Professional Documents
Culture Documents
ID Kekuatan Hukum Perjanjian Lisan Apabila
ID Kekuatan Hukum Perjanjian Lisan Apabila
Tuhana
Email: Tuhana.s.h@gmail.com
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Abstract
Agreement is a legal relationship that is often done in the social life in the community. Agreement pursu-
ant to Article 1313 of the Civil Code is an act in which one or more bind themselves to one or more other
persons. Unwittingly, oral agreements are often done in people’s lives. The purpose of this journal is to
know how the legal power of oral agreement to claim someone do breach of contract. The intent of this
legal power oral agreement in there is whether oral agreements have the legal power to be the primary
consideration of the judge in deciding the case of breach of contract. This research is descriptive norma-
tive law. The data used is secondary data in the form of primary legal materials and secondary law. The
data collection technique used is the study of documents and literature studies, research instrument is
the Yogyakarta District Court Decision Number: 44/Pdt.G/2015/PN.Yyk. The analysis technique used is
the deductive syllogism. That decision is about case breach of contract , which is between Subagyo as
Plaintiff and Ary Kalista as Defendants. Ary Kalista has been sued by reason do breach of contract on
oral agreements made by Subagyo and Ary Kalista. Ary Kalista pleaded by postulating that never made
any oral agreement. But the judge ruled that Ary Kalista violates the agreement/breaches the contract.
Oral agreements have the legal power to claim someone breach the contact, as long as the oral agree-
ment proved to have been made by the parties, and has been in accordance with requirements validity
of the agreement in Article 1320 of the Civil Code.
Keywords: Oral Agreement, Breach of Contract, Legal Power
Abstrak
Perjanjian merupakan salah satu hubungan hukum yang kerap kali dilakukan dalam pergaulan hidup di
dalam masyarakat. Perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan mana
seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Tanpa disadari, perjan-
jian lisan kerap kali dilakukan dalam kehidupan bermasyrakat. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mengetahui bagaimanakah kekuatan hukum perjanjian lisan untuk menyatakan seseorang melakukan
wanprestasi. Maksud dari kekuatan hukum perjanjian lisan tersebut yaitu apakah suatu perjanjian lisan
memiliki kekuatan hukum untuk dijadikan dasar pertimbangan Hakim dalam memutuskan suatu perkara
wanprestasi. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen dan studi kepustakaan, instrumen peneli-
digunakan adalah deduktif silogisme. Putusan tersebut mengenai perkara wanprestasi, yaitu antara
Subagyo sebagai Penggugat dan Ary Kalista sebagai Tergugat. Ary Kalista digugat atas dasar telah
melakukan wanprestasi terhadap perjanjian lisan yang dibuat oleh Ary Kalista dan Subagyo. Ary Kalista
-
mun Hakim memutuskan bahwa Ary Kalista melakukan wanprestasi. Perjanjian lisan memiliki kekuatan
hukum untuk menyatakan seseorang melakukan wanprestasi, selama perjanjian lisan tersebut terbukti
telah dibuat oleh para pihak dan telah sesuai dengan syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUH
Perdata.
Kata Kunci: Perjanjian Lisan, Wanprestasi, Kekuatan Hukum
B. Metode Penelitian
Keparakan/2003 tanggal 11-09-2003 pada bu-
Jenis penelitian dalam penelitian hukukm
lan Januari 2013, kemudian tanah di Keparakan
ini adalah penelitian hukum normatif atau bisa
Kidul MGI/1223 RT. 056 RW. 013 Mergangsan
dikenal dengan penelitian hukum doktrinal (doc-
Yogyakarta pada Bulan Maret 2013, dan pada
trinal research), yaitu penelitian yang dilakukan
bulan Mei 2013 Subagyo membeli sebidang ta-
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
nah seluas 3.440 m2 di Kedung Sari Pengasih
sekunder yang terdiri dari bahan hukum prim-
er, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier. Menurut Peter Mahmud Marzuki, segala
Kedung Sari tanggal 10-01-2003. Ketiga tanah
penelitian yang berkaitan dengan hukum (legal
tersebut diatasnamakan Ary Kalista/Tergugat.
research) adalah normatif (Peter Mahmud Mar-
Ketiga tanah tersebut diatasnamakan Ary Ka-
zuki, 2014:55-56).
lista, menurut Subagyo dikarenakan sebelum-
nya telah terjadi perjanjian lisan antara Subagyo Menurut soerjono Soekanto, penelitian nor-
dengan Ary Kalista bahwa untuk ketiga tanah matif adalah penelitian hukum yang dilakukan
tersebut nantinya untuk hadiah pernikahannya dengan cara meneliti data sekunder atau bah-
kedua belah pihak dan apabila pernikahan batal an-bahan pustaka yag terdiri dari bahan hukum
maka ketiga tanah tersebut beserta bangunan primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hu-
di atasnya akan dikembalikan kepada Subagyo kum tersier (Soerjono Soekanto, 1986:10).
oleh Ary Kalista dan Ary Kalista akan segera
membaliknamakan ketiga tanah tersebut kepa- C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
da Subagyo. Sistem pengaturan hukum perjanjian adalah
Setelah Subagyo membeli ketiga tanah sistem terbuka (open system). Artinya adalah
tersebut dan diatasnamakan Ary Kalista, ternya- bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan
ta hubungan asmara/percintaan antara Subagyo perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang
dan Ary Kalista bukannya semakin baik dan belum diatur di dalam undang-undang (Salim
harmonis akan tetapi justru sebaliknya sema- H.S., 2003:7). Kitab Undang-Undang Hukum
kin memburuk, sering terjadi percekcokan yang Perdata (KUH Perdata) adalah undang-undang
mana hal tersebut dikarenakan adanya ulah yang merupakan sumber hukum formil sekaligus
dari Ary Kalista yaitu menjalin hubungan cinta/ juga sumber hukum materil bagi hukum perjan-
asmara dengan pria lain. Oleh karena hubun- jian yang berlaku di Indonesia. Perjanjian diatur
gan asmara atau jalinan kasih antara Subagyo secara khusus dalam KUH Perdata, Buku III,
dengan Ary Kalista sudah hancur maka gagal Bab II tentang “Perikatan-perikatan yang Dila-
pula rencana untuk melakukan perkawinannya, hirkan dari Kontrak atau Perjanjian” dan Bab V
untuk itu maka sesuai kesepakan kedua belah sampai dengan Bab XVIII yang mengatur asas-
pihak terdahulu bahwa ketiga tanah tersebut di asas hukum dan norma-norma hukum perjan-
atas yang dibeli oleh Subagyo dan diatasna- jian pada umumnya, serta norma-norma hukum
makan Ary Kalista diminta oleh Subagyo secara perjanjian yang mempunyai karakteristik khusus
baik-baik akan tetapi Ary Kalista tidak memberi- yang lebih dikenal dengan istilah perjanjian ber-
kannya. Subagyo menggugat Ary Kalista atas nama (Muhammad Syaifuddin, 2012:32-22).
- Membuat suatu perjanjian pada dasarnya ti-
yakarta. Dalam pembelaannya Ary Kalista tidak dak terikat dengan suatu bentuk tertentu. KUH
mengaku telah melakukan wenprestasi dan juga Perdata tidak menyebutkan secara sistematis
tidak mengakui adanya perjanjian lisan tersebut. tentang bentuk perjanjian. Setiap pihak yang
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Kadir Muhammad. 1982. Hukum Perikatan. Bandung: Alumni.
Ahmadi Miru. 2007. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak
Annalisa Yahanan, Muhammad Syaifuddin, dan Yunial Laili Mutiari. 2009. Pejanjian Jual Beli Berklau-
sula Perlindungan Hukum Paten. Malang: Tunggal Mandiri Publishing.
Chidir Ali. 2005. Badan Hukum. Bandung: PT. Alumni.
Friedmann, Lawrance M. 2001. Pengantar Hukum Amerika, (American Law an Introduction) (Terjema-
Mariam Darus Badrulzaman. 2015. Hukum Perikatan dalam KUH Perdata Buku Ketiga. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
Muhammad Syaifuddin. 2012. Hukum Kontrak: Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat, Teori,
Dogmatik dan Praktik Hukum. Bandung: CV. Mandar Maju.
Munir Fuady. 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Buku Kedua. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
__________. 2014.Konsep Hukum Perdata
Peter Mahmud Marzuki. 2014. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
R. Subekti. 1996. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa.
_________. 2001. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT. Intermasa.
Salim H.S.. 2003. Hukum Kontrak
Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Richard Posner. 1977. “Gratuitous Promises in Law and Economics”. Journal Of Legal Studies. Vol. 6,
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
Internet
KRJogja.2015.http://www.krjogja.com/web/news/read/281572/pengusaha_salon_tertipu_komandan_
satgas, diakses tanggal 5 Februari2016.