Professional Documents
Culture Documents
Tabel 2. Kadar Protein Terlarut Kecap Bungkil Wijen Putih Sangrai dan Nonsangrai dengan
Perlakuan Lama Fermentasi Moromi
Kadar Protein Terlarut (%)
Fermentasi Moromi (Minggu)
0 2 4 6 8
Wijen Putih Sangrai 1,80aA 2,23 bA
2,55 dA
2,97eA 2,4cA
Wijen Putih Nonsangrai 1,82aA 2,25bA 2,57dA 3,03eA 2,43cA
Keterangan : huruf abjad kecil untuk perbandingan secara horizontal, dan huruf abjad besar untuk perbandingan secara
vertikal, dan angka yang diikuti huruf abjad yang sama pada masing-masing perbandingan menunjukkan
sumber nitrogen untuk pertumbuhan hidup antioksidan yang terjadi pada kecap bungkil
mikroba. Bakteri asam laktat harus memiliki wijen selama fermentasi diduga disebabkan
sistem proteolitik agar dapat menghidrolisis oleh pemecahan-pemecahan protein menjadi
protein pada susu kedelai menjadi asam peptida dan asam amino yang terjadi selama
amino yang diperlukan untuk pertumbuhan fermentasi moromi. Menurut Rosida (2009)
(Nisa dkk., 2008). Perlakuan pendahuluan jumlah asam amino yang digunakan lebih
yang dilakukan terhadap biji wijen putih banyak memberikan aktivitas antioksidan
yaitu disangrai dan tidak disangrai lebih besar. Pokorny and Korczak (2001)
berdasarkan anlisis anova dengan menjelaskan bahwa asam amino dapat
5% tidak menunjukkan beda menciptakan efek sinergis dengan
nyata yang signifikan diantara keduanya. Hal antioksidan fenolik dan berperan sebagai
itu dikarenakan ternyata proses penyangraian senyawa kelator sehingga dapat
sampai 180oC yang dilakukan dalam meningkatkan aktivitas antioksidannya.
penelitian ini belum menunjukkan perbedaan Selain itu adanya lama fermentasi
akan menghasilkan enzim yang dapat
kadar protein pada kecap bungkil wijen. memecah senyawa fenolik dalam bungkil
wijen sehingga meningkatkan aktivitas
Aktivitas Antioksidan
antioksidannya. Hasil yang didapatkan lama
Antioksidan didefinisikan sebagai fermentasi 6 minggu memiliki aktivitas
senyawa yang mampu menunda, antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan
memperlambat, atau menghambat reaksi fermentasi yang lain. Penurunan antioksidan
oksidasi (Nihlati, 2008). Berdasarkan Tabel pada fermentasi 8 minggu diduga
3, semakin lama fermentasi moromi pada mengakibatkan senyawa antioksidan maupun
kecap bungkil wijen sangrai dan non sangrai fenolik dari bungkil wijen putih sudah
memperlihatkan terjadinya peningkatan bereaksi sebagai antioksidan melawan asam
aktivitas antioksidan secara signifikan pada yang semakin banyak dihasilkan mikrobia
fermentasi 0 minggu sampai 6 minggu, dalam proses fermentasi moromi.
namun pada fermentasi moromi 8 minggu Pengaruh perlakuan pendahuluan biji
mengalami penurunan. Menurut Rosida wijen sangrai dan non sangrai juga
(2009) senyawa yang berperan sebagai memberikan perbedaan yang nyata pada
antioksidan pada moromi dan kecap manis 5%. Hasil yang didapatkan
terutama disebabkan oleh senyawa produk menunjukkan aktivitas antioksidan kecap
reaksi Maillard. Peningkatan aktivitas bungkil wijen sangrai lebih tinggi daripada
Tabel 4. Karakteristik Sensori Warna Kecap Bungkil Wijen Sangrai dan Nonsangrai
dengan Berbagai Perlakuan Lama Fermentasi Moromi
Tingkat Kesukaan Warna
Fermentasi Moromi (Minggu)
0 2 4 6 8
Wijen Putih Sangrai 3,15aA 3,45 aA
3,45 aA
3,39aA 3,09aA
Wijen Putih Nonsangrai 3,30 abA 3,62 bA
2,97 aB
3,27abA 3,21aA
Keterangan : huruf abjad kecil untuk perbandingan secara horizontal, dan huruf abjad besar untuk perbandingan secara
vertikal, dan angka yang diikuti huruf abjad yang sama pada masing-masing perbandingan menunjukkan
Skala Nilai: 1) Sangat Tidak Suka; 2) Tidak Suka; 3): Netral; 4)
Suka; 5) Sangat suka.
kecap bungkil wijen nonsangrai. Hal itu bisa fermentasi 0 minggu dan 6 minggu. Untuk
dimungkinkan karena adanya peningkatan perlakuan penyangraian pada kesukaan
kandungan sesamol pada biji wijen selama warna tidak menunjukkan perbedaan yang
penyangraian. Hasil penelitian dari 5% antara kecap
Purnamawati (2011) menunjukkan total fenol bungkil wijen sangrai dan nonsangrai.
pada minyak wijen dari biji wijen yang
Aroma
disangrai mengalami peningkatan seiring
dengan tingginya suhu dan lama waktu Pada tahap fermentasi akan terbentuk
penyangraian. Hal ini diduga berkaitan aroma dan flavor dengan adanya campuran
dengan meningkatnya kandungan sesamol beberapa senyawa pembentuk flavor yang
pada minyak. Kandungan sesamol meningkat terbentuk selama proses fermentasi
59 kali dibandingkan minyak wijen tanpa (Wulandari, 2008). Aroma kecap dipengaruhi
penyangraian. oleh senyawa alkohol dan senyawa aromatik
yang dihasilkan oleh khamir selama
Sensori fermentasi moromi. Selain itu penambahan
Warna garam dalam proses fermentasi moromi
menyebabkan kecap yang dihasilkan
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan
mempunyai rasa dan aroma yang baik
pada kecap bungkil wijen sangrai, adanya
(Purwoko, 2007).
perlakuan lama fermentasi tidak memberikan
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan
pengaruh lama fermentasi tidak memberikan
5% pada penilaian kesukaan warna dari
perbedaan yang nyata terhadap aroma kecap
panelis. Warna yang dihasilkan didominasi
bungkil wijen putih nonsangrai yang
dari warna gula merah yaitu coklat
dihasilkan. Untuk kecap bungkil wijen
kemerahan. Sedangkan pada kecap bungkil
sangrai pengaruh lama fermentasi
wijen non sangrai, lama fermentasi
memberikan perbedaan terhadap aroma dari
memberikan perbedaan yang nyata pada
kecap bungkil wijen sangrai. Hasil yang
warna kecap yang dihasilkan. Kecap bungkil
didapatkan menunjukkan pada kecap bungkil
wijen nonsangrai dengan lama fermentasi 2
wijen sangrai lama fermentasi 4 minggu
minggu memiliki kesukaan warna lebih
memiliki kesukaan terhadap aroma lebih
tinggi dibandingkan fermentasi yang lain,
tinggi dibandingkan dengan perlakuan
namun hal itu tidak berbeda nyata dengan
fermentasi yang lain. Namun hal itu tidak
kecap bungkil wijen nonsangrai lama
Tabel 6. Karakteristik Sensori Rasa Kecap Bungkil Wijen Sangrai dan Nonsangrai dengan
Berbagai Perlakuan Lama Fermentasi Moromi
Tingkat Kesukaan Rasa
Fermentasi Moromi (Minggu)
0 2 4 6 8
Wijen Putih Sangrai 3,39bA 3,09 abA
3,15 abA
3,15abA 2,85aA
Wijen Putih Nonsangrai 3,18bA 3,24 bA
2,7 aA
2,91abA 3,03abA
Keterangan : huruf abjad kecil untuk perbandingan secara horizontal, dan huruf abjad besar untuk perbandingan secara
vertikal, dan angka yang diikuti huruf abjad yang sama pada masing-masing perbandingan menunjukkan
tidak ber Skala Nilai: 1) Sangat Tidak Suka; 2) Tidak Suka; 3): Netral; 4)
Suka; 5) Sangat suka.
berbeda nyata dengan kecap fermentasi 0 memberikan meaty flavor (gurih) dan enzim
minggu dan fermentasi 6 minggu. Aroma -amilase,
kecap dari penelitian ini didominasi oleh amiloglukosidase dan maltase yang berperan
aroma dari gula yang menutupi aroma lain pada rasa manis. (Badriah, 2007).
seperti alkohol yang dihasilkan dari Dari hasil didapatkan bahwa kecap
fermentasi. Semakin lama proses fermentasi bungkil wijen sangrai dengan perlakuan lama
aroma yang dihasilkan akan menjadi lebih fermentasi 0 minggu memiliki nilai
baik. Perlakuan penyangraian pada penelitian kesukaan terhadap rasa lebih tinggi
kecap bungkil wijen ini tidak memberikan dibandingkan dengan fermentasi yang lain,
perbedaan yang nyata pada signifikansi 5% namun hal tersebut tidak berbeda nyata
terhadap kesukaan panelis pada aroma yang dengan sampel kecap fermentasi 2 minggu,
dihasilkan dari kecap bungkil wijen putih. fermentasi 4 minggu dan fermentasi 6
minggu. Untuk kecap bungkil wijen
Rasa
nonsangrai, kecap dengan fermentasi 2
Rasa dari kecap dapat dipengaruhi oleh minggu memiliki kesukaan rasa lebih tinggi
adanya komposisi gula dan senyawa volatil dibandingkan kecap perlakuan lain, namun
dari gula yang digunakan (Apriyanto dan hal itu tidak berbeda nyata dengan kecap
Wiratma, 1997). Berdasarkan Tabel 6 dapat bungkil wijen non sangrai fermentasi 0
dilihat bahwa pengaruh lama fermentasi 0 minggu, 6 minggu dan 8 minggu.
minggu sampai 8 minggu memberikan Kecenderungan panelis menyukai rasa yang
5% didominasi rasa manis. Untuk perlakuan
terhadap sensori rasa dari kecap bungkil sangrai dan nonsangrai dalam pembuatan
wijen putih yang dihasilkan. Menurut kecap bungkil wijen putih tidak memberikan
Wulandari (2008) pada umumnya sampel perbedaan yang nyata antara kedua jenis
dengan umur 0-2 bulan belum menunjukan kecap terhadap sensori rasa dari panelis.
adanya tanda-tanda aroma dan rasa yang
khas. Semakin lama fermentasi moromi rasa Overall (Keseluruhan)
yang ditimbulkan akan semakin gurih. Ada Penilaian overall merupakan penilaian
dua macam enzim yang berperan untuk kesukaan terhadap semua pengujian secara
menghasilkan flavor kecap pada fermentasi keseluruhan dari warna, aroma, dan rasa
kapang yaitu enzim protease yang yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat