukan hasil yang cepat dengan disyaratkan dalam regulasi kualitas
biaya murah serta dapat dilakukan oleh udara ambien, yakni NOx, SO2, CO,
operator dengan kualifikasi biasa dapat debu dan hidrokarbon. Apabila kelima
dipersiapkan sendiri. Akan tetapi pada parameter ini tidak mungkin
prinsipnya, pengelolaan laboratorium direalisasikan karena besarnya
tidaklah mudah, selain harus investasi maka dapat direduksi menjadi
melakukan pembangunan laboratorium hanya NOx, debu dan hidrokarbon.
dengan investasi yang mahal, juga perlu Permasalahan yang timbul dengan
didukung oleh sumber daya manusia peralatan monitoring stationer adalah
yang handal dan dikelola secara perawatan termasuk kalibrasi
profesional dan konsisten. Di sisi lain, peralatannya, selain memerlukan suku
kemampuan beberapa laboratorium cadang yang sangat tergantung pada
yang ada cukup mumpuni dalam pembuatnya juga memerlukan operator
melakukan sampling dan analisis yang mampu menangani dengan baik
limbah yang dihasilkan. dan konsisten. Untuk itu, apabila ada
• Dalam pengambilan sampel dan alat pemantau yang didesain dan dibuat
monitoring lingkungan, Pemerintah di dalam negeri sangat diharapkan.
melalui Bagian Lingkungan Hidup dapat • Sesuai dengan kemampuan
mempersiapkan kemampuannya laboratorium saat ini, pengukuran
dengan investasi alat sampling dan kualitas lingkungan yang berkaitan
monitoring serta sumber daya dengan kegiatan pemantauan/
manusianya. Misalnya, pengambilan pengelolaan lingkungan perlu diatur
sampel limbah cair di sungai dan agar dapat dilaksanakan oleh
pengambilan sampel limbah padat laboratorium–laboratorium yang telah
(sampah) di TPA atau tempat-tempat mendapat akreditasi dari KAN.
tertentu mungkin akan lebih efisien jika • Walaupun idealnya analisis terhadap
kemampuan tersebut dimiliki oleh parameter contoh uji hanya dilakukan

Persyaratan Laboratorium... J.Tek.Ling. 9 (2): 109-120 119


oleh laboratorium sesuai dengan 4. Fatimah, S, “Permasalahan Limbah
parameter yang mendapat akreditasi Cair di Kota Depok”, Agustus 2004.
dari KAN, namun mengingat kondisi 5. Krintanto.P, “Ekologi Industri”,
ideal tersebut masih belum Penerbit Andi, Yogyakarta,2002.
memungkinkan maka untuk sementara 6. Stultz, S.C dan Kitto, J.B., “Steam:
penugasan kepada laboratorium yang its generation and use”, Babcock &
terakreditasi hendaknya termasuk pula Wilcox, 1992.
untuk melakukan analisis parameter 7. Cooper, C.D. and Alley, F.C. (1986),
lainnya, walaupun laboratorium yang “Air Pollution Control: A Design
bersangkutan belum mendapatkan Approach”, PWS Engineering,
akreditasi untuk parameter tersebut. Boston.
• Perlu dilakukan upaya untuk 8. Kardono, “Kontrol Polusi Udara di
meningkatkan jumlah dan mutu Industri”, makalah disampaikan pada
laboratorium sesuai dengan tuntutan beberapa Pelatihan di KLH, LSDE,
kebutuhan, sehingga di waktu yang PT. TOYOTA, dll.
akan datang analisis contoh uji hanya 9. Manahan, S.E. “Environmental
dilakukan oleh laboratorium yang Chemistry”, PWS Publishers, 4 th
sesuai dengan kompetensi parameter Edition, 1984.
yang telah diakreditasi. 10. Sri Wahyono, Firman L. Sahwan,
• Mengingat membangun laboratorium Feddy Suryanto, “Menyulap Sampah
dan memfungsikan laboratorium Menjadi Kompos – Sistem Open
memerlukan biaya yang sangat mahal, Windrow Bergulir”, Pusat Pengkajian
maka strategi untuk meningkatkan dan Penerapan Teknologi Lingkungan
jumlah dan mutu laboratorium tidak BPPT, 2003.
dengan cara membangun laboratorium 11. Keputusan Kepala Bapedal No. 205/
baru, melainkan dengan cara Kep.Bapedal/07/1996 tentang
melakukan kerjasama dengan Pedoman Teknis Pengendalian
laboratorium terakreditasi yang sudah Pencemaran Udara Sumber Tidak
ada. Begerak.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun
DAFTAR PUSTAKA 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
1. Nathanson, J.A., “Basic 13. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
Environmental Technology – Water 2001 tentang Pengendalian
Supply, Waste Disposal, and Pollution Pencemaran Air.
Control”, John Wiley and Sons, Inc., 14. Keputusan Menteri Negara
New York, 1986. Lingkungan Hidup No. Kep 51/
2. Wawancara hasil kunjungan pribadi MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
langsung ke beberapa laboratoria di Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Jakarta dan sekitarnya. 15. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 113
3. Soewasti, S, “Masalah Pencemaran Tahun 2000 tentang Pedoman Umum
Udara dan Masalah Lingkungan Lain dan Pedoman Teknis Laboratorium
di Wilayah Kota Depok”, Agustus Lingkungan.
2004.

120 Kardono. 2008

You might also like