You are on page 1of 9

BIOMA, Juni 2014 ISSN: 1410-8801

Vol. 16, No. 1, Hal. 1-9

Biokonsentrasi Faktor Logam Berat Pb, Cd, Cr dan Cu pada


Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn.) di Karamba Danau Rawa Pening

Anny Miftakhul Hidayah, Purwanto dan Tri Retnaningsih Soeprobowati


Program Magister Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Jl. Imam Barjo SH No. 5 Semarang
* Email/korespondensi : anny.miftakhul@yahoo.com

Abstract

Lake Rawapening has potential as an aquaculture development especially for caged aquaculture activities.
Water quality is one of the important requirements in aquaculture bussiness sustainability and safe fish production
for human consumption. Previous researches showed that the cage regions of Lake Rawapening have decreased its
water quality in the presence of heavy metal content of Pb, Cd, Cr and Cu in water, sediment and tilapia
(Oreochromis niloticus Linn.). This research aimed to determine the value of bio-concentration factors of heavy
metals Pb, Cd, Cr and Cu in tilapia (Oreochromis niloticus Linn.) which is cultured in cages Lake Rawapening and
maximum daily consumption of tilapia that is safe for human consumption. Sampling was done by purposive
random sampling at three cages stations. The results showed that the highest BCF values of heavy metals in tilapia
(Oreochromis niloticus Linn.) was on Cu 146-172, while the lowest metal on Cd metal 1.25-2. According to the
category of the BCF rate, Cu was categorized as moderately accumulated, whereas Pb, Cd, and Cr were categorized
as low accumulated. so that farmed tilapia cages are suitable for consumption. Daily consumption of farmed tilapia
in Lake Rawapening was maximum 1,4 kg/day

Keywords: Lake Rawapening, heavy metals, tilapia, BCF .

Abstrak

Danau Rawapening memiliki potensi sebagai tempat pengembangan perikanan darat terutama untuk kegiatan
perikanan budidaya karamba. Kualitas perairan merupakan salah satu syarat penting dalam keberlanjutan usaha
budidaya perikanan dan hasil produksi ikan yang masih aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Hasil penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa kawasan karamba Danau Rawapening telah mengalami penurunan kualitas air
dengan adanya kandungan logam berat Pb, Cd, Cr dan Cu pada perairan, sedimen dan ikan nila (Orechromis
niloticus Linn.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai biokonsentrasi faktor logam berat Pb, Cd, Cr dan Cu
pada ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.) yang dibudidayakan di karamba Danau Rawapening dan batas
maksimum harian konsumsi ikan nila yang aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Pengambilan sampel dilakukan
secara purposive random sampling pada tiga stasiun karamba. Hasil penelitian menunjukkan nilai BCF logam berat
pada ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.) tertinggi pada logam Cu yaitu 146-172 sedangkan terendah pada logam
Cd yaitu 1.25-2. Berdasarkan kategori nilai BCF logam Cu termasuk dalam kategori akumulasi sedang sedangkan
logam Pb, Cd dan Cr dalam kategori akumulasi rendah, sehingga ikan nila hasil budidaya karamba masih layak
untuk dikonsumsi. Konsumsi harian ikan nila yang dibudidayakan di Danau Rawapening maksimum adalah 1,4
kg/hari.

Kata Kunci: Danau Rawapening, logam berat, ikan nila, BCF

PENDAHULUAN yang masuk ke perairan danau akan mengendap di


Danau merupakan perairan tergenang dasar perairan dalam jangka waktu yang lama.
(lentik) sehingga lebih banyak terkontaminasi oleh Pencemaran air di perairan danau umumnya
limbah yang masuk ke perairan tersebut. Limbah diakibatkan oleh limbah dari kegiatan masyarakat
sekitar yang masuk melalui sungai-sungai yang Menurut penelitian Sittadewi (2008)
merupakan inletnya. menyatakan bahwa ekosistem darat Sungai Galeh
Danau Rawapening terletak di dataran dan Sungai Panjang yang merupakan salah satu
rendah yang dikelilingi oleh beberapa perbukitan sungai yang memasok air ke Danau Rawapening
dan gunung seperti Gunung Ungaran, Gunung memiliki beberapa karakteristik. Bagian hulu dan
Merbabu dan Gunung Telomoyo. Secara tengah didominasi oleh ekosistem hutan rakyat dan
hidrologis air Danau Rawapening berasal dari perkebunan rakyat serta daerah permukiman
curah hujan, air tanah dan air permukaan yang sedang bagian hilir banyak dijumpai persawahan
berasal dari aliran sungai dari 9 Sub DAS. Hal ini dan perkebunan rakyat serta peternakan. Data dari
menyebabkan air di danau mengalami Pemerintah Kabupaten Semarang (2000)
penambahan terus menerus, sementara air yang menunjukkan bahwa daerah tangkapan air Danau
keluar hanya melalui 1 outlet yaitu Sungai Rawapening yang meliputi wilayah Kecamatan
Tuntang (KLH, 2011). Ambarawa, Banyubiru, Bawen, Tuntang, Getasan
Penurunan kualitas air Danau Rawapening dan Jambu hampir sebagian besar lahannya
diakibatkan oleh aktivitas masyarakat sekitar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, tegalan,
danau. Limbah yang masuk ke perairan ini perkebunan, kolam dan hutan rakyat.
dihasilkan dari kegiatan pertanian, peternakan, Hasil penelitian yang dilakukan Hidayah
limbah domestik dari pemukiman maupun dari dkk (2012) menunjukkan bahwa kawasan karamba
limbah nutrisi dari sisa pakan ikan yang Danau Rawapening telah mengalami penurunan
dibudidayakan di karamba. Penurunan kualitas air kualitas air dengan adanya kandungan logam berat
danau salah satunya disebabkan oleh masuknya Pb, Cd, Cr dan Cu pada perairan, sedimen dan ikan
logam berat ke perairan. Sumber pencemaran nila (Orechromis niloticus Linn.). Kandungan
logam berat yang masuk ke perairan danau ini logam berat Pb, Cd, Cr dan Cu pada perairan
diduga berasal dari aliran sungai yang membawa masih berada dibawah nilai baku mutu menurut
limbah dari lahan pertanian, peternakan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
pemukiman penduduk. Darmono (2001) 82 Tahun 2001. Kandungan logam berat Pb, Cd,
menyatakan bahwa sumber pencemaran logam Cr dan Cu pada sedimen masih dibawah nilai baku
berat di perairan dapat berasal dari lahan pertanian mutu menurut ANZECC sedangkan menurut
yang menggunakan pupuk atau pestisida. standar dari negara Kanada, Swedia dan Belanda
Danau Rawapening mempunyai potensi kandungan logam berat Cu pada sedimen telah
sebagai tempat pengembangan perikanan darat berada di atas nilai baku mutu. Sementara
yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya kandungan logam berat Pb, Cd pada ikan nila
terutama untuk budidaya karamba jaring apung (Orechromis niloticus Linn.) masih berada di
dan karamba tancap. Potensi ini sangat tergantung bawah nilai baku mutu batas cemaran logam
pada kualitas air danau, sehingga jika kualitas air dalam pangan sesuai SNI 7387 :2009. Menurut
danau menurun atau mengalami pencemaran standar mutu negara Uni Eropa kandungan logam
secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil berat Cr juga masih berada dibawah nilai baku
produksi dan kelangsungan usaha budidaya mutu, sedangkan kandungan logam berat Cu telah
karamba ini. Produksi kegiatan perikanan dari diatas nilai baku mutu.
budidaya karamba di Danau Rawapening Logam berat merupakan salah satu bahan
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data dari pencemar toksik yang dapat mengakibatkan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang (2012) kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-
menunjukkan bahwa hasil produksi karamba pada lethal) seperti terganggunya pertumbuhan, tingkah
tahun 2009 sebesar 215,97 ton, tahun 2010 sebesar laku dan karakteristik morfologi berbagai
439,4 ton dan pada tahun 2011 sebesar 627,9 ton. organisme akuatik (Effendi, 2003). Dampak yang
Sementara hasil produksi perikanan tangkap pada ditimbulkan dari adanya logam berat dalam
tahun 2009 sebesar 1.110,5 ton, tahun 2010 perairan tergantung dari keberadaan logam dalam
sebesar 1.133,8 ton dan pada tahun 2011 mencapai air dan sedimen, daya toksik dan konsentrasinya
1.142,7 ton. dalam lingkungan. Logam berat jika masuk dalam
tubuh makhluk hidup akan mengalami Tabel 1. Posisi Geografis Stasiun Pengambilan Sampel
biokonsentrasi, bioakumulasi dan biomagnifikasi. Penelitian
Connel dan Miller (2006) menyatakan
bahwa biokonsentrasi adalah masuknya bahan Stasiun Letak Keterangan
1 - Sumenep S 070 18’25.2” Dekat pemukiman
pencemar secara langsung dari air oleh makhluk
E 1100 25’ 41.2” penduduk
hidup melalui jaringan seperti insang atau kulit. 2 - Selonder S 070 16’51.0” Dekat inlet
Sedangkan bioakumulasi adalah masuknya bahan E 1100 25’ 32.6”
pencemar oleh makhluk hidup dari suatu 3 - Sumurup S 070 16’18.3” Dekat outlet
lingkungan melalui suatu mekanisme atau lintasan. E 1100 26’ 10.5”
Sementara biomagnifikasi adalah proses dimana
bahan pencemar konsentrasinya semakin Analisa data dilakukan dengan
meningkat dengan meningkatnya posisi makhluk menggunakan formulasi :
hidup pada suatu rantai makanan. 1. Biokonsentrasi Faktor (BCF)
Bioakumulasi terjadi dalam jaringan tubuh Biokonsentrasi faktor merupakan
setelah terjadi absorpsi logam dari air atau melalui kecenderungan suatu bahan kimia yang diserap
pakan yang terkontaminasi. Menurut Darmono oleh organisme akuatik. BCF merupakan rasio
(2001) bioakumulasi logam berat pada ikan antara konsentrasi bahan kimia dalam organisme
tergantung pada jenis logam dan species ikan. akuatik dengan konsentrasi bahan kimia di dalam
Akumulasi logam berat tertinggi umumnya air ( LaGrega dkk, 2001).
terdapat pada jaringan hati dan ginjal.
Menurut Ivanciuc dkk (2006) menyatakan BCF = C org / C
bahwa bioakumulasi bahan kimia dalam suatu
perairan merupakan kriteria penting dalam dimana :
mengevaluasi ekologi dan tingkat pencemaran C org = Konsentrasi logam berat dalam
suatu lingkungan. Untuk mengukur tingkat organisme (mg/kg atau ppm)
pencemaran suatu perairan oleh bahan kimia yang C = Konsentrasi logam berat
disebabkan oleh kegiatan industri, pertanian dan dalam air (ppm)
limbah rumah tangga adalah dengan mengukur
biokonsentrasi biota yang hidup didalamnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka 2. Batas Maksimum Konsumsi Ikan
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Untuk mengetahui batasan konsumsi ikan
biokonsentrasi faktor logam berat Pb, Cd, Cr dan yang telah terkontaminasi oleh logam berat untuk
Cu pada ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.) mencegah efek negatif bagi kesehatan manusia
yang dibudidayakan di karamba Danau yang mengkonsumsinya dihitung dengan
Rawapening dan batas maksimum konsumsi ikan menggunakan rumus (EPA, 2000) :
yang aman untuk dikonsumsi
RfD x BW
BAHAN DAN METODE CR lim =
Cm
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan karamba dimana :
Danau Rawapening pada bulan Juli 2012. CRlim = Batas maksimum tingkat
Pengambilan sampel air dan ikan nila konsumsi ikan (kg/hari)
(Oreochromis niloticus Linn) dilakukan pada tiga RfD = Referensi dosis (mg/kg-hari)
stasiun secara metode purposive sampling. Letak BW = Berat badan (kg)
dan posisi geografis pengambilan sampel dapat Cm = Konsentrasi logam berat dalam
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Analisa ikan (mg/kg)
laboratorium dilakukan di Laboratorium Balai
Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Semarang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Nilai BCF Logam Berat pada Ikan Nila
Biokonsentrasi Faktor Logam Berat Pada Ikan
[LB] air [LB] ikan Nilai
Nila (Oreochromis niloticus Linn.) LB ST
Keberadaan logam berat di perairan (mg/L) (mg/kg) BCF
menimbulkan terjadinya proses akumulasi di 1 2 3 4 5
dalam tubuh organisme air. Akumulasi dapat Cd 1 0.005 0.01 2.00
terjadi melalui absorpsi langsung terhadap logam
2 0.008 0.01 1.25
berat yang terdapat dalam air dan melalui rantai
makanan. Menurut Tillitt dkk (1992) dalam Van 3 0.005 0.01 2.00
der Oost (2003) menyatakan bahwa logam berat Cr 1 0.03 0.16 5.33
yang bersifat hidrofobik mengakumulasi dalam 2 0.03 0.16 5.33
organisme air melalui beberapa mekanisme yaitu 3 0.03 0.13 4.33
secara langsung dari air melalui insang atau kulit
Pb 1 0.03 0.11 3.67
(biokonsentrasi), melalui penyerapan dari partikel
tersuspensi (pencernaan) dan melalui makanan 2 0.03 0.18 6.00
yang terkontaminasi (biomagnifikasi). 3 0.03 0.11 3.67
Biokonsentrasi adalah akumulasi logam berat yang Cu 1 0.005 0.86 172
diambil secara langsung dari air oleh organisme 2 0.005 0.76 152
seperti ikan atau tumbuhan air, sedangkan
3 0.005 0.73 146
bioakumulasi adalah pengambilan logam berat Sumber : Data Primer Olahan (2012)
melalui air dan makanan, sementara LB = Logam Berat
biomagnifikasi adalah meningkatnya kandungan [LB] = Konsentrasi Logam Berat
logam berat dalam jaringan organisme berdasarkan
rantai makanan. Logam Cd merupakan logam non esensial
Bioakumulasi logam berat dalam organisme yang keberadaanya dalam tubuh makhluk hidup
air merupakan dampak negatif dari masuknya dapat dikatakan tidak diharapkan. Nilai BCF
bahan pencemar dalam suatu ekosistem. logam Cd pada ikan nila di karamba Danau
Bioakumulasi dalam organisme air secara umum Rawapening berkisar 1.25-2. Menurut Zainuri dkk
dipengaruhi oleh kandungan logam berat dalam (2011) bahwa akumulasi logam berat dalam tubuh
air, pakan, jenis ikan, ekskresi dan metabolisme. organisme tergantung pada konsentrasi logam
Ikan nila merupakan jenis ikan pemakan segala berat dalam air/lingkungan, suhu, pH, oksigen
(omnivora), artinya selain memakan pelet yang terlarut. Akumulasi logam berat Cd pada ikan nila
diberikan, ikan nila juga memakan organisme yang yang dibudidayakan di perairan ini diduga berasal
ada seperti fitoplankton, zooplankton atau ikan dari air maupun pakan ikan yang telah
kecil yang ada. Menurut Hidayah dkk (2012) ikan terkontaminasi. Kandungan logam berat Cd pada
nila dipilih sebagai objek penelitian karena air dan sedimen berasal dari erosi di DAS
merupakan jenis ikan yang paling banyak Rawapening, limbah pertanian dan limbah rumah
dibudidayakan di karamba Danau Rawapening. tangga yang masuk ke dalam danau ini. Menurut
Data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Darmono (2001) pupuk fosfat yang digunakan
Kabupaten Semarang (2012) menunjukkan jumlah dalam pertanian umumnya mengandung Cd yang
produksi ikan nila pada tahun 2011 sebesar 416,5 tinggi. Dari beberapa hasil penelitian juga
ton dari jumlah total produksi ikan di karamba menunjukkan bahwa semakin lama pemakaian
sebesar 627,9 ton. pupuk fosfat akan menaikkan konsentrasi Cd
Berdasarkan hasil perhitungan nilai dalam permukaan tanah. Pupuk fosfat yang sering
biokonsentrasi faktor (BCF) pada ikan nila hasil digunakan biasanya mengandung Cd tidak kurang
budidaya karamba di Danau Rawapening maka dari 20 mg/kg (Widowati dkk, 2008).
nilai BCF logam berat Cu adalah yang tertinggi Kemampuan organ tubuh dalam
yaitu 146-172 (Tabel 2). mengakumulasi logam berat ditentukan oleh nilai
indeks faktor konsentrasi (IFK) atau nilai BCF. Selain itu diduga juga berasal dari limbah
Semakin tinggi nilai BCF pada suatu organisme pertanian yang mengandung residu pestisida.
menunjukkan semakin tinggi organisme tersebut Limbah pertanian ini berasal dari daerah
mengakumulasi logam berat. Berdasarkan kategori tangkapan air Danau Rawapening yaitu di
nilai BCF menurut Van Esch (1977) dalam Kecamatan Getasan, Ambarawa dan Bandungan
Suprapti (2008) mengelompokkan sifat pollutan ke yang merupakan sentra daerah pertanian sayur
dalam tiga urutan yaitu: sangat akumulatif mayur yang tentunya banyak menggunakan
(BCF>1000), akumulatif sedang (BCF 100-1000) pestisida sebagai pembasmi hama tanaman.
dan akumulatif rendah (BCF<100). Berdasarkan penelitian dari Dinas Pertanian dan
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa logam Kehutanan Kota Batu (2009) terhadap kualitas
Cd bersifat akumulatif rendah pada ikan nila. tanah untuk lahan tanaman pangan, sayuran dan
Meskipun bersifat akumulatif rendah, keberadaan buah-buahan diperoleh data bahwa residu pestisida
logam berat Cd pada ikan nila tetap harus yang digunakan oleh para petani untuk membasmi
diwaspadai karena sifat logam berat itu sendiri hama mengandung logam berat Pb, Cu dan Hg.
yang akumulatif jika dikonsumsi terus menerus Data hasil penelitian juga menunjukkan
dalam jangka waktu yang lama sehingga bahwa nilai BCF logam Pb pada ikan nila tertinggi
menimbulkan keracunan yang bersifat kronis. berada di stasiun 2 zona selonder yang merupakan
Keracunan kronis yang ditimbulkan oleh logam Cd daerah masuknya air dari beberapa sungai yaitu
menimbulkan kerusakan pada sistem fisiologis sungai Galih, sungai Torong dan sungai Panjang.
tubuh seperti ginjal, paru-paru, jantung dan sistem Sebagai daerah muara sungai tentunya
sirkulasi darah. menampung semua limbah dari berbagai aliran
Logam Cr juga merupakan logam non sungai dengan konsentrasi limbah yang lebih
esensial, nilai BCF logam Cr pada ikan nila tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya.
berkisar 4.33-5.33. Logam Cr juga bersifat Logam Cu merupakan mineral mikro karena
akumulatif rendah karena nilai BCF < 100. dibutuhkan sedikit dalam tubuh namun diperlukan
Sumber logam Cr di perairan ini sebagian besar dalam proses fisiologis. Walaupun dibutuhkan
berasal dari proses pengikisan (erosi) batuan dalam jumlah sedikit, bila kelebihan dapat
mineral dari daerah tangkapan air di sekitar danau mengakibatkan keracunan. Dari Tabel 2
dan juga limbah rumah tangga yang mengandung menunjukkan bahwa nilai BCF tertinggi terdapat
logam Cr seperti sabun detergen maupun produk- pada logam berat Cu yaitu berkisar 146-172.
produk konsumer lainnya. Erosi batuan mineral Nilai BCF logam Cu tertinggi terjadi di
dimungkinkan berasal dari limbah hasil stasiun 1 zona sumenep yang merupakan daerah
pertambangan batu andesit yang ada di daerah kawasan pemukiman penduduk, kemudian stasiun
sekitar Danau Rawapening. 2 zona selonder yang dekat dengan inlet dan
Logam Pb merupakan logam non esensial stasiun 3 zona sumurup yang dekat dengan outlet
yang belum diketahui kegunaannya dalam tubuh Danau Rawapening. Berdasarkan kategori nilai
makhluk hidup sehingga adanya unsur tersebut BCF, logam Cu bersifat akumulatif sedang yaitu
lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. berada pada kisaran nilai 100-1000.
Keberadaan logam Pb dalam tubuh seringkali Menurut Chapman dkk (1996) dalam
menggantikan logam esensial dalam aktivitas kerja Sudarso dkk (2001) menyatakan bahwa logam
enzim dan bersifat menghambat kerja enzim berat Cu merupakan logam esensial yang secara
(Palar, 2004). Berdasarkan Tabel 2 nilai BCF alami terkonsentrasi pada organisme hidup
logam Pb pada ikan nila bersifat akumulatif sehingga nilai BCF logam tersebut mungkin lebih
rendah. Nilai BCF logam Pb berkisar antara 3,67- tinggi dari ambang batas penggolongan substansi
6. Akumulasi logam Pb pada ikan nila di bioakumulat. Disamping itu karena organisme
karamba Danau Rawapening berasal dari buangan mempunyai kemampuan dalam regulasi dan
bahan bakar yang mengandung logam Pb dari stabilisasi konsentrasi internal logam esensial
perahu motor yang digunakan untuk kegiatan dalam jaringan, meskipun adanya gangguan atau
pariwisata maupun alat transportasi oleh nelayan. konsentrasi tinggi dari lingkungan luar. Dengan
demikian nilai BCF jenis logam Cu yang tinggi bahwa limbah rumah tangga yang mengandung
pada kawasan karamba ini belum tentu logam berat Cu biasanya berasal dari sampah-
menunjukkan tingkat bioavailabilitas sebenarnya sampah metabolik dan korosi dari pipa-pipa yang
logam tersebut. ada di daerah pemukiman. Limbah rumah tangga
Toksisitas logam Cu meningkat dengan yang masuk ke kawasan karamba ini tentunya
penurunan alkalinitas, oksigen terlarut, pH dan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi
padatan tersuspensi. Rendahnya tingkat oksigen dibandingkan dengan karamba yang dekat dengan
terlarut dalam kolom air akan meningkatkan daerah inlet dan outlet.
respirasi ikan melalui insang, di mana aliran air Dari hasil pengamatan di lapangan terlihat
yang mengandung tembaga akan semakin bahwa ikan yang hidup di kawasan karamba
meningkat sehingga akan meningkatkan stasiun 1 zona sumenep ini kurang baik
kandungan tembaga dalam tubuh ikan. Distribusi pertumbuhannya sehingga berakibat pada
penyerapan logam Cu pada ikan maksimum menurunnya jumlah produksi dan kualitas ikan
ditemukan pada hati kemudian ginjal, insang dan hasil panen. Hasil panen ikan berumur satu tahun
otot. Konsentrasi logam Cu pada hati sekitar di karamba ini besarnya sama dengan ikan
sepuluh kali konsentrasi logam Cu pada jaringan berumur 6 bulan. Hal ini dikarenakan adanya
otot (LaGrega, 2001). kandungan logam Cu pada perairan akan
Pada penelitian yang dilakukan oleh Salami mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi pada
dkk (2008) mengenai pengaruh logam berat Cu ikan. Dari beberapa hasil penelitian diperoleh data
pada ikan nila diperoleh hasil bahwa semakin bahwa adanya kandungan logam Cu juga akan
besar konsentrasi Cu di air semakin besar menghambatan pemijahan, penurunan daya tetas
pertambahan konsentrasi Cu total di ikan. telur dan penurunan pertumbuhan pada ikan
Akumulasi logam berat Cu terbanyak ditemukan (LaGrega dkk, 2001).
pada hati diikuti insang dan otot. Hati Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
mengakumulasi logam Cu sampai 15-20 kali bahwa ikan nila di karamba Danau Rawapening
konsentrasi Cu pada otot. lebih mudah mengakumulasi logam Cu
Menurut Darmono (2001) bahwa dari dibandingkan dengan logam Cd, Cr dan Pb.
beberapa penelitian mengenai bioakumulasi logam Berdasarkan kategori nilai BCF, logam Cu
dalam jaringan ikan ditemukan bahwa akumulasi termasuk dalam akumulasi sedang, logam Cd, Cr
logam dari yang besar ke yang kecil berturut-turut dan Pb termasuk dalam kategori akumulasi rendah.
adalah hati> ginjal> insang> otot. Sedangkan Urutan akumulasi logam berat pada ikan nila yang
kekuatan penetrasi logam ke dalam jaringan dibudidayakan di karamba Danau Rawapening
berturut-turut adalah Cd> Hg> Pb> Cu> Zn> Ni. adalah Cu > Cr > Pb > Cd.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pada penelitian ini akumulasi logam berat
Noegrohati (2006) mengenai bioakumulasi pada pada ikan nila yang diukur merupakan akumulasi
ikan nila (Oreochromis niloticus) menunjukkan pada daging ikan tidak berdasarkan akumulasi
bahwa setiap logam berat secara dinamis memiliki masing-masing jaringan organ tertentu seperti
nilai bioakumulasi sendiri tergantung pada jenis yang biasa dilakukan dalam penelitian-penelitian
logam dan kondisi lingkungannya. Nilai BCF ikan sebelumnya. Hal ini dikarenakan penelitian ini
nila (Oreochromis niloticus) setelah 28 hari merupakan penelitian pendahuluan untuk
terpapar logam berat pada penelitian ini mengetahui ada tidaknya kandungan logam berat
menunjukkan bahwa pada logam berat Cu adalah Pb, Cd, Cr dan Cu dalam tubuh ikan nila yang
antara 38 -56, dan logam berat Cd antara 21-24. dibudidayakan di Danau Rawapening, disamping
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai itu daging merupakan bagian yang umum
BCF logam berat Cu tertinggi di stasiun 1 zona dikonsumsi oleh manusia dan juga dikarenakan
sumenep yang merupakan karamba dekat dengan keterbatasan waktu serta biaya. Sehingga
pemukiman penduduk yang tentunya banyak penelitian selanjutnya mengenai seberapa besar
menghasilkan limbah rumah tangga. Menurut kandungan logam berat pada jaringan tubuh ikan
Wittman (1979) dalam Connel dan Miller (2006) seperti insang, hati, ginjal dan otot memang perlu
dilakukan. Hal ini dikarenakan logam berat masuk - Nilai RfD logam Pb tidak berlaku (US EPA)
ke dalam jaringan tubuh ikan melalui jaringan - BW = berat badan
pernafasan dan jaringan kulit kemudian terjadi *) US EPA (2000)
penyimpanan sementara di dalam jaringan seperti **)HEAST dalam Dibiasio& Kimiko (2003)
hati, otot maupun ginjal untuk kemudian Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh
dikeluarkan dari tubuh ikan. Dengan melakukan hasil konsumsi harian maksimum ikan nila yang
penelitian pada masing-masing jaringan tubuh ikan telah mengandung logam Cd adalah 7 kg/hari,
nila akan dapat diketahui distribusi terbesar logam logam Cr 1,4 kg/hari dan logam Cu 3,3 kg/hari.
berat yang terakumulasi dalam tubuh ikan. Batasan maksimum konsumsi harian ikan nila
ditentukan dengan memilih nilai terkecil, karena
Batas Konsumsi Harian Ikan Nila (Oreochromis bahan makanan yang telah mengandung logam
niloticus Linn.) berat meskipun dengan kandungan sedikit jika
Dengan adanya akumulasi logam berat Cd, dikonsumsi secara terus menerus akan
Cr, Pb dan Cu pada ikan nila yang dibudidayakan terakumulasi dalam tubuh manusia dan cenderung
di Danau Rawapening maka perlu diketahui bersifat toksik. Dari ketiga jenis logam yang
batasan konsumsi ikan untuk mencegah efek terkandung dalam ikan nila, logam Cr merupakan
negatif yang timbul bagi kesehatan manusia yang logam dengan nilai minimal meskipun tingkat
mengkonsumsinya. Dalam menghitung konsumsi toksisitas lebih rendah dibandingkan dengan
harian ikan (CRlim) yang telah terkontaminasi logam Cd , sehingga batas konsumsi maksimum
logam berat parameter yang digunakan menurut harian ikan nila hasil budidaya karamba di Danau
US EPA (Environmental Protection Agency) Rawapening adalah 1,4 kg/hari. Menurut
adalah RfD (reference dose), Cm (konsentrasi Widowati dkk (2008) urutan tingkat toksisitas
logam berat dalam ikan yang terukur) dan berat logam berat terhadap manusia mulai yang paling
badan orang yang umum digunakan adalah 70 kg. toksik adalah Hg, Cd, Ni, Pb, Cr, Sn dan Zn.
CRlim merupakan perhitungan konsumsi Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa
seumur hidup harian maksimum dalam kilogram ikan nila hasil budidaya di danau ini masih aman
ikan yang diharapkan tidak menyebabkan efek untuk dikonsumsi. Untuk wilayah Kabupaten
yang merugikan bagi manusia yang Semarang konsumsi protein ikan per tahun hanya
mengkonsumsinya. Penggunaan RfD dalam sebesar 18,23 kg/kapita/tahun atau sebesar 0,05
menghitung batas konsumsi dikarenakan kg/kapita/hari (Dinas Peternakan dan Perikanan
konsentrasi kontaminan yang dibutuhkan untuk Kabupaten Semarang, 2011).
menghasilkan efek kesehatan kronis umumnya
jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang KESIMPULAN
menyebabkan efek kesehatan akut. Penerapan RfD Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai
ini juga untuk melindungi resiko konsumen dari BCF logam berat pada ikan nila (Oreochromis
efek kesehatan yang akut (EPA, 2000). niloticus Linn.) tertinggi pada logam Cu yaitu 146-
Perhitungan batas konsumsi harian ikan nila dapat 172 sedangkan terendah pada logam Cd yaitu
dilihat pada Tabel 3. 1.25-2. Berdasarkan kategori nilai BCF logam Cu
Tabel 3. Perhitungan Batas Konsumsi Ikan Nila termasuk dalam kategori akumulasi sedang
sedangkan logam Pb, Cd dan Cr dalam kategori
LB RfD Cm BW Crlim akumulasi rendah.
(mg/kg-d) (mg/kg) (kg) (kg/d) Saran dari penelitian adalah bahwa ikan nila
Cd 0.001 0.01 70 7,0 (Oreochromis niloticus Linn.) hasil budidaya
karamba Danau Rawapening masih aman untuk
Cr 0.003 0.15 70 1,4
dikonsumsi karena berdasarkan perhitungan
Cu 0.0371 0.78 70 3,3 konsumsi harian ikan yang telah terkontaminasi
Sumber : Data Primer Olahan (2012) logam berat menurut EPA maksimum adalah 1,4
- Nilai Cm merupakan nilai rata-rata konsentrasi kg/hari.
Keterangan: logam berat pada 3 stasiun
UCAPAN TERIMAKASIH Management. 2001. Hazardous Waste
Secara khusus diucapkan terima kasih Managemen. Second Edition. McGraw Hill
kepada Kepala Pusat Pembinaan Pendidikan dan Interntional Edition. New York.
Pelatihan Perencana-Badan Perencanaan Manahan, S.E. 2002. Environmental Chemistri.
Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren- Seventh Edition. Lewis Publisher. New
Bappenas) atas beasiswa yang telah diberikan. York.
Noegrohati, S. (2006). Bioaccumulation Dynamic
DAFTAR PUSTAKA of Heavy Metals in Oreochromis Nilotycus.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang. 2012. Berkala MIPA, 16 (2) Mei 2006.
Kabupaten Semarang Dalam Angka Tahun Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi
2012. Logam Berat. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Connel, D.W. and GJ.Miller. 2006. Kimia dan Partial Agreement in the Social and Public Health
Ekotoksikologi Pencemaran. Y. Koestoer Field Council of Europe. 2002. Technical
(Penerjemah). Universitas Indonesia Press. Document Guidelines on Metals and Alloys
Jakarta. Used as Food Contact Materials. Ratmini,
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan N. A. 2009. Kandungan Logam Berat
Pencemaran Hubungannya dengan Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Cadmium
Toksikologi Senyawa Logam. Universitas (Cd) Pada Daging Ikan Sapu-Sapu
Indonesia Press. Jakarta. (Hyporsarcus pardalis) di Sungai Ciliwung
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Stasiun Srengseng, Condet dan Manggarai.
Semarang. 2011. Profil Dinas Peternakan Vis Vitalis Vol. 02 No. 1. ISSN 1978-9513.
dan Perikanan Kabupaten Semarang Tahun Pemerintah Kabupaten Semarang. 2000. Laporan
2010. Akhir Proyek Perencanaan Tata Lingkungan
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu. 2009. Daerah Aliran Sungai (DAS) Rawapening
Laporan Akhir Pengujian Kualitas Tanah Salami, I.R.S, Suphia R, Anastasia P. K dan Ayda
untuk Lahan Pertanian/Perkebunan Kota T.Y. 2008. Pengaruh Logam Berat Tembaga
Batu. Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Potensi Depurasinya. Jurnal Penelitian
Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perikanan Vol. 11 Nomor 1 : 49-58.
Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sudarso, Y.,Fanie I.M., M. Badjoeri dan Siti
Hidayah, A. M., Purwanto dan Tri Retnaningsih Aisyah. 2001. Studi Bioavailabilitas Logam
Soeprobowati. 2012. Kandungan Logam Berat Pada Ikan Budidaya Jaring Apung di
Berat Pada Air, Sedimen dan Ikan Nila Waduk Saguling. Limnotek Volume VIII
(Oreochromis niloticus Linn.) Di Karamba No.1.
Danau Rawapening. Dalam Prosiding Suprapti, N.H., 2008. Kandungan Chromium pada
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Sedimen dan Kerang Darah
Alam dan Lingkungan 11 September 2012. (Anadara granosa) di Wilayah Pantai
Ivanciuc, T., Ovidiu Ivanciuc dan Douglas J. Sekitar Muara Sayung Desa Morosari
Klein. 2006. Modelling the Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Bioma
Bioconcentration Factor and Vol. 10 No. 2 Hal. 36-40. ISSN : 1410-
Bioaccumulation Factor of Polychlorinated 8801.
Biphenyls with Posetic Quantitative Super- Supriyanto, Samin dan Zainul Kamal. 2007.
Structure/Activity Relationship (QSSAR). Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu dan
Molecular Diversity 10 : 133 – 145. Cd Pada Ikan Air Tawar Dengan Metode
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2011. Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA).
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadani) Prosiding Seminar Nasional III SDM
Danau Rawapening. Jakarta. Teknologi Nuklir. Yogyakarta. ISSN 1978-
LaGrega, M.D., Phillip L. Buckingham, Jeffry C. 0176.
Evans and Environmental Resources
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Biomarkers in Environmental Risk
Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Assessment : A Review. Environmental
Tropis. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Toxicology ad Pharmacology 13 (2009), 57-
Jakarta. 149.
Suryono, T.,Yoyok Sudarso, Awalina, Yustiawati Widowati, W., Astiana S. dan Raymond J.R.
dan MS. Syawal. 2010. Status Kontaminasi 2008. Efek Toksik Logam, Pencegahan dan
Merkuri di Ruas Sungai Cikaniki, Jawa Penanggulangan Pencemaran. Penerbit
Barat. Jurnal LIMNOTEK Volume 17 No.1 ANDI. Yogyakarta.
: 37-48. LIPI. Cibinong. ISSN 0854-8390. Zainuri, M., Sudrajat dan Evi Sulistiani Siboro.
United States Environmental Protection. 2000. 2011. Kadar Logam Berat Pb Pada Ikan
Guidance for Assessing Chemical Beronang (Siganus sp), Lamun, Sedimen
Contaminant Data for Use in Fish dan Air di Wilayah Pesisir Kota Bontang
Advisories. Volume 2 Risk Assessment and Kalimantan Timur. Jurnal
Fish Consumption Limits. Third Edition.
Van der Oost, R., Jonny Beyer dan Nico. P.E.
Vermeulen. Fish Bioaccumulation and

You might also like