You are on page 1of 7

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains

e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

Studi Populasi dan Habitat Ikan Semah (Tor sp.)


di Sungai Napal Licin Kabupaten Merangin

Population and Habitat Study of Semah Fish (Tor sp.)


in Napal Licin River Merangin District

Andriyanto

Pendidikan Biologi STKIP YPM Bangko


Koresponden: andriyanto@stkipypmbangko.ac.id

Abstract

The aim of this study was to determine the population abundance, species and
habitat of semah fish in Napal Licin River, Merangin District, Jambi Province. This
study was conducted in March 2019. Data collection was carried out using the
Purposive Random Sampling method in four deliberately determined stations, there
are Pulau Kemang, Beringin Sanggul, Bukit Punjung and Sakai. These stations are
villages that located in the Napal Licin watershed. The fishs sample were caught
using nets, then it were identified in the laboratory. Observation of the semah fish
habitat was carried out directly. Water quality parameters ware measured in the site
and laboratory. The results showed that population abundance of semah fish at the
Napal Licin river was very low, the abundance in the station 1 was 0.03 ind /m 2,
station 3 was 0.06 ind /m2, whereas at stations 2 and 4 the abundance were 0, 00
ind/m2 because there are no semah fish found. The frequency of attendance
category of semah fish at the Napal Licin river was very rare, at station 1 the
frequency of attendance was 5.5%, station 3 was 11.1% while in station 2 and 4 the
frequency of attendance were 0%. The Semah fish species that obtained only 1
species, Tor Tambroides. The degradation of semah fish habitat at the Napal Licin
River was mainly caused by the illegal gold mining activities.

Key words: Semah Fish, Abundance, Attendance Napal Licin River.

PENDAHULUAN manusia. Salah satunya yaitu ikan semah


Populasi adalah kumpulan individu (Tor sp.).
dari spesies yang sama yang hidup pada Ikan semah merupakan ikan teleostei
tempat dan waktu tertentu. Populasi yang termasuk dalam genus Tor family
memiliki sifat-sifat tertentu seperti Cyprinidae. Ikan dari genus Tor tergolong
kelimpahan (densitas), laju atau tingkat jenis ikan endemik yang mendiami perairan
kelahiran (natalitas), tingkat kematian sungai dan danau di bagian hulu.
(mortalitas), sebaran ukuran dan rasio Penyebarannya meliputi paparan Sunda
kelamin. Sifat-sifat ini dapat dijadikan (Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, Weber &
parameter untuk mengetahui kondisi de Beaufort, 1962) dan Thailand (Smith,
populasi secara alami maupun perubahan 1945). Terdapat empat spesies ikan semah di
populasi karena perubahan lingkungan Indonesia, yaitu: Tor tambroides, Tor soro,
(Syahailatua, 1993). Banyak laporan Tor Tambra dan Tor douronensis (Kottelat
menyebutkan populasi spesies ikan air tawar et al. 1993 dan Roberts 1999). Ikan semah
telah menurun akibat degradasi habitat oleh memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai ikan
konsumsi ataupun sebagai komoditas ikan

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 1-7 1


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
hias (Kiat, 2004. Sebelumnya Weber & de Waktu dan Tempat
Beaufort (1916) menggunakan Labeobarbus Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
sebagai nama genusnya dan karakter utama Maret 2019 di Sungai Batang Merangin,
yang membedakan diantara jenis-jenis Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Peta
tersebut adalah keberadaan dan ukuran Lokasi Penelitian disajikan Pada Gambar 1.
cuping pada bibir bawah.
Habitat ikan semah berada hulu sungai Alat dan Bahan
dalam hutan yang berarus deras dengan Alat yang digunakan dalam penelitian
kondisi air jernih dan dasar berbatu ini adalah GPS (Global Positioning System),
(Sukmono dan Margaretha, 2017). Sungai pH meter, jarum suntik, bola duga,
Napal Licin yang terletak di Kabupaten termometer, Secchi Disk, meteran,
Merangin Provinsi Jambi merupakan sungai penggaris, jala, bubu, ember, sterofom,
yang menjadi habitat ikan semah. Namun, jarum pentul, buku identifikasi ikan, alat
Ikan semah saat ini sudah sulit untuk tulis dan kamera digital. Bahan yang
didapatkan di alam akibat maraknya digunakan adalah larutan Alkohol 70%,
aktivitas penambangan emas liar MnSO4, KOHKI, H2SO4, Na2S2O3, amilum,
disepanjang daerah aliran sungai (DAS) akuades (Metode Winkler), Ikan semah dan
Sungai Napal Licin. Keberadaan tambang sampel air.
emas tersebut merusak struktur tanah, muka
tanah menjadi bebatuan putih yang semula Prosedur Penelitian
berada di kedalaman belasan meter. Erosi Metode yang digunakan dalam penentuan
besar-besaran terjadi menyebabkan sungai stasiun pengambilan sampel ikan adalah
mejadi keruh dan dangkal akibat bebatuan. “Purposive Random Sampling”. Terdapat 4
Hal ini menyebabkan ekosistem stasiun penelitian seperti tertera pada
sungai terganggu sehingga mempengaruhi Gambar 1.
kondisi kehidupan di dalamnya termasuk
ikan semah. Kerusakan sungai yang terjadi Stasiun 1
tidak hanya sebatas erosi, tetapi juga karena Stasiun ini berada di Desa Pulau Kemang
adanya besi, arsenik, hingga merkuri yang (Gambar 1) dengan koordinat terletak pada
dibuang para penambang emas ke sungai koordinat -2.254958, 102.190508.
yang juga berbahaya bagi ikan semah Merupakan daerah sungai yang memiliki
(Kompas 2014). Selain itu, aktivitas karakteristik bebatuan yang banyak, dengan
penangkapan ikan secara berlebihan perairan relatif dangkal dan jernih.
(overfishing) juga sangat berpengaruh dalam
mengurangi jumlah populasi semah (Kiat, Stasiun 2
2004). Stasiun ini berada di Desa Beringin Sanggul
Dengan kondisi tersebut maka dengan koordinat terletak pada koordinat
pengumpulan informasi mengenai kondisi -2.270309, 102.239319. Merupakan daerah
habitat dan kemelimpahan populasi ikan sungai yang memiliki karakteristik perairan
semah saat ini di Sungai Napal Licin sangat relative dangkal dengan dasar bebatuan,
penting dilakukan sebagai dasar dalam perairan jernih.
pengambilan kebijakan konservasi karena
selama ini data mengenai ikan semah sangat Stasiun 3
minim. Penelitian ini bertujuan untuk Stasiun ini berada di Desa Baru Bukit
mengetahui kelimpahan, keragaman jenis Punjung dengan koordinat terletak pada
dan informasi habitat ikan semah yang -2.275465, 102.248888. Merupakan sungai
terdapat di Sungai Napal Licin Kabupaten dengan perairan relatif dalam, dasar sungai
Merangin Provinsi Jambi. berbatu dan berlumpur, perairan keruh.

MATERI DAN METODE

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 1-7 2


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
Stasiun 4 perairan relatif dalam, dasar sungai berbatu
Stasiun ini berada di Desa Baru Sungai Sakai dan berlumpur, perairan keruh.
dengan koordinat terletak pada -2.296207,
102.286383. Merupakan sungai dengan

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel ikan Semua spesimen ikan Semah diidentifikasi


Penangkapan ikan dilakukan dan dideterminasi berdasarkan Kotellat et
menggunakan jaring dengan ukuran mata al. (1993) dan Weber & De Beaufort
jarring 0,5 inci. Luas area tangkap 10 m2. (1913).
Setiap stasiun terdapat 6 plot dilakukan 3
kali ulangan dalam waktu satu bulan (30 Pengukuran Faktor Fisika-Kimia
hari). Penangkapan dilakukan pada hari ke- Perairan
1, ke-15, dan hari ke-30. Jaring ditebar pada Pada setiap stasiun, suhu air,
pukul 08.00 dan diangkat pada pukul 16.00 kedalaman perairan, kecepatan arus, kadar
WIB. dengan menyisiri sungai yang oksigen terlarut-DO, kadar karbondioksida
berpotensi terdapat Ikan Semah pada tiap bebas, pH, dan alkalinitas diamati secara in
stasiunnya dengan bantuan nelayan situ dan ex situ. Pengukuran faktor fisika-
setempat. kimia perairan dilakukan setiap
Ikan Semah yang didapat kemudian pengambilan sampel ikan atau 3 kali
di foto dengan diberi latar belakang papan ulangan per stasiun. Contoh air dari bagian
agar kontras. Ikan dicuci, ditiriskan permukaan diambil dengan menggunakan
kemudian dimasukkan ke dalam wadah bottle water sampler. Pengamatan ex situ
spesimen dengan menambahkan alkohol dilakukan di Laboratorium Pendidikan
70% untuk tujuan pengawetan ikan. Data Biologi STKIP YPM Bangko. Pengamatan
morfologi ikan dianalisis secara deskriptif beberapa parameter kualitas air tersebut
untuk mengetahui deskripsi lengkap. mengikuti pedoman APHA (1981).

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 1-7 3


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖


Analisis Data 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝐹𝐾 = 𝑥 100%
Perhitungan kelimpahan dilakukan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡
berdasarkan masing-masing luasan selimut
area alat tangkap. Data ikan yang diproleh Keterangan nilai FK :
dihitung nilai Kelimpahan Populasi dan 0 - 25% = Sangat jarang
Frekuensi Kehadiran. Dengan persamaan >25 - 50% = Jarang
sebagai berikut: >50 - 75% = Sering
>75% = Sangat sering
Kelimpahan Populasi (KP)
Kelimpahan Populasi merupakan
jumlah individu dari suatu spesies yang HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat dalam suatu satuan luas atau Kondisi Habitat dan Faktor Fisika Kimia
volume. Perhitungan dapat dilakukan Perairan.
dengan menggunakan rumus menurut Sungai Napal Licin yang terletak di
Odum hulu merupakan sungai yang bermuara di
(1994). Sungai Batang Hari. Kondisi air sungai
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠/𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 sedikit keruh akibat adanya aktivitas
𝐾𝑃 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 penambangan emas di beberapa titik, dasar
sungai berbatu. Batu kali yang banyak di
Frekuensi Kehadiran (FK) daerah hulu sungai rnerupakan bagian dari
Menurut Odum (1994), frekuensi ekosistern yang penting karena sebagai
kehadiran merupakan nilai yang ternpat naungan, pernijahan dan tempat
menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies mencari pakan beberapa jenis ikan.
sampling plot yang dihitung dengan Kedalaman sungai bervariasi antara 1-3
menggunakan meter. Faktor fisika kimia perairan tertera
rumus : pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter kimia fisika air sungai


Stasiun
Parameter
1 2 3 4
Suhu udara (oC) 30,4 26,7 30,3 30,3
Suhu air (oC) 24,6 22,4 24,2 22,4
O2 (mg/L) 5,23 7,66 6,77 9,65
CO2 (mg/L 4,3 4,2 4,3 4,3
pH 7 6,7 6,7 7
Kecepatan arus (m/det) 0,5 0,5 0,2 0,2
Kedalamam (cm) 120 140 220 280
Kecerahan (cm) 8 7 3 3
Cuaca saat sampling Cerah mendung Cerah Cerah

Pada tepian sungai yang tidak


dijadikan tambang emas banyak dijumpai
vegetasi yang rimbun dari beranekaragam
spesies tumbuhan. Vegetasi di tepian sungai
memiliki fungsi sebagai daerah pemijahan
(spawning ground), daerah asuhan (nursery
ground), tempat mencari pakan (feeding
ground) bagi ikan. Daun dan buah yang
jatuh kesungai dari vegetasi ini berguna
sebagai sumber makanan ikan semah.

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 1-7 4


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
Menurut Rupawan et al. (1999), ikan semah
(Tor douronensis) di Danau Kerinci dan
Sungai Merangin-Jambi bersifat omnivous
dengan makanan utamanya berupa buah-
buahan (38,5%), moluska (29,7%), detritus
(16,9%), dan serangga air (12,7%).

Spesies ikan Semah yang di dapat


Selama penelitian ikan semah yang
didapatkan hanya 3 ekor. Ikan yang
diperoleh terlebih dahulu dilakukan Gambar 1. Ikan semah yang didapatkan
pengamatan secara morfologi, mengacu
pada ciri khusus yang dapat membedakan
antar spesies Tor. Berdasarkan hasil Hasil Tangkapan tiap stasiun disajikan
identifikasi seluruh ikan semah yang dalam Tabel 2.
diperoleh masuk ke dalam spesies Tor
tambra (Gambar 1). Tabel 2. Hasil tangkapan ikan semah
Mengacu kepada Sukmono dan Stasiun Jumlah Panjang (cm)
Margaretha (2017) karakter Tor tambra ikan
Stasiun 1 1 ekor 17,2 cm
adalah memiliki dua pasang barbel: Stasiun 2
maxillary yang berada di sudut mulut dan Stasiun 3 2 ekor 20 cm dan 15,1 cm
rostal yang berada di rahang atas. maxillary Stasiun 4
barbel mencapai belakang mata. Punggung
hingga area sirip pectoral berwarna gelap. Berdasarkan data hasil tangkapan,
Sisik besar-besar. Mata berwarna hitam selanjutnya dilakukan perhitungan
dengan tepi kekuningan. kelimpahan populasi dan Frekuensi
Perbedaan spesies Tor yang ada di Kehadiran.
Indonesia menurut Utomo dan Krismono
(2006) diskripsi masing-masing spesies Tor Kelimpahan Populasi
sebagai berikut Tor douronensis : TL. 350 Berdasarkan hasil analisis data lapangan,
L.1. 21 - 24, cuping berukuran sedang pada grafik kelimpahan populasi ikan semah tiap
bibir bawah tidak mencapai sudut mulut, stasiun dapat dilihat pada Gambar 2.
bagian jari-jari terakhir sirip punggung
yang mengeras panjangnya sama dengan 0,07
0,06
panjang kepala tanpa moncong. Tor soro:
Kelimpahan Populasi

0,06
TL 1000 L.1. 24 - 28, sirip dubur lebih 0,05
pendek sirip punggung, bibir bawah tanpa
(ind/m2)

0,04
0,03
celah di tengah. Tor tombro: TL 1000, L.I . 0,03
22 - 24, terdapat sebuah cuping berukuran 0,02
sedang pada bibir bawah tetapi tidak 0,01
0 0
menyentuh ujung bibir, jari jari sirip 0
punggung yang mengeras lebih pendek dari 1 2 3 4
pada kepala tanpa moncong. Tor Stasiun
tambroides: TL 700 terdapat cuping di
pertengahan bibir bawah yang mencapai Gambar 2. Kelimpahan Populasi
ujung mulut
Berdasarkan Gambar 2 Kelimpahan
Populasi Ikan Semah hanya didapat pada
stasiun 1 sebesar 0,03 ind/m² dan pada

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 1-7 5


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
stasiun 3 sebesar 0,06 ind/m², sedangkan fotosintesis oleh fitoplankton dan pengaruh
pada stasiun 2 dan 4 tidak didapatkan atau tidak langsung terhadap keberadaan
Kelimpahan Populasi sama dengan 0,00 zooplankton dalam perairan (Fardiaz,
ind/m². 1992). Sedimentasi menyebabkan
pemijahan ikan terganggu akibat perubahan
Frekuensi Kehadiran kualitas air dan substrat bebatuan yang
Berdasarkan hasil analisis data tertutup sedimen sehingga dapat
dilapangan, grafik rata-rata frekuensi menyebabkan kematian pada telur dan atau
kehadiran ikan semah tiap stasiun dapat tetasannya (Sentosa dan Djumanto, 2010).
dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan Selain itu merkuri (Hg) yang
Gambar 3 frekuensi Kehadiran Ikan semah digunakan dalam proses pemisahan emas
hanya didapat pada stasiun 1 sebesar 5,53 % saat proses penambangan juga berbahaya
dan pada stasiun 3 sebesar 11,1 %, ekosistem (Ezeonyejiaku et al., 2014).
sedangkan pada stasiun 2 dan 4 tidak Merkuri merupakan salah satu jenis logam
didapatkan atau Frekuensi Kehadiran sama berat. Dalam ekosistem akuatik logam berat
dengan 0,0 %. Dari seluruh stasiun, dapat terakumulasi dan biomagnifikasi
frekuensi kehadiran ikan semah dapat dalam air, sediment, rantai makanan
disimpulkan sangat jarang karena nilainya sehingga menyebabkan subletal efek
dibawah 25%. bahkan kematian pada populasi ikan
(Megeer et al., 2000).
12 11,1 Berdasarkan informasi dari
10
masyarakat disekitar sungai yang berprofesi
kehadiran (%)

sebagai nelayan, saat ini memang sulit


Frekuensi

8
5,53 mendapatkan ikan semah, satu bulan
6
mendapatkan 1 ekor saja belum tentu
4 diperoleh. Hal ini menunjukan populasi
2 ikan semah saat ini di Sungai Napal Licin
0 0
0 sangat sedikit. Padahal sebelum maraknya
1 2 3 4 aktivitas penambangan emas, menurut
Stasiun masyarakat ikan semah mudah didapatkan.
Gambar 3. Frekuensi kehadiran KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
Baik data Kelimpahan populasi disimpulkan.
maupun Frekuensi Kehadiran yang 1. Kelimpahan populasi (KP) ikan semah
diperoleh masuk kedalam kategori sangat populasi ikan semah di sungai napal licin
jarang. Hal ini diperkirakan disebabkan sangat rendah, pada stasiun 1 sebesar
oleh adanya aktivitas penambangan emas 0,03 ind/m2, stasiun 3 sebesar 0,06
yang marak dalam 20 tahun terakhir di hulu ind/m2, pada stasiun 2 dan 4 kelimpahan
sungai Batanghari termasuk sungai napal populasi 0,00 ind/m2 karena tidak
licin yang merupakan anak sungai ditemukan ikan semah. Frekuensi
Batanghari. kehadiran (FK) ikan semah di sungai
Penambangan emas menyebabkan Napal Licin masuk kedalam kategori
perubahan habitat secara drastis yang tidak sangat jarang, pada stasiun 1 frekuensi
sesuai lagi dengan kondisi alamiahnya. kehadiran 5,5%, stasiun 3 sebesar 11,1%
Erosi tanah akibat menyebabkan kekeruhan sedangkan pada stasiun 2 dan 4 frekuensi
meningkat dan terjadinya sedimentasi kehadiran 0%.
sungai. Tingginya kekeruhan dalam 2. Spesies ikan semah yang didapat hanya 1
perairan akan mengurangi kedalaman spesies yaitu Tor tambroides.
penetrasi cahaya matahari ke dalam air
sehingga berpengaruh langsung terhadap

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 1-7 6


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
3. Terjadi degradasi habitat ikan semah di Sentosa, A. A., dan Djumanto. 2010.
sungai Napal Licin terutama oleh Habitat pemijahan ikan wader pari
maraknya aktivitas penambangan emas (Rasbora lateristriata) di Sungai
tanpa izin. Ngrancah, Kabupaten Kulon Progo.
Jurnal Iktiologi Indonesia. 10 (1): 55-63.
DAFTAR PUSTAKA Smith, H. M. 1945. The Freshwater Fishes
Ezeonyejiaku, C., Nwuba, L.A., Obinna, of Siam, or Thailand. Simthsonian
O.M., Ndidi, O.C. 2014. Institution. United States National
Bioaccumulation of heavy metals in fish Museum. Bulletin 188. Washington. 593
sourced from environmentally stressed pp.
axis of River Niger: threat to ecosystem Sukmono, T dan Margaretha, M. 2017. Ikan
and public health. Int. J. Environ. Prot. Air Tawar di Ekosistem Bukit Tigapuluh.
Pol. 2 (4):126–131. Yayasan Konservasi Hutan Sumatera &
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Frankfurt Zoological Society.
Kanisius, Yogyakarta. Syahailatua, A. 1993. Identifikasi Stok
Kiat. N.C, 2004. King of the Rivers: Ikan, Prinsip dan Kegunaannya. Oseana.
Mahseer in Malaysia and the Region. 18(2): 55-63.
Inter Sea Fishery Ltd., Selangor, Utomo, A. D., dan Krismono. 2006. Aspek
Malaysia (170 pp). Biologi Beberapa Jenis Ikan Langka di
Kompas. 2014. Minum Air merkuri di Sungai Musi Sumatera Selatan.
Batanghari.https://sains.kompas.com/re Prosiding Seminar Nasional Ikan IV.
ad/2014/09/02/1524363/Minum.Air.Me Jatiluhur. 309-330.
rkuri.di.Batanghari. Diakses tanggal 20 Weber M, de Beaufort LF. 1916. The Fishes
Mei 2019. of the Indo-Australian Archipelago III,
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Ostariophysi: Cyprinoidea, Apodes,
Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater Synbranchi. E.J. Brill Ltd, Leiden. 455 p.
Fishes of Western Indonesia and Weber, M. & De Beaufort. 1962. The
Sulawesi. Periplus Editions (HK) Ltd., Fishes of the Indo-Australian
Indonesia. xxxviii +221 p. Archipelago. Leiden. E. J. B. 402 pp.
Megeer, J.C., Szebedinszky, C., McDonald,
D.G., Wood, C.M. 2000. Effect of
Chronic Sublethal Exposure to
Waterborne Cu, Cd, or Zn in Rainbow
Trout 1: Iono-regulatory disturbance and
metabolic costs. Aquat Toxicol. 50(3):
231-243.
Roberts TR. 1999. Fishes of the Cyprinid
genus Tor in the Nam Theun Watershed
(Mekong basin) of Laos, with
description of a new species. The Raffles
Bulletin of Zoology. 47(1): 225-236.
Rupawan, A. Karim, & Husnah. 1999.
Beberapa sifat biologi dan ekologi ikan
semah (Tor douronensis) di Danau
Kerinci dan Sungai Merangin, Jambi.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
4: 1-6.

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 1-7 7

You might also like