Professional Documents
Culture Documents
KAWISTARA
VOLUME 8 No. 2, 22 Agustus 2018 Halaman 111-212
ABSTRACT
Rural Agribusiness Enterpreneurship Empowerment (RAEE) not only has a beneficial impact for the
farmers, but also has many problems. This research was intended 1) to know the performance of RAEE;
2) to know the effectiveness of RAEE on community income and its determining factors; 3) to know the
performance and efficiency of Agribusiness Micro Financing Institute (AMFI) and its determining factors.
The study was carried out from March until April 2013 in Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, and Sleman
Regencies. The respondents were 60 AMFIs and 120 member farmers. RAEE can increase farmer’s income;
reduce the number of poor people; increase the number of members, savings, and assets of the combined
farmer groups; increase employment, and encourage farmers not to lend to other institutions. But, RAEE
also has problems, including deviation of the distribution of RAEE funds, inappropriate use of RAEE
funds regard to the planning, problems of bad loans, unofficial legality of most of the AMFIs, and the low
capacity of human resources manager. The determinant factors of the RAEE effectiveness are the length
of the loan and the type of business. Most of the AMFI in DIY performs poorly. The determinant factors
of the AMFI efficiency are the amount of independent capital and the presence of mentoring. The steps
to improve RAEE include coaching and supervision of AMFI, control of bad loans, selecting the business
types of AMFI, and encouraging AMFI to become an official legal entity.
ABSTRAK
Program Pemberdayaan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) tidak hanya menguntungkan bagi petani,
tetapi juga memiliki banyak masalah. Penelitian ini bermaksud 1) untuk mengetahui implementasi PUAP; 2)
mengetahui efektivitas PUAP bagi perubahan pendapatan masyarakat dan faktor yang memengaruhinya;
3) mengetahui kinerja dan efisiensi LKM-A serta faktor yang memengaruhinya. Penelitian dilaksanakan
Maret sampai April 2013 di Kabupaten Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, dan Sleman. Sampel penelitian
ini yakni 60 pengurus LKM-A dan 120 petani anggota. PUAP mampu meningkatkan pendapatan petani;
mengurangi jumlah penduduk miskin; meningkatkan jumlah anggota, simpanan, dan aset gapoktan;
meningkatkan lapangan kerja dan mendorong petani untuk tidak meminjam dana ke lembaga lain. Akan
tetapi, PUAP juga mengalami masalah, diantaranya penyimpangan penyaluran dana PUAP, penggunaan
dana PUAP tidak sesuai rencana, kredit macet, sebagian besar LKM-A belum berbadan hukum serta
kapasitas SDM pengelola masih rendah. Faktor penentu efektivitas program PUAP yaitu lama pinjaman
dan jenis usaha. Sebagian besar LKM-A di DIY berkinerja kurang baik. Faktor penentu efisiensi LKM-A
adalah jumlah modal mandiri dan adanya pendampingan. Langkah untuk perbaikan PUAP antara lain
pengawasan dan pendampingan LKM-A; pengendalian kredit macet; pemilihan jenis usaha LKM-A, dan
pendorongan LKMA untuk menjadi lembaga yang berbadan hukum.
184
Agus Dwi Nugroho, -- Evaluasi Program Pemberdayaan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
185
Kawistara, Vol. 8, No. 2, 22 Agustus 2018: 184-194
PUAP. Jumlah responden Kabupaten Bantul, wawancara juga dilakukan terhadap dua petani
Kulon Progo, dan Gunungkidul yaitu 18 anggota tiap gapoktan atau total 120 petani.
gapoktan perkabupaten serta untuk wilayah Metode untuk memilih Gapoktan dan petani
Sleman adalah enam responden. Selanjutnya tiap kabupaten adalah metode acak (random).
Tabel 1
Sampel LKM-A Penelitian Berdasarkan Tahun Anggaran
No Kabupaten Tahun Anggaran
2008 2009 2010 2011
1 Bantul 6 4 4 4
2 Kulon Progo 4 3 8 3
3 Gunungkidul 2 4 3 9
4 Sleman 3 3 0 0
Jumlah 15 14 15 16
186
Agus Dwi Nugroho, -- Evaluasi Program Pemberdayaan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tabel 3
Klasifikasi Kinerja LKM-A
Ket Skor Skor Kategori
Maksimum Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik
Kinerja 55 < 38,5 38,51 – 44,00 44,01 – 49,5 49,51 – 55,00
Sumber : Saleh dkk., (2012)
187
Kawistara, Vol. 8, No. 2, 22 Agustus 2018: 184-194
188
Agus Dwi Nugroho, -- Evaluasi Program Pemberdayaan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Rp594.100.000. Dari keseluruhan dana untuk manajemen kelembagaan yang kurang baik.
usaha budidaya, alokasi dana terbesar untuk Kedua, perputaran dana di gapoktan terlalu
hortikultura (Rp1.001.400.000), peternakan (Rp lama sehingga petani anggota ada yang belum
878.850.000), tanaman pangan (Rp840.250.000) menerima dana PUAP.
serta perkebunan (Rp 85.400.000). Untuk Total gapoktan yang dibiayai oleh PUAP
usaha nonbudidaya, alokasi dana terbesar tahun 2008 di Kulon Progo sebanyak 33 unit atau
untuk pemasaran hasil pertanian skala mikro Rp3,3 miliar dengan alokasi pemakaian untuk
(Rp259.450.000), industri rumah tangga usaha budidaya sebesar Rp2.452.720.000,00 dan
pertanian (Rp175.050.000), dan usaha lain ber usaha non budidaya Rp847.288.000,00
basis pertanian (Rp159.600.000).
Gambar 3
Alokasi dana PUAP T.A 2008 di Kabupaten
(a) Kulon Progo
Sumber : Analisis data sekunder
189
Kawistara, Vol. 8, No. 2, 22 Agustus 2018: 184-194
190
Agus Dwi Nugroho, -- Evaluasi Program Pemberdayaan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
masih lemah sehingga banyak pinjaman yang di DIY mendapat dana PUAP tepat Rp100
bermasalah dan banyak petani yang tidak juta tanpa ada potongan biaya administrasi
mendapat dana bergulir. sedangkan 3,3% LKM-A menerima dana
kurang dari Rp100 juta yakni LKM-A di
Tabel 4 Gunungkidul. Selain itu, sebanyak 70,00%
Hasil Uji Regresi Faktor yang LKM-A di DIY mulai memiliki modal swadaya
Mempengaruhi Efektivitas Pinjaman berupa simpanan pokok, wajib, dan sukarela
Variabel Koefisien Sig. dengan besaran nominal simpanan bervariasi.
Konstanta -6.450 0.803 Pengamatan aspek organisasi menunjukkan
Tingkat pendidikan 1.185 0.247 seluruh gapoktan telah memiliki AD/ART,
Usia -0.202 0.479 tetapi sebanyak 15,00% belum lengkap serta
Besar pinjaman -3.030E-6 0.102 belum sepenuhnya gapoktan mematuhi
Lama pinjaman 1.782 0.065 ** aturan tersebut saat menjalankan kegiatan
Bimbingan -1.345 0.836 operasional. Faktor penghambat terbesar
Jenis usaha 14.117 0.045 * untuk kinerja input adalah sebagian besar
Prob. Chi-Square 0,7013 Adj R Squared 0,6586 LKM-A di DIY belum berbadan hokum, yaitu
Prob. Jarque Bera 0,6831 Prob. (F-statistic) 0,0000 mencapai 91,70%, sedangkan LKM-A yang
mengajukan status badan hukum ada 5,00%
Sumber : Analisis data primer (2012)
Keterangan : serta 3,30% merupakan LKM-A yang telah
* signifikan pada taraf nyata 5%
** signifikan pada taraf nyata 10%
berbadam hukum. Sebanyak 86,33% LKM-A
pernah mendapatkan pelatihan keuangan
mikro dari Kementerian Pertanian. Untuk
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis re kondisi sarana dan prasarana LKM-A sebagian
gresi memiliki varian yang sama atau tidak besar telah ada, tetapi masih belum lengkap.
mengalami heteroskedastisitas (probabilitas Penggunaan dana PUAP oleh petani ada yang
Chi-Square > 0,1) dan terdistribusi normal tidak sesuai dengan RUA (Rencana Usaha
(probabilitas Jarque Bera > 0,1). Seluruh variabel Anggota) karena kurangnya pengawasan dari
inde penden yang digunakan dalam regresi LKMA atau penyuluh pendamping sehing
mempengaruhi variabel dependen dengan ga dana digunakan petani untuk ke per
lu
65,86% variasi variabel independen mampu an lain. Bahkan dari hasil evaluasi, sebanyak
menjelaskan variasi variabel dependen. 39% petani menggunakan dana PUAP
Hasil analisis regresi menunjukkan bukan untuk kegiatan produktif, tetapi di
efektivitas program PUAP di tingkat petani gunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
dipengaruhi lama pinjaman dan jenis usaha. Ada pengelola yang tidak sesuai dengan
Apabila lembaga pelaksana memberikan persyaratan wajib seperti yang ditetapkan
waktu lebih panjang kepada petani dan Kementerian Pertanian yaitu minimal DIII.
memperhatikan jenis usaha peminjam maka Hasil evaluasi lapangan menunjukkan bahwa
efektivitas PUAP akan meningkat. Jenis banyak pengurus LKM-A yang berpendidikan
usaha off farm akan mampu meningkatkan di bawah DIII.
efektivitas PUAP. Akan tetapi, kuantitas usaha Untuk pelaksanaan tahapan proses
off farm masih sedikit, maka perlu dilakukan PUAP di DIY mencakup gapoktan yang telah
pengembangan jenis usaha tersebut. melakukan sosialisasi kepada anggota me
ngenai dana PUAP, tetapi banyak petani
Kinerja dan Tingkat Efisiensi yang kurang memahami maksud dan tujuan
Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis program PUAP. Penyuluh pendamping (PPL)
Pelaksanaan program PUAP di DIY untuk dan penyelia mitra tani (PMT) telah melakukan
kinerja input mencakup dana PUAP yang pendampingan yakni 38,33% LKM-A men
telah masuk ke rekening Gapoktan dan se dapat pendampingan lebih dari 12 kali, tetapi
suai dengan ketentuan dimana 96,7% LKM-A menurut LKM-A masih tidak optimal untuk
191
Kawistara, Vol. 8, No. 2, 22 Agustus 2018: 184-194
menyelesaikan masalah. Sebanyak 51,67% sisanya disalurkan sebagai modal usaha ang
LKM-A mampu menyalurkan dana kurang gota. LKM-A yang mampu menggalang dana
dari satu atau dua minggu setelah anggota dari pihak ketiga hanya 10,00%. Aset dana
mengajukan pinjaman, sedangkan 40,00% yang dikelola LKM-A cukup besar, yaitu antara
membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu Rp100 juta sampai Rp150 juta bahkan ada yang
sampai satu bulan serta sisanya menyalurkan lebih dari Rp150 juta.
dana lebih dari satu bulan. Sebagian besar Pelaksanaan PUAP di DIY telah mem
LKM-A mengadakan analisis kelayakan dan berikan dampak antara lain: Peningkatan
survei terhadap calon peminjam, tetapi banyak lapangan pekerjaan dan usaha baru bagi 88,33%
pula LKM-A yang tidak melakukan karena LKM-A serta dana PUAP juga menyebabkan
menyalurkan pinjaman atas dasar mengenal ketergantungan terhadap dana pemerintah
track record calon peminjam. Kegiatan pencatatan mencapai 8,33% LKM-A sedangkan sisanya
dan pembukuan rutin dilakukan oleh LKM-A, tidak tergantung dana pemerintah.
tetapi masih belum lengkap. Sebagian besar Untuk penilaian kinerja LKM-A, maka
LKM-A telah melakukan pengendalian dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1)
pengawasan pembiayaan walaupun masih Kinerja LKM-A yang berkategori kurang baik
banyak kredit macet. Mekanisme pemberian (nilai < 38,5) sebanyak 50,00% yang sebagian
insentif telah dilakukan 60% LKM-A, yaitu besar ada di Kulon Progo. (2) Kinerja LKM-A
dengan pemberian SHU bagi nasabah yang yang berkategori cukup baik (nilai 38,51-44,00)
tepat waktu dalam mengangsur. Mekanisme sebanyak 38,33% yang sebagian besar ada di
sanksi juga mulai diterapkan, tetapi belum Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. (3)
diterapkan secara tegas. LKM-A yang mampu Kinerja LKM-A yang berkategori baik (nilai
menggalang simpanan sukarela masih sangat 44,01-49,5) sebanyak 11,67% yang sebagian
kecil, yaitu 35%. Pelaksanaan RAT LKM-A besar ada di Bantul, dan (4) Tidak ada LKM-A
dilaksanakan tepat waktu setiap bulan Maret. yang berkategori kinerja sangat baik.
Pelaksanaan indikator output PUAP di LKM-A berkategori kurang baik memiliki
DIY mencakup LKM-A yang menyalurkan masalah utama di bagian input, belum berbadan
lebih dari 80% dana PUAP untuk usaha hukum, di bagian proses yaitu simpanan
pertanian ada 40% LKM-A, sedangkan LKM-A sukarela masih rendah, di bagian output yaitu
yang menyalurkan 50-80% dana PUAP untuk tingkat pinjaman bermasalah cukup tinggi
usaha pertanian ada 43,33% serta LKM-A yang serta di bagian outcome yaitu dana tambahan
menyalurkan kurang dari 50% dana PUAP dari pihak ketiga cukup rendah. Permasalahan
untuk usaha pertanian ada 16,67% LKM-A. tersebut terjadi hampir di semua LKM-A,
Jumlah LKM-A yang menyalurkan lebih dari ter
utama di Kulon Progo, sehingga banyak
50% dana untuk petani miskin ada 51,67% LKM-A dalam kategori kurang baik. Sebagian
LKM-A serta ada 6,67% tidak menyalurkan besar LKM-A di Kulon Progo menyalurkan
dana PUAP untuk petani miskin sedangkan seluruh modal untuk usaha budidaya sehingga
sisanya menyalurkan kurang dari 50% perputaran dana berjalan lambat.
dana untuk petani miskin. Seluruh LKM-A Kinerja LKM-A di Bantul sebagian besar
menyalurkan lebih dari 50% bahkan lebih dari termasuk baik dan cukup baik karena pene
100% dana yang ada untuk simpan pinjam rapan kebijakan pemerintah daerah yang
anggota, dan jumlah kredit bermasalah dengan mewajibkan gapoktan penerima dana PUAP
persentase lebih dari 5% terdapat pada 70% sudah membentuk LKM-A di tahun pertama.
LKM-A, sedangkan yang mengalami kredit Hal ini mampu mendorong kinerja dan
bermasalah kurang dari 5% mencapai 30% manajemen keuangan LKM-A yang lebih pro
LKM-A. fesional dengan sistem operasional yang baik.
Pelaksanaan indikator outcome PUAP di Apabila kinerja LKM-A ditinjau berdasar
DIY mencakup SHU bagi anggota sudah cukup kan tahun anggaran PUAP, maka dapat diklasi
besar yakni mencapai 65,00%, sedangkan fikasikan sebagai berikut: (1) Untuk LKM-A
192
Agus Dwi Nugroho, -- Evaluasi Program Pemberdayaan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
penerima dana PUAP tahun anggaran 2008 dari nilai tabel chi square pada taraf 5% (14,07)
menunjukkan kinerja 50% kurang baik, 35,71% dan nilai R2 McFadden 0,1758 atau 17,58%
cukup baik, 14,29% berkategori baik serta tidak variasi semua variabel independen mam
ada LKM-A berkategori sangat baik, (2) Untuk pu menjelaskan variasi variabel dependen.
LKM-A penerima dana PUAP tahun anggaran Dengan analisis logit ini, maka variabel dummy
2009 menunjukkan kinerja 50% kurang baik, pada variabel dependen dan independen
35,71% cukup baik, 14,29% berkategori baik tidak menimbulkan permasalahan hetero
serta tidak ada LKM-A berkategori sangat skedastisitas.
baik, (3) Untuk LKM-A penerima dana PUAP Hasil analisis menunjukkan tingkat
tahun anggaran 2010 menunjukkan kinerja efisiensi LKM-A dipengaruhi besar modal
53,33% kurang baik, 40,00% cukup baik, mandiri dan dummy pendampingan. Semakin
6,67% berkategori baik serta tidak ada LKM-A besar modal mandiri yang berhasil dikum
berkategori sangat baik, dan (4) Untuk LKM-A pulkan oleh LKM-A maka tingkat efisiensi
penerima dana PUAP tahun anggaran 2011 LKM-A akan semakin meningkat pula.
menunjukkan kinerja 47,06% kurang baik, Untuk dummy pendampingan berpengaruh
41,18% cukup baik, 11,76% berkategori baik terhadap efisiensi dengan semakin intensif
serta tidak ada LKM-A berkategori sangat baik. pendampingan dari tim teknis PUAP, maka
Berdasarkan analisis tahun penerimaan efisiensi LKM-A akan meningkat pula. Hasil ini
PUAP, sebagian besar LKM-A termasuk juga selaras dengan penelitian (Sandyatma dan
kategori kurang baik. Untuk kategori cukup Hariadi, 2012) yang menyatakan bahwa pen
baik, LKM-A penerima dana tahun 2008- dampingan akan memperbaiki kinerja lembaga
2011 memiliki variasi yang sama. Perbedaan pertanian.
cukup jelas terjadi untuk kategori baik dimana Tabel 5
LKM-A penerima PUAP tahun 2008 dan 2009 Hasil Analisis Regresi Faktor yang
cukup banyak yang termasuk kategori ini Mempengaruhi Tingkat Efisiensi LKM-A
dibandingkan penerima PUAP tahun 2010 dan Variabel Koefisien Prob.
2011. Akan tetapi, secara keseluruhan dapat C -1.186584 0.750
disimpulkan bahwa kinerja tidak ditentukan Usia LKM-A -0.576688 0.222
tahun ketika LKM-A menerima dana PUAP. Pendidikan 0.028479 0.913
Hasil analisis efisiensi LKM-A di DIY Waktu Pelayanan 0.002648 0.660
dengan metode DEA menunjukkan bahwa Tunggakan 1.02E-08 0.657
76,32% LKM-A efisien dalam melaksanakan Modal Mandiri 1.30E-08 0.035 *
operasional kegiatan sedangkan 23,68% tidak Bunga 0.163364 0.177
efisien. Apabila ditinjau berdasarkan tahun Dummy Pendampingan 2.456483 0.059**
anggaran PUAP, maka dapat diperoleh hasil LR statistic (7 df) 18,234261
yaitu (1) Penerima dana PUAP tahun anggaran McFadden R-squared 0,175825
2008 terdapat 100% LKM-A yang telah efisien,
Sumber : Analisis data primer (2013)
(2) Penerima dana PUAP tahun anggaran 2009 Keterangan :
terdapat 85,71% LKM-A yang telah efisien * signifikan pada taraf nyata 5%
** signifikan pada taraf nyata 10%
sedangkan 14,29% tidak efisien, (3) Penerima
dana PUAP tahun anggaran 2010 terdapat
SIMPULAN
73,33% LKM-A yang telah efisien sedangkan
Program PUAP berdampak pada pe
26,67% tidak efisien, dan (4) Penerima dana
ningkatan pendapatan petani; mengurangi
PUAP tahun anggaran 2011 terdapat 82,35%
jumlah penduduk miskin; meningkatkan
LKM-A yang telah efisien sedangkan 17,65%
jumlah anggota, simpanan dan aset gapoktan;
tidak efisien.
lapangan kerja akan meningkat dan petani
Tabel 5 menunjukkan hasil analisis yang
tidak meminjam dana ke lembaga lain. Akan
memengaruhi efisiensi LKM-A dimana nilai
tetapi, pelaksanaan PUAP juga mengalami
statistik likelihood ratio (18,234) lebih besar
beberapa masalah di antaranya terdapat
193
Kawistara, Vol. 8, No. 2, 22 Agustus 2018: 184-194
194
Agus Dwi Nugroho, -- Evaluasi Program Pemberdayaan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
195