You are on page 1of 14

Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak (2021) 5(2), 118-131

JURNAL PENELITIAN KEHUTANAN FALOAK

Akreditasi KEMENRISTEKDIKTI: 10/E/KPT/2019 e-ISSN 2579 5805


p-ISSN 2620 617X
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPKF

DAYA SAING MADU KELULUT LOMBOK, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


(The Competitiveness of Honey Kelulut Lombok, West Nusa Tenggara Province)

Yumantoko1* dan Ramdiawan1


1
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BPPTHHBK). Alamat : Jalan Dharma Bakti
No 7 Desa Langko, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.83371

ABSTRACT
Kelulut honey is one of the prioritized NTFPs in West Nusa Tenggara Province regarding its economic potential for the
communities. In addition, related stakeholders have provided supports such as training, incentives, forest area
management, industrialization and marketing. However, these supporst do not effectively encourage many community
members to pay serious attention in cultivating kelulut bees. It can be seen from the many abandoned stup (bee box)
from aid and the apathy due to the doubts about the economic potential of this business. This study aims to describe the
advantages of kelulut honey cultivation in Lombok from a financial perspective. The study was conducted in two
districts, West Lombok and North Lombok. Primary data was collected through interviews using a questionnaire with a
purposive technique. The data was analyzed using the Policy Analysis Matrix (PAM). The results showed that kelulut
honey from Lombok has competitive and comparative advantages. However, government policies remain less affected
by the increasing income of bee farmers. So, efforts from stakeholders are still required to intervene in the business to
attract more people in cultivating kelulut bees.
Keywords : kelulut bee, honey, competitiveness, PAM, Lombok

ABSTRAK
Madu kelulut merupakan salah satu HHBK unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat karena memberi banyak manfaat
untuk masyarakat. Para pihak telah memberi intervensi antara lain dengan pelatihan, insentif modal, penataan kawasan,
industrialisasi, pemasaran, dan lain sebagainya. Namun hal itu kurang mendorong masyarakat untuk mengusahakan,
terlihat dari stup (kotak lebah) bantuan banyak terbengkalai dan sikap apatis karena ragu dengan potensi ekonomi madu
kelulut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keunggulan pengusahaan madu kelulut di Lombok dilihat dari sisi
finansial. Penelitian dilakukan di dua kabupaten yaitu Lombok Barat dan Lombok Utara. Data primer diperoleh lewat
wawancara menggunakan kuesioner dengan teknik purposive sampling. Data selanjutnya diolah menggunakan Policy
Analisis Matrix (PAM). Hasilnya menunjukkan bahwa madu kelulut dari Lombok memiliki keunggulan kompetitif
dan komparatif. Namun kebijakan pemerintah belum cukup banyak memengaruhi peningkatan pendapatan petani
sehingga masih diperlukan usaha dari para pihak dalam mengintervensi pengusahaan agar menarik lebih banyak lagi
masyarakat dalam membudidayakan lebah kelulut.
Kata Kunci : lebah kelulut, madu, daya saing, PAM, Lombok

Article Info
Corresponding Author : yumant@gmail.com (Yumantoko)
Articel History : Received 10 October 2021; received in revised from 14 October 2021; accepted 22 October 2021;
Available online since 31 October 2021
How to cite this article : Yumantoko., Ramdiawan (2021). Daya Saing Madu Kelulut Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak, 5(2):118-131. DOI :
http://doi.org/10.20886/jpkf.2021.5.2.118-131
Read Online Scan this QR code by
Your mobile device
To read online ©JPKF-2021. Open access under CC BY-NC-SA license
Daya Saing Madu Kelulut …
(Yumantoko dan Ramdiawan)

I. PENDAHULUAN Peraturan Menteri Kehutanan No 19 Tahun


Madu merupakan salah satu HHBK 2009 Tentang Grand Strategi Pengembangan
(Hasil Hutan Bukan Kayu) unggulan Provinsi HHBK. Dalam peraturan tersebut terdapat
Nusa Tenggara Barat. Di Lombok, madu panduan mengusahakan madu agar mencapai
banyak dihasilkan dari lebah jenis kelulut standar internasional. Namun kerjasama yang
(orang banyak menyebut dengan lebah trigona) dominan dalam pengembangan perlebahan
yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai masih terpusat pada lembaga kehutanan
suplemen makanan dan obat herbal. Rantai terutama pemerintah, padahal potensi
pasok madu mulai dari produsen/pemburu ke kerjasama dengan lembaga lain diluar itu dapat
konsumen banyak memberi pendapatan pada mempercepat proses pengembangan usaha
masing-masing aktor terutama rumah tangga perlebahan menjadi lebih baik. Dalam beberapa
(Ramadhan et al., 2021) . Terkadang pelaku tahun ini di Lombok, para pihak telah memberi
usaha madu kesulitan dalam memenuhi intervensi dengan pelatihan, insentif modal,
permintaan konsumen karena stok terbatas penataan kawasan, industrialisasi, pemasaran,
(Winahyu et al., 2021). Sementara itu, dan lain sebagainya antara lain dari DKPP
budidayanya masih perlu untuk ditingkatkan KLU, Dinas Perindustrian Lombok Barat,
lagi kualitasnya (Budiman & Mulyadi, 2019). BPDAS Dodokan Moyosari, Dinas LHK
Di beberapa lokasi pengusahaan kurang Provinsi NTB, BPPTHHBK, KPH Rinjani
berkembang karena informasi yang dibutuhkan Barat, KPHL Rinjani Timur, BTN Gunung
tentang budidaya kelulut belum sampai kepada Rinjani, Bank Indonesia, Universitas Mataram,
para petani, sehingga mereka WWF, dan lainnya (Wahyuni et al., 2020).
mempertimbangkan usaha lain yang sudah Informasi tentang cara budidaya yang baik
jelas menjanjikan, misalnya usaha tanaman yang disosialisaskikan banyak pihak belum
pertanian (Syafrizal et al., 2021). Selain itu bisa secara penuh memengaruhi masyarakat
biasanya budidaya hanya sebatas untuk memperhitungkan pengusahaan madu kelulut
konsumsi pribadi (Riendrasari et al., 2014). dari sisi finansial, sehingga banyak masyarakat
Kelembagaan dalam pengusahaan lebah ini membudidayakannya sebagai usaha sampingan
belum maksimal seperti: 1) belum memiliki (Yumantoko & Riendrasari, 2015).
struktur organisasi yang mantap, lebih banyak Dengan melihat latar belakang,
bergerak secara informal 2) tidak memiliki penelitian pengusahaan perlebahan kelulut dari
manajemen yang tertata (Wahyuni et al., 2020). sisi analisis finansial penting untuk dilakukan.
Terkadang, petani menghadapi kesulitan dalam Dengan mengetahui hasil analisis tersebut
mencari bahan baku usaha seperti peralatan diharapkan pengusahaan madu kelulut bukan
pertukangan, kayu, dan koloni. Sehingga masih lagi hanya sekedar sampingan atau hobi saja
banyak ditemui pembudidaya yang kesulitan namun diusahakan dengan metode
mempraktikkan cara baru yang lebih efektif pengusahaan yang tepat agar menjadi salah
dalam budidaya (Rahmayanti et al., 2018). satu pendapatan utama bagi keluarga.
Para pihak telah melakukan
pengembangan pengusahaan perlebahan.
Intervensi yang dilakukan seperti pada

119
Jurnal Vol. 5 No. 2 Oktober 2021: 118-131

II. METODE PENELITIAN pengalaman budidaya lebih dari satu tahun dan
A. Lokasi Penelitian usaha masih berjalan. Data yang dikumpulkan
Penelitian dilakukan pada tahun 2018 di berupa daftar harga input dan output usaha dari
Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten masing-masing unit usaha yang dilakukan oleh
Lombok Utara. Pemilihan lokasi adalah responden.
berdasarkan hasil penelitian Riendrasari et al., C. Analisis data
(2014) yang menyebut bahwa pengusahaan Penelitian ini menggunakan Analisis
lebah kelulut sudah marak di dua kabupaten Matriks Kebijakan (Policy Analysis
tersebut. Di Kabupaten Lombok Utara Matrix/PAM). PAM digunakan untuk : analisis
pengambilan sampel di Kecamatan Tanjung, kelayakan baik secara privat maupun secara
dan Kecamatan Gangga, sedangkan di sosial, serta dampak intervensi atau kebijakan
Kabupaten Lombok Barat pengambilan sampel pemerintah terhadap sistem komoditas.
di Kecamatan Lingsar, dan Kecamatan Analisis daya saing membutuhkan data pokok
Batulayar. Kecamatan tersebut memiliki petani dan proses sebagai berikut; (a) data
yang mengusahakan lebah kelulut baik sendiri input-output fisik usaha tani komoditas yang
maupun berkelompok dan populasi stupnya diteliti; (b) Harga finansial dan ekonomi
termasuk banyak. input-output fisik usaha tani; (c) pemisahan
B. Metode Pengambilan Sampel komponen domestik dan asing masukan (input )
Pemilihan sampel dilakukan menggunakan usaha tani; (d) penghitungan indikator hasil
metode purposive dengan kriteria petani yang analisis keuntungan, efisiensi finansial dan
berada di Lombok Barat dan Lombok Utara. ekonomi, dan dampak kebijkan pemerintah
Setiap kabupaten dipilih dua lokasi yang (Rusastra et al., 2004). Gambaran PAM dapat
pengusahaan kelulutnya dominan. Responden dilihat pada Tabel 1.
yang dipilih merupakan petani yang memiliki

Tabel 1. Policy Analysis Matrix (PAM)


Table 1. Policy Analysis Matrix
Biaya (Cost)
Penerimaan
Input tradable Faktor Internal Keuntungan
(Revenue)
(Tradable Input) (Internal Factor) (Profit)
Harga privat A B C D = A-B-C
Harga sosial E F G H = E-F-G
Divergensi I = A-E J = B-F K = C-G L = I-J-K = D-H
Sumber (source): Monke & Pearson( 1989), dan Pearson, Gotsch, & Bahri, (2005)
Keterangan (Remarks):
A = Penerimaan Privat G = Biaya Input Non Tradable Sosial
B = Biaya Input Tradable Privat H = Keuntungan Sosial
C = Biaya Input Non Tradable Privat I = Transfer Output
D = Keuntungan Privat J = Transfer Input Tradable
E = Penerimaan Sosial K = Transfer Faktor
F = Biaya Input Tradable L = Transfer Bersih

120
Daya Saing Madu Kelulut …
(Yumantoko dan Ramdiawan)

Untuk menganalisis daya saing dapat b. Domestic Resources Cost Ratio (DRCR) =
dijabarkan berdasar analisis keuntungan, G/(E-F), yaitu indikator yang menunjukan
efisiensi finansial, dan dampak kebijakan jumlah sumber daya domestik yang dapat
pemerintah adalah sebagai berikut : (Zakaria dihemat untuk menghasilkan satu unit
et al., 2010) devisa system mempunyai keunggulan
1. Analisis Keuntungan komparatif.
a. Private Profitability/Keuntungan Privat 3. Dampak Kebijakan Pemerintah
(PP), D=A-(B+C), merupakan indikator a. Kebijakan output
daya saing dari sistem komoditas (1) Output Transfer (OT) = A-E, jika nilai
berdasarkan teknologi, nilai output, biaya OT>0 menunjukan adanya transfer dari
input, dan transfer kebijakan. masyarakat atau pemerintah terhadap
Keuntungan privat dihitung menggunakan produsen, demikian juga sebaliknya
harga aktual di lapangan. Data yang (2) Nominal Protection Coefficient on
digunakan berasal dari petani. Perhitungan Output (NPCO) = A/E. kebijakan
ini untuk mencari keuntungan dengan cara bersifat protektif terhadap output, jika
menghitung seluruh keuntungan yang nilai NPCO>1. Semakin besar nilai
kemudian dikurangi beban usaha. Untuk NPCO, berarti semakin tinggi tingkat
menghitung baik keuntungan privat dan protektif pemerintah terhadap output.
sosial, penelitian ini mencari perhitungan b. Kebijakan Input-Output
untuk satu stup. Kemudian agar dapat (1) Effective Protection Coefficient (EPC)
menggambarkan dari suatu unit usaha maka =(A-B)/(E-F), yaitu indikator yang
dikali dengan seratus atau menghitung untuk menunjukan tingkat proteksi simultan
seratus stup. Pada lampiran 1 disajikan terhadap output dan input tradable.
komponen perhitungan keuntungan privat Kebijakan masih bersifat protektif jika
yang digunakan. EPC>1. Semakin besar nilai EPC,
b. Social Profitability/Keuntungan Sosial (SP), berarti semakin tinggi tingkat proteksi
H=E-(F+G), merupakan indikator pemerintah terhadap komoditas
keuntungan komparatif dari sistem pertanian domestik.
komoditas pada kondisi tidak ada divergensi (2) Profitability Coefficient (PC) = D/H;
harga akibat kebijakan. Perhitungan ini jika PC = 0 berarti secara keseluruhan
menggunakan gabungan antara harga riil di kebijakan pemerintah memberikan
lapangan dengan harga yang tidak insentif kepada produsen.
sebenarnya atau harga bayangan. Pada (3) Subsidy Ratio to Producer (SRP) =
lampiran 2 disajikan komponen perhitungan (D-H)/E. Indikator yang menunjukan
keuntungan sosial. proporsi penerimaan pada harga sosial
2. Efisiensi Finansial (Keunggulan kompetitif) yang diperlukan apabila subsisdi
dan Efisiensi Ekonomi (Keunggulan digunakan sebagai pengganti kebijakan
Komparatif)
a. Private Cost Ratio (PCR) = C/ (A-B), yaitu
indikator yang menunjukan kemampuan
sistem usaha untuk membayar biaya
domestik dan tetap kompetitif

121
Jurnal Vol. 5 No. 2 Oktober 2021: 118-131

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Lombok Utara yaitu 7 persen tidak sekolah.
A. Karakteristik Responden Sebagian besar mereka yang membudidayakan
Tabel 2 menyajikan informasi lebah bekerja sebagai petani yaitu 77 persen di
karakteristik responden di lokasi penelitian. Lombok Barat, dan 60 persen di Lombok Utara.
Penelitian ini mengumpulkan data 60 Di Lombok Utara 60 persen responden menjadi
responden yang tersebar di Lombok utara anggota kelompok tani, di Lombok Utara
sebanyak 30 orang dan Lombok Barat jumlahnya lebih besar lagi yaitu 87 persen.
sebanyak 30 orang. Rata-rata umur petani rata-rata lama usaha tidak terlalu berbeda, di
lebah di kedua lokasi tidak jauh berbeda Lombok Barat rata-rata sudah berjalan 4,6
dimana di Lombok Barat 44, 4 tahun, dan tahun, dan 4,9 tahun di Lombok Utara.
Lombok Utara 40,5 tahun. Tingkat pendidikan Kepemilikan stup di Lombok Barat rata-rata
di kedua lokasi yaitu di Lombok Barat 72,6 buah, dan 101,9 buah stup di Lombok
sebanyak 3 persen responden tidak sekolah, di Utara.

Tabel 2. Karakteristik Responden


Table 2. Characteristics of Respondents
No (No) Kriteria (Criteria) Lombok Barat Lombok Utara
1 Jumlah Responden 30 30
2 Rata-rata umur 44,4 Tahun 40,5
3 Pendidikan Tidak sekolah : 3% Tidak sekolah : 7%
SD : 53% SD : 40%
SMP : 10% SMP : 7%
SMA : 27% SMA : 30%
S1 : 7% D3 : 3%
S1 : 13%
4 Pekerjaan Petani : 77% Petani : 60%
Lain-lain : 23% Guru : 7%
Lain-lain :
5 Anggota kelompok tani/Non anggota Anggota : 60 % Anggota : 87%
Non anggota : 40% Non anggota : 13%
6 Rata-rata lama usaha perlebahan 4,6 tahun 4,9 tahun
7 Rata-rata kepemilikan stup per 72,6 buah 101,9 buah
responden

B. Perhitungan Policy Analysis Matrix per satu stup. Hasil perhitungan dikali seratus
(PAM) atau perhitungannya menjadi seratus stup agar
Hasil penghitungan PAM disajikan pada dapat menggambarkan skala usaha di
Tabel 3 dengan menggunakan satuan analisis masyarakat.

122
Daya Saing Madu Kelulut …
(Yumantoko dan Ramdiawan)

Tabel 3. Perhitungan PAM untuk 100 buah stup


Table 3. PAM calculation for 100 stups
Biaya (Cost)
Keuntungan
Pendapatan (Income) Input Tradable Faktor Internal
Profit
(Tradable Input) (Internal Factor)
Lombok Barat
Privat 4.539.807 4.770.478 146.234 - 376.914
Sosial 19.292.999 4.770.478 146.234 14.376.287
Dampak Divergensi - 14.753.192 0 0 - 14.753.201
Lombok Utara
Privat 7.221.278 6.818.894 26.707 375.677
Sosial 30.598.128 6.818.894 26.707 23.752.527
Dampak Divergensi -23.376.850 0 0 - 23.376.850

Asumsi yang digunakan dalam perhitungan sama dengan biaya privat sehingga dampak
adalah, pertama harga privat adalah harga divergensinya menjadi 0.
aktual yang dikeluarkan oleh petani tanpa Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
menambahkan harga bayangan baik untuk bahwa madu kelulut dari Lombok memiliki
analisis input maupun analisis output. Kedua, daya saing dengan madu luar negeri terutama
dalam menentukan faktor pengganti dari faktor Malaysia. Penelitian ini menggunakan harga
produksi tanah untuk kegiatan usaha yang lain bayangan Malaysia dengan satuan kilo. Harga
dianggap nol karena berdasarkan kondisi satu kilo madu kelulut di Malaysia pada saat
dilapangan, para petani banyak yang dilakukan penelitian yaitu 200-400 Ringgit
menggunakan tembok untuk menggantung stup (Abdurofi, 2018). Perlu diketahui bahwa
sehingga opportunity cost lahannya tidak Malaysia merupakan salah satu eksportir madu
dihitung. Sedangkan untuk menentukan terbesar di kawasan ASEAN terutama untuk
keuntungan sosial, penelitian ini menggunakan tujuan Eropa (Tempo.com, 2015). Sementara
asumsi harga bayangan. Harga bayangan itu ekspor madu Indonesia pada periode yang
sangat berguna ketika peneliti kesulitan sama (2004-2018) mengalami trend penurunan
menentukan nilai yang tepat dari harga (Ariyanto et al., 2021).
sesungguhnya. Alasan penggunaan harga Keuntungan privat di Lombok Barat untuk
bayangan adalah pertama, harga ini tidak tahun pertama negatif (- Rp 376.914). Hal ini
mencerminkan biaya lain jika sumberdaya disebabkan karena tergerus dengan biaya
tersebut digunakan untuk hal lain. Kedua, memulai usaha seperti pembelian bahan baku
harga yang didapat masyarakat tidak modal. Untuk tahun berikutnya diasumsikan
mencerminkan nilai dari barang yang didapat beban usaha untuk modal sudah tidak ada. Di
(Gittinger, 1972). Perhitungan untuk input Kabupaten Lombok Utara sejak tahun pertama
tradable dan faktor internal dapat memperoleh untung sebesar Rp 375.677. Hal
menggunakan harga yang mendekati atau sama ini bisa jadi karena produksi madu di
harga privat karena distorsi pasar baik lahan, Kabupaten Lombok Utara secara keseluruhan
tenaga kerja maupun biaya modal kurang bisa lebih banyak dari Lombok Barat.
terlihat (Sukmaya et al., 2016; Monke & Biaya produksi di Lombok Utara lebih
Pearson, 1989 ), untuk itu biaya sosial dihitung besar dari Lombok Barat, hal ini dikarenakan

123
Jurnal Vol. 5 No. 2 Oktober 2021: 118-131

petani di Lombok Utara lebih memilih sosial yang lebih besar dari Lombok Barat, hal
menggunakan bahan yang bagus kualitasnya. ini dipengaruhi oleh produksi madu disana
Misalnya untuk membuat stup, kandang, lebih tinggi. Baik Lombok Utara maupun
peralatan panen, dan lain sebagainya. Dengan Lombok Barat sama-sama memiliki
menggunakan berbagai bahan dan peralatan keuntungan sosial yang positif. Hal ini berarti
yang bagus mampu mendukung kelancaran bahwa kedua daerah tersebut memiliki
usaha, namun biaya juga ikut besar. Sedangkan keunggulan komparatif dalam pengembangan
di Lombok Barat masih ada pembudidaya yang madu kelulut.
belum memperhatikan kualitas misalnya masih Dampak kebijakan terhadap usaha lebah
ada pembudidaya yang belum memindahkan kelulut dianalisis berdasarkan tujuh rasio yang
koloni ke stup, atau dengan kata lain koloni disajikan pada Tabel 4.
masih di tempat aslinya misalnya bambu.
Hasil penghitungan memperlihatkan
bahwa Lombok Utara memiliki keuntungan

Tabel 4. Indikasi Kebijakan Pada Sistem Usaha Tani Madu


Table 4. Policy Indications in the Honey Farming System

No (No) Rasio (Ratio) Lombok Barat Lombok Utara


1 NPCO (Nominal ProtectionCoefficient of Output) 0,235 0,236
2 NPCI (Nominal Protection Coefficient of Input) 1 1
3 PCR (Private Cost Ratio) -0,633 0,004
4 DRCR (Domestic Resource Cost Coeficient) 0,01 0,001
5 EPC (Effective Protection Coeficient) 0,0158 0,0169
6 PC (Profiitiability Coefficient) -0,0262 0,0158
7 SRP (Sudsidy Ratio to Producer) -0,764 -0,763

Nilai NPCO adalah koefisien proteksi output Nilai NPCI baik Lombok Utara dan
nominal yang diperoleh dari penerimaan privat Lombok Barat menunjukan angka yang sama
dibagi dengan perolehan sosialnya. Kebijakan “1”. Hal ini menunjukan bahwa harga input
dikatakan protektif jika NPCO > 1, dan tradable di kedua lokasi tersebut sama dengan
NPCO<1 menunjukan bahwa tidak ada harga di tingkat nasional.
protektif dari pemerintah. Dalam Tabel 4 Nilai PCR kurang dari 1 yang artinya
menunjukan bahwa nilai NPCO baik di adalah , usaha ini memiliki keunggulan
Lombok Utara dan Lombok Barat memiliki kompetitif dan menguntungkan. Sedangkan
perbedaan yang sangat kecil yakni 0,235 dan PCR >1 berarti usaha tidak memiliki
0,236 yang berarti bahwa dimana petani keuntungan. Nilai PCR menunjukan besaran
menerima harga aktual yang lebih rendah dari sistem komoditi dalam membiayai input non
harga seharusnya. tradable pada level privat. Berdasarkan Tabel 4,

124
Daya Saing Madu Kelulut …
(Yumantoko dan Ramdiawan)

usaha budidaya lebah kelulut yang baik yang pemerintah tidak bisa meningkatkan
berada di Lombok Utara maupun Lombok keuntungan. Berdasar perhitungan, SRP
Barat memiliki nilai dibawah 1, ini artinya bernilai negative baik di Lombok Utara dan
adalah komoditas madu kelulut yang berasal Lombok Barat. Ini artinya adalah kebijakan
dari dua daerah tersebut memiliki keunggulan selama ini belum mampu meningkatkan
kompetitif. keuntungan petani. Diperlukan usaha yang
Nilai DRCR >1 memiliki arti usaha yang lebih besar lagi agar intervensi pemerintah
dijalankan tidak memiliki keunggulan mampu merubah pendapatan. Misalnya
komparatif. Nilai DRCR <1 menunjukan pemberian bantuan modal untuk pembuatan
bahwa usaha budidaya lebah kelulut memiliki stup dan kandang lebah.
keungguan komparatif. Usaha ini dapat
C. Upaya Meningkatan Daya Saing
berjalan tanpa adanya intervensi pemerintah.
Keunggulan kompetitif dan komparatif
Dari Tabel 4 menunjukan bahwa usaha
adalah keunggulan yang sengaja diciptakan
budidaya lebah kelulut yang dilakukan baik di
dengan cara memeroleh hasil terbaik dengan
Lombok Utara dan Lombok Barat memiliki
biaya seefisien mungkin. Ada beberapa cara
keunggulan komparatif karena lebih murah dari
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
harga madu di tingkat internasional.
daya saing. Berdasarkan perhitungan pada tabel
Nilai EPC > 1 memperlihatkan bahwa
4 untuk meningkatkan daya saing (agar nilai
pemerintah meningkatkan harga output atau
PCR < 1), yaitu mengurangi beban usaha dan
input tradabel diatas harga sosial. Dan apabila
menaikan keuntungan, misalnya dengan
nilai EPC <1 menunjukan bahwa kebijakan
memberi insentif kepada petani yang akan
yang diterapkan tidak berjalan efektif. Dari
memulai usaha seperti bantuan peralatan dan
Tabel 4 menunjukan bahwa baik di Kabupaten
modal pinjaman dengan bunga rendah.
Lombok Utara maupun Lombok Barat
Peningkatan keuntungan dapat diperoleh
memiliki nilai EPC dibawah angka 0 yang ini
dengan cara memperbanyak produksi madu
berarti bahwa kebijakan yang diterapkan tidak
dengan penggunaan cara-cara tepat dalam
berjalan efektif.
produksi misalnya dengan pemilihan koloni
Nilai PC digunakan untuk meng hitung
lebah yang berkualitas, perawatan stup secara
dampak seluruh transfer atas keuntungan privat
rutin, dan pemanenan yang memerhatikan
dan sosial. Nilai PC <1 berarti pemerintah
kelestarian lebah. Sementara itu, Su et al.
memberikan insentif kepada produsen,
(2020) melihat bahwa untuk meningkatkan
sedangkan PC>1 menunjukan bahwa kebijakan
daya saing produk kehutanan adalah dengan
pemerintah membuat pendapatan produsen
membuat nilai tambah. Salah satu
lebih kecil jika tidak ada kebijakan. Berdasar
permasalahan selama ini adalah kurangnya
Tabel 4 menunjukan bahwa baik di Lombok
inovasi dalam pemasaran dan hal ini dapat
barat maupun Lombok Utara memiliki nilai
menurunkan penjualan ( Evelin et al., 2021).
yang berada dibawah angkat 1 yang
Sebagian besar produk perlebahan di Lombok
menunjukan bahwa pemerintah memberikan
dijual dalam bentuk madu. Polen dan propolis
insentif kepada pengusaha.
belum dimanfaatkan secara baik. Penciptaan
Nilai SRP bernilai positif maka intervensi
nilai tambah dengan berbagai macam produk
pemerintah mampu meningkatkan keuntungan,
olahan selain madu seperti dari hasil propolis,
sebaliknya apabila negatif berarti intervensi
dan polen diharapkan akan menambah

125
Jurnal Vol. 5 No. 2 Oktober 2021: 118-131

pendapatan petani (Pribadi et al., 2020). Selain pasar lebih terbuka, kelompok tani dapat
itu lebah kelulut memiliki potensi sebagai bermitra dengan pihak lain misalnya industri
atraksi wisata yang menarik (Febriani & yang membutuhkan bahan baku madu seperti
Saputra, 2018) farmasi dan makanan, sehingga kepastian pasar
Menurut Porter (1987) daya saing dapat menjadi lebih terjamin dan luas.
ditingkatkan dengan empat hal: kondisi faktor
(factor condition), kondisi permintaan (demand IV. KESIMPULAN
condition), industri terkait dan industri Berdasarkan hasil analisis PAM
pendukung yang kompetitif (related and menunjukan bahwa usaha budidaya lebah
supporting industry), dan kondisi terstruktur, kelulut di Lombok memiliki daya saing. Secara
persaingan dan strategi industry (firm strategy, umum Lombok Utara memiliki keunggulan
structure, and rivalry). Untuk faktor kondisi lebih baik dari Lombok Barat dalam hal
yang berkaitan dengan sumber daya alam di produktivitas. Intervensi yang dapat dilakukan
Lombok Utara dan Lombok Barat sudah untuk membuat daya saing adalah dengan
mendukung misalnya ketersedian pakan yang meningkatan produksi dan menekan biaya
mencukupi di tempat tertentu yang vegetasi produksi. Peningkatan produksi dapat
tanamannya menghasilkan pakan lebah dalam dilakukan mulai dari pemilihan koloni yang
jumlah banyak. Para pihak telah berkualitas, perawatan stup, dan panen yang
mengintervensi diantaranya dengan penanaman memerhatikan kelestarian lebah. Selain itu
tanaman yang disukai lebah. Untuk demand perlu diupayakan diversifikasi produk
atau permintaan madu diperkirakan untuk perlebahan agar tidak tergantung dengan hasil
beberapa tahun kedepan akan tinggi ( Pratama, dari madu saja, misalnya petani dapat
Fauzi, & Sukardi, 2020). Industri pendukung memanfaatkan potensi polen dan propolis.
yang berkaitan dengan produksi dan pasca Biaya input dapat ditekan dengan pemberian
produksi madu masih terbuka dan berkembang insentif kepada petani yang akan memulai
(Kamila et al., 2017). Industrialisasi mulai dari usaha seperti bantuan peralatan dan modal
hulu hingga hilir perlu didorong sehingga pinjaman dengan bunga rendah yang dapat
nantinya hal ini dapat menekan biaya produksi disalurkan oleh berbagai lembaga keuangan
menjadi rendah dan produk perlebahan yang dengan syarat yang mudah.
dihasilkan lebih bervariasi. Di Karang Bayan, Penelitian ini menghitung biaya sosial
Lombok Barat misalnya sudah ada usaha sama dengan harga privat karena menganggap
pembuatan minuman polen sebagai bagian dari tidak ada gangguan pasar sehingga penelitian
diversifikasi produk lebah kelulut. Untuk kedepan perlu untuk melakukan penghitungan
kondisi terstruktur, persaingan dan strategi biaya sosial karena adanya distorsi pasar.
industri memperlihatkan bahwa usaha yang
dilakukan pembudidaya dilakukan tanpa UCAPAN TERIMAKASIH
adanya persaingan untuk mencari pasar. Selain Penulis mengucapkan terimakasih kepada
dipasarkan secara pribadi oleh anggota, para pihak yang telah membantu dalam
biasanya kelompok tani juga terlibat dalam penelitian ini terutama Balai Penelitian dan
pemasaran madu bersama-sama anggota. Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan
Namun jaringannya kurang luas karena Kayu yang telah mendanai penelitian.
sebagian besar untuk pasar di Lombok. Agar

126
Daya Saing Madu Kelulut …
(Yumantoko dan Ramdiawan)

KONTRIBUSI PENULIS Master, W. A., & Winter-Nelson, A. (31


Yumantoko sebagai kontributor utama dan Januari 2016). Measuring the
Ramdiawan sebagai kontributor anggota. Comparative Advantage of Agricultural
Activities: Domestic Resources Cost
DAFTAR PUSTAKA and the Social Cost-Benefit Ratio.
Abdurofi, I. (2018). Financial and Economic Diambil dari
Analyses of Stingless Bee Farming in http://sites.tufts.edu/willmasters/files/20
Malaysia. University Putra Malaysia. 10/06/Masters-WinterNelson_DRCs_A
JAE1995.pdf
Ariyanto, Y. A., Darwanto, D. H., & Utami, A.
W. (2021). Daya Saing Madu Indonesia Monke, E. A., & Pearson, S. R. (1989). The
dI ASEAN. Diambil dari Universitas Policy Analysis Matrix For Agricultural
Gadjah Mada : Development. Ithaca and Loncon:
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitia Cornell University Press.
n/detail/196928 Pearson, S., Gotsch, C., & Bahri, S. (2005).
Budiman, I., & Mulyadi. (2019). Peningkatan Aplikasi Policy Analysis Matrix pada
Kualitas Mutu Madu Kelulut (Trigona Pertanian Indonesia. Jakarta: Yayasan
Sp.) Menggunakan Mesin Venturi Dan Obor Indonesia.
Dehumidifier Untuk Meningkatkan Porter, M. E. (1987). Strategi bersaing: teknik
Ekonomi Masyarakat Di Desa menganalisis industri dan pesaing.
Madurejo, Kecamatan Pengaron, Jakarta: Erlangga.
Kabupaten Banjar. Prosiding Seminar
Pratama, A. S., Fauzi, M. A., & Sukardi.
Nasional Pengabdian kepada
(2020). Strategi Peningkatan Daya
Masyarakat (pp. 61-66). Lembaga
Saing Produk Madu (Studi Kasus: Pt
Penelitian dan Pengabdian kepada
Madu Pramuka). Jurnal Aplikasi
Masyarakat, Universitas Lambung
Manajemen dan Bisnis,, 178-187.
Mangkurat.
Pribadi, A., Yunianto, A. S., Hajjah, N., &
Febriani, L., & Saputra, P. P. (2018). Modal
Sarah, F. A. (2020). Pemberdayaandan
Sosial Dalam Pengembangan Madu
usaha peningkatan ekonomi suku
Kelulut Sebagai Komoditas Ekonomi
Talang Mamak di kawasan Taman
Dan Pariwisata Di Kecamatan Lubuk
Nasional Bukit Tiga Puluh melalui
Kabupaten Bangka Tengah. Society,
budidaya Kelulut (Heterotrigonaitama).
83-91.
Seminar Nasional Pemberdayaan
Gittinger, J. P. (1972). Economic Analysis of Masyarakat (pp. 98-105). Pekanbaru:
Agricultural Projects. Maryland: Johns Universitas Riau.
Hopkins University Press.
Ramadhan, I. H., Abidin, Z., Fauzi, H., Satriadi,
Kamila, R., Syarief, R., & Saptono, I. T. T., & Itta, D. (2021). Kelayakan Dan
(2017). Analisis Pengembangan Bisnis Kontribusi Usaha Lebah Madu Kelulut
Madu Pada Cv Ath-Thoifah Dengan Di Desa Telaga Langsat Kabupaten
Pendekatan Business Model Canvas. Tanah Laut. Jurnal Hutan Tropis,
Jurnal Agribisnis Indonesia, 173-184. 397-404.

127
Jurnal Vol. 5 No. 2 Oktober 2021: 118-131

Rahmayanti, S. A., Yusuf, M., & Husni, S. Kalimantan, Indonesia. The 7th
(2018). Kontribusi Usaha Budidaya Symposium of JAPAN-ASEAN Science
Lebah Madu (Trigona Sp) Terhadap Technology Innovation Platform
Pendapatanrumah Tangga Petani Di (JASTIP) (hal. 1-6). IOP Publishing.
Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Tempo.com. (2 Oktober 2015). Ekspor Madu,
Utara. Agroteksos, 73-80. Indonesia Kalah Bersaing dengan
Riendrasari, S. D., Yumantoko, & Kurniawan, Malaysia. Diambil dari Tempo:
E. (2014). Analisis Kelayakan Usaha https://bisnis.tempo.co/read/705901/eks
Budidaya Lebah Madu Trigona spp di por-madu-indonesia-kalah-bersaing-den
Provinsi Nusa Tenggara Barat. gan-malaysia/full&view=ok
Mataram: Balai Penelitian Teknologi Velin , O., Prima, F., & Sujana, I. (2021).
Hasil Hutan Bukan Kayu. Strategi Pemasaran Madu Kelulut
Rouf, A. A., A, D., & A, F. (2014). Daya Saing Dalam Rangka Mendukung Produk
Usaha Sapi Potong di Indonesia : Unggulan Khas Kalimantan Barat
Pendekatan Domestic Resources Cost. Menggunakan Analisis SWOT DAN
Wartazoa, 97-107. QSPM. Jurnal Teknik Industri UNTAN,
45-52.
Rusastra, I. W., Rachman, B., & Friyatno, S.
(2004). Analisis Daya Saing dan Wahyuni, N., Riendrasari, S. D., Hasan, R. A.,
Struktur Proteksi Komoditas Palawija. Hidayatullah, M., Handoko, C.,
Dalam Prosising: Efisiensi dan Daya Anggadhania, L., & Yumantoko.
Saing Sistem Usahatani Beberapa (2020). Produk Perlebahan NTB.
Komoditas Pertanian di Lahan Sawah. Yogyakarta dan Makassar: Nas Media.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Wiendiyati, Raya , U. R., & Un , P. (2002).
Sosial Ekonomi Pertanian, 28-48. Semantic Scholar. Diambil dari
Su, H., Hou, F., Yang, Y., Han, Z., & Liu, C. https://pdfs.semanticscholar.org/332e/e
(2020). An Assessment of the 052f38f4b4075ba61f489985bfaef2b44f
International Competitiveness of 8.pdf?_ga=2.80726878.818810139.153
China's Forest Products Industry. 1961317-468512975.1531961317
Forest Policy and Economics. Winahyu, N., Amirudin, F., & Azizah, I. N.
Sukmaya, S. G., Rachmina, D., & Saptana . (2021). Analisis Pemasaran Lebah
(2016 ). Analisis Daya Saing Dan Madu Klanceng (Trigona sp.) di
Dampak Kebijakan Pemerintah Kecamatan Pagerwojo Kabupaten
Terhadap Komoditas Kedelai Vs Tulungagung pada Masa Pandemi
Pengusahaan Kedelai Di Kabupaten Covid-19. Jurnal Agribest, 25-33.
Lamongan, Jawa Timur. Forum
Yumantoko, & Riendrasari, S. D. (2015).
Agribisnis, 21-52.
Kajian Pengusahaan Lebah Trigona Sp
Syafrizal, Kusuma, I. W., Saud, O. R., Di Lombok Utara. Seminar Nasional
Wiandany, R., Yahya, M. F., & Sewindu Balai Penelitian Teknologi
Harmonis. (2021). Conservation of Hasil Hutan Bukan Kayu (hal.
kelulut (stingless bee) in East and North 530-538). Mataram: BPPTHHBK.

128
Daya Saing Madu Kelulut …
(Yumantoko dan Ramdiawan)

Zakaria, A. K., Sejati, W. K., & Kustiari, R. Kasus Tiga Provinsi di Indonesia.
(2010). Analisis Daya Saing Komoditas Jurnal Agro Ekonomi, 21-37.
Kedelai Menurut Agro Ekosistem:

129
Jurnal Vol. 5 No. 2 Oktober 2021: 118-131

Lampiran 1. Komponen perhitungan kentungan privat


Apendix 1. Components of private profitability calculation

Komponen
Lombok Barat Lombok Utara
(Component)
Input 4.770.478 6.818.894
Kandang 1.786.042 1.182.776
Benih 1.877.181 2.730.741
Stup 896.924 1.752.725
Koloni+stup 153.811 1.024.709
Bunga 4.362 44.368
Peralatan 51.240 83.575
Lainnya 918 -
Tenaga Kerja 146.234 26.707
Pembuatan Kandang 90.220 12.718
Pembuatan stup 46.832 12.899
Panen - 1.090
Perawatan 4.591 -
Pemindahan koloni 4.591 -
Lainnya - -
Sewa - -
Transportasi - -
Output
Harga output 4.539.807 7221278,168

130
Daya Saing Madu Kelulut …
(Yumantoko dan Ramdiawan)

Lampiran 2. Komponen perhitungan kentungan privat


Apendix 2. Components of private profitability calculation
Tahap Penghitungan Madu
(Calculation steps) (Honey)
1. F.o.b Malaysia ($/ton) 40.000
2. Pengiriman ($/ton) (International Surface Parcel Pos Malaysia) 354,36
3. C.i.f. Mataram 4 354,36
4. Nilai tukar (Rp/$) 14.000
5. Nilai tukar keseimbangan 14.000
6. C.i.f dalam mata uang domestic 620.961
7. Faktor konversi berat (kg/ton) 1 000
8. C.i.f dalam mata uang domestic (Rp/kg) 620.961
9. Transportasi (Rp/kg) 16.500
10. Harga paritas import ditingkat petani (Rp/kg) 637.461

131

You might also like