You are on page 1of 14

B. Budi Setiawati - Proporsi Tepung Mocaf Dan Tapioka Dalam Pembuatan Kerupuk Moromi ...

47

PROPORSI TEPUNG MOCAF dan TAPIOKA DALAM PEMBUATAN


KERUPUK MOROMI SEBAGAI MAKANAN CAMILAN

B.Budi Setiawati

ABSTRACT
The aims of this recearch is to determine differences in quality sensory moromi crackers with
raw lour tapioca and mocaf composite in terms of color, lavor, taste and texture; and the
preference level panelists to crakers experimental results. Population in this recearch is moromi,
mocaf lour and tapioca lour. This research method using laboratory experiments with the
design of composite mocaf lour and tapioca lour are arranged with symbol and treatment A
(1;1); B (3:2); C (2:3).Methods of data collection that is a subjective assesment by the sensory
test, and test preferences. A data collection tool is not trained panelis for sensory test, and test
preferences. Sensory test data analysis methods using single classiication analysis of variance
followed by Tukey’s test, a test preferences while using a descriptive analysis of the percentage.
The results of Analysis of Variance (ANOVA) Single Classiication, moromi crackers sensory
quality of experimental results showed signiicant differences, composite mocaf and tapioca
with comparison 1:1, 3:2, 2:3 the sensory quality of moromi crackers viewed from the aspec
of color, lavor, taste and texture.Best moromi crackers sample is a sample of crackers moromi
witha basis of composite mocaf and tapioca with comparison 1:1 namely the aspect of color
85%, lavor 79%, taste 78% and texture 76%.A test preferences panelist crackers moromi
experimental results are sampled by comparison 1:1 (79,5%) shows the average value of the
criteria very like and 3:2 (71,25%) shows the average value of the criteria like where as the
comparison samples 2:3 (69,75%)shows the average value suficient criteria like

Key words: Crackers, Moromi, Composite, Mocaf Flour, Tapioca Flour

PENDAHULUAN pembuat kerupuk.Kandungan gizi paling


Kerupuk merupakan makanan dominan pada kerupuk umumnya adalah
tradisional Indonesia yang disukai oleh karbohidrat, sedangkan kandungan protein
kalangan masyarakat. Kerupuk sudah dikenal kerupuk umumnya relatif rendah.
secara luas, memiliki cita rasa yang khas Konsumsi kerupuk sesungguhnya
dan dapat diterima oleh semua kalangan. kurang memberikan perbaikan gizi yang
Kerupuk umumnya dimakan sebagai signiikan sehingga bahan pembuat kerupuk
camilan atau sebagai pelengkap saat makan. perlu ditambahkan dengan bahan lain untuk
Kerupuk adalah produk makanan ringan yang meningkatkan kandungan protein dengan
dibuat dari adonan tepung tapioka dengan menggunakan bahan seperti ikan atau bahan
atau penambah bahan makanan lain yang yang mengandung protein nabati seperti
diizinkan sesuai Standar Nasional Indonesia kedelai.
tahun 1999,. Kerupuk moromi yaitu makanan ringan
Pada dasarnya bahan baku pembuatan yang dibuat dari adonan tepung tapioka
kerupuk adalah amilosa dan amilopektin. dicampur bahan ampas moromi by-product
Oleh karena itu beberapa jenis tepung seperti (hasil samping) pengolahan kecap dan dibuat
tepung tapioka, tepung kentang, dan tepung dengan cara pengukusan adonan sebelum
beras telah banyak digunakan sebagai bahan dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah
STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta
48 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 23, No. 2 Desember 2016

sinar matahari dan digoreng dengan minyak makanan yang dibuat dari adonan tepung
goreng yang banyak . dicampur dengan lumatan udang atau ikan,
Tepung tapioka adalah pati yang atau sumber protein lain, setelah dikukus
berasal dari ekstraksi umbi singkong. Tepung dan disayat-sayat tipis atau dibentuk
tapioka merupakan salah satu bahan dasar dengan alat cetak, kemudian sebagai jenis
pembuatan kerupuk, walaupun tidak menutup makanan kecil atau camilan yang mengalami
kemungkinan untuk menambah bahan lain. pengembangan volume dan membentuk
Manfaat tepung tapioka adalah sebagai bahan produk yang berongga setelah mengalami
dasar pembuatan kerupuk. proses penggorengan.
Tepung mocaf adalah tepung dari Kriteria mutu kerupuk ditinjau dari
singkong yang dalam pembuatannya aspek sifat isik meliputi warna, aroma, rasa
dimodiikasi dengan cara difermentasi dan tekstur. Kerupuk yang baik memiliki
sehingga menyebabkan perubahan warna yang baik adalah kuning kecokelatan.
karakteristik yang dihasilkan berupa naiknya Warna kerupuk dipengaruhi oleh warna
viskositas (daya rekat), sehingga dapat tepung yang digunakan. Aroma kerupuk
menyerap protein. (Emil Salim,2011). didapat dari bahan yang digunakan, yang
Menurut Emil Salim (2011) tepung memberikan aroma tersendiri.
mocaf memiliki keunggulan yaitu dapat Untuk kerupuk ikan atau berbahan baku
menyerap protein sehingga dapat menjadikan protein seperti moromi aroma yang memiliki
rasa moromi lebih nyata tinggi sedangkan aroma khas kerupuk moromi. Rasa kerupuk
kelemahan dari tepung mocaf memiliki yang baik adalah gurih dan sesuai dengan
protein yang rendah, melihat karakteristik bahan yang digunakan dalam pembuatan
tepung mocaf dapat menyerap protein kerupuk. Untuk rasa kerupuk ikan atau
sehingga dapat menjadikan rasa moromi lebih berbahan baku protein seperti moromi yang
nyata dan karakteristik tepung tapioka yang memiliki rasa khas kerupuk moromi.
dapat menjadikan kerupuk menjadi renyah
maka tepung mocaf dapat digunakan sebagai Kerupuk Moromi
komposit dalam pembuatan kerupuk dengan Menurut Setiawan (1988), kedelai
menambahkan protein dari ampas moromi sebagai bahan pangan sumber protein nabati
hasil samping pengolahan kecap. masih banyak dibutuhkan. Pembuatan kecap
Proses komposit tepung mocaf di Indonesia dilakukan secara fermentasi
dan tapioka sebagai salah satu alternatif dan mempunyai ampas kedelai atau moromi
pemanfaatan tepung mocaf dan ampas moromi sebagai hasil samping (by product) yang
hasil samping pengolahan kecap sebagai dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun
sumber protein diharapkan dapat menambah olahan pangan sumber protein.
keanekaragaman pengolahan kerupuk dan Menurut Setiawan (1988) kerupuk
menambah ragam olahan kerupuk dipasaran. merupakan salah satu jenis makanan kecil
Menurut Kamus Besar Bahasa yang mengalami pengembangan volume
Indonesia (2002), kerupuk diartikan sebagai dan membentuk produk yang porus serta
B. Budi Setiawati - Proporsi Tepung Mocaf Dan Tapioka Dalam Pembuatan Kerupuk Moromi ... 49

mempunyai densitas rendah selama adalah mencampur seluruh bahan


penggorengan. kemudian dicampur bumbu-bumbu,
Pada dasarnya kerupuk diproduksi pencampuran sampai kalis.
melalui proses gelatinisasi pati pada tahap 3. Pencetakan
pengukusan, selanjutnya dicetak dan Adonan dicetak dengan cara dipipihkan
dikeringkan. Kerupuk dideinisikan sebagai pada tutup panci.
jenis makanan kering yang terbuat dari Operasi pengecilan ukuran ini menurut
bahan-bahan yang mengandung pati cukup Siswantoro (2009) dapat dibagi dua
tinggi (Setiawan, 1988). kategori utama, tergantung kepada
Kerupuk Moromi adalah kerupuk apakah bahan tersebut bahan cair atau
yang terbuat dari bahan baku tepung mocaf bahan padat. Apabila bahan padat,
komposit dengan tepung tapioka dicampur operasi pengecilan disebut penghancuran
dengan moromi yaitu ampas kedelai produk dan pemotongan. Pengecilan ukuran
samping olahan kecap.. merupakan langkah untuk mendapatkan
Pembuatan Kerupuk moromi secara kerupuk yang tipis, sehingga mudah
ringkas adalah sebagai berikut: . dalam proses pengeringan bahan.
1. Penyiapan bahan yaitu tepung mocaf, 4. Pemasakan
tepung tapioka, moromi dikukus Menurut Setiawan (1988), suhu yang
kemudian di blender dan bumbu yaitu digunakan dalam pemasakan yaitu 100
bawang putih , ketumbar dan garam 0
C selama ± 5 menit. Apabila pemasakan
ditumbuk halus terlalu lama atau terlalu cepat maka
2. Pencampuran Adonan kualitas yang dihasilkan tidak maksimal,
Membuat kerupuk moromi yang penting misalnya bila pemasakan terlalu cepat
adalah mencampur seluruh bahan maka pada tengah adonan akan kelihatan
kemudian dicampur bumbu-bumbu, putih karena belum matang, sehingga
pencampuran sampai kalis. pada waktu digoreng kerupuk tidak
Tujuan pemberian bumbu yaitu untuk mengembang. Lama pemasakan 3-5
memberikan rasa pada kerupuk. Bumbu- menit, kerupuk moromi dalam cetakan
bumbu yang digunakan meliputi bawang selama 5 menit.
putih, garam, dan ketumbar, bawang putih Proses pindah panas ini membuat adonan
yang digunakan harus kering, utuh dan mengembang dan mekar saat dikukus.
tidak busuk. Bumbu yang telah dihaluskan Dikarenakan adanya proses gelatinisasi
selanjutnya dilarutkan dengan air dan pati dengan bahan yang melekat
diaduk sampai tercampur rata kemudian kuat. Pemekaran dan pengembangan
dicampur dengan semua bahan pembuat molekul protein yang terdenaturasi akan
kerupuk dan adonan diuli (diremas remas membuka gugus reaktif yang ada pada
sambil ditekan) hingga adonan tercampur rantai polipeptida (Setiawan, 1988).
rata, lembek dan dapat dibentuk. Dalam Selanjutnya akan terjadi pengikatan
membuat kerupuk moromi yang penting kembali pada gugus reaktif yang sama

STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta


50 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 23, No. 2 Desember 2016

atau yang berdekatan. Bila unit ikatan Pada proses penggorengan kerupuk
yang terbentuk cukup banyak sehingga mentah mengalami pemanasan pada suhu
protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu yang tinggi, sehingga molekul air yang
koloid, maka protein tersebut mengalami masih terikat pada stuktur kerupuk menguap
koagulasi (Setiawan, 1988),. dan menghasilkan tekanan uap yang
5. Proses terakhir dalam membuat kerupuk mengembangkan struktur kerupuk (Setiawan,
moromi adalah melakukan pengemasan 1988).
jika kerupuk moromi tidak langsung Bahan pangan yang digoreng
dikonsumsi. Jika akan dikonsumsi secara menyebabkan kandungan air dalam bahan
langsung, maka perlu menggorengnya menguap ditandai dengan timbulnya
dalam minyak yang cukup dan suhu gelembung selama proses penggorengan.
tinggi agar kerupuk dapat mengembang. Bersamaan dengan itu bahan pangan
menyerap minyak dengan persentase
Bahan dasar kerupuk moromi adalah
penyerapan tergantung pada jenis bahan
pati, kandungan amilopektin dalam pati
yang digoreng (Siswantoro, 2009).
sangat menentukan daya kembang kerupuk.
Kerupuk yang menggunakan bahan
Semakin tinggi kandungan amilopektin pati
dasar dari tepung mocaf tekstur tidak dapat
maka kerupuk moromi yang dihasilkan akan
mengembang secara optimal tetapi rasa
mempunyai daya kembang yang semakin
moromi nyata, tepung tapioka memiliki
besar (Suprarti,2005).
tekstur yang baik tetapi rasa moromi pada
Mocaf adalah produk tepung dari
kerupuk kurang nyata. Untuk itu perlu adanya
fermentasi ubi kayu (manihod asculenta
upaya perbaikan dengan cara mengkomposit
crantz) yang diproses menggunakan prinsip
tepung mocaf dengan tepung tapioka pada
memodiikasi sel singkong dengan cara
ukuran tertentu agar tekstur kerupuk dapat
fermentasi aerobik sehingga menyebabkan
mengembang dengan baik dan rasa moromi
perubahan karakteristik terutama berupa
pada kerupuk nyata (Siswantoro, 2009).
naiknya viskositas (daya rekat), kemampuan
Kelemahan dari tepung tapioka yaitu
gelatinasi, daya rehidrasi, dan solubiliti atau
memiliki kandungan protein yang rendah
kemampuan melarut (Emil Salim.2011).
serta kurang dapat menyerap rasa ikan pada
Tepung tapioka banyak digunakan
kerupuk. Tepung mocaf adalah tepung yang
dalam berbagai industri karena kandungan
terbuat dari singkong yang pembuatanya
patinya yang tinggi dan sifat patinya yang
dimodiikasi dengan cara difermentasi
mudah tergelatinisasi dalam air panas dengan
sehingga menyebabkan perubahan
membentuk kekentalan yang dikehendaki.
karakteristik yang dihasilkan berupa
Penggunaan tepung tapioka lebih disukai
naiknya viskositas (daya rekat), sehingga
karena memiliki larutan yang jernih, daya
dapat menyerap protein. Komposite tepung
gel yang baik, rasa yang netral, warna yang
mocaf dan tepung tapioka sebagai salah satu
terang dan daya lekatnya yang sangat baik.
alternatif pemanfaatan tepung mocaf dan
(Somaatmadja,dkk. 1989)
moromi (Siswantoro, 2009).
B. Budi Setiawati - Proporsi Tepung Mocaf Dan Tapioka Dalam Pembuatan Kerupuk Moromi ... 51

Proses komposit tersebut diharapkan bahan pangan dengan menggunakan indera


dapat meningkatkan kualitas inderawi dan manusia termasuk indera penglihatan,
kualitas gizi kerupuk dipasaran, penelitian pembau, perasa dan pendengar (Kartika
menggunakan komposite mocaf dan tapioka B,1988).
dengan perbandingan yang berbeda yaitu Dengan demikian pengukuran tersebut
1:1; 3:2; dan 2:3 diyakini akan menghasilkan melibatkan manusia (panelis) sebagai alat
kualitas inderawi dan kualitas gizi yang ukur (Sarwono, 1986). Penilaian Uji inderawi
berbeda. Untuk mengetahui perbandingan digunakan untuk mengetahui kualitas kerupuk
yang paling tepat pada hasil eksperimen moromi dari komposit mocaf dan tapioka
dengan kualitas yang terbaik maka dilakukan dilihat dari warna, aroma, rasa dan tekstur. Uji
penilaian subyektif yaitu uji inderawi dan uji kesukaan bertujuan agar dapat mengetahui
kesukaan. bahwa kerupuk moromi komposit mocaf dan
Kualitas kerupuk menurut tapioka dapat diterima masyarakat.
(Suprarti,2005) dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : bahan baku, jumlah
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
penggunaan bumbu, lama pengukusan,
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
pengirisan, lama pengeringan, penggorengan
Pengolahan Hasil Pertanian, STPP Jurusan
dan pengemasan kerupuk.
Penyuluhan Pertanian Yogyakarta. Waktu
Uji inderawi dikenal dengan istilah
penelitian Maret – Nopember 2015. Tujuan
evaluasi atau analisis sensori. Evaluasi sensori
Penelitian adalah untuk mengetahui kualitas
dideinisikan sebagai pengukuran ilmiah
kerupuk moromi dengan bahan dasar tepung
untuk mengukur, menganalisa karakteristik
komposit mocaf ditinjau dari aspek warna,
bahan yang diterima oleh indra penglihatan,
aroma, rasa dan tekstur; dan tingkat kesukaan
pencicipan, penciuman, perabaan dan
masyarakat terhadap kerupuk moromi
pendengaran, serta menginterpretasikan
hasil eksperimen. Penelitian ini dilakukan
reaksi yang diterima akibat proses
dengan menggunakan metode eksperimen
pengindraan tersebut. Uji inderawi adalah
laboratorium dengan desain yang disajikan
suatu pengujiaan terhadap sifat karakteristik
pada Tabel berikut:

Tabel 1. Formula Kerupuk Moromi Eksperimen

Kode Perlakuan
No Nama Bahan
A (1;1) B (3:2) C (2:3)
1 Moromi 50 gr 50 gr 50 gr
2 Tepung Mocaf 50 gr 60 gr 40 gr
3 Tepung Tapioka 50gr 40 gr 60 gr
4 Air 100 ml 100 ml 100 ml
5 Gram 1 sdt 1 sdt 1 sdt
6 Bawang Putih 2,5 gr 2,5 gr 2,5 gr
7 Ketumbar 0,5 gr 0,5 gr 0,5 gr

STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta


52 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 23, No. 2 Desember 2016

Pendapat Kartika,B.(1988) penilaian penilaian secara spontan berdasarkan


yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi kesukaan (Kartika B,1988). Metode tersebut
penilaian subyektif. Penilaian subyektif digunakan untuk mengetahui daya terima
merupakan penilaian terhadap suatu produk atau kesukaan masyarakat terhadap kerupuk
dengan menggunakan panca indra baik indra moromi. Dalam pengujian ini panelis
penglihatan, penciuman, perasa, peraba dan mengemukakan responnya yang berupa suka
pendengar. Selanjutnya penilaian subyektif atau tidak suka terhadap sifat produk hasil
/uji inderawi digunakan dengan tujuan eksperimen yang diuji yaitu kerupuk moromi
mengetahui perbedaan kualitas masing- dengan bahan dasar komposit mocaf dan
masing sampel kerupuk moromi dengan tapioka. Uji kesukaan ini menggunakan 5
bahan dasar tepung komposit mocaf dan katagori kesukaan sebagai berikut:
tapioka dengan indikator warna, rasa, aroma • Sangat Suka diberi skor 5
dan tekstur. Interval dan kriteria Uji Inderawi • Suka diberi skor 4
dapat dilihat pada Tabel berikut : • Cukup Suka diberi skor 3
• Kurang Suka diberi skor 2
Tabel 2. Interval dan kriteria dari uji • Tidak Suka diberi skor 1
inderawi Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
maka dapat dibuat Tabel interval persentase
Interval Kriteria Uji Inderawi
4,21 – 5,00 Sangat Ideal dan kriteria sebagai berikut dibawah ini:
3,41 – 4,20 Ideal
2,61 – 3,40 Cukup Ideal Tabel 3. Interval Persentase dan Kriteria
1,81 – 2,60 Kurang Ideal
Persentase Kriteria
1,00 – 1,80 Tidak ideal
84 - 100 Sangat suka
68 – 83 Suka
Uji kualitas secara organoleptik 52 – 67 Cukup suka
menggunakan uji kesukaan (Hedonic Scale). 36 – 51 Kurang Suka
Penilaian Organoleptik merupakan cara 20 – 35 Tidak Suka
penilaian terhadap mutu atau sifat suatu
komoditas menggunakan panelis sebagai Skor tiap aspek penilaian berdasarkan
instrumen atau alat. Dalam penelitian ini tabulasi data dihitung persentasenya,
dilakukan uji skor (scoring) yang berfungsi kemudian hasilnya dikonsultasikan dengan
untuk menilai sifat organoleptik yang tabel di atas, sehingga diketahui kriteria
spesiik. Pada uji scoring diberikan penilaian tingkat kesukaan panelis/masyarakat.
terhadap mutu sensorik dalam suatu jenjang Analisis deskriptif prosentase
mutu. Tujuannya adalah memberikan nilai digunakan untuk mengetahui kesukaan
atau skor tertentu terhadap suatu karakteristik konsumen, artinya kuantitatif yang diperoleh
(Sarwono, 1986). dari panelis harus dianalisis terlebih dahulu
Uji kesukaan merupakan pengujian untuk dijadikan data kualitatif. Menurut
yang panelisnya cenderung melakukan Suharsimi Arikunto (1996) data yang bersifat
B. Budi Setiawati - Proporsi Tepung Mocaf Dan Tapioka Dalam Pembuatan Kerupuk Moromi ... 53

kuantitatif berwujud angka-angka hasil nilai F Apabila diperoleh harga dari F hitung
perhitungan dan pengukuran dapat diproses (Fo) > F tabel (F1) pada taraf signiikan 5 %,
dengan cara dijumlahkan, dibandingkan maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh kerja (Ha) diterima dan jika F hitung (Fo)
persentase, lalu ditafsirkan dengan kalimat ≤ F tabel (F1) maka Ho diterima dan Ha
yang bersifat kualitatif. ditolak. Apabila F hitung (Fo) >F tabel (F1)
Metode analisis data dengan maka dapat dikatakan bahwa diantara sampel
menggunakan Analisis Varian Searah, yang terdapat perbedaan yang nyata.( Kartika B,
berfungsi untuk mengetahui perbedaan 1988).
kualitas kerupuk moromi dengan bahan dasar Tahap pelaksanaan dalam eksperimen
tepung komposit mocaf dan tapioka hasil pembuatan kerupuk moromi dengan bahan
eksperimen, dilihat dari aspek warna, aroma, dasar tepung komposit mocaf dan tapioka
rasa dan tekstur. Apabila data yang dihasilkan meliputi pembuatan adonan, pencetakan,
signiikan, maka dilanjutkan dengan uji pengukusan, pendinginan, pengirisan,
Tukey (Kartika B, 1988). pengeringan, penggorengan.
Metode ANOVA ini digunakan Adapun Diagram Alir Pembuatan
untuk mengetahui apakah hipotesis yang Kerupuk Moromi disajikan pada Gambar
diajukan diterima atau ditolak, maka Fo hasil berikut dibawah ini:
perhitungan harus dikonsultasikan dengan

Tepung Mocaf,
Tepung Tapioka

Pencampuran
Air Moromi Halus dan Bumbu
Adonan

Pencetakan

Pengukusan

Pengeringan

Penggorengan

Pengemasan

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Moromi

STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta


54 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 23, No. 2 Desember 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok usia di atas dipilih dengan


1. Hasil pertimbangan bahwa orang dengan kelompok
1.1. Hasil Uji Inderawi usia 18 – 25 tahun lebih suka mengonsumsi
Uji Inderawi telah dilakukan oleh makanan olahan kering seperti kerupuk,
35 panelis umum berasal dari mahasiswa, keripik, sedangkan kelompok usia 31 – 54
karyawan dan dosen STPP Jurusan tahun dapat lebih memahami sifat khas
Penyuluhan Pertanian Yogyakarta. Panelis kerupuk dalam memberikan penilaian.
terdiri dari kelompok umur remaja yaitu 18 – Hasil Tabulasi perhitungan uji inderawi
25 tahun dan usia dewasa yaitu 31 – 54 tahun. pada aspek warna, aroma,rasa dan tekstur
Menyangkut tingkat kesukaan terhadap suatu kerupuk moromi dapat disajikan pada Tabel
makanan semakin banyak jumlah panelis, berikut dibawah ini.
maka hasilnya akan semakin baik. (Kartika,
B,1988).

Tabel 4: Hasil Tabulasi Perhitungan Uji Inderawi

Warna Aroma Rasa Tekstur


No
A B C A B C A B C A B C
Rerata 4,3 3,6 3,4 3,9 3,4 3,2 3,9 3,6 3,5 3,8 3,7 4,2
Skor 5 10 6 6 12 3 2 10 4 4 8 5 11
Skor 4 14 13 8 13 13 8 17 15 15 16 17 19
Skor 3 6 12 8 6 16 22 3 13 13 7 10 5
Skor2 5 4 1 4 1 0 5 2 1 4 3 0
Skor 1 0 0 2 0 2 3 0 1 2 0 0 0
Sumber: Olahan Data Primer 2015

1.1.1. Hasil Pengujian Inderawi yang langsung dilihat oleh indera


penglihatan. Data penilaian kualitas
Pada Aspek Warna
warna kerupuk moromi hasil penelitian
Warna adalah aspek pertama
disajikan pada Tabel berikut:
yang langsung diamati oleh panelis
karena warna merupakan kenampakan

Tabel 5. Kualitas kerupuk Moromi dilihat dari aspek warna

Skor
Sampel 5 4 3 2 1 Rerata Kriteria
n % n % n % n % n %
A 10 29 14 40 6 17 5 14 0 0 4,3 Sangat
Ideal
B 6 17 13 37 12 34 4 11 0 0 3,6 Ideal
C 6 17 8 23 18 52 1 3 2 5 3,4 Cukup Ideal
Sumber: Olahan Data Primer 2015
B. Budi Setiawati - Proporsi Tepung Mocaf Dan Tapioka Dalam Pembuatan Kerupuk Moromi ... 55

1.1.2. Hasil Pengujian Inderawi bahan memiliki aroma yang berbeda, proses
dan metode memasak juga akan menentukan
Pada Aspek Aroma
hasil dari aroma yang akan tercium. Data
Aroma hasil dari uap proses
penilaian kualitas aroma kerupuk
pengolahan makanan,uap ini tercipta dari
moromi hasil penelitian disajikan pada
bahan-bahan makanan yang diolah, tiap
Tabel berikut:

Tabel 6. Kualitas kerupuk Moromi dilihat dari aspek Aroma

Skor
Sampel 5 4 3 2 1 Rerata Kriteria
n % n % n % n % n %
A 12 35 13 37 6 17 4 11 0 0 3,9 Nyata

B 3 9 13 37 16 45 1 3 2 6 3,4 Cukup Nyata


C 2 6 8 23 22 62 0 0 3 9 3,2 Cukup Nyata

Sumber: Olahan Data Primer 2015

1.1.3. Hasil Pengujian Inderawi berbagai bahan makanan dan menciptakan


sesuatu rasa baru yang dirasakan oleh lidah.
Pada Aspek Rasa
Data penilaian kualitas warna kerupuk
Rasa pada makanan memliki
moromi hasil penelitian disajikan pada
pengertian sebuah reaksi kimia dari gabungan
Tabel berikut:

Tabel 7. Kualitas kerupuk Moromi dilihat dari aspek Rasa

Skor
Sampel 5 4 3 2 1 Rerata Kriteria
n % n % n % n % n %
A 10 29 17 48 3 9 5 14 0 0 3,9 Nyata
B 4 11 15 43 13 37 2 6 1 3 3,6 Nyata
C 4 11 15 43 13 37 1 3 2 6 3,5 Nyata

Sumber: Olahan Data Primer 2015

1.1.4. Hasil Pengujian Inderawi basah, lembab)


Data penilaian kualitas tekstur
Pada Aspek Tekstur
kerupuk moromi hasil penelitian
Tekstur makanan adalah hasil
disajikan pada Tabel berikut:
atau rupa akhir dari makanan, mencakup :
warna tampilan luar, warna tampilan dalam,
kelembutan makanan, bentuk permukaan
pada makanan, keadaan makanan (kering,
STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta
56 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 23, No. 2 Desember 2016

Tabel 8. Kualitas kerupuk Moromi dilihat dari aspek Tekstur

Sampel Skor Rerata Kriteria


5 4 3 2 1
n % n % n % n % n %
A 8 23 16 46 7 20 4 11 0 0 3,8 Renyah
B 5 14 17 48 10 29 3 9 0 0 3,7 Renyah
C 11 31 19 54 5 14 0 0 0 0 4,2 Sangat Renyah

Sumber: Olahan Data Primer 2015

1.1.5. Analisis Kualitas Inderawi Berdasarkan Tabel 9 nilai rerata kualitas


Kerupuk Moromi Eksperimen inderawi kerupuk moromi secara keseluruhan
Pada dasarnya kualitas inderawi menunjukkan bahwa nilai sampel kerupuk
kerupuk moromi dengan bahan dasar moromi hasil eksperimen dengan nilai rata-
komposit mocaf dan tapioka dapat dilihat dari rata tertinggi terdapat pada sampel A kerupuk
nilai rerata tiap sampelnya. Jika jumlah nilai moromi dengan bahan dasar komposit mocaf
rerata suatu sampel pada suatu aspek maupun dan tapioka 1:1 dengan nilai rata-rata 3,98
total dengan semua aspek mempunyai memiliki kriteria Ideal, kerupuk ikan sampel
nilai besar maka sampel tersebut dapat B (3:2), kerupuk ikan sampel C(2:3) memiliki
dikatakan mempunyai kualitas inderawi baik. persamaan kriteria yang sama yaitu Ideal dan
Sebaliknya, jika nilai reratanya rendah maka memiliki rata-rata yang sama yaitu untuk
kualitas inderawinya rendah. sampel B dan C memiliki nilai rata-rata yaitu
Analisa kualitas kerupuk moromi 3,58.
dengan perbandingan tepung mocaf dan Sampel A kerupuk moromi dengan
tapioka yang berbeda dapat disajikan pada bahan dasar komposit mocaf dan tapioka
Tabel berikut ini: dengan perbandingan 1:1 adalah sampel
terbaik (3,98).
Tabel 9. Analisa Kualitas Kerupuk Moromi
Hasil Penelitian
Sampel 1.2. Hasil Perhitungan Analisis
Indikator A B C
Varian Klasiikasi Tunggal Meliputi
1:1 3:2 2:3
Warna 4,3 3,6 3,4 Aspek Warna,
Aroma 3,9 3,4 3,2 Aroma, Rasa Dan Tekstur
Rasa 3,9 3,6 3,5
Hasil Perhitungan Analisis
Tekstur 3,8 3,7 4,2
Varian Klasiikasi Tunggal meliputi
Jumlah 15,9 14,3 14,3
aspek Warna, Aroma, Rasa dan Tekstur
Rerata 3,98 3,58 3,58
disajikan pada Tabel berikut ini:
Kriteria Ideal Ideal Ideal

Sumber: Olahan Data Primer 2015


B. Budi Setiawati - Proporsi Tepung Mocaf Dan Tapioka Dalam Pembuatan Kerupuk Moromi ... 57

Tabel 10 . Rekapitulasi Data ANOVA


No Aspek Fhitung Ftabel Keterangan
1 Warna 1,468 3.07 Tidak Ada Perbedaan
2 Aroma 6,280 3,07 Ada Perbedaan
3 Rasa 1,942 3,07 Tidak Ada Perbedaan
4 Tekstur 3,380 3,07 Ada Perbedaan
Sumber: Olahan Data Primer 2015

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa masing-masing aspek pengujian kerupuk


hasil kualitas dari ketiga kerupuk moromi moromi.
hasil eksperimen meliputi aspek warna, 1.3. Hasil Uji Tukey
aroma, rasa, dan tekstur menunjukkan F hitung Uji Tukey dilakukan untuk mengetahui
Aroma dan Tekstur lebih besar dibandingkan perbedaan antar sampel, dengan kriteria
harga F tabel, artinya ada perbedaan pada pengambilan kesimpulannya adalah jika
pada masing-masing aspek pengujian harga selisih antar sampel lebih besar dari
kerupuk moromi. Sedangkan F hitung Warna nilai pembanding maka dikatakan ada
dan Rasa lebih kecil dibandingkan harga F perbedaan yang nyata antar sampel tersebut,
tabel, artinya tidak ada perbedaan pada pada disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 11. Perbandingan Antar Sampel Pada Aspek Warna


No Perbandingan Antar Sampel Sig Keterangan
1 A (1:1) B (3:2) 0,59 ˃0,05 Tidak ada perbedaan
C (2:3) 0,20 > 0,05 Tidak ada perbedaan
2 B (3:2) C (2:3) 0,74 > 0,05 Tidak ada perbedaan
Sumber: Olahan Data Primer 2015
Dari data tersebut diperoleh hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang
kualitas inderawi kerupuk moromi pada nyata.
aspek warna untuk masing-masing sampel

Tabel 12. Perbandingan Antar Sampel Pada Aspek Aroma


No Perbandingan Antar Sampel Sig Keterangan
1 A (1:1) B (3:2) 0,04 <0,05 Ada perbedaan
C (2:3) 0,002< 0,05 Ada perbedaan
2 B (3:2) C (2:3) 0,56 > 0,05 Tidak ada perbedaan
Sumber: Olahan Data Primer 2015

Dari data tersebut diperoleh hasil perbedaan nyata sedang sampel B dengan
kualitas inderawi kerupuk moromi pada C menunjukkan tidak ada perbedaan yang
aspek aroma untuk masing-masing sampel nyata.
A dengan B dan A dengan C menunjukkan
STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta
58 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 23, No. 2 Desember 2016

Tabel 13. Perbandingan Antar Sampel Pada Aspek Rasa


Perbandingan Antar
No Sig Keterangan
Sampel
1 A (1:1) B (3:2) 0,26 >0,05 Tidak ada perbedaan
C (2:3) 0,16> 0,05 Tidak ada perbedaan
2 B (3:2) C (2:3) 0,96 > 0,05 Tidak ada perbedaan
Sumber: Olahan Data Primer 2015

Dari data tersebut diperoleh hasil aspek aroma untuk masing-masing sampel
kualitas inderawi kerupuk moromi pada menunjukkan tidak ada perbedaan nyata .

Tabel 14. Perbandingan Antar Sampel Pada Aspek Tekstur


No Perbandingan Antar Sampel Sig Keterangan
1 A (1:1) B (3:2) 0,82 > 0,05 Tidak Ada perbedaan
C (2:3) 0,14 > 0,05 Tidak Ada perbedaan
2 B (3:2) C (2:3) 0,03 < 0,05 Ada perbedaan
Sumber: Olahan Data Primer 2015

Dari data tersebut diperoleh hasil 1.4. Hasil Uji Kesukaan


kualitas inderawi kerupuk moromi pada Hasil Tabulasi perhitungan Uji
aspek tekstur untuk masing-masing sampel A Kesukaan pada aspek Warna, Aroma, Rasa
dengan B dan A dengan C menunjukkan tidak dan Tekstur kerupuk moromi dapat disajikan
ada perbedaan nyata sedang sampel B dengan pada Tabel berikut:
C menunjukkan ada perbedaan yang nyata.

Tabel 15. Hasil Uji Kesukaan kerupuk Moromi


No Warna Aroma Rasa Tekstur
A B C A B C A B C A B C
Skor max 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175
Persentase 85 72 69 79 68 63 78 71 70 76 74 77
Kriteria SS S CS S S CS S S S S S S
Sumber: Olahan Data Primer 2015

Visualisasi rerata masing-masing Tabel 16. Visualisasi Rerata Kerupuk


sampel Kerupuk Moromi berdasarkan uji Moromi
kesukaan secara umum dapat ditampilkan Warna Aroma Rasa Tekstur
dalam Tabel dan Gambar berikut : A 4,3 3,9 3,9 3,8
B 3,6 3,4 3,6 3,7
C 3,4 3,2 3,5 4,2
Sumber: Olahan Data Primer 2015
B. Budi Setiawati - Proporsi Tepung Mocaf Dan Tapioka Dalam Pembuatan Kerupuk Moromi ... 59

Ketiga sampel kerupuk moromi rata-


rata beraroma nyata kedelai, aroma moromi
ditimbulkan dari ampas kedelai hasil samping
kecap. Sampel kerupuk A dan B mempunyai
tingkat kesukaan 79% dan 68% termasuk
kriteria disukai, sedang sampel aroma Cukup
disukai 63%.Hal ini disebabkan penambahan
Gambar 2. Jaring Laba-Laba Hasil Uji moromi dengan ukuran yang sama
Tingkat Kesukaan Kerupuk Moromi 2.3 Rasa
Berdasarkan hasil penilaian ternyata
2. Pembahasan kerupuk moromi dengan sampel A (1:1)
2.1 Warna mempunyai rata- rata skor tertinggi
Merupakan indikator yang pertama kali dibandingkan dengan ke sampel lainnya.
dilihat dan diamati oleh konsumen karena Sedangkan sampel yang mempunyai nilai
warna merupakan faktor kenampakan yang rerata dibawahnya adalah kerupuk ikan
langsung dapat dilihat (Kartika,B,1988). sampel B (3:2), sampel C (2;3). Ketiga
Dari tiga sampel kerupuk moromi , kerupuk sampel kerupuk Moromi dengan jumlah
moromi A (1:1) mempunyai tingkat kesukaan penambahan moromi yang sama akan tetapi
85% sebagai kerupuk yang memiliki kriteria hasil dari pengujian memiliki tingkat rasa
warna kuning kecoklatan dan kerupuk moromi moromi berbeda. Hal tersebut menunjukan
B dan C memiliki kriteria warna kuning tingkat kepekaan indera perasa panelis
keemasan. Perbedaan warna disebabkan berbeda-beda. Rasa moromi pada kerupuk
karena perbandingan tepung komposit eksperimen yang nyata disebabkan karena
mocaf dan tapioka yan berbeda.Semakin rasa pada kedelai yang memiliki rasa gurih
banyak tepung mocaf yang digunakan maka dan khas moromi maka rasa moromi pada
warna yang dihasilkan semakin pucat hal ini kerupuk menjadi nyata.
disebabkan karena selama proses fermentasi 2.4 Tekstur
pembuatan tepung mocaf menyebabkan Tekstur kerupuk moromi yang baik
warna tepung lebih putih sehingga kerupuk adalah sangat renyah. Penggunaan tepung
menjadi kurang menarik. tapioka yang terlalu banyak akan membuat
2.2 Aroma tekstur kerupuk moromi menjadi sangat
Menurut Kartika,B(1988), aroma yaitu renyah. Dan jika terlalu sedikit tepung tapioka
bau yang sukar diukur sehingga biasanya akan membuat tekstur kerupuk moromi
menimbulkan pendapat yang berlainan dalam kurang renyah. Pada ketiga kerupuk moromi
menilai kualitas aromanya. Setiap orang dengan skor tertinggi adalah kerupuk moromi
memiliki perbedaan penciuman meskipun dengan bahan dasar tepung komposit mocaf
mereka dapat membedakan aroma namun dan tapioka dengan sampel C (83%) dengan
setiap orang mempunyai kesukaan yang perbandingan (2:3). Kerupuk moromi dengan
berlainan. sampel A (76%) dengan perbandingan (1:1)

STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta


60 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 23, No. 2 Desember 2016

dan untuk kerupuk sampel B (74%) dengan DAFTAR PUSTAKA


perbandingan (3:2) memiliki tekstur cukup
ideal. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Komposit tapioka yang lebih banyak
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
akan menghasilkan kerupuk moromi
Kartika, B., Hastuti,P. dan Supartono,W.
bertekstur sangat ideal, hal itu disebabkan oleh
1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan
volume pengembangan kerupuk dipengaruhi Pangan. PAU Pangan dan Gizi
oleh kadar amilopektinnya, dimana tapioka UGM. Yogyakarta.
memiliki amilopektin.
Salim Emil. 2011. Mengolah singkong
menjadi tepung mocaf. Yogyakarta:
KESIMPULAN Andi Offset.
1. Hasil ANOVA klasiikasi tunggal, Sarwono.1986.Penelitian Organoleptik.
kualitas inderawi kerupuk ada perbedaan Rhineka Cipta. Yogyakarta
nyata terdapat pada pada aspek warna, Setiawan, H. 1988. Mempelajari karakteristik
aroma moromi, rasa moromi dan tekstur. isiko kimia kerupuk dari berbagai
2. Sampel kerupuk moromi yang terbaik taraf formulasi tapioka, tepung
kentang dan tepung jagung. Skripsi.
adalah sampel kerupuk moromi dengan Fakultas Teknologi Pertanian.
bahan dasar komposit mocaf dan tapioka Institut Pertanian Bogor.
dengan perbandingan 1:1 yaitu aspek
Siswantoro.2009. Perubahan Volume
warna 85%, aroma 79%, rasa 78% dan dan Kadar Air Kerupuk Selama
tekstur 76% Pengorengan dengan Menggunakan
3. Pada uji kesukaan panelis/masyarakat Pasir. Makalah Seminar Nasional
UNSUD Purwokerto. htpp: //sis07w.
terhadap kerupuk moromi hasil
wordpress.com.(3 Maret 2012).
eksperimen dengan sampel perbandingan
Suprapti, M.L. 2005. Tepung Tapioka :
1:1 (79,5%) menunjukan nilai rata-rata
Pembuatan dan Pemanfaatannya.
kriteria sangat suka dan 3:2 (71,25%) Kanisius. Yogyakarta.
menunjukan nilai rata-rata kriteria suka
Somaatmaja, D,S.H, dan A. Madrjuki. 1974.
sedangkan sampel perbandingan 2:3 Harjo.1989. Sosio Budaya Gizi.
(69,75%) menunjukan nilai rata-rata Pusat antar Universitas Pangan dan
kriteria cukup suka. Gizi. Institut Pertanian Bogor.
[TPKBBI] Tim Penyusun Kamus Besar
SARAN Bahasa Indonesia. 2002:209. Kamus
1. Menjadikan produk kerupuk moromi Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
dengan bahan dasar tepung komposit
mocaf dan tapioka dikembangkan sebagai
industri rumah tangga.
2. Tepung mocaf dan moromi dapat
dikembangkan dan diinovasikan menjadi
produk lain

You might also like